Pengantar
Produktivitas primer menggambarkan jumlah pembentukan bahan organik baru per satuan
waktu. Senyawa organik yang baru akan terbentuk melalui proses fotosintesis. Kegiatan
fotosintesis di perairan waduk dilakukan oleh fitoplankton dan tanaman air (Boyd 1979).
Produktivitas primer ini sering dinyatakan dalam mg C/m3/jam atau mg C/m3/hari untuk satuan
volume air dan mg C/m2/jam atau mg C/m2/hari satuan luas kolom air. Menurut Suwigyo (1983)
produktivitas primer dapat dipakai untuk menentukan keseburan suatu perairan. Klasifikasi
tingkat kesuburan tersebut adalah: 0-200 mg C/m3/hari termasuk oligotrofik, 200-750 mg
C/m3/hari termasuk mesotrofik dan lebih dari 750 mg C/m3/hari termasuk eutrofik (Triyatmo dkk
1997).
Produktivitas primer dapat diartikan sebagai kandungan bahan-bahan organik yang dihasilkan
dari proses fotosintesis oleh organisme berklorofil dan mampu mendukung aktivitas biologi di
perairan tersebut. Produktivitas primer dapat diketahui nilainya dengan cara mengukur
perubahan kandungan DO yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Produksi oksigen dapat
menjadi dasar pengukuran adanya kesetaraan yang kuat antara O2 dan pangan yang dihasilkan
(Odum 1970).
Produktivitas primer dalam bentuk plankton dianggap salah satu unsur yang penting pada salah
satu mata rantai perairan. Plankton-plankton yang ada dalam perairan akan sangat berguna
dalam menunjang sumberdaya ikan, terutama dari golongan konsumen primer. Densitas dan
diversitas fitoplankton dalam perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tersebut.
Densitas fitoplankton akan tinggi apabila perairan yang didiami subur (Boyd 1979).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas primer perairan. Faktor-
faktor tersebut bisa dibagi menjadi 3 yaitu faktor kimia, fisika, dan biologi. Faktor kimia seperti
kandungan fosfat dan nitrat adalah merupakan hara yang pentong untuk pertumbuhan dan
reproduksi phytoplankton. Bila dikaitkan dengan faktor fisika dan level air maka pada level air
yang rendah dengan tersedianya sinar matahari menghasilkan produktivitas primer yang tinggi.
Disamping faktor kimia dan fisika, faktor biologi seperti perbandingan komposisi biomassa
phytoplankton dan zooplankton, memperlihatkan bahwa jumlah individu dalam populasi
phytoplankton jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah individu dalam populasi
zooplankton, dan karena yang melakukan fotosintesa didalam ekosistem perairan adalah
phytoplankton, ini berakibat langsung terhadap tingginya produktivitas primer (Kaswadji 1976).
Komposisi dalam suatu perairan dipengaruhi oleh proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang
terjadi. Air tawar berasal dari hujan atmosfer yang mengandung bervariasi zat organik dan
anorganik. Partikel-partikel tersebut berasal dari garam-garam lautan, debu, atau emisi industri
sebagai inti dari uap air yang mengalami kondensasi menjadi awan. Hujan jatuh ke daratan
menyebabkan aliran permukaan diatas tanah dan batuan yang melarutkan bermacam-macam
zat sehingga kandungan mineral air hujan meningkat. Air mengalir mencapai kolam, danau atau
waduk, bahan partikel yang lebih besar mengendap karena gerakan turbulensi kurang cukup
untuk mensuspensi kembali (Boyd 1979).
Produktivitas primer dapat didefenisikan sebagai kandungan bahan-bahan organik yang
dihasilkan dari proses fotosintesis oleh organisme dan mampu mendukung aktivitas biologi di
perairan baik perairan tawar maupun lautan lepas. Produktifitas primer fitoplankton merupakan
suatu kondisi perairan dimana kandungan zat-zat organik yang dapat dihasilkan oleh fitoplankton
dari zat anorganik melalui proses fotosintesis (Nybakken 1992).
Metode
Praktikum produktivitas primer perairan dilakukan pada hari minggu 24 september 2017, pukul
06:00 WIB sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan praktikum berada didua lokasi, yaitu
kolam Perikanan dan danau Lembah UGM. Praktikum ini menggunakan alat botol oksigen, plastik
putih, plastik hitam, aluminium foil, karet, tali, pasak, ember, plankton net, sedgwick rafter,
mikroskop, penggaris, gunting, senter, botol cuka, pipet ukur, pipet pump, gelas ukur, erlenmeyer,
pipet tetes, kertas label, dan alat hitung. Bahan yang digunakan yaitu larutan 4% formalin, dan
bahan-bahan untuk pengukuran kandungan oksigen terlarut dengan moteda baku.
Pada tiap inlet maupun outlet danau Lembah dan kolam Perikanan dilakukan pengukuran
parameter biologi dan kimia. Parameter kimia yang dicari yaitu kandungan oksigen terlarut (DO)
pada botol gelap dan botol terang untuk produktivitas primer. Pengukuran DO dilakukan dengan
metode Winkler dengan rumus: DO = 1000 x a x f x 0,1/ 50. Dengan a adalah jumlah volume
tiltrasi 1/80 N Na2S2O3 dan f adalah faktor koreksi. Produktivitas primer/ proper = (LB-DB (1000)
(0,375)/ (Pq) t. Dengan LB adalah kandungan O 2 terlarut akhir dalam botol terang, DB adalah
kandungan O2 terlarut akhir botol gelap, Pq adalah hasil bagi fotosintesis, 0.375 adalah faktor
koreksi dari berat molekul 12 atom O terhadap 6 atom C, dan t adalah waktu inkubasi. Parameter
biologi yang dicari yaitu densitas/ kepadatan plankton. Indeks densitas plankton dengan
menggunakan rumus N = n x Vr/Vo x 1/Vs. Dengan N adalah jumlah perliter, n adalah jumlah sel
yang diamati, Vr adalah volume air tersaring(ml), Vo adalah volumeair yang diamati(ml), dan Vs
adalah volume air yang tersaring.
Pembahasan
Produktivitas primer merupakan laju penyimpanan energi radiasi matahari oleh organisme
produsen dalam bentuk bahan organik melalui proses fotosintesis oleh fitoplankton. Dalam tropik
level suatu perairan fitoplankton merupakan produsen utama perairan (Odum, 1996).
Produktivitas primer sering diasumsikan sebagai jumlah karbon yang terdapat dalam material
hidup. Tinggi rendahnya produktivitas primer dapat diketahui dengan melakukan pengukuran
biomassa plankton (fitoplankton) dan klorofil-a (Baksir, 1999). Produktifitas primer dibagi menjadi
dua yaitu produktivitas primer kotor (PPk) dan produktivitas primer bersih (PPb). Produktivitas
primer kotor (PPk) adalah seluruh bahan organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis pada
organisme fotoautotrof, lebih kurang 20% dari PPK digunakan oleh organisme fotoautotrof
untuk respirasi, tumbuh dan berkembang. Produktivitas primer bersih (PPb) adalah sisa energi
produktifitas primer kotor yang baru disimpan. Biomassa organisme autotrof (produsen)
diperkirakan mencapai 50%-90% dari seluruh bahan organik hasil fotosintesis. Hal ini
menunjukkan simpanan energi kimia yang dapat ditransfer ke trofik selanjutnya melalui hubungan
makan dimakan dalam ekosistem.
Produktivitas suatu perairan ditentukan oleh beberapa faktor meliputi cahaya, nutrien, suhu, jenis
fitoplankton. Ketersediaan cahaya secara kuantitatif dan kualitatif tergantung pada waktu (harian,
musiman, tahunan), letak geografis, kedalaman, awan, inklinasi matahari, material terlarut dalam
air, partikel tersuspensi dalam air. Intensitas cahaya mempengaruhi tinggi rendahnya aktivitas
fotosintesis oleh fitoplankton. Pengaruh intensitas cahaya terhadap aktivitas fotosintesis dapat
ditunjukkan dalam grafik kuadratik, yang berarti jika intensitas cahaya terlalu tinggi akan
mengurangi produksi energi oleh fotosintesis. Pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton
dipengaruhi oleh kandungan nutrien di dalam badan perairan. Laju pertumbuhan fitoplankton
tergantung pada ketersediaan nutrien, terutama unsur N dan P. Suhu secara langsung maupun
tidak langsung berpengaruh terhadap produktivitas primer suatu perairan. Secara langsung, suhu
perperan dalam mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Sedangkan secara
tidak langsung suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya dapat
mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton. Tingginya suhu memudahkan penyerapan nutrien
bagi fitoplankton (Effendi, 2003).
Proper Kolam vs Waktu
(kedalaman 30 cm)
100
Produktivitas Primer
80
60
40 Inlet
20 Outlet
0
12:00 18:00
Waktu
60
40
Inlet
20
Outlet
0
12:00 18:00
Waktu
60
40
Inlet
20
Outlet
0
12:00 18:00
Waktu
80
60
40 Inlet
20 Outlet
0
30 50
Kedalaman (cm)
60
40
Inlet
20
Outlet
0
30 50
Kedalaman (cm)
25
20
15
Inlet
10
5 Outlet
0
30 50
Kedalaman (cm)
Kesimpulan
Pengukuran produktivitas primer perairan menggunakan metode botol terang-botol gelap, yang
ditanam pada pukul 06:00 WIB kedalaman 30 dan 50 cm, dan diambil kembali pada pukul 12:00
dan 18:00.
Produktivitas primer perairan yang paling baik adalah danau Lembah dibandingkan kolam
Perikanan, tetapi untuk kegiatan budidaya kedua perairan ini cocok sebagai tempat kegiatan
budidaya ikan.
Kepadatan atau densitas plankton berpengaruh terhadap produktivitas primer yang apabila
densitas plankton tinggi, maka produktivitas primernya juga akan tinggi, begitu pula sebaliknya.
Daftar Pustaka
Astuti, L. P., A. Warsa., H. Satria. 2009. Kualitas Air dan Kelimpahan Plankton di Danau Sentani,
Kabupaten Jayapura. Jurnal Perikanan. 11(1): 66-77.
Baksir, A. 1999. Tesis Hubungan antara Produktivitas Primer Fitoplankton dan Intensitas
Cahaya di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Boyd, C.E. 1979. Pengelolaan Kualitas Air. Dirjen Perikanan. Jakarta.
Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Fidia, N., Mijani, R., Abdur, R. 2013. Analisis Kesesuaian Kualitas Air Kolam Bedasarkan
Paremeter pH, Karbondioksida, DO, Amoniak Dan Alkalinitas Di Balai Benih Dan Induk
Ikan Air Tawar (BBI-IAT) Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Jurnal Fish
Scientiae. 4(6):102-113.
Kaswadji, R. F. 1976. Studi Pendahuluan Tentang Penyebaran dan Kemelimpahan
Phytoplankton di Delta Upang, Sumatera Selatan. Karya Ilmiah Fakltas perikanan IPB
Bogor. Bogor.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Cetakan ke-2. PT. Gramedia a
Pustaka Utama. Jakarta.
Odum, E.D. 1970. Fundamentaly of Ecology 3th ed. W.B Sounders Company. Philadelphia.
Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Suwignyo, P. 2003. Ekosistem Perairan Pedalaman, Tipologi dan Permasalahan. dalam a
Ubaidillah R, & Maryanto, I (Editor). Manajemen Bioregional JABODETABEK: Profil dan
Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor
Triyatmo, B., Rustadi, Djumanto, S.B., Priyono, Krismono, N Sehenda, dan Kartamihardja, E.S.,
1997. Studi Perikanan Di Waduk Sermo: Studi Biolimnologi. Lembaga Penelitian UGM
Bekerjasama Dengan Agricultural Research Management Project. BPPP. Yogyakarta.