Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan pegetahuan, akal budi serta hikmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan laporan project sedimentasi dengan judul “Klasifikasi Sedimen Kohesif Di
Perairan Desa Lateri” dan Terima kasih banyak juga kepada para anggota-anggota
kelompok yang sudah membantu dan berperan aktif di analisa lapangan dan juga di analisa
lab
Saya menyadari bahwa laporan project sedimentasi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka sebab itu dengan kerendahan hati saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam menyempurnakan laporan project sedimentasi ini.
1.2 Tujuan
Mengetahui klasifikasi dari jenis sedimen kohesif pada perairan Desa Lateri
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi sedimen kohesif di perairan Desa Lateri dan
juga pola penyebaran dari sedimen tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimen
2.1.1 Defenisi
Sedimen adalah batuan, mineral atau material organik yang ditransportasikan atau
diangkut dari berbagai sumber dan jarak kemudian diendapkan oleh media transpor seperti
air, angin, atau es dan juga termasuk di dalamnya material yang diendapkan dari material
yang melayang (suspention) dalam air atau dalam bentuk kimia pada suatu tempat (Pipkin,
1977). “Sedimen yang berada di pantai berasal dari proses erosi pantai ataupun daratan yang
dibawa oleh sungai menuju laut dan dari laut dalam yang terbawa oleh arus laut menuju
daerah pantai”(Triatmodjo, 2011).
Pethick (1984) mendefinisikan “sedimen merupakan sekumpulan rombakan material
(batuan, mineral, dan bahan organik) yang memiliki ukuran butir (grain size) tertentu”.
Sedimen pantai dapat berasal dari hasil erosi sungai, erosi tebing pantai dan erosi batuan
dasar laut. Sebagian besar sedimen pantai berasal dari sungai yang bermuara di sekitar pantai.
Menurut Asdak (2007) “sedimen merupakan hasil proses erosi dari partikel-partikel tersebut
akan terangkut ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian mengendap”. Partikel yang
mengendap inilah yang disebut dengan sedimen. Agen yang berperan dalam perpindahan
sedimen adalah arus. Sebagian besar kandungan sedimen di bumi adalah kuarsa dengan
massa jenis rata-rata ps = 265Okg/mj. Angka tersebut lazim dipakai untuk berbagai aplikasi
kajian sedimentasi. Walaupun demikian, pada lokasi-lokasi tertentu, misalnya pantai
berterumbu karang atau pantai yang bahan sedimennya didominasi oleh produksi erupsi
vulkanik atau bahan organik, massa jenis sedimen rata-ratanya harus ditentukan berdasarkan
hasil survey (pengambilan contoh sedimen) setempat. (Poerbandono, 2005).
Berdasarkan pada jenis sedimen dan ukuran partikel serta komposisi mineral dari
bahan induk yang menyusunnya, dikenal bermacam jenis sedimen seperti pasir, liat, dan lain
sebagainya, tergantung dari ukuran partikelnya. Sedimen yang ditemukan terlarut dalam air
disebut muatan sedimen (suspended sediment) dan sedimen yang merayap di dasar disebut
dengan sedimen merayap (bed load) (Asdak, 2007). Pada umumnya sedimen diklasifikasikan
berdasarkan ukuran butir menurut Skala Wentworth (1922) seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Klasifikasi Sedimen Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan sifatnya sedimen dapat terbagi menjadi dua yaitu sedimen bersifat
kohesif yaitu lanau dan lempung dan bersifat tak-kohesif seperti pasir atau kerikil. Terdapat
dua cara umum yang sering digunakan dalam klasifikasi ukuran butir untuk sedimen pantai
menggunakan unified soil classification yaitu pengklasifikasian yang berdasar pada
klasifikasi wentworth (CERC, 1984). Berdasarkan ukuran partikelnya, menurut skala
wentworth, dibagi menjadi 7 seperti terlihat dalam tabel berikut :
Penamaan sedimen dibuat pada suatu pengelompokan yang didasarkan pada kisaran
ukuran butir tertentu dari fraksi sedimen, untuk penamaan sedimen, dapat digunakan
klasifikasi ukuran butir yang dikenal dengan skala wentworth seperti yang terlihat pada Tabel
2. Sedangkan penamaan sedimen berdasarkan presentase komponen-komponen batuan
sedimen seperti pada Gambar 2 dibawah ini :
Project kali ini dilakukan pada bulan Oktober 2019 yang berlokasi di perairan Desa
Lateri Kecamatan Teluk Ambon Dalam (Gambar 1), dengan mengunakan 3 titik pengamatan.
Metode Purposive Sampling, metode penentuan lokasi yang dipilih dengan cermat
sehingga relevan dengan struktur penelitian. Penentuan lokasi dipilih oleh penulis
menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu (Djarwanto dan Subagyo, 1998).
Grab Sampling, secara umum metode grab sampling ini merupakan teknik sampling
dengan cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu material
(baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung mineralisasi secara
acak (tanpa seleksi yang khusus).
Pengambilan Sedimen, pengambilan sedimen dengan mengunakan metode grab
sampling yang dimana, menggunakan bola sebagai alat pengambilan sampel sedimen
dan juga trofol sebagai alat untuk mengambil dan memasukannya kedalam bola yang
sudah di belah ½ tengah dari bola tersebut.
Volume Tabung : π r2 t
Ket : π : Luas Lingkaran
r2 : Diameter
t : Tinggi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi
Perairan Desa Lateri berada di bagian barat pulau ambon yang berhadapan langsung
dengan Teluk Ambon Dalam. Secara geografis Desa Lateri terletak pada posisi
128°14'38.71"BT dan 3°38'16.25"LS. Desa Lateri berbatasan dengan Desa Passo di sebelah
utara, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Ambon Dalam. Sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Halong. Pada lokasi pengamatan di perairan Desa Lateri memiliki 3 titik
pengamatan, masing-masing dari titik tersebut memiliki jarak yang bervariasi. Dimana pada
titik 1, 2 dan 3 memiliki jarak yang tidak saling beraturan, perbedaan jarak ini dapat
diasumsikan bahwa antara titik 1, 2 dan 3 memiliki karakteristik sedimen yang berbeda.
Dari hasi tersebut dapat dilhat bahwa berdasarkan hasil pengambilan sampel lapang
diketahui data sebagai berikut yang disajikan dalam bentuk tabel 3, 4, 5 dan 6.
Hasil Ket
Tb 27 cm
D 17 cm
B(awal) 26 gr
T1 B+Sedimen 829 gr
T2 B+Sedimen 947 gr
T3 B+Sedimen 1087 gr
T1
Tinggi Diameter Ket Hasil Ket
Ts total 13.5 17 cm 720.63 ml
Lumpur/lanau 10.2 cm 544.476 ml
Lempung 3.5 cm 186.83 ml
13.7 cm
T2
Tinggi Diameter Ket Hasil Ket
Ts total 14.7 17 cm 784.686 ml
Lumpur/lanau 12.1 cm 645.898 ml
Lempung 2.6 cm 138.788 ml
14.7 cm
T3
Tinggi Diameter Ket Hasil Ket
Ts total 15.1 17 cm 806.038 ml
Lumpur/lanau 13.4 cm 715.292 ml
Lempung 1.9 cm 101.422 ml
15.3 cm
Biasanya pantai berlumpur sangat rendah dan merupakan daerah rawa yang terendam
air pada saat muka air tinggi (pasang). Daerah ini sangat subur bagi tumbuhan pantai seperti
pohon bakau (mangrove). Mangrove adalah tumbuhan berwujud semak dan pohon dengan
akar tunjang, yaitu akar yang banyak tumbuh dari batang menjadi penopang tumbuhan
tersebut. Magrove dengan akar tunjang dan akar pernapasan yang menyembul dari tanah.
Mangrove dengan akar tunjang dan akar pernapasan tang begitu ruwet di pantai dapat
menangkap lumpur sehingga terjadi sedimentasi. Sedimen kohesif (lempung dan lanau) yang
berada pada kolom air berhubungan dengan kekeruhan perairan. Adanya sedimen kohesif di
perairan dapat mengurangi pene-trasi cahaya di dalam air dan mempengaruhi fotosintesis
sehingga produktifitas primer perairan dapat terganggu (Frans et al., 2014 dalam Yunita A N,
dkk 2016).
Dari hasil data, dapat dijelaskan bahwa pengendapan pada sedimen tersebut dapat
dilihat bahwa sedimen kohesif untuk T1 merupakan jenis sedimen yang dominannya
lumpur/lanau dengan ketinggian 10.2 cm dan volumenya sendiri 544.476 ml dan untuk
lempung dengan ketinggian 3.5 cm dan volumenya sendiri 186.83 ml dapat dilihat pada
(Gambar 3). Untuk T2 merupakan jenis sedimen yang dimana dominannya lumpur/lanau
dengan ketinggian 12.9 cm dan volumenya 645.898 ml dan untuk lempung dengan ketinggian
2.6 cm dan volumenya sendiri 138.788 ml dapat dilihat pada (Gambar 4). Untuk T3
merupakan jenis sedimen yang di dominasi oleh lumpur/lanau dengan ketinggian 13.4 cm
dan volumenya sendiri 715.292 ml dan untuk lempung dengan ketinggian 1.9 cm dengan
volume 101.422 ml dapat dilihat pada (Gambar 5). Transport sedimen kohesif bergantung
pada pergerakan massa air yang diakibatkan oleh pasang surut, arus, gelombang dan debit
sungai (Zhou et al., 2015 dalam Yunita A N, dkk 2016). Dengan demikian klasifikasi
sedimen kohesif pada perairan desa lateri sendiri merupakan perairan yang didominasi oleh
sedimen lumpur/lanau.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis data bahwa klasifikasi dari sedimen kohesif di perairan
Desa Lateri sendiri, sangat di dominasi oleh sedimen lumpur/lanau. Yang dimana hasil
pengendapan dari sedimen lumpur/lanau dapat membuktikan bahwa untuk T1, T2 dan T3
volumenya sendiri berkisar dari 544.476-715.292 ml, sedangkan untuk lempungnya sendiri
berkisar antara 101.422-186.83 ml.
5.2 Saran
Albert H, Maruli., Niniek Widyorini, dan Ruswahyuni. 2013. Pengaruh Laju Sedimentasi
dengan Kerapatan Rumput Laut di Perairan Bandengan Jepara. Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 282-
287.
CERC. 1984. Shore Protection Manual Volume I, US Army Coastal Engineering Research
Center, Washington.
Loupatty, Grace. 2013. Karakteristik Energi Gelombang dan Arus Perairan di Provinsi
Maluku. Jurusan Fisika FMIPA UNPATTI. Jurnal Barekeng Vol. 7 No. 1 Hal. 19 –
22 (2013).
Poerbandono.,dan Djunarsjah, Eka. 2005. Survei Hidrografi. Bandung : PT. Refika Aditama.
Yunita A.N, dkk.2016.Pemodelan Transport Sedimen Kohesif Pada Teluk Ambon Dalam.
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Hlm. 671-681.
LAMPIRAN