Anda di halaman 1dari 13

Mengapa pesawat

listrik dibutuhkan?
Emisi gas karbon-dioksida akibat proses pembakaran pada mesin pesawat menjadi salah
satu isu penting yang muncul belakangan ini, terutama usai munculnya isu perubahan
iklim dan masalah lingkungan yang terjadi. Industri penerbangan sendiri, berdasarkan
laporan dari perusahaan konsultan Roland Berger, memiliki peningkatan sebesar ~3%
per tahun terhadap kontribusi gas rumah kaca, dengan porsi kontribusi rata-rata sekitar
2,6% pada tahun 2000-2015 dibandingkan dengan industri lain. Angka tersebut kini telah
melandai, namun porsi tersebut diprediksi akan terus meningkat akibat bertambahnya
pendapatan dari perjalanan penumpang yang diestimasikan meningkat sebesar 4 sampai
5 persen hingga pertengahan 2030. Selain itu, perkembangan teknologi turbin gas pada
engine juga mengalami perlambatan pada sektor pengurangan pembakaran bahan bakar
avtur. Selain itu, faktor eksternal berupa trend kendaraan ramah lingkungan seperti
mobil listrik dan sistem transportasi minim polusi saat ini tengah menjadi idaman bagi
generasi masa depan. Faktor lain yang selama ini dinilai memengaruhi perlambatan
pengurangan emisi karbon adalah terkait umur operasi pesawat yang cukup panjang
sehingga penggantian dengan teknologi terbaru dan lebih ramah lingkungan sulit untuk
dilakukan dalam waktu cepat. Di sisi lain, badan regulasi terkait saat ini juga dituntut
untuk memberikan insentif dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan dan mem-
berikan aturan yang ketat pada teknologi yang memberikan dampak pada lingkungan.

Pesawat terbang saat ini tengah mengalami perkembangan pesat ke arah penggunaan
listrik secara komprehensif pada seluruh sistem pesawat dalam konsep More Electric
Aircraft (MEA). Ini merupakan perkembangan dari sistem sebelumnya, yaitu mekanik,
hidraulik, dan pneumatik. Sistem elektrik dianggap memiliki keunggulan pada reliability
yang lebih tinggi dan ongkos perawatan yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem
hidraulik. Selain itu, sistem elektrik tidak membutuhkan konfigurasi pipa dan saluran
yang kompleks dan panjang sebagaimana sistem pneumatik dan hidraulik. Oleh karena
itu, munculnya pesawat listrik tidak hanya mencakup pada kebutuhan industri tapi juga
ke arah trend industri penerbangan yang semakin memihak ke penggunaan ke sistem
listrik yang pada beberapa kasus lebih reliable, sehingga penggunaan listrik pada sistem
propulsi menjadi tidak lagi terelakkan.

Grafik Pangsa Indus-


tri Penerbangan dalam
Emisi Gas Karbon Glob-
al, 1940-2015. Sumber:
IPCC, Roland Berger

Halaman 2
Halaman 1
Pertama, bagaimana
pesawat bekerja?
Pesawat dapat terbang karena adanya gaya angkat atau lift yang mayor-
itas berada pada sayap. Gaya angkat muncul karena adanya aliran udara
yang mengalir pada permukaan atas dan bawah sayap yang memiliki suatu
bentuk airfoil tertentu. Kecepatan aliran udara pada permukaan atas leb-
ih tinggi daripada permukaan bawah, sehingga tekanan pada permukaan
atas lebih rendah daripada permukaan bawah sayap (Hukum Bernoulli).
Perbedaan tekanan tersebut yang akan menimbulkan gaya angkat ke atas
untuk melawan gaya berat (weight) ke bawah. Semakin berat beban yang
dibawa, maka semakin besar gaya angkat yang diperlukan untuk men-
gangkat pesawat.

Aliran udara yang bergerak pada permukaan sayap diperoleh karena pe-
sawat bergerak maju. Untuk dapat bergerak maju, pesawat membutuhkan
gaya dorong atau thrust. Gaya dorong tersebut akan dihasilkan oleh mes-
in atau engine pesawat. Namun, pergerakan pesawat ke depan akan me-
nimbulkan gaya hambat atau drag yang arahnya berlawanan dengan gaya
dorong. Oleh karena itu, engine pesawat merupakan komponen penting
yang harus diperhatikan agar pesawat dapat terbang hingga mencapai ke-
cepatan tertentu dan menghasilkan gaya angkat yang dibutuhkan, serta
dapat melawan gaya hambat yang muncul.

Sumber: FAS

Halaman 3
Halaman 2
Bagaimana pengembangan pesawat
listrik sampai sekarang?
Pengembangan pesawat listrik dapat dibagi menjadi empat fokus kategori, yaitu :

Kategori Pesawat Rekreasi dan General Aviation. Pesawat pada kategori ini digunakan untuk tu-
juan penerbangan pribadi atau rekreasi antar bandara kecil. Segmen ini juga telah menjadi batu
lompatan untuk pengembangan propulsi elektrik penuh dengan substitusi powerplant atau mem-
berikan ruang untuk pengembangan lebih lanjut dengan pesawat yang sudah ada. Contoh pesawat
jenis ini diantaranya yaitu MagniX dan Eviation Alice.

Kategori Pesawat Regional dan Bisnis. Pesawat ini memiliki jarak tempuh sekitar 500-1000 km
untuk kapasitas 20-100 orang, untuk penggunaan transportasi antarkota dan penerbangan pe-
sawat bisnis/pribadi. Pengembangan pada segmen ini menjadi batu lompatan menuju ke tipe pe-
sawat yang lebih besar, contohnya Airbus E-Fan X yang bekerja sama dengan Siemens membangun
pesawat dengan skala 60 hingga 50 penumpang dan Zunum Aero yang bermitra dengan Boeing dan
Jetblue mengembangkan pesawat dengan skala yang serupa namun memiliki perbedaan konfigurasi
sistemnya.

Kategori Large Commercial Aircraft. Jenis pesawat ini didominasi oleh dua perusahaan raksasa
yaitu Boeing dan Airbus. Diantara keduanya jika berbicara tentang transportasi elektrik maka Air-
bus setidaknya telah selangkah lebih maju dibandingkan dengan Boeing. Hal ini dibuktikan dengan
Airbus telah membentuk roadmap untuk pengembangan pesawat dengan konfigurasi hybrid-electric
dan fully-electric.

Kategori Urban Air Taxis (UAT). Kategori ini berisi pesawat terbang yang digunakan untuk dalam
kota dengan kapasitas 1 sampai 4 penumpang, dengan kemampuan lepas landas vertikal. Pesawat
jenis ini memiliki konfigurasi mirip dengan quad-copter hingga helicopter. Contoh pesawat jenis ini
yaitu CityAirbus dan Airbus E-Fan.

Dari keempat kategori pengembangan di atas, perkembangan pesawat listrik hingga tahun 2020
didominasi oleh pengembangan pesawat tipe general aviation yang mulai melakukan first flight di
akhir dekade 2010, diikuti oleh UAT, pesawat regional yang akan mulai pengujian dan terbang di
awal 2021 dan harapannya di masa depan dapat berlanjut pada pengembangan large commercial
aircraft.
Grafik Perkembangan
Pesawat Elektrik ber-
dasarkan Tipe Pesawat,
Sumber: Roland Berger

Halaman 4
Halaman 3
Lalu, bagaimana pesawat listrik
bekerja?
Pesawat terbang dengan tenaga elektrik sendiri secara umum terbagi menjadi dua jenis yaitu ful-
ly-electrical dan sistem hybrid. Keduanya memiliki cara kerja yang hampir sama namun memiliki
proporsi yang berbeda.
Pesawat Fully-electrical
Pesawat jenis ini bekerja dengan prinsip penggerak motor engine
yang sepenuhnya bertenaga listrik. Pada sistem propulsi ini, putaran
propeler, fan, dan kompresor yang pada awalnya dikendalikan oleh
pembakaran avtur, sepenuhnya digantikan oleh putaran motor listrik.
Sumber tenaga untuk memutar motor listrik akan dipasok melalui me-
kanisme baterai yang untuk menggunakan sumber tenaga ini diper-
lukan proses recharge secara berkala sebelum digunakan. Beberapa
Pesawat MagniX, Sum- wahana udara yang menggunakan prinsip ini antara lain CityAirbus
ber: Aerotec.com (taksi terbang), Airbus E-Fan 1.0, MagniX, dan Eviation Alice.

Pesawat Hybrid Electric


Pesawat jenis ini merupakan pesawat yang menggabungkan dua sum-
ber energi, yaitu elektrik atau listrik, dengan menggunakan prinsip
motor listrik yang dipasok oleh baterai, dan engine konvensional yang
dipasok oleh bahan bakar fosil (avtur – aviation turbine fuel). Pe-
sawat ini biasanya menggunakan jenis engine turbofan dengan kap-
asitas sekelas business jet. Cara kerja sistem elektrikal pesawat ini
hampir sama dengan sistem fully-electric, yaitu mengganti pemutar
kompresor dan fan dengan motor listrik, namun perbedaannya yaitu
tidak semua engine digantikan oleh motor listrik. Selain itu, pesawat
ini juga disertai dengan turbin gas tambahan yang sesekali digunakan
Zunum Aero, Sumber: in- untuk me-recharge baterai saat pesawat sedang beroperasi, sehingga
telligent-aerospace.com dapat menghemat waktu pengisian ulang. Sayangnya, jenis pesawat
ini saat ini masih dalam tahap sertifikasi dan pengujian sehingga be-
lum dijual secara komersial dalam skala besar. Beberapa contoh pe-
sawat ini yaitu Zunum Aero yang dikeluarkan oleh Boeing, The Cassio
2, dan Airbus E-Fan X.

Namun, dibalik semua kesuksesan dan evolusi teknologi yang semakin ramah lingkungan
nan canggih, tidak dapat dipungkiri, hingga saat ini dengan teknologi dan riset yang ada,
tenaga yang dihasilkan baterai elektrik masih jauh lebih rendah dibandingkan bahan ba-
kar fosil seperti avtur. Hal ini disebabkan kerapatan energi yang dihasilkan oleh baterai
masih sangat rendah. Sebagai gambaran, untuk menghasilkan besar energi yang sama, 1
kg bahan bakar fosil atau avtur setara dengan 25 kg baterai. Hal ini tentu akan sangat
mempengaruhi payload dan beban struktur pada pesawat yang dapat ditanggung. Selain
itu, proses pengisian ulang yang memakan waktu jauh lebih lama dibandingkan pengisian
ulang bahan bakar fosil menjadi pertimbangan tersendiri untuk membuat pesawat dengan
sistem fully-electric.

Halaman 5
Halaman 4
Bagaimana perbedaan sistem propulsi yang dapat di-
gunakan dalam pesawat listrik?
Secara umum, pesawat komersial yang diganti ke sistem elektrik mengadopsi tipe propulsi tur-
boprop dan turbofan.

Turboprop
Engine jenis ini merupakan engine yang pal-
ing sesuai untuk pesawat terbang yang terbang
pada ketinggian rendah serta membutuhkan
runway yang pendek. Engine jenis ini bekerja
dengan efektif pada udara berdensitas ting-
gi (ketinggian rendah) dan dengan kecepatan
yang relatif sedang. Engine ini bekerja dengan
menggunakan prinsip airfoil pada propeler dan
turbin gas pada bagian belakang engine yang
memberikan thrust ekstra bagi pesawat ter- Eviation Alice, Turboprop, Sumber: Eviation.co
bang. Beberapa pesawat terbang berjenis tur-
boprop yang dikonversi menjadi elektrik dian-
taranya yaitu MagniX. Selain itu terdapat pula
pesawat prototype dengan tipe engine propeler
yang digerakkan dengan metode propeler yaitu
Eviation Alice.

Turbofan
Engine jenis ini bekerja dengan mekanisme
yang diawali dengan udara yang masuk melalui
inlet yang berisi fan dan kompresor, kemudian
memasuki ruang bakar, lalu memasuki turbin
gas dan berakhir di nozzle. Pada bagian turbin
gas, aliran udara dari ruang bakarakan memutar
bilah turbin, energi dari putaran ini sebagian
digunakan untuk memutar kompresor dan fan
dan sebagian lainnya diubah menjadi listrik un-
tuk keperluan listrik pesawat. Engine jenis ini
lebih sering diadaptasi dan ditambahkan bate-
rai kedalam sistemnya sebagai pengganti ener-
gi pemutar pada kompresor. Beberapa pesawat Airbus E-fan X, Hybrid Turbofan, Sumber: Evia-
terbang dengan jenis engine turbofan yang di- tion.co
kombinasikan dengan sistem elektrik diantara-
nya yaitu Zunum Aero, Airbus E-Fan X.

Halaman 6
Halaman 5
Bagaimana perbedaan sistem propulsi yang dapat di-
gunakan dalam pesawat listrik?

Propulsi Hybrid sebagai Solusi

Pesawat dengan model hybrid atau kombinasi yang lebih berpotensi untuk dikem-
bangkan sebagai pesawat Large Commercial Aircraft dibandingkan dengan model
pesawat fully-electric. Pesawat hybrid ini merupakan langkah awal menuju gener-
asi sistem transportasi yang fully electric dan bebas polusi, meskipun sistem hybrid
saat ini tengah menemui tantangan baru selain masalah massa dan energi. Masalah
tersebut yaitu terkait penerapan turbin gas pengisi ulang baterai yang ditempat-
kan pada fuselage sehingga perlu dilakukan pengecekan ulang terhadap suhu panas
turbin serta efeknya pada keamanan fuselage. Sistem hybrid dapat diimplemen-
tasikan dengan dua model, yang pertama paralel yang memasang sistem turbofan
dengan motor listrik bersamaan, dan seri yang menggunakan turboshaft dan gener-
ator yang diperkuat oleh baterai untuk menyalurkan energi ke propeller yang diger-
akkan oleh motor elektrik.

Tipe Sistem Hybrid, Sumber: Roland Berger

Halaman 7
Halaman 6
Seberapa berbeda antara pesawat listrik dan
pesawat secara konvensional?

Tabel Keunggulan-Kekurangan Sistem Hybrid


Keunggulan (+) Kekurangan (-)
Mengurangi polusi udara dan mengefektifkan Kerapatan energi baterai saat ini belum dapat
penggunaan bahan bakar fosil. menandingi kerapatan energi bahan bakar fosil
yang lebih tinggi.
Mengurangi biaya bahan bakar fosil yang diganti- Pertambahan massa yang cukup signifikan me-
kan dengan sistem elektrik. mengaruhi kekuatan struktur pesawat dan beban
yang mampu ditanggungnya.
Mengurangi getaran pada struktur pesawat kare- Standardisasi serta kualifikasi baterai dan insta-
na meminimalkan ledakan engine dan menjad- lasi listrik yang cukup sulit dan kompleks karena
ikan struktur lebih rigid. berupa teknologi baru

Dapat memiliki peak power yang lebih tinggi Masalah performa recharging yang memakan
karena merupakan kombinasi sistem elektrik dan banyak waktu dan kurang efisien.
konvensional.

Masalah maintenance baru berupa komponen


baterai, dan suhu fuselage yang meningkat ta-
jam akibat turbin tambahan di dalamnya.
Diperlukan kajian lebih lanjut terkait biaya manufaktur, operasional, dan maintenance serta per-
bandingannya terhadap efek lingkungan jangka panjang yang dapat memberikan berpotensi mem-
berikan keuntungan namun juga dapat memicu tantangan baru.

Sumber: Analisis Kajian

Tabel Perbandingan Pesawat Konvensional dan Pesawat Listrik


Pesawat Konvensional Pesawat Elektrik
(Cessna 208 Caravan) (Eviation Alice)

Emisi Gas Gas karbon (CO2) Polusi minim saat terbang

Jarak Tempuh 1.982 km 1.046 km


$890,93/jam (450 jam
Biaya Operasional $ 200/jam
terbang per tahun)
250 Wh/kg (baterai lithi-
Kepadatan Energi 12.000 Wh/kg (kerosin)
um-ion)
Relatif lebih ketat dan
Sertifikasi Relatif lebih mudah
berstandar lebih tinggi
Sumber: Analisis Kajian

Halaman 8
Halaman 7
Bagaimana tantangan yang harus diha-
dapi dalam pengembangan pesawat lis-
trik?
Penerbangan Jarak Pendek
Lebih Mahal dibandingkan
Penerbangan Jarak Jauh

Tinjau sketsa di atas dengan masing-masing A, B, C adalah suatu bandar udara.


Jarak A-B = Jarak B-C = ½×Jarak A-C. Pesawat dari bandara A yang langsung ter-
bang ke bandara C tanpa mendarat di bandara B (A-C) akan lebih ‘hemat’ bah-
an bakar dibandingkan pesawat dengan rute A-B-C. Pesawat dengan rute A-B-C
akan melakukan dua kali take-off dan dua kali landing, sementara pesawat
dengan rute A-C hanya melakukan satu kali take-off dan landing. Ha tersebut
dikarenakan penggunaan bahan bakar paling besar adalah ketika take-off dan
landing, sehingga rute A-B-C membutuhkan biaya bahan bakar yang lebih mahal
dibandingkan dengan rute A-C.
Lingkaran Setan antara Berat dan Energi
Densitas energi (Joule per satuan massa) baterai jauh lebih kecil dibandingkan
dengan avtur, sehingga pesawat listrik dengan kebutuhan energi yang sama den-
gan pesawat konvensional akan memiliki massa yang lebih besar. Massa yang
lebih besar ini akan mengakibatkan pesawat membutuhkan energi lebih untuk
dapat terbang. Namun, sumber energi pada pesawat listrik hanya bersumber
dari baterai, yang artinya perlu penambahan baterai. Penambahan baterai akan
kembali mengakibatkan penambahan massa.

Kapasitas Baterai Li-ion yang Rendah


Umumnya, pesawat listrik menggunakan baterai tipe Li-Ion karena sifatnya
yang ringan. Terlepas dari kelebihan tersebut, kepadatan energi baterai Li-Ion
masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan kerosin, yaitu sekitar 250 Wh/
kg, sementara kerosin sekitar 12.000 Wh/kg.

Halaman 9
Halaman 8
Fokus Pengembangan
Penggunaan Graphene pada Baterai
Graphene adalah material berteknologi tinggi yang tersusun sebagai allo-
trope dari karbon yang memiliki kekuatan tinggi hingga 130 GPa. Sebagai
bahan penyusun baterai, graphene dapat meningkatkan kecepatan pengi-
sian baterai. Sebagai support material pada elektroda, graphene juga dapat
meningkatkan efisiensi elektroda. Selain itu, penerapan sistem hybrid (kom-
binasi graphene dengan material lain) akan menghasilkan baterai dengan
kapasitas relatif lebih besar dan kecepatan isi ulang relatif lebih tinggi.

Sel Surya sebagai Sumber Daya Listrik


Selama penerbangan, pesawat dapat menggunakan sel surya untuk mengu-
bah cahaya matahari menjadi listrik. Listrik yang dihasilkan dapat digunakan
untuk mengisi baterai. Saat ini, besarnya daya yang dapat disuplai dari sel
surya untuk keperluan komersil adalah sebesar 15-20%.

Superkapasitor sebagai Baterai


Superkapasitor merupakan kapasitor dengan luas lempengan yang lebih
besar, jarak antar-lempengan yang lebih dekat, dan nilai kapasitansi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kapasitor biasa. Keuntungan dari penggu-
naan superkapasitor adalah power density (suplai daya tiap satuan waktu)
yang lebih tinggi dan bobot yang lebih ringan dibandingkan baterai. Selain
itu, pengisian superkapasitor berkisar antara 1-10 detik, sedangkan baterai
dapat memakan waktu berjam-jam. Keuntungan lainnya adalah lifespan su-
perkapasitor yang mencapai 1 juta siklus, jauh lebih banyak dibandingkan
baterai yang hanya 1500-5000 siklus.

Pesawat Listrik untuk Penggunaan Rute Jarak Pendek


Disebabkan munculnya berbagai batasan dalam sistem elektrik, maka pe-
sawat listrik sejauh ini menjadi pilihan yang cukup menjanjikan baik bagi
perusahaan maupun konsumen dalam pasar penerbangan jarak dekat mau-
pun flying taxi dalam kota. Selain biaya yang relatif lebih murah, faktor
minimnya polusi yang dihasilkan juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi
perusahaan manufaktur dan jasa untuk terus mengembangkan pesawat elek-
trik dengan teknologi yang lebih canggih dan mutakhir, salah satunya dengan
menggunakan baterai berdensitas energi tinggi dan engine yang memiliki
derajat noise rendah.

Halaman 10
Halaman 9
Masalah lain untuk Dipertimbangkan

Energy density superkapasitor lebih rendah


Energy density superkapasitor berkisar antara 5,2-5,9
Wh/kg sementara Baterai Li-Ion berkisar antara 100-
160 Wh/kg.

Sumber: CircuitDigest

Sumber Pasokan Listrik di Indonesia


Di Indonesia, mayoritas pembangkit listrik masih
menggunakan bahan bakar fosil. Mengingat bahan
bakar fosil menimbulkan polusi udara karena zat-zat
sisa karbon hasil pembakarannya, hal ini bertentangan
dengan tujuan awal pesawat listrik, yaitu untuk men-
gurangi polusi udara. Oleh karena itu, apabila peng-
gunaan listrik pada pesawat elektrik masih berasal
dari pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil maka
muncul kemungkinan baru dimana polusi yang ditim-
bulkan dari pesawat konvensional berpindah menjadi
Sumber: Shutterstock polusi akibat penggunaan bahan bakar fosil berlebih
pada pembangkit listrik yang digunakan.

Halaman 11
Halaman 10
Jadi, bagaimana pesawat listrik ini?
Adanya tuntutan penerbangan yang ramah lingkungan mendorong industri pesawat untuk
mulai mengembangkan konsep pesawat dengan sistem propulsi elektrik. Sistem elektrik dip-
ilih karena tidak menghasilkan emisi karbon seperti pada pesawat berbahan bakar avtur.
Sayangnya, pesawat dengan sistem propulsi listrik penuh (fully-electric) masih memiliki be-
berapa kelemahan.

Kelemahan utama dari pesawat tersebut terdapat pada densitas energi baterai yang digu-
nakan sebagai sumber energi utama, saat ini densitas energi yang dimiliki baterai masih jauh
lebih kecil dibandingkan dengan avtur. Pesawat dengan konfigurasi fully-electric memiliki
jarak tempuh dan kapasitas penumpang yang sangat rendah. Oleh karena itu, pada bisnis avi-
asi, kategori yang paling memungkinkan dalam pengembangan pesawat fully-electric adalah
kategori Urban Air Taxis, karena memiliki konsep transportasi dengan jarak pendek. Semen-
tara itu, untuk kategori Large Commercial Aircraft, General Aviation, dan Regional Aviation,
pesawat fully-electric masih sangat sulit untuk menggantikan pesawat model konvensional.

Untuk mengatasi permasalahan densitas energi baterai yang jauh lebih kecil daripada av-
tur, maka dikembangkan konsep pesawat hybrid. Pesawat hybrid merupakan pesawat yang
menggunakan kombinasi dua sumber energi, yaitu avtur dan baterai. Konsep ini akan dapat
mengurangi penggunaan bahan bakar avtur, sehingga emisi karbon dari pesawat berkurang
dan avtur dapat digunakan secara optimal.

Selain pengembangan konsep pesawat hybrid, pengembangan pada baterai juga terus
dilakukan. Pengembangan material dan struktur baterai yang lebih ringan, seperti graphene,
merupakan langkah untuk mengantisipasi beratnya baterai yang dibutuhkan akibat densi-
tas energi yang kecil. Pengembangan sumber energi listrik tambahan pada pesawat den-
gan menggunakan sel surya dan generator turbin angin yang dikombinasikan, serta pengem-
bangan superkapasitor sebagai sumber energi utama selain baterai juga diharapkan dapat
menunjang pengembangan pesawat listrik.

Kelemahan lain yang juga dihadapi pada pengembangan pesawat listrik, khususnya di Indo-
nesia, yaitu bahan bakar pembuatan listrik yang mayoritas masih berasal dari energi tak ter-
barukan (non-renewable energy). Hal tersebut tentu akan tetap menimbulkan emisi karbon,
hanya saja tidak berasal langsung dari pesawat, namun berpindah ke pembangkit listrik.

Halaman 12
Halaman 11
Daftar Pustaka
Thomson, dkk. 2019. Aircraft Electric Propulsion-Onwards and Upwards. Roland
Berger

Thomson, dkk. 2017. Aircraft Electric Propulsion-The Next Chapter of Aviation?.


Roland Berger

Aircraft Electrification. (2019, August 20). Retrieved from https://aerospaceengi-


neer- ingblog.com/aircraft-electrification/

Bertorelli, P., & Staff, E. (2019, June 14). How Aircraft Electric Motors Work. Re-
trieved from https://www.avweb.com/ownership/how-aircraft-electric-motors-
work/ Electric flight. (n.d.). Retrieved from https://www.airbus.com/innovation/
zero-emis- sion/electric-flight.html

Hawkins, A. J. (2018, August 14). Electric flight is coming, but the batteries aren’t
ready. Retrieved from https://www.theverge.com/2018/8/14/17686706/electric-air-
plane-flying-car-battery-weight-green-energy-travel

Lang, F. (2020, May 06). This Electric Jet Engine Could Lead to Carbon-Neutral Air
Travel. Retrieved from https://interestingengineering.com/this-electric-jet-engine-
could-lead-to-carbon-neutral-air-travel

Lekach, S. (2018, October 17). The future of flying is electric planes. Retrieved from
https://mashable.com/feature/electric-airplanes-future-flight/#:~:text=Electric
planes use batteries to,and they need a battery.&text=Electric batteries use the
charge,forces pull on a rotor.

Patel, P. (n.d.). The Battery Design Smarts Behind Rolls Royce’s Ultrafast Electric
Air- plane. Retrieved from https://spectrum.ieee.org/energywise/energy/batter-
ies-storage/the-battery-innovations-behind-rolls-royces-ultrafast-electric-airplane

Patent Details. (n.d.). Retrieved from https://technology.nasa.gov/patent/LEW-


TOPS-104

Ye, D., Li, J., & Tang, J. (2020, May 01). Jet propulsion by microwave air
plasma in the atmosphere. Retrieved from https://aip.scitation.org/doi/
full/10.1063/5.0005814

Halaman 13
Halaman 12

Anda mungkin juga menyukai