Anda di halaman 1dari 9

PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN

SOHMONO HENDRAIOS ANAKAMPUN


16/398833/PN/14804
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
Abstrak
Praktikum acara produktivitas primer perairan memiliki tujuan untuk mempelajari cara
pengukuran produktivitas primer perairan dengan menggunkan metode botol terang botol gelap,
untuk mengetahui produktivitas primer suatu perairan, dan untuk mengetahui kepadatan plankton
yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas primer suatu perairan. Praktikum dilakukan
pada hari minggu, 24 september 2017 pukul 06:00 WIB sampai dengan selesai. Penanaman
botol terang-botol gelap dilakukan pada jam 06:00 WIB dan pengambilannya dilakukan pada
pukul 12:00 dan 18:00 WIB setiap outlet dan inlet titik 30 dan 50 cm, pada kolam Perikanan dan
danau Lembah UGM. Motode yang dipakai dalam praktikum ini adalah botol terang-botol gelap.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan kesimpulan bahwa perairan danau Lembah
UGM lebih tinggi produktivitas primernya dibandingkan dengan kolam Perikanan

Kata kunci : kedalaman, inlet, outlet, produktivitas primer, waktu

Pengantar
Produktivitas primer menggambarkan jumlah pembentukan bahan organik baru per satuan
waktu. Senyawa organik yang baru akan terbentuk melalui proses fotosintesis. Kegiatan
fotosintesis di perairan waduk dilakukan oleh fitoplankton dan tanaman air (Boyd 1979).
Produktivitas primer ini sering dinyatakan dalam mg C/m3/jam atau mg C/m3/hari untuk satuan
volume air dan mg C/m2/jam atau mg C/m2/hari satuan luas kolom air. Menurut Suwigyo (1983)
produktivitas primer dapat dipakai untuk menentukan keseburan suatu perairan. Klasifikasi
tingkat kesuburan tersebut adalah: 0-200 mg C/m3/hari termasuk oligotrofik, 200-750 mg
C/m3/hari termasuk mesotrofik dan lebih dari 750 mg C/m3/hari termasuk eutrofik (Triyatmo dkk
1997).
Produktivitas primer dapat diartikan sebagai kandungan bahan-bahan organik yang dihasilkan
dari proses fotosintesis oleh organisme berklorofil dan mampu mendukung aktivitas biologi di
perairan tersebut. Produktivitas primer dapat diketahui nilainya dengan cara mengukur
perubahan kandungan DO yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Produksi oksigen dapat
menjadi dasar pengukuran adanya kesetaraan yang kuat antara O2 dan pangan yang dihasilkan
(Odum 1970).
Produktivitas primer dalam bentuk plankton dianggap salah satu unsur yang penting pada salah
satu mata rantai perairan. Plankton-plankton yang ada dalam perairan akan sangat berguna
dalam menunjang sumberdaya ikan, terutama dari golongan konsumen primer. Densitas dan
diversitas fitoplankton dalam perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tersebut.
Densitas fitoplankton akan tinggi apabila perairan yang didiami subur (Boyd 1979).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas primer perairan. Faktor-
faktor tersebut bisa dibagi menjadi 3 yaitu faktor kimia, fisika, dan biologi. Faktor kimia seperti
kandungan fosfat dan nitrat adalah merupakan hara yang pentong untuk pertumbuhan dan
reproduksi phytoplankton. Bila dikaitkan dengan faktor fisika dan level air maka pada level air
yang rendah dengan tersedianya sinar matahari menghasilkan produktivitas primer yang tinggi.
Disamping faktor kimia dan fisika, faktor biologi seperti perbandingan komposisi biomassa
phytoplankton dan zooplankton, memperlihatkan bahwa jumlah individu dalam populasi
phytoplankton jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah individu dalam populasi
zooplankton, dan karena yang melakukan fotosintesa didalam ekosistem perairan adalah
phytoplankton, ini berakibat langsung terhadap tingginya produktivitas primer (Kaswadji 1976).
Komposisi dalam suatu perairan dipengaruhi oleh proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang
terjadi. Air tawar berasal dari hujan atmosfer yang mengandung bervariasi zat organik dan
anorganik. Partikel-partikel tersebut berasal dari garam-garam lautan, debu, atau emisi industri
sebagai inti dari uap air yang mengalami kondensasi menjadi awan. Hujan jatuh ke daratan
menyebabkan aliran permukaan diatas tanah dan batuan yang melarutkan bermacam-macam
zat sehingga kandungan mineral air hujan meningkat. Air mengalir mencapai kolam, danau atau
waduk, bahan partikel yang lebih besar mengendap karena gerakan turbulensi kurang cukup
untuk mensuspensi kembali (Boyd 1979).
Produktivitas primer dapat didefenisikan sebagai kandungan bahan-bahan organik yang
dihasilkan dari proses fotosintesis oleh organisme dan mampu mendukung aktivitas biologi di
perairan baik perairan tawar maupun lautan lepas. Produktifitas primer fitoplankton merupakan
suatu kondisi perairan dimana kandungan zat-zat organik yang dapat dihasilkan oleh fitoplankton
dari zat anorganik melalui proses fotosintesis (Nybakken 1992).

Metode
Praktikum produktivitas primer perairan dilakukan pada hari minggu 24 september 2017, pukul
06:00 WIB sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan praktikum berada didua lokasi, yaitu
kolam Perikanan dan danau Lembah UGM. Praktikum ini menggunakan alat botol oksigen, plastik
putih, plastik hitam, aluminium foil, karet, tali, pasak, ember, plankton net, sedgwick rafter,
mikroskop, penggaris, gunting, senter, botol cuka, pipet ukur, pipet pump, gelas ukur, erlenmeyer,
pipet tetes, kertas label, dan alat hitung. Bahan yang digunakan yaitu larutan 4% formalin, dan
bahan-bahan untuk pengukuran kandungan oksigen terlarut dengan moteda baku.
Pada tiap inlet maupun outlet danau Lembah dan kolam Perikanan dilakukan pengukuran
parameter biologi dan kimia. Parameter kimia yang dicari yaitu kandungan oksigen terlarut (DO)
pada botol gelap dan botol terang untuk produktivitas primer. Pengukuran DO dilakukan dengan
metode Winkler dengan rumus: DO = 1000 x a x f x 0,1/ 50. Dengan a adalah jumlah volume
tiltrasi 1/80 N Na2S2O3 dan f adalah faktor koreksi. Produktivitas primer/ proper = (LB-DB (1000)
(0,375)/ (Pq) t. Dengan LB adalah kandungan O 2 terlarut akhir dalam botol terang, DB adalah
kandungan O2 terlarut akhir botol gelap, Pq adalah hasil bagi fotosintesis, 0.375 adalah faktor
koreksi dari berat molekul 12 atom O terhadap 6 atom C, dan t adalah waktu inkubasi. Parameter
biologi yang dicari yaitu densitas/ kepadatan plankton. Indeks densitas plankton dengan
menggunakan rumus N = n x Vr/Vo x 1/Vs. Dengan N adalah jumlah perliter, n adalah jumlah sel
yang diamati, Vr adalah volume air tersaring(ml), Vo adalah volumeair yang diamati(ml), dan Vs
adalah volume air yang tersaring.

Hasil dan Pembahasan


Hasil

Tabel 1 : Data Produktivitas Primer Kolam Perikanan UGM

12:00 18:00 12:00 18:00


Inlet Inlet Outlet Outlet
30 cm 50 cm 30 cm 50 cm 30 cm 50 cm 30 cm 50 cm
T G T G T G T G T G T G T G T G
2.8 1.7 2.52 1.66 1 0.76 0.92 0 4.7 3.2 3.88 2.6 4 0.4 2.2 0.88
57.292 44.792 6.51 23.958 78.125 66.67 93.75 34.375
Tabel 2 : Data Produktivitas Primer Danau Lembah UGM

12:00 18:00 12:00 18:00


Inlet Inlet Outlet Outlet
30 cm 50 cm 30 cm 50 cm 30 cm 50 cm 30 cm 50 cm
T G T G T G T G T G T G T G T G
1.02 0.23 1.4 0.15 1.6 0 0 0 1.86 1.41 2.38 1.02 1.5 1.2 0.51 0.98
41.145 46.875 24.67 26.042 23.437 70.83 15.625 24.48

Pembahasan
Produktivitas primer merupakan laju penyimpanan energi radiasi matahari oleh organisme
produsen dalam bentuk bahan organik melalui proses fotosintesis oleh fitoplankton. Dalam tropik
level suatu perairan fitoplankton merupakan produsen utama perairan (Odum, 1996).
Produktivitas primer sering diasumsikan sebagai jumlah karbon yang terdapat dalam material
hidup. Tinggi rendahnya produktivitas primer dapat diketahui dengan melakukan pengukuran
biomassa plankton (fitoplankton) dan klorofil-a (Baksir, 1999). Produktifitas primer dibagi menjadi
dua yaitu produktivitas primer kotor (PPk) dan produktivitas primer bersih (PPb). Produktivitas
primer kotor (PPk) adalah seluruh bahan organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis pada
organisme fotoautotrof, lebih kurang 20% dari PPK digunakan oleh organisme fotoautotrof
untuk respirasi, tumbuh dan berkembang. Produktivitas primer bersih (PPb) adalah sisa energi
produktifitas primer kotor yang baru disimpan. Biomassa organisme autotrof (produsen)
diperkirakan mencapai 50%-90% dari seluruh bahan organik hasil fotosintesis. Hal ini
menunjukkan simpanan energi kimia yang dapat ditransfer ke trofik selanjutnya melalui hubungan
makan dimakan dalam ekosistem.
Produktivitas suatu perairan ditentukan oleh beberapa faktor meliputi cahaya, nutrien, suhu, jenis
fitoplankton. Ketersediaan cahaya secara kuantitatif dan kualitatif tergantung pada waktu (harian,
musiman, tahunan), letak geografis, kedalaman, awan, inklinasi matahari, material terlarut dalam
air, partikel tersuspensi dalam air. Intensitas cahaya mempengaruhi tinggi rendahnya aktivitas
fotosintesis oleh fitoplankton. Pengaruh intensitas cahaya terhadap aktivitas fotosintesis dapat
ditunjukkan dalam grafik kuadratik, yang berarti jika intensitas cahaya terlalu tinggi akan
mengurangi produksi energi oleh fotosintesis. Pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton
dipengaruhi oleh kandungan nutrien di dalam badan perairan. Laju pertumbuhan fitoplankton
tergantung pada ketersediaan nutrien, terutama unsur N dan P. Suhu secara langsung maupun
tidak langsung berpengaruh terhadap produktivitas primer suatu perairan. Secara langsung, suhu
perperan dalam mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Sedangkan secara
tidak langsung suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya dapat
mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton. Tingginya suhu memudahkan penyerapan nutrien
bagi fitoplankton (Effendi, 2003).
Proper Kolam vs Waktu
(kedalaman 30 cm)
100
Produktivitas Primer
80
60
40 Inlet
20 Outlet
0
12:00 18:00
Waktu

Grafik 1: Produktivitas primer kolam vs waktu (kedalaman 30 cm)


Lingkungan kolam Perikanan memiliki vegetasi yang sedikit, sehingga daerah tersebut lebih
terbuka dan cahaya matahari mudah masuk ke badan perairan. Pada grafik dapat dilihat
produktivitas primer pada kedalam 30 cm dari pukul 12:00-18:00, pos inlet mengalami penurunan,
sedangkan pos outlet mengalami kenaikan produktivitas primer. Turunnya produktivitas primer
tersebut karena intensitas cahaya matahri pada pukul 18.00 WIB lebih sedikit daripada pukul
12.00 WIB, sehingga aktivitas fotosintesis menurun yang mengakibatkan nilai produktivitas
primer tersebut juga menurun. Sedangkan produktivitas primer pada pos outlet dari pukul 12.00
WIB hingga pukul 18.00 WIB mengalami kenaikan. Naiknya nilai produktivitas primer tersebut
dapat disebabkan oleh respirasi plankton pada pukul 12.00 WIB sangat tinggi, dan selain itu
jumlah sinar matahari yang telah mencapai asimptot sehingga laju fotosintesis tidak dapat
meningkat lagi apabila intensitas sinar matahari telah melebihi batas maksimum.

Proper Kolam vs Waktu


(kedalaman 50 cm)
80
Produktivitas Primer

60

40
Inlet
20
Outlet
0
12:00 18:00
Waktu

Grafik 2: Produktivitas primer kolam vs waktu (kedalaman 50 cm)


Pada grafik dapat dilihat produktivitas primer kolam Perikanan kedalaman 50 cm baik pos inlet
maupun outlet, keduanya mengalami penurunan. Turunnya produktivitas primer pos inlet
tersebut karena intensitas cahaya matahri pada pukul 18.00 WIB lebih sedikit daripada pukul
12.00 WIB sehingga aktivitas fotosintesis menurun, yang mengakibatkan nilai produktivitas
primer tersebut juga menurun. Lalu produktivitas primer pada pos outlet dari pukul 12.00 WIB
hingga pukul 18.00 WIB juga mengalami penurunan. Sebab penurunan yang terjadi ialah jumlah
cahaya matahari pada pukul 18.00 WIB yang lebih sedikit sehingga aktivtas fotosintesis menurun.
Proper Danau vs Waktu
(kedalaman 30 cm)
50
Produktivitas Primer
40
30
20 Inlet
10 Outlet
0
12:00 18:00
Waktu

Grafik 3: Produktivitas primer danau vs waktu (kedalaman 30 cm)


Dari grafik dapat dilihat hasil data produktivitas primer danau Lembah pada kedalaman 30 cm
dari pukul 12:00-18:00, baik pos inlet maupun outlet mengalami penurunan. Kondisi kedua pos
dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun, sehingga kondisi dan intensitas cahaya pada kedua pos
sangat mempengaruhinya. Hal ini menyebabkan aktivitas fotosintesis fitoplankton pada pukul
12.00 WIB lebih tinggi dibanding pada pukul 18.00 WIB karena pada pukul 12.00 WIB pos inlet
dan outlet tersebut mendapatkan cahaya matahari yang lebih banyak dibanding pada saat pukul
18.00 WIB. Meningkatnya laju fotosintesis mengakibatkan meningkatna produktivitas primer pada
perairan inlet dan outlet danau lembah. Intensitas cahaya pada pukul 12.00 WIB belum
mengalami asimptot sehingga proses fotosintesis juga meningkat.

Proper Danau vs Waktu


(kedalaman 50 cm)
80
Produktivitas Primer

60

40
Inlet
20
Outlet
0
12:00 18:00
Waktu

Grafik 4: Produktivitas primer danau vs waktu (kedalaman 50 cm)


Produktivitas primer danau Lembah pada kedalaman 50 cm baik inlet maupun outlet mengalami
penurunan, tetapi jika dibandingkan dengan kedalaman 30 cm, kedalaman 50 cm pengaruh
intensitas cahaya lebih nyata. Hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya yang diterima pada
kedalaman ini lebih sedikit partikel-partikel atau zat padat yang tersuspensi dalam air. Sehingga
proses fotosintesis juga menurun, padahal laju respirasi plakton terus berlangsung. Aktivitas
fotosintesis yang menurun ini menyebabkan produktivitas primer juga menurun.
Proper Kolam vs Kedalaman
(pukul 12:00)
100
Produktivitas Primer
80
60
40 Inlet
20 Outlet
0
30 50
Kedalaman (cm)

Grafik 5: Produktivitas primer kolam vs kedalaman (pukul 12:00)


Produktivitas primer pada kolam pos inlet maupun outlet pukul 12.00 WIB pada kedalaman 30
cm dan 50 cm mengalami penurunan. Turunnya nilai produktivitas primer ini terjadi akibat
intensitas cahaya matahari yang masuk semakin berkurang seiring meningkatnya kedalaman
perairan. Jumlah sinar matahari pada kedalaman 50 cm yang lebih sedikit dibandingkan pada
kedalaman 30 cm mengakibatkan menurunnya laju fotosintesis oleh fitoplankton. Aktivitas
fotosintesis yang menurun menyebabkan nilai produktivitas primer perairan tersebut juga
menurun. Berkurangnya intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam suatu perairan
berbanding lurus dengan semakin dalamnya suatu badan perairan, hal ini terjadi karena
akumulasi bahan padat tersuspensi dalam perairan yang menghalangi masuknya sinar matahari.
Menurunnya aktivitas fotosintesis yang terjadi pada kedalamn 50 cm, namun laju respirasi
plankton tetap berlangsung, sehingga kedua faktor inilah yang menyebabkan nilai produktivitas
primer pada kedalamn 50 cm lebih kecil daripada kedalaman 30 cm.

Proper Kolam vs Kedalaman


(pukul 18:00)
100
Produktivitas Primer

80
60
40 Inlet
20 Outlet
0
30 50
Kedalaman (cm)

Grafik 6: Produktivitas primer kolam vs kedalaman (pukul 18:00)


Produktivitas primer pada kolam pos inlet mengalami kenaikan sedangkan outlet pukul 18.00 WIB
pada kedalaman 30 cm dan 50 cm mengalami penurunan. Pada pos outlet terjadi penurunan
yang sangat signifikan. Penurunan yang terjadi disebabkan intensitas sinar matahari yang sangat
minim pada pukul 18.00 WIB sehingga pada kedalaman 50 cm sudah tidak ada sinar matahri
yang masuk. Pos outlet memiliki kekeruhan yang lebih tinggi dibandingkan pos inlet sehingga
perbedaan kedalaman sangat mempengaruhi aktivitas fotosintesis dan nilai produktivitas primer.

Proper Danau vs Kedalaman


(pukul 12:00)
80
Produktivitas Primer

60

40
Inlet
20
Outlet
0
30 50
Kedalaman (cm)

Grafik 7: Produktivitas primer danau vs kedalaman (pukul 12:00)


Perbedaan produktivitas primer antara inlet dan outlet adalah pada inlet perubahannya hanya
sedikit (konstan), sedangkan pada pos outlet perubahannya sangat beda nyata. Hal ini terjadi
karena intensitas cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam kedua kedalaman perairan
tersebut berbeda. Sedangkan pada pos outlet produktivitas primer pada kedalaman 30 cm lebih
rendah dibanding produktivitas prmer pada kedalaman 50 cm. Padahal seharusnya kedalaman
30 cm memiliki nilai produktivitas primer yang lebih tinggi karena mendapatkan jumlah sinar
matahari yang lebih banyak, namun hal ini bisa terjadi karena di kedalaman 30 cm aktivtas
respirasi plankton yang besar sehingga dapat mengurangi nilai produktivitas primer. Jika pos inlet
dan pos outlet dibandingkan, maka dapat dilihat melalui data yang ada bahwa produktivitas
primer pada pos inlet jauh lebih sedikit dibandingkan pos outlet. Hal tersebut terjadi karena
densitas plankton pada pos inlet lebih sedikit dibanding pos outlet. Densitas plankton yang sedikit
tersebut diakibatkan jumlah nutrien yang sedikit pada pos inlet. Sedikitnya densitas plankton
tersebut mengakibatkan nilai produktivitas primer kecil karena organisme yang melakukan
fotosintesis juga sedikit (Fidia dkk, 2013).

Proper Danau vs Kedalaman


(pukul 18:00)
30
Produktivitas Primer

25
20
15
Inlet
10
5 Outlet
0
30 50
Kedalaman (cm)

Grafik 8: Produktivitas primer danau vs kedalaman (pukul 18:00)


Produktivitas primer pada danau lembah pos inle dan outlet pukul 18.00 WIB pada kedalaman
30 cm dan 50 cm mengalami kenaikan. Kenaikan nilai produktivitas primer ini terjadi akibat
intensitas cahaya matahari yang masuk hampir sama pada setiap kedalaman. Jumlah sinar
matahari pada kedalaman 50 cm hamper sama dengan kedalaman 30 cm, mengakibatkan
kenaikan laju fotosintesis oleh fitoplankton. Jika aktivitas fotosintesis semakin menurun maka nilai
produktivitas primer perairan tersebut juga akan semakin kecil. Produktivitas primer pada pos
outlet danau Lembah mengalami kenaikan. Naiknya produktivitas ini terjadi karena aktivitas
respirasi plankton yang tinggi akibat tingginya suhu pada kedalaman 30 cm. Respirasi yang tinggi
mengakibatkan nilai produktivitas primer menjadi turun. Karena di pos outlet densitas dan
diversitas plankton yang tinggi sehingga dimungkinkan jenis zooplankton yang terdapat pada pos
tersebut juga tinggi, hal ini yang bisa menyebabkan laju respirasi menjadi tinggi (Astuti dkk, 2009).
Berdasarkan pengamatan dan perhitungan yang dilakukan pada inlet dan outlet kolam Perikanan
dan danau Lembah, dapat disimpulkan bahwa perairan yang paling baik adalah danau Lembah
karena nilai produktivitas primer perairannya secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai produktivitas primer perairan kolam perikanan.
Manfaat mempelajari produktivitas primer perairan bagi prodi manajemen sumberdaya perikanan
adalah untuk menentukan kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan, dengan mengetahui hal
tersebut, maka akan dapat untuk menjaga dan melestarikan suatu lingkungan perairan.

Kesimpulan
Pengukuran produktivitas primer perairan menggunakan metode botol terang-botol gelap, yang
ditanam pada pukul 06:00 WIB kedalaman 30 dan 50 cm, dan diambil kembali pada pukul 12:00
dan 18:00.
Produktivitas primer perairan yang paling baik adalah danau Lembah dibandingkan kolam
Perikanan, tetapi untuk kegiatan budidaya kedua perairan ini cocok sebagai tempat kegiatan
budidaya ikan.
Kepadatan atau densitas plankton berpengaruh terhadap produktivitas primer yang apabila
densitas plankton tinggi, maka produktivitas primernya juga akan tinggi, begitu pula sebaliknya.

Daftar Pustaka
Astuti, L. P., A. Warsa., H. Satria. 2009. Kualitas Air dan Kelimpahan Plankton di Danau Sentani,
Kabupaten Jayapura. Jurnal Perikanan. 11(1): 66-77.
Baksir, A. 1999. Tesis Hubungan antara Produktivitas Primer Fitoplankton dan Intensitas
Cahaya di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Boyd, C.E. 1979. Pengelolaan Kualitas Air. Dirjen Perikanan. Jakarta.
Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Fidia, N., Mijani, R., Abdur, R. 2013. Analisis Kesesuaian Kualitas Air Kolam Bedasarkan
Paremeter pH, Karbondioksida, DO, Amoniak Dan Alkalinitas Di Balai Benih Dan Induk
Ikan Air Tawar (BBI-IAT) Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Jurnal Fish
Scientiae. 4(6):102-113.
Kaswadji, R. F. 1976. Studi Pendahuluan Tentang Penyebaran dan Kemelimpahan
Phytoplankton di Delta Upang, Sumatera Selatan. Karya Ilmiah Fakltas perikanan IPB
Bogor. Bogor.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Cetakan ke-2. PT. Gramedia a
Pustaka Utama. Jakarta.
Odum, E.D. 1970. Fundamentaly of Ecology 3th ed. W.B Sounders Company. Philadelphia.
Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Suwignyo, P. 2003. Ekosistem Perairan Pedalaman, Tipologi dan Permasalahan. dalam a
Ubaidillah R, & Maryanto, I (Editor). Manajemen Bioregional JABODETABEK: Profil dan
Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor
Triyatmo, B., Rustadi, Djumanto, S.B., Priyono, Krismono, N Sehenda, dan Kartamihardja, E.S.,
1997. Studi Perikanan Di Waduk Sermo: Studi Biolimnologi. Lembaga Penelitian UGM
Bekerjasama Dengan Agricultural Research Management Project. BPPP. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai