Disusun Oleh:
Kelompok 5
Sabilillah (C1N021065)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk lulus dalam
mata kuliah Geologi dan Sedimentologi Laut. Laporan ini telah disusun oleh :
Kelompok :5
Anggota : 1. Vivian Rosyada (C1N021053)
2. Lokita Devi (C1N021061)
3. Sabilillah (C1N021065)
4. Alfian Pratama (C1N021069)
5. Rahmah Fitriani (C1N021085)
Mengetahui:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. i
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Alat. ...................................................................................................................... 5
2 Bahan.................................................................................................................... 6
3 Berat bersih sampel sedimen setelah pengovenan. .............................................. 8
4 Persentasi berat bersih sampel sedimen ............................................................... 9
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Peta Lokasi. .......................................................................................................... 5
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Pengambilan sampel sedimen. ........................................................................... 14
2 Penimbangan sampel sedimen sebelum pengovenan ......................................... 14
3 Pembuatan wadah alumunium sebelum pengovenan. ........................................ 15
4 Proses pengovenan sampel sedimen .................................................................. 15
5 Pembuatan alumunium sebelum pengayakan .................................................... 16
6 Proses pengayakan ............................................................................................. 16
7 Hasil analisis data menggunakan excel .............................................................. 17
8 Penetuan jenis sedimen dengan menggunakan segitiga shepard ....................... 17
Vi
I. PENDAHULUAN
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah ketika batuan mengendap karena tenaga udara atau
angin (Dethan, et al., 2014). Selama pengikisan, batuan dibawa oleh udara ke
sungai, danau, dan akhirnya ke laut (Dethan, et al., 2014). Menurut Hambali
dan Apriyanti (2016) saat kapasitas transportasi batuan berkurang atau habis,
batuan diendapkan di daerah aliran udara. Akibatnya, pengendapan ini dapat
terjadi di sungai, danau, dan laut. Tenaga udara, angin, dan pemandangan (es
yang mengalir secara lambat) secara bertahap mengangkut batuan yang
dihasilkan dari pelapukan ke tempat lain. Batuan halus baik terapung,
melayang, atau digeser ke dasar sungai oleh udara yang mengalir dipermukaan
tanah atau sungai. Hembusan angin juga dapat mengangkut debu, pasir, atau
bahkan lebih banyak bahan (Dethan, et al., 2014). Menurut Latuamury dan Hut
(2023) daya angkut meningkat seiring dengan kekuatan hembusan. Misalnya,
angin dapat memindahkan timbunan pasir yang luas di padang pasir ke tempat
lain. Meskipun diperkirakan bergerak lambat, mereka memiliki daya angkut
yang besar.
2.2 Butiran Sedimen
Sedimen butiran adalah pecahan-pecahan material yang umumnya
terdiri atas uraian batu-batuan (Marhendi dan Putra 2019). Menurut Marhendi
dan Putra (2019) Sedimen terbentuk ketika tanah rusak menjadi potongan-
potongan kecil, yang kemudian melarikan diri bersama aliran. Sebagian dari
potongan-potongan ini tertinggal di atas tanah, dan sebagian lainnya masuk ke
dalam sungai dan dibawa oleh aliran menjadi sedimen. Dalam teknik
sedimentasi, ukuran butiran sedimen adalah salah satu sifat yang paling penting
dan banyak digunakan. Ukuran butir sedimen dapat menjelaskan daerah asal
sedimen dan mempengaruhi mudah tidaknya dan sedikitnya sedimen yang
ditranspor. Kedua kecepatan arus dan ukuran butiran sedimen mempengaruhi
pergerakan sedimen. Menurut Mregawati, et al., (2017) Semakin besar ukuran
butiran sedimen tersebut maka kecepatan arus yang dibutuhkan juga akan
semakin besar untuk mengangkut partikel sedimen tersebut. Arus juga
3
merupakan kekuatan yang menentukan arah dan sebaran sedimen. Jenis
sedimen berdasarkan analisis hasil granulometri dari uji sampel sedimen, ada
6 macam sedimen berdasarkan ukuran butirnya yaitu pasir, pasir lempungan,
lempung pasiran, pasir lempung kerikil, pasir kerikil lempung serta pasir
kerikil (Randa, et a.l, 2021). perbedaan ukuran butir sedimen berhubungan
dengan asal sumber sedimen. Semakin ke arah dalam teluk, ukuran butir
sedimen semakin halus, sedangkan ukuran butir yang berhadapan dengan laut
lepas lebih kasar. Hal ini menunjukkan bahwa sumber sedimen berasal dari
laut yang kemudian mengalami proses transportasi hingga akhirnya
terendapkan menjadi sedimen di masing-masing lokasi. Menurut Mregawati,
et al., (2017) hasil analisis ukuran butiran menunjukkan bahwa terdapat tiga
fraksi sedimen yaitu pasir, lanau dan lempung dengan diameter yang beragam.
2.3 Struktus Sedimen
Struktur sedimen merupakan kenampakan pada batuan sedimen sebagai
akibat dari adanya proses pengendapan (Wijayanti, et al., 16). Menurut
Widiyastuti (2016) struktur sedimen dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
struktur primer dan struktur sekunder. Struktur primer terbentuk selama proses
pengendapan dan dapat merefleksikan mekanisme pengendapannya
(Widiyastuti, 2016). Contohnya seperti perlapisan, gelembur gelombang,
perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, tanda riak, dan lain-lain.
Struktur sekunder terbentuk setelah pengendapan dan dapat terbentuk karena
proses kimia, fisika, dan biologi di dalam sedimen. Beberapa struktur sekunder
umum yang ditemukan pada batuan sedimen antara lain sesar, lipatan, jointing,
dan lain-lain. Struktur sedimen dapat menunjukkan sesuatu tentang lingkungan
pengendapan sedimen atau dapat berfungsi untuk mengindikasi pada bagian
mana batuan tersebut berada ketika sebelum terjadi pembalikan maupun gaya
tektonik lainnya (Widiyastuti, 2016).
4
III. METODOLOGI
5
8. Sekop Untuk mengambil sampel sedimen
9. Sieve shacker Untuk memisahkan fraksi ukuran
butiran partikel sedimen sesuai ukuran
lubang ayakan.
10. Spidol Untuk memberi tanda pada ziplock
11. Timbangan digital Untuk menimbang berat sampel
12. Ziplock Untuk menaruh sampel sedimen pada
saat sampel baru diambil
3.2.2 Bahan
6
bertingkat dengan ukuran lubang ayakan >4, 4, 1, 0,150, 0,038, 0,020 mm.
Tetapi sebelum dilakukan proses pengayakan sampel sedimen dikeringkan
terlebih dahulu dalam oven dengan suhu 100ºC selama 24 jam. Sampel
sedimen yang dioven ditimbang sebanyak 300gram yang telah ditempatkan
pada wadah yang trebuat dari aluminium foil. Setelah sampel sedimen kering
dan dioven sesuai ketentuan barulah sampel tersebut diayak menggunakan
ayakam bertingkat. Pengayakan dilakukan dengan hati-hati dan dipastikan
sampel sedimen tersaring dengan benar. Sampel yang telah diayak ditempatkan
pada wadah aluminium foil yang telah dibuat dan diberikan label sebelumya.
Baik wadah kosong serta wadah yang berisi sedimen yang telah diayak
ditimbang dan dicatat beratnya (Triapriyasen, et al., 2023).
Untuk mendapatkan nilai total dari berat bersih dapat dihitung dengan
menjumlahkan keseluruhan data dari berat bersih sehingga didapatkanlah nilai
total dari berat bersih. Kemudian untuk mendapatkan nilai persentase dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥 100
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Untuk menentukan nilai gravel, send, dan silt dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝐺𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 > 4,00 + 4,00
𝑆𝑒𝑛𝑑 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 1,00 + 0,150
𝑆𝑖𝑙𝑡 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 0,038 + 0,020
7
IV. HASIL DAN PEMABAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 3. Berat bersih sampel sedimen setelah pengovenan
Pen Berat bersih
Berat
Stasiun gula Total (gr)
Kering >4,00 4.00 1.00 0.150 0.038 0.020
ngan
P1 255.6 33.2 126.6 90.9 0.8 0 0 251.5
ST.1
P2 240.0 41.5 118.9 71.3 3.1 0 0 234.8
P1 260.0 25.1 58.1 169.2 1.3 0.3 0 254
ST.2
P2 268.0 47.9 44.1 172.7 0.2 0 0 264.9
P1 268.7 45.1 185.1 31.8 2.4 0.1 0 264.5
ST.3
P2 267.6 40.6 117.9 94.5 11.1 0 0 264.1
P1 206.0 23 48.5 41.9 42.4 2 0.3 158.1
ST.4
P2 238.0 18.7 95.5 104.8 12.6 0.3 0 231.9
P1 255.7 36.4 112.2 89.3 5.6 0.3 0 243.8
ST.5
P2 217.8 4 22.4 92.7 91 1.5 0 211.6
P1 227.0 24.3 73.7 173.4 0.3 0 0 271.7
ST.6
P2 237.2 2.9 35.7 187.8 5.8 0 0 232.2
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa pada perairan Pantai Elak-Elak terdapat empat jenis sedimen yang
diambil dari 6 stasiun berbeda. Sedimen tersebut antara lain sedimen kerikil
8
pasir, pasir kerikil, kerikil, dan pasir. Jenis-jenis sedimen tersebut dapat
diketahui berdasarkan hasil pengukurang dengan menggunakan segitiga
shepard. Segitiga shepard merupakan metode klasifikasi sedimen yang
menggunakan segitiga untuk mengklasifikasikan sedimen berdasarkan ukuran
partikel. Metode ini digunakan untuk menganalisis sebaran sedimen pada suatu
wilayah tertentu, misalnya di lautan atau di pantai (Rochman et al., 2018).
Perbedaan setiap jenis sedimen tersebut dikarenakan adanya
perbedaan ukuran butiran sedimen yang didapatkan setelah dilakukan proses
pengayakan. Jenis sedimen yang pertama adalah pasir yang ditemukan pada
stasiun 5 dan 6 masing-masing pada pengulangan kedua. Arisa et al., (2014)
dalam penelitian menyatakan bahwa, jenis sedimen yang mendekati daratan
umumnya didominasi oleh sedimen jenis pasir. Pernyataan tersebut sesuai
dengan lokasi pengambilan sampel pada stasiun 5 dan stasiun 6 pengulangan
keduanya yang mendekati garis pantai dan sejajar dengan garis pantai. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Nurainie dan Wiyanto (2021) juga dapat
diketahui bahwa faktor lain yang dapat mempengaruhi sedimen berjenis pasir
yaitu letaknya berada di perairan terbuka, arus laut yang cukup kuat dan angin
yang bertiup cukup kencang menyebabkan pengadukan sedimen dasar
kemudian terangkut dan mengendap pada suatu lingkungan, sehingga tinggkat
sedimentasi semakin tinggi.
Jenis yang kedua adalah kerikil yang akan lebih cepat mengendap
daripada jenis pasir. Jenis sedimen ini hanya terdapat pada stasiun 3
pengulangan pertama. Pada stasiun ini terdapat banyak karang mati dengan
arus yang cenderung tenang. Arus yang relative tenang tersebut tidak dapat
mengangkut kerikil yang ada karena masanya yang lebih berat dan besar,
sehingga membutuhkan energy yang lebih besar pula. Saputra et al., (2013)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa arus dalam hal ini mempunyai peran
yang sangat dominan terhadap angkutan sedimen, apabila kecepatan arus
berkurang maka arus tidak mampu lagi mengangkut sedimen. Sedimen kerikil
memiliki ukuran butir lebih besar sehingga akan terendapkan lebih dulu dan
sedimen dengan ukuran butir lebih kecil akan terbawa oleh arus dalam bentuk
tersuspensi pada kolom perairan hingga jauh ke laut.
9
Sedimen selanjutnya berjenis sedimen kasar yakni kerikil pasir dan
pasir kerikil. Kerikil pasir terdapat pada stasiun 1, stasiun 5 pengulangan
pertama, dan stasiun 3 pengulangan kedua. Sedangkan pasir kerikil terdapat
pada stasiun 6 pengulangan pertama, stasiun 4 dan stasiun 2. Menurut Kalay et
al., (2018) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perbedaan jenis sedimen
ini dipengaruhi oleh gelombang dan kemiringan lereng pantai. Pesisir pantai
yang memiliki tipe kemiringan lereng datar dan landai memiliki gelombang
yang kecil dengan fraksi sedimen halus, hal tersebut karena semakin landai
suatu pesisir pantai maka gelombang yang datang akan semakin kecil.
Sebaliknya untuk pesisir pantai dengan kemiringan lereng yang sangat miring
dan curam akan mempunyai gelombang kuat dengan fraksi sedimen kasar.
Pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi pesisir di Pantai Elak-Elak pada
stasiun tersebut yang memiliki kemiringan yang cukup landai dan pada stasiun
2, 3, dan 4 memiliki kemiringan yang sedikit curam namun memiliki
gelombang yang relative kecil. Akibatnya, gelombang tersebut tidak bisa
membawa sedimen kasar sepenuhnya namun gelombang tersebut membawa
sedimen berfraksi halus yang akan mengendap di antara sedimen dengan fraksi
kasar yang ada.
10
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Hasil analisa ukuran butir sedimen dari 6 stasiun pengamatan dengan
2 kali pengulangan pada masing-masing stasiun menunjukkan bahwa terdapat
4 fraksi sedimen yaitu kerikil pasir, pasir kerikil, kerikil, dan pasir di Perairan
Pantai Elak-Elak. Perbedaan fraksi sedimen dipengaruhi oleh faktor
oseanografi seperti arus, angin, dan gelombang. Kawasan Perairan Elak-Elak
didominasi oleh sedimen jenis kerikil pasir.
5.2 Saran
Untuk kedepannya alangkah baiknya dalam pembuatan laporan
diberikan informasih mengenai pengumpulan laporan dibirikan dari jauh-jauh
hari agar kami tida kelabakan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Umah, K., & Hartoko, A. (2013). Struktur Sedimen Dan Sebaran Kerang Pisau
(Solen Lamarckii) Di Pantai Kejawanan Cirebon Jawa Barat. Management Of
Aquatic Resources Journal, (MAQUARES), 2(3), 65-73.
Usman., K.O. (2014). Analisis Sedimentasi pada Muara Sungai Komering Kota
Palembang. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 2(2). 209-215.
Widiyastuti, DA (2016). Pengamatan Scanning Electron Microscope (SEM) Pada
Struktur Batuan dan Mineral Sungai Aranio Kabupaten Banjar. Polhasains:
jurnal sains dan terapan Politeknik Hasnur, 4(2), 16-21.
Rifardi, R. (2012). Edisi Revisi Ekologi Sedimen Laut Modern. Pekanbaru : Unri
Press.
13
LAMPIRAN
14
3. Pembuatan wadah alumunium sebelum pengovenan
15
5. Pembuatan alumunium sebelum pengayakan
6. Proses pengayakan
16
7. Hasil analisis data menggunakan excel
17