Anda di halaman 1dari 6

MORFOMETRI PERAIRAN LENTIK

SOHMONO HENDRAIOS ANAKAMPUN


16/398833/PN/14804
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

Abstrak

Praktikum acara morfometri perairan lentik memiliki tujuan untuk mengetahui keadaan morfometri
(bentuk dan ukuran) dan keadaan perairan waduk/danau pada setiap level (tingkat) genangan.
Acara praktikum dilakukan pada hari jumat tanggal 15 september 2017 di Lab Manajemen
Sumberdaya Perikanan departeman perikanan Universitas Gadjah Mada pukul 13:30 WIB
sampai dengan selesai. Morfometri yang diamati adalah topografi Waduk Sermo pada tahun
1996, 2000, dan 2005 dengan skala 1:15.000. Praktikum ini menggunakan metode duplikasi peta
bathimetri pada kertas kalkir dengan pengambilan sampel 1x1 cm. Perhitungan morfometri
perairan lentik ini menggunakan objek waduk Sermo pada empat level yaitu 110 m, 120 m, 130
m, dan 137 m pada tahun 1996, 2000, dan 2005. Dari hasil perhitungan yang dilakukan dalam
praktikum dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan pada berbagai aspek yang berada dalam
danau seperti volume, luas, keliling, dan shore development, serta kesuburan pada tahun 1996,
2000, dan 2005. Hasil pengamatan, tahun 2000 level 137 m memiliki nilai SD (share
development) paling tinggi yaitu 3,87. Pengukuran morfometri perairan lentik dengan hasil
tersebut menunjukkan bahwa kondisi waduk Sermo pada tahun 2000 pada level 137 m adalah
yang lebih subur, dilihat dari tingginya nilai share development dan mampu dipakai untuk kegiatan
perikanan. Adaun manfaat pengukuran morfometri perairan lentik yaitu dapat mengukur keadaan
fisik suatu perairan tanpa harus mengukurnya secara langsung dilapangan.

Kata kunci : kesuburan, level, morfometri, pengukuran, waduk

Pengantar
Perairan umum merupakan bagian dari permukaan bumi yang secara permanen atau berkala
digenangi oleh air, baik air tawar, air payau, maupun air laut. Perairan umum meliputi danau,
waduk, sungai, dan sebagainya. Salah satu perairan darat yang memiliki potensi untuk
pembangunan adalah danau atau waduk. Waduk sermo merupakan waduk pertama dan satu-
satunya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisa limnology suatu danau atau waduk
memerlukan data-data yang detail mengenai analisa kedalaman, pengukuran luas atau
permukaan seimen dasar, strata dan ciri-ciri garis pantai sering menjadi hal yang sangat penting
dalam menganalisa sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi suatu perairan tawar (Triyatmo, 2001).
Secara garis besar, perairan dibagi menjadi 2 berdasarkan gerak yaitu perairan lentik (diam) dan
perairan lotik. Perairan lentik ialah perairan yang diam, tidak memiliki kecepatan air, meskipun
memiliki kecepatan tetapi hanya ada dalam jumlah kecil (Wetzel, 1975). Perairan lentik atau
perairan diam dapat dibagi menjadi 3 yaitu rawa, danau, dan waduk. Rawa merupakan perairan
dangkal dengan tepi yang landai serta dipenuhi oleh air. Danau merupakan perairan lentik yang
dalam dan pada tepinya biasanya ditumbuhi oleh tumbuhan. Waduk merupakan perairan entik
buatan manusia dengan membendung aliran sungai (Suwignyo, 1997).
Berdasarkan morfometri waduk, awal penggenangan ditentukan oleh tempat pengamatan
produktivitas primer perairan waduk. Morfometri adalah salah satu cabang ilmu limnology yang
berhubungan dengan pengukuran cirri-ciri morfologi dari dasar perairan, termasuk masa atau
volume air.Morfometri juga dapat diartikan sebagi nilai kuantitatif dari parameter-parameter yang
terkandung pada suatu daerah aliran sungai (DAS) atau danau. Parameter morfometri terdiri dari
panjang, lebar, kedalaman, luas area, volume, keliling garis pantai, dan share development (Cole,
1993). Pengukuran morfometri membutuhkan peta topografi. Peta topografi memberi keterangan
mengenai kedalaman perairan tersebut. Peta suatu perairan danau/waduk yang menyerupai peta
topografi umumnya disebut juga peta bathimetri. Umumnya peta hidrografi dibuat dengan skala
tertentu dan juga gambar kontur kedalamannya.Gambar peta dari suatu perairan dapat
memberikan informasi-informasi penting mengenai kondisi perairan tersebut dilingkungan sekitar
(Welch, 1952).
Praktikum morfometri perairan lentik bertujuan mengetahui morfometri (bentuk dan ukuran) dan
keadaan perairan danau atau waduk pada setiap level (tingkat genangan). Informasi yang
diperoleh dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan usaha perikanan yang produktif.

Metode

Praktikum morfometri perairan lentik dilakukan pada hari jumat 15 September 2017, pukul 13.30
WIB sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan praktikum ini berada di Laboratorium
Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen Perikanan Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada. Praktikum ini menggunakan alat seperti kalkulator, kertas gambar, alat tulis,
timbangan analitik, benang, jarum pentul, dan gunting. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah peta bathimetri dan kertas kalkir.

Metode atau prinsip kerja praktikum ini yaitu menduplikasikan peta bathimetri ke kertas kalkir,
kemudian mengukur peta dengan benang atau keliling peta dengan skala 1:15.000. Juga
mengukur berat peta yang sudah dibuat dan berat peta sampel yang berukuran 1cm x 1cm.
Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan peta waduk Sermo pada tiap tahun yaitu tahun 1996,
2000, dan 2005 serta ditentukan setiap level atau tingkatannya yaitu level 110, 120, 130, dan
137. Luas peta dapat dihitung dengan menggunakan rumus : W 1/L1 = W 2/L2, dengan W1=berat
peta (gram) ; L1=Luas peta (km2) ; W 2=Berat sampel (gram) ; L2=Luas sampel (km2). Lalu
menghitung volume dengan rumus: V = h/3 (A1+A2+A1 X A2) dengan h = kedalaman vertical (m);
A1 =Luas area permukaan lebih atas(m 2); A2 =Luas are permukaan tertentu yang lebih rendah
(m2). Terakhir menghitung share development atau pengembangan garis pantai dengan rumus
Sd = SL/2 dengan Sd= Share development; SL=keliling peta (km); Ao=Luas peta (km 2) ; Sd
(Share development) memiliki satuan km 2.
Hasil dan Pembahasan

Hasil

Tabel hasil pengamatan morfometri waduk Sermo, Tahun 1996, 2000, dan 2005

Tahun Level (m) Berat sampel(g) Berat peta(g) Luas (km2) volume (km3) x10-3 Keliling (km) SD

110 0.01 0.11 0.243 3.54 2.03


5
120 0.01 0.34 0.762 8.48 2.74
1996
130 0.01 0.54 1.215 1.87 13.2 3.38
137 0.01 0.77 1.73 3.96 17.13 3.68
110 0.01 0.1 0.22 4.03 2.4
3.7
120 0.01 0.24 0.54 7.42 2.86
2000
130 0.01 0.4 0.89 14.1 10.15 3.03
137 0.01 0.71 1.59 33.02 17.32 3.87
110 0.01 0.06 0.13 3.01 3.5
2.64
120 0.01 0.22 0.49 6.85 2.75
2005
130 0.01 0.44 0.98 14.5 11.52 3.28
137 0.01 0.76 1.7 35.88 17.17 3.71

Pembahasan

Morfometri adalah salah satu cabang ilmu limnology yang berhubungan dengan
pengukuran cirri-ciri morfologi dari dasar perairan, termasuk masa atau volume air. Morfometri
juga dapat diartikan sebagi nilai kuantitatif dari parameter-parameter yang terkandung pada
suatu daerah aliran sungai (DAS) atau danau. Morfometri perairan lentik sangat penting untuk
diketahui karena secara umum umum morfometri dapat digunakan sebagai upaya
pengembangan perikanan (Triyatmo, 2001). Apabila morfometri telah diketahui maka
morfometri pun akan mudah diidentifikasi sehingga kita bisa menentukan fungsi yang tepat dari
perairan lentik (Payne, 1986).
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat perbedaan atau perubahan mengenai kondisi
waduk pada tiap tahun 1996, 2000, dan 2005 serta pada tiap level pada tahun tersebut. Jika
dilihat dari data tersebut kondisi waduk dari tahun 1996 ke tahun 2000 hingga tahun 2005
mengalami penurunan pada tiap levelnya. Pada tahun 1996 level 110 m memiliki data luas dan
volume 0, 243 km 2 dan 5 km3, level 120 m = 0,762 km2 dan 5 km3, level 130 m = 1,215 km 2 dan
1,87 km3, level 137 m = 1,73 km2 dan 3,96 km3. Kemudian data morfometri Waduk Sermo pada
tahun 2000 level 110 m memiliki luas dan volume = 0,22 km2 dan 3,7 km3, level 120 m = 0,54
km2 dan 3,7 km3, level 130 m = 0,89 km2 dan 14,1 km3, level 137 m = 1,59 km2 dan 33,2 km3.
Lalu data luas dan volume Waduk Sermo tahun 2005 level 110 m = 0,13 km2 dan 2,64 km3, level
120 m = 0,49 km2 dan 2,64 km3, level 130 m = 0,98 km2 dan 14,5 km3, level 137 m = 1,7 km2 dan
35,88 km3.
Dilihat dari data tersebut jika dibandingkan tiap level genangan yang sama pada tiap
tahun uji, level 110 m memiliki luas yang selalu menurun dari tahun 1996 menuju tahun 2000
hingga pada tahun 2005. Kemudian untuk volume waduk level 110 meter dari tahun 2000 hingga
2005 juga mengalami penurunan. Turunnya luas dan volume ini diakibatkan adanya sedimentasi
atau pengendapan yang terakumulasi di dasar perairan. Kemudian untuk luas pada level 120
meter dari tahun 1996 sampai tahun 2000 mengalami penurunan yang cukup besar yaitu
dari 0.762 km2 menjadi 0.54 km2dan pada tahun 2005 luasnya tetap pada kisaran 0.48 km2.
Penurunan yang cukup signifikan dari tahun 1996 ke tahun 2000 ini menunjukkan bahan organik
serta material-material lain yang mengendap atau yang mengalami sedimentasi meningkat,
sehingga luas Waduk Sermo pada level 120 meter ini menurun. Untuk volume level 120 meter
dari tahun 1996 hingga 2005 mengalami penurunan dari 5 x 10-3 km3 menjadi 3,7 x 10-3 km3 dan
di tahun 2005 yakni menjadi 2,64 x 10-3 km3. Pada level 130 meter luas dari tahun 1996 hingga
2000 mengalami penurunan dari 1.215 km2 menjadi 0.89 km2 dan dari tahun 2000 ke 2005 justru
mengalami kenaikan yang signifikan menjadi 0.98 km2. Sedangkan volumenya dari tahun 1996
hingga 2005 mengalami peningkatan dari 1.87 x 10-3 km3 menjadi 14.1 x 10-3 km3, dan tahun
2005 volume Waduk Sermo level 130 14,5 x 10-3 km3. Luas Waduk Sermo pada level 137 dari
tahun 1996 hingga tahun 2000 mengalami penurunan yang sangat besar, yaitu
dari 1.73km2 menjadi1.59 km2 dan pada tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi 1.71 km2.
Sedangkan volume Waduk Sermo level 137 m dari tahun 1996 hingga tahun 2005 mengalami
peningkatan dari 3,96.01 x 10-3 km3 menjadi 33,02 x 10-3 km3 dan 33,88 x 10-3 km3. Penurunan
luas dan volume maupun kenaikan luas dan volume Waduk Sermo yang terjadi pada setiap tahun
uji pada tiap-tiap level menunjukkan tingkatan sedimentasi yang terjadi di perairan waduk
tersebut. Semakin rendah luas dan volume waduk tersebut, jadi semakin tinggi tingkat
sedimentasi yang terjadi.
Shore development merupakan indeks besarnya penyimpangan bentuk perairan dari
bentuk bulat atau elips. Danau atau waduk yang memiliki Sd = 2 berbentuk agak elips atau bulat.
Jika nilai Sd kurang dari 2 menunjukkan bentuk danau tersebut elips atau bulat. Jika Sd lebih dari
2 menunjukkan bentuk danau tersebut semakin tidak beraturan. Nilai Sd yang semakin besar
menunjukkan tingkat kesuburan suatu perairan semakin tinggi. Nilai Sd Waduk Sermo pada level
110 m tahun 1996 2.03 sehingga bentuknya masih seperti elips. Namun pada tahun yang sama
pada level yang berbeda, nilai Sd Waduk Sermo semakin lebih dari dua, hal ini menunjukkan
bentuk waduk yang memiliki tepi berkelok-kelok atau menjauhi bentuk elips. Dan untuk nilai Sd
pada tahun 2000 dan 2005 untuk semua level memiliki nilai lebih dari 2 yang menujukkan bahwa
tepinya berkelok-kelok tidak beraturan menjauhi bentuk elips, (Barus, 2004).
SD pada tahun 1996 level 110 m ialah 2.03, pada tahun 2000 menjadi 2.4, dan pada
tahun 2005 meningkat menjadi 3.5. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 1996 kesuburan
Waduk Sermo masih rendah karena waduk tersebut masih awal terbentuk, sehingga jumlah dan
jenis organisme yang hidup masih sedikit. Pada tahun 2000 dan 2005 kesuburan waduk Sermo
meningkat, hal ini ditunjukkan melalui nilai SD yang meningkat menjadi 2.29 dan 3.5. Menurut
Suyono (2010) hal ini bisa disebabkan karena tingginya curah hujan yang menyebabkan waduk
makin tergenang. Nilai SD pada level 120 meter tahun 1996 sebesar 2.74, lalu pada tahun 2000
menjadi 2.86 dan pada tahun 2005 menjadi 2.75. Menurunnya nilai SD tahun 2005 pada level ini
bisa jadi disebabkan karena curah hujan yang tinggi. Nilai SD pada level 130 meter cenderung
menurun dan naik lagi ditahun berikutnya dari tiap tahun uji, yaitu berturut-turut
sebesar 3.38, 3.03, dan 3.28. Nilai ini menunjukan semakin kurang suburnya waduk akibat
waduk yang makin tergenang. Nilai SD pada level 137 m tahun 1996 sebesar 3.68, pada tahun
2000 mengalami penurunan menjadi 3.87, dan pada tahun 2005 kembali menurun menjadi 3.71.
Jika dilihat SD pada level 110 meter, 120 meter, 130 meter, dan 137 meter mengalami hal yang
sama yaitu penurunan nilai sd dari tahun 2000 hingga menuju tahun 2005. Turunnya nilai SD ini
menunjukkan bahwa kesuburan danau menurun pada tahun 2005. Sebaliknya pada tahun 1996
hingga tahun 2000 Waduk Sermo mengalami peningkatan kesuburan. Dari semua level dari tiap
tahun uji, tahun uji 2005 pada level 137 meter memiliki tingkat kesuburan paling tinggi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan morfometri danau ialah ialah curah
hujan, sedimentasi, dan jumlah organisme. Curah hujan yang tinggi berpotensi menaikkan
volume danau dan sebaliknya sedangkan curah hujan yang rendah dapat menurunkan volume
danau atau waduk. Namun curah hujan hanya dapat mengubah volume suatu badan perairan
sementara. Sedimentasi merupakan pengendapan sisa bahan organik yang berada di dasar
perairan dan sudah mengalami proses pengerasan atau pemadatan. Sedimentasi yang terus
bertambah akan mengakibatkan penurunan luas dan volume waduk. Jumlah organisme berupa
plankton dapat mempengaruhi morfometri sebab organisme tersebut ketika mati akan
mengendap di dasar perairan. Perubahan morfometri tersebut dapat menganalisis kesuburan
danau atau waduk.
Manfaat mengetahui mengenai morfometri danau atau waduk sangat penting dalam
kajian Manajemen Sumberdaya Perikanan. Pengetahuan morfometri waduk paling tidak
memberikan gambaran mengenai perubahan yang terjadi pada suatu waduk dalam kurun waktu
tertentu. Perubahan tersebut meliputi perubahan debit air, keanekaragaman ikan dan yan paling
penting tingkat kesuburan. Tingkat kesuburan perairan sangat penting karena dapat menganalisa
kualitas air pada suatu perairan apakah perairan tersebut tercemar atau tidak.

Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa dengan meninjau morfometri waduk
dapat membantu penelitian mengenai badan air tanpa perlu terjun kelapangan. Kondisi waduk
Sermo pada setiap level dan tahun 1996 sampai 2005 mengalami perubahan luas, keliling, berat
serta Shore development. Nilai Shore development dari tahun ketahun semakin meningkat,
semakin besar nilai shore development suatu perairan maka semakin banyak lekukannya dan
hal ini menunjukkan bahwa perairan waduk Sermo dari tahun ke tahun semakin subur. Pada
tahun 2000 pada level 137 memiliki nilai shore development paling tinggi yaitu 3.87 km2 dengan
bentuk perairan waduk Sermo yang tidak beraturan.

Saran
Seharusnya peta objek yang digunakan untuk pengamatan sebaiknya menggunakan
data peta yang 10 tahun terakhir, sehingga dapat memperoleh / mengetahui kondisi morfometri
terbaru dari waduk sermo

Daftar Pustaka

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Universitas
Sumatra Utara Press. Medan.

Cole, G. 1993. Buku Teks Limnologi (Alih Bahasa Fatimah. MD.Yusuff dan Syamsiah M.D.
Said). Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur.

Payne, A. I. 1986. The Ecology of Tropical Lakes and River. Great Britain. New York.

Suwignyo, S. 1997. Pengukuran Topografi. PT.Gramedia. Jakarta.

Suyono. 2010. Petunjuk Praktikum Hidrologi Sungai dan Danau.Lab. Hidrologi dan Kualitas Air
Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

Triyatmo, B. 2001. Kajian Morfometri Berdasarkan Kondisi Topografi dan Estimasi.Potensi


Waduk Sermo. Jurnal Perikanan UGM (GMUJ Fish Sci). III (2): 17-23.

Welch, P. S. 1952. Limnology. Mc. Graw Hill. New York.

Wetzel, R. G. 1975. Limnology 3rd Edition. Sounders College. Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai