Anda di halaman 1dari 16

mengukur debit air

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu fungsi dari daerah aliran sungai adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas
dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Dan untuk menjaga agar air yang
keluar dari daerah aliran sungai tidak melebihi dari kapasitas penerimaan dihilir, perlu dilakukan
perhitungan debit air. Perhitungan debit air ini penting untuk menentukan agar fungsi dari daerah
aaliran sungai sendiri dapat berjalan dengan baik dan menguntungkan bagi manusia dan
ekosistem. Pada perhitungan debit air, kita harus menganalisa bahan apa yang digunakan untuk
membuat saluran tersebut sehingga kita tahu nilai S (kemiringan) dan nilai n (kekasaran) yang
terjadi pada saluran tersebut.
1.2.Tujuan
Mahasiswa dapat menentukan geometrik saluran dan hitung debit aliran dalam saluran
drainase atau saluran irigasi
1.3. Ruang Lingkup
1. Mengukur dimensi penampang saluran (kedalaman air, lebar saluran, ambang bebas, dan
kekasaran dinding saluran.
2. Mengukur panjang saluran (dengan bantuan speedometer)
3. Mengukur beda tinggi muka tanah (dengan bantuan goggle earth)
4. Menghitung kemiringan dasar saluran ( asumsi dari kemiringan muka tanah).
5. Menghitung kemiringan muka air
6. Mengitung luas penampang, keliling basah, jari2 hidrolis
7. Menghitug debit aliran

BAB II
STUDI LITERATUR DAN METODOLOGI

2.1. STUDI LITERATUR


Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit adalah satuan besaran
air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s).
Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per
satuan waktu (Asdak,2002).
Dalam praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan kecepatan
aliran dianggap seragam di setiap titik pada tampang lintang yang besarnya sama dengan
kecepatan rerataV, sehingga debit aliran adalah:
Dengan :
Q =Debit Aliran (m3/s)
A = Luas Penampang (m2)
V = Kecepatan Aliran (m/s)
Metode penelitian meliputi pengukuran langsung di lapangan. Pengukuran langsung di
lapangan meliputi pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran drainase, sisi miring, dan diameter
pada masing-masing saluran drainase dari yang berbentuk trapesium, persegi, dan lingkaran.
Variabel yang diamati adalah debit air pada masing-masing saluran drainase.
Debit air sungai merupakan tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur
permukaan air sungai ( Mulyana, 2007).
Debit adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu
sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per/detik, untuk memenuhi keutuhan
air pengairan, debit air harus lebih cukup untuk disalurkan ke saluran yang telah disiapkan
(Dumiary, 1992). Pada dasarnya debit air yang dihasilkan oleh suatu sumber air ditentukan oleh
beberapa faktor - faktor yaitu :
1.Intensitas hujan
2.Penggundulan hutan
3.Pengalihan hutan
Pengukruan debit dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu (Arsyad,1989):
a. Pengukuran volume air sungai
b. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas
penampang melintang sungai
c. Pengukuran dengan menggunakan bahan kimia yang dialirkan dalam sungai
d. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit.
Hidrograf aliran merupakan perubahan karakterisitik yang berlangsung dalam suatu DAS
oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan adanya perubahan iklim lokal ( Asdak, 1995).
Aliran sungai berasal dari hujan yang masuk kedalam alur sungai berupa aliran permukaan dan
aliran air dibawah permukaan,debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup ,
kemudian yang turun kembali setelah hujan selesai. Grafik yang menunjukan naik turunnya
debit sungai menurut waktu disebut hidrograf, bentuk hidrograf sungai tergantung dari sifat
hujan dan sifat daerah aliran sungai ( Arsyad,2006). Terdapat tiga kemungkinan perubahan debit
sungai yaitu laju pertambahan air bawah tanah lebih kecil dari penurunan aliran air bawah tanah
normal, laju pertambahan air bawah tanah sama dengan laju penurunannya, sehingga debit aliran
menjadi konstan untuk sementara, dan laju pertambahan air bawah tanah melebihi laju
penurunan normal, sehingga terjadi kenaikan permukaan air tanah dan debit sungai (Arsyad,
2006).
Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam aluran tidak sama arah
horizontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi alur tidak sama
dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat permukaan air tidak sama dengan kecepatan pada
dasar alur.
Distribusi Kecepatan Aliran:
A : teoritis
B : dasar saluran kasar dan banyak tumbuhan
C : gangguan permukaan (sampah)
D : aliran cepat, aliran turbulen pada dasar
E : aliran lambat, dasar saluran halus
F : dasar saluran kasar/berbatu

2.1. METODOLOGI
1. Waktu dan Lokasi
Kegiatan pengukuran saluran drainase dilakukan pada tanggal 29 September 2011 pada
pukul 11.30-12.00. Lokasi kegiatan dilakukan di sungai depan jurusan Teknik Elektro dan sekitar
Teknik Material dan Metalurgi.
2. Jenis Penelitian
Metode penelitian meliputi pengukuran langsung di lapangan. Pengukuran langsung di
lapangan meliputi pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran drainase, sisi miring, dan diameter
pada masing-masing saluran drainase yang berbentuk persegi. Variabel yang diamati adalah debit
air pada masing-masing saluran drainase.
3. Alat dan Bahan
a. Rafia
b. Meteran
c. Kamera
d. Spidometer sepeda Motor
e. Stopwatch

BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1. HASIL PENGAMATAN


No Perlakuan Keterangan
1. Mengukur dimensi penampang-kedalaman air = 31 cm
saluran( kedalaman air, lebar saluran,-lebar saluran = 962 cm
dan ambang bebas).

2. Mengukur panjang saluran dengan -saluran yang diamati kira-kira panjangnya 1


bantuan spedometer. km.
3. Mengukur beda tinggi muka tanah -dari pengamatan melalui google earth
(dengan bantuan google earth) didapatkan tinggi muka tanah yaitu 3 feet
4. Menghitung kemiringan dasar saluran. -kemiringan dasar saluran yaitu 0,015 m.
5. Menghitung kemiringan muka air. -kemiringan muka air sungai yaitu 0,15 m
6. Menghitung debit aliran. -dihitung di penghitungan.

PERHITUNGAN

53 cm
H= 31 cm

B = 962 cm

Hasil Pengamatan:
Tinggi Saluran : 53 cm = 0,53 m
Lebar Saluran : 962 cm = 9,62 m
Tinggi Air : 31 cm = 0,31 m
Kecepatan aliran : m/s
Kemiringan ( S ) : 0,015
Kekasaran ( n ) : 0, 013 det/m3
a. Keliling Basah (P)
P = B + 2h
= 9.62 m + 2 (0.31 m)
= 9.62 + 0.62
= 10.24 m
b. Luas Penampang Basah (A)
A= Bxh
= 9.62 m x 0.31 m
= 2.9822 m2

c. Jari-Jari Hidrolis (R)


R=
=
= 0.29 m

d. Debit Air (Q)


Berdasarkan penghitungan rumus :
Q= Axv
=Ax x x
= 2.9822 x x x
= 2.9822 x x 0.438126 x 0.122474
= 12.30942 m3/s

Berdasarkan penghitungan kecepatan aliran air :


Q= Axv
= 2.9822 m2 x m/s
= 0.0216101 m3/s

3.2. PEMBAHASAN
Praktikum kedua hidrolika dilaksanakan pada hari senin tanggal 26 September 2011 yaitu
berjudul Geometrik Saluran dan Prediksi Debit. Dalam percobaan ini, kita mengukur kedalaman
sungai, lebar sungai, menghitung panjang saluran sungai, menghitung kemiringan muka air dan
debit aliran.
Langkah awal yang kelompok kami lakukan yaitu menentukan sungai yang akan
dijadikan objek penelitian. Kelompok kami meneliti sungai di wilayah ITS yaitu tepatnya sungai
yang berada di depan Teknik Elektro-FTI. Keadaan sungainya tidak mengalir dan sangat kotor.
Setelah menentukan sungai yang akan dijadikan objek penelitian, kita melakukan langkah
selanjutnya yaitu mengukur dimensi penampang saluran. Kedalaman air di sungai tersebut yaitu
31cm, lebar saluran sungai yaitu 962 cm. Selanjutnya mengukur panjang saluran dengan
speedometer sepeda motor, dan didapatkan hasil bahwa panjang sungai yang kita amati tersebut
sekitar 1 km. Kemudian mengukur tinggi muka air tanah. Pengukuran ini menggunakan google
earth. Awalnya kita mencari dulu daerah sungai yang kita amati melalui google earth, setelah
sudah ketemu kita bisa melihat dibagian bawah gambar pada sungai itu terdapat keterangan
bahwa elevasi dari sungai itu adalah 3 feet. Dan elevasi sama dengan beda tinggi muka tanah,
jadi dapat diketahui bahwa beda tinggi muka tanah tersebut adalah 3 feet. Setelah itu
menghitung kemiringan dasar saluran. Kemiringan dasar salurannya yaitu 0,015 m. Dan karena
kekasaran sungai tersebut terbuat dari beton, maka dapat diketahui bahwa nilai kekasarannya
yaitu 0,013detik/ m3.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, dapat dihitung debit air yang mengalir pada
sungai tersebut. Menurut hasil perhitungan yang tertera di atas, debit air berdasarkan
penghitungan menggunakan rumus adalah 12.30942 m3/s. Akan tetapi, pada saat pengukuran di
lapangan, kami menggunakan papan triplek untuk mengetahui kecepatan aliran air, dan diketahui
jarak 1 m ditempuh selama 2 menit 18 detik atau sama dengan 138 detik. Dengan begitu, dapat
disimpulkan bahwa kecepatan aliran airnya m/s. Berdasarkan penghitungan kecepatan aliran air,
debit airnya adalah 0.0216101 m3/s. Perbedaan besar debit air yang terjadi sangat besar sekali ini,
kemungkinan terjadi karena pengamatan dan pengukuran dilakukan pada musim kemarau,
dimana air yang mengalir sangat sedikit, dan cenderung tidak mengalir (menggenang). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa debit air berdasarkan penghitungan rumus adalah debit air ketika
musim hujan, dimana air yang mengalir lebih banyak daripada ketika musim kemarau.

BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari data di atas dapat disimpulkan :
1. Debit air pada masing-masing saluran berbeda-beda tergantung pada bentuk saluran, bahan yang
digunakan, dan ukuran salurannya.
2. Debit air pada masing-masing saluran tergantung pada musim, terutama pada saluran drainase,
karena saluran drainase digunakan untuk mengalirkan air hujan.
3. Debit air yang diperoleh berdasarkan rumus yaitu 12.30942 m3/s, dan debit air yang diperoleh
berdasarkan perhitungan kecepatan aliran yaitu 0.0216101 m3/s.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press : Bogor
Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press : Bogor
Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daera Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Erlangga Giancoli, Douglas C.
2010. Fisika Jilid V (terjemahan). Jakarta : Erlangga
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Erlangga Streeter L, Victor.
1985. Mekanika Fluida. Erlangga: Jakarta.

cara menghitung debit air

Matematika: DEBIT
Debit adalah volume air mengalir dalam waktu tertentu melalui penampang air, sungai, saluran,
pipa atau keran.

RUMUS DEBIT
Untuk menghitung debit air langkah-langkahnya adalah :

1. Tentukan volume air yang terpakai dengan cara mengurangkan kedudukan meter akhir
(volume air terakhir) dengan kedudukan meter awal (volume air awal)

2. Ubah waktu pemakaian sesuai soal dengan konversi :


1 jam = 60 menit
1 menit = 60 detik
1 jam = 3.600 detik
1 menit = 1/60 jam
1 detik = 1/60 detik
1 jam = 1/3.600 detik

3. Bagi volume air yang terpakai (point 1) dengan waktu (point 2)

Konversi volume :
1 liter = 1 dm = 1.000 cm = 1.000.000 mm = 0.001 m
1 cc = 1 ml = 1 cm

CONTOH SOAL DAN PENYELESAIAN

1. Dalam 1 jam sebuah keran dapat mengeluarkan air sebesar 3.600 m. Berapa liter/detik debit
air tersebut ?

Penyelesaian

Diketahui
volume (v) = 3.600 m = 3.600.000 dm = 3.600.000 liter
waktu (t) = 1 jam = 3.600 detik

Ditanya debit (D) liter/detik

Jawab :
D = v = 3.600.000 liter = 1.000 liter/detik
t = 3.600 detik
0
MENENTUKAN DEBIT, VOLUME DAN WAKTU
1. Pengertian Debit Air
Debit air adalah kecepatan aliran zat cait per satuan waktu. Misalnya Debit air sungai
pesanggrahan adalah 3.000 l / detik. Artinya setiap 1 detik air yang mengalir di sungai
Pesanggrahan adalah 3.000 l. Satuan debit digunakan dalam pengawasan kapasitas atau daya
tampung air di sungai atau bendungan agar dapat dikendalikan.
Untuk dapat menentukan debit air maka kita harus mengetahui satuan ukuran volume dan satuan
ukuran waktu terlebih dahulu, karena debit air berkaitan erat dengan satuan volume dan satuan
waktu.
Perhatikan konversi satuan waktu berikut :
1 jam = 60 menit
1 menit = 60 detik
1 jam = 3.600 detik
1 menit = 1/60 jam
1 detik = 1/60 detik
1 jam = 1/3.600 detik

Konversi satuan volume :


1 liter = 1 dm = 1.000 cm = 1.000.000 mm = 0.001 m
1 cc = 1 ml = 1 cm
2. Menentukan Debit Air

Rumus
Debit = Volume : Waktu

Dalam 1 jam sebuah keran dapat mengeluarkan air sebesar 3.600 m. Berapa liter/detik debit air
tersebut ?
Penyelesaian
Diketahui
volume (v) = 3.600 m
= 3.600.000 dm
= 3.600.000 liter
waktu (t) = 1 jam
= 3.600 detik
Maka debitnya = 3.600.000 liter
3.600 detik
= 1.000 liter/detik
3. Menghitung volume
Rumus
Volume = Debit X Waktu
Sebuah bak mandi diisi air mulai pukul 07.20 sampai pukul 07.50. Dengan debit 10 liter/ menit.
Berapa liter volume air dalam dalam bak mandi tersebut ?
Penyelesaian
Diketahui
Debit = 10 liter
Waktu = 07.50 07.20
= 30 menit
Maka volumenya = Debit X Waktu
= 10 liter X 30 menit
= 300 liter
4. Menghitung waktu
Rumus
Waktu = Volume : Debit
Volume bak mandi 200 dm3. Di isi dengan air dari sebuah kran dengan debit
5 liter/menit. Berapa menit waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak mandi sampai penuh ?
Penyelesaian
Diketahui
Volume = 200 dm3
Debit = 5 liter/ menit
Maka waktu yang di butuhkan = Volume
Debit
= 200
5
= 40 menit

Cara Mencari Sumber Mata Air Untuk Sumur Gali Atau Bor

PB. Dahlia Lampung, Selasa, 04 Oktober 2011

Survey air tanah biasanya menggunakan metoda geolistrik. Metoda geolistrik


merupakan salah satu metode geofisika yang didasarkan pada penerapan konsep
kelistrikan pada masalah kebumian. Tujuannya adalah untuk memperkirakan sifat
kelistrikan medium atau formasi batuan bawah-permukaan terutama
kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat listrik (konduktivitas atau
resistivitas). Metode ini merupakan metode paling akurat sebab lapisan batuan
yang mengandung air (aquifer) sangat mampu dialiri arus listrik.

Namun berikut ini adalah tehnik sederhana yang biasa digunakan untuk mencari
sumber mata air dalam tanah guna membuat sumur bor ataupun sumur gali,

1. Menggunakan Daun Pisang


Ambillah beberapa lembar daun pisang dan letakan pada beberapa titik yang akan
di bor /gali pada jam 10 malam. Pagi harinya silahkan lihat embun yang menempel
pada daun pisang

tsb (pada bagian bawah daun). Semakin banyak embun yang menempel semakin
banyak debit air bawah tanah tsb. Namun jika daunnya tetap kering berarti tidak
ada sumber air di bawah

daun tsb.

2. Menggunakan Garam

Pada jam 8 malam letakkan 2 genggam garam dan tutup rapat dengan kaleng pada
tempat yang akan digali / di bor. Pagi harinya silahkan lihat garam tersebut, jika
habis atau tinggal sedikit berarti pada titik tersebut terdapat sumber air. Bila perlu
letakkan garam dan kaleng tsb pada beberapa titik sekaligus dan lihatlah pada titik
mana yang garamnya paling sedikit.

2. Menggunakan Lidi

Caranya adalah sebagai berikut:

1. Siapkan 2 Lidi, karet gelang, benang atau kawat. Kedua lidi dipotong sama
panjang, dan ikat ujungnya dengan karet gelang, kawat atau benang. (Tidak ada lidi
dapat menggunakan kayu, ranting atau tembaga).

2.Pangkal kedua lidi dipegang dengan kedua tangan terbuka. Letakkan pada antara
ibu jari dengan telunjuk kemudian digenggam dengan rilek sambil dirorong kerapat.
Kedua tangan

dipinggang.

3.Letakan kedua tangan yang telah memegang lidi tersebut pada pinggang. Arah
ujung lidi yang telah diikat pada posisi datar di depan perut.
4.Berjalan maju maupun mundur, dengan posisi lidi tetap dipegang dengan posisi
mendatar.

5.Pusatkan perhatian pada tanah yang dilalui, sambil merasakan getaran ujung
kedua lidi yang ikat dengan karet gelang, kawat atau tali lainnya.

6.Apabila ada tarikan ke bawah atau ke atas pada ujung lidi, maka itu tandanya
dibawah tanah yang dilalui ada aliran atau sumber air. Maka untuk memastikannya,
coba mundur satu atau dua langkah dan maju dua langkah sambil tetap memegang
ujung lidi. Jika ada tanda-tanda mata air, maka jika kita berjalan satu atau dua
langkah ke belakang, ujung lidi akan turun, dan sebaliknya jika kita bergerak maju,
maka ujung lidi akan

bergerak ke atas.

7.Jika benar tanda-tanda itu semakin kuat, yaitu

dengan tarikan ke bawah atau ke atas pada ujung lidi, berarti ada sumber air atau
aliran air bawah tanah. (tandai atau berilah garis dimana tanah dilalui, persis di
bawah lidi yang naik atau turun).

8.Langkah berikutnya, cari dari arah yang berlawanan. (Gerakan sama dengan point
4 s/d 6). Cari sampai menemukan hal yang serupa, dengan berpindah-pindah
tempat, namun tetap arah berlawanan dengan yang telah ditandai. Jika tidak
ditemukan atau tidak ada tanda-tanda, usahakan cari tempat yang lain, karena
sumber air itu hanya satu arah.

9.Jika langkah ke 8 (delapan) ada tanda-tanda seperti pada point 7, maka lakukan
hal yang sama dengan langkah-langkah pada point 7, dan tandai dengan garis.
(Pada akhirnya kedua garis untuk tanda adanya suber air bawah tanah tersebut

akan bertemu). Lihat gambar disamping!

10.Pusatkan pada pertemuan kedua garis tersebut dan lakukan hal yang sama
seperti pont 7 secara berulang-ulang, dan dari posisi yang berbeda ikuti garis-garis
tersebut. Baik juga jika gerakan melingkar dari pertemuan kedua garis tersebut
untuk mengetahui berapa banyak dan besarnya aliran air dalam tanah. Bisa jadi
ada dua atau tiga sumber pada tempat tersebut.

MENGETAHUI KEDALAMAN SUMBER AIR

Untuk mengetahui kedalaman sumber air bawah tanah tersebut, dengan berdiri
pada pertemuan garis atau pertemuan sumber air yang telah dideteksi sebelumnya.
Caranya adalah sebagai berikut:

1.Berdiri pada pertemuan garis atau pertemuan sumber air dengan posisi lidi tetap
dipegang dan ditempelkan pada kedua pinggang dengan posisi mendatar. Ujung
kedua lidi pastikan dengan posisi mendatar menghadap ke depan. Jika benar disitu
telah ditemukan sumber air, maka gerakan lidi akan ke atas. Semakin besar dan
dangkalnya sumber air, maka gerakan ke atas dari ujung lidi akan semakin keras
atau cepat ke atas.

2.Hitunglah dengan hitungan: satu, dua, tiga dan seterusnya sampai posisi ujung
lidi berdiri tegak persis di muda atau wajah kita, atau posisi lidi tegak lurus. Sampai
hitungan ke berapa, lidi tersebut pada pososi tegak lurus.

Misalnya :

10 (sepuluh), maka kalikan dengan 1 Meter panjang. ( 10 X 1 Meter= 10


Meter)maka akan dapat diperkirakan bahwa kedalaman sumber air bawah tanah
tersebut kira-kira 10 Meter. Jika

masih ragu-ragu, cobalah sekali lagi dengan langkah yang sama seperti ke 1.

3.Tanda pada pertemuan sumber air yang telah diukur kedalaman tersebut dengan
kayu berdiri tegak, supaya nanti pada waktu menggali atau mengebor tidak tidak
salah tempat . Jika kurang

percaya, coba pada lain hari dengan cara yang sama. Maka akan didapatkan hal
yang sama. Bukan hanya pada hari lain, pada bulan atau tahun berikut pun tidak
akan berubah posisi

sumber air tersebut. Bahkan pada musim kemarau pun sumber air pada tempat
tersebut tidak berubah.
SUMUR BOR ATAU GALI BIASA.

Cara mendapatkan sumber air seperti yang telah dijelaskan diatas, berlaku untuk
sumur di gali manual ataupun dengan mesin bor. Memang membuat sumur dengan
menggali secara manual kelihatan lebih mudah, karena dia meter lebih luas. Namun
jangan kuatir dengan hasil temuan ini, walaupun akan dibor , sumber air yang telah
ditemukan tadi sebenarnya seperti pertemuan dua garis. Pada titik tersebut sebagai
pedoman bahwa disitu pusat atau bertemunnya dua mata air. Maka setelah
ditemukan sumber air yaitu peremuan kedua garis yang menandai adanya
pertemuan dua mata air harus diberi tanda, dipatok atau diberi anjir supaya
dalam penggalian tepat. Apalagi jika menggali dengan mesin bor yang diameternya
hanya 2 s/d 4 in. Bagaimana dengan memakai daun ataupun alat yang lain? Apakah
mengalami kesulitan dalam mendapatkan mata air? Tentu tidak, hanya untuk
memastikan sumber air ataupun hanya resapan ataupun genangan air dalam tanah
tidak bisa dibedakan. Apalagi untuk mengujinya hanya pada tempat terebut dan
tidak bisa dicari arah sumber air sampai ke mana. Akan mengalami kusulitan jika
akan membuat sumur pada tempat yang telah ditemukan dengan cara tersebut
(daun, atau alat yang lain) dengan bor, karena tidak ada kepastian sumber air
apalagi bertemunya dua sumber air di bawah tanah. Maka tidak heran jika air
sumbur banyak jika musim penghujan dan akan kering pada musim kemarau. Itu
berarti bukan sumber atau aliran air, tetapi resapan, genangan atau hanya satu
jalur atau sumber saja. Maaf, hanya selisih 10 sampai 20 Cm saja akan menentukan
banyak sedikitnya air yang didapatkan dari menggali, apalagi mengebor. Ada air,
tetapi tidak banyak, karena hanya resapan dari sumber air yang ada disebelahnya.

PENGUKURAN DEBIT AIR SECARA SEDERHANA


Oleh : Ardi Ismanto, S.Hut

Ada beberapa metode dalam pengukuran debit air suatu sungai atau sumber air di dalam kawasan, mulai dari metode yang cukup
sederhana (menggunakan alat-alat sederhana) sampai dengan menggunakan metode yang cukup rumit dan mahal (menggunakan alat manual dan
automatik).

Bagi petugas di lapangan (petugas resort/pejabat fungsional), metode pengukuran debit air secara sederhana dapat membantu mempermudah
pengambilan data debit air suatu sumber mata air yang ada di dalam kawasan. Karena seperti diketahui bersama, terkadang petugas lapangan tidak
cukup dilengkapi dengan alat-alat pengukuran debit air. Akan tetapi dengan segala keterbatasan tersebut petugas lapangan tetap dapat melakukan
pengukuran dan data tersebut tetap valid. Berikut ini uraian metode pengukuran secara secara sederhana beserta cara perhitungannya :
Pengukuran debit air dengan Metode Tampung

Metoda ini dilakukan untuk pengukuran sumber mata air yang tidak menyebar dan bisa dibentuk menjadi sebuah terjunan (pancuran).

Alat yang diperlukan dalam pengukuran debit dengan metoda ini:


1. Alat tampung dapat menggunakan botol air mineral untuk volume 1,5 liter atau alat tampung lain seperti ember/baskom yang telah diketahui
volumenya.
2. Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/handphone) yang dilengkapi dengan stop watch.
3. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran yang dilakukan.

Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dengan metoda ini adalah:


1. Siapkan alat tampung yang sudah diketahui volumenya.
2. Bentuk aliran sebagai pancuran atau terjunan (untuk memudahkan pengukuran, aliran air sumber dapat dibendung kemudian aliran air disalurkan
menggunakan bambu, potongan pipa, dll)
3. Diperlukan 3 (tiga) orang untuk melakukan pengukuran. Satu orang untuk memegang alat tamping, satu orang bertugas mengoperasikan stop watch,
dan orang ketiga melakukan pencatatan.
4. Proses dimulai dengan aba-aba dari orang pemegang stop watch pada saat penampungan air dimulai, dan selesai ketika alat tampung sudah terisi
penuh. Waktu yang diperlukan mulai dari awal penampungan air sampai terisi penuh dicatat (T) dalam form pengukuran. Pengukuran dilakukan
5(lima) kali (untuk mengoreksi hasil pengukuran), dan hasil pengukuran dirata-ratakan untuk mendapatkan nila T rata-rata.

Blanko pencatatan hasil pengukuran debit air dengan Metoda Tampung

Tanggal Pengukuran :
Nama Sumber Air :
Lokasi Sumber air (Koordinat/Blok/Zona) :
Resort/Seksi Wilayah/Bidang PTN Wilayah :

1. Perhitungan waktu pengukuran


Volume alat tampung = --- liter (Volume alat penampung harus tetap dan sudah diketahui, jika belum diketahui harus diukur terlebih dahulu).

Tabel 1. Penghitungan Waktu Pengukuran


Pengukuran Waktu (T) Volume Penampung (V)

(detik) (Liter) (*)

P1

P2

P3

P4

P5

Jumlah

Rata-rata

Waktu rata-rata merupakan hasil pembagian antara Jumlah total waktu pengukuran dengan jumlah pengulangan pengukuran.

Waktu
T rata-rata = --------
n
dimana :
T rata-rata = Waktu rata-rata (detik)
Waktu = Total Waktu Pengukuran
n = Pengulangan Pengukuran

2. Penghitungan debit air


Debit air (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A) saluran/aliran dengan kecepatan (v) aliran air.

dimana:

Q = A.V Q = Debit aliran (m3/detik)


A = Luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/detik)

Pengukuran debit air dengan Metoda Apung


Metoda ini menggunakan alat bantu suatu benda ringan (terapung) untuk mengetahui kecepatan air yang diukur dalam satu aliran terbuka.
Biasanya dilakukan pada sumber air yang membentuk aliran yang seragam (uniform).
Pengukuran dilakukan oleh 3(tiga) orang yang masing- masing bertugas sebagai pelepas pengapung di titik awal, pengamat di titik akhir
lintasan dan pencatat waktu perjalanan alat pengapung dari awal sampai titik akhir.
Pengukuran dilakukan dengan cara menghanyutkan benda terapung dari suatu titik tertentu (start) kemudian dibiarkan mengalir mengikuti
kecepatan aliran sampai batas titik tertentu (finish), sehingga diketahui waktu tempuh yang diperlukan benda terapung tersebut pada bentang
jarak yang ditentukan tersebut.

Alat-alat yang diperlukan dalam pengukuran debit air dengan Metoda Apung:
1. BOLA pingpong atau bisa diganti dengan benda lain yang ringan (gabus, kayu kering, dll)
2. Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/hand phone) yang dilengkapi dengan stop watch
3. Alat ukur panjang (meteran atau tali plastic yang kemudian diukur panjangnya dengan meteran).

Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dengan metoda ini adalah:


1. Pilih bagian aliran yang tenang dan seragam, hindari aliran yang memiliki pusaran air.
2. Tentukan dulu panjang saluran/lintasan (P) sungainya dan batasi titik awal (start) dan akhirnya (finish). (catat dalam form pengukuran).
3. Bersihkan bagian aliran tersebut dan bentuklah menjadi aliran yang lurus dengan penampang aliran yang memiliki kedalaman yang relatif sama .
4. Bagilah panjang saluran/lintasan menjadi beberapa bagian (misal 5 bagian/titik), ukur lebar sungai (L) pada titik-titik tersebut; dan ukur juga
kedalamannya (H) pada bagian tepi kanan, tepi kiri dan tengah aliran. Kemudian hitung masing-masing rata-ratanya. (catat dalam formulir
pengukuran)
5. Hitung luas penampang (A) rata-rata seperti dalam formulir pengukuran.
6. Gunakan benda apung BOLA pingpong, kayu kering, gabus, dll) yang dapat mengalir mengikuti aliran air dan tidak terpengaruh angin.
7. Lepaskan benda terapung pada titik awal lintasan (start) bersamaan dengan menekan stop watch (tanda start) dan tekan kembali stop watch (tanda
stop) pada titik akhir lintasan (finish) dan hitung waktunya (T).
8. Ulangi pengukuran waktu tempuh 5 kali ulangan.
9. Catat waktu tempuh benda apung dan hitung waktu rata-ratanya.
10. Hitung kecepatannya (V) menggunakan variabel luas penampang rata-rata (A) dan waktu rata-rata (T) sesuai rumus.
11. Hitung Debit air (Q) yang mengalirnya sesuai rumus

Blanko pencatatan hasil pengukuran debit air dengan Metoda Apung

Tanggal Pengukuran :
Nama Sumber Air :
Lokasi Sumber air (Koordinat/Blok/Zona) :
Resort/Seksi Wilayah/Bidang PTN Wilayah :

1. Perhitungan Luas Penampang

Tabel 2. Penghitungan Luas Penampang (A)


Kedalaman (H)
Lebar (L)
Titik (Meter)
(Meter)
H1 H2 H3 H rata-rata

Titik 1
Titik 2

Titik 3

Titik 4

Titik 5

Jumlah Jumlah

Rata-rata Rata-rata

Luas penampang (A) merupakan hasil perkalian antara Lebar rata-rata (L) saluran/aliran dengan Kedalaman rata-rata (H) saluran/aliran air.

A = L rata-rata x H rata-rata
dimana :
A = Luas Penampang (m2)
L rata-rata = Lebar rata-rata (meter)
H rata-rata = Kedalaman rata-rata (meter)

2. Penghitungan Kecepatan (v)

Panjang saluran/lintasan pengukuran (P) = --- meter (Panjang lintasan harus tetap)

Tabel 3. Perhitungan Kecepatan


Pengulangan Waktu Pengukuran (T) (detik)

Pengukuran 1

Pengukuran 2

Pengukuran 3

Pengukuran 4

Pengukuran 5

Jumlah

Rata-rata

Kecepatan (v) adalah hasil pembagian antara panjang saluran/aliran (P) dibagi dengan waktu rata-rata (T rata-rata).
P
V = ------------
T rata-rata
dimana :
V = Kecepatan (meter/detik)
P = Panjang saluran (meter)
T rata-rata = Waktu rata-rata (detik)

3. Penghitungan debit air


Debit air (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A) saluran/aliran dengan kecepatan (v) aliran air.

dimana:

Q = A.V Q = Debit aliran (m3/detik)


A = Luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/detik)

Konversi satuan :
1 M3 = 1000 Liter
1 Liter = 0,001 M3
Contoh : 0,632 M3/detik = 632
Liter/detik

Anda mungkin juga menyukai