1. CURRENT METER
0.6 H 0.5 H
Metode 0.5 H
Metode 0.6 H
0.2 H 0.8 H
Titik Pengukuran
BAB I
CURRENT METER
MULAI
A
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
SELESAI
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
MULAI
A
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
𝑉 = 𝐾 × 𝑉𝑝
Σ𝑉
𝑉𝑟 =
𝑛
Keterangan :
Vp = Kecepatan Arus Permukaan (m/detik)
L = Panjang Ukuran Pelampung (m)
t = Waktu Lintasan ( detik)
V = Kecepatan Aliran (m/detik)
Vr = Kecepatan Rata-rata (m/detik)
SELESAI
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
𝑄
𝐼= 𝑥 600 … … … … … … … … … . . … … … … … … … … … … …. (𝟐. 𝟏)
𝐴 .𝑡
Keseragaman distribusi curah hujan simulasi pada area tes sangat penting
sejak keseragaman yang didapat memberikan hasil yang tidak pasti. Keseragaman
dapat berubah-ubah pada tekanan udara, kecepatan disk dan ukuran bukaan
piringan. Ukuran keseragaman diberikan oleh Cristiansen Koefisien (Cu) yang
dihitung dari rumus di bawah :
Ʃ|𝑥 |
𝐶𝑢 = 100 x (1 − ) … … … … … … … . . … … … … … … … … … .. (𝟐. 𝟐)
𝑚 .𝑛
BAB II
RAINFALL SIMULATOR
Mulai
A
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Menghitung:
𝑄
• Intensitas: 𝐼 = × 600
𝐴−𝑡
• Koefisien Keseragaman:
∑|𝑥|
• 𝐶𝑢 = 100 𝑥 [1 − 𝑚 .𝑛 ]
• Deviasi:
∑|𝑥 | = I rata − rata −
𝐼1 [+ ⋯ +] 𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎-𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝐼5
Keterangan:
𝐼 = Intensitas curah hujan (mm/jam)
𝑄 = Volume air di setiap kontainer (ml)
𝐴 = Luas Kontainer (cm2)
𝑡 = waktu (menit)
𝐶𝑢 = Koefisien keseragaman curah hujan
𝑚 = Intensitas rata-rata (mm/jam)
𝑛 = Jumlah Pengamatan
∑ |𝑥] = Deviasi dari pengamatan individual
𝐼 rata-rata (mm/jam)
Selesai
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
5
6
BAB I
PANCARAN FLUIDA
Mulai
Mengisi bak
Mengisi air dibak penmpung penampungan
kemudian air pipa
memasanag
pengaliran pada
A
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Analisa Data :
1. Menghitung Debit
𝑉𝑟
𝑄=
𝑇𝑟
2. Menghitung Kuantitas Air
𝑊 = 𝑉𝑟 . 𝑀𝑗
3. Menghitung Momentum
𝑊
𝑀=
𝑇𝑟
4. Menghitung Kecepatan pada saat Keluar dari Corot
𝑀
𝑉0 =
𝑀𝐽 . 𝐴
5. Menghitung kecepatan pada saat menumbuk plat
𝑉1 = ((𝑉𝑂2 − 2. 𝑔. 𝑦 ))^0.5
6. Menghitung Gaya yang bekerja
𝑚 .𝑔 .𝑙
𝐹1 =
𝑥
𝐹2 = 𝑀 . 𝑉1
7. Menghitung Perbandingan Gaya
𝐹1
𝐹2
B
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Keterangan :
Q = Debit ( cm3 / detik )
Vr = Volume rata-rata ( cm3 )
Tr = Waktu rata-rata (detik)
Mj = Massa jenis ( kg/m3)
W = Kuantitas Air ( kg )
F1 dan F2 = Gaya (N)
x = Jarak ( m )
y = Ketinggian ( m )
g = Percepatan gravitasi ( m/detik2 )
m = Massa ( kg )
M = Momentum ( kg/detik )
A = Luas Penampang ( m2 )
Vo = Kecepatan saat keluar dari corot
(m/detik)
V1 = Kecepatan saat menumbuk plat
(m/detik)
Selesai
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Mulai
Mengisi bak
Mengisi air dibak penmpung penampungan
kemudian air pipa
memasanag
pengaliran pada
A
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Analisa Data :
1. Menghitung Debit
𝑉𝑟
𝑄=
𝑇𝑟
2. Menghitung Kuantitas Air
𝑊 = 𝑉𝑟 . 𝑀𝑗
3. Menghitung Momentum
𝑊
𝑀=
𝑇𝑟
4. Menghitung Kecepatan pada saat Keluar dari Corot
𝑀
𝑉0 =
𝑀𝐽 . 𝐴
5. Menghitung kecepatan pada saat menumbuk plat
𝑉1 = ((𝑉𝑂2 − 2. 𝑔. 𝑦 ))^0.5
6. Menghitung Gaya yang bekerja
𝑚 .𝑔 .𝑙
𝐹1 =
𝑥
𝐹2 = 2𝑀 . 𝑉1
7. Menghitung Perbandingan Gaya
𝐹1
𝐹2
B
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Keterangan :
Q = Debit ( cm3 / detik )
Vr = Volume rata-rata ( cm3 )
Tr = Waktu rata-rata (detik)
Mj = Massa jenis ( kg/m3)
W = Kuantitas Air ( kg )
F1 dan F2 = Gaya (N)
x = Jarak ( m )
y = Ketinggian ( m )
g = Percepatan gravitasi ( m/detik2 )
m = Massa ( kg )
M = Momentum ( kg/detik )
A = Luas Penampang ( m2 )
Vo = Kecepatan saat keluar dari corot
(m/detik)
V1 = Kecepatan saat menumbuk plat
(m/detik)
Selesai
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Q1
Q2
Q3
Q4
N
1.2.2 TABEL PENGAMATAN PERCOBAAN PANCARAN FLUIDA PADA PLAT CEKUNG
Q1
Q2
Q3
Q4
Alat ini merupakan tiruan alat yang dipakai oleh Prof. Osborne Reynold
(ahli fisika inggris 1842-1912) untuk mengamati sifat-sifat aliran fluida di dalam
pipa yang bisa dibedakan menjadi :
a. Aliran laminer
b. Aliran turbulen
c. Aliran transisi
Bila bilangan Reynolds dari aliran fluida tertentu dalam suatu pipa nilainya
kurang dari ± 2000, maka aliran yang terjadi adalah aliran laminer, sedangkan bila
lebih dari ± 4000, maka aliran yang terjadi adalah aliran turbulen.
Apabila suatu fluida dialirkan diantara batas-batas yang tetap, maka
hambatan terhadap gerakan aliran akan mempunyai nilai terbesar pada
permukaan-permukaan batasnya. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya
perlambatan kecepatan partikel fluida pada permukaan batas, sehingga akan
membentuk suatu profil kecepatan pada aliran laminer yang berbentuk parabola
bisa melalui percobaan ini.
Keterangan :
1. Tabung tinta
2. Katup pengatur tinta
3. Skrup
4. Jarum
5. Inlet
6. Tabung visualisasi aliran
7. Katup pengatur
8. Pipa inlet
9. Pipa pembuangan
10. Over flow
BAB II
OSBORNE REYNOLDS
Mulai
Menyiapkan alat:
1.Pesawat Osborne Reynolds 4.Stopwatch
2.Tinta 5.Termometer
3.Gelas Ukur 1000 ml
KELOMPOK
NAMA / NIM
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Analisa data:
𝑣
• Menghitung debit 𝑄= 𝑡
𝑉.𝐷
• Menghitung bilangan Reynolds 𝑅𝑒 = 𝓋
𝑄
• Menghitung kecepatan aliran 𝑉= 𝐴
Keterangan:
𝑣 = volume (cm3) Q = debit (cm3/det)
t = waktu (det) D = diameter (cm)
2
A = luas penampang (cm ) Re = angka Reynolds
𝓋 = viskositas kinematik
V = kecepatan aliran (cm2/det)
Selesai
KELOMPOK
NAMA / NIM
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Volume Waktu
V rata-rata t rata-rata Suhu
Jenis Aliran V1 V2 t1 t2
0
ml ml ml detik detik detik C
Kelompok … Gowa, 20
1. Asisten Laboratorium
2.
3.
4.
5.
6. ( )
SISTEM
JARINGAN PIPA
3. SISTEM JARINGAN PIPA
3.1. Maksud dan Tujuan
1. Mampu menggunakan alat Sistem Jaringan Pipa baik secara individu
maupun berkelompok.
2. Mengetahui besarnya kehilangan energi mayor dan minor yang terjadi pada
sistem jaringan pipa.
b. Mesin pompa air sentrifugal untuk mengambil air dari bak penampungan
dan mengalirkan air ke sistem jaringan pipa pada alat Gesekan Aliranj
dalam Pipa dengan Sistem Dasar Hidrolik.
e. Alat Manometer yaitu alat untuk mengukur tinggi tekanan pada pipa. Pada
alat Gesekan Aliran dalam pipa dengan Sistem Dasar Hidrolik, alat
manometer terdiri dari 2 yaitu manometer air untuk mengukur tekanan
rendah dan manometer udara untuk mengukur tekanan tinggi.
Gambar 3.6 Alat Gesekan Aliran dalam pipa dengan sistem dasar hidrolik
Keterangan:
1. Flow Meter 16. Belokan siku 90°
2. Pipa plastik kasar D = 17 mm 17. Belokan T 90°
3. Pipa plastik kasar D = 23 mm 18. Klep bola
4. Pipa kaca halus D = 6.5 mm 19. Belokan 45°
5. Pipa plastik PVC halus D = 16.5 mm 20. Simpangan T 45°
6. Pipa plastik PVC halus D = 26.5 mm 21. Manometer air
7. Klep 22. Manometer udara
8. Pintu Air 23. Klep pengatur debit masuk
9. Saringan 24. Tombol menghidupkan pompa
10. Slaput Klep 25. Pompa air
11. Perbesaran pipa kasar 26. Bak penampungan air
12. Venturimeter 27. Klep pengatur debit keluar
13. Sekat rongga 28. Selang air keluar menuju bak
14. Pengecilan pipa kasar 29. Tabung fleksibel
15. Saluran paralel 30. Belokan siku 90°
dasar saluran
Z Z H
v
2
a. Saluran terbuka b. Pipa
/
2
Gambar 3.7. Potongan
g melintang aliran pada saluran terbuka dan pipa.
Dengan :
EL = garis energi
HGL = garis gradient hidrolik (hydraulic grade line)
y = Kedalama air
g = gravitasi
ρ = tekanan air = ᵞ.y
ᵞ = berat jeni air
z = ketinggian dasar saluran (saluran terbuka), titik berat pipa (pipa)
V = Q/A ...........................................................................................(3.1)
Dengan:
V = Kecepatan rata-rata (m/dtk)
Q = Debit (m3/dtk)
A = Luas penampang saluran (m2)
Luas penampang (A) dan keliling (P) saluran pipa pada kondisi pengaliran
penuh dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝜋.𝐷²
A= ............................................................................................(3.2)
4
P = 𝜋.D ............................................................................................(3.3)
Dengan:
D = diameter pipa (m)
P = Keliling basah (m)
Kehilangan tenaga pada aliran turbulen melalui pipa adalah lebih besar
dari pada aliran laminer. Kehilangan tenaga tersebut disebabkan oleh tegangan
geser yang terjadi di dalam aliran.
Tegangan geser pada aliran turbulen lebih besar dari tegangan geser pada
aliran laminer. Boussinesq, menyatakan bahwa tegangan geser total dalam aliran
turbulen merupakan gabungan dari tegangan geser karena turbulensi dan
kekentalan, sedang pada aliran laminer, kehilangan tenaga diakibatkan oleh
tegangan geser karena faktor kekentalan saja. Kekentalan kinematik dapat
ditentukan dengan melihat temperatur air.
3.3.3. Kecepatan Geser
Kecepatan geser adalah kecepatan yang timbul akibat adanya tegangan
geser antara air dengan dinding pipa. Kecepatan geser merupakan kecepatan aliran
pada daerah batas (dekat dinding pipa). Kecepatan geser dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
𝑣 𝑓
V* = √8 ...........................................................................................(3.6)
Dengan:
f = Koefisien gesekan
v = Kecepatan pengaliran
Pada gambar 3.8.a. tinggi kekasaran lebih kecil dari tebal lapis laminer(k<
𝛿1) sehingga ketidak-teraturan permukaan akan sedemikian kecil maka kekasaran
mempunyai pengaruh terhadap aliran di luar sub lapis laminer, dan permukaan
batas disebut dengan hidraulis licin.
Pada gambar 3.8.b. tinggi kekasaran berada di daerah transisi (𝛿𝐿 < 𝑘 < 𝛿𝑇),
dan aliran adalah dalam kondisi transisi.
Pada gambar 3.8.c. tinggi kekasaran berada di luar lapis transisi (k > 𝛿𝑇),
maka kekasaran permukaan akan berpengaruh di daerah turbulen sehingga akan
mempengaruhi aliran di daerah tersebut. Permukaan ini disebut dengan hidraulis
kasar.
3.3.5. Persamaan Energi
EL
2
HL
V /2g HGL
V2/2g
P1/𝛾
P2/𝛾
H1
H2
Z1 Z2
∆𝑥 = 𝐿
1 2
h1 h2 hf
Kehilangan energi Akibat gesekan
Menurut Blassius, rumus gesekan f untuk pipa halus adalah dalam bentuk
persamaan berikut:
0.316
f =𝑅𝑒°²⁵ 4000<Re<105.........................................(3.10)
𝐴1
Kk = (1-𝐴2 )2
Kehilangan energi pada perbesaran penampang akan berkurang apabila
perbesaran dibuat secara berangsur-angsur.
Kehilangan energi diberikan oleh persamaan berikut:
𝑉 2 −𝑉₁²
he = Kk .........................................................................(3.20)
2𝑔
b. Pengecilan Penampang
Pada pengecilan penampang yang mendadak garis aliran pada bagian hulu
dari sambungan akan menguncup dan akan mengecil pada vena kontrakta.
Luas penampang pada vena kontrakta berkisar 0.6 A2. Berdasarkan nilai
ini maka kehilangan energi diperoleh:
𝐴𝑐 𝑉𝑐²
he = (1- 𝐴₂ )2 2𝑔
Dengan Ac dan Vc adalah luas penampang dan kecepatan pada vena
kontrakta dan berdasarkan persamaan kontinuitas di daerah vena kontrakta.
𝐴₂ 𝑉₂
Ac Vc = A2 V2 atau Vc = 𝐴𝑐 V2 = 0.6
(𝑉₂/0.6)²
Maka: he = (1-0.6)2 x 2𝑔
𝑉₂²
Atau: he = 0.44 x 2𝑔
..............................................................(3.21)
c. Belokan
Belokan energi yang terjadi pada belokan tergantung pada sudut belokan pipa.
𝛼
Rumus kehilangan energi yang terjadi pada belokan adalah sama dengan
rumus pada perubahan penampang, yaitu:
𝑉₂²
he = Kb X .......................................................................(3.23)
2𝑔
dengan Kb adalah koefisien kehilangan energi pada belokan yang diberikan
oleh tabel berikut.
Tabel 3.3. Koefisien Kb sebagai fungsi sudut belokan 𝛼
𝛼 20° 40° 60° 80° 90°
kb 0.05 0.14 0.36 0.74 0.98
II. Menghitung Kehilangan Energi Akibat Belokan (belokan 45° dan 90°)
1). Menutup semua klep atau katup pada jaringan pipa.
2). Menyambungkan alat manometer pada pipa belokan 45° dan 90°. Alat untuk
tekanan rendah LP (Low Pressure) dipakai manometer air, maka LP1
dipasang pada awal pipa (inlet) dan LP2 dipasang pada ujung akhir pipa
(outlet). Sedang untuk tekanan tinggi HP(High Pressure) dipakai manometer
udara, maka HP1 dipasang pada awal pipa (inlet) dan HP2 dipasang pada
ujung akhir pipa (outlet).
3). Untuk manometer air, pada tabungnya diusahakan tidak ada gelembung udara
didalamnya. Mengosongkan gelembung udara pada tabung dapat dilakukan
dengan menggunakan pompa udara yang telah tersambung dengan
manometer air.
4). Menyalakan mesin pompa dengan menekan tombol on/off pada bak
penampungan.
5). Mengatur debit yang masuk ke jaringan pipa (ditentukan oleh asisten) dengan
memutar klep pengatur debit pada pompa dan lihat debit yang masuk pada
flow meter dalam satuan liter/jam.
6). Membuka klep pipa yang akan diamati dan klep pengatur debit yang keluar
secara penuh, klep yang lain tetap tertutup.
7). Air akan masuk kedalam pipa, diamkan beberapa saat sampai aliran air stabil.
8). Setelah aliran stabil buka klep manometer air LP1 dan LP2 dan lihat
penunjukan nilai tinggi tekanan pada tabung manometer. Karena tekanan
yang tinggi maka manometer air tidak dapat membaca tekanan dalam pipa
dengan baik. Oleh karena itu digunakan manometer udara. Catat pembacaan
manometer udara setelah stabil yaitu HP1 dan HP2.
9). Menampung air yang keluar dari outlet saluran tersebut dalam wadah berupa
ember sebanyak 3 kali dengan variasi waktu berkisar kurang lebih 10 detik
kemudian mengukur volumenya dengan gelas ukur. Catat hasil pengukuran
volume dan lama waktu penampungan untuk mendapatkan debit keluar.
10). Menentukan besarnya debit rata-rata dari 3 kali pengukuran debit dan catat
sebagai Q out.
11). Ukur suhu air dalam bak penampungan dengan termometer dan ukur panjang
pipa denga meteran serta catat hasilnya.
12). Ulangi percobaan di atas pada point (5) sampai (10) dengan debit yang
berbeda.
13). Mematikan mesin pompa dalam kondisi semua klep tertutup.
0 1.787 1.787
5 1.519 1.519
10 1.307 1.307
20 1.002 1.004
30 0.798 0.801
40 0.653 0.658
50 0.547 0.553
60 0.467 0.475
70 0.404 0.413
80 0.355 0.365
90 0.315 0.326
100 0.282 0.29
LABORORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Kelompok Gowa,
1. Asisten Laboratorium
2.
3.
4.
5.
6. ( )
LABORORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Kelompok Gowa,
1. Asisten Laboratorium
2.
3.
4.
5.
6. ( )
LABORORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Kelompok Gowa,
1. Asisten Laboratorium
2.
3.
4.
5.
6. ( )
LABORORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Kelompok Gowa,
1. Asisten Laboratorium
2.
3.
4.
5.
6. ( )
LABORORIUM HIDROLIKA
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14,5 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
Kelompok Gowa,
1. Asisten Laboratorium
2.
3.
4.
5.
6. ( )