Anda di halaman 1dari 20

MODUL V PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIA:

DEKANTASI DAN FILTRASI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


SEDIMENTASI

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Oseanografi Kimia (OS2203)

Dosen Pengampu:

Dr. Susanna Nurdjaman, M. T.

Asisten:
Danke Aziz 12918005

Oleh:

Jihan Alfira Fitriana 12919008

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2021
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3
1.2 Tujuan .................................................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................... 4
BAB III METODOLOGI ........................................................................................................ 6
3.1. Alat dan Bahan ...................................................................................................................... 6
3.2. Diagram Alir dan Hasil Pengamatan .................................................................................. 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 10
4.1. Hasil...................................................................................................................................... 10
4.2. Pembahasan ......................................................................................................................... 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 18
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 18
5.2 Saran .................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Klasifikasi sedimen berdasarkan ukurannya (sumber: orangtambang.id) ............... 4


Gambar 2. Air dan sedimen yang telah diaduk ........................................................................ 10
Gambar 3. Air yang telah didekantasi dan filtrasi ................................................................... 10
Gambar 4. Gelas A-F setelah diaduk ....................................................................................... 11
Gambar 5. Perbandingan gelas A dengan gelas B ................................................................... 12
Gambar 6. Perbandingan gelas C dan gelas D ......................................................................... 12
Gambar 7. Perbandingan gelas E dan gelas F .......................................................................... 12
Gambar 8. Gelas A, B, dan C setelah diaduk........................................................................... 12
Gambar 9. Kondisi larutan setelah didiamkan 15 menit .......................................................... 13
Gambar 10. Kondisi larutan setelah didiamkan 30 menit ........................................................ 13
Gambar 11. Kondisi larutan setelah didiamkan 45 menit ........................................................ 13
Gambar 12. Kondisi larutan setelah didiamkan 60 menit ........................................................ 14
Gambar 13. Kondisi larutan setelah didiamkan 75 menit ........................................................ 14
Gambar 14. Kondisi larutan setelah didiamkan 2 jam lebih .................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Planet Bumi memiliki aspek laut atau perairan yang lebih banyak dibandingkan daratan.
Laut atau perairan seperti sungai, danau, atau waduk ditemukan di sekitar masyarakat. Akibat
letaknya yang berdampingan dengan manusia, tentu saja banyak benda-benda yang bisa
mengontaminasi kandungan laut. Benda-benda ini menyebabkan adanya sedimen atau endapan
di dalam laut. Benda-benda yang berasal dari manusia adalah bahan anorganik dan jasad-jasad
renik laut adalah bahan organik yang merupakan kandungan sedimen. Selain itu, adanya
sedimen juga bisa disebabkan oleh proses pengikisan batuan atau semen yang residunya akan
dibawa ke laut lepas.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh proses sedimentasi, dekantasi, dan filtrasi terhadap turbiditas
2. Mengidentifikasi pengaruh faktor fisis terhadap turbiditas
3. Menganalisis perbedaan jenis sedimen terhadap faktor fisis

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Sedimen adalah bahan utama pembentuk topografi dan batimetri pesisir yang berasal dari
pemecahan batuan. Pemecahan atau fragmentasi ini terjadi karena adanya pelapukan yang
berlangsung secara fisik, kimiawi, atau biologis. Perubahan struktur morfologi pesisir
merupakan akibat dari perpindahan sedimen melalui erosi, pengangkutan, dan pengendapan.
Sedimentasi yang terjadi di lingkungan pantai berawal dari adanya sedimen dari daratan yang
juga merupakan faktor utama pembentuk pantai.
Sedimen dapat menjadi acuan dalam mengetahui sejarah bumi, seperti iklim, pergerakan
lempeng, umur dasar laut, sampai evolusi atau kepunahan suatu fosil. Sedimen dapat
diklasifikasikan berdasarkan ukurannya seperti berikut.

Gambar 1. Klasifikasi sedimen berdasarkan ukurannya (sumber: orangtambang.id)


Berdasarkan asal dan komponen yang terkandung, sedimen diklasifikasikan dalam 4
komponen, yaitu:

1. Lithogenous

Lithogenous berasal dari sedimen daratan yang terbawa oleh angin maupun air sungai
menuju laut. Sedimen lithogenous juga biasa disebut dengan “terrigenous” serta lebih
banyak ditemukan di lempeng benua dibandingkan laut dalam yang jauh dari daratan.
Sedimen lithogenous terbentuk dari erosi maupun pelapukan batuan di daratan, sebagian
besar materialnya terdiri atas mineral alumino-silikat atau Quartz.

2. Biogenous

4
Sedimen biogenous terdiri dari dua senyawa penting, yaitu CaCO3 (kalsit) dan SiO2
(opal) yang berasal dari bagian-bagian keras makhluk hidup seperti cangkang, tulang, atau
gigi. Sedimen kalsit terbentuk oleh coccoliths (tumbuhan) dan forams (hewan), sedangkan
opal terbentuk oleh diatom (tumbuhan) dan radiolarian (hewan). Distribusi kalsit dan opal
tidak merata di seluruh bagian, namun jarang ditemukan di laut dalam.

3. Hydrogenous

Sedimen hydrogenous berasal dari mineral yang mengendap maupun mengkristal


langsung dari air laut. Persentasenya terhitung kecil dan hanya terdapat empat kategori,
yaitu manganese nodules (unsur yang mengandung mangan dan metal), phospates
(phosporus bearing), carbonates (oolites, calcite), metal sulfides (Zn, Ni, Fe), dan
evaporates (garam dapur).

4. Cosmogenous

Cosmogenous merupakan sedimen yang berasal dari luar angkasa, seperti debu angkasa
maupun meteor, sehingga proporsinya lebih kecil dibandingkan dengan sedimen lain.
Sedimen ini berasal dari endapan partikel padatan atau sedimen dalam sebuah larutan
akibat gravitasi. Sedimentasi dapat terjadi secara spontan ketika ukuran partikelnya lebih
besar dari 1000 nm, sedangkan kurang dari itu partikel terbentuk sebagai koloid dalam
larutan.

Dekantasi adalah pemisahan komponen-komponen campuran dengan cara diendapkan.


Lalu memisahkan campuran larutan dengan padatan dengan menuangkan cairan secara
perlahan, sehingga endapannya tertinggal di bagian dasar wadah. Sementara filtrasi adalah
proses penyaringan menggunakan bahan berpori untuk memisahkan padatan dan cairan dalam
suatu campuran. Proses terpisahnya padatan dalam campuran disebut sebagai pengendapan.
Pengendapan oleh gravitasi dapat diamati untuk menentukan laju sedimentasi, konstanta
sedimentasi dan orde sedimentasi. Laju sedimentasi dipengaruhi oleh suhu, salinitas, dan
turbulensi.

5
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. 12 buah wadah air mineral gelas 1. Air keran
2. Sendok/sedotan 2. Sedimen (tanah + pasir)
3. Kertas filtrasi 3. 3 jenis sedimen bebas
4. Corong 4. Garam
5. Sendok makan 5. Minyak goreng

3.2. Diagram Alir dan Hasil Pengamatan


Diagram Alir Hasil Pengamatan dan
Pembahasan

6
7
8
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Percobaan 1

Gambar 2. Air dan sedimen yang telah diaduk

Gambar 3. Air yang telah didekantasi dan filtrasi

10
Percobaan 2

Gambar 4. Gelas A-F setelah diaduk

11
Gambar 5. Perbandingan gelas A dengan gelas B

Gambar 6. Perbandingan gelas C dan gelas D

Gambar 7. Perbandingan gelas E dan gelas F


Percobaan 3

Gambar 8. Gelas A, B, dan C setelah diaduk

12
Gambar 9. Kondisi larutan setelah didiamkan 15 menit

Gambar 10. Kondisi larutan setelah didiamkan 30 menit

Gambar 11. Kondisi larutan setelah didiamkan 45 menit

13
Gambar 12. Kondisi larutan setelah didiamkan 60 menit

Gambar 13. Kondisi larutan setelah didiamkan 75 menit

Gambar 14. Kondisi larutan setelah didiamkan 2 jam lebih


4.2. Pembahasan
Percobaan 1
Sedimentasi merupakan peristiwa pengendapan material batuan yang diangkut oleh
tenaga air atau angin. Material batuan ini mengalami pengikisan oleh air dan angin, pada saat
pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya sampai ke
laut. Saat laju pengangkutannya berkurang, batuan akan diendapkan di daerah aliran air.

14
Filtrasi adalah permbersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewati medium
penyaringan yang menahan partikel padat tersebut. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan
atau gas, aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya.

Kekeruhan atau turbiditas merupakan ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai
dasar untuk mengukur keadaan air baku. Salah satu skala pengukuran kekeruhan adalah NTU
(Nephelometrix Turbidity Unit). Kekeruhan sendiri disebabkan oleh adanya benda bercampur
membentuk solusi atau koloid di dalam air. Benda-benda tersebut bisa berupa bahan anorganik
dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur, bahan buangan, ataupun sedimen.
Larutan atau air yang keruh bisa dijernihkan dengan proses filtrasi dan dekantasi. Namun,
keefektifannya juga berbeda-beda tergantung dengan teknologi apa yang dipakai.

Proses pengolahan air secara dekantasi dan filtrasi yang sederhana dapat menggunakan
media pasir, ijuk, arang, koral, dan sebagainya. Namun apabila tidak ada proses pengendapan
atau sedimentasi terlebih dahulu, tidak akan berfungsi secara maksimal dan tidak tahan lama.
Apalagi pengolahan air sederhana tidak dilengkapi dengan proses koagulasi dan flokulasi.
Koagulasi adalah penambahan zat kimia ke dalam larutan dengan tujuan mengurangi gaya
tolak-menolak antar partikel sehingga lebih cepat untuk menggumpal. Flokulasi adalah proses
lambat yang bergerak secara terus menerus selama partikel-partikel bercampur di dalam air,
sehingga partikel ini akan menjadi lebih besar dan bergerak menuju proses sedimentasi. Jadi
proses filtrasi, dekantasi, dan sedimentasi dapat digunakan untuk mengurangi kekeruhan suatu
larutan. Namun dibutuhkan media atau teknologi yang baik apabila larutan keruh tersebut akan
diolah dan digunakan lagi oleh manusia (contoh: air minum).

Percobaan 2

Pada percobaan kedua, dibandingkan 6 gelas berisi larutan bersedimen, dengan 2 gelas
akan diberi gangguan (diberi cahaya matahari langsung dan diguncang setiap 30 menit sekali),
2 gelas akan diberi garam (salinitas), dan 2 gelas lainnya normal. Setelah didiamkan selama 3
jam, gelas A (1 sendok teh garam) terlihat lebih keruh dibandingkan gelas B (3 sendok makan
garam). Gelas C terlihat lebih keruh dibandingkan dengan gelas D (diberi cahaya matahari
langsung). Gelas E terlihat lebih cerah/jernih dibandingkan dengan gelas F (diguncang).

Jika dibandingkan dengan gelas A, larutan yang terlihat lebih jernih adalah gelas B
dengan salinitas yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh kadar garam yang terkandung dalam
larutan tersebut. Beberapa bahan yang bisa digunakan sebagai zat koagulan yaitu chlorinated
copperas dan ferri klorida (FeCl3 . H2O). Zat koagulan digunakan untuk membantu proses

15
pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya. Sehingga,
larutan yang telah ditambahkan zat koagulan (dalam hal ini garam) akan menjadi lebih jernih
karena partikel-partikel kecil telah mengalami pengendapan.

Gelas D terlihat lebih terang dan jernih dibandingkan dengan gelas C yang disimpan di
tempat sejuk. Gelas D diberi matahari secara langsung dan dapat mempengaruhi suhu larutan.
Pada proses penjemuran ini, larutan akan menerima transfer kalor dari matahari. Kalor
bertindak sebagai sumber energi untuk mikroorganisme dalam proses metabolisme sel.
Teknologi biosorpsi oleh mikroorganisme merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi
limbah logam berat (dalam hal ini berkaitan dengan pencemaran air dan kekeruhan). Biosorpsi
merupakan teknologi pengolahan limbah terbaru yang dapat menyisihkan atau memisahkan
logam berat yang bersifat beracun. Cara penangkapan logam berat dapat dilakukan dengan
pengangkatan pasif dan pengangkatan aktif. Penangkapan aktif terjadi pada berbagai sel hidup
yang mengonsumsi ion logam untuk pertumbuhannya. Proses ini tergantung pada energi yang
terkandung dan sensitifitas terhadap parameter-parameter seperti suhu, pH, kekuatan ionik, dan
cahaya. Suhu yang rendah dapat menghambat proses ini dikarenakan tidak tersedianya sumber
energi dan menghambat metabolisme sel. Oleh karena itu, suhu (kalor) dan cahaya sebagai
sumber energi untuk mikroorganisme dapat mempercepat proses penjernihan air.

Gelas E terlihat lebih jernih dan terang apabila dibandingkan dengan gelas F. Hal ini
dikarenakan adanya pergerakan atau turbulensi pada proses sedimentasi gelas F. Proses
sedimentasi memakan waktu yang cukup lama agar larutan dapat terlihat terpisah dengan zat
padat (sedimen). Apabila larutan atau gelas diganggu (diaduk), hal ini dapat mengakibatkan
kekeruhan kembali meningkat setelah sebelumnya terjadi pengendapan. Menurut penelitian
oleh Modesta R., data kekeruhan perairan mencapai nilai tertinggi akibat adanya faktor cuaah
hujan yang tinggi dan turbulensi dari ombak yang kuat pada perairan (upwelling).
Meningkatnya nilai turbiditas ini cenderung dipengaruhi oleh turbulensi dan mixing dari ombak
laut. Oleh karena itu, turbulensi atau guncangan dapat mempengaruhi proses sedimentasi
sehingga larutan terlihat lebih keruh daripada larutan yang tidak diganggu.

Percobaan 3

Pada percobaan ketiga, diuji tiga jenis sedimen di dalam air berkadar garam. Gelas A
merupakan sedimen dengan jenis pecahan semen, gelas B merupakan sedimen dengan jenis
tanah humus, dan gelas C merupakan sedimen dengan jenis tanah bercampur pasir. Setelah
diaduk, gelas A terlihat paling jernih diantara gelas B (berwarna kehitaman) dan gelas C

16
(berwarna kecoklatan). Setelah 15 menit pertama, ketiga larutan mulai berangsur jernih akibat
adanya proses sedimentasi. Setelah 30 menit, gelas A terlihat sedikit lebih jernih, gelas B
terlihat lebih jernih seperti air teh, dan gelas C terlihat lebih jernih dari sebelumnya. Proses ini
berlangsung terus menerus hingga di menit ke-45, gelas A terlihat sama jernihnya atau proses
sedimentasi seakan-akan berhenti. Hal yang sama juga dialami oleh gelas B dan gelas C pada
menit ke-60. Setelah lebih dari 2 jam didiamkan, gelas A terlihat sama jernihnya, gelas B
terlihat lebih terang dari sebelumnya, dan gelas C terlihat sangat jernih jika dibandingkan
dengan ketiga gelas lainnya. Dapat disimpulkan bahwa sedimen A memiliki kecerahan yang
lebih tinggi di awal percobaan dan sedimen C memiliki kecerahan yang paling tinggi apabila
mengalami proses sedimentasi selama 2 jam lebih. Dan gelas B memiliki waktu yang paling
lama untuk menuju jernih.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada penulisan laporan praktikum kali ini adalah:
1. Proses sedimentasi, dekantasi, dan filtrasi dapat memengaruhi turbiditas air apabila
prosesnya dilakukan dengan waktu yang tepat. Air dengan turbiditas yang tinggi (keruh)
apabila didiamkan dan dibiarkan untuk melakukan proses sedimentasi, lalu didekantasi dan
filtrasi dengan alat yang sesuai, akan menghasilkan air yang lebih jernih dari sebelumnya.
2. Faktor-faktor fisis seperti salinitas, suhu, dan turbulensi dapat mempengaruhi nilai
turbiditas. Salinitas yang tinggi, suhu yang tinggi, dan sedikit turbulensi dapat membuat air
menjadi jernih karena adanya kalor, zat koagulan, dan gangguan yang tidak banyak.
3. Perbedaan sedimen (dalam percobaan ini pecahan semen, tanah humus, dan campuran
tanah dan pasir) berpengaruh terhadap turbiditas dan waktu sedimentasi. Larutan dengan
sedimen semen terlihat paling jernih di awal, larutan dengan campuran tanah dan pasir
terlihat paling jernih apabila didiamkan selama 2 jam lebih, dan larutan dengan sedimen
tanah humus memiliki waktu sedimentasi yang paling lama dibandingkan dengan ketiga
larutan lainnya.
5.2 Saran
Pelaksanaan praktikum modul V ini cukup mudah dan menyenangkan untuk dilakukan.
Saran untuk praktikum ke depannya adalah menyiapkan bahan-bahan praktikum dari jauh hari
sehingga bisa mendapatkan kualitas bahan yang lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, D. (2021). Modul V Praktikum Oseanografi Kimia: Dekantasi dan Filtrasi dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Ermayendri, D., & Riangadeko. (2019). Penurunan Kekeruhan dan TSS pada Unit Sedimentasi
dengan Aplikasi Granite Platesetller dan Tanpa Settler Instalasi Pengolahan Air Bersih.
Journal of Nursing and Public Health, 12-16.
Gresik, A. W. (2016, Juni 02). Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Retrieved from PDAM
Giri Tirta Kabupaten Gresik: http://pdam.gresikkab.go.id/berita-ntu--tingkat-
kekeruhan-air.html#sthash.1imEDN2D.d8Tabvig.dpbs
Hambali, R., & Apriyanti, Y. (2016). Studi Karakteristik Sedimen dan Laju Sedimentasi
Sungai Daeng - Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Fropil, 166-174.
Jenis Koagulan dan Koagulan Aid. (n.d.). Diambil dari PT. Banyu Biru Berkah Sejati:
https://banyubiruberkahsejati.co.id/jenis-koagulan-dan-koagulan-
aid/#:~:text=Koagulan%20merupakan%20bahan%20kimia%20yang,bahan%2Dbahan
%20kimia%20antara%20lain.
Koagulasi dan Flokulasi dalam Pengolahan Limbah. (2019, Januari 15). Diambil dari Sumber
Aneka Karya Abadi: http://www.saka.co.id/news-detail/koagulasi-dan-flokulasi-
dalam-pengolahan-limbah
Parahita, C. K. (2018). Pengaruh Waktu Pengadukan dan Pengambilan Sampel Larutan CaCO3
4% terhadap Jumlah Endapan pada Alat Filter Press. Jurnal Inovasi Proses Vol.3, 7-9.
Patty, S. I., Rizki, M. P., Rifai, H., & Akbar, N. (2019). Kajian Kualitas Air dan Indeks
Pencemaran Perairan Laut di Teluk Manado Ditinjau dari Parameter Fisika-Kimia Air
Laut. Jurnal Ilmu Kelautan Kepulauan, 1-13.
Perikanan, K. K. (2020, Januari 21). Mengenal Sedimen. Diambil dari Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut: https://kkp.go.id/djprl/artikel/16610-mengenal-sedimen
Ratnawati, E., Ermawati, R., & Naimah, S. (2010). Teknologi Biosorpsi oleh Mikroorganisme,
Solusi Alternatif untuk Mengurangi Pencemaran Logam Berat. Jurnal Kimia dan
Kemasan, 34-40.
Said, N. I. (2010). Metoda Penghilangan Logam Merkuri di Dalam Air Limbah Industri. Jurnal
AI, 11-23.

19

Anda mungkin juga menyukai