adalah 2.306 ± 1.782 x10-3 m3/s dan 3.27 ± 2.029 x10-3 m3/s pada saluran II. Dari percobaan
yang telah dilakukan didapat kesimpulan bahwa metode yang efektif untuk selokan ukuran kecil
yaitu 90° Triangular Notch Weir Method. Manfaat pengukuran debit air bagi program studi
Manajemen Sumberdaya perikanan adalah untuk pendistribusi air kedalam kolam dan
mengetahui seberapa besar kebutuhan air untuk irigasi.
Pengantar
Arus merupakan gerakan yang mengalir dari suatu massa air yang disebabkan oleh densitas air
laut, tiupan angin, dan gerakan gelombang. Juga merupakan pergerakan massa air secara
horizontal yang disebabkan oleh angin yang bertiup terus-menerus dipermukaan dan densitas
air. Penentuan debit air sungai diperlukan unuk mengetahui besarnya air yang mengalir dari
sungai ke laut. Dalam penentuan debit air sungai, perlu diketahui luas penampangnya yaitu
dengan mengukur kedalaman dan lebar masing-masing titik pengukuran (Hadiwigeno, 1990).
Arus dan debit merupakan suatu gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa
air. Arus dapat menyebabakan terjadinya kerusakan fisik pada sungai atau selokan seperti
pengikisan daratan, perpindahan sedimen dan lain sebagainya (Koesoebiono, 1979).
Perairan lotik yang merupakan morfologi perairan mengalir, terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi kualitas perairan tersebut, salah satunya adalah debit air. Debit air merupakan
satuan besaran air yang keluar dari daerah aliran sungai. Debit air juga merupakan suatu gerakan
air yang mengakibatkan perpindahan horisontal massa air (Welch, 1948). Cara pengukuran debit
air dapat dilakukan dengan dibendung, perhitungan debit air dengan kecepatan aliran, dan luas
penampang melintang, didapat dari kerapatan larutan, dengan menggunakan pengukuran arus
magnitus, pengukuran arus gelombang super sonis, meter venturi, dan sebagainya. Salah satu
pemanfaatan debit air ialah untuk pengoptimalan waduk, terutama untuk jenis waduk serbaguna
yang tidak hanya untuk menghasilkan energi listrik, tetapi juga untuk irigasi, maka dari itu
diperlukan suatu teknologi strategi dengan memperkirakan debit perairan tersebut (Wurbs, 2006).
Adapun tujuan dari acara praktikum limnologi ini adalah untuk mengetahui cara pengukuran debit
air dengan berbagai macam metode, untuk mengetahui cara menghitung debit air, dan untuk
membandingkan metode yang lebih efektif dalam pengukuran debit.
Metode
Praktikum Pengukuran debit air ini dilaksanakan pada hari jumat 15 september 2017 pukul 15.00
WIB sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan praktikum ini berada disaluran air kolam
Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Pada praktikum ini lokasi dibagi
menjadi dua bagian yaitu saluran satu dan saluran dua.
Pada Embody’s Float Method, alat yang digunakan adalah bola pingpong, meteran, penggaris,
danstopwatch. Bola pingpong dihanyutkan dari titik awal hingga titik akhir pada jarak yang telah
ditentukan. Waktu diukur dengan stopwatch, lalu dicatat dan dilakukan tiga kali pengulangan.
Kemudian mengukur lebar selokan (W), kedalaman (D), dan ditentukan konstanta dari materi
dasar saluran (0,8 = berbatu, 0,9 = berpasir). Debit air dihitung dengan menggunakan rumus; R
= WDAL / T, dengan R merupakan debit air (m3/s); W merupakan rata-rata lebar muka air (m); D
merupakan rata-rata kedalaman (m); A merupakan konstanta; L merupakan jarak yang ditempuh
bola pingpong (m); dan T merupakan waktu yang dibutuhkan bolah pingpong menempuh jarak
yang ditentukan.
Metode kedua yang digunakan adalah Rectangular Weir Method. Cara kerja dengan metode ini
adalah dengan membendung air dengan bendungan khusus yang memiliki celah persegi panjang
sehingga air akan melewati celah tersebut. Selanjutnya, ditentukan posisi bendungan/weir yang
akan digunakan. Kemudian, air diukur tingginya dimulai dari awal celah persegi panjang (H).
Langkah akhir adalah mengukur lebar celah persegi panjang (L). Setelah semua data telah
dikumpulkan, lalu debit air dapat dihitung dengan rumus Q = 3,33 x H 3/2 (L - 0,2H), dengan Q
merupakan debit air (m3/s); H merupakan tinggi weir (m); dan L merupakan lebar weir.
Setelah menggunakan kedua metode sebelumnya, debit air kembali dihitung dengan
menggunanakan 90ºTriangular Notch Weir Method. Bentuk bendungan yang digunakan pada
metode ini mirip dengan menggunakan Rectangular Weir Method, akan tetapi celahnya
berbentuk segitiga dengan sudut 90º. Mengukur debit air dengan metode ini hanya perlu
membendung aliran air dengan bendungan khusus 90ºTriangular Notch Weir dan menghitung
ketinggian air (H) selanjutnya dihitung dengan rumus Q = 2,54 x H5/2, dengan Q merupakan debit
air (m3/s) dan H merupakan tinggi weir (m).
Saluran Stasiun Embody's (x10-3 m3/s) Rectangular (x10-3 m3/s) Triangular (x10-3 m3/s)
Kesimpulan
Dalam pengukuran debit air dapat menggunakan beberapa metode untuk mengukurnya, yaitu
embody’s float method, rectangular weir method, dan 90° triangular notch weir method. Debit air
pada saluran I dengan metode embody’s float ialah 151.991 ± 247.773 x10-3 m3/s dan saluran II
adalah 19.241 ± 3.706 x10-3 m3/s, metode rectangular weir pada saluran I 5.721 ± 2.296 x10-3
m3/s dan 80.182 ± 116.218 x10-3 m3/s pada saluran II, dan metode 90° triangular north weir pada
saluran I adalah 2.306 ± 1.782 x10-3 m3/s dan 3.27 ± 2.029 x10-3 m3/s pada saluran II Dari hasil
praktikum yang dilakukan, metode yang sesuai untuk pengukuran debit air pada saluran I dan
saluran II ialah metode 90° triangular north weir, karena bentuk segitiga siku-siku dapat
meminimalisir kesalahan pada debit air.
Saran
Sebaiknya sebelum praktikum dimulai maka lebar weir yang akan dipakai harus disesuaikan
dengan lebar selokan air yang akan digunakan dalam pengambilan data debit air.
Daftar Pustaka
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Bronmark, C. 1998. The Biology of Lakes and Ponds. Oxford Press. Oxford.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Hadiwigeno. 1990. Petunjuk Praktis Pengelolaan Perairan Umum Bagi Pembangunan
Perikanan. Departemen Perikanan, Badan Penelitian dan Pembangunan Perikanan.
Jakarta.
Hall, W.A., and Nathan, B. 2005. The Dynamic Programming Approach to Water Resources
Development. Journal Geophysis 66(2) : 517-520
Koesoebiono. 1979. Dasar-dasar Ekologi Umum. Bagian IV : Ekologi Perairan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sastrodarsono, T. 1995. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT Pradnoyo
Paramitha. Jakarta.
Shadiq, F., dan Mahmud. 2007. Pengaruh Faktor Penampang pada Kehilangan Debit Akibat
Rembesan pada Saluran Drainase Porus. Jurnal Teknik Lingkungan vol 13(2) : 5-15
Welch, P.S. 1948. Lymnological Method. MC.Grow-Hill Book Company Ink. New York.
Wurbs, R.A. 2006. Modelling and Analysis of Reservoir System Operations. Pretince Hall.
United States of America.