Dosen Pengampu:
Asisten:
Disusun oleh:
2020
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 32 Plot pengukuran 1 dan 2 dalam grafik densitas terhadap kedalaman .................. 23
Gambar 33 Plot pengukuran 1 dan 2 dalam grafik SigmaT terhadap kedalaman .................. 23
Gambar 34 Plot pengukuran 1 dan 2 dalam grafik klorofil terhadap kedalaman ................... 24
Gambar 35 Plot pengukuran 1 dan 2 dalam grafik turbiditas terhadap kedalaman ................ 25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Praktikan dapat mengenal karakteristik parameter fisik dan kimia air laut,
2. Praktikan dapat menerapkan analisis spasial dan temporal massa air dan kualitas air
laut dengan parameter fisik dan kimia air laut yang tersedia.
1
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Temperatur
Temperatur perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di perairan. Temperatur merupakan salah satu faktor eksternal yang paling mudah
untuk diteliti dan ditentukan. Temperatur air laut baik secara horizontal ataupun vertikal
mengalami perubahan. Perubahan vertikal jauh lebih besar daripada perubahan horizontalnya.
Secara spasial temperatur tidak banyak berubah. Hal ini menunjukkan bahwa temperatur di
permukaan dipengaruhi kuat oleh penyinaran matahari. Selain itu, pola arus yang berubah
secara mendadak dapat menurunkan nilai suhu pada air. Kisaran suhu di perairan dangkal
lebih besar dibandingkan dengan perairan laut dalam. Hal ini disebabkan oleh pergolakan
yang timbul oleh angin dan dinamika oseanografi fisis lainnya.
Mixed layer di daerah ekuator lebih tipis dibandingkan dengan daerah di lintang
menengah. Hal ini disebabkan oleh pengaruh angin dan gelombang yang menimbulkan
turbulensi. Tebal dari lapisan mixed layer sangat bergantung pada kekuatan angin. Di lintang
menengah, terutama pada musim dingin, kekuatan angin jauh lebih besar daripada di daerah
ekuator. Pada lapisan termoklin, terjadi perubahan suhu atau pengurangan panas yang besar
terhadap kedalaman. Panas ditransfer dengan proses konduksi pada lapisan ini. Sementara di
lapisan dalam atau deep layer, perubahan suhu berangsur mengecil dan sangat lambat karena
suplai panas dari lapisan atas telah berkurang.
2.2 Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut. Salinitas
air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas maka akan semakin
besar pula tekanan osmotiknya. Kisaran salinitas di perairan Indonesia adalah 32-35 psu.
2
Distribusi salinitas dibagi menjadi dua, yaitu distribusi horizontal dan distribusi vertikal. Pada
distribusi horizontal, perbedaan salinitas perairan dapat terjadi karena adanya perbedaan
penguapan dan presipitasi, run off, dan pencairan es. Berbeda dengan distribusi suhu,
distribusi salinitas permukaan rata-rata mempunyai minimum di daerah ekuator dan
maksimum di daerah subtropis 25°N dan 25°S, dan makin berkurang ke daerah kutub.
Salinitas maksimum terjadi di area angin pasat (angin yang bertiup sepanjang tahun dari
daerah subtropis menuju ke daerah ekuator).
Distribusi vertikal dari salinitas tidak dapat dinyatakan secara sederhana seperti distribusi
vertikal dari suhu. Bisa saja ditemui salinitas tinggi atau salinitas rendah di lapisan permukaan
yang hangat. Dalam arah vertikal di daerah ekuator, tropis dan subtropis ditemukan lapisan
dengan salinitas minimum pada kedalaman 600-1000. Di lintang tinggi, di mana salinitas
permukaan rendah, salinitas umumnya bertambah sampai kedalaman 2000 m tanpa ada
lapisan dengan salinitas minimum. Distribusi vertikal dari salinitas di bawah permukaan
sangat dipengaruhi oleh pencampuran massa air.
2.3 Konduktivitas
Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit di dalam air.
Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang terlarut dalam air,
berkaitan dengan kemampuan air dalam menghantarkan arus listrik. Semakin banyak garam-
garam yang terlarut semakin baik daya hantar listrik pada perairan tersebut. Air suling yang
tidak mengandung garam-garam terlarut bukan merupakan penghantar listrik yang baik.
Selain dipengaruhi oleh jumlah garam-garam terlarut, konduktivitas juga dipengaruhi oleh
temperatur.
Konduktivitas air dapat dinyatakan dalam satuan mhos/cm atau Siemens/cm. Ar tanah
dangkal umumnya mempunyai nilai sekitar 30-2.000 µmhos/cm. konduktivitas air murni
berkisar antara 0-200 µS/cm (konduktivitas rendah), konduktivitas sungai besar berkisar
antara 200-1.000 µS/cm (konduktivitas sedang), dan air saline atau yang biasa digunakan
untuk cairan infus adalah 1.000-10.000 µS/cm (konduktivitas tinggi). Nilai konduktivitas
untuk air layak minum adalah sekitar 42-500 µmhos/cm. Air yang memiliki konduktivitas
lebih dari 250 µmhos/cm tidak dianjurkan untuk diminum karena dapat mengendap dan
merusak ginjal.
2.4 Densitas
3
Densitas air laut merupakan fungsi dari salinitas, suhu, dan tekanan (kedalaman).
Densitas akan bertambah besar apabila salinitas bertambah, suhu berkurang, dan tekanan
bertambah. Pada lapisan permukaan, perubahan densitas sangan ditentukan oleh salinitas dan
suhu air laut, efek suhu lebih dominan daripada efek salinitas. Di lapisan dalam, perubahan
densitas ditentukan oleh perubahan tekanan. Densitas dapat ditinjau dari distribusi horizontal
dan distribusi vertikal. Secara vertikal, densitas semakin tinggi dengan bertambahnya
kedalaman. Selain itu, hubungan antara densitas dengan salinitas dan temperatur adalah tidak
linear, namun densitas lebih dipengaruhi temperatur dibandingkan salinitas. Semakin tinggi
suhu dengan salinitas konstan, maka partikel air akan mengembang dengan massa yang sama,
sehingga densitas akan berkurang.
2.5 Sigma-T
Sigma-T merupakan salah satu parameter untuk menyatakan densitas, namun efek tekanan
dapat diabaikan dalam kebanyakan kasus dengan memanfaatkan suhu potensial. Nilai ini
diperoleh dengan mengurangi 1,0 dari densitas dan mengalikan sisanya dengan 1000. Nilai
Sigma-T (σt) akan bertambah seiring dengan meningkatnya salinitas dan penurunan suhu.
Hubungan antara tekanan dan densitas ditunjukkan dengan pengaruh tekanan terhadap
densitas air laut pada 35 psu dan suhu 0°C.
2.6 Klorofil
Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga, dan bakteri
fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan
mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Klorofil mempunyai rantai fitil (C20H39O)
yang akan berubah menjadi fitol (C20H39OH) jika terkena air dengan katalisator klorofilase.
Fitol adalah alcohol primer jenuh yang mempunyai daya afinitas yang kuat terhadap O2 dalam
proses reduksi klorofil.
Sifat fisik klorofil adalah menerima dan/atau memantulkan cahaya dengan gelombang
yang berlainan dan berpendar. Klorofil banyak menyerap sinar dengan panjang gelombang
antara 400-700 nm, terutama sinar merah dan biru. Sifat kimia klorofil, antara lain tidak larut
dalam air, melainkan larut dalam pelarut organik yang lebih polar seperti etanol dan
kloroform. Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis. Fotosintesis
4
merupakan proses perubahan senyawa anorganik (CO2 dan H2O) menjadi senyawa organik
(karbohidrat) dan O2 dengan bantuan cahaya matahari.
2.7 Turbiditas
Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang
melaluinya terabsorpsi dan terbias dihitung dalam satuan mg/l SiO2 Unit Kekeruhan
Nephelometri (UKN). Air akan dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu
banyak partikel bahan yang tersuspensi, sehingga memberikan warna atau rupa yang
berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat,
lumpur, dan bahan-bahan organik. Setiap tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh pH air.
5
BAB III
METODOLOGI
3.2 Data
Dari pengambilan data di Pulau Ambon pada 24 September 2020, dihasilkan dua data
dalam format .csv.
6
Gambar 2 Hasil pengambilan data 2
1. Buka Microsoft Teams, masuk ke “OS2101 Pendahuluan Oseanografi”, dan pilih files
pada tab “Praktikum”.
7
2. Buka file “Modul 2 – Kualitas Air Laut” dan download “Paket Modul.rar”.
3. Ekstrak file tersebut dan buka file bernama “CTD KULAP SEPT 2020_033” dan
“CTD KULAP SEPT 2020_034”.
8
2. Kemudian persiapkan susunan data dengan merata-ratakan kedalaman terukur,
temperatur, salinitas, konduktivitas, EC25, densitas, Sigma-T, klorofil, dan turbiditas pada
kedalaman 8 m, 6 m, 4 m, dan 2 m. Lakukan hal yang sama pada data kedua.
3. Selanjutnya salin data hasil perata-rataan ke dalam Notepad, ambil data lon, lat, station,
depth, temperature, dan salinity saja. Lalu simpan dengan format .txt
9
Gambar 8 Tampilan awal perangkat lunak ODV
5. Kemudian pilih “File” lalu “New”, sampai muncul tampilan seperti berikut. Beri nama
pada file.
10
Gambar 10 Tampilan pada perangkat lunak ODV
7. Pada halaman berikutnya, klik “Longitude” dan pilih OK. Lalu akan muncul tampilan
seperti berikut. Pilih ketiga variabel. Klik OK
8. Pastikan pada “Primary Variable” telah terpilih “DEPTH [M]”. Klik OK.
11
9. Klik “Import” dan pilih “ODV Spreadsheet”. Pilih file .txt yang telah disimpan
sebelumnya. Lalu akan muncul kotak dialog seperti berikut. Pastikan variabel pada
“Column labels” sesuai. Klik OK.
10. Akan muncul kotak dialog seperti berikut. Sesuaikan variabel kanan dan kiri. Lalu klik
OK.
12
11. Lakukan “Associate” pada masing-masing variabel. Pastikan variabel di kotak kanan
sama dengan variabel di kotak kiri. Jika sudah sesuai, klik OK.
12. Setelah itu akan muncul kotak dialog seperti gambar di bawah. Klik OK.
13
Gambar 17 Tampilan layar setelah pengaturan selesai
14. Klik kanan pada layar kosong, pilih “Layout Template”, lalu pilih “1 STATION
Windows”
14
Gambar 19 Diagram yang muncul
16. Klik “View”, lalu pilih “Derived Variables”. Akan muncul kotak dialog seperti berikut,
pilih “Potential Temperature θ”. Klik “Add”. Akan muncul kotak dialog “Potential
Temperature θ”. Kemudian klik OK. Lalu klik OK.
15
17. Klik kanan pada grafik, pilih “Properties”. Pada tab “Data”, atur sumbu-x dengan
“SALNTY [PSS-78]” dan sumbu-y dengan “drvd: Potential Temperature θ”. Klik OK.
18. Klik kanan pada grafik, pilih “Extras”, kemudian pilih “Isopycnal”, pastikan pengisian
pada kotak dialog sudah sesuai. Klik “Switch On”.
16
Gambar 23 Diagram TS
20. Untuk menambahkan legenda, klik kanan pada grafik, pilih “Extras”, lalu pilih “Add
Graphics Object”, dan pilih “Symbol set”. Akan muncul kotak dialog seperti berikut.
21. Klik “Tugas_Individu_TS” pada tab “Cruises”, lalu akan muncul “OS1(B) ID=1” dan
“OS2 (B) ID=2” pada tab “Station”, pilih “OS1 (B) ID=1”, dan klik tombol yang berisi 2
panah ke kiri, lalu ganti nama menjadi “Pengukuran 1”.
17
Gambar 25 Penggantian nama pada legenda
22. Akan muncul kotak dialog seperti berikut. Pilih warna pada “Fill color”. Klik OK.
Lakukan hal yang sama pada “OS2 (B) ID=2”
23. Lalu simpan gambar dengan cara klik kanan pada grafik, pilih “Save Plot As”, simpan
dalam bentuk .png, klik OK, lalu atur resolusinya menjadi 480 dpi. Klik OK.
18
Gambar 27 Pengaturan resolusi gambar
19
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1 Diagram TS
Gambar di bawah ini adalah diagram TS yang dibuat menggunakan perangkat lunak
Ocean Data View. Secara umum, salinitas pada laut sekitar Pulau Ambon adalah sekitar 32,8-
33,8 psu dan temperaturnya berkisar antara 27°C-28,7°C. Dapat dilihat pada sumbu-y,
semakin turun temperatur, nilai salinitas justru bertambah naik di dua pengukuran. Hal ini
disebabkan karena distribusi vertikal dari salinitas. Distribusi vertikal salinitas maupun
temperatur dilihat dari kedalaman perairan tersebut. Pertambahan kedalaman laut berbanding
lurus dengan pertambahan salinitas, namun berbanding terbalik dengan suhu. Dengan kata
lain, perubahan salinitas berbanding terbalik dengan perubahan temperatur air laut.
Pada proses pengambilan data di lapangan, kedalaman yang diukur adalah kedalaman 2
m, 4 m, 6 m, dan 8 m, dengan sekian galatnya. Dapat dilihat pada grafik, baik pengukuran 1
maupun pengukuran 2, temperatur akan bertambah seiring dengan naiknya karmeter ke
permukaan. Secara umum, temperatur terukur pada data ini adalah sekitar 27,2°C-28,7°C.
Dapat disimpulkan bahwa semakin dalam perairan, maka temperaturnya semakin menurun
pula.
20
Gambar 29 Plot pengukuran 1 dan 2 dalam grafik temperatur terhadap kedalaman
Grafik salinitas terhadap kedalaman memiliki bentuk yang hampir mirip dengan Diagram
TS. Hal ini disebabkan karena pengaturan sumbu-x pada ODV dibalik atau di-reverse
sehingga kedalaman terkecil berada di bagian atas sumbu. Namun, seperti yang telah
dijelaskan pada bagian teori dasar, distribusi vertikal salinitas tidak sesederhana distribusi
vertikal pada suhu. Bisa saja ditemui salinitas tinggi atau salinitas rendah di lapisan
permukaan yang hangat. Maka dari itu bentuk grafiknya tidak lurus dan terdapat belokan
terutama pada data pengukuran 1. Dapat disimpulkan bahwa semakin dalam suatu perairan,
maka semakin pekat juga kandungan garamnya.
21
4.4 Grafik Konduktivitas Terhadap Kedalaman
Pada grafik dibawah, nilai konduktivitas pada pengukuran 1 dan 2 adalah sekitar 53,45
mS/cm-53,78 mS/cm. Nilai konduktivitas ini semakin menurun seiring dengan pertambahan
kedalaman laut. Artinya, menurut grafik ini, daya hantar listrik pada laut dalam cenderung
melemah.
Dapat dilihat pada grafik berikut, densitas air laut daerah Pulau Ambon adalah sekitar
1020,5 kg/m3 – 1021,7 kg/m3. Hal ini didukung dengan penjelasan pada bagian teori dasar
yaitu densitas merupakan fungsi dari suhu, salinitas, dan tekanan. Meskipun kedalaman laut
tidak berdampak langsung pada perubahan densitas, dalam hal ini densitas bergantung pada
suhu dan tekanan laut. Berdasarkan grafik, dapat disimpulkan bahwa densitas akan semakin
bertambah apabila suhu semakin berkurang yang ditandai dengan bertambahnya kedalaman.
22
Gambar 32 Plot pengukuran 1 dan 2 dalam grafik densitas terhadap kedalaman
Pada grafik ini, tidak terlihat perbedaan yang jauh dengan grafik densitas. Hal ini
disebabkan karena Sigma-T merupakan salah satu parameter untuk menyatakan densitas.
Namun parameter tekanan tidak terlalu memengaruhi perubahan Sigma-T sehingga dapat
diabaikan. Jadi dapat disimpulkan, Sigma-T akan bertambah seiring dengan pertambahan
kedalaman laut dan penurunan suhu.
23
4.7 Grafik Klorofil Terhadap Kedalaman
Pada grafik ini, kandungan klorofil pada perairan Pulau Ambon adalah sekitar 0,81
mg/m3 – 1,27 mg/m3 namun dengan bentuk grafik yang sedikit berbeda. Sehingga
kesimpulannya pun terbatas pada data yang ada. Kandungan klorofil pada pengukuran
pertama bernilai rendah di permukaan dan meningkat di kedalaman 4-6 meter, berangsur
menurun di kedalaman 6-8 meter. Pada pengukuran kedua, kandungan klorofil semakin
bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman laut.
Pada grafik ini, terlihat jelas perbedaan bentuk grafik pada pengukuran 1 dan pengukuran
2. Nilai turbiditas yang terukur pada grafik ini adalah sekitar 1,1 NTU – 2,7 NTU.
Berdasarkan grafik pengukuran 1, nilai turbiditas rendah pada permukaan dan berangsur
meningkat sampai kedalaman 4 meter. Kemudian kembali menurun pada kedalaman 4-6
meter dan meningkat sampai kedalaman 8 meter. Lain halnya dengan grafik pengukuran 2
yang nilai turbiditasnya cenderung stabil mningkat seiring dengan pertambahan kedalaman.
24
Gambar 35 Plot pengukuran 1 dan 2 dalam grafik turbiditas terhadap kedalaman
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Karakteristik parameter fisik dan kimia air laut yang diukur pada praktikum kali ini
adalah temperatur, salinitas, konduktivitas, densitas, Sigma-T, klorofil, turbiditas, DO,
dan nitrat.
2. Parameter fisik dan kimia laut dapat dikaji berdasarkan distribusi horizontal (area)
maupun distribusi vertikalnya (kedalaman). Analisis tersebut berhubungan dengan
grafik yang telah dibuat dan terdapat pada Bab IV.
5.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Ai, S. N., & Yunia, B. (2011). Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air
pada Tanaman. JURNAL ILMIAH SAINS Volume 11 Nomor 2, 166-173.
Arizka, Y. (2015, November 23). PROTOTYPE ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI
AIR MINUM (PENGARUH VARIASI PACKING FILTER TERHADAP KUALITAS
AIR DENGAN ANALISA DO, SALINITAS, DAN KONDUKTIVITAS). Dipetik October
10, 2020, dari Polsri Repository: http://eprints.polsri.ac.id/1954/
Firdaus, R., Setiyono, H., & Harsono, G. (2016). Karakteristik Massa Air Lapisan Tercampur
dan Lapisan Termoklin di Selat Lombok pada Bulan November 2015. Jurnal
Oseanografi, Volume 5, Nomor 4, 425-434.
Hamuna, B., Tanjung, R. H., Suwito, Maury, H. K., & Alianto. (2018). Kajian Kualitas Air
Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Distrik
Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 16, 35-43.
Harvianto, L., Parengkuan, M., Koropitan, A. F., & Agustiadi, T. (2015). Analisis Diagram T-
S Berdasarkan Parameter Oseanografis di Perairan Selat Lombok. Surya Octagon
Interdisciplinary Journal of Technology, 101-117.
27