Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN SEDIMENTASI

KLASIFIKASI SEDIMEN KOHESIF DI PERAIRAN


DESA LATERI

RIVALDI VOVIT NOTANUBUN


2016-64-032

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan pegetahuan, akal budi serta hikmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan laporan project sedimentasi dengan judul “Klasifikasi Sedimen Kohesif Di
Perairan Desa Lateri” dan Terima kasih banyak juga kepada para anggota-anggota
kelompok yang sudah membantu dan berperan aktif di analisa lapangan dan juga di analisa
lab
Saya menyadari bahwa laporan project sedimentasi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka sebab itu dengan kerendahan hati saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam menyempurnakan laporan project sedimentasi ini.

Ambon, 1 November 2019


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................……………….........
KATA PENGANTAR ..................................................................………………….....
DAFTAR ISI .................................................................................…………………….
DAFTAR GAMBAR ....................................................................…………………….
DAFTAR TABEL .........................................................................…………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................……………………
1.2 Tujuan............................................................................……………………
1.3 Manfaat..........................................................................……………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimen
2.2.1 Defenisi...........................................................……………………
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi..................……………………
2.2 Sedimen Kohesif............................................................……………………
2.2.1 Defenisi...........................................................……………………
2.2.2 Transport Sedimen Kohesif.............................……………………
2.2.3 Pengendapan (Deposision)..............................……………………
BAB III METODELOGI
3.1 Waktu dan lokasi penilitian............................................…………………...
3.2 Alat dan bahan................................................................…………………...
3.3 Metode pengambilan data..............................................…………………...
3.4 Metode analisa data........................................................…………………...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi lokasi..............................................................…………………...
4.2 Prosedur kerja pengambilan data...................................…………………...
4.3 Klasifikasi Sedimen Kohesif..........................................…………………...
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................…………………...
5.2 Saran .............................................................................…………………...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman

1. Segitiga Shhepard (Shhepard, 1952)....................................…………………….


2. Peta Lokasi Pengamatan .....................................................…………………….
3. Hasil Pengendapan T1 ........................................................…………………….
4. Hasil Pengendapan T2 ........................................................…………………….
5. Hasil Pengendapan T3 ........................................................…………………….
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman

1. Klasifikasi Sedimen Berdasarkan Ukuran Butir.....................…………………


2. Ukuran Partikel Sedimen ......................................................…………………
3. Alat Dan Bahan ....................................................................…………………
4. Perangkat Lunak ...................................................................…………………
5. Hasil Analisa Data ................................................................…………………
6. Hasil Analisa T1 ...................................................................…………………
7. Hasil Analisa T2 ...................................................................…………………
8. Hasil Analisa T3 ...................................................................…………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pantai merupakan batas kompleks antara tiga medium yaitu darat, udara, dan laut.
Sebagai batas antara tiga medium, pantai secara alamiah sangat dinamis. Proses dinamis yang
terjadi di pantai merupakan akibat dari kombinasi berbagai gaya yang bekerja di pantai
seperti: ombak, arus oleh ombak, gerakan sedimen, angin dan lain lain. Dalam lingkungan
pesisir, sedimen bersifat dinamis yang akan mengalami pengikisan, transportasi dan
pengendapan dalam skala spasial maupun temporal (Winter, 2007).
Keberadaan sedimen pada suatu perairan, baik itu perairan dangkal maupun dalam
memiliki arti penting. Fungsinya memberi dampak ekologis maupun fisik, misal sebagai
tempat hidup dan mencari makan organisme. Sedimen di laut membentuk sub lapisan yang
kemudian memisah menurut komposisi, bentuk, ukuran, kerapatan dan cara pengendapan.
Sumber utama sedimen yang masuk ke laut adalah dasar laut, massa daratan yang masuk
lewat sungai dan udara, serta erosi pantai.
Sedimen dapat ditransportasikan oleh arus laut yang dibangkitkan oleh angin,
gelombang,densitas dan pasang surut (Van Rijin, 1998). Proses transportasi sedimen sangat
perlu diperhatikan, karna dapat menyebabkan erosi yang menyebabkan pendangkalan dan
majunya garis pantai (akresi pantai). Transportasi sedimen dapat diartikan sebagai sedimen
budged yaitu perbandingan antara total sedimen yang masuk ke dalam suatu bagian pantai
dan sedimen yangkeluar dari bagian pantai tersebut (Arsyad, 2003).
Sedimen kohesif (lempung dan lanau) yang berada pada kolom air berhubungan
dengan kekeruhan perairan. Adanya sedimen kohesif di perairan dapat mengurangi pene-trasi
cahaya di dalam air dan mempengaruhi fotosintesis sehingga produktifitas primer perairan
dapat terganggu (Frans et al., 2014). Pada dasarnya sumber sedimen kohesif di daerah estuari
dan perairan teluk umumnya berasal dari limpasan daratan (run off) hujan yang masuk ke
badan sungai atau langsung ke perairan pesisir. Pentingnya project ini adalah mengetahui
klasifikasi sedimen kohesif di Perairan Desa Lateri.

1.2 Tujuan
Mengetahui klasifikasi dari jenis sedimen kohesif pada perairan Desa Lateri
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi sedimen kohesif di perairan Desa Lateri dan
juga pola penyebaran dari sedimen tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimen
2.1.1 Defenisi
Sedimen adalah batuan, mineral atau material organik yang ditransportasikan atau
diangkut dari berbagai sumber dan jarak kemudian diendapkan oleh media transpor seperti
air, angin, atau es dan juga termasuk di dalamnya material yang diendapkan dari material
yang melayang (suspention) dalam air atau dalam bentuk kimia pada suatu tempat (Pipkin,
1977). “Sedimen yang berada di pantai berasal dari proses erosi pantai ataupun daratan yang
dibawa oleh sungai menuju laut dan dari laut dalam yang terbawa oleh arus laut menuju
daerah pantai”(Triatmodjo, 2011).
Pethick (1984) mendefinisikan “sedimen merupakan sekumpulan rombakan material
(batuan, mineral, dan bahan organik) yang memiliki ukuran butir (grain size) tertentu”.
Sedimen pantai dapat berasal dari hasil erosi sungai, erosi tebing pantai dan erosi batuan
dasar laut. Sebagian besar sedimen pantai berasal dari sungai yang bermuara di sekitar pantai.
Menurut Asdak (2007) “sedimen merupakan hasil proses erosi dari partikel-partikel tersebut
akan terangkut ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian mengendap”. Partikel yang
mengendap inilah yang disebut dengan sedimen. Agen yang berperan dalam perpindahan
sedimen adalah arus. Sebagian besar kandungan sedimen di bumi adalah kuarsa dengan
massa jenis rata-rata ps = 265Okg/mj. Angka tersebut lazim dipakai untuk berbagai aplikasi
kajian sedimentasi. Walaupun demikian, pada lokasi-lokasi tertentu, misalnya pantai
berterumbu karang atau pantai yang bahan sedimennya didominasi oleh produksi erupsi
vulkanik atau bahan organik, massa jenis sedimen rata-ratanya harus ditentukan berdasarkan
hasil survey (pengambilan contoh sedimen) setempat. (Poerbandono, 2005).
Berdasarkan pada jenis sedimen dan ukuran partikel serta komposisi mineral dari
bahan induk yang menyusunnya, dikenal bermacam jenis sedimen seperti pasir, liat, dan lain
sebagainya, tergantung dari ukuran partikelnya. Sedimen yang ditemukan terlarut dalam air
disebut muatan sedimen (suspended sediment) dan sedimen yang merayap di dasar disebut
dengan sedimen merayap (bed load) (Asdak, 2007). Pada umumnya sedimen diklasifikasikan
berdasarkan ukuran butir menurut Skala Wentworth (1922) seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Klasifikasi Sedimen Berdasarkan Ukuran Butir

Berdasarkan sifatnya sedimen dapat terbagi menjadi dua yaitu sedimen bersifat
kohesif yaitu lanau dan lempung dan bersifat tak-kohesif seperti pasir atau kerikil. Terdapat
dua cara umum yang sering digunakan dalam klasifikasi ukuran butir untuk sedimen pantai
menggunakan unified soil classification yaitu pengklasifikasian yang berdasar pada
klasifikasi wentworth (CERC, 1984). Berdasarkan ukuran partikelnya, menurut skala
wentworth, dibagi menjadi 7 seperti terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 2. Ukuran Partikel Sedimen

Penamaan sedimen dibuat pada suatu pengelompokan yang didasarkan pada kisaran
ukuran butir tertentu dari fraksi sedimen, untuk penamaan sedimen, dapat digunakan
klasifikasi ukuran butir yang dikenal dengan skala wentworth seperti yang terlihat pada Tabel
2. Sedangkan penamaan sedimen berdasarkan presentase komponen-komponen batuan
sedimen seperti pada Gambar 2 dibawah ini :

Gambar 1. Segitiga Shhepard (Shhepard, 1952).

2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


1. Konsentrasi
Dengan semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dialami partikel karena
partikel lain semakin besar sehingga drag force-nya pun semakin besar. Hal ini
disebabkan karena dengan semakin besarnya konsentrasi berarti semakin banyak jumlah
partikel dalam suatu suspensi yang menyebabkan bertambahnya gaya gesek antara suatu
partikel dengan partikel yang lain. Drag force atau gaya seret ini bekerja pada arah yang
berlawanan dengan gerakan partikel dalam fluida.
2. Ukuran partikel
Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel.Jika ukuran partikel
semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan volumenya. Luas permukaan
partikel berbanding lurus dengan gaya drag dan volume partikelnya berbanding lurus
dengan gaya apungnya. Hal ini disebabkan gaya ke atas ( gaya drag dan gaya apung )
semakin besar sehingga gaya total untuk mengendapkan partikel semakin kecil sehingga
kecepatan pengendapan semakin menurun.
3. Jenis partikel
Jenis partikel berhubungan dengan densitas partikel yang berpengaruh terhadap gaya
apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan pengendapan suatu
partikel dalam suatu fluida yang statis. Densitas partikel yang semakin besar akan
menyebabkan gaya apung semakin kecil sedangkan gaya gravitasi semakin besar,
sehingga resultan gaya ke bawah yang merupakan penjumlahan dari gaya drag, gaya
apung dan gaya gravitasi akan semakin besar pula. Ini berarti kecepatan pengendapannya
akan semakin besar.

2.2 Sedimen Kohesif


2.2.1 Defenisi
Sedimen kohesif merupakan suatu material sangat halus yang memiliki diameter
butiran kurang dari 100 m dan lebih dari 10 % memiliki peran sifat kohesif sangat dominan.
Sifat kohesif tersebut disebabkan oleh besarnya gaya elektrostatis yang berkerja diantara
partikel (Graf, 1984). Partikel tidak berbentuk butiran, tetapi membentuk kumpulan agregat
yang disebut flok dan memiliki kecepatan jatuhnya lebih besar dari pada butiran partikel
penyusunnya (Van Rijn, 1993). Material-material tersebut biasanya terdapat didasar aliran air
atau genangan air yang merupakan campuran (mixture) yang tersusun dari material-material
yang kompleks dari air asin, mineral-mineral (seperti illite, monmorilonitte, dan kaolinite),
bahan organik dan pasir dalam jumlah sangat kecil, di dalam aliran fluida yang dapat
terbawa, tererosi atau mengendap, mempunyai sifat-sifat mengikat antar partikelnya.

2.2.2 Transport Sedimen Kohesif


Sedimen kohesif merupakan butiran-butiran partikel lumpur yang berada di dasar
maupun di badan air yang bila bergabung akan membentuk suatu unit yang lebih besar yang
disebut floc. Proses ini sangat bergantung pada konsentrasi sedimen. Flokulasi yang terjadi
sangat mempengaruhi kecepatan jatuh sedimen kohesif. Semakin besar konsentrasi dari
flokulasi yang terjadi maka akan semakin besar pula kecepatan jatuh sedimen (Irham, 2000).

2.2.3 Pengendapan (Deposision)


Pengendapan dan resuspensi sedimen halus selama siklus pasut merupakan
karakteristik penting dari transport sedimen kohesif di estuari. Pengendapan merupakan suatu
peristiwa dimana material sedimen tersuspensi (partikel, agregat atau floc) jatuh kedasar
perairan dan menjadi sedimen dasar. Pada peristiwa ini arus sudah tidak mampu lagi
mengangkat atau mempertahankan partikel sedimen berada dalam kolam air. Dengan
pengertian lain bahwa tegangan geser dasar aliran lebih kecil dibandingkan dari tegangan
geser pengendapan (Umar, 2000 dalam Mubarak, 2004).
BAB III
METODELOGI

3.1 Waktu Dan Lokasi

Project kali ini dilakukan pada bulan Oktober 2019 yang berlokasi di perairan Desa
Lateri Kecamatan Teluk Ambon Dalam (Gambar 1), dengan mengunakan 3 titik pengamatan.

Gambar 2. Peta Lokasi Pengamatan

3.2 Alat Dan Bahan


Dalam pengambilan data kali ini di gunakan alat dan bahan sebagai berikut :

Tabel 3. Alat Dan Bahan


ALAT KETERANGAN
Camera Canon Mendokumentasi proses kerja di lapangan
dan di lab
Timbangan Menimbang berat sedimen
Botol Aqua Sedang Sebagai wadah untuk menampung
sedimen di lab
Stopwach Untuk melihat waktu pengendapan
Botol Aqua Kecil 300 ml Untuk melihat proses pengendapan
sedimen yang terjadi
Bola plastik (D = 25,5 Cm) Sebagai wadah untuk menampung
sedimen di lapangan
Trofol Sebagai alat untuk mengambil sedimen
Meter Untuk mengukur kedalaman sedimen yng
kita ambil
Refraktometer Untuk melihat salinitas di perairan
tersebut
BAHAN
Alat Tulis Menulis Untuk mencatat data dilapangan

3.3 Perangkat Lunak


Surfer 12 Untuk membuat peta lokasi
MS excel 2007 Untuk mengolah data
Aplikasi GPS COORDINATES Untuk melihat titik koordinat

3.3 Metode Pengambilan Data


Dalam pengambilan data kali ini kita menggunakan metode pengambilan data
lapangan sebagai berikut :

 Metode Purposive Sampling, metode penentuan lokasi yang dipilih dengan cermat
sehingga relevan dengan struktur penelitian. Penentuan lokasi dipilih oleh penulis
menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu (Djarwanto dan Subagyo, 1998).
 Grab Sampling, secara umum metode grab sampling ini merupakan teknik sampling
dengan cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu material
(baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung mineralisasi secara
acak (tanpa seleksi yang khusus).
 Pengambilan Sedimen, pengambilan sedimen dengan mengunakan metode grab
sampling yang dimana, menggunakan bola sebagai alat pengambilan sampel sedimen
dan juga trofol sebagai alat untuk mengambil dan memasukannya kedalam bola yang
sudah di belah ½ tengah dari bola tersebut.

3.4 Metode Analisa Data


Metode analisa data yang digunakan dalam penilitian ini yaitu untuk menghitung :

Volume Tabung : π r2 t
Ket : π : Luas Lingkaran
r2 : Diameter
t : Tinggi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi
Perairan Desa Lateri berada di bagian barat pulau ambon yang berhadapan langsung
dengan Teluk Ambon Dalam. Secara geografis Desa Lateri terletak pada posisi
128°14'38.71"BT dan 3°38'16.25"LS. Desa Lateri berbatasan dengan Desa Passo di sebelah
utara, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Ambon Dalam. Sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Halong. Pada lokasi pengamatan di perairan Desa Lateri memiliki 3 titik
pengamatan, masing-masing dari titik tersebut memiliki jarak yang bervariasi. Dimana pada
titik 1, 2 dan 3 memiliki jarak yang tidak saling beraturan, perbedaan jarak ini dapat
diasumsikan bahwa antara titik 1, 2 dan 3 memiliki karakteristik sedimen yang berbeda.

4.2 Prosedur Kerja Pengambilan Data


Prosedur kerja dalam pengambilan sampel sedimen sebagai berikut :
a. Menentukan lokasi sampling
b. Menentukan posisi pengambilan data dengan menggunakan GPS
c. Menggali sedimen dengan menggunakan trofol dan mengambilnya dengan bola yang
sudah dipotong ½ setengah
d. Kemudian memasukannya kedalam botol yang sudah disediakan
e. Mungukur kedalaman sedimen tersebut
f. Lakukan langka-langka tersebut pada titik pengamatan kedua dan ketiga
g. Hasil yang di dapatkan dari pengambilan data tersebut di olah pada komputer
menggunakan program MS-Excel 2007 yang hasilnya di tampilkan menggunakan
tabel klasifikasi pantai tiap titik pengamatan.
4.3 Klasifikasi Sedimen Kohesif

Dari hasi tersebut dapat dilhat bahwa berdasarkan hasil pengambilan sampel lapang
diketahui data sebagai berikut yang disajikan dalam bentuk tabel 3, 4, 5 dan 6.

Hasil Ket
Tb 27 cm
D 17 cm
B(awal) 26 gr
T1 B+Sedimen 829 gr
T2 B+Sedimen 947 gr
T3 B+Sedimen 1087 gr

Tabel 3. Hasil Analisa Data

T1
Tinggi Diameter Ket Hasil Ket
Ts total 13.5 17 cm 720.63 ml
Lumpur/lanau 10.2 cm 544.476 ml
Lempung 3.5 cm 186.83 ml
13.7 cm

Tabel 4. Hasil Analisa T1

T2
Tinggi Diameter Ket Hasil Ket
Ts total 14.7 17 cm 784.686 ml
Lumpur/lanau 12.1 cm 645.898 ml
Lempung 2.6 cm 138.788 ml
14.7 cm

Tabel 5. Hasil Analisa T2

T3
Tinggi Diameter Ket Hasil Ket
Ts total 15.1 17 cm 806.038 ml
Lumpur/lanau 13.4 cm 715.292 ml
Lempung 1.9 cm 101.422 ml
15.3 cm

Tabel 6. Hasil Analisa T3


Gambar 3. Hasil Pengendapan T1

Gambar 4. Hasil pengendapan T2


Gambar 5. Hasil pengendapan T3

Biasanya pantai berlumpur sangat rendah dan merupakan daerah rawa yang terendam
air pada saat muka air tinggi (pasang). Daerah ini sangat subur bagi tumbuhan pantai seperti
pohon bakau (mangrove). Mangrove adalah tumbuhan berwujud semak dan pohon dengan
akar tunjang, yaitu akar yang banyak tumbuh dari batang menjadi penopang tumbuhan
tersebut. Magrove dengan akar tunjang dan akar pernapasan yang menyembul dari tanah.
Mangrove dengan akar tunjang dan akar pernapasan tang begitu ruwet di pantai dapat
menangkap lumpur sehingga terjadi sedimentasi. Sedimen kohesif (lempung dan lanau) yang
berada pada kolom air berhubungan dengan kekeruhan perairan. Adanya sedimen kohesif di
perairan dapat mengurangi pene-trasi cahaya di dalam air dan mempengaruhi fotosintesis
sehingga produktifitas primer perairan dapat terganggu (Frans et al., 2014 dalam Yunita A N,
dkk 2016).
Dari hasil data, dapat dijelaskan bahwa pengendapan pada sedimen tersebut dapat
dilihat bahwa sedimen kohesif untuk T1 merupakan jenis sedimen yang dominannya
lumpur/lanau dengan ketinggian 10.2 cm dan volumenya sendiri 544.476 ml dan untuk
lempung dengan ketinggian 3.5 cm dan volumenya sendiri 186.83 ml dapat dilihat pada
(Gambar 3). Untuk T2 merupakan jenis sedimen yang dimana dominannya lumpur/lanau
dengan ketinggian 12.9 cm dan volumenya 645.898 ml dan untuk lempung dengan ketinggian
2.6 cm dan volumenya sendiri 138.788 ml dapat dilihat pada (Gambar 4). Untuk T3
merupakan jenis sedimen yang di dominasi oleh lumpur/lanau dengan ketinggian 13.4 cm
dan volumenya sendiri 715.292 ml dan untuk lempung dengan ketinggian 1.9 cm dengan
volume 101.422 ml dapat dilihat pada (Gambar 5). Transport sedimen kohesif bergantung
pada pergerakan massa air yang diakibatkan oleh pasang surut, arus, gelombang dan debit
sungai (Zhou et al., 2015 dalam Yunita A N, dkk 2016). Dengan demikian klasifikasi
sedimen kohesif pada perairan desa lateri sendiri merupakan perairan yang didominasi oleh
sedimen lumpur/lanau.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis data bahwa klasifikasi dari sedimen kohesif di perairan
Desa Lateri sendiri, sangat di dominasi oleh sedimen lumpur/lanau. Yang dimana hasil
pengendapan dari sedimen lumpur/lanau dapat membuktikan bahwa untuk T1, T2 dan T3
volumenya sendiri berkisar dari 544.476-715.292 ml, sedangkan untuk lempungnya sendiri
berkisar antara 101.422-186.83 ml.

5.2 Saran

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya


DAFTAR PUSTAKA

Albert H, Maruli., Niniek Widyorini, dan Ruswahyuni. 2013. Pengaruh Laju Sedimentasi
dengan Kerapatan Rumput Laut di Perairan Bandengan Jepara. Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 282-
287.

CERC. 1984. Shore Protection Manual Volume I, US Army Coastal Engineering Research
Center, Washington.

Loupatty, Grace. 2013. Karakteristik Energi Gelombang dan Arus Perairan di Provinsi
Maluku. Jurusan Fisika FMIPA UNPATTI. Jurnal Barekeng Vol. 7 No. 1 Hal. 19 –
22 (2013).

Pethick, Jhon. 1984. An Introduction to Coastal Geomorphology, Edward, Arnold, Mariland.

Poerbandono.,dan Djunarsjah, Eka. 2005. Survei Hidrografi. Bandung : PT. Refika Aditama.

Triatmodjo, Bambang. 2011. Perencanaan Bangunan Pantai. Beta Offset, Yogyakarta.

Yunita A.N, dkk.2016.Pemodelan Transport Sedimen Kohesif Pada Teluk Ambon Dalam.
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Hlm. 671-681.
LAMPIRAN

Alat dan bahan :

Anda mungkin juga menyukai