Anda di halaman 1dari 63

1

LAPORAN RESMI
KUALITAS AIR


DISUSUN OLEH :
Nama : Rishang Rangga Yudhistira
NIM : 11/14354/TP
Jurusan : Teknik Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Acara : Teknik Pengukuran Debit dan
Pengambilan Sampel Air
Co. Ass : Albertus Deni N. P. A
pembimbing : Ir. Nuraeni Dwi Dharmawati, MP




INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2012
2

I. Acara : Teknik Pengukuran Debit dan Pengambilan Sampel Air
II. Hari/Tanggal : Rabu, 6 Juni 2012
III. Tujuan : 1. Mengukur debit air dengan metode current meter.
2. Mengukur debit air dengan metode bola pingpong.
3. Mengetahui cara-cara pengambilan sampel air.
IV. Dasar Teori
A. Kualitas air
Dalam usaha pemanfaatan air untuk irigasi haruslah memenuhi
kriteria tepat jumlah, waktu, mutu dan ruang. Informasi tenteng mutu air
irigasi berkaitan erat dengan kesesuaian air tersebut dan didalamnya
terkandung sejumlah bahan-bahan baik yang terlarut maupun tidak terlarut.
Bahan-bahan tersebut ada yang berpengaruh baik terhadap tanaman dan
ada pula yang merupakan racun bagi tanaman, sehinggan akan
mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman serta selanjutnya akan
berpengaruh pula pada produksi tanaman tersebut.
Air yang mempunyai mutu jelek tidak hanya berpengaruh pada
tanaman tetapi juga akan berpengaruh pada tanah. Penilaian mutu air
irigasi secara umum ditentukan dari :
a) Jumlah dan jenis bahan padat atau terbawa,
b) Konsentrasi garam-garam yang terlarut,
c) Perbandingan ion sodium (Na) terhadap ion magnesium (Mg) dan ion
kalsium (Ca) serta besarnya konsentrasi ion karbonat (CO
3
) dan
bikarbonat (HCO
3
) yang larut dalam air tersebut, dan
d) Konsentrasi yang bersifat racun bagi tanaman.
B. Pengukuran Debit
Pengukuran debit dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu : pengukuran
secara langsung dan tidak langsung. Masing-masing cara dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Pengukuran Langsung
Pengukuran secara langsung dilakukan dengan cara volumetrik dan
cara ambang ukur. Cara volumetrik merupakan cara yang paling
3

sederhana, khususnya pada aliran kecil. Aliran dimasukkan pada bejana
kecil atau bejana ukur kemudian dicatat waktunya untuk memenuhi
tersebut, sehingga diperoleh debit (V/T).
Cara ambang ukur digunakan untuk bangunan air yang mempunyai
hubungan tertentu antara debit dengan tinggi muka air. Oleh karena itu,
maka setiap bangunan air mempunyai rumus hubungan tertentu
tergantung dari lebar (B), tinggi muka air (h) dan tetapan bentuk (n)
maupun tetapan debitnya (K). Persamaan umum yang digunakan adalah:
Q = K B h
n

Ada dua macam metode pengukuran yang digunakan, yaitu :
1. Pengukuran dengan Pelampung
Prinsip pengukuran dengan metode ini adalah kecepatan aliran
diukur dengan menggunakan pelampung, luas penampang basah (A)
ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar permukaan air dan
kedalaman air. Persamaan debit yang diperoleh adalah :
Q = A x k x U
Keterangan :
Q = debit aliran (m
3
/dt)
A = luas penampang basah (m
2
)
U = kecepatan pelampung (m/dt)
k = koefisien pelampung
2. Pengukuran menggunakan current meter
Current meter adalah alat untuk megukur kecepatan arus air yang
secara prinsip pengukurannya terbagi dalam tiga sistem, yaitu :
Salah satu jenis current meter yang dapat dibuat adalah
pengukuran arus dengan arus velositas, dengan sistem kerja
menghasilkan sinyal dari masing-masing putaran propeller yang
terbuat dari bahan medan magnetik.
Persamaan dari arus velositas adalah :
V = k.n +
Dimana :
4

V = Aliran velositas (m/s)
k = pitch hidraulic dari propeller (m)
n = revolusi propeller setiap detik
= Karakteristik dari current meter *)
*) dapat diperkirakan dengan melakukan pengujian
secara thowing channel.
Current meter dapat pula dibagi kedalam dua kategori
berdasarkan metode pengukurannya. Kedua jenis current meter
tersebut menurut adalah :
1. Current meter dengan pengukuran non-otomatik, yaitu current
meter dengan cara pengukuran atau perekaman data kecepatan arus
yang harus dilakukan langsung oleh seseorang untuk membacanya,
biasanya alat ini ditempatkan pada suatu struktur tertentu.
2. Current meter dengan pengukuran otomatik, yaitu current meter
yang merekam data kecepatan arus tanpa selalu harus langsung
diperiksa oleh pengguna, Biasanya tipe ini memiliki sarana
penyimpanan data yang cukup untuk jangka waktu pengukuran
tertentu.









5

V. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Current meter : 1 buah
2. Roll meter : 1 buah
3. Bola pingpong : 3 buah
4. Botol sampel air : 2 buah
5. Stik/Tongkat : 3 buah
6. stopwatch : 1 buah
b. Bahan
1. Sampel air Selokan Mataram

6

VI. Cara Kerja
a. Teoritis
Pengukuran dengan Current Meter
1. Mengukur kedalaman dan lebar sungai dengan menggunakan roll
meter untuk mendapatkan luas penampang profil sungai.
2. Memasang current meter pada stik.
3. Mengukur debit aliran dengan menggunakan current meter pada 3
titik pengukuran (tepi kiri,tengah,dan tepi kanan). Pada tiap titik
setelah terdengar suara tit pertama, hidupkan stopwatch 1 menit,
mendengarkan suara tit pada alat penghasil bunyi.
4. Mencatat berapa jumlah bunyi yang dihasilkan selama 1 menit,
masukkan hasil pengamatan dalam tabel.
5. Menghitung bunyi yang dihasilkan current meter kemudian
dikonversi dari RPM ke satuan m/s.
Rumus konversi dari rpm ke m/s pada current meter :
v = x D x 10
keterangan :
v = Kecepatan aliran
D = Diameter current meter.
Pengukuran dengan menggunakan Bola Pingpong
1. Mengukur jarak pada selokan mataram sepanjang 10 meter
mengunakan roll meter.
2. Menyiapkan stopwatch untuk menghitung waktu yang diperlukan
bola pingpong dalam mencapai jarak 10 meter.
3. Menghanyutkan bola pingpong kealiran sungai dengan jarak yang
telah ditentukan dan menghitung waktunya.
4. Mengulang percobaan sebayank 3 kali.
5. Mengitung kecepatan tempuh bola pingpong.
v =


Keterangan : v = kecepatan bola pingpong, s = jarak yang ditentukan,
t = waktu tempuh.
7

b. Skematis
Pengukuran dengan Current meter
1. Diukur kedalaman dan lebar sungai dengan menggunakan roll meter.
2. Dipasang current meter pada stik.
3. Diukur debit aliran dengan menggunakan current meter pada 3 titik
pengukuran (tepi kiri,tengah,dan tepi kanan). Pada tiap titik setelah
terdengar suara tit pertama, hidupkan stopwatch 1 menit,
mendengarkan suara tit pada alat penghasil bunyi.
4. Dicatat berapa jumlah bunyi yang dihasilkan selama 1 menit,
masukkan hasil pengamatan dalam tabel.
5. Dihitung bunyi yang dihasilkan current meter kemudian dikonversi
dari RPM ke satuan m/s.
Pengukuran dengan Bola Pingpong
1. Diukur jarak pada selokan mataram sepanjang 10 meter mengunakan
roll meter.
2. Disiapkan stopwatch untuk menghitung waktu yang diperlukan bola
pingpong dalam mencapai jarak 10 meter.
3. Dihanyutkan bola pingpong kealiran sungai dengan jarak yang telah
ditentukan dan menghitung waktunya.
4. Diulang percobaan sebayank 3 kali.
5. Dihitung kecepatan tempuh bola pingpong.

8

2, 94 m
VII. Hasil Pengamatan
a. Kegiatan I ( Menghitung luas penampang )


0, 42 m
Air



Luas penampang profil sungai :
A = P x L
= 2,94 m x 0,42
= 1,235 m
2

b. Kegiatan II ( menghitung kecepatan dan debit air dengan current meter )
Percobaan Jumlah Bunyi Kecepatan


1 11 0,57
2 10 0,52
3 11 0,57
1,66
Perhitungan :
v = x D x 10 (

)
D = Diameter current meter 0,1 meter
= 3,14
Percobaan 1
v = x D x 10 (

)
= 3,14 x 0,1 x 10 (

)
= 0,57


Percobaan 2
v = x D x 10 (

)
9

= 3,14 x 0,1 x 10 (

)
= 0,52


Percobaan 3
v = x D x 10 (

)
= 3,14 x 0,1 x 10 (

)
= 0,57


Kecepatan rata-rata
v.
rerata
=


= 0,55


Debit aliran
Q = v.
rerata
x A
=

0,55

x 1,235 m
2

= 0,68


c. Kegiatan III ( menghitung kecepatan aliran dan debit air dengan metode
bola pingpong )
Percobaan Jarak (m) Waktu (detik) Kecepatan (

)
1 10 27,68 0,361
2 10 27,33 0,365
3 10 25,40 0,393
1,119
Perhitungan :
Percobaan 1
v =

= 0,361


10

Percobaan 2
v =

= 0,365


Percobaan 3
v =

= 0,393


Kecepatan rata-rata
v.
rerata
=


= 0,373


Debit aliran
Q = v.
rerata
x A
=

0,373

x 1,235 m
2

= 0,460















11

VIII. Pembahasan
Praktikum yang dilaksanakan pada hari rabu, 6 Juni 2012 di selokan
mataram ini bertujuan untuk mengetahui debit aliran air pada tempat
tersebut. Metode yang digunakan ada 2 cara yaitu menggunakan alat current
meter dan bola pingpong.
Penggunaan current meter meter pada pada praktikum ini
menggunakan sistem pencacah putaran, yaitu current meter yang
mernkonversi kecepatan sudut dari propeller atau baling-baling kedalam
kecepatan linear. Pengukuran arus air pada current meter adalah dengan
melihat arus velositas, dengan sistem kerja menghasilkan sinyal dari
masing-masing putaran propeller yang terbuat dari bahan medan magnetik.
Roda current meter pertama-tama disambungkan pada tongkatnya, lalu
celupkan roda atau baling-baling tersebut dalam air, dan dihitung jumlah
bunyi yang dihasilkan selama satu menit.
Penampang profil sungai pada hasil pengamatan diperoleh 1,235 m
2
,
untuk data pada kecepatan aliran dan debit aliran yang diukur menggunakan
metode current meter, dengan pengukuran pada titik yang berbeda yaitu
samping kanan, samping kiri, dan tengah, menunjukan angka yang berbeda.
Untuk percobaan pertama dan ketiga menunjukan nilai kecepatan yang sama
yaitu 0,57 m/s dengan jumlah bunyi yang dihasilkan dari current meter yaitu
11 (sebelas) bunyi dalam 1 (satu) menit. Sedangkan untuk percobaan ke 2
(dua) jumlah bunyinya adalah 10 dan kecepatan 0,52 m/s. Dari hasil
pengamatan tersebut rata-rata kecepatannya adalah 0,55 m/s dan debit aliran
di selokan mataram adalah 0,68 m
3
/s.
Pengukuran menggunakan metode bola pingpong diperoleh kecepatan
bola pingpong pada permukaan air pada percobaan pertama adalah 0,361
m/s, percobaan kedua 0,365 m/s, dan pada percobaan ketiga adalah 0,393
m/s. Rata-rata kecepatan aliran air adalah 0,373 m/s sedangkan debit airnya
0,460 m
3
/s.
Kedua metode tersebut menghasilkan data yang berbeda dan dalam hal
ini disebabkan dari metode yang digunakan juga berbeda, seperti pada
12

metode bola pingpong yang mengikuti aliran air tidak kemudian lurus atau
belok ke kiri ke kanan, sehingga waktu yang diperlukan lebih lama, dan
menyebabkan nilai kecepatannya berbeda jika diukur meggunakan current
meter. Jarak yang dilalui bola pingpong juga tidak mutlak 10 meter, karena
penglihatan manusia terbatas.
Banyaknya sampah pada aliran air mengganggu kagiatan praktikum
karena sampah dapat tersangkut pada baling-baling current meter sehingga
nilai untuk jumlah bunyi pada current meter berbeda, hal ini juga bisa
disebabkan pula ketinggian dasar air berbeda sehingga menyebabkan
kecepatan alirannya berbeda. Selain itu juga dapat menabrak bola pingpong
yang bergerak, sihingga merubah arahnya geraknya.




















13

IX. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Metode pengukuran yang dilakukan menggunakan dua cara yaitu
pengukuran dengan pelampung atau bola pingpong dan pengukuran
menggunakan current meter.
2. Hasil pengukuran kedua metode tersebut menghasilkan data yang berbeda.
3. Kebersihan air dan tinngkat derasnya air mempengaruhi keakuratan
pengukuran. Terutama pada pengukuran bola pingpong.
4. Selisih data hasil pengukuran kedua metode cukup besar.
5. Pengukuran dengan current meter lebih akurat, karena faktor luar yang
mempengaruhi kecepatan air lebih sedikit dibandingkan bola pingpong.
14

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Buku Panduan Praktikum Kualitas Air. Institut Pertanian Stiper.
Yogyakarta.
Karmono dan Cahyono, J, 1978. Penentuan Kualitas Air. Laboratorium Hidrologi.
NUFFIC - UGM, Yogyakarta.
















Yogyakarta, 15 Juni 2012
Mengetahui,
Co.Ass Praktikan




(Albertus Deni N. P. A) (Rishang Rangga Yudhistira)
15

LAPORAN RESMI
KUALITAS AIR



DISUSUN OLEH :
Nama : Rishang Rangga Yudhistira
NIM : 11 / 14354 / TP
Jurusan : Teknik Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Acara : Pengukuran Parameter Kualitas Air
( Suhu, pH, Konduktivitas, DHL, TDS )
Co.Ass : Albertus Deni N. P. A
Pembimbing : Ir. Nuraeni Dwi Dharmawati, MP



INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2012
16

I. Acara : Pengukuran Parameter Kualitas Air (Suhu, pH,
Konduktivitas, DHL, TDS)
II. Hari/Tanggal: Kamis, 7 Juni 2012
III. Tujuan : 1. Mengetahui parameter kualitas air.
2. Mampu mengukur suhu, pH, konduktivitas, DHL, TDS.
IV. Dasar Teori
A. Suhu
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi
suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis,
suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom
dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya
energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer.
Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius,
Reumur, Fahrenheit dan Kelvin.
B. pH
pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion
hidrogen dalam larutan berpelarut air. pH merupakan kuantitas tak
berdimensi dengan H adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan
definisi ini adalah bahwa aH dapat diukur secara eksperimental
menggunakan elektrode ion selektif yang merespon terhadap aktivitas ion
hidrogen ion.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H
+
) yang
terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.
Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan
larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
internasional.
17

C. Konduktivitas dan DHL
Besarnya konsentrasi garam-garam yang terlarut dalam air
diklasifikasikan dengan konduktivitas elektrik. Sebab besar kecilnya daya
hantar listrik (DHL) dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi ion-ion yang
ada dalam air atau disebut juga salinitas. Nilai DHL selain merupakan
fungsi dari konsentrasi ion dalam air juga sangat dipengruhi oleh
temperatur air. Suhu standar perhitungan nilai DHL adalah 25
0
C.
DHL diukur dengan mho yang perbandingan terbalik dengan ohm.
Konduktivitas elektrik air ditentukan dengan menghitung tahanan listrik
antara dua elektroda paralel yang dicelupkan dalam air. Dasar satuan
untuk konduktivitas elektrik adalah ohm/m atau mmho/cm atau
micromhos/cm.
D. Total Padatan Terlarut
Total padatan terlarut adalah jumlah konsentrasi bahan-bahan padat
terlarut dalam air yang dapat berupa bahan organik atau anorganik.
Mengukur total padatan terlarut atau total dissolve solid. Air adalah
molekul yang paling banyak ada di alam. Bahan tubuh manusia sendiri
tersusun dari 80% cairan. Namun tidak semua air yang ada di bumi ini
mempunyai kualitas yang baik dan layak untuk dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu cara untuk mengukur kualitas
air adalah dengan cara mengukur total padatan terlarut di dalamnya.
Pengertian TDS (Total Dissolve Solid) atau total padatan terlarut
adalah jumlah zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik,
misalnya garam, dan lain-lain) yang terdapat pada sebuah larutan. Pada
umumnya ukuran zat yang terlarut dalam harus dapat melewati saringan
yang berdiameter 2 mikrometer (210-6 meter).





18

V. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Conductivity meter : 1 buah
2. Erlemeyer : 2 buah
3. Gelas beker : 2 buah
4. Kertas stik pH : 4 buah
5. Multitester : 1 buah
6. pH meter : 1 buah
7. Termometer batang : 1 buah
b. Bahan
1. Sampel air sungai : 500 mililiter
2. Sampel air selokan mataram : 500 mililiter













19

VI. Cara Kerja
a. Teoritis
1. Menyiapkan sampel air selokan mataram sebanyak 250 ml didalam tiap
erlenmeyer, beri label 1 dan 2 pada masing-masing erlenmeyer.
2. Menyaipkan sampel air didalam gelas beker untuk sampel air sungai
masing 250 pada tiap gelas beker, dan beri label 3 dan 4 pada tiap gelas
beker.
3. Mengukur pH sampel dengan mencelupkan kertas stik pH pada setiap
gelas. Mengamati perubahan warna pada kertas stik pH, cocokan warna
kertas sitk pH dengan kotak warna pH untuk mengetahui nilai pH, catat
hasilnya.
4. Mengukur suhu sampel 1, 2, 3, 4 menggunakan conductivity meter. Catat
hasilnya. Atur tombol salinitas atas dasar konsentrasinya. Catat harga
salinitasnya.
5. Mengukur daya hantar listrik pada sampel air 1, sampel 2, sampel 3,
sampel 4 menggunakan multitester. Gunakan skala 1 k. Catat nilainya.















20

b. Skematis
1. Disiapkan sampel air selokan mataram sebanyak 250 ml didalam tiap
erlenmeyer, beri label 1 dan 2 pada masing-masing erlenmeyer.
2. Disaipkan sampel air didalam gelas beker untuk sampel air sungai
masing 250 pada tiap gelas beker, dan beri label 3 dan 4 pada tiap gelas
beker.
3. Diukur suhu sampel pada gelas 1 sampai gelas 4 menggunakan
termometer, catat hasilnya.
4. Diukur pH sampel dengan mencelupkan kertas stik pH pada setiap gelas.
Mengamati perubahan warna pada kertas stik pH, cocokan warna kertas
sitk pH dengan kotak warna pH untuk mengetahui nilai pH, catat
hasilnya.
5. Diukur daya hantar listrik pada sampel air 1, 2, 3, 4 menggunakan
multitester. Gunakan skala 1 k. Catat nilainya.
















21

VII. Hasil Pengamatan
A. Parameter Kualitas Air
No
Parameter
Kelompok
Gelas 1 Gelas 2 Gelas 3 Gelas 4
1
Electrical
Conductivity
0,224 mS 0,225 mS 0,268 mS
0,266 mS
29,6
0
C 29,5
0
C 29,1
0
C
29,1
0
C
0,244 0,244 0,289
0,287
2 DHL 7,5 k 7,5 k 7 k
7 k
3 pH meter 7,60 7,55 7,52
7,55
4 Kertas stik pH 8 8 7
7
5 Suhu 30
0
C 30
0
C 29
0
C
29
0
C
6 TDS 156,16 ppm 156,16 ppm 184,96 ppm
183,68 ppm

Keterangan :
Gelas 1 dan 2 adalah sampel air selokan mataram.
Gelas 3 dan 4 adalah sampel air sungai.
B. Hasil Perhitungan
a. Electrical Conductivity
Gelas 1
EC (25
0
C) = EC(t) + (t) 0,02 EC (t)
= 0,224 + ( (29,6 -25) 0,02 0,224 )
= 0,244 mmho/cm
Gelas 2
EC (25
0
C) = EC(t) + (t) 0,02 EC (t)
= 0,224 + ( (29,6 -25) 0,02 0,224 )
= 0,244 mmho/cm
Gelas 3
22

EC (25
0
C) = EC(t) + (t) 0,02 EC (t)
= 0,268 + ( (29,1 -25) 0,02 0,268 )
= 0,289 mmho/cm

Gelas 4
EC (25
0
C) = EC(t) + (t) 0,02 EC (t)
= 0,266 + ( (29,1 -25) 0,02 0,266 )
= 0,287 mmho/cm
b. Total Padatan Terlarut (TDS)
Gelas 1
TDS (ppm) = 640 EC (mmho/cm)
= 640 0,244
= 156,16 ppm
Gelas 2
TDS (ppm) = 640 EC (mmho/cm)
= 640 0,244
= 156,16 ppm
Gelas 3
TDS (ppm) = 640 EC (mmho/cm)
= 640 0,289
= 184,96 ppm
Gelas 4
TDS (ppm) = 640 EC (mmho/cm)
= 640 0,287
= 183,68 ppm


23

VIII. Pembahasan
Praktikum ini melakukan pengukuran parameter kulitas air, dan
parameter yang diukur adalah suhu, pH, konduktivitas, DHL dan TDS.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu
suatu benda, semakin panas benda tersebut. Daya hantar listrik (DHL)
merupakan besarnya konsentrasi garam-garam yang terlarut dalam air dan
diklasifikasikan dengan konduktivitas elektrik. Nilai DHL selain
merupakan fungsi dari konsentrasi ion dalam air juga sangat dipengruhi
oleh temperatur air. Tujuan pengukuran total padatan terlarut atau total
dissolve solid ini adalah untuk mengukur kualitas air, semakin sedikit total
padatan terlarut dalam air maka semakin bagus kualitas air tersebut.
Pengukuran suhu menggunakan termometer. Caranya dengan
memasukkan termometer dalam air dan amati suhunya. Untuk pengukuran
pH, menggunakan pH meter dan kertas stik pH. Pengukuran konduktivitas
dan DHL dilakukan dengan multitester. Dan pengukuran TDS dilakukan
menggunakan Electrical Conductivity dimana dua buah probe
dihubungkan ke sampel air yang akan diukur, kemudian dengan rangkaian
pemrosesan sinyal diharapkan bisa mengeluarkan output yang
menunjukkan besar konduktivitas sampel air tersebut yang jika dikaitkan
dengan faktor inversi maka kita akan dapatkan nilai kualitas air tersebut
dalam ppm.
Dari pengukuran parameter kualitas air tersebut di peroleh data
sebagai berikut : pada gelas 1 nilai electrical conductivity (EC) 0,244
mmho/cm, daya hantar listrik (DHL) 7,5 k, pH ( menggunakan pH meter
= 7,60 dan menggunakan kertas stik pH = 8), suhu 30
0
C, total padatan
terlarut (TDS) 156,16 ppm. Pada gelas 2 nilai electrical conductivity (EC)
0,244 mmho/cm, daya hantar listrik (DHL) 7,5 k, pH ( menggunakan pH
meter = 7,55 dan menggunakan kertas stik pH = 8), suhu 30
0
C, total
padatan terlarut (TDS) 156,16 ppm. Pada gelas 3 nilai electrical
conductivity (EC) 0,289 mmho/cm, daya hantar listrik (DHL) 7 k, pH (
menggunakan pH meter = 7,52 dan menggunakan kertas stik pH = 7), suhu
24

29
0
C, total padatan terlarut (TDS) 184,96 ppm. Pada gelas 4 nilai electrical
conductivity (EC) 0,287 mmho/cm, daya hantar listrik (DHL) 7 k, pH (
menggunakan pH meter = 7,55 dan menggunakan kertas stik pH = 7), suhu
29
0
C, total padatan terlarut (TDS) 183,68 ppm.
Melihat dari data yang telah diperoleh diketahui bahwa sampel air
selokan mataram pada gelas 1 dan gelas 2 memiliki nilai electrical
conductivity (EC) dan total padatan terlarut (TDS) lebih rendah
dibandingkan sampel air sungai pada gelas 3 dan gelas 4. Untuk
pengukuran menggunakan pH meter rentang nilainya tidak terlalu jauh
terhadap kertas stik pH, atau stik pH merupakan penggenapan dari hasil
perhitungan pH meter. Hasil data menunjukan sampel air selokan mataram
(sampel 1 dan sampel 2) bersifat basa, dan sampel air (sampel 3 dan
sampel 4) sungai bersifat netral.















25

IX. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Air pada selokan mataram merupakan elektrolit, karena memiliki daya
hantar listrik.
2. Sampel air selokan mataram bersifat basa, dan sampel air (sungai bersifat
netral.
3. Air selokan mataram dan air sungai tersebut masih dapat digunakan untuk
irigasi pertanian.
4. TDS pada air sungai lebih besar dibanding air selokan matarm.








26

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2012. Buku Petunjuk Praktikum Kualitas Air. Institut Pertanian
STIPER.Yogyakarta.
Http://fredi-36-a1.blogspot.com/2010/04/daya-hantar-listrik.html.
Karmono dan Cahyono,J, (1978), Penentuan Kualitas Air, Laboratorium
Hidrologi, NUFFIC-UGM, Yogyakarta.

















Yogyakarta, 15 Juni 2012
Mengetahui,
Co.Ass Praktikan


( Albertus Deni N. P. A ) ( Rishang Rangga Yudhistira)
27

LAPORAN RESMI
KUALITAS AIR


DISUSUN OLEH :
Nama : Rishang Rangga Yudhistira
Nim : 11 / 14354 / TP
Jurusan : Teknik Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Acara : Pengukuran Kadar Kalsium (C
a
) dan
Magnesium (M
g
) atau Mengukur
Kesadahan Non Karbonat
Co.Ass : Albertus Deni N. P. A
Pembimbing : Ir. Nuraeni Dwi Dharmawati, MP



INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2012
28

I. Acara : Pengukuran Kadar Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) atau
Pengukuran Kesadahan Non Karbonat
II. Hari/Tanggal : Jumat, 8 Juni 2012
III. Tujuan : 1. Mengetahui kadar Ca untuk menentukan kesadahan non
karbonat sampel air.
2. Mengetahui kadar Mg untuk menentukan kesadahan non
karbonat sampel air.
IV. Dasar Teori
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat
membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air
berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan sangat penting
artinya bagi para akuaris karena kesadahan merupakan salah satu petunjuk
kualitas air yang diperlukan bagi ikan. Tidak semua ikan dapat hidup pada
nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan
prasarat nilai kesadahan pada selang tertentu untuk hidupnya.
Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: kesadahan
umum (general hardness atau GH) dan kesadahan karbonat (carbonate
hardness atau KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal
pula tipe kesadahan yang lain yaitu yang disebut sebagai kesadahan
total atau total hardness. Kesadahan total merupakan penjumlahan dari GH
dan KH, yaitu jumlah ion-ion Ca
2+
dan Mg
2+
yang dapat ditentukan melalui
titrasi EDTA dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation
tersebut. Kesadahan total dapat juga ditentukan dengan menggunakan jumlah
ion Ca
2+
dan ion Mg
2+
yang dianalisa secara terpisah misalnya metode AAS.
Metode yang dapat dilakukan untuk penentuan kesadahan adalah
metode Titrasi EDTA ( Ethylene Diamene Tetra Asetat). EDTA berupa
senyawa kompleks khelat dengan rumus molekul
(HO
2
CCH
2
)2NCH
2
CH
2
N(CH
2
CO
2
H)
2
. Merupakan suatu senyawa asam
amino yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam
bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat
29

dan dua gugus amina. EDTA membentuk kompleks kuat terutama dengan
Mn (II), Cu (II), Fe (III), dan Co (III). (EDTA merupakan senyawa yang
mudah larut dalam air, serta dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi
dalam penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak tertentu dalam air,
sebaiknya distandardisasi terlebih dahulu.
pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T
(EBT). Pada pH lebih tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga
EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide.
Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air dapat di masking
dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadangkala juga
digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaftol.
Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi dengan Mg, oleh karena itu EDTA
direkomendasikan.

















30

V. Alat dan Bahan
a. Alat
8. Buret : 1 buah
9. Corong : 1 buah
10. Labu erlemeyer : 4 buah
11. Gelas beker : 1 buah
12. Gelas ukur : 1 buah
13. Kertas name plat : 3 buah
14. Pipet Volume : 1 buah
15. Pipet tetes : 1 buah
b. Bahan
3. Aquades : 10 ml
4. Sampel air sungai + alum 17 ppm : 10 ml
5. Sampel air selokan + alum 34 ml + soda ash 4 ml: 10 ml
6. Larutan NH
2
OH HCL 3 % : 1 ml
7. Larutan KCN 2,5 % : 2 ml
8. Larutan NaOH 2 N : 1 ml
9. Larutan Merexide : 2 tetes
10. Larutan Standar Na
2
EDTA








31

VI. Cara Kerja
a. Teoritis
1. Mengambil sampel air dan aquades menggunakan pipet volume
sebanyak 10 ml, masukkan kedalam labu yang berbeda.
2. Memasukan NH
2
OH HCL 3% sebanyak 1 ml pada masing-masing
larutan.
3. Menambahkan Larutan KCN 2,5% sebanyak 2 ml pada setiap labu
erlenmeyer.
4. Menambahkan Larutan NaOH 2N sebanyak 1 ml pada tiap larutan.
5. Mencatat warna larutan sebagai warna awal larutan.
6. Menambahkan Larutan indikator merixide sebanyak 2 tetes.
7. Memperhatikan perubahan warna yang terjadi, kemudian catat warna
akhir larutan.
8. Mentitrasi setiap larutan dengan Na
2
EDTA. Larutan yang dititrasi
apabila larutan sudah mengalami perubahan warna, maka proses titrasi
dihentikan.
9. Mencatat berapa mili liter larutan Na
2
EDTA yang digunakan pada
titrasi masing-masing larutan dan catat warna akhir larutan setelah
titrasi.












32

b. Skematis
1. Diambil sampel air dan aquades menggunakan pipet volume sebanyak
10 ml, masukkan kedalam labu elemeyer yang berbeda.
2. Dimasukan NH
2
OH HCL 3% sebanyak 1 ml pada masing-masing
larutan.
3. Ditambahkan Larutan KCN 2,5% sebanyak 2 ml pada setiap labu
erlenmeyer.
4. Ditambahkan Larutan NaOH 2N sebanyak 1 ml pada tiap larutan.
5. Dicatat warna larutan sebagai warna awal larutan.
6. Ditambahkan Larutan indikator merixide sebanyak 2 tetes.
7. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi, kemudian catat warna akhir
larutan.
8. Dititrasi setiap larutan dengan Na
2
EDTA. Larutan yang dititrasi apabila
larutan sudah mengalami perubahan warna, maka proses titrasi
dihentikan.
9. Dicatat berapa mili liter larutan Na
2
EDTA yang digunakan pada titrasi
masing-masing larutan dan catat warna akhir larutan setelah titrasi.














33

VII. Hasil Pengamatan
A. Tabel Hasil Pengamatan
No Sampel
Warna
awal
Warna setelah +
2 tetes merexida
ml
Na
2
EDTA
Warna
akhir
1 Alum Bening
Merah muda
pekat
2,0 ml Ungu
2
Alum +
soda ash
Bening Merah muda 0,5 ml
Orange-
coklat
3 Aquades bening Merah muda 1,1 ml
Orange-
bening

B. Hasil Perhitungan
a. Gelas I ( Alum )
Ca
++
(ppm) =



=


= 100 ppm
Ca
++
(meq/L) =



=


= 5 meq/L
Ca
++
(epm) = Ca
++
(ppm) 0,05
= 100 ppm 0,05
= 5 epm
b. Gelas II ( Alum + Soda Ash )
Ca
++
(ppm) =



=


34

= 25 ppm
Ca
++
(meq/L) =



=


= 1,25 meq/L
Ca
++
(epm) = Ca
++
(ppm) 0,05
= 25 ppm 0,05
= 1,25 epm
c. Gelas III ( Aquades )
Ca
++
(ppm) =



=


= 55 ppm
Ca
++
(meq/L) =



=


= 2,57 meq/L
Ca
++
(epm) = Ca
++
(ppm) 0,05
= 55 ppm 0,05
= 2,75 epm





35

VIII. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan menentuan kesadahan non
karbonat atau mengetahui kadar kadar Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)
Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah labu Erlenmeyer 3 buah,
gelas ukur 1 buah, pipet volume 1 buah, buret 1 buah, sedangakan bahan
bahan yang digunakan adalah sample air, larutan NH
2
OH HCL 3%, larutan
NaCN 2,5%, larutan NaOH 2N, larutan merexide, larutan standart Na
2

EDTA.
Sebelum menentukan kadar Ca dan Mg atau mengukur kesadahan non
karbonat, kita mest mengetahui tentang kesadahan itu sendiri. Pengertian
kesadahan air itu sendiri adalah kandungan mineral-mineral tertentu di
dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk
garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar
mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral
yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga
bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat.
Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang
diikat oleh kation (Ca
2+
atau Mg
2+
), yaitu air sadah sementara dan air sadah
tetap.
Air yang mengandung kesadahan sebenarnya tidak berbahaya bagi
manusia, namun pada penggunaan tertentu, seperti pada industri, kadar
kesadahan perlu dihilangkan karena dapat terjadi menyebabkan beberapa
masalah seperti pengendapan mineral, yang dapat menyumbat saluran pipa
dan keran. Untuk menghilangkan kesadahan sementara cukup dilakukan
pemanasan, namun untuk kesadahan tetap pada air harus dengan
menggunakan zeolit. Ion Ca
2+
dan Mg
2+
akan ditukar dengan ion Na
+
dan K
+

dari zeolit, sehingga air tersebut terbebas dari kesadahan. Zeolit memiliki
kapasitas untuk menukar ion, artinya tidak dapat menggunakan zeolit yang
sama selamanya. Sehingga pada rentang waktu tertentu harus diganti.
Cara paling mudah untuk mengetahui air yang digunakan adalah air
sadah atau bukan dengan menggunakan sabun. Untuk air sadah, maka sabun
36

akan sukar berbiuh, kalaupun berbuih, berbuihnya sedikit. Kemudian untuk
mengetahui jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Jika ternyata
setelah dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang
anda gunakan adalah air sadah tetap. Kesadahan merupakan petunjuk
kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui sampel air yang telah ditambah
alum memliki warna bening, setelah ditambah 2 tetes merexida berubah
menjadi merah muda pekat, dilanjutkan dengan titirasi dengan 2 ml
Na
2
EDTA warna akhirnya adalah ungu. Untuk sampel air yang telah
ditambah alum dan soda ash memiliki warna awal sama seperti sampel alum
dan setelah ditambah 2 tetes merexide warnanya berubah menjadi merah
muda. Kemudian di titrasi dengan larutan Na
2
EDTA 0,5 ml warna akhir
adalah orange coklat. Untuk aquades memiliki warna awal bening, dan
setelah ditambah 2 tetes berubah menjadi merah muda, dilanjutkan dengan
titrasi 1,1 ml Na
2
EDTA dan warnanya menjadi berubah orange bening.













37

IX. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Air pada selokan mataram memiliki kadar kasadahan
2. Sample pertama memiliki kadar kalsium paling tinggi
3. Cara paling mudah untuk mengetahui air yang digunakan adalah air sadah
atau bukan dengan menggunakan sabun. Jika sulit berbuih berarti air
sadah.
4. Air selokan mataram perlu diolah terlebih dahulu untuk penghilangan
kesadahannya.












38

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2012. Buku Petunjuk Praktikum Kualitas Air. Institut Pertanian
STIPER.Yogyakarta.
Http://www.artikelkimia.info/jenis-jenis-kesadahan-02151705102011.
Karmono dan Cahyono,J, (1978), Penentuan Kualitas Air, Laboratorium
Hidrologi, NUFFIC-UGM, Yogyakarta.
















Yogyakarta, 15 Juni 2012
Mengetahui,
Co.Ass Praktikan


( Albertus Deni N. P. A ) ( Rishang Rangga Yudhistira)
39

LAPORAN RESMI
KUALITAS AIR


DISUSUN OLEH :
Nama : Rishang Rangga Yudhistira
Nim : 11 / 14354 / TP
Jurusan : Teknik Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Acara : Pengukuran Kadar Karbonat (CO
3
) dan
Bikarbonat (HCO
3
) atau Kesadahan
Karbonat
Co.Ass : Albertus Deni N. P. A
Pembimbing : Ir. Nuraeni Dwi Dharmawati, MP



INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2012
40

I. Acara : Pengukuran Kadar Karbonat (CO
3
) dan Bikarbonat (HCO
3
)
atau Pengukuran Kesadahan Karbonat
II. Hari/Tanggal : Jumat, 8 Juni 2012
III. Tujuan : 1. Mengetahui kadar CO
3
yang terkandung dalam sampel air.
2. Mengetahui kadar HCO
3
yang terkandung dalam sampel
air.
IV. Dasar Teori
Kesadahan Karbonat (KH) merupakan besaran yang menunjukkan
kandungan ion bikarbonat (HCO
3
-
) dan karbonat (CO
3
2-
) di dalam air. Dalam
aquarium air tawar, pada kisaran pH netral, ion bikarbonat lebih dominan,
sedangkan pada aquarium air laut ion karbonat lebih berperan. KH sering
disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air untuk
mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H
+
). Oleh karena itu,
dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat kemasaman,
kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan untuk
menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan kemampuan air
mengikat keasaman, KH berperan sebagai agen pem-bufferan yang berfungsi
untuk menjaga kestabilan pH.KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai
derajat kekerasan dan diekspresikan dalam CaCO
3
seperti halnya GH.
Kesadahan non karbonat ialah jumlah kesadahan akibat kelebihan kesadahan
karbonat. Kation kesadahan non karbonat berikatan dengan anion-anion
sulfat nitrat.
Sebagai kation kesadahan, Ca
2+
selalu berhubungan dengan anion yang
terlarut khususnya anion alkaliniti : CO
3
2-
, HCO
3
-
dan OH
-
. Ca
2+
dapat
bereaksi dengan HCO
3
-
membentuk garam yang terlarut tanpa terjadi
kejenuhan. Sebaliknya reaksi dengan CO
3
2-
akan membentuk garam karbonat
yang larut sampai batas kejenuhan di mana titik jenuh berubah dengan nilai
pH.
Tipe Kesadahan secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe,
yaitu: kesadahan umum (general hardness atau GH) dan kesadahan
karbonat (carbonate hardness atau KH). Disamping dua tipe kesadahan
41

tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu yang disebut sebagai
kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total merupakan penjumlahan
dari GH dan KH, yaitu jumlah ion-ion Ca
2+
dan Mg
2+
yang dapat ditentukan
melalui titrasi EDTA dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua
kation tersebut. Kesadahan total dapat juga ditentukan dengan menggunakan
jumlah ion Ca
2+
dan ion Mg
2+
yang dianalisa secara terpisah misalnya metode
AAS.
Kesadahan karbonat dapat diturunkan dengan merebus air yang
bersangkutan, atau dengan melalukan air melewati gambut. Perlakuan
perebusan air tentu saja tidak praktis, kecuali untuk akuarium ukuran
kecil.Untuk menaikkan kesadahan karbonat dapat dilakukan dengan
menambahkan natrium bikarbonat (soda kue), atau kalsium karbonat.
Penambahan kalsium karbonat akan menaikan sekaligus baik KH maupun
GH dengan proporsi yang sama.Pemberian soda kue (NaHCO3) sebanyak
satu sendok teh (sekitar 6 gram) pada air sebanyak 50 liter akan
meningkatkan KH sebanyak 4 satuan tanpa disertai dengan kenaikan nilai
GH. Sedangkan pemberian satu sendok teh kalsium karbonat (CaCO3)
(sekitar 4 gram) pada air sebanyak 50 liter akan menyebabkan kenaikan KH
dan GH secara bersama-sama, masing-masing sebanyak 4 satuan.










42

V. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Buret : 1 buah
2. Corong : 1 buah
3. Gelas beker : 1 buah
4. Labu erlemeyer : 4 buah
5. Pipet tetes : 1 buah

b. Bahan
1. Aquades : 25 ml
2. Sampel air sungai + alum 17 ppm : 25 ml
3. Sampel air selokan + alum 34 ml + soda ash 4 m : 25 ml
4. Larutan standar H
2
SO
4
0,050 N
5. Larutan indikator PP
6. Larutan indikator metil orange (MO)











43

VI. Cara Kerja
a. Teoritis
1. Mengambil sampel air dan aquades sebanyak 25 ml, masukkan kedalam
labu elemeyer yang berbeda.
2. Menambahkan beberapa tetes larutan indikator (3) sebanyak 3-4 tetes.
3. Mentitrasi dengan larutan standar (2) jika warna merah jambu sampai
warnanya hilang.
4. Menambahkan tetes indikator (4), jika tidak berwarna, kemudian titrasi
dengan larutan standar (2) sampai warna larutan berubah dari kuning
menjado orange.
5. Mengejakan blanko dengan mengganti aquades bebas CO
2
.




















44

b. Skematis
1. Diambil sampel air dan aquades sebanyak 25 ml, masukkan kedalam
labu elemeyer yang berbeda.
2. Ditambahkan beberapa tetes larutan indikator (3) sebanyak 3-4 tetes.
3. Dititrasi dengan larutan standar (2) jika warna merah jambu sampai
warnanya hilang.
4. Ditambahkan tetes indikator (4), jika tidak berwarna, kemudian titrasi
dengan larutan standar (2) sampai warna larutan berubah dari kuning
menjado orange.
5. Dikejakan blanko dengan mengganti aquades bebas CO
2
.





















45

VII. Hasil Pengamatan
A. Tabel Hasil Pengamatan
No Sampel
Titrasi ml
H
2
SO
4

Indikator PP
warna
Indikator MO
warna
Warna
akhir
1 Alum 1,3 ml Bening Orange
Merah
muda
2
Alum +
soda ash
5,5 ml Merah muda - Bening
3 Aquades 0,9 ml Bening Orange
Merah
muda

B. Hasil Perhitungan
a. Gelas I ( Alum )
CO
3
/HCO
3
=
) )


=
)


= 0,8 meq/L
b. Gelas II ( Alum + Soda Ash)
CO
3
/HCO
3
=
) )


=
)


= 9,2 meq/L





46

VIII. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang kesadahan karbonat. Kesadahan
Karbonat (KH) merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion
bikarbonat (HCO
3
-
) dan karbonat (CO
3
) di dalam air. Dalam air tawar, pada
kisaran pH netral, ion bikarbonat lebih dominan, sedangkan pada air laut ion
karbonat lebih berperan.
Air sadah dapat diketahui dengan sangat mudah yaitu menggunkan
deterjen atau sabun, jika kesadahan air tinggi maka tidak akan terjadi busa
pada larutan tersebut. Air sadah mengakibatkan kerugian seperti
penggunaan sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi antara ion
kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat detergen sabun hilang.
Pada pipa air yang airnya air sadah akan terjadi endapan yang dapat
menyumbat aliran pipa tersebut. Dalam penggunaan air sadah untuk
dimunum tidak terlalu berbahaya, namun dalam industri yang menggunakan
boiler tidak diperbolehkan adanya kesadahan, karena adanya endapan jika
dipanaskan pada pipa-pipa dalam boiler. Proses penghilangan kesadahan air
yang sering dilakukan melalui penyaringan dengan menggunakan zat-zat
sebagai berikut : Resin pengikat kation dan anion, zeolit, gambut, dan lain-
lain.
Pencampuran larutan kedalam sampel, dilakukan secara berurutan, dan
bila tidak, reaksi tidak akan terjadi dan harus mengulang kembali dari awal
percobaan,maka dari itu perlu pembelajaran lebih lanjut untuk hal tersebut,
Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan
kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3) di dalam air. KH
sering disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air
untuk mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+). Oleh
karena itu, dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat
kemasaman, kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan
untuk menunjukkan hal yang sama. Langkah pertama pada gelas I yang
berisi larutan sampel air dan alum dititrasi dengan 1,3 ml H
2
SO
4
setelah itu
ditambahkan indikator PP, kemudian ditambahkan indikator MO (metyl
47

orange). Pada gelas II (alum + soda ash ) dititrasi dengan 5,5 ml H
2
SO
4

kemudian ditambahkan indikator PP, dilanjutkan penambahan indikator MO
dan titrasi kembali. Dan yang terakhir pada gelas III (aquades) setelah
dititrasi H
2
SO
4
0,9 ml kemudian ditambahkan indikator PP, setelah itu
ditambah indikator MO.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hasil titrasi pada gelas I
warnanya adalah orange dan warna akhir larutan tersebut adalah merah
muda. Pada gelas II pertama berubah warna menjadi merah muda, lalu tidak
terjadi berubah warna, dan warna akhir larutan adalah bening. Dan terakhir
untuk gelas III setelah titrasi awal, warnanya adalah bening, setelah itu
berubah menjadi orange dan warna akhir larutan merah muda.
















48

IX. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kesadahan Karbonat (KH) merupakan besaran yang menunjukkan
kandungan ion bikarbonat (HCO
3
-
) dan karbonat (CO
3
) di dalam air.
2. Pada kisaran pH netral, ion bikarbonat lebih dominan, sedangkan pada air
laut ion karbonat lebih dominan.
3. Hasil perhitungan dari pengamatan yang dilakukan diperoleh alum
(HCO
3
) = -0,8 meq/l dan alum + soda ash (CO
3
) = 9,2 meq/l
4. Proses penghilangan kesadahan air yang sering dilakukan melalui
penyaringan dengan menggunakan zat-zat berikut Resin pengikat kation
dan anion dan zeolit, gambut dan lain-lain.

















49

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2012. Buku Petunjuk Praktikum Kualitas Air. Institut Pertanian
STIPER.Yogyakarta.
Http://rondy-partner.blogspot.com/2010/10/kesadahan-karbonat-kh.html.
Purworahardjo, U. (1986) Ilmu Ukur Tanah Seri C Pengukuran Topografi.
Institut Teknologi Bandung.
Karmono dan Cahyono,J, (1978), Penentuan Kualitas Air, Laboratorium
Hidrologi, NUFFIC-UGM, Yogyakarta.














Yogyakarta, 15 Juni 2012
Mengetahui,
Co.Ass Praktikan


( Albertus Deni N. P. A ) (Rishang Rangga Yudhistira)
50

LAPORAN RESMI
KUALITAS AIR



DISUSUN OLEH :
Nama : Rishang Rangga Yudhistira
NIM : 11 / 14354 / TP
Jurusan : Teknik Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Acara : Pengukuran Air Dengan Perlakuan
Alum Metode Pengendapan
Co.Ass : Albertus Deni N. P. A
Pembimbing : Ir. Nuraeni Dwi Dharmawati, MP



INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2012
51

I. Acara : Penjernihan Air Dengan Perlakuan Alum Metode
Pengendapan.
II. Hari/Tanggal : Kamis, 7 Juni 2012
III. Tujuan : 1. Mengukur konsentrasi optimal dari alum untuk
menjernihkan air.
2. Mengukur parameter kualitas air setelah jar test.
IV. Dasar Teori
A. Air
Air merupakan senyawa kimia yang tersusun dari hidrogen dan
oksigen dengan rumus H
2
O. Air adalah salah satu pelarut yang baik,
artinya hampir semua padatan, cairan dan gas yang terdapat dialam dapat
terlaut walaupun derajat kelarutannya yang berbeda dan salah satu
komponen yang paling stabil. Berdasarkan sifat tersebut, maka air yang
terdapat di bumu tidak pernah dalam keadaan murni, tetapi banyak
mengandung atau melarutkan imputiries atau kontaminan seperti padatan
tersuspensi, padatan terlarut dan gas.
Berdasarkan siklus peredaran air maka sumber air di bumi dibedakan
atas 2 jenis :
1. Air permukaan : sungai, danau, kolam, dan laut
2. Air tanah : sumur dan mata air.
Air diperoleh dari suatu sumber air adalah air yang tersirkulasi.
Terjadinya siklus sirkulasi air dapat terjadi didalam tanah, permukaan
tanah dan di udara. Saat terjadi proses sirkulasi, air terpopulasi dan
terkontaminasi, sehinga air tersebut menjadi kotor. Dengan terdapat
kotoran-kotoran (suspended solid, dissolved solid, gas) di dalam air yang
diperoleh dari suatu sumber air, maka air tersebut haruslah diolah terlebih
dahulu sebelum dipakai sesuai kebutuhan.
Prinsip penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas
partikel-partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid. Stabilitas partikel-
partikel bahan pencemar ini disebabkan:
52

a. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu
yang pendek (beberapa jam).
b. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi
partikel yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada
permukaan, elektrostatis antara muatan partikel satu dan yang lainnya.
c. Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar ini dapat diganggu dengan
pembubuhan koagulan.
Dalam proses penjernihan air secara kimia melibatkan dua proses
yaitu koagulasi dan flokulasi. Proses koagulasi adalah suatu proses
pertumbuhan dan pencampuran dilakukan secara tepat dari suatu proses
koagulan, stabilisasi dan partikel-partikel koloid tersuspensi, serta agregasi
awal dari partikel-partikel terstabilisasi (Reynold, 1982).
Proses penjernihan air dapat dilakukan dengan menggunakan suatu
bahan tertentu yang bisa disebut sebagai flokulan. Ada berbagai flokulan
yang umumnya digunakan seperti alum, PAC (Polyaluminium chloride),
FeSO
4
, dan sebagainya. Namun, flokulan yang dibutuhkan adalah flokulan
yang efektif dan efisien dalam menjernihkan air. Pengetahuan mengenai
keefektifan dan keefisienan flokulan sangat diperlukan untuk meminimalisi
terjadinya pemborosan dalam penggunaan sumberdaya flokulan.
Partikel-partikel koloid yang terbentuk umumnya terlalu sulit untuk
dihilangkan jika hanya dengan pengendapan secara gravitasi. Tetapi
apabila koloid-koloid tersebut distabilkan dengan cara agregasi atau
koagulasi menjadi partikel yang lebih besar maka koloid-koloid tersebut
dapat dihilangkan dengan cepat. Terdapat tiga mekanisme koagulasi yaitu
komponen lapisan ganda (double layer compression), adsorbsi (adsorbtion)
dan absorbsi oleh polimer (absorption by polymer). Koagulasi merupakan
proses penambahan bahan kimia (koagulan) yang memiliki kemampuan
untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap
membentuk flok. Flokulasi merupakan proses pembentukan dan
penggabungan flok dari partikel-partikel tersebut yang menjadikan ukuran
dan beratnya lebih besar sehingga mudah mengendap.
53

V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Gelas ukur : 1 buah
2. Gelas Erlenmeyer : 2 buah
3. Penghalus Alum : 1 buah
4. Gelas Beker : 2 buah
B. Bahan
1. Alum (Al2SO4) : 105 ml
2. Soda ash : 10 ml
3. Air sampel sungai : 500 ml
4. Air sampel selokan Mataram : 500 ml



















54

VI. CARA KERJA
a. Teoritis
1. Melakukan Jar Test untuk penentuan dosis Coagulant dan soda
Ash/coustic soda..
2. Mengumpulkan sampel raw water (air selokan Mataram) dalam
jumlah yang cukup dari satu titik sebelum dosis beberapa bahan kimia
3. Mengecek pH raw water untuk menentukan perlunya mengoreksi pH.
4. Mengetes dilakukan dengan 3 sampel 500 ml air. Banyaknya air
diukur dengan gelas ukur 500 ml dan dituangkan dalam breaker glass.
5. Mendiamkan sampel air yang telah ditambah alum selama 1 hari.
6. Memberi dosis pada masing masing beaker glass dengan larutan
standart coagulant yang telah ditetapkan bervariasi untuk masing-
masing kelompok.
Gelas 1 Gelas 2 Gelas 3 Gelas 4
50 ppm 52 ppm 54 ppm 56 ppm
7. Memilih sampel dengan air yang paling jernih, tes pH dan tambahkan
sampai 7,2 catat berapa dosis soda yang diperlukan.
8. Menghitung dan catat jumlah bahan kimia yang diinjeksikan per hari:
9. Melakukan analisa parameter kualitas air setelah dilakukan proses
penjernihan (suhu, pH, konduktivitas, DHL, TDS, dissolved oxygen,
turbudity)



55

b. Teoritis
1. Dilakukan Jar Test untuk penentuan dosis Coagulant dan soda
Ash/coustic soda..
2. Diumpulkan sampel raw water (air selokan Mataram) dalam jumlah
yang cukup dari satu titik sebelum dosis beberapa bahan kimia
3. Dicek pH raw water untuk menentukan perlunya mengoreksi pH.
4. Dites dengan 3 sampel 500 ml air. Banyaknya air diukur dengan gelas
ukur 500 ml dan dituangkan dalam breaker glass.
5. Didiamkan sampel air yang telah ditambah alum selama 1 hari.
6. Diberi dosis pada masing masing beaker glass dengan larutan standart
coagulant yang telah ditetapkan bervariasi untuk masing-masing
kelompok.
Gelas 1 Gelas 2 Gelas 3 Gelas 4
50 ppm 52 ppm 54 ppm 56 ppm
7. Dipiilih sampel dengan air yang paling jernih, tes pH dan tambahkan
sampai 7,2 catat berapa dosis soda yang diperlukan.
8. Dihitung dan catat jumlah bahan kimia yang diinjeksikan per hari:
9. Dilakukan analisa parameter kualitas air setelah dilakukan proses
penjernihan (suhu, pH, konduktivitas, DHL, TDS, dissolved oxygen,
turbudity)




56

VII. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. Tabel Kualitas Air Setelah Diberi Alum (Al2SO4).
Parameter Konsentrasi alum (ppm)
I II III IV

EC (mmho/cm)

0,261 ms
28,2
o
C
0,277704
0,265 ms
28,1
o
C
0,28143
0,305 ms
28,7
o
C
0,32757
0,307 ms
28,9
o
C
0,330946
DHL (K) 6,5 7,5 5 6
pH kertas check 7 pH 7 pH 7 pH 7 pH
pH meter 7,23 pH 7,15 pH 7 pH 6,93 pH
Suhu (
o
C) 28 28 29 29
TDS (ppm) 177,73056 180,1152 209,6448 211,80544
Hasil Perhitungan EC dan TDS:
1. Elektrik conductivity (EC)
EC (25
0
C) = EC (t) + {t x 0,02 . EC (t)}
EC (t) 1 = 0,261 mS, Suhu = 28,2
o
C
EC Gelas I = 0,261 + {3,2 x 0,02 x 0,261}
= 0,261 + 0,01704
= 0,277704 mmho/cm
EC (t) 1 = 0,265 mS, Suhu = 28,1
o
C
EC Gelas II = 0,265 + {33,1 x 0,02 x 0,265}
= 0,265 + 0,01643
= 0,28143 mmho/cm
EC (t) 1 = 0,305 mS, Suhu = 28,7
o
C
EC Gelas III = 0,305 + {3,7 x 0,02 x 0,305 }
= 0,305 + 0,02257
57

= 0,32757 mmho/cm
EC (t) 1 = 0,307 mS, Suhu = 28,9
o
C
EC Gelas IV = 0,307 + {3,9 x 0,02 x 0,307 }
= 0,307 + 0,023946
= 0,330946 mmho/cm
2. Total Dissolved Solid (TDS)
TDS (ppm) = 640 x EC (mmho/cm)
TDS GelasI = 640 x 0,277704
= 177,73056 ppm
TDS GelasII = 640 x 0,28143
= 180,1152 ppm
TDS GelasIII = 640 x 0,32757
= 209,6448 ppm
TDS Gelas IV = 640 x 0,330946
= 211,80544 ppm
Sampel yang memiliki air paling jernih ialah sampel pada gelas III
Jumlah bahan kimia (kg) = ml x flow rate x jam
1.000.000
= 54 x 45 x 24 jam
1.000.000
= 0,05832 kg
Tabel Kualitas Air Setelah diberi Soda Ash.
Parameter Konsentrasi alum (ppm) + Soda ash (ml)
I II III IV

EC (mmho/cm)

2,25 ms
28,3
o
C
2,3985
1,785 ms
28,2
o
C
1,89924
1,305 ms
28,6
o
C
1,39896
0,745 ms
28,9
o
C
0,80311
DHL (K) 14 15 15 12
58

pH kertas check 10 pH 10 pH 10 pH 10 pH
pH meter 10,56 pH 10,54 pH 10,18 pH 9,86 pH
Suhu (
o
C) 28 28 29 29
TDS (ppm) 1535,04 1215,5136 895,3344 514,9904
Perhitungan EC dan TDS:
1. Elektrik conductivity (EC)
EC (25
0
C) = EC (t) + {t x 0,02 . EC (t)}
EC (t) 1 = 2,25 mS, Suhu = 28,3
o
C
EC Gelas I = 2,25 + {3,3 x 0,02 x 2,25}
= 2,25 + 0,1485
= 2,3985 mmho/cm
EC (t) 1 = 1,785 mS, Suhu = 28,2
o
C
EC Gelas II = 1,785 + {33,2 x 0,02 x 1,785 }
= 1,785 + 0,11424
= 1,89924 mmho/cm
EC (t) 1 = 1,305 mS, Suhu = 28,6
o
C
EC Gelas III = 1,305 + {3,6 x 0,02 x 1,305 }
= 1,305 + 0,09396
= 1,39896 mmho/cm
EC (t) 1 = 0,745 mS, Suhu = 28,9
o
C
EC Gelas beaker IV = 0,745 + {3,9 x 0,02 x 0,745 }
= 0,745 + 0,05811
= 0,80311 mmho/cm
2. Total Dissolved Solid (TDS)
TDS (ppm) = 640 x EC (mmho/cm)
TDS Gelas Beaker I = 640 x 2,3985
= 1535,04 ppm
59

TDS Gelas Beaker II = 640 x 1,89924
= 1215,5136 ppm
TDS Gelas Beaker III = 640 x 1,39896
= 895,3344 ppm
TDS Gelas Beaker IV = 640 x 0,80311
= 514,9904 ppm
Sampel yang memiliki air paling jernih ialah sampel pada gelas III
Jumlah bahan kimia (kg) = ml x flow rate x jam
1.000.000
= 2 x 45 x 24 jam
1.000.000
= 2,16 x 10
-3
kg




60

VIII. PEMBAHASAN
Praktikum kali membahas tentang penjernihan air dengan penambahan
alum (alumunium sulfat) dan metode pengendapan, Dengan praktikum ini kita
dapat mengetahui cara mengukur konsentrasi optimal dari alum untk
menjernihkan sampel air dan parameter kualitas air setelah jar test.
Pada metode pengendapan, terdapat istilah koagulan dan koagulasi.
Koagulan merupakan zat penggumpal yang dipakai dengan maksud untuk
mengurangi zat pengotor dalam air yang akan digunakan, termasuk kesadahan.
Ada beberapa jenis koagulan yang dikenal, diantaranya adalah Alum, PAC, dan
Ferrie Chloride. Tapi yang umum dipakai di kalangan industri adalah alum, yang
mempunyai rumus formula yaitu K
2
SO
4
.Al
2
(SO
4
)
3
.H
2
O. Alum banyak digunakan
di kalangan industri karena kelebihannya, yaitu lebih murah dari koagulan-
koagulan lain.Proses koagulasi itu sendiri adalah proses penggumpalan, atau
penjelasan yang lebih jelasnya adalah suatu proses pertumbuhan dan
pencampuran dilakukan secara tepat dari suatu proses koagulan, stabilisasi dan
partikel-partikel koloid tersuspensi, serta agregasi awal dari partikel-partikel
terstabilisasi. Partikel-partikel koloid yang terbentuk umumnya terlalu sulit untuk
dihilangkan jika hanya dengan pengendapan secara gravitasi. Tetapi apabila
koloid-koloid tersebut distabilkan dengan cara agregasi atau koagulasi menjadi
partikel yang lebih besar maka koloid-koloid tersebut dapat dihilangkan dengan
cepat.
Pada praktikum ini koagulan yang digunakan adalah alum. Alum atau
biasa disebut tawas merupakan senyawa yang tidak berwarna dan mempunyai
bentuk kristal oktahedral atau kubus ketika kalium sulfat dan aluminium sulfat
keduanya dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum kalium tersebut bersifat asam.
Alum kalium sangat larut dalam air panas. Ketika kristalin alum kalium
dipanaskan terjadi pemisahan secara kimia, dan sebagian garam yang terdehidrasi
terlarut dalam air.
Ketika alum bereaksi dengan air dan zat-zat yang ada di dalamnya, alum akan
menurunkan pH, sehingga air menjadi bersifat asam dan lebih berpotensi
61

menyebabkan korosi. Maka dari itu, digunakanlah soda ash berguna untuk
menetralkan pH. Tapi
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam praktikum adalah menyiapkan semua
peralatan, dan bahan termasuk air dari selokan mataram dan sungai di dekatnya
yang digunakan sebagai sampel. Langkah selanjutnya masukan air sampel dari
selokan mataram kedalam gelas ukur dan isikan air kedalam gelas beaker I dan II
dengan ukuran yang sama yaitu 500 ml, lalu masukan air sungai ke dalam gelas
Erlenmeyer III dan IV sebanyak 500 ml, tambahkan alum dan diamkan selama
satu hari, kemudian Hitung pH dan suhu air, Memberi dosis pada masing masing
gelas dengan larutan standart coagulant yang telah ditetapkan.
Pada praktikum kali ini diperoleh jumlah bahan kimia alum adalah 4,59 kg dam
soda ashnya sama dengan 0,54 kg. Dan pada gelas 1 ( sampel air selokan mataram
dengan alum sebanyak 34 ppm paling jernih. Untuk parameter kualitas air pada
nilai EC (electrical conductivy) dari data awal EC sampel sebelum ditambah
apapun nilai EC rata-ratanya adalah 0,266 mmho/cm , setelah ditambah alum nilai
Ecrata-ratanya adalah 0,296 mmho/cm, dan seletah larutan alum ditambah soda
ash nilai EC rata-ratnya adalah 1,919 mmho/cm. Hal ini juga terjadi pada nilai pH
yang diukur neggunakan pH meter dengan ketelitiannya menunjukan angka pH
yang berbeda, untuk nilai pH sampel biasa dan yang setelah ditambah alum
kisaran pHnya adalah 7,20 sampai 7,60 dan setelah ditambah soda ash kisaran
pHnya adalah 10,10 sampai 10,60. Untuk suhu kisaran nilainya antara sampel
biasa, alum, alum+soda ash nilainya adalah 28,5 sampai 29,6
0
C. Selanjutnya
untuk nilai DHL juga menunjukan perbedaan angka yang berbeda, pada sampel
larutan biasa nilai DHL adalah 7-7,5 k, dan pada larutan alum, alum + soda ash
nilai DHL menunjukan antara 11-12 k.






62











III. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Proses penjernihan air secara kimia melibatkan dua proses yaitu koagulasi
dan flokulasi.
2. Koagulan merupakan zat penggumpal yang dipakai dengan maksud untuk
mengurangi zat pengotor dalam air yang akan digunakan, dalam praktikum ini
yaitu Alum, dan koagulasi itu sendiri adalah proses penggumpalan, atau
penjelasan yang lebih jelasnya adalah suatu proses pertumbuhan dan
pencampuran dilakukan secara tepat dari suatu proses koagulan,
4. Soda ash digunakan untuk menetralkan pH akibat penggunaan alum yang
menimbulkan korosi.
5. Nilai pH mempengaruhi jenis dari koagulan yang akan digunakan.


IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Buku Panduan Praktikum Pengelolaan dan Kualitas air. Instiper,
Yogyakarta.
Brinker, R. C. & P.R. Wolf (1986) Dasar-dasar Pengukuran air tanah. jilid1.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Frick, H. (1979) Ilmu dan Alat Ukur air. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
63

McCoomac, Jack. 2004. Surveying. Fifth Edition. Clemson University.
Purworahardjo, U. (1986) Ilmu Ukur Tanah Seri C Pengukuran Topografi.
Institut Teknologi Bandung.
Sudiyati, Sutoto. 2009. Penggunaan flokulan Al2(SO4)3, 18 H2O dan Ca(OH)2
dalam pemekatan radionuklida Cs-137 dan Co-60. Pusat seminara nasional
teknologi pengolahan limbah VI : 73-79.














Yogyakarta, 14 Juni 2012
Mengetahui
Co. Ass Praktikan


(Albertus Deni N.P.A) (Traganda)

Anda mungkin juga menyukai