Anda di halaman 1dari 143

TINGKAT PEMANFAATAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN

BEBERAPA JENIS IKAN PELAGIS EKONOMIS PENTING


DI PROVINSI MALUKU UTARA

IMRAN TAERAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASINYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Tingkat Pemanfaatan dan Pola Musim
Penangkapan Beberapa Jenis Ikan Pelagis Ekonomis Penting di Provinsi Maluku Utara
adalah karya saya sendiri dengan arahan komisis pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Bogor, Juni 2007

Imran Taeran
C551050091
ABSTRAK
IMRAN TAERAN. Tingkat Pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan Beberapa Jenis
Ikan Pelagis Ekonomis Penting di Provinsi Maluku Utara. Dibimbing oleh MULYONO
S. BASKORO dan IIN SOLIHIN.

Jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara antara lain adalah
cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna (Thunnus spp.), tongkol (Euthynnus sp.), layang
(Decapterus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), dan julung-julung (Hemirhamphus sp.).
Jenis-jenis ikan pelagis tersebut ditangkap secara intensif. Tujuan penelitian ini adalah :
(1) mengukur tingkat pemanfaatan dan (2) menganalisis pola musim penangkapan.
Metode survey dan observasi digunakan dalam pengumpulan data. Data dianalisis untuk
tujuan pertama dengan mengunakan metode surplus produksi model Fox sedangkan
tujuan kedua dianalisis dengan menggunakan metode rata-rata bergerak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; tingkat pemanfaatan (Tpi) ikan cakalang
berkisar 53-82% dari nilai MSY 6.924.616 kg, dengan upaya optimum 5.000 trip. Ikan
tuna (Tpi) berkisar 68-114% dari nilai MSY 8.480.194 kg, dengan upaya optimum 380
trip. Kisaran (Tpi) tongkol 39-100% dari nilai MSY 1.862.617 kg, dengan upaya
optimum 5.000 trip. Tpi layang berkisar 14-75% dari nilai MSY 21.072.291 kg, dengan
upaya optimum 1.290 trip. Tpi kembung berkisar 62-112% dari nilai MSY 3.179.139
kg, dengan upaya optimum 3.953 trip. Ikan julung-julung (Tpi) berkisar 68-99% dari
nilai MSY 3.551.992 kg, dengan upaya optimum 5.848 trip. Sedangkan tingkat
pengupayaan(Tpu) ikan cakalang pada tahun 2002-2005 melebihi fopt yaitu berkisar 103-
132%. (Tpu) tuna pada tahun 2002-2005 melebihi fopt yaitu berkisar 136-169%. (Tpu)
tongkol pada tahun 2002-2005 melebihi fopt yaitu berkisar 136-169%. (Tpu) layang pada
tahun 1997-2005 melebihi fopt yaitu berkisar 202-456%. (Tpu) kembung pada tahun
1997-2005 melebihi fopt yaitu berkisar 202-456%. (Tpu) julung-julung pada tahun 1997-
2005 dibawah fopt yaitu berkisar 43-71%.
Puncak musim penangkapan cakalang dan layang terjadi pada bulan Juli dengan
nilai IMP sebesar 197% dan 188%. Puncak musim penangkapan tuna, tongkol dan
kembung pada bulan Oktober dengan nilai IMP sebesar 308%; 170%; 140%. Sedangkan
puncak musim penangkapan ikan julung-julung pada bulan Desember dengan nilai IMP
sebesar 236%.

Kata kunci : Ikan pelagis ekonomis penting, tingkat pemanfaatan, musim penangkapan.
ABSTRACT
IMRAN TAERAN. Utilization Level and Fishing Season Pattern of Several Kinds of
Major Economic Pelagic Fish in North Molucas Province. Member of advisor:
MULYONO S. BASKORO and IIN SOLIHIN.

Economic important fish in North Molucas Province are skipjack tuna


(Katsuwonus pelamis), tuna (Thunnus spp.), little tuna (Euthynnus sp.), scad
(Decapterus sp.), mackerel (Rastrelliger sp.), and garfish (Hemirhamphus sp.). Each
species get pressure because they are catched intensively. The objectives of this
research are to analyze level of exploiting and fishing season pattern. Survey method
and observation was applied in data collecting. Data was analyzed by using Fox model
and moving average. The result of the research indicates that; level of exploitation
skipjack tuna 53-82% from MSY 6.924.616 kg, with optimum effort 5.000 trip. Level
of exploitation tuna (l ex) 68-114% from MSY 8.480.194 kg, with optimum effort 380
trip. The range level of exploitation little tuna 39-100% from MSY 1.862.617 kg, with
optimum effort 5.000 trip. Level of exploitation scad 14-75% from MSY 21.072.291 kg,
with optimum effort 1.290 trip. Level of exploitation mackerel 62-112% from MSY
3.179.139 kg, with optimum effort 3.953 trip. Level of exploitation garfish 68-99%
from MSY 3.551.992 kg kg, with optimum effort 5.848 trip.
Level of exploitation for skipjack in 2002-2005 was greater than fopt in range 103-
132%, level of exploitation for tuna in 2002-2005 was greater than fopt in range 136-
169%, level of exploitation for little tuna in 2002-2005 was greater than fopt in range
136-169%, level of exploitation for scad in 1997-2005 was greater than fopt in range
202-456%, level of exploitation for mackerel in 1997-2005 was greater than fopt in range
202-456%, level of exploitation for garfish in 1997-2005 was greater than fopt in range
43-71%.
Peak fishing season of skipjack tuna and scad is in July with index fishing season
(ifs) value 197% dan 188%. Tuna, little tuna and mackerel peak fishing season is in
October with index fishing season value 308%; 170%; 140%. Garfish peak fishing
season is in December with index fishing season value 236%.

Keywords: major economic pelagic fish, utilization level, fishing season.


@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
TINGKAT PEMANFAATAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN
BEBERAPA JENIS IKAN PELAGIS EKONOMIS PENTING
DI PROVINSI MALUKU UTARA

IMRAN TAERAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Dapartemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2007
Judul Tesis : Tingkat Pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan Beberapa
Jenis Ikan Pelagis Ekonomis Penting di Provinsi Maluku Utara
Nama Mahasiswa : Imran Taeran
NRP : C 551050091
Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc Iin Solihin, S.Pi, M.Si


Ketua Anggota

Diketahui,

Program Studi Teknologi Kelautan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB


Ketua,

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 27 Juni 2007 Tanggal Lulus :


PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan
hidayah, ramhat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian sampai
penyusunan tesis dengan judul Tingkat Pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan
Beberapa Jenis Ikan Pelagis Ekonomis Penting di Provinsi Maluku Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Mulyono S.Baskoro, M.Sc dan Bapak
Iin Solihin, S.Pi, M.Si, sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing atas kesabaran,
perhatian dan motivasinya dalam memberikan bimbingan kepada penulis. Kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Teknologi
Kelautan serta seluruh dosen dan staf Program Studi Teknologi Kelautan atas dorongan
yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
Penulis juga mengucapkan terimaksih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Petanian Bogor beserta staf yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program
Magister Sains di Institut Pertanian Bogor.
2. Bapak Dr. Ir. Budhi H. Iskandar, M.Si sebagai dosen penguji luar komisi yang
bersedia meluangkan waktu dan memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan
penulisan tesis ini.
3. Bapak Rektor Universitas Khairun Ternate dan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Khairun (Dr.Ir. H. Muhajir K. Marsaoli, M.Si) yang telah
merekomendasikan tugas belajar kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada
Program Studi Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
4. Kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, Pelabuhan Perikanan
Nusantara Ternate dan nelayan Ternate, Pelabuhan Perikanan Pantai Bacan dan
nelayan Bacan, Pelabuhan Perikanan Pantai Tobelo dan nelayan Tobelo, yang telah
memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis dalam melaksanakan
penilitian.
5. Kepada Keluarga Hi. Saleh Hi. Muhammad dan keluarga yang selalu membantu
penulis selama studi Pascasarjana di IPB Bogor
6. Kepada Istri (Yenni Dasinsingon) dan anak tersayang (Mustica Maharanni), yang
selama ini setia dan sabar menanti suami dan ayahnya selama studi. Selain itu, juga
mendoakan, memotivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi Magister
Sains.
7. Kepada semua sahabatku mahasiswa Program Studi TKL; Syawal, Cecu, Iskandar,
Dame, Ongge, Gandi, Devi, Siti, Silvia, Dian, Bahim, dan teman-teman di asrama
Gugahsari. Terima kasih atas motovasinya kepada penulis.
Dengan penuh kerendahan hati dan rasa cinta penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada Ayahanda Taeran S. Tawary (Almarhum) dan Ibunda Johra
Hi Syarif atas doa, keikhlasan, semangat dan kasih sayangnya turut memberikan
kekuatan dan ketabahan kepada penulis. Kepada kakak dan adiku (Yasin, Din,Lia,
Mala, Wasila dan Dewi) dan semua keluarga, terima kasih atas doa, keikhlasan dan
kesabarannya menjadi pengayomku.
Kepada semua pihak yang telah memberikan batuan, hanya doa yang dapat
penulis panjadkan mengharap ridho dan karunia Allah SWT, semoga semua
pengorbanan yang diberikan kepada penulis menjadi catatan ibadah di sisi-Nya. Amiin.
Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
perikanan tangkap di Provinsi Maluku Utara. Penulis menyadari bahwa masih
diperlukan banyak masukan guna menyempurnakan tesis ini. Oleh karena itu, saran dan
masukan dari pembaca sangat dibutuhkan.

Bogor, Juni 2007

Imran Taeran
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Kayoa, Kabupaten Maluku Utara pada tanggal


21 Pebruari 1968 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Taeran S.
Tawary dan Ibu Johra H. Syarif. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri
Samo tahun 1982, pada tahun 1985 menyelesaikan pendidikan menengah pertama di
SMP Negeri 3 Ternate. Pada tahun 1988 menyelesaikan pendidikan menengah atas
pada SMU Negeri 2 Ternate. Pendidikan sarjana diselesaikan pada Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Sam Ratulagi
Manado pada tahun 1994.
Setelah menyelesaikan pendidikan S1 penulis sempat bekerja di beberapa
perusahaan swasta nasional, kemudian pada tahun 2001 diangkat sebagai Dosen
Yayasan Pendidikan Khairun Ternate dan pada tahun 2002 penulis diangkat sebagai
Dosen Universitas Khairun Ternate.
Pada tahun 2005 penulis mendapat tugas belajar dari Pempinan Universitas
Khairun Ternate pada Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor atas biaya pendidikan (Beasiswa Pendidikan Pascasarjana).
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL.... ............................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR. ............................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN... ...................................................................... v

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. .......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.. ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian.. ..................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian. .................................................................... 5
1.4 Kerangka Pemikiran. .................................................................. 5

2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis....... .................................................... 8
2.2 Unit Penangkapan Ikan Pelagis.................................................. 13
2.3 Metode Surplus Produksi... ........................................................ 17
2.4 Standarisasi Upaya Tangkap.. .................................................... 19
2.5 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan..................................... 19
2.6 Muism Penangkapan Ikan.. ........................................................ 20

3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.. .................................................. 22
3.2 Metode Pengumpulan Data. ....................................................... 23
3.3 Metode Analisis Data. ................................................................ 24
3.3.1 Analisis tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan. .............. 24
3.3.2 Analisis pola musim penangkapan ikan.... ....................... 29

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


4.1 Gambaran Umum Wilayah....................... ................................. 32
4.1.1 Letak geografis................. ................................................ 32
4.1.2 Karakteristik iklim............................................................ 32
4.1.3 Krakteristik oseanografi.................................................... 33
4.2 Keadaan Umum PerikananTangkap........................................... 35
4.2.1 Potensi sumberdaya ikan................. ................................. 35
4.2.2 Prasarana dan sarana perikanan........................................ 36
4.2.3 Sumberdaya manusia dan kelembagaan........................... 38
4.2.4 Pengolahan........................................................................ 39
4.2.5 Pemasaran......................................................................... 39
Halaman

5 HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Produktivitas Alat Tangkap (CPUE) Per Jenis Ikan................... 41
5.2 Standarisasi Upaya Tangkap Per Jenis Ikan .............................. 44
5.3 Metode Surplus Produksi............................................................ 45
5.4 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan...................................... 49
5.4.1 Ikan cakalang................................................................... 49
5.4.2 Ikan tuna.................................................................. ....... 51
5.4.3 Ikan tongkol.................................................................. . 54
5.4.4 Ikan layang.................................................................. ... 56
5.4.5 Ikan kembung.................................................................. 57
5.4.6 Ikan julung-julung........................................................... 59
5.5 Tinjauan Perkembangan Data Produksi
dan Upaya Tangkap..................................................................... 62
5.6 Pola Musim Penangkapan Ikan.................................................. 63
5.6.1 Indeks musim penangkapan (IMP)................................. 63
5.6.2 Pemetaan lokasi pemanfaatan dan musim
penangkapan ikan............................................................ 69

6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan. ................................................................................ 72
6.2 Saran............................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................... 73

LAMPIRAN. .......................................................................................... 76
DAFTAR TABEL

Halaman

1 Komposisi potensi sumberdaya ikan, produksi serta tingkat


pemanfaatannya di WPP 7 Tahun 2003.................... ........................ 36
2 Perkembangan prasarana perikanan miliki milik swasta
di Provinsi Maluku Utara sampai tahun 2005 ..... ............................ 36
3 Perkembangan prasarana perikanan tangkap miliki pemerintah
Provinsi Maluku Utara sampai tahun 2005........................................ 37
4 Perkembangan armada penangkapan ikan di Provinsi
Maluku Utara 2005 ........................................................................... 37
5 Perkembangan alat penangkapan ikan di Provinsi
Maluku Utara 2004-2005. ................................................................. 38
6 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap
ikan cakalang periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus
produksi model Fox .......................................................................... 51
7 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap
ikan tuna periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus
produksi model Fox................. ......................................................... 53
8 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap
ikan tongkol periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus
produksi model Fox. ......................................................................... 55
9 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap
ikan layang periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus
produksi model Fox. ......................................................................... 56
10 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap
ikan kembung periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus
produksi model Fox. ......................................................................... 58
11 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap
ikan julung-julung periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus
produksi model Fox. ......................................................................... 61
12 Indeks musim penangkapan ikan (IMP) beberapa jenis ikan
pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara . ...................... 65
13 Musim penangkapan bebrapa jenis ikan pelagis ekonomis
penting dihubungkan dengan pembagian musim angin. ................... 67
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian tentang tingkat pemanfaatan


dan musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis
ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara .................................... 7
2 Peta lokasi penelitian........... ............................................................. 22
3 Tahapan penentuan tingkat pemanfaatan beberapa jenis ikan
pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara. ....................... 28
4 Tahapan analisis pola musim penangkapan ikan dan
hubungannya dengan kondisi lingkungan dan daerah
penangkapan ikan di Provinsi Maluku Utara.. ................................. 31
5 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan cakalang
tahun 1997-2005 ............................................................................... 42
6 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan tuna
tahun 1997-2005 ............................................................................... 42
7 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan tongkol
tahun 1997-2005. .............................................................................. 42
8 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan layang
tahun 1997-2005. .............................................................................. 43
9 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan kembung
tahun 1997-2005.. ............................................................................. 43
10 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan julung-julung
tahun 1997-2005. .............................................................................. 43
11 Rata-rata effort standar per jenis ikan. .............................................. 44
12 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan cakalang
tahun 1997-2005. .............................................................................. 45
13 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan tuna
tahun 1997-2005. .............................................................................. 46
14 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan tongkol
tahun 1997-2005. .............................................................................. 47
15 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan layang
tahun 1997-2005. .............................................................................. 47
16 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan kembung
tahun 1997-2005. .............................................................................. 48
17 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan julung-julung
tahun 1997-2005. .............................................................................. 49
18 Produksi cakalang di Provinsi Maluku Utara menurut
model Fox.......................................................................................... 51
Halaman

19 Produksi tuna di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox . ........ 54


20 Produksi tongkol di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox. .... 55
21 Produksi layang di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox....... 57
22 Produksi kembung di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox. . 59
23 Produksi julung-julung di Provinsi Maluku Utara menurut
model Fox.......................................................................................... 61
24 Pola musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis
ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara .................................... 66
25 Pola arus musim timur ...................................................................... 68
26 Peta sebaran dan pemanfaatan ikan pelagis
di Provinsi Maluku Utara .................................................................. 71
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan


ikan cakalang tahun 1997-2005. ....................................................... 77
2 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar
ikan cakalang tahun 1997-2005. ....................................................... 78
3 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan cakalang.. ....................... 79
4 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan
ikan tuna tahun 1997-2005. ............................................................... 80
5 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar
ikan tuna tahun 1997-2005................................................................ 81
6 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan tuna. ............................... 82
7 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan
ikan tongkol tahun 1997-2005. ......................................................... 83
8 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar
ikan tongkol tahun 1997-2005. ......................................................... 84
9 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan tongkol. .......................... 85
10 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan
ikan layang tahun 1997-2005.... ........................................................ 86
11 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar
ikan layang tahun 1997-2005. ........................................................... 87
12 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan layang............. ............... 88
13 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan
ikan kembung tahun 1997-2005. ....................................................... 89
14 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar
ikan kembung tahun 1997-2005. ....................................................... 90
15 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan kembung. ....................... 91
16 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan
ikan julung-julung tahun 1997-2005. ................................................ 92
17 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar
ikan julung-julung tahun 1997-2005. ................................................ 93
18 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan julug-julung. .................. 94
19 Perkembangan produksi bulanan ikan cakalang di
PPN Ternate tahun 1998-2005. ......................................................... 95
20 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan cakalang di
PPN Ternate tahun 1998-2005. ......................................................... 96
Halaman

21 Perhitungan indeks musim penangkapan ikan cakalang


dengan metode rata-rata bergerak. .................................................... 97
22 Perkembangan produksi, upaya tangkap dan CPUE bulanan
ikan tuna di PPN Ternate tahun 1998-2005. ..................................... 100
23 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan tuna
dengan metode rata-rata bergerak ..................................................... 101
24 Perkembangan produksi bulanan ikan tongkol
di PPN Ternate tahun 1998-2005. ..................................................... 104
25 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan tongkol
di PPN Ternate tahun 1998-2005. ..................................................... 105
26 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan tongkol
dengan metode rata-rata bergerak. .................................................... 106
27 Perkembangan produksi bulanan ikan layang
di PPN Ternate tahun 1998-2005. ..................................................... 109
28 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan layang
di PPN Ternate tahun 1998-2005. ..................................................... 110
29 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan layang
dengan metode rata-rata bergerak. .................................................... 111
30 Perkembangan produksi bulanan ikan kembung
di PPN Ternate tahun 1998-2005. ..................................................... 114
31 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan kembung
di PPN Ternate tahun 1998-2005. ..................................................... 115
32 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan kembung
dengan metode rata-rata bergerak. .................................................... 116
33 Perkembangan produksi dan upaya tangkap bulanan
ikan julung-julung di PPN Ternate tahun 1998-2005. ...................... 119
34 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan
julung-julung dengan metode rata-rata bergerak. ............................. 120
35 Lokasi perairan dan titik koordinat rumpon bantuan
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara..................... 123
36 Data posisi lokasi sebaran ikan pelagis di perairan
Maluku Utara. ................................................................................... 124
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan bahan
pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke
tahun. Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi
pengembangan perikanan, terlebih daerah kepulauan seperti Provinsi Maluku
Utara yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk
pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akuakultur. Namun
demikian, tuntutan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya tersebut akan diikuti
oleh tekanan eksploitasi sumberdaya ikan yang juga semakin intensif. Jika tidak
dikelola secara bijaksana, sangat dikhawatirkan pemanfaatan sumberdaya secara
intensif akan mendorong usaha perikanan ke jurang kehancuran dan terjadi
berbagai konflik terhadap sumberdaya ikan.
Pengelolaan perikanan seperti diuraikan oleh FAO (1997) sebagai proses
yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi,
pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya dan implementasi dari aturan-aturan
main dibidang perikanan dalam rangka menjamin kelangsungan produktivitas
sumberdaya, dan pencapaian tujuan perikanan lainnya. Berdasarkan pengertian ini,
pengelolaan perikanan membutuhkan bukti-buti ilmiah terbaik (best scientific
evidence) untuk analisis dan perencanaan perikanan yang memadai, proses diskusi
melalui konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) dan
penetapan berbagai tujuan dan strategi pengelolaan melalui pembuatan keputusan,
alokasi sumberdaya dan implementasi aturan mainnya.
Pentingnya pengelolaan perikanan secara empiris dapat ditunjukkan dengan
tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan pada saat ini. Tingkat pemanfaatan
adalah nisbi antara jumlah yang ditangkap dengan estimasi potensi sumberdaya.
Sederhananya apabila tingkat pemanfaatan terlalu tinggi, lebih dari 50% dan
mendekati 100%, maka sering dikatakan bahwa sumberdaya sudah tinggi tingkat
pemanfaatannya. Tingkat pemanfaatan penuh atau sumberdaya telah jenuh
pemanfaatannya bila prosentase pemanfaatan sudah mendekati atau pada tingkat
100%. Lebih dari 100% dinamakan dengan tingkat pemanfaatan lebih, sementara
kurang dari 59% disebut dengan tingkat pemanfaatan rendah (Nikijuluw 2005).
2

Provinsi Maluku Utara merupakan kawasan baru hasil pemekaran wilayah


yang memiliki keunggulan posisi strategis bagi bangsa Indonesia di tepian Pasifik,
terutama dalam menyongsong era globalisasi dan perdagangan bebas. Kawasan
ini sebagian besar dikelilingi oleh laut, yaitu sekitar 76,2%, sehingga potensi
perikanan dan kelautan menjadi basis ekonomi bagi pembangunan daerah untuk
kesejahteraan masyarakat, termasuk pemulihan ketahanan pangan pasca konflik
horizontal.
Perairan laut Maluku Utara tersebut memiliki potensi perikanan yang besar
terkandung di dalamnya, merupakan aset yang penting bagi keberlanjutan
pembangunan dalam konsep otonomi daerah. Sumberdaya perikanan tentunya
dapat dimanfaatkan seutuhnya secara lestari sebagai sumber ekonomi yang
diharapkan mampu mengangkat harkat masyarakat Maluku Utara ke jenjang yang
lebih sejahtera.
Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat
penting di Provinsi Maluku Utara dan konstribusinya cukup besar bagi produksi
perikanan dan kelautan secara umum. Kegiatan perikanan tangkap menghasilkan
berbagai jenis hasil tangkapan berupa ikan konsumsi ekonomis penting baik jenis
ikan pelagis maupun ikan demersal. Beberapa jenis ikan pelagis yang dominan
dan memiliki nilai ekonomis penting antara lain; cakalang (Katsuwonus pelamis),
tuna (Thunnus sp.), tongkol (Euthynnus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), layang
(Decapterus sp.), dan julung-julung (Hemirhamphus sp.)
Jenis-jenis ikan pelagis ini memiliki distribusi yang luas hampir diseluruh
perairan Maluku Utara. Dalam pemanfaatannya dilakukan oleh sebagian besar
nelayan skala kecil dan menengah dengan menggunakan teknologi yang masih
relatif tradisional dengan mengandalkan pengetahuan yang diperoleh secara turun
temurun. Kondisi demikian mengakibatkan setiap operasi penangkapan yang
dilakukan oleh nelayan selalu berhadapan dengan situasi ketidakpastian terhadap
musim penangkapan dan fishing ground yang mengakibatkan biaya operasional
yang dikeluarkan tidak berimbang dengan hasil yang diperoleh. Informasi
mengenai musim penangkapan ikan akan memberikan gambaran saat keberadaan
ikan tersebut di suatu perairan, sehingga operasi penangkapan dapat diarahkan
3

pada saat musim banyak ikan. Hal tersebut akan memberikan peluang
memperoleh hasil tangkapan yang lebih besar.
Pemanfaatan potensi sumberdaya harus dilaksanakan secara terkontrol,
sehingga kelestarian sumberdaya ikan di setiap wilayah perairan senantiasa dapat
dipertahankan agar produktivitas optimum dapat terjaga. Sebab sumberdaya yang
cukup melimpah tidak mempunyai arti dari sisi ekonomi apabila tidak ada upaya
yang sungguh-sungguh dan sistematis untuk mendayagunakannya sehingga
memberikan manfaat secara berkelanjutan.
Dengan pemekaran wilayah maka perlu ditentukan kebijakan pengelolaan
perikanan tangkap. Untuk mencapai tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan
maka dalam perencanaan selalu berasaskan prinsip berkelanjutan. Salah satu
upaya yang diperlukan adalah penyiapan basis data yang mencakup antara lain
adalah alokasi sumberdaya ikan, unit penangkapan dan ketepatan waktu dalam
penangkapan. Untuk itu perlu diketahui sejauh mana tingkat pemanfaatan dan
pola musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di
Provinsi Maluku Utara. Hal tersebut perlu dilakukan dalam suatu kajian ilmiah
yang dalam hal ini merupakan inti penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan hasil penelitian Badan Riset Departemen Kelautan dan
Perikanan dan Komisi Nasional Stock Assessment, wilayah perairan Maluku Utara
berada dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP) laut Seram dan laut Maluku
dengan jumlah potensi lestari (MSY) yang diperkirakan sebesar 828.180,00
ton/tahun, terdiri dari ikan pelagis 621.135,00 ton/tahun dan ikan demersal
207.045,00 ton/tahun. Sampai tahun 2003 tingkat pemanfaatan sebesar 83.536,65
ton atau 10,09% dari potensi lestari (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Maluku Utara 2003).
Dari data empiris tersebut pemerintah Provinsi Maluku Utara (Dinas
Perikanan dan Kelautan) menjadikan acuan dalam membuat kebijakan yang
berhubungan dengan pembangunan perikanan tangkap. Pemerintah mendorong
sektor swasta untuk melakukan investasi dalam bidang perikanan tangkap dengan
memberikan berbagai kemudahan. Selain itu nelayan lokal, diberikan bantuan
4

berupa kapal dan alat tangkap serta alat bantu rumpon. Kondisi ini menyebabkan
eksploitasi terhadap sumberdaya ikan di perairan Maluku Utara semakin intensif.
Walaupun berdasarkan data di atas, secara umum sumberdaya ikan di
perairan Maluku Utara cukup melimpah dengan tingkat pemanfaatannya rendah,
namum secara spesifik kondisi yang terjadi adalah setiap jenis ikan, mengalami
tekanan penangkapan yang berbeda. Berberapa jenis ikan pelagis yang mengalami
penangkapan yang sangat intensif antara lain adalah cakalang, tuna, tongkol,
layang, kembung dan julung-julung. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain: (1) jenis ikan tersebut mudah ditangkap oleh nelayan dengan
menggunakan beragam jenis alat tangkap, (2) minat masyarakat untuk
mengkonsumsi jenis ikan tersebut cukup tinggi, dan (3) beberapa jenis ikan
tersebut memiliki permintaan pasar yang relatif tinggi, baik pasar interinsuler
maupun pasar ekspor.
Upaya pengelolaan sumberdaya ikan tersebut agar selalu berasaskan prinsip
kehati-hatian demi berkelanjutannya, maka perlu adanya penyiapan data base
berupa jumlah potensi maksimum lestari dari setiap jenis ikan ekonomis penting,
upaya optimum yang ditetapkan dan tingkat pemanfaatannya. Selain itu perlu
ditentukan pola musim penangkapan dari setiap jenis ikan sehingga kegiatan
penangkapan dilakukan tepat waktu dan terkendali.
Untuk menjawab permasalahan yaitu tekanan penangkapan terhadap
beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara lebih
intensif maka penelitian tentang tingkat pemanfaatan dan pola musim
penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku
Utara ini penting untuk dilakukan karena diharapkan dapat memberikan
informasi awal dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis
yang bertanggung jawab.

1.3 Tujuan Penelitian


Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa jenis ikan
pelagis ekonomis penting dalam rangka penyiapan data base untuk pengelolaan
sumberdaya ikan secara berkelanjutan di Provinsi Maluku Utara. Secara khusus,
penelitian ini bertujuan untuk:
5

(1) Mengukur tingkat pemanfaatan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting
di perairan Maluku Utara.
(2) Menganalisis pola musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis
penting di perairan Maluku Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada pengembangan


ilmu pengetahuan dalam upaya pengelolaan sumberdaya ikan, sedangkan secara
spesifik manfaat dari penelitian ini adalah :

(1) Sebagai informasi bagi peneliti dan akademisi dalam mengembangkan


penelitian lanjutan terutama yang berhubungan dengan pengkajian stok ikan
sehingga mendapatkan rumusan yang tepat dalam pengelolaan sumberdaya
ikan ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara.
(2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Provinsi Maluku Utara
dalam membuat perencanaan mengenai pengembangan perikanan tangkap
agar selalu berdasarkan prinsip kehati-hatian.

1.5 Kerangka Pemikiran


Salah satu isu pembangunan di Provinsi Maluku Utara, sejak ditetapkan
sektor perikanan dan kelautan sebagai leading sector adalah upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan
konstribusi bagi sektor lain. Sebagai Provinsi kepulauan yang memiliki
karakteristik spesifik dengan potensi sumberdaya perikanan dianggap cukup
besar merupakan kekuatan dan peluang dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Minimnya data base pada sektor perikanan dan kelautan juga
merupakan kendala dalam menentukan kebijakan dalam upaya pemanfaatan
sumberdaya perikanan secara berkelanutan. Hal ini mendorong upaya untuk
mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran. Namun di sisi
yang lain kondisi sumberdaya perikanan Maluku Utara khususnya di wilayah
pantai cenderung mulai berkurang, sehingga hasil tangkapan terus mengalami
penurunan. Banyak pihak yang sekedar meningkatkan produksi tanpa berpikir
kelestarian sumberdaya ikan walaupun disadari hal ini akan berdampak pula
pada keberlanjutannya.
6

Upaya untuk mempertahankan eksistensi perikanan tangkap saat


sekarang dan masa yang akan datang maka perlu diterapkan konsep pengelolaan
perikanan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan konsep tersebut maka
langkah awal adalah dilakukannya kajian mendasar terhadap kondisi stok dari
setiap jenis ikan pelagis ekonomis penting, sehingga diharapkan dapat menjadi
informasi untuk pengelolaan sumberdaya ikan di Provinsi Maluku Utara.
Terdapat beberapa parameter yang dikaji terhadap setiap jenis ikan dalam
penelitian ini antara lain adalah potensi lestari (MSY), upaya optimum (fopt),
tingkat pemanfaatan dan pola musim penangkapan ikan.
Metode surplus produksi (model Fox) dipergunakan untuk menetukan nilai
potensi lestari dan upaya optimum. Selanjutnya nilai MSY tersebut
dibandingkan dengan total produksi ikan yang telah dicapai sehingga diperoleh
tingkat pemanfaatan dari setiap jenis ikan pelagis di Provinsi Maluku Utara.
Hasil analisis ini diharapkan memberikan informasi tentang berapa besar potensi
sumberdaya ikan yang telah dimanfaatkan. Selain itu informasi tersebut
digunakan untuk menentukan berapa banyak upaya tangkap yang telah dicapai.
Sedangkan metode rata-rata bergerak dipergunakan untuk mentukan nilai indeks
musim penangkapan (IMP). Selanjutnya nilai IMP dipergunakan untuk
menganalisis pola musim penangkapan ikan. Hasil analisis tersebut diharapkan
dapat memberikan informasi tentang waktu yang tepat untuk melakukan operasi
penangkapan ikan, sehingga pemanfaatan sumberdaya ikan tetap terkendali.
Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
7

PERMASALAHAN
Isu sumberdaya ikan melimpah
Penangkapan intensif dan tidak terkendali
Minimnya data base

Eksistensi perikanan tangkap


di Maluku Utara

Informasi dan analisis data

MSY dan fopt IMP

Tingkat pemanfaatan dan


pola musim penangkapan

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian tentang tingkat pemanfaatan dan


musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di
Provinsi Maluku Utara
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis


1) Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
Deskripsi morfologi dan meristik cakalang dari berbagai samudera
menunjukkan bahwa hanya ada satu spesies cakalang yang tersebar di seluruh
dunia, yaitu Katsuwonus pelamis (Waldron & King 1963) diacu dalam
(Simbolon 2003). Klasifikasi cakalang menurut FAO (1991) adalah sebagai
berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Subordo : Scombroidei
Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus
Spesies : K. pelamis
Badan memanjang, gelendong dengan penampang melintang bundar.
Kepala bagisn atas sampai awal dasar sirip punggung agak cembung. Sirip dada
pendek, badan kurang bersisik. Pangkal ekor ramping dengan plat tulang yang
kuat. Kepala dan badan bagian atas biru kehitaman, bagian bawah abu-abu
keperakan dan sirip-sirip kehitaman. Hidup diperairan pantai dan oseanis,
ukurannya dapat mencapai 100 cm, tersebar luas di perairan tropis dan sub tropis
(Paristiwady 2006).
Khususnya di kawasan timur Indonesia, ikan cakalang tersebar di wilayah
perairan terutama Laut Maluku, Laut Banda, Laut Seram dan Laut Sulawesi.
Perairan tersebut termasuk daerah migrasi kelompok ikan di Samudera Pasifik
bagian Selatan, khusus jenis ikan cakalang. Populasi cakalang yang dijumpai
memasuki perairan Timur Indonesia terutama mengikuti arus. Fluktuasi keadaan
lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap periode migrasi
musiman serta terdapatnya ikan di suatu perairan (Uktolseja et al. 1991).
Selajutnya Nontji (2002), menyatakan bahwa faktor pembatas yang penting bagi
keberadaan ikan cakalang di suatu perairan adalah suhu dan salinitas. Telah
9

diketahui bahwa cakalang hidup di perairan lapisan permukaan dengan suhu


16-32 C dan salinitas 32-36
Penentuan lokasi penangkapan ikan cakalang (Kasuwonus pelamis)
ditentukan oleh musim yang berbeda untuk setiap perairan. Penangkapan ikan
cakalang (Kasuwonus pelamis) secara umum dapat dilakukan sepanjang tahun.
Hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim bervariasi pula menurut lokasi
penangkapan. Saat dengan hasil lebih banyak dari biasanya disebut musim puncak
dan bila hasil penangkapan lebih sedikit dari biasanya disebut musim paceklik
(Nikijuluw 1986).

2) Ikan Tuna (Thunnus sp.)


Uktolseja et al. (1997) menyatakan bahwa tuna besar terdiri atas 7 spesies,
sedangkan yang tertangkap di perairan Indonesia ada 5 jenis yaitu: madidihang
(Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus), tuna albakora (Thunnus
alalunga), tuna abu-abu (Thunnus tongkol), dan tuna sirip biru selatan (Thunnus
maccoyii).
Penyebaran tuna terbanyak terdapat di Samudera Pasifik, dan terutama
tertangkap di perairan dalam. Daerah penangkapan yang baik sering ditemukan di
wilayah batas alih dua perairan yang berbeda, daerah pertemuan arus, daerah
upwelling dan daerah penyebaran arus. Beberapa petunjuk untuk menentukan
daerah penyebaran jenis tuna menurut Sumadhiharga (1971), antara lain :
(1) Tempat-tempat pertemuan arus dari daerah perairan sempit (dangkal) dengan
laut dalam atau daerah karang dan tebing yang merupakan fishing ground pada
laut dalam. Berdasarkan keadaan hidrografi dapat diketahui, bahwa putaran
arus pada dasar laut merupakan barier pada fishing ground laut dalam;
(2) Tempat-tempat yang terdapat arus yang mengalir dengan cepat atau di tempat
yang terdapat rintangan (karang, tebing, dan pulau);
(3) Tempat terjadinya convergensi dan divergensi antara arus yang berdekatan;
(4) Daerah arus eddy dari arus balik equator (equatorial counter current)
Menurut Gunarso (1988) beberapa daerah penangkapan ikan tuna di
Kawasan Timur Indonesi antara lain adalah: Laut Banda dan Laut Maluku.
Daerah ini diduga relatif subur seperti dilaporkan oleh Arifin (2006) bahwa
upwelling, front dan sebaran klorofil-a terjadi di perairan Maluku pada bulan Juli
10

dan Agustus. Tuna merupakan jenis ikan yang dalam kelompok ruaya akan
muncul sedikit di atas lapisan termoklin pada siang hari dan akan beruaya ke
lapisan permukaan pada sore hari. Sedangkan pada malam hari akan menyebar di
antara lapisan permukaan dan termoklin.

3) Ikan tongkol (Euthynnus sp. )


Secara umum tongkol teridir dari 2 genus dan 5 spesies dan diklasifikasikan
sebagai berikut (Collete & Nauen 1983).
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Subordo : Scombroidea
Famili : Scombridae
Genus : Eutynnus
Auxis
Spesies : E. Affinis; E. Alletteratus; E. lineatus
A. thazard; A. rochei
Ciri morofologi tongkol (Euthynnus affinis) adalah badan memanjang dan
penampang melintang agak bundar. Bentuk kepala bagian atas sampai awal dasar
sirip punggung agak cembung. Sirip dada pendek, ujung sirip tidak melewati
bagian depan area yang kurang bersisik. Kepala dan badan atas biru tuakehitaman,
bagian bawah abu-abu keperakan. Daerah yang kurang bersisik diatas garis rusuk
dengan garis-garis bergelombang menyilang kehitaman. Sirip perut dan dubur
keputihan. Sirip ekor, sirip dada dan sirip punggung kehitaman. Hidup di perairan
pantai dan oseanis, dapat mencapai 100 cm, tersebar luas di bagian tengah Indo-
Pasifik (Paristiwady 2006).
Sedangkan ciri morofologi tongkol (Auxis thazard) adalah badan
memanjang dengan penampang melintang bundar. Bentuk kepala bagian atas
sampai setelah mata hampir lurus, sampai awal dasar sirip punggung agak
cembung. Sirip dada pendek, ujung sirip melewati bagian depan area yang kurang
bersisik. Kepala dan badan bagian atas biru tuakehitaman, bagian bawah abu-abu
keperakan. Daerah yang kurang bersisik di atas garis rusuk dengan garis-garis
menyilang kehitaman. Sirip punggung, dada, perut dan dubur keputihan. Sirip
11

ekor kehitaman. Hidup di perairan pantai dan oseanis, dapat mencapai 58 cm,
tersebar luas di perairan tropis dan sub tropis (Paristiwady 2006).
Daerah penyebaran tongkol terutama di perairan Indonesia Timur dan
perairan yang berhadapan dengan Samudera Indonesia. Penangkapan dengan
menggunakan pancing tonda, huhate, jaring insang dan pukat cincin.

4) Layang (Decapterus sp.)


Lima jenis layang yang umum ditemukan di perairan Indonesia yakni
Decapterus russelli, Decapterus kurroides, Decapterus lajang, Decapterus
macrosoma, dan Decapterus maruadsi . Namun dari kelima species ikan layang
hanya Decapterus russelli yang mempunyai daerah penyebaran yang luas di
Indonesia mulai dari Kepulaan Seribu hingga Pulau Bawean dan Pulau
Masalembo. Decapterus lajang hidup di perairan yang dangkal seperti di Laut
Jawa (temasuk Selat Sunda. Selat Madura, dan Selat Bali) Selat Makassar, Ambon
dan Ternate. Decapterus macrosoma banyak dijumpai di Selat Bali dan
Pelabuhanratu. Decapterus maruadsi termasuk ikan yang berukuran besar, hidup
di laut dalam dan tertangkap pada kedalaman 1000 meter atau lebih (Nontji 2002)
Ikan layang tergolong ikan stenohaline (diatas 30) yang suka pada
perairan dengan salinitas 32-34. Sebagai ikan pelagis yang suka berkumpul
dan bergerombol, pemakan zooplanton serta senang pada perairan yang jernih,
banyak tertangkap pada perairan sejauh 20-30 mil dari pantai (Hardenberg 1937)
diacu dalam (Gunarso & Wiyono 1994).
Ciri morofologi layang (Decapterus russelli) adalah badan memanjang,
panjang kepala lebih besar daripada tinggi badan, panjang moncong lebih besar
daripada garis tanda mata, maxilla bagian belakang tidak mencapai bagian depan
mata, garis rusuk yang lurus dengan 30-31 sisik tebal. Kepala dan badan bagian
atas biru tua, bagian bawah putih keperakan, sirip punggung dan sirip dubur
sedikit kekuningan, sirip perut keputihan. Hidup di perairan pantai dengan ukuran
dapat mencapai 27 cm (Paristiwady 2006).
Ciri morofologi layang (Decapterus macrosoma) adalah badan memanjang
seperti cerutu. Bagian atas berwarna biru kehijauan, bagian bawah berwarna putih
perak, sirip-siripnya kuning pucat, satu totol hitam pada bagian atas penutup
insang dan pangkal sirip dada. Ukurannya panjangnya dapat mencapai 40 cm
12

(Direktorat Jenderal Prikanan 1979). Klasifikasi ikan layang menurut Direktorat


Jenderal Prikanan 1979) adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Carangidae
Genus : Decapterus
Species : D.russelli;D.kurroides;D. lajang;
D. macrosoma; D. maruadsi.

5) Kembung (Rastrelliger sp.)

Ikan kembung dibagi atas dua jenis yakni kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma). Kembung lelaki
mempunyai tubuh yang lebih langsing, dan biasanya terdapat diperairan yang
agak jauh dari pantai. Kembung perempuan sebaliknya mempunyai tubuh yang
lebih lebar dan lebih pendek, dijumpai di perairan dekat pantai.
Secara umum ikan kembung (Rastrelliger spp) berbentuk cerutu, badan
tinggi dan agak pipih, kepala bagian atas hingga mata hampir lurus sampai awal
dasar sirip punggung agak cembung. Panjang kepala sama atau lebih kecil
daripada tinggi badan. Sirip dada pendek, kepala dan badan bagian atas kehijauan,
bagian bawah putih keperakan. Pada kembung perempuan terdapat bercak-bercak
di badan yang membentuk garis kehitaman memanjang. Sedangkan kembung
lelaki di badan bagian atas terdapat strip kehitaman memanjang (Paristiwady
2006). Klasifikasi ikan kembung menurut Direktorat Jenderal Prikanan (1979)
adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Subordo : Scombroideae
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Species : R. brachysoma; R. kanagurta
13

Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) biasanya ditemukan di


perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai dengan kadar garam lebih dari
32 , sedangkan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) dijumpai di
perairan dekat pantai dengan kadar garam lebih rendah (Nontji 2002). Penyebaran
utama ikan kembung (Rastrelliger spp) adalah Kalimantan di perairan barat, timur
dan selatan serta Malaka, sedangkan daerah penyebarannya mulai dari Pulau
Sumatra bagian barat dan timur, Pulau Jawa bagian utara dan selatan, Nusa
Tenggara, Sulawesi bagian utara dan selatan, Maluku dan Irian Jaya (Direktorat
Jenderal Perikanan 1979). Jenis ikan ini biasanya ditangkap menggunakan sero,
jala lompa dan sejenisnya, kadang-kadang masuk trawl, jaring insang lingkar dan
pukat cincin.

6) Ikan julung-julung (Hemirhamphus sp)


Bentuk badan memanjang dengan rahang atas pendek membantuk paruh
sedangkan rahang bawah panjang dan membentuk segitiga. Sirip-sirip tidak
mempunyai jari-jari keras. Sirip punggung dan sirip dubur terletak jauh
dibelakang, sirip dada pendek. Garis rusuk terletak di badan bagian bawah
(Paristiwady 2006).
Daerah penyebaran terdapat diperairan pantai, lepas pantai, terutama
Indonesia Timur (Laut Flores, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut
Banda) dan perairan yang berbatasan dengan Samudera Indonesia. Tergolong ikan
pelagis lapisan atas. Penangkapan dengan soma antoni, jala oras, jala buang, soma
giob (Direktorat Jenderal Prikanan 1979).

2.2 Unit Penangkapan Ikan Pelagis

1) Huhate (Pole and line)


Pole and line merupakan alat tangkap yang terdiri dari jaron, tali pancing
dan mata pancing. Jaron terbuat dari bambu yang mempunyai kelenturan tinggi.
Pada mata pancing diikatkan tali rapiah yang warna-warni sedemikian rupa
sehingga menyerupai umpan. Umpan hidup merupakan salah satu faktor pembatas
yang sangat penting dalam pengoperasian pole and line. Umpan hidup ini
dimaksudkan untuk memikat dan menarik perhatian ikan agar muncul ke
14

permukaan laut serta untuk menahan schooling ikan agar tetap berada di dekat
lambung kapal (Kaneda 1995).
Ketika schooling ikan telah ditemukan, posisi kapal diusahakan berada di
bagian depan schooling. Untuk mempertahankan posisi tersebut, kapal sebaiknya
tetap bergerak sambil dilakukan penebaran umpan hidup ke perairan. Kapal baru
dihentikan jika ikan mengejar dan memakan umpan yang ditebarkan dan ABK
dapat memulai pemancingan. Pada saat pemancingan, umpan hidup tetap ditebar
dan dilakukan penyemburan air melalui water sprayer. Penyemburan air
dimaksudkan untuk menghalangi penglihatan ikan terhadap pemancing dan
sekaligus mengaburkan pandangan ikan sehingga langsung menerkam mata
pancing (Kaneda 1995).
Ikan yang menjadi tujuan utama dalam perikanan pole and line adalah
cakalang. Penyebaran cakalang ini lebih banyak terdapat di perairan kawasan
timur Indonesia dibandingkan dengan kawasan barat Indonesia. Dengan demikian,
pole and line banyak beroperasi di perairan kawasan timur Indonesia, seperti
Sorong, Bacan, Gorontalo dan Sulawesi Selatan (Monintja et al. 2001).

2) Pukat cincin (Purse seine)


Purse seine merupakan sejenis jaring lingkar yang aktif untuk menangkap
ikan pelagis besar dan kecil, dengan cara melingkarkan pada suatu gerombolan
ikan, kemudian bagian bawah jaring dikerucutkan sehingga ikan terkurung dan
pada akhirnya terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain prinsip
penangkapannya adalah melingkarkan untuk memperkecil ruang lingkup gerakan
ikan sehingga ikan-ikan hasil tangkapan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya
tertangkap. Dengan demikian fungsi jaring tersebut adalah sebagai dinding
penghalang dan bukan sebagai penjerat ikan.
Secara umum, konstruksi pukat cincin adalah mirip dengan pukat pantai.
Tetapi pada bagian bawah tali pemberat, pukat cincin dilengkapi dengan
rangkaian cincin terbuat dari logam yang diatur dengan jarak tertentu. Pukat
diangkat dengan cara menarik tali kerut (purse line) yang dipasang sepanjang
rangkaian cincin yang dilalui.
Pukat cincin dioperasikan oleh kapal dengan ukuran bervariasi mulai dari
ukuran kecil untuk panjang 15 meter (di pantai) sampai ukuran besar mencapai
15

100 meter yang beroperasi di laut lepas. Setelah mendeteksi gerombolan ikan,
operasi penangkapan dimulai dengan menjatuhkan pelampung tanda yang
terpasang pada salah satu ujung tali pukat. Sambil kapal bergerak, pukat
diturunkan hingga sempurna terpasang melingkari gerombolan ikan. Penarikan
dimulai dengan diangkatnya pelampung tanda, lalu tali kerut mulai ditarik
sehingga bagian bawah pukat menjadi tertutup. Kemudian pukat ditarik sampai
ikan terkonsentrasi dibagian kantong pukat.
Ayodhyoa (1981) mengemukakan bahwa tujuan penangkapan dengan
menggunakan purse seine adalah jenis ikan pelagic shoaling species yang berarti
ikan-ikan tersebut haruslah membentuk suatu gerombolan, berada dekat dengan
permukaan air (sea surface) dan jarak antara ikan dengan ikan lainnya haruslah
sedekat mungkin. Dengan kata lain per-satuan volume hendaklah jumlah individu
ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume
yang terbentuk oleh jaring akan dibatasi oleh ukuran dari jaring yang
dipergunakan.

3) Rawai (Longline)
Konstruksi pancing rawai (longline) terdiri dari tali utama (main line), tali
cabang (branch line), pancing (hook), tali pelampung (floating line), pelampung
(float), lampu-lampu pelampung (floating lights), bendera (flag) dan tiang bambo
(pole). Alat tangkap longline tersusun dalam basket, satu basket terdiri atas 4-13
pancing. Setiap kali operasi menggunakan sekitas 200-400 basket, atau sekitar
1000-2000 pancing, dengan panjang longline dapat mencapai 100 km (Nurani &
Wisudo 2007).
Subani & Barus (1989) membagi rawai tuna menjadi rawai tuna mini,
sedang dan besar. Rawai tuna mini (mini tuna long line) mempunyai ukuran:
panjang tali utama 25-40 m, bahan kuralon dengan tali cabang 4 buah.
Dioperasikan pada kedalaman 50-120 m. Dalam keadaan direntangkan panjang
keseluruhan tali pancing dapat mencapai 21 km dengan catatan bila kerutan tali
0,65%. Rawai tuna sedang mempunyai ukuran panjang tali utama 40-50 m, bahan
kuralon, memakai 6 buah tali cabang. Kapal yang digunakan berukuran 20-30 GT.
Dioperasikan pada kedalaman 90-195 m. Dalam keadaan direntangkan panjang
keseluruhan tali pancing dapat mencapai 57,5 km dengan catatan bila kerutan tali
16

0,60%. Rawai tuna besar mempunyai ukuran panjang tali utama 55-65 m, bahan
kuralon, memakai 13 buah tali cabang. Kapal yang digunakan berukuran 100-200
GT. Dioperasikan pada kedalaman 100-350 m. Dalam keadaan direntangkan
panjang keseluruhan tali pancing dapat mencapai 73,6 km dengan catatan bila
kerutan tali 0,55%.

4) Jaring insang (Gillnet)


Jaring insang termasuk alat tangkap yang selektif artinya besar mata jaring
dapat disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan ditangkap. Jaring insang
dioperasikan dengan tujuan menghadang ruaya gerombolan ikan. Ikan-ikan yang
tertangkan pada jaring insang umumnya terjerat pada mata jaring atau terbelit
pada tubuh jaring. Baskoro (2006) menyatakan bahwa pada umumnya ikan-ikan
yang menjadi tujuan penangkapan ialah jenis ikan yang horizontal migration-nya
amupun vertical migration-nya tidak seberapa aktif, dengan perkataan lain
migrasi ikan-ikan tersebut pada suatu large layer/depth tertentu.
Operasi penangkapan dimulai dengan menjatuhkan pelampung tanda dan
pemberat, kemudian dilakukan penurunan jaring. Waktu penangkapan dilakukan
pada setiap waktu dengan catatan warna jaring tidak terlihat oleh ikan. Oleh
karena itu warna jaring sering sama dengan warna perairan (Sudirman & Mallawa
2004).

5) Pukat pantai (Beach seine)


Pengoperasian pukat pantai berdasarkan prinsip mengelilingi gerombolan
ikan dengan jaring yang meggunakan ukuran mata tertentu sehingga ikan tidak
tersangkut dan terperangkap oleh cakupan jaring. Pukat pantai merupakan suatu
jaring dengan ketinggian umumnya 5 sampai dengan 10 meter. Pada bagian atas
jaring dilengkapi dengan tali pelampung dan dibagian bawahnya dengan tali
pemberat untuk mencapai kestabilan bukaan jaring di air. Pada bagian ujung pukat
ini masing-masing dilengkapi dengan tali penarik yang panjang (Mangga Barani
2006).
Pengoperasian dilakukan dengan bantuan perahu kecil, sedangkan penarikan
pukat dilakukan oleh banyak orang (nelayan) karena memerlukan tenaga yang
cukup. Ikan akan terkurung antara pukat dengan pantai dan akhirnya tertangkap.
Pada beberapa kasus, pengoperasian pukat pantai menggunakan lampu sebagai
17

alat bantu untuk pengumpulan ikan. Ikan target penangkapan adalah ikan-ikan di
habitat bagian dalam perairan pantai baik demersal maupun pelagis.

6) Bagan (Lifnet)
Penangkapan ikan dengan menggunakan bagan adalah dengan cara menarik
perhtian ikan ke dalam cakupan jaring yang sudah dipasang di bawah perairan.
Untuk menarik perhatian ikan digunakan lampu sebagai alat bantu. Jaring yang
sudah terpasang dengan cepat diangkat bersamaan pada setiap ujungnya sehingga
melingkupi ikan-ikan yang telah terkumpul mendekati cahaya lampu.
Jaring diturunkan pada kedalaman tertentu melalui tiang-tiang bagan yang
menjulang. Setelah jaring terpasang maka lampu-lampu penerangan dinyalakan
untuk menarik perhatian dan mengkonsentrasikan gerombolan ikan di sekitar
perahu. Tahap selanjutnya adalah menunggu ikan masuk ke dalam cakupan jaring.
Setelah ikan banyak berkumpul maka dilakukan penarikan pada setiap ujung
jaring secara secara bersamaan. Sedangkan ikan target penangkapan dengan bagan
adalah sebagian besar ikan pelagis kecil namun ada juga pelagis besar.

7) Pancing tonda (Trol line)


Konstruksi pancing tonda terdiri dari tali pnjang, mata pancing, tanpa
pemberat. Pada umumnya menggunakan umpan baik jenis ikan maupun tiruan.
Penangkapan dengan pancing tonda dilakukan pada siang hari, dengan
nenggunakan perahu maupun kapal motor secara horizontal menelusuri lapisan
permukaan air. Biasanya tiap perahu membawa lebih dari dua buah pancing yang
ditonda sekaligus. Ikan target tangkapan adalah cakalang, tongkol dan madidihang
dan lain-lain sebagainya.

2.3 Model Surplus Produksi


Pemanfaatan sumberdaya ikan umumnya didasarkan pada konsep hasil
maksimum yang lestari (maximum sustainable yield), yaitu hasil tangkapan
terbesar yang dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh suatu perikanan. Konsep
MSY didasarkan atas suatu model yang sangat sederhana dari suatu populasi ikan
yang dianggap sebagai unit tunggal. Konsep ini dikembangkan dari kurva biologi
yang menggambarkan yield sebagai fungsi dari effort dengan suatu nilai
maksimum yang jelas, terutama bentuk parabola dari Schaefer yang paling
18

sederhana (Widodo & Suadi 2006). Inti dari konsep ini adalah menjaga
keseimbangan biologi dari sumberdaya ikan, agar dapat dimanfaatkan secara
maksimum dalam waktu yang panjang.
Lebih lanjut Widodo & Suadi (2006) menyatakan bahwa MSY memiliki
beberapa keuntungan antara lain bahwa konsep ini didasarkan pada gambaran
yang sederhana dan mudah dimengerti atas reaksi suatu stok ikan terhadap
penangkapan. Setiap nelayan akan memahami bahwa dari stok yang berukuran
kecil hanya mampu menghasilkan hasil tangkapan yang kecil, dan demikian juga
sebaliknya, atau sederhananya sejumlah hasil tangkapan yang tidak terlalu besar
tidak akan mampu menurnkan stok tersebut. Selain itu MSY ditentukan dengan
suatu ukuran fisik yang sederhana, yakni berat atau jumlah ikan yang ditangkap,
sehingga menghindarkan perbedaan-perbedaan dalam wilayah suatu negara
ataupun antar negara, dibandingkan dengan kriteri lainnya (misalnya harga hasil
tangkapan atau penurunan biaya operasional).
Pengelolaan sumberdaya ikan seperti ini berorientasi pada sumberdaya
(resources oriented) yang lebih ditunjukkan untuk melestarikan sumberdaya dan
memperoleh hasil tangkapan meksimum yang dapat dihasilkan dari sumberdaya
tersebut. Namun menurut Fauzi (2004) pengelolaan sumberdaya ikan dengan
menggunakan pendekatan MSY mempunyai kelemahan antara lain: (1) tidak
bersifat stabil, karena perkiraan stok yang meleset sedikit saja bisa mengarah ke
pengurasan stok, (2) tidak memperhitungkan nilai ekonomis apabila stok ikan
tidak dipanen, dan (3) sulit diterapkan pada kondisi dimana perikanan memiliki
ciri ragam jenis. Sedangkan menurut Suseno (2007), terlepas dari kelemahan yang
dimiliki dari pendekatan MSY dalam pengelolaan perikanan, tetapi kita harus
percaya pendekatan itu merupakan konsep yang bermanfaat. Setidaknya ada dua
alasan yang menyertainya. Pertama, MSY merupakan landasan utama bagi
beberapa negara dalam menetapkan tujuan pengelolaan perikanan. Kedua, MSY
merupakan batas ukuran dari hasil tangkapan.
Penentuan nilai MSY dan upaya pemanfaatan yang optimum diperlukan
sebagai informasi dasar untuk menetapkan tingkat pemanfaatan yang
diperbolehkan. Sebagai salah satu tolak ukur pengelolaan, telah ditetapkan bahwa
jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan (JTB) atau dikenal di dunia perikanan
19

dengan istilah total allowable catch (TAC) untuk wilayah pengelolaan perikanan
adalah sebesar 80% dari potensi lestarinya atau MSY. Selain menentukan nilai
MSY, ditentukan pula nilai catch per unit effort (CPUE) dan upaya optimum yang
dapat dilakukan di wilayah pengelolaan perikanan (Murdiyanto 2004).
Dengan demikian maka dalam aspek pengelolaan sumber daya perikanan
parameter MSY dan hubungan antara hasil tangkapan dan upaya penangkapan
atau CPUE sering digunakan dalam perhitungan untuk mempertimbangkan
tindakan pengelolaan atau peraturan yang akan diberlakukan.

2.4 Standarisasi Upaya Tangkap


Setiap jenis alat tangkap mampu menangkap berbagai jenis ikan di suatu
daerah penangkapan. Bila di suatu daerah terdapat berbagai alat tangkap maka
salah satunya harus dipakai sebagai standar dan alat tangkap yang lain
distandarisasikan terhadap alat tangkap tersebut. Hal ini disebabkan kemampuan
tangkap dari masing-masing alat tangkap tersebut berbeda-beda dalam menangkap
suatu jenis ikan (Gulland 1983).
Standarisasi alat tangkap perlu dilakukan sebelum melakukan perhitungan
catch per unit effort (CPUE), yaitu dengan cara membandingkan hasil tangkapan
per unit upaya masing-masing alat tangkap (Gulland 1983). Standarisasi bertujuan
untuk menyeragamkan satuan-satuan yang berbeda menjadi satuan upaya (jumlah
satuan operasi) yang sama. Alat tangkap yang digunakan sebagai standar adalah
jenis alat tangkap yang paling dominan menangkap jenis ikan tertentu di suatu
daerah (mempunyai laju tangkapan rata-rata per CPUE terbesar pada periode
waktu tertentu) dan memiliki nilai faktor daya tangkap (fishing power index, FPI)
sama dengan satu. FPI dari masing-masing alat tangkap lainnya dapat diketahui
dengan cara membagi laju tangkapan rata-rata masing-masing alat tangkap dengan
laju tangkapan rata-rata alat tangkap yang dijadikan standar (Gulland 1983).

2.5 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan


Untuk mengusahakan agar sumberdaya perikanan dapat dimanfaatkan
terus menerus secara maksimal dalam waktu yang tidak terbatas maka laju
kematian karena penangkapan perlu dibatasi sampai pada suatu titik tertentu.
Murdiyanto (2004) menyatakan bahwa perhitungan tentang upaya penangkapan
dan stok ikan memerlukan dukungan data riwayat pendaratan ikan yang dilakukan
20

dari tahun ke tahun di suatu lokasi pendaratan ikan. Jumlah tangkapan per tahun
tidak akan menjadi informasi yang penting tanpa adanya informasi tentang
kecenderungan fluktuasi pendaratan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu yang
cukup panjang. Pemantauan terhadap perubahan nilai hasil tangkapan per unit
upaya secara terus menerus dan menjaganya tetap berada dalam keadaan yang
aman masih merupakan cara yang biasa dipakai dalam pengelolaan sumberdaya
ikan.
Kebijakan untuk mengupayakan tercapainya tingkat pemanfaatan yang
optimal antara kapasitas stok yang terkandung dalam sumberdaya ikan di setiap
wilayah penangkapan ikan dan hasil tangkapannya adalah hal yang sangat penting
dalam menuju tercapainya pelaksanaan usaha perikanan yang berkelanjutan.
Apabila tingkat penangkapan ikan menjadi tinggi hingga melampaui kapasitas
stok ikan yang tersedia di suatu wilayah penangkapan ikan maka akan terjadi
penangkapan yang berlebihan (overfishing) yang ditandai dengan gejala pada
suatu sumberdaya ikan antara lain adalah; 1) hasil tangkapan nelayan semakin
menurun dari waktu-kewaktu 2) daerah penangkapan (fishing ground) semakin
jauh dan 3) ukuran ikan yang tertangkap semakin kecil (Widodo 2003).
Tingkat penangkapan yang melebihi nilai MSY dan menyebabkan peristiwa
lebih tangkap dapat mengakibatkan menurunnya hasil tangkapan per satuan upaya
atau catch per unit effort (CPUE) (Murdiyanto 2004).
Sebaliknya apabila tingkat pemanfaatan di suatu wilayah penangkapan
berada di bawah angka MSY maka akan terjadi apa yang disebut sebagai under
utilization atau tingkat pemanfaatan yang belum optimal, artinya walaupun tidak
membahayakan ketersediaan stok ikan akan tetapi sumberdaya ikan tersebut
masih kurang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan makanan dari laut,
banyak ikan yang mati secara alami tanpa dimanfaatkan (Murdiyanto 2004).

2.6 Musim Penangkapan Ikan


Fluktuasi hasil tangkapan dipengaruhi oleh keberadaan ikan, jumlah upaya
penangkapan dan tingkat keberhasilan operasi penangkapan. Respon ikan
terhadap musim antara lain akan mendekati atau menjauhi suatu daerah, mudah
atau sulit untuk ditangkap, menyebar atau bergerombol dan terjadinya perubahan
stok perikanan karena kondisi oseanografi. Respon upaya penangkapan ikan
21

terhadap musim di antaranya adalah banyaknya ikan yang ditangkap, keadaan


cuaca dan keuntungan yang diperoleh. Hasil tangkapan tidak hanya dipengaruhi
oleh kelimpahan ikan pada suatu saat, tetapi bergantung juga pada jumlah unit dan
efisiensi unit alat tangkap, lamanya operasi penangkapan dan ketersediaan ikan
yang akan ditangkap (Laevastu & Favorite 1988).
Untuk dapat melakukan operasi penangkapan dengan efisien diperlukan
adanya informasi yang tepat seperti saat musim penangkapan yang baik. Informasi
mengenai pola musim penangkapan digunakan untuk menentukan waktu yang
tepat dalam pelaksanaan operasi penangkapan. Perhitungan pola musim
penangkapan menggunakan data hasil tangkapan dan upaya penangkapan bulanan.
Pola musim penangkapan seperti halnya data lainnya yang bersifat musiman dapat
dianalisis dengan menggunakan pendekatan metode rata-rata bergerak (moving
average) yang dikemukakan oleh Dajan (1986).
Lebih lanjut Dajan (1986) menyatakan keuntungan menggunakan metode
rata-rata bergerak yaitu dapat mengisolasi fluktuasi musiman sehingga dapat
menentukan saat yang tepat untuk melakukan operasi penangkapan dan dapat
menghilangkan trend atau kecenderungan yang bisa dijumpai pada metode deret
waktu. Kerugian dari metode ini adalah tidak dapat menghitung pola musim
penangkapan sampai tahun terakhir data.
3 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan penelitian dibagi dalam 2 tahapan berdasarkan waktu
kegiatan, yaitu :
(1) Pelaksanaan penelitian lapangan selama 2 bulan (September- Oktober 2006),
yaitu pengambilan data primer dan sekunder secara langsung di lapangan.
(2) Pelaksanaan analisis pengolahan data dan penyusunan tesis selama 6 bulan
(November 2006-April 2007).
Penelitian ini dilakukan di wilayah Provinsi Maluku Utara, yang meliputi
Bacan Kabupaten Halmahera Selatan, Tobelo Kabupaten Halmahera Utara, dan
Kota Ternate. Dipilihnya daerah-daerah tersebut menjadi lokasi penelitian
karena pada ketiga daerah ini terdapat aktivitas nelayan yang sangat dominan
dalam kegiatan penangkapan ikan pelagis dibandingkan dengan daerah-daerah
lain dan wilayah tersebut merupakan pusat pendaratan ikan utama di Provinsi
Maluku Utara. Peta wilayah Maluku Utara dan lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 2.

PETA
LOKASI PENELITIAN

Gambar 2 Peta lokasi penelitian


23

3.2 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan


observasi lapangan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data produksi dan upaya
tangkap tahunan ikan pelagis antara lain tuna, cakalang, tongkol, layang, kembung
dan julung-julung di diperoleh dari laporan statistik perikanan tangkap Provinsi
Maluku Utara. Dipilihnya jenis ikan tersebut, berdasarkan hasil observasi di
lapangan bahwa jenis ikan ini mengalami tekanan penangkapan yang lebih
intensif dibandingkan jenis ikan pelagis yang lain. Data produksi dan upaya
penangkapan ikan bulanan (1998-2005) dikumpulkan dari Pelabuhan Perikanan
Nusantara Ternate.
Untuk pemutakhiran data produksi dan upaya penangkapan ikan maka
dilakukan wawancara dan diskusi mendalam dengan Kasudin Produksi dan
Kasubag Perencanaan dan Pelaporan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Maluku Utara. Sedangkan data produksi dan upaya penangkapan bulanan
diverivikasi dengan mengadakan diskusi mendalam dengan Kepala seksi
pendaratan ikan dan petugas pencatatan hasil timbangan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Ternate. Data meteorologi berupa curah hujan dan kecepatan angin
rata-rata periode 10 tahun di peroleh dari Stasiun Meteorologi Babullah Ternate.
Data lainnya yang dikumpulkan untuk menggambarkan kondisi pemanfaatan
setiap jenis ikan saat sekarang serta daerah dan musim penangkapan ikan adalah
data primer dari hasil wawancara dengan nelayan. Nelayan diminta untuk
menjelaskan di mana biasa melakukan penangkapan ikan berdasarkan
bulan/musim ikan dengan menggunakan pendekatan wawancara langsung dengan
alat bantu peta. Nelayan suatu jenis alat tangkap diminta untuk menunjukkan
daerah operasi penangkapan pada setiap bulan dan menentukan hasil tangkapan
utamanya. Selain itu data posisi pemasangan rumpon diperoleh dari Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, dan data sebaran ikan diperoleh
dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP).
24

3.3 Metode Analisis Data


3.3.1 Analisis tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan

1) Produktivitas alat tangkap


Perhitungan CPUE bertujuan untuk mengetahui laju tangkapan upaya
penangkapan ikan yang didasarkan pada pembagian total hasil tangkapan (catch)
dengan upaya penangkapan (effort). Rumus yang digunakan untuk mengetahui
nilai CPUE adalah sebagai berikut (Gulland 1983).

ci
CPUE = ...............................................................................................(1)
fi
Keterangan :
ci : Hasil tangkapan ke-i (kg)
fi : Upaya penangkapan-i (trip)
CPUEi : Hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan ke-i (kg/trip)

2) Standarisasi alat tangkap


Standarisasi alat tangkap dalam rangka menghitung potensi sumberdaya ikan
penting dilakukan mengingat setiap jenis ikan dapat ditangkap dengan
menggunakan lebih dari satu jenis alat tangkap. Menurut Gulland (1983) bahwa
jika di suatu perairan terdapat berbagai jenis alat tangkap maka salah satu alat
tangkap dapat dipakai sebagai alat tangkap standar, sedangkan alat tangkap yang
lainnya dapat distandarisasikan terhadap alat tangkap tersebut. Standarisasi
terhadap alat tangkap yang lain bertujuan untuk menyeragamkan satuan-satuan
upaya yang berbeda sehingga dapat dianggap upaya penangkapan yang sama
dengan alat tangkap standar. Alat tangkap yang ditetapkan sebagai alat tangkap
standar dipilih dari alat tangkap yang mempunyai nilai produktivitas yang paling
tinggi dengan asumsi setiap jenis alat tangkap yang distandarisasi tidak
mengalami perubahan baik dari segi ukuran maupun teknologinya selama periode
pengamatan. Alat tersebut diberi nilai FPI (fishing power index) = 1. Perhitungan
FPI (Spare & Venema 1999), yaitu:
Ci
CPUEi = ;
fi
Cs
CPUEs = ;
fs
25

CPUEi
FPIi = .................................................................................(2)
CPUEs
CPUEs
FPIs = ...................................................................................(3)
CPUEs
Std Efforti = Fpii x fi.............................................................................(4)
Std Efforts = FPis x fs.............................................................................(5)
Std Effort total = (FPIi X fi) + (FPIs X fs)............................................(6)
Keterangan :
Cs Hasil tangkapan (catch) per tahun alat tangkap standar (kg)
:
fs Upaya penangkapan (effort) per tahun alat tangkap standar (trip)
:
Ci Hasil tangkapan (catch) per tahun jenis alat tangkap lain (kg)
:
fi Upaya penangkapan (effort) per tahun alat tangkap lain (trip)
:
CPUEs :
Hasil tangkapan per upaya penangkapan tahunan alat tangkap
standar (kg/trip)
CPUEi : Hasil tangkapan per upaya penangkapan tahunan alat tangkap
lain (kg/trip)
FPIs : Faktor daya tangkap jenis alat tangkap standar
FPIi : Faktor daya tangkapa jenis alat tangkap lain

3) Metode surplus produksi


Salah satu metode pendugaan stok ikan adalah metode surplus produksi
(surplus production methods). Metode ini digunakan dalam perhitungan potensi
lestari maksimum (MSY) dan upaya penangkapan optimum dengan cara
menganalisis hubungan upaya penangkapan dengan hasil tangkapan per satuan
upaya (CPUE). Metode ini dapat menggambarkan keadaan stok ikan sebelumnya
dan dapat juga meramalkan yang akan datang berdasarkan data hasil tangkapan
ikan dan upaya penangkapan. Suatu stok dianggap sebuah kumpulan besar
biomassa dan sama sekali tidak berpedoman atas umur dan ukuran panjang ikan
dengan pertimbangan bahwa jumlah biomassa stok tetap dan adanya aktivitas
usaha perikanan, maka dapat diduga bahwa semakin banyak jumlah kapal (effort),
akan semakin kecil bagian masing-masing kapal (Gulland 1983).
Dalam penggunaan metode surplus produksi, maka beberapa asumsi dasar
yang harus diperhatikan:
(1) Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal tanpa memperhatikan struktur
populasinya
(2) Penyebaran ikan pada setiap periode dalam wilayah perairan dianggap merata
(3) Stok ikan dalam keadaan seimbang
26

(4) Masing-masing unit penangkapan ikan memiliki kemampuan yang sama


Metode produksi surplus terdiri dari model Schaefer dan model Fox. Tidak
dapat dibuktikan bahwa salah satu model tersebut lebih baik dari model yang lain.
Pemilihan salah satu model didasarkan pada kepercayaan bahwa salah satu model
tersebut paling rasional dan mendekati keadaan sebenarnya atau paling sesuai
dengan data yang ada (Spare & Venema 1999). Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai
R2 atau koefisien determinasi. Menurut Sokal dan Rohlf (1981) koefisien
determinasi adalah nilai yang menyatakan besarnya perubahan variabel y karena
peubah variabel x. Model yang memiliki nilai R2 terbesar adalah model yang
sesuai untuk digunakan dalam menganalisis data tersebut karena menunjukkan
bahwa peubah x berpengaruh besar terhadap peubah y.
Langkah-langkah pengolahan data dalam metode produksi surplus model
Fox adalah sebagai berikut:
(1) Menjumlahkan hasil tangkapan dari tiap-tiap alat tangkap yang digunakan
untuk menangkap setiap jenis ikan
(2) Menjumlahkan effort standar dari setiap jenis ikan
(3) Menghitung produktivitas (CPUE) standar dengan membandingkan jumlah
hasil tangkapan dengan jumlah effort standar
(4) Karena model Fox yang digunakan maka, nilai CPUE standar dilogaritmakan
atau Ln CPUE
(5) Memplotkan nilai effort standar (x) dan nilai Ln CPUE (y) untuk menduga
nilai c dan d dengan regresi linier
(6) Membuat simulasi agar dapat menentukan kurva pendugaan model Fox
(7) Menghitung pendugaan potensi lestari (MSY) dan upaya optimum (effort
optimum)
Besarnya parameter c dan d secara matematik dapat dicari dengan
menggunakan persamaan regresi sederhana dengan rumus y = c + bx.

( yi d xi) n xiyi ( xi)( yi)


c= ; d= ...................................(7)
n n xi2 ( xi) 2
Keterangan:
xi = Upaya penangkapan pada periode-i; dan
yi = Hasil tangkapan per satuan upaya pada periode-i
27

Rumus-rumus untuk mencari potensi lestari (MSY) hanya berlaku bila


parameter d bernilai negatif, artinya penambahan upaya penangkapan akan
menyebabkan penurunan CPUE. Bila dalam perhitungan diperoleh nilai b positif,
maka perhitungan potensi dan upaya penangkapan optimum tidak dilanjutkan,
akan tetapi hanya dapat disimpulkan bahwa penambahan upaya penangkapan
masih memungkinkan untuk meningkatkan hasil tangkapan.
Perhitungan nilai potensi lestari (MSY) dan upaya optimum (fopt) dengan
menggunakan rumus Fox adalah sebagai berikut:
Ln CPUE = c + d x fi
Hubungan antara effort standar (fstd) terhadap Ln CPUEstd adalah:
y = f x exp (c + d x f)
Nilai upaya optimum:
1
fopt = .....................................................................................................(8)
d
Nilai potensi lestari:
1
MSY = exp(c 1) ............................................................................(9)
d
Keterangan :
c : Intercept
d : Slope
fi : Upaya penangkapan pada tahun ke-i (trip)
fopt : Upaya penangkapan optimum (trip/tahun)
MSY : Nilai potensi maksimum lestari (kg/tahun)
Untuk menentukan tingkat pemanfaatan setiap jenis ikan pelagis ekonomis
penting dihitung dengan cara mempersentasekan jumlah hasil tangkapan pada
tahun tertentu terhadap nilai MSY. Rumus dari tingkat pemanfaatan adalah :
ci
Tpi = X 100% ..........................................................................................(10)
MSY
Keterangan :
Tpi : Tingkat pemanfaatan pada tahun ke-i
ci : Hasil tangkapan pada tahun ke-i (kg)
MSY : Nilai potensi maksimum lestari (kg/tahun)

Tahapan penentuan tingkat pemanfaatan beberapa jenis ikan pelagis


ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara disajikan pada Gambar 3.
28

Data statistik perikanan

Dinas Perikanan dan Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan


Provinsi Maluku Utara (2000-2005) Kabupaten Halmahera Barat
(1998-1999)
Dinas Perikanan dan Kelautan
Halmahera Tengah(1998-1999)
Dinas Perikanan dan Kelautan
Kota Ternate(1998-1999)

Penggabungan data statistik


perikanan tangkap (1998-1999)

Data produksi tahunan dan unit penangkapan

Menghitung CPUE

Standarisasi upaya tangkap

Menghitung CPUE standar

Metode surplus produksi (Model Fox)

Menentukan:
MSY, fopt

Menentukan:
tingkat pemanfaatan

Gambar 3 Tahapan penentuan tingkat pemanfaatan beberapa jenis ikan pelagis


ekonomispenting di Provinsi Maluku Utara
29

3.3.2 Analisis pola musim penangkapan ikan


Data hasil tangkapan dari masing-masing ikan pelagis dominan dianggap
merupakan indikator keberadaannya pada suatu daerah penangkapan. Data hasil
tangkapan bulanan masing-masing ikan pada tempat pendaratan dianalisis
berdasarkan perbandingan antara berat total ikan yang didaratkan dengan
banyaknya upaya yang dilakukan pada bulan tersebut (CPUE). Banyaknya upaya
penangkapan dihitung dari jumlah kapal yang melakukan pendaratan ikan pada
bulan yang bersangkutan. Secara matematik CPUE tersebut dapat dituliskan
sebagai berikut :
ci
CPUE = ..................................................................................................(11)
fi
Keterangan :
CPUE : Jumlah total tangkapan per upaya penangkapan bulan ke-i (kg/trip)
ci : Total hasil tangkapan bulan ke-i (kg)
fi : Total upaya penangkapan bulanan ke-i (trip)
Pola musim penangkapan dianalisis dengan menggunakan pendekatan
metode rata-rata bergerak (moving average) seperti yang dikemukakan oleh
Dajan (1986). Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
(1) Menyusun deret CPUEi bulan Januari 1997 sampai Desember 2005
ni = CPUEi.................................................................................................(12)
Keterangan :
i : 1,2,3,......,108
ni : CPUE urutan ke-i
(2) Menyusun rata-rata bergerak CPUE selama 12 bulan (RG)
1 i +5
RGi = CPUE ................................................................................(13)
12 i =i 6
Keterangan :
Rgi : Rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i
CPUEi : CPUE urutan ke-i
i : 6,7,...,...n-5
(3) Menyusun rata-rata bergerak CPUE terpusat (RGP)
1 i =1
RGPi = RGi ...................................................................................(14)
2 i =i
Kererangan :
RGPi : Rata-rata bergerak CPU terpusat ke-i
RGi : Rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i
30

(4) Rasio rata-rata bulan (Rb)


CPUEi
Rbi = ............................................................................................(15)
RGPi
Keterangan :
Rbi : Rasio rata-rata bulan urutan ke-i
CPUEi : CPUE urutan ke-i
i : 6,7,...,...n-5
(5) Menyusun nilai rata-rata dalam suatu matrik berukuran i x j yang disusun
untuk setiap bulan, yang dimulai dari bulan juni-juli. Selanjutnya menghitung
nilai total rasio rata-rata tiap bulan, kemudian menghitung total rasio rata-rata
secara keseluruhan dan pola musim penangkapan.
1) Rasio rata-rata untuk bulan ke-i (RBBi)
1 n
RBBi = RBij ................................................................................(16)

n j =1

Keterangan :
RBBi : Rata-rata Rbij untuk bulan ke-i
Rbij : Rasio rata-rata bulanan dalam matriks ukuran i x j
i : 1,2...,...12
j : 1,2,3...,..., n
2) Jumlah rasio rata-rata bulanan (JRBB)
12
JRRB = RRBi
i =i

Keterangan :
JRRB : Jumlah rasio rata-rata bulan
RBBi : Rata-rata Rbij untuk bulan ke-i
i : 1,2...,...12
3) Menghitung faktor koreksi:
1200
FK = ............................................................................................(17)
JRBB
Keterangan :
FK : Nilai faktor koreksi
JRBB : Jumlah rasio rata-rata bulanan
4) Indeks musim penangkapan
IMPi = RRBi x FK..................................................................................(18)
Keterangan :
IMPi : Indeks musim penangkapan bulan ke-i
RBBi : Rasio rata-rata untuk bulanan ke-i
i : 1,2,3,...,...12
31

Nelayan: Ternate, Pelabuhan Perikanan Studi Literatur


Bacan dan Tobelo Nusantara Ternate

Dinas Perikanan dan


Data produksi dan
Kelautan Provinsi Data:
unit penangkapan ikan
Maluku Utara Cuaca dan
oseanografi
Menghitung CPUE
Balai Riset Kelautan
dan Perikanan
Standarisasi
Data: upaya tangkap
Daerah dan musim
penangkapan ikan Menghitung CPUE
d
Data:
Posisi rumpon Pendekatan metode
rata-rata bergerak
Data:
Posisi sebaran ikan Menentukan indeks Hubungan IMP
berdasarkan bulan musim penangkapan dengan cuaca
Ikan dan oseanografi

Arcview GIS 3.3 Pola musim

Pemetaan daerah Diskripsi daerah dan


pemanfaatan ikan musim penangkapan
pelagis penangkapan ikan

Gambar 4 Tahapan analisis pola musim penangkapan ikan dan hubungannya


dengan kondisi lingkungan dan daerah penangkapan ikan di Provinsi
Maluku Utara
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah

4.1.1 Letak geografis


Secara geografis kedudukan wilayah Provinsi Maluku Utara terletak antara
3 LU-3 oLS dan antara 124 oBT-129 oBT, dengan batas-batas wilayah sebagai
o

berikut :
Sebelah Utara dengan Samudera Pasifik
Sebelah Selatan dengan Laut Seram dan Laut Banda
Sebelah Timur dengan Selat Halmahera
Sebelah Barat dengan Laut Maluku
Sedangkan secara administrasi Provinsi Maluku Utara terdiri dari
6 kabupaten dan 2 kota dengan luas keseluruhan + 145.819,1 km2.

4.1.2 Karakteristik iklim


Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi sehari-hari dimana unsur
penyusun iklim utama adalah temperatur dan curah hujan, sehingga untuk
mengetahui tipe iklim suatu wilayah perlu mengetahui karakteristik temperatur
dan curah hujan. Provinsi Maluku Utara dipengaruhi oleh iklim tropis dengan
suhu udara berkisar antara 27 oC-30 oC dengan curah hujan rata-rata antara 1000 -
2000 mm/tahun. Kelembaban nisbi rata-rata yang tercatat pada stasiun
Metereologi Babullah Ternate (1997) adalah 71% (higher) pada bulan Agustus
dan 87% (lower) pada bulan Februari.
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson wilayah ini beriklim tipe A dan
B, sedangkan menurut klasifikasi Koppen bertipe A. Wilayah Provinsi Maluku
Utara dipengaruhi oleh 4 musim, yaitu musim utara atau barat dan musim selatan
atau timur dan 2 musim peralihan. Musim angin berlangsung setiap tahun dengan
kecepatan rata-rata 12 km/jam yang dipengaruhi oleh keadaan angin musim utara
dan musim selatan diselingi musim pancaroba yang merupakan transisi antara
kedua musim tersebut. Musim utara terjadi pada bulan Oktober hingga Maret dan
musim selatan terjadi pada bulan April hingga September.
Data Stasiun Meteorologi Babullah Ternate pada tahun 1999 menunjukkan
bahwa musim hujan jatuh pada bulan Desember-Mei dengan curah hujan tertinggi
33

pada bulan Mei (336 mm) dengan jumlah hari hujan 11-21 hari dan curah hujan
terendah pada bulan Oktober (6 mm) dengan jumlah hari hujan 3-4 hari. Suhu
udara maksimum berkisar 29,5-32,3 oC dan suhu minimum berkisar 22,1-24,1oC
dengan suhu rata-rata 26,6 oC. Kelembaban nisbi berkisar 75-87% dengan rata-
rata 80,3%. Persentase penyinaran matahari rata-rata berkisar 37% (Pebruari)-
97% (Agustus). Kecepatan angin pada bulan Nopember-Mei bertiup dari arah
barat daya dengan kecepatan maksimum 24 knot, bulan Juni-September bertiup
dari arah selatan dengan kecepatan maksimum 21 knot.

4.1.3 Krakteristik oseanografi


Informasi dasar tentang kondisi lingkungan perairan sangat diperlukan
dalam kegiatan pemanfaatan kawasan perairan pantai berupa pengetahuan akan
karakteristik fisik dan dinamika perairan sehingga diperlukan data dari parameter
oseanografi yang diperoleh dari data sekunder.
Perairan Maluku Utara secara langsung berbatasan dengan laut lepas,
sehingga kondisi yang terjadi di perairan ini dipengaruhi oleh karakteristik
perairan yang berbatasan dengan wilayah perairan. Beberapa laut yang
mempengaruhi secara langsung wilayah Maluku Utara adalah laut Maluku, laut
Seram dan samudera Pasifik. Selain memiliki topografi yang landai sampai terjal,
di perairan Maluku Utara terdapat beberapa palung yang dalam. Kedalaman
perairan Maluku Utara mulai dari daerah inshore sampai pada daerah ofshore
adalah 200-700 meter. Sedangkan pada daerah atau perairan pantai yang
terlindung dan memiliki topografi yang landai terutama pada kawasan pulau-pulau
kecil kedalamannya tidak lebih dari 200 meter.
Kondisi parameter oseanografi perairan Maluku Utara tidak jauh berbeda
dengan perairan tropis lainnya, kondisi ini bisa terjadi secara harian, tahunan dan
jangka panjang. Kondisi pasang surut bergantung pada tipe pasang surut yang
terjadi di perairan tersebut, terutama di perairan yang kedalamannya dangkal
(inshore), sedangkan untuk pergerakan arus dan gelombang bergantung pada
topografi pulau. Perairan Maluku Utara yang berhadapan langsung dengan
Samudera Pasifik kondisi oseanografi di perairan ini sangat dipengaruhi oleh
kekuatan angin yang besar.
34

Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir
periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari.
Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari (pasut tunggal), atau dua kali
sehari (pasut ganda). Sedangkan pasut yang berprilaku diantara keduanya disebut
sebagai pasut campuran.
Pasang surut yang terjadi di perairan Maluku Utara adalah tipe pasang
diurnal, yaitu pergerakan naik turunnya permukaan air laut pada interval waktu
yang sama antara siang dan malam. Selanjutnya pergerakan arus yang
berlangsung menurut skala waktu dapat dibedakan menjadi arus musiman akibat
perubahan musim, yaitu Barat dan Timur dan arus harian yang dipengaruhi oleh
pergerakan pasang surut. Data Dishidros TNI-AL (1992) diacu dalam Dinas
Perikanan dan Kelautan (2002) kecepatan arus tertinggi terjadi di selat Capalulu
mencapai 90 mil/jam, sedangkan arus lokal bervariasi pada saat arah angin
menuju timur laut sampai tenggara dan ke arah selatan sampai barat dengan
variasi antara 1- 45 cm/detik.
Parameter oseanografi penting lainnya adalah gelombang, informasi
mengenai kondisi gelombang dapat memprediksikan perairan dan aktifitas di laut
termasuk aktifitas perikanan tangkap. Variasi pergerakan gelombang berdasarkan
data Dishidros TNI-AL (1992) dan LON-LIPI Ambon (1994) dalam Dinas
Perikanan dan Kelautan (2002) gelombang besar terjadi pada bulan September-
Desember dengan ketinggian mencapai 1.50 - 2.00 meter.
Pola pasut di beberapa tempat khususnya diperairan Maluku Utara
diperkirakan memiliki ciri yang sama dengan pola pasut di perairan Indeonesi
Timur secara keseluruhan. Pola pasut di daerah ini merupakan rambatan pasut dari
perairan yang jauh lebih luas yaitu lautan Pasifik. Sifat pasang surut (pasut) di
perairan Maluku Utara bersifat campuran, dominasi pasut ganda. Dikatakan pasut
ganda (semidiurnal tide) apabila terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
satu hari.
35

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap

4.2.1 Potensi sumberdaya ikan


Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya ikan yang dapat pulih (renewable
resources) namun terbatas. Bila sumberdaya ikan tersebut dimanfaatkan melebihi
daya dukungnya, kelestarian sumberdaya ikan akan terancam dan produksinya
akan menurun. Kelestarian sumberdaya ikan di Indonesia pada dekade ini
diperkirakan akan menghadapi ancaman semakin meningkat karena, pergeseran
daerah penangkapan armada perikanan dunia ke perairan yang masih potensial,
termasuk perairan di sekitar kepulauan Indonesia, baik secara legal maupun ilegal.
Informasi mengenai potensi sumberdaya ikan sangat diperlukan bagi
perencanaan, pengambilan keputusan, pengusahaan dan lain-lain dalam
pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Apabila sumberdaya ikan dan
tingkat keanekaragaman hayati dapat dipertahankan kelestariannya maka
kelangsungan usaha penangkapan ikan di pusat-pusat konsentrasi nelayan di
pangkalan pendaratan ikan akan terjamin keberlanjutannya.
Berdasarkan hasil penelitian Badan Riset Departemen Kelautan dan
Perikanan dan Komisi Nasional Stock Assessment, wilayah perairan Maluku Utara
berada dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Laut Seram dan Laut
Maluku dengan jumlah potensi sumberdaya ikan (standing stock) yang
diperkirakan mencapai 1.035.230 ton dengan jumlah potensi lestari (MSY) yang
dapat dimanfaatkan sebesar 828.180,00 ton/tahun terdiri dari ikan pelagis
621.135,00 ton/tahun dan ikan demersal 207.045,00 ton/tahun. Komposisi potensi
sumberdaya ikan di WPP 7 disajikan pada Tabel 1.
36

Tabel 1 Komposisi potensi sumberdaya ikan, produksi serta tingkat


pemanfaatannya di WPP 7 Tahun 2003

Tingkat
Kelompok Sumber Potensi Produksi Tahun
No. Pemanfaatan
Daya Ikan (SDI) (Ton/Tahun) 2003 (Ton)
(%)
1 Pelagis Besar 424.260,00 24.667,52 5,81
2 Pelagis Kecil 169.834,33 20.003,09 11,77
3 Demersal 101.872,08 12.727,23 12,41
4 Ikan Karang 67.801,78 10.287,16 15,12
5 Udang Penaeid 26.545,26 3.727,35 14,03
6 Lobster 14.992,37 3.013,16 20,10
7 Cumi-cumi 22.874,18 9.111,18 39,82
Total 828.180,00 83.536,65 -
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2006)

Untuk perairan WPP Laut Maluku dan Laut Seram khususnya perairan
Maluku Utara pada tahun 2003, semua kelompok sumberdaya ikan belum ada
yang berada pada kondisi mendekati tangkap lebih (overfishing) terutama jenis
ikan pelagis besar seperti cakalang dan tuna tingkat pemanfaatannya baru
mencapai 5,81%.

4.2.2 Prasarana dan sarana perikanan


Prasarana dan sarana perikanan adalah suatu kesatuan teknis dalam suatu
usaha perikanan, baik tangkap maupun budidaya. Prasarana dan sarana perikanan
tangkap biasanya terdiri dari Pelabuhan Perikanan (PP), Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI), Laboratorium Pengujian dan Pembinaan Mutu Hasil Perikanan,
Armada Penangkapan, dan Alat Tangkap. Sampai dengan tahun 2005 jumlah
prasarana perikanan tangkap di Provinsi Maluku Utara baik miliki swasta maupun
pemerintah disajikan pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 2 Perkembangan prasarana perikanan miliki swasta di Provinsi Maluku


Utara sampai tahun 2005

Jenis dan kapasitas


Nama Perusahaan
Pabrik Es (ton/hr.) Cold Storage (ton)
PT Usaha Mina 60 40
PT Bayatri 100 1200
PT Prima Reva 5000 400
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2006)
37

Tabel 3 Perkembangan prasarana perikanan tangkap miliki pemerintah Provinsi


Maluku Utara sampai tahun 2005

Jenis dan kapasitas


Nama unit Lokasi Luas Dermaga Pabrik Es Cold Storage
(m2) (ton/hr.) (ton)
PPN Ternare Ternate 560 20 20
PPP bacan Bacan 102 10 -
PPP Tobelo Tobelo 240 10 10
TPI Weda Weda 100 5 -
TPI Jailolo Jailolo - 10 -
TPI Ternate Dufa-dufa 30 10 10
TPI Tidore Tidore - 5 -
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2006)

Sarana perikanan yang dimaksudkan adalah unit armada dan alat


penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Provinsi Maluku Utara. Jenis
armada dikategorikan berdasarkan kapasitas muat dan ukuran antara lain perahu
tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM).
Berdasarkan distribusi keberadaan armada penangkapan ikan di Provinsi Maluku
Utara sampai tahun 2005 menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan masih
terkonsentrasi pada wilayah perairan pesisir. Hal tersebut tercermin dari dominasi
jumlah perahu tanpa motor (51,02%) dan kapal motor < 5 GT (27,48%).
Perkembangan armada penangkapan ikan tahun 2004-2005 dapat dilihat pada
Tabel 4.

Tabel 4 Perkembangan armada penangkapan ikan di Provinsi Maluku Utara


tahun 2005

Perkembangan unit penangkapan


No Jenis alat tangkap Fluktuasi
2004 2005 Kenaikan (%)
1 PTM 1.286 1.713 427 51,02
2 PMT 893 976 83 9,92
3 Kapal Motor 889 1.216 327 39,07
< 5 GT 459 689 230 27,48
5 < 10 GT 344 421 77 9,20
10 < 20 GT 54 57 3 0,36
> 20 GT 32 49 17 2,03
Jumlah 3.957 5.121 1.164 139,08
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2006)
38

Perkembangan jumlah alat tangkap di Provinsi Maluku Utara periode 2004-


2005 rata-rata bervariasi. Alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan masih
didominasi oleh jaring insang, bagan, pancing lain dan jenis alat tangkap lain-lain.
Berdasarkan distribusi penggunaan alat penangkapan ikan tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar nelayan di Provinsi Maluku Utara masih menggunakan alat
tangkap sederhana. Perkembangan armada penangkapan ikan tahun 2004-2005
dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perkembangan alat penangkapan ikan di Provinsi Maluku Utara


periode 2004-2005

Tahun Kenaikan
No Alat Tangkap
2004 2005 Unit Fluktuasi (%)
1 Pukat cincin 212 239 27 13
2 Huhate 272 313 41 15
3 Jaring insang 505 609 104 21
4 Bagan 454 508 54 12
5 Pancing tonda 305 309 4 1,3
6 Pancing lain 392 507 115 29
7 Rawai 101 112 11 11
8 Lain-lain 452 502 50 11
9 Pukat pantai 312 351 39 13
Jumlah 3.005 3.450 445 15
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2006)

4.2.3 Sumberdaya manusia dan kelembagaan


Kapasitas sumberdaya manusia (SDM) dan kelembagaan di bidang
perikanan dan kelautan merupakan aset pembangunan, karena kesiapan
sumberdaya manusia dan kelembagaan merupakan stakeholders yang
melaksanakan kegitan perikanan dan kelautan secara langsung di lapangan. Oleh
karena itu perkembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan tidak hanya
terukur dari jumlah tetapi diukur pada kapasitas dan kemampuan dalam
mengadopsi teknologi dan modal usaha.
Jumlah masyarakat pesisir yang memanfaatkan dan berusaha dalam bidang
perikanan di Provinsi Maluku Utara terdiri dari rumah tangga perikanan (RTP).
RTP merupakan gambaran tentang seberapa banyak pelaku usaha perikanan di
suatu daerah. Diantara RTP di Provinsi Maluku Utara adalah nelayan, buruh,
juragan kapal, bakul ikan dan pengolah ikan. Nelayan terdiri dari juru mudi dan
anak buah kapal (ABK).
39

Sampai dengan tahun 2004 jumlah nelayan sebanyak 36.984 orang atau
4,4% dari total jumlah penduduk Maluku Utara. Dari jumlah tersebut tergabung
dalam 320 kelompok usaha bersama (KUB) dengan jumlah kelompok antara 5-7
orang, dengan demikian jumlah nelayan yang tergabung dalam kelompok usaha
berjumlah 533 orang.
Penguatan kelembagaan di bidang perikanan dan kelautan merupakan salah
satu strategi untuk meningkatkan produktivitas usaha dalam memanfaatkan
sumberdaya perikanan di Propinsi Maluku Utara. Kelembagaan perikanan yang
penting lainnya adalah koperasi perikanan, terdiri dari koperasi primer dan
sekunder. Dari 30 koperasi nelayan yang ada memiliki jumlah anggota sebanyak
2.836 orang atau 7,7%, sedangkan koperasi sekunder berjumlah 2 koperasi, yaitu
Pusat Koperasi Perikanan Kie raha di Kecamatan Bacan dan Pusat Koperasi
Sonyinga Bahari di Kecamatan Tidore.

4.2.4 Pengolahan
Produksi pengolahan hasil perikanan masih bergantung pada dukungan
perikanan tangkap, karena bahan bakunya masih diperoleh dari hasil penangkapan
di laut. Namun demikian produksi pengolahan memiliki distribusi pemasaran
yang cukup luas dibandingkan dengan budidaya dan dan penangkapan ikan.
Pengolahan hasil perikanan di Maluku Utara terbagi atas tiga skala usaha, yaitu
skala kecil yang meliputi pengeringan, penggaraman, pengasapan, fermentasi dan
pemindangan dan skala menengah meliputi filet, pengeringan dan penggaraman,
sedangkan skala besar meliputi pembekuan (frozen), pengasapan (smoked), dan
filet (fillet).
Sampai tahun 2005 jumlah pengolahan hasil perikanan skala kecil yang
tersebar di seluruh kabupaten/kota sebanyak 1.825 unit perorangan, skala
menengah sebanyak 66 unit dan skala besar 8 unit.

4.2.5 Pemasaran
Berdasarkan tujuan pemasarannya, komoditas perikanan dan kelautan di
Propinsi Maluku Utara dapat dipasarkan baik lokal, interinsuler maupun eksport.
Sampai tahun 2005 pemasaran produksi ikan sebagian besar masih berorientasi
pasar lokal yakni mencapai 75.242,41 ton atau 60% dari total produksi.
Pemasaran interinsuler terutama daerah tujuan, yaitu ke Jakarta, Surabaya,
40

Banyuwangi, Makassar, dan Manado. Hingga tahun 2005 pemasaran produksi


perikanan sebesar 41.041,32 ton atau 25% dari total produksi. Sedangkan tujuan
pasar ekspor sampai tahun 2005 sebanyak 20.520,66 ton atau 15% dari total
produksi. Terdapat 7 jenis komoditas perikanan dengan tujuan eksport antara lain;
kerapu hidup, napoleon hidup, lobster hidup, cakalang beku, tuna beku, ikan beku
campuran dan ikan hidup campuran.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Produktivitas Alat Tangkap (CPUE) Per Jenis Ikan


Dalam kurun waktu 1997-2005, enam jenis ikan pelagis ekonomis penting di
Provinsi Maluku Utara diproduksi dengan menggunakan beragam jensi alat
tangkap. Jenis alat tangkap tersebut adalah: huhate, pukat cincin, rawai, jaring
insang, pancing tonda, pukat pantai, bagan, pancing lain (selain huhate, rawai,
pancing tonda) dan lain-lain. Berdasarkan analisis produktivitas (CPUE) maka
diperoleh 4 jenis alat tangkap yang memiliki nilai produksi tertinggi untuk setiap
jenis ikan yakni huhate, rawai, pukat cincin dan jaring insang.
Alat tangkap huhate memiliki produktivitas tertinggi terhadap jenis ikan
cakalang dan tongkol dengan nilai CPUE masing-masing sebesar 1.946 kg/trip
untuk ikan cakalang dan 525 kg/trip untuk ikan tongkol. Rawai merupakan alat
tangkap ikan tuna dengan nilai CPUE sebesar 19.455 kg/trip. Pukat cincin
memiliki produktivitas tertinggi terhadap ikan layang, dan julung-julung, dengan
besarnya nilai CPUE berturut-turut 2.621 kg/trip; 564 kg/trip. Sedangkan jaring
insang memiliki produktivitas tertinggi terhadap ikan kembung dengan nilai
CPUE sebesar 1.019 kg. Produktivitas alat tangkap per jenis ikan lebih
lengkapnya dapat disimak pada Gambar 5-10.
Berdasarkan nilai CPUE tersebut dapat dipastikan bahwa setiap jenis ikan
sebetulnya dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap yang spesifik.
Indonesi sebagai daerah tropis dengan ciri keberagaman sumberdaya ikan maka
setiap jenis alat tangkap dapat dipergunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan.
Kondisi ini dapat mempengaruhi keberadaan sumberdaya ikan yang semakin
mengalami tekanan oleh berbagai aktifitas nelayan yang menggunakan beragam
alat tangkap.
Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis dan upaya
menjaga keberlangsungannya maka perlu adanya penentuan terhadap jenis alat
tangkap yang cocok untuk setiap jenis ikan. Keuntungan yang diharapkan adalah
nelayan mendapatkan hasil tangkapan sesuai dengan yang diharapkan, dan
sumberdaya ikan tidak mengalami tekanan dari berbagai alat tangkap yang tidak
produktif.
42

2400 1.946

Rata-rata CPUE (kg/trip)


2000

1600

1200

800
247 285
400 30 43

0
Huhate Pancing tonda Pancing lain Pukat cincin Jaring insang

Jenis alat tangkap

Gambar 5 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan cakalang tahun 1997-2005
19.455

20000
Rata-rata CPUE (kg/trip)

16000

12000

8000

4000 1.071 188


480

0
Raw ai Pancing lain Pancing tonda Huhate

Jenis alat tangkap

Gambar 6 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan tuna tahun 1997-2005

600 525
Rata-rata CPUE (kg/trip)

500

400

300

200
75
10 36
100 22 22

0
Huhate Pukat cincin Jaring insang Pancing tonda Pancing lain Lain-lain

Jenis alat tangkap

Gambar 7 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan tongkol tahun 1997-2005
43

3000 2.621

Rata-rata CPUE (kg/trip)


2500

2000

1500

1000 487 466

500 18

0
Pukat cincin Jaring insang Bagan Lain-lain

Jenis alat tangkap

Gambar 8 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan layang tahun 1997-2005

1200 1.019
Rata-rata CPUE (kg/trip)

1000

800

600 392
325
400 205

200 54

0
Pukat cincin Pukat Pantai Jaring insang Bagan Lain-lain

Jenis alat tangkap

Gambar 9 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan kembung tahun 1997-2005

1200 968
Rata-rata CPUE (kg/trip)

900

600

300 46
16

0
Pukat cincin Pukat Pantai Jaring insang

Jenis alat tangkap

Gambar 10 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan julung-julung tahun
1997-2005
44

5.2 Standarisasi Upaya Tangkap Per Jenis Ikan


Berdasarkan data dalam kurun waktu 9 tahun (time series) diperoleh, ke-
enam jenis ikan ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara masing-masing
diproduksi dengan mempergunakan lebih dari satu jenis alat tangkap, maka perlu
dilakukan standarisasi satuan upaya tangkap.
Dari analisis tersebut diperoleh hasil bahwa rata-rata effort standar total
untuk ikan cakalang sebesar 3.490 trip/tahun, ikan tuna sebesar 395 trip/tahun,
tongkol sebesar 3.556 trip/tahun, layang 72.728 trip/tahun, kembung sebesar
3.136 trip/tahun dan julung-julung sebesar 3.157 trip/tahun (Gambar 11).
Berdasarkan nilai effort standar pada setiap jenis ikan tersebut dapat
dipastikan bahwa ikan layang dan cakalang mendapatkan tekanan penangkapan
lebih intensif yang ditandai dengan besarnya nilai effort standar yang diperoleh.
Hal tersebut disebabkan kedua jenis ikan tersebut memiliki permintaan pasar yang
relatif tinggi. Ikan layang merupakan jenis ikan pelagis kecil dan penyebarannya
hingga di perairan pesisir mempermudah nelayan untuk melakukan penangkapan
dengan menggunakan beragam alat tangkap. Ikan cakalang memiliki permintaan
pasar yang relatif tinggi baik ekspor, interinseluler maupun lokal menyebabkan
intensitas penangkapannya relatif tinggi. Demikian juga tongkol, kembung dan
julung-julung yang merupakan jenis ikan pelagis kecil, maka dalam
penangkapannya dapat dilakukan dengan menggunakan beragam jenis alat
tangkap dengan waktu trip harian. Sedangkan tuna sebagai ikan pelagis besar dan
tersebar di perairan yang lebih dalam menyebabkan jumlah effort yang diperoleh
relatif lebih rendah dari jenis yang lain.
72.728
6000
Rata-rata effort standar

5000

3.490 3.556
4000 3.136 3.157
3000

2000

1000 395

0
Cakalang Tuna Tongkol lay ang Kembung Julung-julung

Jenis ikan

Gambar 11 Rata-rata effort standar per jenis ikan


45

5.3 Metode Surplus Produksi


Sebelum dilakukan analisis pendugaan potensi lestari (MSY) dan upaya
tangkap optimum (fopt) terlebih dahulu ditentukan model yang cocok untuk
dipergunakan dalam analisis lanjutan. Penentuan model tersebut didasarkan pada
hubungan antara jumlah produksi dan nilai CPUE (model Schaefer) atau Ln
CPUE (model Fox). Berdasarkan uji regresi maka model Fox lebih cocok untuk
dipergunakan pada analisis pendugaan potensi lestari (MSY) dan upaya optimum
(fopt) karena nilai koefisien determinasi (R2) lebih besar jika dibandingan dengan
model Schaefer.
Melalui hasil perhitungan regresi antara effort standar dan Ln CPUE (model
Fox) maka diperoleh nilai parameter pendugaan sebagai berikut:
1) ikan cakalang dengan nilai intercept (c) = 8,2334 dan slop (d) = -0,0002
sehingga membentuk persamaan linier Ln CPUE = 8,2334 - 0,0002f (Gambar
12). Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila dilakukan
upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan mengurangi nilai
produksivitas (CPUE) ikan cakalang sebesar 0,0002 kg/tahun. Dengan
mengetahui nilai intercept (c) dan slop (d), diperoleh pendugaan nilai potensi
lestari (MSY) ikan cakalang di Provinsi Maluku Utara adalah sebesar
6.924.616 kg/tahun, sedangkan pendugaan nilai upaya penangkapan optimum
(fopt) adalah sebesar 5.000 trip/tahun.

9,0
8,0
7,0
6,0
Ln CPUE

5,0
y = -0,0002x + 8,2334
4,0 R2 = 0,9584
3,0
2,0
1,0
0,0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Effort standar

Gambar 12 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan cakalang tahun 1997-2005
46

2) ikan tuna dengan nilai intercept (c) = 11,001 dan slop (d) = -0,0026 sehingga
membentuk persamaan linier Ln CPUE = 11,001 - 0,0026f (Gambar 13).
Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila dilakukan upaya
penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan mengurangi nilai
produksivitas (CPUE) ikan tuna sebesar 0,0026 kg/tahun. Dengan mengetahui
nilai intercept (c) dan slop (d), diperoleh pendugaan nilai potensi lestari
(MSY) ikan tuna di Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 8.480.194 kg/tahun,
sedangkan pendugaan nilai upaya penangkapan optimum (fopt) adalah sebesar
380 trip/tahun.
y = -0,0026x + 11,001
12,0 R2 = 0,9742

10,0

8,0
Ln CPUE

6,0

4,0

2,0

0,0
0 200 400 600 800 1000

Effort standar

Gambar 13 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan tuna tahun 1997-2005

3) ikan tongkol dengan nilai intercept (c) = 6,9203 dan slop (d) = -0,0002
sehingga membentuk persamaan linier Ln CPUE = 6,9203 - 0,0002f (Gambar
14). Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila dilakukan
upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan mengurangi nilai
produksivitas (CPUE) ikan tongkol sebesar 0,0002 kg/tahun. Dengan
mengetahui nilai intercept (c) dan slop (d), diperoleh pendugaan nilai potensi
lestari (MSY) ikan tongkol di Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 1.862.617
kg/tahun, sedangkan pendugaan nilai upaya penangkapan optimum (fopt)
adalah sebesar 5.000 trip/tahun.
47

8,0 y = -0,0002x + 6,9203


7,0 R2 = 0,7443

6,0

Ln CPUE
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

Effort standar

Gambar 14 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan tongkol tahun 1997-2005

4) ikan layang dengan nilai intercept (c) = 10,700822 dan slop (d) = -0,00078
sehingga membentuk persamaan linier Ln CPUE = 10,700822 - 0,00078
(Gambar 15). Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila
dilakukan upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan
mengurangi nilai produksivitas (CPUE) ikan layang sebesar 0,00078 kg/tahun.
Dengan mengetahui nilai intercept (c) dan slop (d), diperoleh pendugaan nilai
potensi lestari (MSY) ikan layang di Provinsi Maluku Utara adalah sebesar
21.072.291 kg/tahun, sedangkan pendugaan nilai upaya penangkapan
optimum (fopt) adalah sebesar 1.290 trip/tahun.

10,0
y = -0,000775x + 10,700822
9,0 R2 = 0,760087
8,0
7,0
Ln CPUE

6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Effort standar

Gambar 15 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan layang tahun 1997-2005
48

5) ikan kembung dengan nilai intercept (c) = 7,690037 dan slop (d) = -0,000253
sehingga membentuk persamaan linier Ln CPUE = 7,690037 - 0,000253
(Gambar 16). Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila
dilakukan upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan
mengurangi nilai produksivitas (CPUE) ikan kembung sebesar 0,000253
kg/tahun. Dengan mengetahui nilai intercept (c) dan slop (d), diperoleh
pendugaan nilai potensi lestari (MSY) ikan kembung di Provinsi Maluku
Utara adalah sebesar 3.179.139 kg/tahun, sedangkan pendugaan nilai upaya
penangkapan optimum (fopt) adalah sebesar 3.953 trip/tahun.

7,8

7,6

7,4 y = -0,000253x + 7,690037


Ln CPUE

7,2 R2 = 0,513998

7,0

6,8

6,6

6,4
0 1000 2000 3000 4000 5000

Effort standar

Gambar 16 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan kembung tahun 1997-2005

6) ikan julung-julung dengan nilai intercept (c) = 7,409172 dan slop (d) =
-0,000171 sehingga membentuk persamaan linier Ln CPUE = 7,409172 -
0,000171 (Gambar 17). Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan
bahwa bila dilakukan upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka
akan mengurangi nilai produksivitas (CPUE) ikan julung-julung sebesar
0,000171 kg/tahun. Dengan mengetahui nilai intercept (c) dan slop (d),
diperoleh pendugaan nilai potensi lestari (MSY) ikan julung-julung di
Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 3.551.992 kg/tahun, sedangkan
pendugaan nilai upaya penangkapan optimum (fopt) adalah sebesar 5.848
trip/tahun.
49

y = -0,000171x + 7,409172
8,0 R2 = 0,578640
7,0

6,0

Ln CPUE
5,0

4,0

3,0

2,0
1,0

0,0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

Effort standar

Gambar 17 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan julung-julung


tahun 1997-2005

5.4 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

5.4.1 Ikan cakalang

Pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang di Provinsi Maluku Utara


mengalami peningkatan setiap tahun pada periode 1997-2005. Berdasarkan hasil
analisis model Fox, potensi lestari (MSY) ikan cakalang sebesar 6.924.616
kg/tahun dengan upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 5.000 trip/tahun. Tingkat
pemanfaatan rata-rata periode 1997-2005 sebesar 66% dan upaya tangkap sebesar
70%. Kondisi ini masih dapat dikatakan berimbang, artinya jika dilakukan
penambahan tingkat pemanfaatan sebesar 34% maka perlu diusahakan upaya
tangkap sebesar 30%. Perkembangan tingkat pemanfaatan periode 1997-2001
berkisar 50%-65% atau rata-rata 56,4% dan upaya tangkap berkisar 23%-35%
atau rata-rata 29,8%. Perbedaan tingkat pemanfaatan dan upaya tangkap pada
periode ini disebabkan kondisi Maluku Utara saat itu tidak kondusif, yaitu adanya
konflik horizontal. Hal ini menyebabkan nelayan engan untuk melaut yang
menyebabkan jumlah upaya tangkap menurun. Pada tahun 2002 tingkat
pemanfaatan sebesar 78% dan upaya tangkap sebesar 103%. Banyaknya upaya
tangkap disebabkan semakin kondusifnya daerah Maluku Utara pasca konflik.
Bantuan yang diberikan oleh berbagai lembaga baik pemerintah maupun non
pemerintah dalam bentuk unit penangkapan ikan (katinting) menyebabkan
peningkatan upaya tangkap pada periode ini cukup tinggi. Pada tahun 2005,
50

tingkat pemanfaatan ikan cakalang mencapai 82% dengan upaya tangkap


sebanyak 112% (Tabel 6 dan Gambar 18).
Secara teoritis nilai tingkat pemanfaatan periode tersebut dapat diindikasikan
bahwa sumberdaya ikan cakalang di Provinsi Maluku Utara berada pada tahap
padat eksploitasi. Sedangkan nilai tingkat upaya tangkap berada pada tahap
overfishing. Walaupun tingkat pemanfaatan belum mencapai titik MSY, namun
jika tolak ukur yang digunakan adalah nilai Jumlah Tangkapan yang
Diperbolehkan (JTB) yaitu 80% dari nilai MSY, maka pemanfaatan ikan cakalang
periode tersebut perlu mendapat perhatian serius.
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan huhate yang berpangkalan di
Dufa-Dufa (Kota Ternate) dan Bacan (Kabupaten Halmahera Selatan) bahwa
kendala mereka saat sekarang adalah ketidakpastian untuk menemukan
gerombolan cakalang dan hasil tangkapan yang diperoleh semakin menurun.
Kondisi ini diduga bahwa ikan cakalang mengalami gejala overfishing. Seperti
dikemukakan oleh Widodo (2003) bahwa gejala overfishing pada suatu
sumberdaya ikan antara lain adalah; 1) hasil tangkapan nelayan semakin menurun
dari waktu-ke waktu, 2) daerah penangkapan (fishing ground) semakin jauh dan
3) ukuran ikan yang tertangkap semakin kecil.
Analisis untuk pendugaan potensi dan tingkat pemanfaatan ini merupakan
penjabaran dari hasil olahan data pendaratan ikan dan upaya tangkapan. Hal ini
perlu didukung dengan analisis terhadap faktor-faktor lain seperti kondisi ekologi
dan kondisi sosial ekonomi nelayan penangkap cakalang. Secara khusus penyebab
tingginya tingkat pemanfaatan dan upaya tangkap antara lain adalah: 1) jumlah
upaya tangkap yang dilakukan nelayan cakalang semakin bertambah setiap tahun,
2) selain huhate, alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan cakalang rata-rata
tidak produktif, 3) Ukuran kapal panangkap relatif kecil, yang menyebabkan
nelayan tidak dapat menjangkau fishing ground cakalang di laut di atas 12 mil, 4)
waktu melaut (trip) harian yang sebetulnya tidak efektif pada perikanan cakalang.
Gejala overfishing sumberdaya ikan cakalang di perairan Provinsi Maluku
Utara diindikasikan hanya terjadi di wilayah perairan pantai (dibawah 12 mil).
Untuk mengatasi kondisi ini, perlu adanya peningkatan ukuran kapal penangkapan
sehingga nelayan dapat memanfaatkan sumberdaya ikan diatas 12 mil.
51

Tabel 6 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan cakalang
periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox

Effort Std Produksi CPUE Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp.


Tahun Ln CPUE
(trip) (kg) (kg/trip) (%) (%)
1997 1.642 3.951.271 2.406 7,79 57 33
1998 1.571 3.981.452 2.534 7,84 57 31
1999 1.727 3.458.841 2.002 7,60 50 35
2000 1.143 3.646.952 3.192 8,07 53 23
2001 1.338 4.489.140 3.356 8,12 65 5027
2002 5.159 5.378.672 1.043 6,95 78 103
2003 6.589 5.371.591 815 6,70 78 132
2004 6.619 5.507.246 832 6,72 80 132
2005 5.624 5.652.474 1.005 6,91 82 112
Jumlah 29.770 37.486.370 14.778 58,9 598 628
Rata-
3.308 4.165.152 1.642 6,55 66
rata 70

8000000
MSY = 6.924.616 kg
7000000
6000000 2005
P ro d u k s i (k g )

2003
5000000 2001 2004
2002
4000000 '97,'98
3000000 2000 1999

2000000
1000000
fopt = 5.000 trip
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

Upaya tangkap (trip)

Gambar 18 Produksi cakalang di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox

5.4.2 Ikan tuna


Berdasarkan hasil analisis, potensi lestari ikan tuna (MSY) sebesar
8.480.194 kg/tahun, dengan upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 3.800
trip/tahun. Tingkat pemanfaatan selama periode 1997-2005 berkisar 57-114% atau
rata-rata sebesar 79%. Pada tahun 1997 tingkat pemanfaatan sebesar 68% dengan
upaya tangkap sebesar 39%. Tahun 1998 tingkat pemanfaatan sebesar 88% atau
meningkat 20% dari tahun sebelumnya dengan upaya tangkap sebesar 44%.
52

Periode tiga tahun kemudian tingkat pemanfaatan cenderung menurun yakni 75%
pada tahun 1999 menjadi 70% pada tahun 2001, sedangkan upaya tangkap
berkisar 42-47%. Pada tahun 2002-2003 tingkat pemanfaatan mengalami
peningkatan yang relatif besar yakni berturut-turut 97% dan 114%, dengan upaya
tangkap meningkat hingga mencapai 158% pada tahun 2002 dan 138% pada tahun
2003. Tingkat pemanfaatan kembali menurun pada periode 2004-2005 yakni
sebesar 57% dan 69%, dengan upaya tangkap tetap meningkat hingga mencapai
246% dan 169% (Tabel 7).
Gambar 19 terlihat bahwa perkembangan tingkat pemanfaatan tuna setiap
tahun dalam kurun waktu sembilan tahun relatif berfluktuasi. Pada periode 1997-
2001 rata-rata tingkat 75% dengan upaya tangkapn 43%. Kondisi ini disebabkan
karena pada periode tersebut sebagian besar usaha penangkapan tuna dilakukan
dalam bentuk perikanan industri. Perusahan yang mengoperasikan armada
tangkap rawai dalam jumlah yang relatif tidak banyak, dengan jumlah hari melaut
yang lebih lama menyebabkan perhitungan jumlah trip rendah.
Periode empat tahun terakhir upaya tangkap mengalami peningkatan yang
relatif tinggi. Tingginya upaya tangkap diduga karena semakin banyaknya
kegiatan penangkapan tuna dilakukan oleh nelayan tradisional. Beberapa
perusahaan nasional (PT Usaha Mina, PT Ocena Mitra Mas, PT Bayatri, PT Prima
Reva) beroperasi di perairan Provinsi Maluku Utara menerapkan sistem kemitraan
dengan nelayan lokal. Perusahaan menyediakan BBM dan Es kepada nelayan dan
nelayan kembali menjual hasil tangkapan kepada perusahaan tersebut.
Perusahaan juga memberikan kemudahan dengan menyediakan kapal penampung
di lokasi yang berdekatan dengan fishing ground, sehingga hasil tangkapan
nelayan langsung dibeli dan ditimbang di atas kapal penampung.
Sebagai realisasi dari kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara
yang meletakkan perikanan dan kelautan sebagai leading sector maka dalam
periode tersebut Dinas Perikanan dan Kelautan memberikan bantuan kepada
nelayan berupa kapal dan alat tangkap tuna yang disertai dengan pemasangan alat
bantu rumpon. Hal ini mendorong nelayan untuk melakukan penangkapan tuna
secara intensif. Kebijakan ini dirasa sangat menggairahkan khususnya bagi
nelayan tradisional. Pada sisi yang lain bantuan yang diberikan berupa kapal
53

penangkapan dengan ukuran yang reatif kecil tidak layak dalam usaha
penangkapan tuna yang rata-rata berlokasi di perairan yang relatif dalam. Selain
itu pemasangan alat bantu berupa rumpon yang letaknya berkisar wilayah laut 12
mil juga tidak efektif dalam pemanfaatan tuna laut dalam. Kondisi tersebut
mendorong nelayan untuk tetap mengeksploitasi tuna di wilayah pesisir (12 mil),
yang berarti tekanan penangkapan tuna di wilayah pesisir semakin intensif.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap nelayan tuna yang berpangkalan di
PPP Tobelo dan PPP Bacan, ternyata sebagian besar kegiatan penangkapan tuna
di wilayah sekitar perairan antar pulau (selat). Untuk mengatasi kondisi ini maka
perlu dilakukan perubahan teknologi penangkapan agar dapat memanfaatkan ikan
tuna laut dalam secara optimal. Manfaat utama yang diharapkan dari perubahan
teknologi tersebut agar dapat mencegah terjadinya tekanan eksploitasi terhadap
ikan tuna yang berlebihan di wilayah perairan sekitar pesisir.

Tabel 7 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan tuna
periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox

Effort Std Produksi CPUE Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp.


Tahun Ln CPUE
(trip) (kg) (kg/trip) (%) (%)
1997 152 5.807.900 38.270 10,6 68 39
1998 170 7.496.510 44.224 10,7 88 44
1999 169 6.391.900 37.913 10,5 75 44
2000 160 6.368.200 39.826 10,6 75 42
2001 181 5.923.000 32.648 10,4 70 47
2002 608 8.186.200 13.454 9,5 97 158
2003 522 9.661.670 18.512 9,8 114 136
2004 941 4.824.930 5.130 8,5 57 245
2005 651 5.856.230 9.002 9,1 69 169
Jumlah 3.553 54.708.640 200.710 79,2 714 924
Rata-
395 6.078.738 22.301 8,80 79 103
rata
54

10000000
MSY = 8.480.194 kg 2003
9000000
8000000 2002
1998

Produksi (kg)
7000000
2000 1999
6000000
2001
5000000 1997 2005

4000000 2004
3000000
2000000
1000000 2001 fopt = 380 trip
0
0 200 400 600 800 1000

Upaya tangkap (trip)

Gambar 19 Produksi tuna di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox

5.4.3 Ikan tongkol


Potensi lestari ikan tongkol (MSY) sebesar 1.862.617 kg/tahun, dengan
upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 5.000 trip/tahun. Periode 1997-2005 rata-
rata tingkat pemanfaatan tongkol sebesar 73% dan upaya tangkap sebesar 71%.
Tingkat pemanfaatan periode 1997-1999 cenderung meningkat yakni berturut-
turut 72%, 89% dan 90%, dengan upaya berturut-turut 39%, 36%, dan 49%.
Kemudian tingkat pemanfaatan menurun pada tahun 2000-2002, berturut-turut
sebesar 56%, 39%, 43%, dengan upaya tangkap sebesar 32%, 23%, 85%. Pada
tahun 2003 tingkat pemanfaatan meningkat sebesar 87% dan menurun pada tahun
2004 yakni sebesar 87%, namun upaya tangkap meningkat hingga melampaui
upaya optimum (fopt) yakni sebesar 119% pada tahun 2003 dan 141% pada tahun
2004. Pada tahun 2005 tingkat pemanfaatan meningkat hingga mencapai titik
MSY dengan upaya tangkap sebesar 125% (Tabel 8 dan Gambar 20).
Besarnya upaya tangkap pada tahun 2003-2005 hingga melampaui upaya
tangkap optimum merupakan dampak dari kebijakan pemerintah dalam membantu
nelayan berupa kapal dan alat tangkap. Selain itu alat tangkap yang dipergunakan
dalam pemanfaatan ikan tongkol memiliki waktu melaut (trip) harian. Kecuali
huhate dan pukat cincin alat tangkap yang lain dapat dikatakan sangat sederhana.
Alat tangkap tersebut rata-rata dimiliki oleh masyarakat pesisir. Dengan
kesederhanaan alat tangkap tersebut maka nelayan dengan mudah
55

mengoperasikannya. Kondisi ini menyebabkan jumlah upaya tangkap yang relatif


tinggi yang tidak diimbangi dengan produksi yang diperoleh. Hal ini dapat
dibuktikan dengan perolehan nilai CPUE setiap jenis alat tangkap relatif rendah.
Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, ternyata tidak ada
alat tangkap yang dikhususkan untuk penangkapan ikan tongkol, artinya ikan
tongkol yang tertangkap dengan keenam alat tangkap tersebut karena sifat ikan
yang sering bergerombol dengan jenis ikan yang lain terutama cakalang dan tuna.

Tabel 8 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan tongkol
periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox

Effort Std Produksi CPUE Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp.


Tahun Ln CPUE
(trip) (kg) (kg/trip) (%) (%)
1997 1.948 1.342.414 689 6,5 72 39
1998 1.788 1.651.283 924 6,8 89 44
1999 1.986 1.681.165 847 6,7 90 44
2000 1.620 1.045.423 645 6,5 56 42
2001 1.139 735.437 646 6,5 39 47
2002 4.234 799.610 189 5,2 43 158
2003 5.965 1.627.279 273 5,6 87 136
2004 7.063 1.543.530 219 5,4 83 245
2005 6.259 1.866.803 298 5,7 100 169
Jumlah 30.053 10.950.529 4.039 48,4 660 924
Rata-
3.339 1.216.725 449 5,4 73 103
rata

MSY = 1.862.617 kg
2000000
1800000 2005
1999 2004
1600000 1998
1400000 2003
Produksi (kg)

1997
1200000

1000000 2000
800000
2001 2002
600000
400000

200000
fopt = 5.000 trip
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000

Upaya tangkap (trip)

Gambar 20 Produksi tongkol di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox


56

5.4.4 Ikan layang


Potensi lestari ikan layang (MSY) sebesar 21.074.291 kg/tahun, dengan
upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 1.290 trip/tahun. Periode 1997-2005 rata-
rata tingkat pemanfaatan layang sebesar 43% dan upaya tangkap sebesar 324%.
Pada tahun 1997-1998 tingkat pemanfaatan antara 60%-61% sedangkan upaya
tangkap mencapai 202%-210%. Pada tahun 1999-2002 tingkat pemanfaatan
menurun yaitu rata-rata sebesar 14%, dengan upaya tangkap mengalami
peningkatan hingga berkisar 332%-456%. Pada tahun 2003-2005, tingkat
pemanfaatan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 65%; 71%; 75%
dengan upaya tangkap 312%; 258%; 328% (Tabel 9).
Gambar 21, memperlihatkan bahwa tingkat pemanfaatan layang dalam
periode 9 tahun masih berkisar dibawah titik MSY, namun upaya tangkap jauh
melampaui upaya optimum (fopt). Besarnya upaya tangkap pada pemanfaatan
layang disebabkan karena jenis ikan tersebut ditangkap dengan menggunakan
beragam alat tangkap. Ikan layang sebagai ikan pelagis kecil dan rata-rata tersebar
di perairan dekat pantai mempermudah nelayan untuk mengoperasikan berbagai
jenis alat tangkap. Armada tangkap berukuran relatif kecil dengan waktu melaut
(trip) yang singkat menyebabkan perhitungan upaya tangkap yang tinggi.

Tabel 9 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan layang
periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox

Effort Std Produksi CPUE Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp.


Tahun Ln CPUE
(trip) (kg) (kg/trip) (%) (%)
1997 2.606 12.628.700 4.846 8,5 60 202
1998 2.709 12.912.800 4.767 8,5 61 210
1999 4.280 2.921.800 683 6,5 14 332
2000 4.760 2.981.000 626 6,4 14 369
2001 5.850 2.992.000 511 6,2 14 453
2002 5.889 2.882.300 489 6,2 14 456
2003 4.022 13.799.290 3.431 8,1 65 312
2004 3.325 14.886.490 4.477 8,4 71 258
2005 4.226 15.903.500 3.763 8,2 75 328
Jumlah 37.667 81.907.880 18.747 67,1 389 2919
Rata-
4.185 9.100.876 2.083 7,5 43 324
rata
57

25000000
MSY = 21.072.291 kg
20000000

P roduksi (kg) 2004 2005


15000000
1998 2003
10000000 1997

5000000 ,01,'02
fopt = 1.290 trip 1999 2000
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Upaya tangkap (trip)

Gambar 21 Produksi layang di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox

5.4.5 Ikan kembung


Potensi lestari ikan kembung (MSY) sebesar 3.179.139 kg/tahun, dengan
upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 3.953 trip/tahun. Periode 1997-2005 rata-
rata tingkat pemanfaatan kembung rata-rata sebesar 95% dan upaya tangkap
sebesar 79%. Tingkat pemanfaatan periode 1997-2001 berkisar 110-112%,
kemudian tingkat pemanfaatan menurun pada tahun 2002-2003 yakni masing-
masing sebesar 62% dan 72%. Tingkat pemanfaatan kembali meningkat pada
tahun 2004 sebesar 101% dan mengalami penurunan pada tahun 2005 yakni
sebesar 73% (Tabel 10).
Gambar 22, memperlihatkan bahwa tingkat pemafaatan kembung pada tahun
1997-2001 dan tahun 2004 berada diatas titik MSY. Hal tersebut disebabkan
karena banyaknya upaya tangkap pada tahun-tahun tersebut, kecuali pada tahun
2004 dengan upaya tangkap yang rendah. Tingginya tinggkat pemanfaatan
sebagai akibat dari banyaknya upaya tangkap dapat diduga bahwa sumberdaya
ikan kembung di Provinsi Maluku Utara pada tingkat padat eksploitasi. Kondisi
ini dapat dilihat dengan rendahnya nilai produktivitas pada setiap jenis alat
tangkap. Dari enam jenis lat tangkap yang dipergunakan untuk penangkapan
kembung memiliki nilai rata-rata CPUE berkisar 54-977 kg/trip.
58

Ikan kembung merupakan jenis ikan pelagis kecil yang tersebar di wilayah
pesisir menyebabkan intensitas penangkapan lebih besar dengan menggunakan
beragam jenis alat tangkap. Selain itu berdasarkan informasi dari masyarakat
pesisir di Halmahera Selatan dan Halmahera Utara, bahwa salah satu faktor
penyebab terjadinya penipisan sumberdaya ikan kembung adalah sering ditangkap
dengan menggunakan alat tangkap yang dapat membahayakan populasi dan
habitat ikan tersebut terutama berupa bom. Walaupun membahayakan bom masih
merupakan pilihan bagi oknom-oknom tertantu untuk mendapatkan hasil
maksimal tanpa berpikir resiko yang dihadapi.
Untuk mengatasi permasalahan ini ada tiga hal yang perlu dipertimbangan
yaitu; (1) pengawasan terhadap wilayah pesisir diintesifkan dengan melibatkan
peran masyarakat lokal yang memiliki hak penguasaan terhadap potensi
wilayahnya, (2) perlu adanya penetapan jenis alat tangkap dan jumlah upaya
tangkap (effort) dengan cara memprioritaskan alat tangkap yang memiliki
produktivitas (CPUE) yang tinggi, dalam hal ini alat tangkap jaring insang, (3)
pertimbangan biologi, maka perlu dilakukan pembatasan upaya penangkapan,
yaitu mengadakan selekasi terhadap alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
agar tidak digunakan dalam penangkapan sehingga keberlangsungan sumberdaya
ikan kembung tetap dipertahankan.

Tabel 10 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan


kembung periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi
model Fox

Effort Std Produksi CPUE Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp.


Tahun Ln CPUE
(trip) (kg) (kg/trip) (%) (%)
1997 3.941 3.243.300 823 6,7 102 100
1998 3.666 3.497.300 954 6,9 110 93
1999 2.181 3.506.400 1.608 7,4 110 55
2000 4.288 3.560.139 830 6,7 112 108
2001 4.438 3.571.277 805 6,7 112 112
2002 2.229 1.960.600 880 6,8 62 56
2003 3.040 2.278.299 750 6,6 72 77
2004 1.545 3.198.700 2.070 7,6 101 39
2005 2.899 2.306.763 796 6,7 73 73
Jumlah 28.227 23.879.478 8692 55,4 853 714
Rata-
3.136 2.653.275 966 6,15 95 79
rata
59

4000000
'00,'01
1998
3500000 1999
1997 MSY = 3.179.139 kg
3000000
2004

Produksi (kg) 2500000


2005
2000000 2003
2002
1500000

1000000

500000
fopt = 3.953 trip
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

Upaya tangkap (trip)

Gambar 22 Produksi kembung di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox

5.4.6 Ikan julung-julung


Gambar 22, menjelaskan bahwa potensi lestari ikan julung-julung (MSY)
sebesar 3.551.992 kg/tahun, dengan upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 5.848
trip/tahun. Periode 1997-2005, tingkat pemanfaatan ikan julung-julung rata-rata
tinggi yaitu sebesar 85% dengan upaya tangkap sebesar 54%. Pada tahun 1997-
2000, tingkat pemanfaatan berkisar 68%-82% atau rata-rata sebesar 76%, dengan
upaya tangkap yang digunaka berkisar 43%-48% atau rata-rata sebesar 45%. Nilai
tingkat pemanfaatan dan upaya tangkap peridoe ini dapat diinterpretasikan bahwa
untuk mencapai pemanfaatan pada tingkat maksimum maka perlu penambahan
produksi sebesar 24%. Sedangkan upaya tangkap yang diperlukan dalam
pemanfaatan sebesar 55%. Pada tahun 2001 tingkat pemanfaatan ikan julung-
julung mengalami peningkatan hingga mencapai nilai 99% dengan upaya tangkap
sebesar 58%. Kondisi ini berarti tingkat pemanfaatan ikan julung-julung pada
tahun 2001 telah melewati jumlah tangkapan yang diperbolehkan, dengan upaya
tangkap yang diperlukan sebesar 42%. Walaupun penambahan upaya tangkap
hingga mencapai 3.367 trip, tetapi diikuti dengan penambahan produksi hingga
mencapai 3.560.279 kg sehingga nilai produktivitas (CPUE) sebesar 1.041 kg/trip.
Pada tahun 2002-2003, nilai tingkat pemanfaatan berturut-turut adalah 82%,
93% dengan upaya tangkap berturut-turut 61%, 64%. Walaupun tingkat
pemanfaatan menurun tetapi uapaya tangkap mengalami peningkatan
60

menyebabkan nilai produktivitas (CPUE) antara dua tahun ini ikut menurun yakni
813 kg/trip pada tahun 2002 dan 858 kg/trip pada tahun 2003. Pada tahun 2004,
tingkat pemanfaatan sebesar 93% dengan upaya tangkap sebesar 54%. Tingginya
tingkat pemanfaatan dan upaya tangkap yang menurun sehingga nilai CPUE
sebesar 1.055 kg/trip. Pada tahun 2005 tingkat pemanfaatan meningkat sebesar
94% dengan upaya tangkap sebesar 71% dapat mengakibatkan nilai produktivitas
(CPUE) menurun hingga 808 kg/trip. Data tingkat pemanfaatan selengkapnya
dapat disimak pada Tabel 11.
Tingginya tingkat pemanfaatan diduga stok ikan julung-julung mengalami
penipisan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan giob (pukat cincin mini),
yang dihususkan dalam penangkapan ikan julung-julung bahwa beberapa tahun
terakhir ini nelayan sudah mengeluhkan bahwa hasil tangkapan mereka terus
menurun dari waktu ke waktu, tanpa mengetahui secara pasti apa penyebabnya.
Penurunan hasil tangkapan total dari waktu ke waktu secara langsung
berpengaruh pada jumlah pendapatan bagi hasil dari nelayan anak buah kapal.
Tetapi karena tidak ada alternatif sumber pendapatan lain, maka kegiatan ini terus
dilakukan walaupun hasil yang diperoleh tidak sebagaimana diharapkan.
Informasi dari nelayan juga menyatakan bahwa ritual ikan julung-julung
memasuki suatu kawasan perairan teluk dalam gerombolan yang relatif besar pada
waktu sore hari, dengan tujuan untuk memijah. Waktu pemijahan terjadi pada
waktu menjelang malam atau sekitar jam 07.00. Setelah memijah kawanan ikan
ini membentuk formasi dan mengelilingi perairan yang telah berubaha warna
menjadi keputih-putihan. Sekitar jam 08.00-09.00 kawanan ikan ini menghilang
dan nelayan tidak mengetahui kemana arahnya. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
nelayan untuk melakukan penangkapan pada sore hari, dimana sebenarnya ikan
belum sempat memijah. Hal ini menyebabkan populasi jenis ikan mengalami
penurunan yang cukup darastis dari waktu ke waktu. Sehingga akhir-akhir ini stok
ikan julung-julung diduga hanya dapat bertahan di beberapa kawasan perairan
terutama pada kawasan perairan yang terdapat hamparan pulau-pulau kecil dan
kondisi ekologi karang, padang lamun dan mangrove masih relatif baik.
Untuk melangkah pada kebijakan operasional maka sangatlah perlu terlebih
dahulu memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada nelayan tentang daur
61

hidup ikan julung-julung. Kemudian mengajak masyarakat nelayan secara


bersama, baik dalam bentuk partisipatori atau ko-manajemen, menyusun program
dan langkah-langkah nyata untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Sangat
sulit untuk menerapkan kebijakan pelarangan alat tangkap atau penutupan daerah
dan musim penangkapan ikan. Mungkin akan lebih mudah meminta kesediaan
nelayan untuk menunjuk dan menetapkan sebagian kecil wilayah perairan sebagai
daerah perlindungan laut bersama (sanctuary area), dengan penjelasan rasional
dan diterima oleh semua kalangan. Dengan demikian, manusia secara sadar dan
rela mengijinkan eksistensi ikan ikan julung-julung di alam.

Tabel 11 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan julung-
julung periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi
model Fox

Effort Std Produksi CPUE Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp.


Tahun Ln CPUE
(trip) (kg) (kg/trip) (%) (%)
1997 2.489 2.414.893 970 6,9 68 43
1998 2.543 2.889.660 1.137 7,0 81 43
1999 2.555 2.897.966 1.134 7,0 82 44
2000 2.835 2.590.659 914 6,8 73 48
2001 3.367 3.506.279 1.041 6,9 99 58
2002 3.581 2.910.337 813 6,7 82 61
2003 3.750 3.217.228 858 6,8 91 64
2004 3.142 3.314.921 1.055 7,0 93 54
2005 4.154 3.355.387 808 6,7 94 71
Jumlah 25.926 24.682.437 7.759 54,9 763 486
Rata-
2.881 2.742.493 862 6,1 85 54
rata

4000000
MSY = 3.551.992 kg
2001
3500000
2004 2005
3000000 '98,'99 2003
2002
Produksi (kg)

2500000 2000
1997
2000000

1500000

1000000

500000
fopt = 5.848 trip
0
0 5000 10000 15000 20000

Upaya tangkap (trip)

Gambar 23 Produksi julung-julung di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox


62

5.5 Tinjauan Perkembangan Data Produksi dan Upaya Tangkap


Data produksi dan upaya tangkap dari 6 jenis ikan pelagis ekonomis penting
yaitu ikan cakalang, tuna, tongkol, layang, kembung dan julung-julung selama
periode 1997-2005 mengalami perkembangan yang berbeda. Perbedaan yang
sangat nampak adalah pengelompokan upaya tangkap pada jenis ikan pelagis
besar yaitu cakalang, tuna dan tongkol.
Dari Gambar 18 dan 19 terlihat seolah-olah plot data periode 1997-2005
mengelompok menjadi dua bagian yaitu kelompok pertama tahun 1997-2001 dan
kelompok kedua tahun 2002-2005. Sedangkan Gambar 20 terlihat kelompok
pertama tahun 1997-2002 dan kelompok kedua tahun 2003-2005. Pengelompok
tersebut bukan disengaja tetapi dikarenakan pemekaran wilayah yang terjadi pada
tahun 1999. Data tahun 1997-1998 di peroleh dari data 3 kabupaten yakni
kabupaten Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Tengah dan Kota Ternate.
Sedangkan data tahun 1999-2005 diperoleh dari data Provinsi Maluku Utara.
Kelompok pertama; ikan cakalang dengan tingkat upaya tangkap berkisar
23-35%, ikan tuna dengan tingkat upaya tangkap berkisar 39-47%, ikan tongkol
dengan tingkat upaya tangkap berkisar 39-85%. Rendahnya upaya tangkap yang
mengelompok pada periode tersebut merupakan dampak dari krisisi moneter yang
terjadi pada tahun 1997 yang diikuti dengan konflik horizontal yang terjadi di
Provinsi Maluku Utara. Hal ini menyebabkan nelayan engan untuk melaut yang
menyebabkan jumlah upaya tangkap menurun. Kelompok kedua; ikan cakalang
dengan tingkat upaya tangkap berkisar 103-132%; ikan tuna dengan tingkat upaya
tangkap berkisar 136-169%, ikan tongkol dengan tingkat upaya tangkap berkisar
119-141%. Banyaknya upaya tangkap pada periode tersebut disebabkan karena
semakin kondusifnya daerah Maluku Utara pasca konflik horizontal.
Selain itu Provinsi Maluku Utara sebagai daerah baru pemekaran maka
peluang untuk mengeksploitasi sumberdaya alam terutama bidang perikanan
tangkap dianggap cukup menjanjikan, sehingga nelayan dari daerah lainpun
berdatangan terutama nelayan asal Bitung, Buton dan Bugis-Makasar. Walaupun
tidak diperoleh data resmi dari instansi terkait tentang berapa jumlah nelayan asal
daerah lain yang beroperasi di perairan Maluku Utara, tetapi berdasarkan hasil
survei, terdapat nelayan asal daerah lain yang beroperasi di perairan Maluku Utara.
63

Selain hal tersebut untuk beberapa kasus yang menyebabkan lonjakan upaya
tangkap adalah bantuan pemerintah daerah (Dinas Perikanan dan Kelautan)
berupa alat tangkap huhate dan katinting (pancing tonda) beserta alat bantu
penangkapan (rumpon), sebetulnya dapat memacu perkembangan sektor
perikanan dan kelautan terutama perikanan tangkap. Namun demikian bantuan
berupa kapal penangkap yang berukuran relatif kecil menyebabkan nelayan sulit
untuk menjangkau fishing ground di laut lepas. Demikin juga pemasangan
rumpon rata-rata berada dibawah 12 mil mendorong pemanfaatan sumberdaya
ikan cakalang masih berkisar wilayah perairan pantai.
Untuk pengelolaah perikanan tangkap dimasa yang akan datang, hal-hal
yang berkaitan dengan pendataan perlu mendapat perhatian yang cukup besar. Hal
ini dimaksudkan agar tekanan terhadap sumberdaya ikan pelagis di daerah pantai
perlu dibatasi dan lebih dioptimalkan pemanfaatan ikan di daerah lepas pantai.
Selain itu dalam hal pemberian bantuan kepada nelayan seperti kapal, alat tangkap
dan alat bantu rumpon diawali dengan survei dan kajian secara ilmuah sehingga
bantuan yang diberikan tepat sasaran.

5.6 Pola Musim Penangkapan Ikan


5.6.1 Indeks musim penangkapan (IMP)
Untuk menduga pola musin penangkapan, terlebih dahulu dilakukan
perhitungan indeks musim penangkapan (IMP). Perhitungan ini berdasarkan pada
data upaya (effort) dan hasil tangkapan (catch) yang didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Ternate. Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis ini
antara lain; (1) ikan menyebar merata di seluruh perairan Maluku Utara; (2)
jumlah upaya (effort) dan hasil tangkapan (catch) yang didaratkan di PPN Terante
berasal dari perairan Maluku Utara; (3) perairan Maluku Utara dianggap tertutup
bagi masuknya individu dari perairan lain; (4) data hasil tangkapan per upaya
penangkapan ikan yang diambil di PPN Ternate dari tahun 1998-2005
mencerminkan fluktuasi data hasil tangkapan di perairan Maluku Utara.
Nilai indeks musim penangkapan (IMP) digunakan untuk menentukan
waktu yang tepat dalam melakukan operasi penangkapan ikan. Kriteria untuk
menentukan musim penangkapan ikan adalah jika nilai IMP sama dengan atau
lebih dari 100% dikatakan sebagai musim penangkapan, sedangkan bukan musim
64

penangkapan apabila nilai IMP kurang dari 100%. Nilai IMP juga digunakan
untuk menduga keberadaan ikan di suatu perairan. Jika nilai IMP lebih atau sama
dengan 100% berarti ikan cukup melimpah, sedangkan nilai IMP dibawah 100%
mengindikasikan jumlah ikan di perairan tersebut dibawah kondisi normal.
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa indeks musim
penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di perairan Maluku
Utara relatif bervariasi (Gambar 24). Cakalang dengan nilai IMP lebih atau sama
dengan 100% dicapai pada bulan Juli (197%) kemudian berturut-turut Agustus
(140%), April (123%), dan Maret (100%). Bulan-bulan tersebut diduga
merupakan musim penangkapan cakalang dan nilai tertinggi yakni pada bulan Juli
merupakan puncak musim penangkapan cakalang. Sedangkan nilai IMP dibawah
100% diperoleh pada bulan-bulan selain bulan tersebut merupakan bukan musim
penangkapan, dan nilai IMP terendah terjadi pada bulan November (36%) diduga
merupakan musim paceklik ikan cakalng.
Tuna dengan nilai IMP lebih dari 100% dicapai pada bulan September
(254%), kemudian berturut-turut adalah Oktober (170%), Maret (115%) dan
Januari (110%) diduga sebagai musim penangkapan dan puncak musimnya terjadi
pada bulan September yang ditandai dengan nilai IMP tertinggi. Selain bulan-
bulan tersebut diduga bukan merupakan musim penangkapan karena nilai IMP
yang dicapai dibawah 100%, sedangkan nilai IMP terendah diperoleh pada bulan
Mei (6%) diikuti bulan Desember (16%) dan bulan Agustus (27%). Rendahnya
nilai IMP pada tiga bulan tersebut diduga merupakan musim paceklik tuna.
Nilai IMP Tongkol diatas 100% dicapai pada bulan Oktober (170%),
kemudian berturut-turut pada bulan Juni (164%), November (150%), Februari
(105%) dan September (101%). Bulan-bulan tersebut diduga sebagai musim
penangkapan sedangkan bulan Oktober dengan nilai IMP tertinggi merupakan
puncak musim penangkapan tongkol. Selain bulan-bulan tersebut memiliki nilai
IMP kurang dari 100% diduga bukan merupakan musim penangkapan. Nilai IMP
tongkol terendah diperoleh pada bulan Juli (46%) dan April (48%) diduga
merupakan musim paceklik.
Layang dengan nilai IMP lebih dari 100% dicapai pada bulan Juli (188%),
kemudian berturut-turut adalah Juni (117%), Mei (114%), Desember (111%) dan
65

November (104%) diduga sebagai musim penangkapan dan puncak musimnya


terjadi pada bulan Juli yang ditandai dengan nilai IMP tertinggi. Selain bulan-
bulan tersebut diduga bukan merupakan musim penangkapan karena nilai IMP
yang dicapai dibawah 100%. Nilai IMP layang setiap bulan kisarannya diatas 50%,
dapat diinterpretasikan bahwa layang tidak mengalami musim paceklik.
Kembung diduga memiliki musim penangkapan tersebar hampir pada setiap
bulan. Hal ini dapat dilihat dengan nilai IMP diatas 100% dicapai pada tujuh
bulan yaitu pada bulan September (207%) kemudian berturut-turut Agustus
(141%), Oktober (140%), Januari (136%), Mei (125%), Maret (124%) dan
Februari (117%) yang diduga merupakan musim penangkapan. Bulan September
merupakan puncak musim penangkapan karena nilai IMP lebih tinggi. Musim
paceklik terjadi pada bulan April (5%), Juni (20%) dan Desember (39%).
Julung-julung dengan nilai IMP lebih dari 100% dicapai pada bulan
Desember (236%), kemudian berturut-turut adalah Februari (232%), Mei (200%)
dan Maret (150%), diduga sebagai musim penangkapan dan puncak musimnya
terjadi pada bulan Desember yang ditandai dengan nilai IMP tertinggi. Selain
bulan-bulan tersebut diduga bukan merupakan musim penangkapan karena nilai
IMP yang dicapai dibawah 100%, sedangkan nilai IMP terendah diperoleh pada
bulan Juni (14%) dan November (4%) diduga merupakan musim paceklik julung-
julung. Data indeks Musim Penangkapan dapat disimak pada Tabel 12.

Tabel 12 Indeks musim penangkapan ikan (IMP) beberapa jenis ikan pelagis
ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara

Indeks Musim Penangkapan (IMP)


No Julung-
Bulan Cakalang Tuna Tongkol Layang Kembung
julung
1 Januari 77 110 85 71 136 82
2 Februari 90 64 105 69 117 232
3 Maret 100 115 81 87 124 150
4 April 123 90 48 78 5 50
5 Mei 77 6 76 114 125 200
6 Juni 82 87 164 117 50 14
7 Juli 197 72 46 188 20 46
8 Agustus 140 27 97 92 141 75
9 September 134 254 101 83 207 52
10 Oktober 80 308 170 87 140 59
11 Nopember 36 53 150 104 95 4
12 Desember 64 16 77 111 39 236
66

350

300

250
IMP (%)
200

150

100

50

-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Cakalang Tuna Tongkol
Layang Kembung Julung-julung

Gambar 24 Pola musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis


penting di Provinsi Maluku Utara

Dari hasil analisis pola musim penangkapan, menunjukkan bahwa puncak


musim penangkapan setiap jenis ikan ada yang bervariasi, namun ada yang
memiliki kesamaan pada setiap bulan. Perbedaan maupun persamaan waktu
puncak musim penangkapan dari setiap jenis ikan tersebut terutama dipengaruhi
perubahan musim, dalam hal ini perubahan hembusan angin. Menurut Nontji
(2002), angin yang berhembus di perairan Indonesia terutama adalah angin musim
(munson) yang dalam setahun terjadi dua kali pembalikan arah yang mantap
masing-masing disebut angin musim barat dan musim timur, sedangkan diantara
dua kali perubahan musim tersebut terdapat juga dua kali musim peralihan yaitu
musim peralihan Barat-Timur dan musim peralihan Timur-Barat.
Perubahan musim tersebut jika dihubungkan dengan puncak musim
penangkapan, maka terlihat bahwa puncak musim penangkapan keenam jenis ikan
terjadi pada saat musim Timur dan musim peralihan, baik peralihan Batar-Timur
maupun peralihan Timur-Barat, kecuali puncak musim julung-julung pada musim
Barat (Tabel 13).
67

Tabel 13 Musim penangkapan bebrapa jenis ikan pelaagis ekonomis penting


dihubungkan dengan pembagian musim angin

Jenis ikan Musim Barat Peralihan B-T Musim Timur Pralihan T-B
Des Jan Peb Mar Apl Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov
Cakalang X X X* X X

Tuna X X X X*

Tongkol X X X X* X

Layang X X X X* X

Kembung X X X X X X* X

Julung-julung X* X X X
Keterangan: X = musim penangkapan ikan
X* = puncak musim penangkapan ikan

Puncak musim penangkapan ikan cakalang dan layang terjadi pada bulan
Juli yang merupakan saat musim Timur. Kondisi perairan pada saat musim Timur
realtif tenang memungkinkan nelayan lebih intensif untuk mengoperasikan alat
tangkap. Selain itu pada saat musim Timur perairan Laut Banda dan Laut Maluku
diduga lebih subur, seperti dikemukakan oleh Nontji (2002), bahwa gerakan arus
yang cenderung berasal dari belahan bumi Selatan, namun setelah memasuki Laut
Banda mengakibatkan terjadinya upwelling. Akibat dari upwelling ini
ditemukannya suhu air yang rendah di permukaan yaitu rata-rata 3 0C lebih rendah
daripada musim Barat, sedangkan salinitas 1 lebih tinggi. Demikian pula
kandungan fosfat dan nitrat, masing-masing naik menjadi dua kali lipat,
selanjutnya kandungan plankton pun menjadi meningkat pula. Selain itu pada
musim Timur di perairan Laut Maluku terjadi arus kuat yang datang dari Utara
Irian yang terlebih dulu melingkari ujung Selatan Halmahera untuk kemudian
berbelok ke Utara dan kembali ke Samudera Pasifik. Pola arus musim Timur
dapat dilihat pada Gambar 25.
68

Sumber. Akuisisi dari Nontji. Laut Nusantara 2002


Gambar 25 Pola arus musim timur

Dengan adanya arus maka massa air di lapisan permukaan akan terbawa
mengalir, sebagai akibatnya air dari lapisan bawah naik ke permukaan yang
dikenal dengan upwelling yang kaya akan zat hara. Hasil penelitian Arifin (2006)
menemukan bahwa upwelling, front dan sebaran klorofil-a terjadi di perairan
Maluku pada bulan Juli dan Agustus. Kondisi lingkungan demikian sangat
mendukung keberadaan ikan pelagis di perairan untuk memenuhi siklus hidupnya
dalam mencari dan memangsa makanan.
Puncak musim penangkapan ikan tuna dan tongkol terjadi pada bulan
Oktober, dan puncak musim penangkapan kembung terjadi pada bulan September
yang merupakan saat musim peralihan Timur-Barat. Hal ini terjadi karena pada
musim tersebut, angin biasanya lemah dan laut sangat tenang. Kondisi tersebut
memungkinkan nelayan untuk lebih intensif dalam melakukan operasi
penangkapan. Kesamaan waktu puncak musim penangkapan tuna dan tongkol
disebabkan karena kedua jenis ikan ini masih satu famili yang memiliki sifat
untuk bergerombol. Selain itu kedua jenis ikan ini merupakan ikan pelagis dengan
memiliki ruaya yang luas dan rata-rata tersebar di perairan lepas pantai,
mengaharuskan nelayan melakukan penangkapan pada saat kondisi perairan
relatif tenang. Pada saat musim peralihan maka pengaruh dari kedua musim masih
sangat dominan terutama kondisi suhu, salinitas dan zat-zat hara. Suhu dan
69

salinitas sebagai parameter yang dapat berpengaruh pada organisme laut masih
stabil, dan zat-zat hara yang merupakan pangkal dari siklus makanan ikan masih
berlimpah. Dengan demikian maka pada musim peralihan tersebut merupakan
waktu yang terbaik untuk melakukan penangkapan ikan di perairan Maluku Utara.
Puncak musim penangkapan ikan julung-julung terjadi pada bulan
Desember yang merupakan saat musim barat. Pada musim Barat kondisi perairan
sangat dipengaruhi oleh tingginya kecepatan angin yang menyebabkan tingginya
gelombang di laut. Ikan julung-julung sebagai ikan pelagis kecil dan bukan
merupakan ikan perenang yang baik tidak dapat mempertahankan keberadaannya
di perairan-perairan terbuka ketika terjadi gelombang. Untuk menghindari kondisi
perairan yang bergelombang tersebut maka julung-julung mencari tempat untuk
berlindung. Julung-julung cenderung memilih daerah-daerah yang masih memiliki
lingkungan pesisir yang baik secara ekologi seperti daerah karang, padang lamun
dan mangrove. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan pukat
cincin mini (giob) yang beroperasi di kepulauan Kayoa Halmahera Selatan dan
Morotai Halmahera Utara, bahwa kehadiran julung-julung di suatu kawasan
pesisir dengan tujuan untuk melakukan pemijahan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
nelayan untuk melakukan penangkapan. Jika kehadiran julung-julung di perairan
pesisir untuk tujuan memijah, maka aktivitas penangkapan akan memberikan
dampak yang serius terhadap ketersediaan sumberdaya ikan tersebut di alam.

5.6.2 Pemetaan lokasi pemanfaatan dan musim penangkapan ikan


Untuk memprediksi lokasi dan musim penangkapan ikan pelagis di perairan
Maluku Utara, maka dilakukan dengan menggunakan beberapa sumber data
pendukung yaitu terdiri dari: (1) data primer hasil wawancara dengan nelayan
yang berpangkalan di PPP Bacan, PPP tobelo, PPI Dufa-dufa dan PPN Ternate,
yang digunakan dalam penentuan daerah penangkapan berdasarkan musim
penngkapan ikan, (2) data posisi pemasangan rumpon yang diperoleh dari Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, dan (3) data titik sebaran ikan
pelagis yang diperoleh dari Balai Riset Kelautan dan Perikanan Departemen
Perikanan dan Kelautan. Dari ketiga jenis data tersebut dioverlay dan membentuk
suatu peta tematik yang merupakan peta sebaran ikan pelagis dan daerah
penangkapan di Provinsi Maluku Utara. Pemetaan ini hanya berdasarkan
70

klasifikasi jenis ikan berdasarkan kelopok pelagis besar dan pelagis kecil, kecuali
julung-julung karena daerah penangkapannya lebih spesifik sehingga dapat
diprediksi.
Berdasarkan hasil plot pada peta tematik menggunakan perangkat lunak
ArcView GIS 3.3 dihasilkan Gambar 26. Pada Gambar tersebut memperlihatkan
bahwa lokasi pemafaatan ikan pelagis diperairan Maluku Utara relatif berada di
wilayah pantai atau kurang lebih berkisar 12 mil. Hal ini terjadi karena
pemanfaatan sumberdaya ikan di Provinsi Maluku Utara sebagian besar dilakukan
oleh nelayan tradisional. Ciri dari nelayan tradisional antara lain adalah memiliki
unit penangkapan skala kecil, kadang menggunakan perahu bermesin atau tidak
sama sekali, sedangkan perahu dan alat tangkap dibuat dan dioperasikan sendiri.
Hal ini menyebabkan nelayan tidak memiliki keberanian untuk melakukan
penangkapan ikan di laut lepas.
Lokasi pemanfaatan ikan pelagi di Maluku Utara tersebar merata pada setiap
perairan. Pemafaatan ikan pelagis besar di bagian selatan Maluku Utara yang
dilakukan oleh nelayan yang berpangkapan di PPP Bacan, sebagian besar berada
di perairan antara pulau Obi dan Bacan yaitu terbentang dari ujung selatan
Halmahera hingga bagian barat pulau Bacan. Pemafaatan ikan pelagis kecil
terutama layang dan kembung sebagian besar berada diantara pulau Halmahera
dan Bacan yang tersebar dari ujung selatan Halmahera hingga pulau Kayoa.
Sedangkan lokasi pemanfaatan julung-julung sangat terbatas yaitu hanya berada di
gugusan kepauluan Gura Ici kecamatan Kayoa.
Pemafaatan ikan pelagis besar di perairan bagian utara Maluku Utara yang
dilakukan oleh nelayan yang berpangkapan di PPP Tobelo sebagian besar berada
di perairan antara pulau Morotai dan semenanjung Halmahera Timur dan bagian
utara Morotai. Pemanfaatan ikan pelagis kecil terutama layang dan kembung
sebagian besar berada dibibir teluk Kao yang tersebar dari ujung utara Halmahera
hingga Halmahera Timur. Sedangkan lokasi pemanfaatan julung-julung berada di
gugusan kepauluan antara pulau Morotai dan Halmahera.
Pemafaatan ikan pelagis besar di bagian tengah Maluku Utara yang
berpangkapan di PPN dan PPI Dufa-dufa, sebagian besar berada di perairan barat
Halmahera antara perairan Ternate hingga ujung utara Halmahera. Pemafaatan
71

ikan pelagis kecil terutama layang dan kembung sebagian besar berada di perairan
Ternate, Tidore, Moti, Mare dan Hiri.
Berdasarkan pemetaan sebaran ikan pelagis secara bulanan maka terlihat
bahwa sebaran ikan pelagis di perairan Maluku Utara bervariasi sepanjang tahun.
Sebaran jenis ikan pelagis bervariasi setiap saat, disebabkan karena ikan akan
selalu mencari tempat yang sesuai dengan sifat hidupnya. Menurut Laevastu &
Hayes (1981) bahwa faktor oseanografi yang berpengaruh terhadap sebaran ikan
pelagis dari berbagai daerah penangkapan adalah suhu dan arus.

PETA SEBARAN IKAN PELAGIS DAN DAERAH PENANGKAPAN U


DI PROVINSI MALUKU UTARA

12400' 12500' 12600' 12700' 12800' 12900' 13000'


F F F 30 0 30 KM
F FF F FF
F
F
F F FF F F F F F F
FF FF
F F F F SAMUDERA
F
PASIFIK
FF F F F
F F
FF \ F
FF
F F F F
F FF FF F F F \FF F F P. MOROTAI F
F
FF
F F F FF F
F LEGENDA
F F FF F F
FF F F
F FF F F F F F Januari
200' FF \ F F 200' F
F F F F F
F FF F F Pebruari
F F FFF
F F F F F F Maret
F F FF F F \ F F F
F F F F F LAUT
F F F F FF FF FHALMAHERA F F April
F F\ F
F F F
F F Mei
F F F F F F
A SI

100' FF F F F100'
AR E

FF FF F F F
ER
UT AW

F F F FTE
FP. TERNA F FF F F Juni
F F
AH

F
L

F F F F
SU

P.F
FF F
LM

F TIDORE
F F F F F Juli
\ F
HA

F F
F F F F FF
FF F F F F
P.

FF F F F F
F F FF \ F F Agustus
FFFF F F F \ F F FFF
\ F F F F September
000' F F F F \ 000'
F F
F
F F F Oktober
F FF F F F F
F F LAUT
F F \ FF F F F F November
F MALUKU P. BACAN F F
F F F
F F F F F Desember
F F F F F\ F
FF
F F F F
\ FF FF
F
F F F F F F FF
100' F F
FF
F
F
F F \ F
FF
F
F F F F100' \ Rumpon
F F F \ F F F F
F F FF F F F F F F F PPN
F F FF
FF F
F FF F FFF F PPP
F F F
F F
P. OBI
F F F F
P. TALIABU F
P. MANGOLI F
F
F F F F
F
FF
! Pelagis Besar
F F F FF PAPUA
200' FF F
F
F
F
F F F F FFLAUT FF F F F BARAT 200'
F
! Pelagis Kecil
F F F FF P. SANANA F F F F F
F F F
F F
F F F
F FSERAM
F F
F
F
F
FF F F
F F F
!
F F Julung-julung
F F F FFF F F
F FF F F FFFF F F F F F F FFF F
FF F F F F F
F F F
12400' 12500' 12600' 12700' 12800' 12900' 13000'

Sumber: Data diolah, 2007


Gambar 26 Peta sebaran dan pemanfaatan ikan pelagis di Provinsi Maluku Utara
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat tarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Tingkat pemanfaatan 6 jenis ikan ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara
periode 1997-2005 rata-rata bervariasi. Tingkat pemanfaatan masing-masing
jenis ikan adalah sebagai berikut: cakalang rata-rata 66%, tuna 12%, tongkol
73%, layang 43%, kembung 57% dan julung-julung 85%. Upaya tangkap untuk
setiap jenis ikan berturut-turut adalah sebagai berikut: cakalang 70%, tuna
148%, tongkol 71%, layang 324%, kembung 255% dan julung-julung 54%.
2) Musim penangkapan 6 jenis ikan ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara
hampir tersebar di setiap bulan sepanjang tahun. Musim penangkapan ikan
cakalang pada bulan Maret, April, Juli, Agustus, dan September. Musim
penangkapan tuna pada bulan Januari, Maret, September dan Oktober. Musim
penangkapan tongkol pada bulan Februari, Juni, September, Oktober dan
November. Musim penangkapan layang pada bulan Mei, Juni, Juli, November
dan Desember. Musim penangkapan kembung pada bulan Januari-Maret, Mei
dan Agustus-Oktober. Musim penangkapan julung-julung pada bulan Februari,
Maret, Mei dan Desember.

6.2 Saran
1) Pemanfaatan jenis ikan cakalang, tuna dan layang perlu ditingkatkan dengan
nilai berturut-turut adalah sebagai beriku: cakalang 34%, tuna 88%, layang
57% dan kembung 43%. Sedangkan jenis ikan tongkol dan julung-julung
perlu mendapat perhatian dalam pemanfaatannya disebabkan tingkat
pemanfaatannya relatif tinggi
2) Perlu adanya pembatasan upaya tangkap untuk setiap jenis ikan masing-
masing sebagai berikut: tuna 48%, layang 224% dan kembung 155%.
Sedangkan upaya tangkap cakalang, tongkol dan julung-julung perlu adanya
pengaturan sehingga pemanfaatannya dapat dicapai secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin I. 2006. Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang dengan Data Satelit
Multi Sensor di Perairan Laut Maluku [tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 94 hlm.
Ayodhyoa AU.1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
97 hlm.
Baskoro MS. 2006. Alat Penangkap Ikan Berwawasan Lingkungan. Di dalam: Sondita
FA, Solihin I. editor. Kumpulan Pemikiran Tentang Teknologi Perikanan
yang Bertanggungjawab. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hlm 7-18.
Collete BB, Nauen CE. 1983. Scombrids of the World. An Annotated and
Illutrated Cataloque of Tuna, Mackerels, Bonitos and Related Species
Known to Date. FAO Fisheries Synopsis, Vol. 2 No. 125. Rome. 137 p.
Dajan A. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid l. LP3ES. Jakarta. 424 hlm.
Dinas Perikanan dan Kelautan Maluku Utara, 2003. Profil Peluang Investasi dan
Usaha Sektor Perikanan dan Kelautan Propinsi Maluku Utara. 53 hlm.
Dinas Perikanan dan Kelautan. 2003. Statistik Perikanan Provinsi Maluku Utara
2002. Pemerintah Provinsi Maluku Utara. 44 hlm.
Dinas Perikanan dan Kelautan. 2004. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Maluku Utara 2003. Ternate. 62 hlm.
Dinas Perikanan dan Kelautan. 2004. Statistik Perikanan Provinsi Maluku Utara
2003. Pemerintah Provinsi Maluku Utara. 44 hlm.
Dinas Perikanan dan Kelautan. 2005. Statistik Perikanan Provinsi Maluku Utara
2004. Pemerintah Provinsi Maluku Utara. 63 hlm.
Dinas Perikanan dan Kelautan. 2006. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Maluku Utara 2005. Pemerintah Provinsi Maluku Utara.
45 hlm.
Dinas Perikanan dan Kelautan. 2006. Statistik Perikanan Provinsi Maluku Utara
2005. Pemerintah Provinsi Maluku Utara. 66 hlm.
Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumberdaya
Perikanan Laut. Bagian I. Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting. Departemen
Pertanian. Jakarta. 64 hlm.
FAO. 1991. Interaction of Pacific Tuna Fisheries. Vol.2: Paper on Biology and
Fisheries. FAO. Rome. 137 p.
FAO. 1997. Fisheries Management. FAO Technical Guidelines for Responsible
Fisheries, No. 4. FAO, Rome. 82 p.
Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 256 hlm.
74

Gulland JA. 1983. Fish Stock Assesment. A Manual of Basic Methods. John
Wiley and Sons, Chichester-New York-Brisbane-Toronto-Singapore. 223 p.
Gunarso W, Wiyono ES. 1994. Studi Tentang Pengaruh Perubahan Pola Musim
dan Teknologi Penangkapan Ikan Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layang
(Decapterus sp.) di Perairan Laut Jawa. Maritek, Buletin ITK, Volume 4,
Nomor 1. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor. Hlm 45-92.
Gunarso W. 1988. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode
dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. 149 hlm.
Hardenberg JDF. 1937. Preliminary Report on A Migration of Fish in The Java
Sea. Treubia, 16: 295-300.
Kaneda Y. 1995. Fisheries dan Fishing Methods of Japan. Sezando-Shoten
Publishing Co. Ltd. Tokyo. 214 p.
Laevastu T, Favorite F. 1988. Fishing and Stock Fluktuations. Fishing News
(Books) Ltd, London. 240 p.
Laevastu T, Hayes ML. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. England:
Fishing News Books Ltd. 199 p.
Mangga Barani H. 2006. Indeks Upaya Penangkapan dan Standar Upaya
Penangkapan di Perairan Sulawesi Selatan. Buletin PSP, Volume XV. No 1.
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hlm 45-69.
Monintja DR, Simbolon D, Purwanto B. 2001. Industri Review Penangkapan Ikan
Cakalang. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan Lembaga Manajemen
Agribisnis Agroindustri IPB, Bogor. 225 hlm.
Murdiyanto B. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Pantai. Proyek
Pengembangan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan.
Lon ADB 1570/1771 (SF)-INO. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
Departemen Kelautan dan Perikanan. 200 hlm.
Nikijuluw VPH. 1986. Status dan Potensi Perikanan Tuna dan Cakalang di
Indonesia. BPPL. Jakarta. Hlm 20-23.
Nikijuluw VPH. 2005. Politik Ekonomi Perikanan. Bagaimana dan Kemana
Bisnis Perikanan. PT Fery Agung Corporation (Feraco). Jakarta. 314 hlm.
Nontji A. 2002. Laut Nusantara. Jakarta. Djambatan. 130 hlm.
Nurani TW, Wisudo SH. 2007. Bisnis Tuna Longline. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 58 hlm.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate. 2006. Statistik Perikanan Pelabuhan
Nusantara Ternate Tahun 2004. Ternate. 45 hlm.
Paristiwady T. 2006. Ikan-ikan Ekonomis Penting di Indonesia. Petunjuk
Identifikasi. LIPI. Jakarta. 270 hlm.
75

Simbolon D. 2003. Pengembangan Perikanan Pole and Line yang Berkelanjutan


di Perairan Sorong: Suatu Pendekatan Sistem [disertasi]. Bogor. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 153 hlm.
Sokal RR, Rohlf FJ. 1981. Biometry. The Principles and Practice of Statistics in
Biological Research. Freeman and Company. New York. 859 p.
Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis, Buku 1:
Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. 438 hlm.
Subani W, Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Laut Indonesia.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut Edisi Khusus No 50 tahun 1989. Balai
Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. 248 hlm.
Sudirman H, Mallawa A. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineke Cipta. Jakarta.
168 hlm.
Sumadhiharga K. 1971. Studi Analisis tentang Kondisi Perairan Bagian Timur
Indonesia Sebagai Fishing Ground bagi Jenis-Jenis Ikan Tuna. Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 20:40.
Suseno. 2007. Menuju Perikanan Berkelanjutan. Pustaka Cidesindo. Jakarta.
161 hlm.
Uktolseja JCB, Gafa B, Bahar S, Mulyadi E. 1991. Potensi dan Penyebaran
Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan.
Puslitbang Perikanan. Jakarta, (105): Hlm 29-34.
Uktolseja JCB, Gafa B, Purwasasmita R, Iskandar B.1997. Sumberdaya Ikan
Pelagis Besar. Di dalam: Priyono BE et al. editor. Potensi dan Penyebaran
Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan,
Departemen Pertanian. Hlm 33-53.
Waldron KD, King. 1963. Food of Skipjack in the Central Pasifik. FAO Fisheries
Report. 1457 p.
Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.Gajah Mada
University Press. Yogyakarta. 252 hlm.
Widodo. 2003. Pengantar Pengkajian Stok Ikan. Pusat Riset Perikanan Tangkap.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 49 hlm.
LAMPIRAN
77

Lampiran 1 Perkembangan produksi dan paya tangkap tahunan ikan cakalang tahun 1997-2005

Data produksi cakalang


Produksi (kg)
Tahun Pancing Pancing Pukat Jaring Jumlah
Huhate
tonda lain cincin insang
1997 3.440.820 301.300 3.690 123.251 82.210 3.951.271
1998 3.464.440 306.240 3.910 123.305 83.558 3.981.452
1999 3.047.660 219.090 9.950 122.364 59.777 3.458.841
2000 3.194.860 249.870 11.350 122.696 68.176 3.646.952
2001 3.476.380 360.930 49.060 119.128 483.642 4.489.140
2002 4.212.200 221.300 61.500 129.815 753.857 5.378.672
2003 4.333.890 189.840 75.600 125.576 646.685 5.371.591
2004 4.986.240 352.140 61.340 138.331 969.195 6.507.246
2005 4.958.560 474.630 98.200 154.065 967.019 6.652.474
Jumlah 35.115.050 2.675.340 374.600 1.158.531 4.514.120 43.837.641
Rata-rata 3.901.672 297.260 41.622 128.726 501.569 4.870.849
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara

Data upaya tangkap cakalang


Upaya tangkap (trip)
Tahun Pancing Pancing Pukat Jaring Jumlah
Huhate
tonda lain cincin insang
1997 1.430 1.150 225 2.400 1.830 7.035
1998 1.367 1.159 240 2.450 1.704 6.920
1999 1.522 1.161 549 2.462 1.013 6.707
2000 1.001 902 1.005 2.700 1.993 7.601
2001 1.036 1.038 1.076 3.310 2.063 8.523
2002 4.040 1.840 1.200 3.420 1.036 11.536
2003 5.316 1.260 1.040 3.674 1.550 12.840
2004 5.072 1.864 2.928 3.100 1.099 14.063
2005 4.192 1.128 5.016 4.000 8.347 22.683
Jumlah 24.976 11.502 13.279 27.516 20.636 97.909
Rata-rata 2.775 1.278 1.475 3.057 2.293 10.879
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
78

Lampiran 2 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan cakalang tahun 1997-2005

Nilai CPUE

CPUE (kg/trip)
Rata-
Tahun Pancing Pancing Pukat Jaring Jumlah
Huhate rata
tonda lain cincin insang
1997 2.406 262 16 51 45 2.781 556
1998 2.534 264 16 50 49 2.914 583
1999 2.002 189 18 50 59 2.318 464
2000 3.192 277 11 45 34 3.560 712
2001 3.356 348 46 36 234 4.019 804
2002 1.043 120 51 38 728 1.980 396
2003 815 151 73 34 417 1.490 298
2004 983 189 21 45 882 2.119 424
2005 1.183 421 20 39 116 1.778 356
Jumlah 17.514 2.220 272 388 2.564 22.959 4.592
Rata-rata 1.946 247 30 43 285 2.551 510

Nilai fishing power index

Fishing power index


Tahun Jumlah
Huhate Pancing tonda Pancing lain Pukat cincin Jaring insang
1997 1,00 0,11 0,01 0,021 0,02 1,16
1998 1,00 0,10 0,01 0,020 0,02 1,15
1999 1,00 0,09 0,01 0,025 0,03 1,16
2000 1,00 0,09 0,00 0,014 0,01 1,12
2001 1,00 0,10 0,01 0,011 0,07 1,20
2002 1,00 0,12 0,05 0,036 0,70 1,90
2003 1,00 0,18 0,09 0,042 0,51 1,83
2004 1,00 0,19 0,02 0,045 0,90 2,16
2005 1,00 0,36 0,02 0,033 0,10 1,50
Jumlah 9,00 0,13 0,22 0,247 2,35 11,94

Nilai effort standar

Effort standar
Tahun Pancing Pancing Pukat Jaring Jumlah
Huhate
tonda lain cincin insang
1997 1.430 125 2 51 34 1.642
1998 1.367 121 2 49 33 1.571
1999 1.522 109 5 61 30 1.727
2000 1.001 78 4 38 21 1.143
2001 1.036 108 15 36 144 1.338
2002 4.040 212 59 125 723 5.159
2003 5.316 233 93 154 793 6.589
2004 5.072 358 62 141 986 6.619
2005 4.192 401 83 130 818 5.624
Jumlah 24.976 1.746 323 784 3.582 31.412
Rata-rata 2.775 194 36 87 398 3.490
79

Lampiran 3 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan cakalang

f y f y f y f y
0 0 4.500 6.887.596 8.700 5.748.666 12.900 3.679.850
500 1.703.181 4.700 6.911.642 8.900 5.650.229 13.100 3.590.376
700 2.290.957 4.900 6.923.213 9.100 5.550.673 13.300 3.502.261
900 2.830.021 5.100 6.923.250 9.300 5.450.237 13.500 3.415.536
1.100 3.323.289 5.300 6.912.639 9.500 5.349.144 13.700 3.330.227
1.300 3.773.523 5.500 6.892.217 9.700 5.247.599 13.900 3.246.357
1.500 4.183.339 5.700 6.862.768 9.900 5.145.793 14.100 3.163.945
1.700 4.555.216 5.900 6.825.032 10.100 5.043.903 14.300 3.083.003
1.900 4.891.498 6.100 6.779.704 10.300 4.942.091 14.500 3.003.545
2.100 5.194.405 6.300 6.727.438 10.500 4.840.509 14.700 2.925.578
2.300 5.466.037 6.500 6.668.846 10.700 4.739.295 14.900 2.849.108
2.500 5.708.381 6.700 6.604.507 10.900 4.638.576 15.100 2.774.136
2.700 5.923.316 6.900 6.534.959 11.100 4.538.469 15.300 2.700.664
2.900 6.112.620 7.100 6.460.712 11.300 4.439.081 15.500 2.628.688
3.100 6.277.971 7.300 6.382.240 11.500 4.340.510 15.700 2.558.204
3.300 6.420.957 7.500 6.299.988 11.700 4.242.843 15.900 2.489.206
3.500 6.543.078 7.700 6.214.374 11.900 4.146.162 16.100 2.421.686
3.700 6.645.750 7.900 6.125.788 12.100 4.050.540 16.300 2.355.634
3.900 6.730.310 8.100 6.034.595 12.300 3.956.042 16.500 2.291.038
4.100 6.798.022 8.300 5.941.135 12.500 3.862.727
4.300 6.850.076 8.500 5.845.727 12.700 3.770.647
80

Lampiran 4 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan tuna tahun 1997-2005

Data produksi tuna


Tahun Produksi (kg)
Jumlah
Rawai Pancing lain Pancing tonda Huhate
1997 4.783.730 285.540 437.690 300.940 5.807.900
1998 5.970.260 356.360 794.290 375.600 7.496.510
1999 5.194.100 310.000 561.000 326.800 6.391.900
2000 5.177.440 309.040 556.020 325.700 6.368.200
2001 5.223.650 109.530 245.270 344.550 5.923.000
2002 5.112.400 271.500 2.165.300 637.000 8.186.200
2003 6.109.100 278.150 2.776.170 498.250 9.661.670
2004 1.867.360 189.050 2.543.370 225.150 4.824.930
2005 2.709.670 161.740 2.814.360 170.460 5.856.230
Jumlah 42.147.710 2.270.910 12.893.470 3.204.450 60.516.540
Rata-rata 4.683.079 252.323 1.432.608 356.050 6.724.060
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara

Data upaya tangkap tuna


Upaya tangkap (trip)
Tahun Jumlah
Rawai Pancing lain Pancing tonda Huhate
1997 125 225 1.150 1.430 2.930
1998 135 240 1.159 1.367 2.901
1999 137 549 1.161 1.522 3.369
2000 130 1.005 902 1.001 3.038
2001 160 1.076 1.038 1.036 3.310
2002 380 1.200 1.840 4.040 7.460
2003 330 1.040 1.260 5.316 7.946
2004 364 2.928 1.864 5.072 10.228
2005 301 5.016 1.128 4.192 10.637
Jumlah 2.062 13.279 11.502 24.976 51.819
Rata-rata 229 1.475 1.278 2.775 5.758
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
81

Lampiran 5 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan tuna tahun 1997-2005

Nilai CPUE

CPUE (kg/trip)
Tahun Pancing Pancing Pole and Jumlah Rata-rata
Rawai
lain tonda line
1997 38.270 1.269 381 210 40.130 10.032
1998 44.224 1.485 685 275 46.669 11.667
1999 37.913 565 483 215 39.176 9.794
2000 39.826 308 616 325 41.076 10.269
2001 32.648 102 236 333 33.318 8.330
2002 13.454 226 1.177 158 15.014 3.754
2003 18.512 267 2.203 94 21.077 5.269
2004 5.130 65 1.364 44 6.604 1.651
2005 9.002 32 2.495 41 11.570 2.893
Jumlah 238.980 4.318 9.641 1.694 254.634 63.658
Rata-rata 26.553 480 1.071 188 28.293 7.073

Nilai fishing power index

Fishing power index


Tahun Jumlah
Rawai Pancing lain Pancing tonda Huhate
1997 1,00 0,03 0,01 0,005 1,05
1998 1,00 0,03 0,02 0,006 1,06
1999 1,00 0,01 0,01 0,006 1,03
2000 1,00 0,01 0,02 0,008 1,03
2001 1,00 0,00 0,01 0,010 1,02
2002 1,00 0,02 0,09 0,012 1,12
2003 1,00 0,01 0,12 0,005 1,14
2004 1,00 0,01 0,27 0,009 1,29
2005 1,00 0,00 0,28 0,005 1,29
Jumlah 9,00 0,14 0,81 0,066 10,02

Nilai effort standar

Effort standar
Tahun Pancing Pole and Jumlah
Rawai Pancing lain
tonda line
1997 125 7 11 8 152
1998 135 8 18 8 170
1999 137 8 15 9 169
2000 130 8 14 8 160
2001 160 3 8 11 181
2002 380 20 161 47 608
2003 330 15 150 27 522
2004 364 37 496 44 941
2005 301 18 313 19 651
Jumlah 2.062 125 1.185 181 3.553
Rata-rata 229 14 132 20 395
82

Lampiran 6 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan tuna

f y f y f y
150 602025,0371 138050 53562248,53 275950 10350274,86
10000 33966019,77 147900 48563717,85 285800 9072042,435
19850 57059312,3 157750 43836360,03 295650 7942223,345
29700 72250995,48 167600 39414906,03 305500 6945392,456
39550 81424525,74 177450 35317003,53 315350 6067360,162
49400 86071042,4 187300 31547648 325200 5295156,999
59250 87365472,98 197150 28102655,17 335050 4616993,791
69100 86228511,46 207000 24971364,98 344900 4022205,232
78950 83377014,46 216850 22138731,21 354750 3501182,913
88800 79364911,33 226700 19586921,6 364600 3045302,398
98650 74616353,82 236550 17296529,87 374450 2646847,739
108500 69452524,39 246400 15247480,84 384300 2298935,954
118350 64113269,37 256250 13419694,55 394150 1995443,258
128200 58774514,52 266100 11793562,02 404000 1730934,288
83

Lampiran 7 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan tongkol tahun 1997-2005

Data produksi tongkol


Produksi (kg)
Tahun Pukat Jaring Pancing Pancing Lain- Jumlah
Huhate
cincin insang tonda lain lain
1997 1.262.600 259.400 25.500 67.935 5.300 30.548 1.651.283
1998 1.288.400 261.400 25.700 68.474 6.400 30.791 1.681.165
1999 646.000 266.000 26.000 69.667 6.429 31.327 1.045.423
2000 668.800 - - - 66.637 - 735.437
2001 763.010 - - - 36.600 - 799.610
2002 1.450.350 115.300 11.350 30.200 6.499 13.580 1.627.279
2003 1.108.400 315.060 17.030 31.340 71.700 - 1.543.530
2004 1.250.350 527.580 28.490 36.000 24.383 - 1.866.803
2005 9.423.210 1.982.040 157.470 365.778 230.248 134.198 12.292.944
Jumlah 1.047.023 220.227 17.497 40.642 25.583 14.911 1.365.883
Rata-rata 985.300 237.300 23.400 62.162 6.300 27.952 1.342.414
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara

Data upaya tangkap tongkol


Upaya tangkap (trip)
Tahun Pukat Jaring Pancing Pancing Lain- Jumlah
Huhate
cincin insang tonda lain lain
1997 1.430 2.400 1.830 1.150 225 525 7.560
1998 1.367 2.450 1.704 1.159 240 540 7.460
1999 1.522 2.462 1.013 1.161 549 549 7.256
2000 1.001 2.700 1.993 902 1.005 1.005 8.606
2001 1.036 - - - 1.076 1.076 3.188
2002 4.040 - - - 1.200 25.200 30.440
2003 5.316 3.674 1.550 1.260 1.040 31.040 43.880
2004 5.072 3.100 1.099 1.864 2.928 44.928 58.991
2005 4.192 4.000 8.347 1.128 5.016 50.016 72.699
Jumlah 24.976 20.786 17.537 8.624 13.279 154.879 240.081
Rata-rata 2.775 2.310 1.949 958 1.475 17.209 26.676
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
84

Lampiran 8 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan tongkol tahun 1997-2005

Nilai CPUE
CPUE (kg/trip)
Tahun Pukat Jaring Pancing Pancing Lain- Jumlah Rata-rat
Huhate
cincin insang tonda lain lain
1997 689 99 13 54 28 53 936 234
1998 924 106 15 59 22 57 1.182 295
1999 847 106 25 59 12 56 1.105 276
2000 645 99 13 77 6 31 872 218
2001 646 - - - 62 - 707 177
2002 189 - - - 31 - 219 55
2003 273 31 7 24 6 0 342 86
2004 219 102 15 17 24 - 377 94
2005 298 132 3 32 5 - 470 118
Jumlah 4.729 674 92 322 196 198 6.211 1.553
Rata-
525 75 10 36 22 22 690 173
rata

Nilai fishing power index


Fishing power index
Tahun Pukat Jaring Pancing Pancing Lain- Jumlah
Huhate
cincin insang tonda lain lain
1997 1,00 0,14 0,02 0,08 0,04 0,08 1,36
1998 1,00 0,11 0,02 0,06 0,02 0,06 1,28
1999 1,00 0,13 0,03 0,07 0,01 0,07 1,31
2000 1,00 0,15 0,02 0,12 0,01 0,05 1,35
2001 1,00 0,00 0,00 0,00 0,10 0,00 1,10
2002 1,00 0,00 0,00 0,00 0,16 0,00 1,16
2003 1,00 0,12 0,03 0,09 0,02 0,00 1,25
2004 1,00 0,47 0,07 0,08 0,11 0,00 1,72
2005 1,00 0,44 0,01 0,11 0,02 0,00 1,58
Jumlah 9,00 1,56 0,19 0,60 0,50 0,25 12,11

Nilai effort standar


Effort standar
Tahun Pukat Jaring Pancing Pancing Lain- Jumlah
Huhate
cincin insang tonda lain lain
1997 1.430 344 34 90 9 41 1.948
1998 1.367 281 28 74 6 33 1.788
1999 1.522 309 30 81 8 36 1.986
2000 1.001 412 40 108 10 49 1.620
2001 1.036 - - - 103 - 1.139
2002 4.040 - - - 194 - 4.234
2003 5.316 423 42 111 24 50 5.965
2004 5.072 1.442 78 143 328 - 7.063
2005 4.192 1.769 96 121 82 - 6.259
Jumlah 24.976 4.979 347 727 763 208 32.001
Rata-rata 2.775 553 39 81 85 23 3.556
85

Lampiran 9 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan tongkol

f y f y f y f y
0 0 10.500 1.302.024 21.000 318.882 31.500 58.574
500 458.130 11.000 1.234.221 21.500 295.407 32.000 53.841
1.000 829.066 11.500 1.167.532 22.000 273.511 32.500 49.479
1.500 1.125.255 12.000 1.102.358 22.500 253.108 33.000 45.459
2.000 1.357.564 12.500 1.039.015 23.000 234.111 33.500 41.756
2.500 1.535.468 13.000 977.745 23.500 216.437 34.000 38.346
3.000 1.667.219 13.500 918.728 24.000 200.007 34.500 35.208
3.500 1.759.989 14.000 862.088 24.500 184.744 35.000 32.319
4.000 1.820.005 14.500 807.908 25.000 170.575 35.500 29.661
4.500 1.852.659 15.000 756.234 25.500 157.430 36.000 27.216
5.000 1.862.617 15.500 707.077 26.000 145.241 36.500 24.968
5.500 1.853.902 16.000 660.428 26.500 133.947 37.000 22.902
6.000 1.829.978 16.500 616.255 27.000 123.487 37.500 21.002
6.500 1.793.819 17.000 574.508 27.500 113.805 38.000 19.257
7.000 1.747.970 17.500 535.125 28.000 104.847 38.500 17.654
7.500 1.694.602 18.000 498.036 28.500 96.564 39.000 16.181
8.000 1.635.562 18.500 463.159 29.000 88.907 39.500 14.829
8.500 1.572.412 19.000 430.410 29.500 81.834 40.000 13.588
9.000 1.506.470 19.500 399.700 30.000 75.301 40.500 12.449
9.500 1.438.839 20.000 370.937 30.500 69.271 41.000 11.403
10.000 1.370.437 20.500 344.029 31.000 63.707
86

Lampiran 10 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan layang tahun 1997-2005

Data produksi layang


Produksi (kg)
Tahun Jumlah
Pukat cincin Jaring insang Bagan Lain-lain
1997 11.629.800 663.800 335.100 20.618 12.628.700
1998 11.679.100 872.400 361.300 22.233 12.912.800
1999 1.680.700 879.000 362.100 22.284 2.921.800
2000 1.691.000 922.000 368.000 22.617 2.981.000
2001 1.693.000 930.000 369.000 22.679 2.992.000
2002 1.673.800 850.000 358.500 22.059 2.882.300
2003 12.604.550 797.030 397.710 13.909 13.799.290
2004 13.878.350 373.400 634.740 10.630 14.886.490
2005 15.052.250 442.020 409.230 10.161 15.903.500
Jumlah 71.582.550 6.729.650 1.058.500 167.190 81.907.880
Rata-rata 7.953.617 747.739 117.611 18.577 9.100.876
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara

Data upaya tangkap layang


Upaya tangkap (trip)
Tahun Jumlah
Pukat cincin Jaring insang Bagan Lain-lain
1997 2.400 1.830 1.550 525 5.780
1998 2.450 1.704 1.570 540 5.724
1999 2.462 1.013 1.580 549 5.055
2000 2.700 1.993 140 1.005 4.833
2001 3.310 2.063 823 1.076 6.196
2002 3.420 1.036 1.000 25.200 5.456
2003 3.674 1.550 19.600 31.040 24.824
2004 3.100 1.099 17.033 44.928 21.232
2005 4.000 8.347 17.863 50.016 30.210
Jumlah 27.516 20.636 61.159 154.879 109.311
Rata-rata 3.057 2.293 6.795 17.209 12.146
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
87

Lampiran 11 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan layang tahun 1997-2005

Nilai CPUE

CPUE Rata-
Tahun Jumlah
Pukat cincin Jaring insang Bagan Lain-lain rata
1997 4.846 363 216 39 5.425 1.356
1998 4.767 512 230 41 5.509 1.377
1999 683 868 229 41 1.779 445
2000 626 463 2.629 23 3.717 929
2001 511 451 448 21 1.411 353
2002 489 821 359 1 1.669 417
2003 3.431 514 20 0 3.965 991
2004 4.477 340 37 0 4.854 1.213
2005 3.763 53 23 0 3.839 960
Jumlah 23.593 4.383 4.191 166 32.168 8.042
Rata-rata 2.621 487 466 18 3.574 894

Nilai fishing power index


Fishing power index
Tahun Jumlah
Pukat cincin Jaring insang Bagan Lain-lain
1997 1,00 0,07 0,04 0,008 1,12
1998 1,00 0,11 0,05 0,009 1,16
1999 1,00 1,27 0,34 0,059 2,61
2000 1,00 0,74 4,20 0,036 5,94
2001 1,00 0,88 0,88 0,041 2,76
2002 1,00 1,68 0,73 0,002 3,41
2003 1,00 0,15 0,01 0,000 1,16
2004 1,00 0,08 0,01 0,000 1,08
2005 1,00 0,01 0,01 0,000 1,02
Jumlah 9,00 4,99 6,26 0,16 20,24

Nilai effort standar

Effort standar
Tahun Jumlah
Pukat cincin Jaring insang Bagan Lain-lain
1997 2.400 137 69 4 2.606
1998 2.450 183 76 5 2.709
1999 2.462 1.288 530 33 4.280
2000 2.700 1.472 588 36 4.760
2001 3.310 1.818 721 44 5.850
2002 3.420 1.737 733 45 5.889
2003 3.674 232 116 4 4.022
2004 3.100 83 142 2 3.325
2005 4.000 117 109 3 4.226
Jumlah 27.516 7.068 3.083 176 37.667
Rata-rata 3.057 785 343 20 4.185
88

Lampiran 12 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan layang

Nilai simulasi model Fox

f y f y f y f y
0 0 2.100 18.311.038 3.900 8.427.863 5.700 3.052.720
500 15.065.683 2.300 17.175.361 4.100 7.587.891 5.900 2.706.129
700 18.063.472 2.500 15.988.304 4.300 6.815.379 6.100 2.396.131
900 19.889.783 2.700 14.788.036 4.500 6.108.273 6.300 2.119.365
1.100 20.819.226 2.900 13.602.825 4.700 5.463.716 6.500 1.872.677
1.300 21.071.702 3.100 12.453.091 4.900 4.878.325 6.700 1.653.136
1.500 20.822.452 3.300 11.353.081 5.100 4.348.397 6.900 1.458.033
1.700 20.210.352 3.500 10.312.221 5.300 3.870.074 7.100 1.284.875
1.900 19.344.741 3.700 9.336.202 5.500 3.439.461 5.900 2.706.129
89

Lampiran 13 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan kembung


tahun 1997-2005

Data produksi kembung


Produksi (kg)
Tahun Pukat Jaring Lain- Jumlah
Pukat Pantai Bagan
cincin insang lain
1997 676.000 755.000 1.506.000 246.000 60.300 3.243.300
1998 725.000 815.000 1.626.000 266.000 65.300 3.497.300
1999 728.000 817.000 1.629.000 267.000 65.400 3.506.400
2000 739.130 829.440 1.654.690 270.450 66.429 3.560.139
2001 741.440 832.040 1.659.860 271.300 66.637 3.571.277
2002 407.000 457.000 911.000 149.000 36.600 1.960.600
2003 572.300 381.150 1.161.890 126.460 36.499 2.278.299
2004 412.000 240.000 2.276.000 99.000 171.700 3.198.700
2005 271.300 304.450 607.360 99.270 24.383 1.306.763
Jumlah 13.031.800 5.431.080 12.031.800 1.794.480 593.248 32.882.408
Rata-
1.447.978 603.453 1.336.867 199.387 65.916 3.653.601
rata
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara

Data upaya tangkap kembung


Upaya tangkap (trip)
Tahun Pukat Pukat Jaring Lain- Jumlah
Bagan
cincin Pantai insang lain
1997 2.400 2.050 1.830 1.550 525 8.355
1998 2.450 2.052 1.704 1.570 540 8.316
1999 2.462 2.053 1.013 1.580 549 7.657
2000 2.700 1.049 1.993 140 1.005 6.887
2001 3.310 1.396 2.063 823 1.076 8.668
2002 3.420 1.240 1.036 1.000 25.200 31.896
2003 3.674 2.000 1.550 19.600 31.040 57.864
2004 3.100 1.072 1.099 17.033 44.928 67.232
2005 4.000 1.536 8.347 17.863 50.016 81.762
Jumlah 27.516 14.448 20.636 61.159 154.879 278.638
Rata-
3.057 1.605 2.293 6.795 17.209 30.960
rata
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
90

Lampiran 14 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan kembung tahun 1997-2005
Nilai CPUE
CPUE (kg/trip)
Tahun Pukat Pukat Jaring Lain- Jumlah Rata-rata
Bagan
cincin Pantai insang lain
1997 282 368 823 159 115 1.747 349
1998 296 397 954 169 121 1.937 387
1999 296 398 1.608 169 119 2.590 518
2000 274 791 830 1.932 66 3.892 778
2001 224 596 805 330 62 2.016 403
2002 119 369 880 149 1 1.518 304
2003 156 191 750 6 1 1.103 221
2004 133 224 2.070 6 4 2.437 487
2005 68 198 73 6 0 345 69
Jumlah 1.846,54 3.531,35 8.791,76 2.925,38 489,87 17.584,90 3.517
Rata-
205 392 977 325 54 1.954 391
rata
Nilai fishing power index
Fishing power indekx
Tahun Pukat Jaring Jumlah
Pukat Pantai Bagan Lain-lain
cincin insang
1997 0,34 0,45 1,00 0,19 0,14 2,12
1998 0,31 0,42 1,00 0,18 0,13 2,03
1999 0,18 0,25 1,00 0,11 0,07 1,61
2000 0,33 0,95 1,00 2,33 0,08 4,69
2001 0,28 0,74 1,00 0,41 0,08 2,51
2002 0,14 0,42 1,00 0,17 0,00 1,73
2003 0,21 0,25 1,00 0,01 0,00 1,47
2004 0,06 0,11 1,00 0,00 0,00 1,18
2005 0,93 2,72 1,00 0,08 0,01 4,74
Jumlah 2,78 6,31 9,00 3,47 0,51 22,07
Rata-
0,309 0,701 1,000 0,385 0,057 2,452
rata
Nilai effort standar
Effort standar
Tahun Lain- Jumlah
Jaring insang Pukat Pantai Pukat cincin Bagan
lain
1997 821 917 1.830 299 73 3.941
1998 760 854 1.704 279 68 3.666
1999 453 508 1.013 166 41 2.181
2000 890 999 1.993 326 80 4.288
2001 921 1.034 2.063 337 83 4.438
2002 463 520 1.036 169 42 2.229
2003 764 509 1.550 169 49 3.040
2004 199 116 1.099 48 83 1.545
2005 3.729 4.184 8.347 1.364 335 17.959
Jumlah 9.000 9.641 20.636 3.157 854 43.288
Rata-
1.000 1.071 2.293 351 95 4.810
rata
91

Lampiran 15 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan kembung

f y f y f y f y
0 0 8.000 3.392.904 15.500 1.678.809 24.000 553.385
1.000 1.516.257 8.500 3.291.393 17.000 1.401.381 24.500 515.776
1.500 2.076.554 9.000 3.181.871 17.500 1.317.117 25.000 480.523
2.000 2.527.908 9.500 3.066.499 18.000 1.236.910 25.500 447.501
2.500 2.885.030 10.000 2.947.124 18.500 1.160.691 26.000 416.588
3.000 3.160.901 10.500 2.825.315 19.000 1.088.373 26.500 387.666
3.500 3.366.951 11.000 2.702.399 19.500 1.019.854 27.000 360.624
4.000 3.513.241 11.500 2.579.490 20.000 955.020 27.500 335.354
4.500 3.608.608 12.000 2.457.517 20.500 893.749 28.000 311.751
5.000 3.660.803 12.500 2.337.246 21.000 835.911 28.500 289.717
5.500 3.676.616 13.000 2.219.305 21.500 781.373 29.000 269.157
6.000 3.661.981 13.500 2.104.198 22.000 729.998 29.500 249.982
6.500 3.622.074 14.000 1.992.325 22.500 681.649 30.000 232.107
7.000 3.561.404 14.500 1.883.993 23.000 636.188 30.500 215.450
7.500 3.483.884 15.000 1.779.433 23.500 593.478 31.000 199.934
92

Lampiran 16 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan julung-julung


tahun 1997-2005

Data produksi julung-julung


Produksi (kg)
Tahun Jumlah
Pure seine Pukat Pantai Jaring insang
1997 2.328.370 62.186 24.337 2.414.893
1998 2.784.511 79.278 25.871 2.889.660
1999 2.792.169 79.565 26.232 2.897.966
2000 2.467.546 96.077 27.036 2.590.659
2001 3.405.556 58.744 41.979 3.506.279
2002 2.779.600 73.800 56.937 2.910.337
2003 3.125.250 64.600 27.378 3.217.228
2004 3.271.000 30.060 13.861 3.314.921
2005 3.231.250 82.380 41.757 3.355.387
Jumlah 26.185.252 626.690 285.388 27.097.330
Rata-rata 2.909.472 69.632 31.710 3.010.814
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara

Data upaya tangkap julung-julung


Upaya tangkap (trip)
Tahun Jumlah
Pure seine Pukat Pantai Jaring insang
1997 2.400 2.050 1.830 6.280
1998 2.450 2.052 1.704 6.206
1999 2.462 2.053 1.013 5.528
2000 2.700 1.049 1.993 5.742
2001 3.310 1.396 2.063 6.769
2002 3.420 1.240 1.036 5.696
2003 3.674 2.000 1.550 7.224
2004 3.100 1.072 1.099 5.271
2005 4.000 1.536 8.347 13.883
Jumlah 27.516 14.448 20.636 62.600
Rata-rata 3.057 1.605 2.293 6.956
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
93

Lampiran 17 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan julung-julung
tahun 1997-2005

Nilai CPUE
CPUE (kg/trip)
Tahun Jumlah Rata-rata
Pukat cincin Pukat Pantai Jaring insang
1997 970 30 13 1.014 338
1998 1.137 39 15 1.190 397
1999 1.134 39 26 1.199 400
2000 914 92 14 1.019 340
2001 1.029 42 - 1.071 357
2002 813 60 55 927 309
2003 851 32 - 883 294
2004 1.055 28 13 1.096 365
2005 808 54 5 866 289
Jumlah 8.710 415 141 9.265 3.088
Rata-rata 968 46 16 1.029 343

Nilai fishing power index

Fishing power index


Tahun Jumlah
Pukat cincin Pukat Pantai Jaring insang
1997 1,00 0,03 0,01 1,04
1998 1,00 0,03 0,01 1,05
1999 1,00 0,03 0,02 1,06
2000 1,00 0,10 0,01 1,12
2001 1,00 0,04 0,00 1,04
2002 1,00 0,07 0,07 1,14
2003 1,00 0,04 0,00 1,04
2004 1,00 0,03 0,01 1,04
2005 1,00 0,07 0,01 1,07
Jumlah 9,00 0,44 0,15 9,60

Nilai effort standar


Effort standar
Tahun Jumlah
Pure seine Pukat Pantai Jaring insang
1997 2.400 64 25 2.489
1998 2.450 70 23 2.543
1999 2.462 70 23 2.555
2000 2.700 105 30 2.835
2001 3.310 57 - 3.367
2002 3.420 91 70 3.581
2003 3.674 76 - 3.750
2004 3.100 28 13 3.142
2005 4.000 102 52 4.154
Jumlah 27.516 663 235 28.415
Rata-rata 3.057 74 26 3.157
94

Lampiran 18 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan julung-julung

f y f y f y f y
0 0 25.000 574.240 50.000 15.978 75.000 333
1.000 1.391.548 26.000 503.341 51.000 13.736 76.000 285
2.000 2.345.653 27.000 440.543 52.000 11.804 77.000 243
3.000 2.965.451 28.000 385.051 53.000 10.140 78.000 208
4.000 3.332.461 29.000 336.120 54.000 8.707 79.000 177
5.000 3.510.838 30.000 293.058 55.000 7.475 80.000 151
6.000 3.550.812 31.000 255.228 56.000 6.414 81.000 129
7.000 3.491.484 32.000 222.051 57.000 5.503 82.000 110
8.000 3.363.084 33.000 192.998 58.000 4.719 83.000 94
9.000 3.188.789 34.000 167.592 59.000 4.046 84.000 80
10.000 2.986.200 35.000 145.405 60.000 3.468 85.000 68
11.000 2.768.518 36.000 126.052 61.000 2.971 86.000 58
12.000 2.545.491 37.000 109.190 62.000 2.545 87.000 50
13.000 2.324.177 38.000 94.515 63.000 2.180 88.000 42
14.000 2.109.549 39.000 81.756 64.000 1.866 89.000 36
15.000 1.904.971 40.000 70.672 65.000 1.598 90.000 31
16.000 1.712.588 41.000 61.053 66.000 1.367 91.000 26
17.000 1.533.619 42.000 52.712 67.000 1.170 92.000 22
18.000 1.368.600 43.000 45.485 68.000 1.001 93.000 19
19.000 1.217.568 44.000 39.227 69.000 856 94.000 16
20.000 1.080.203 45.000 33.813 70.000 732 95.000 14
21.000 955.939 46.000 29.131 71.000 626 96.000 12
22.000 844.052 47.000 25.086 72.000 535 97.000 10
23.000 743.721 48.000 21.593 73.000 457 98.000 9
24.000 654.077 49.000 18.578 74.000 390
95

Lampiran 19 Perkembangan produksi bulanan ikan cakalang di PPN Ternate tahun 1998-2005

Produksi dengan alat tangkap huhte Satuan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 85994 68028 179911 230000 38284 14902 27290 32289 676698 84587
Februari 59822 63049 125156 160000 35483 27816 25292 41096 537714 67214
Maret 54962 129417 114986 147000 72834 241407 51916 36203 848725 106091
April 48979 16590 102471 131000 9338 94377 6656 62622 472033 59004
Mei 59074 31526 123591 158000 17742 55633 12647 17612 475825 59478
Juni 56832 71344 118898 152000 40152 29803 28620 20548 518197 64775
Juli 38137 270449 79787 102000 152204 39738 108491 62622 853428 106679
Agustus 53466 114486 111858 143000 64430 21856 45926 22505 577527 72191
September 96837 111166 202595 259000 62562 16889 44595 12721 806365 100796
Oktober 57953 56413 121245 155000 31748 12915 22630 16634 474538 59317
Nopember 34398 11615 71964 92000 6536 13908 4659 6849 241929 30241
Desember 13086 82957 27378 35000 46688 36757 33278 77299 352443 44055
Jumlah 659540 1027040 1379840 1764000 578001 606001 412000 409000 6835422 854428
Rata-rata 54962 85587 114987 147000 48167 50500 34333 34083 569619 71202

Produksi dengan alat tangkap pukat cincin Satuan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 2716 98 132 632 3578 895
Februari 0 0 0 0 2517 184 123 804 3628 907
Maret 0 0 0 0 5166 1593 252 708 7719 1930
April 0 0 0 0 662 623 32 1225 2542 636
Mei 0 0 0 0 1258 367 61 344 2030 508
Juni 0 0 0 0 2848 197 139 402 3586 896
Juli 0 0 0 0 10796 262 527 1225 12810 3202
Agustus 0 0 0 0 4570 144 223 440 5377 1344
September 0 0 0 0 4438 111 216 249 5014 1254
Oktober 0 0 0 0 2252 85 110 325 2772 693
Nopember 0 0 0 0 464 92 23 134 713 178
Desember 0 0 0 0 3312 243 162 1512 5229 1307
Jumlah 0 0 0 0 40999 3999 2000 8000 54998 13749,5
Rata-rata 0 0 0 0 3417 333 167 667 4583 1146

Produksi dengan alat tangkap jaring insang stauan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 0 79 79 79
Februari 0 0 0 0 0 0 0 100 100 100
Maret 0 0 0 0 0 0 0 89 89 89
April 0 0 0 0 0 0 0 153 153 153
Mei 0 0 0 0 0 0 0 43 43 43
Juni 0 0 0 0 0 0 0 50 50 50
Juli 0 0 0 0 0 0 0 153 153 153
Agustus 0 0 0 0 0 0 0 55 55 55
September 0 0 0 0 0 0 0 31 31 31
Oktober 0 0 0 0 0 0 0 41 41 41
Nopember 0 0 0 0 0 0 0 17 17 17
Desember 0 0 0 0 0 0 0 189 189 189
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 1000 1000 1000
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 83 83 83
96

Lampiran 20 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan cakalang di PPN Ternate tahun 1998-2005

Upaya alat tangkap huhte Satuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 12 13 105 55 38 32 32 65 352 44
Februari 14 15 50 48 23 20 38 33 241 30
Maret 22 24 0 63 20 70 59 0 258 32
April 12 13 26 116 27 40 32 16 282 35
Mei 8 9 52 103 29 25 22 32 280 35
Juni 7 8 85 118 28 24 19 50 339 42
Juli 9 9 42 80 31 26 23 26 246 31
Agustus 6 7 64 92 27 23 17 40 276 35
September 9 10 60 121 34 29 25 38 326 41
Oktober 8 8 105 118 30 26 19 65 379 47
Nopember 23 24 51 144 21 18 60 32 373 47
Desember 20 21 32 73 28 24 52 20 270 34
Jumlah 150 161 672 1.131 336 357 398 417 3.622 453
Rata-rata 13 13 56 94 28 30 33 35 302 38

Upaya alat tangkap pukat cincin Satuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 61 52 158 128 399 100
Februari 0 0 0 0 129 110 210 98 547 137
Maret 0 0 0 0 93 79 165 171 508 127
April 0 0 0 0 104 88 152 150 494 124
Mei 0 0 0 0 95 81 125 58 359 90
Juni 0 0 0 0 100 85 129 62 376 94
Juli 0 0 0 0 123 105 122 69 419 105
Agustus 0 0 0 0 102 87 177 126 492 123
September 0 0 0 0 84 71 147 148 450 113
Oktober 0 0 0 0 78 66 180 86 410 103
Nopember 0 0 0 0 83 71 129 106 389 97
Desember 0 0 0 0 103 88 158 96 445 111
Jumlah 0 0 0 0 1155 983 1852 1298 5288 1322
Rata-rata 0 0 0 0 96 82 154 108 441 110

Upaya alat tangkap jaring insang Satuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 0 115 115 115
Februari 0 0 0 0 0 0 0 120 120 120
Maret 0 0 0 0 0 0 0 123 123 123
April 0 0 0 0 0 0 0 127 127 127
Mei 0 0 0 0 0 0 0 164 164 164
Juni 0 0 0 0 0 0 0 175 175 175
Juli 0 0 0 0 0 0 0 162 162 162
Agustus 0 0 0 0 0 0 0 149 149 149
September 0 0 0 0 0 0 0 138 138 138
Oktober 0 0 0 0 0 0 0 129 129 129
Nopember 0 0 0 0 0 0 0 132 132 132
Desember 0 0 0 0 0 0 0 176 176 176
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 1710 1710 1710
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 143 143 143
97

Lampiran 21 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan cakalang dengan metode rata-rata bergerak

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


1998 Januari 7.166
Februari 4.273
Maret 2.498
April 4.082
Mei 7.384
Juni 8.119 5.569
Juli 4.237 5.408 5.488 0,772
Agustus 8.911 5.402 5.405 1,649
September 10.760 5.643 5.522 1,948
Oktober 7.244 5.409 5.526 1,311
Nopember 1.496 5.086 5.247 0,285
Desember 654 5.152 5.119 0,128
1999 Januari 5.233 7.303 6.228 0,840
Februari 4.203 7.924 7.614 0,552
Maret 5.392 7.953 7.939 0,679
April 1.276 7.937 7.945 0,161
Mei 3.503 7.853 7.895 0,444
Juni 8.918 8.128 7.990 1,116
Juli 30.050 7.834 7.981 3,765
Agustus 16.355 7.693 7.764 2,107
September 11.117 7.243 7.468 1,489
Oktober 7.052 7.466 7.354 0,959
Nopember 484 7.372 7.419 0,065
Desember 3.950 6.745 7.058 0,560
2000 Januari 1.713 4.399 5.572 0,308
Februari 2.503 3.182 3.791 0,660
Maret 0 2.537 2.859 0,000
April 3.941 2.046 2.291 1,720
Mei 2.377 2.123 2.084 1,140
Juni 1.399 1.865 1.994 0,702
Juli 1.900 2.071 1.968 0,965
Agustus 1.748 2.140 2.105 0,830
September 3.377 2.334 2.237 1,509
Oktober 1.155 2.100 2.217 0,521
Nopember 1.411 2.030 2.065 0,683
Desember 856 2.020 2.025 0,422
2001 Januari 4.182 1.968 1.994 2,097
Februari 3.333 1.952 1.960 1,700
Maret 2.333 1.849 1.901 1,228
April 1.129 1.862 1.856 0,609
Mei 1.534 1.798 1.830 0,838
Juni 1.288 1.767 1.782 0,723
Juli 1.275 1.502 1.635 0,780
Agustus 1.554 1.353 1.428 1,089
September 2.140 1.462 1.408 1,520
Oktober 1.314 1.397 1.430 0,919
Nopember 639 1.320 1.359 0,470
Desember 479 1.332 1.326 0,361
98

Lajutan Lampiran 21

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


2002 Januari 1.009 1.635 1.484 0,680
Februari 1.543 1.705 1.670 0,924
Maret 3.643 1.680 1.692 2,152
April 346 1.659 1.669 0,207
Mei 612 1.631 1.645 0,372
Juni 1.435 1.731 1.681 0,853
Juli 4.911 1.685 1.708 2,876
Agustus 2.387 1.673 1.679 1,422
September 1.842 1.656 1.664 1,106
Oktober 1.059 1.824 1.740 0,609
Nopember 311 1.959 1.891 0,165
Desember 1.668 1.943 1.951 0,855
2003 Januari 466 1.661 1.802 0,258
Februari 1.391 1.541 1.601 0,869
Maret 3.449 1.436 1.488 2,317
April 2.359 1.389 1.413 1,670
Mei 2.225 1.428 1.408 1,580
Juni 1.242 1.416 1.422 0,873
Juli 1.528 1.448 1.432 1,067
Agustus 950 1.388 1.418 0,670
September 582 1.174 1.281 0,455
Oktober 497 995 1.084 0,458
Nopember 773 857 926 0,835
Desember 1.532 879 868 1,764
2004 Januari 853 1.145 1.012 0,843
Februari 666 1.291 1.218 0,547
Maret 880 1.391 1.341 0,656
April 208 1.449 1.420 0,146
Mei 575 1.391 1.420 0,405
Juni 1.506 1.317 1.354 1,113
Juli 4.717 1.287 1.302 3,624
Agustus 2.702 1.335 1.311 2,061
September 1.784 1.262 1.299 1,374
Oktober 1.191 1.571 1.416 0,841
Nopember 78 1.569 1.570 0,049
Desember 640 1.477 1.523 0,420
2005 Januari 497 1.285 1.381 0,360
Februari 1.245 1.107 1.196 1,041
Maret 0 986 1.046 0,000
April 3.914 908 947 4,133
Mei 550 919 914 0,602
Juni 411 1.188 1.054 0,390
Juli 2.409
Agustus 563
September 335
Oktober 256
Nopember 214
Desember 3.865
99

Lanjutan lampiran 21

Bulan Jul-98 Jul-99 Jul-00 Jul-01 Jul-02 Jul-03 Jul-04 Total RRBi IMPi
Jun-99 Jun-00 Jun-01 Jun-02 Jun-03 Jun-04 Jun-05 Rbi
Juli 0,772 3,765 0,965 0,780 2,876 1,067 3,624 13,85 1,98 197,218
Agustus 1,649 2,107 0,830 1,089 1,422 0,670 2,061 9,83 1,40 139,937
September 1,948 1,489 1,509 1,520 1,106 0,455 1,374 9,40 1,34 133,883
Oktober 1,311 0,959 0,521 0,919 0,609 0,458 0,841 5,62 0,80 79,988
Nopember 0,285 0,065 0,683 0,470 0,165 0,835 0,049 2,55 0,36 36,349
Desember 0,128 0,560 0,422 0,361 0,855 1,764 0,420 4,51 0,64 64,239
Januari 0,840 0,308 2,097 0,680 0,258 0,843 0,360 5,39 0,77 76,694
Februari 0,552 0,660 1,700 0,924 0,869 0,547 1,041 6,29 0,90 89,621
Maret 0,679 0,000 1,228 2,152 2,317 0,656 0,000 7,03 1,00 100,145
April 0,161 1,720 0,609 0,207 1,670 0,146 4,133 8,65 1,24 123,123
Mei 0,444 1,140 0,838 0,372 1,580 0,405 0,602 5,38 0,77 76,637
Juni 1,116 0,702 0,723 0,853 0,873 1,113 0,390 5,77 0,82 82,166
JRRBi 12,04
FK 99,68
100

Lampiran 22 Perkembangan produksi, upaya tangkap dan CPUE bulanan ikan tuna di PPN Ternate tahun 1998-2005

Produksi dengan alat tangkap pancing tonda satuan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 2000 6830 3000 1000 950 0 586 0 14366 1796
Februari 363 6830 760 1000 5000 0 586 54 14593 1824
Maret 3500 12269 750 0 0 14000 6000 0 36519 4565
April 727 8180 1521 0 1890 16000 4500 108 32926 4116
Mei 5400 511 1200 0 0 1000 0 0 8111 1014
Juni 364 5462 2770 8000 950 0 6000 54 23600 2950
Juli 7350 0 2281 0 2840 0 5800 1243 19514 2439
Agustus 6380 0 1522 0 1890 0 0 108 9900 1238
September 4300 7450 2500 2450 24300 9200 7300 5500 63000 7875
Oktober 1090 12290 9000 18000 2760 0 4690 162 47992 5999
Nopember 3190 6830 760 1000 950 0 586 54 13370 1671
Desember 1460 0 3055 0 3780 0 0 217 8512 1064
Jumlah 36124 66652 29119 31450 45310 40200 36048 7500 292403 36550
Rata-rata 3010 5554 2427 2621 3776 3350 3004 625 24367 3046
Lampiran 27 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan tuna di PPN Ternate tahun 1998-2005

Upaya alat tangkap pancig tonda satuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 98 19 20 80 26 68 24 19 354 44
Februari 75 55 58 55 28 52 70 54 447 56
Maret 59 86 92 63 29 41 110 86 566 71
April 81 72 76 69 29 56 91 71 545 68
Mei 79 63 66 76 38 55 80 62 519 65
Juni 49 47 50 73 40 34 60 47 400 50
Juli 81 52 55 63 37 56 66 51 461 58
Agustus 85 53 57 60 34 59 68 53 469 59
September 79 46 49 58 32 55 59 46 424 53
Oktober 92 53 56 36 30 64 67 52 450 56
Nopember 79 44 46 47 30 55 56 43 400 50
Desember 95 63 66 63 40 66 80 62 535 67
Jumlah 952 653 691 743 393 661 831 646 5570 696
Rata-rata 79 54 58 62 33 55 69 54 464 58
101

Lampiran 23 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan tuna dengan metode rata-rata bergerak

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


1998 Januari 20,41
Februari 4,84
Maret 59,32
April 8,98
Mei 68,35
Juni 7,43 38
Juli 90,74 66 52 1,738
Agustus 75,06 76 71 1,052
September 54,43 83 80 0,682
Oktober 11,85 92 88 0,135
Nopember 40,38 87 89 0,451
Desember 15,37 96 91 0,168
1999 Januari 359,47 88 92 3,898
Februari 124,18 82 85 1,456
Maret 142,66 91 87 1,646
April 113,61 109 100 1,133
Mei 8,11 119 114 0,071
Juni 116,21 118 118 0,981
Juli 0,00 100 109 0,000
Agustus 0,00 91 96 0,000
September 161,96 80 85 1,895
Oktober 231,89 72 76 3,053
Nopember 155,23 73 72 2,142
Desember 0,00 68 70 0,000
2000 Januari 150,00 71 70 2,157
Februari 13,10 74 72 0,181
Maret 8,15 81 77 0,105
April 20,01 150 116 0,173
Mei 18,18 138 144 0,126
Juni 55,40 142 140 0,395
Juli 41,47 131 136 0,304
Agustus 26,70 131 131 0,204
September 255,10 130 131 1,952
Oktober 1053,57 129 129 8,136
Nopember 16,52 127 128 0,129
Desember 46,29 132 129 0,358
2001 Januari 12,50 128 130 0,096
Februari 18,18 126 127 0,143
Maret 0,00 108 117 0,000
April 0,00 62 85 0,000
Mei 0,00 63 62 0,000
Juni 109,59 59 61 1,809
Juli 0,00 61 60 0,000
Agustus 0,00 74 67 0,000
September 42,24 74 74 0,571
Oktober 500,00 79 77 6,516
Nopember 21,28 79 79 0,268
Desember 0,00 72 76 0,000
102

Lajutan Lampiran 23

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


2002 Januari 36,54 79 75 0,484
Februari 178,57 83 81 2,204
Maret 0,00 143 113 0,000
April 65,17 109 126 0,517
Mei 0,00 110 110 0,000
Juni 23,75 118 114 0,209
Juli 76,76 115 116 0,660
Agustus 55,59 100 107 0,518
September 759,38 149 124 6,110
Oktober 92,00 167 158 0,583
Nopember 31,67 169 168 0,189
Desember 94,50 167 168 0,564
2003 Januari 0,00 160 163 0,000
Februari 0,00 156 158 0,000
Maret 585,37 106 131 4,472
April 285,71 99 102 2,790
Mei 18,18 96 97 0,187
Juni 0,00 88 92 0,000
Juli 0,00 90 89 0,000
Agustus 0,00 91 90 0,000
September 167,27 47 69 2,436
Oktober 0,00 27 37 0,000
Nopember 0,00 25 26 0,000
Desember 0,00 34 30 0,000
2004 Januari 24,42 41 37 0,654
Februari 8,37 41 41 0,204
Maret 54,55 37 39 1,392
April 49,45 43 40 1,228
Mei 0,00 44 44 0,000
Juni 100,00 44 44 2,269
Juli 87,88 42 43 2,041
Agustus 0,00 41 42 0,000
September 123,73 37 39 3,160
Oktober 70,00 33 35 2,007
Nopember 10,46 33 33 0,318
Desember 0,00 25 29 0,000
2005 Januari 0,00 19 22 0,000
Februari 1,00 20 19 0,051
Maret 0,00 19 19 0,000
April 1,52 14 16 0,093
Mei 0,00 13 13 0,000
Juni 1,15 13 13 0,089
Juli 24,37
Agustus 2,04
September 119,57
Oktober 3,12
Nopember 1,26
Desember 3,50
103

Lanjutan lampiran 23

Bulan Jul-98 Jul-99 Jul-00 Jul-01 Jul-02 Jul-03 Jul-04 Total RRBi IMPi
Jun-99 Jun-00 Jun-01 Jun-02 Jun-03 Jun-04 Jun-05 Rbi
Juli 1,738 0,000 0,304 0,000 0,660 0,000 2,041 4,743 0,678 71,542
Agustus 1,052 0,000 0,204 0,000 0,518 0,000 0,000 1,774 0,253 26,765
September 0,682 1,895 1,952 0,571 6,110 2,436 3,160 16,807 2,401 253,515
Oktober 0,135 3,053 8,136 6,516 0,583 0,000 2,007 20,430 2,919 308,167
Nopember 0,451 2,142 0,129 0,268 0,189 0,000 0,318 3,497 0,500 52,751
Desember 0,168 0,000 0,358 0,000 0,564 0,000 0,000 1,090 0,156 16,436
Januari 3,898 2,157 0,096 0,484 0,000 0,654 0,000 7,289 1,041 109,941
Februari 1,456 0,181 0,143 2,204 0,000 0,204 0,051 4,240 0,606 63,950
Maret 1,646 0,105 0,000 0,000 4,472 1,392 0,000 7,616 1,088 114,873
April 1,133 0,173 0,000 0,517 2,790 1,228 0,093 5,933 0,848 89,501
Mei 0,071 0,126 0,000 0,000 0,187 0,000 0,000 0,384 0,055 5,796
Juni 0,981 0,395 1,809 0,209 0,000 2,269 0,089 5,752 0,822 86,763
JRRBi 11,365
FK 105,589
104

Lampiran 24 Perkembangan produksi bulanan ikan tongkol di PPN Ternate tahun 1998-2005

Produksi dengan alat tangkap huhte Satuan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 5203 8732 2298 6527 21970 10328 851 27436 83345 10418
Februari 9666 16217 4048 12122 6818 18197 1581 32580 101229 12654
Maret 8922 14969 4705 11189 10606 21147 1459 27436 100433 12554
April 2230 3743 2298 2797 15152 10328 365 8574 45487 5686
Mei 3716 6237 1094 4662 23485 4918 608 32580 77300 9663
Juni 23790 39917 1204 29838 9848 5410 3892 33438 147337 18417
Juli 1487 2495 3501 1865 1515 15738 243 90881 117725 14716
Agustus 5204 8732 7003 6527 7576 31475 851 65160 132528 16566
September 9665 16218 7988 12122 3788 35902 1581 46298 133562 16695
Oktober 9664 16217 7112 12121 12121 31967 1581 63446 154229 19279
Nopember 18585 31186 3610 23311 6818 16230 3042 42011 144793 18099
Desember 11895 19959 1860 14919 5303 8360 1946 65160 129402 16175
Jumlah 110027 184622 46721 138000 125000 210000 18000 535000 1367370 170921
Rata-rata 9169 15385 3893 11500 10417 17500 1500 44583 113948 14243

Produksi dengan alat tangkap pukat cincin Satuan: kg


Tahun Rata-
Bulan Jumlah
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 rata

Januari 378 633 2375 473 7030 10672 19534 3282 44377 5547
Februari 700 1175 4185 878 2182 18803 36277 3897 68097 8512
Maret 646 1085 4864 811 3394 21853 33486 3282 69421 8678
April 162 270 2375 203 4848 10672 8372 1026 27928 3491
Mei 269 452 1130 338 7515 5082 13953 3897 32636 4080
Juni 1724 2893 1244 2162 3152 5590 89297 4000 110062 13758
Juli 108 181 3617 135 485 16262 5580 10872 37240 4655
Agustus 377 633 7239 473 2424 32525 19534 7795 71000 8875
September 700 1175 8250 878 1212 37098 36277 5538 91128 11391
Oktober 700 1175 7350 879 3879 33033 36277 7590 90883 11360
Nopember 1347 2260 3730 1689 2182 16770 69764 5026 102768 12846
Desember 862 1446 1920 1081 1697 8640 44649 7795 68090 8511
Jumlah 7973 13378 48279 10000 40000 217000 413000 64000 813630 101704
Rata-rata 664 1115 4023 833 3333 18083 34417 5333 67803 8475

Produksi dengan alat tangkap bagan stauan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 3027 1282 4309 539
Februari 0 0 0 0 0 0 5622 1522 7144 893
Maret 0 0 0 0 0 0 5189 1282 6471 809
April 0 0 0 0 0 0 1297 401 1698 212
Mei 0 0 0 0 0 0 2162 1522 3684 461
Juni 0 0 0 0 0 0 13838 1563 15401 1925
Juli 0 0 0 0 0 0 865 4247 5112 639
Agustus 0 0 0 0 0 0 3027 3045 6072 759
September 0 0 0 0 0 0 5622 2163 7785 973
Oktober 0 0 0 0 0 0 5622 2965 8587 1073
Nopember 0 0 0 0 0 0 10810 1963 12773 1597
Desember 0 0 0 0 0 0 6919 3045 9964 1246
Jumlah 0 0 0 0 0 0 64000 25000 89000 11125
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 5333 2083 7417 927
105

Lampiran 25 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan tongkol di PPN Ternate tahun 1998-2005

Upaya alat tangkap huhte Satuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 12 13 105 55 38 32 32 65 352 44
Februari 14 15 50 48 23 20 38 33 241 30
Maret 22 24 0 63 20 70 59 0 258 32
April 12 13 26 116 27 40 32 16 282 35
Mei 8 9 52 103 29 25 22 32 280 35
Juni 7 8 85 118 28 24 19 50 339 42
Juli 9 9 42 80 31 26 23 26 246 31
Agustus 6 7 64 92 27 23 17 40 276 35
September 9 10 60 121 34 29 25 38 326 41
Oktober 8 8 105 118 30 26 19 65 379 47
Nopember 23 24 51 144 21 18 60 32 373 47
Desember 20 21 32 73 28 24 52 20 270 34
Jumlah 150 161 672 1131 336 357 398 417 3622 453
Rata-rata 13 13 56 94 28 30 33 35 302 38

Upaya alat tangkap pukat cincin Satuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 25 43 15 25 61 52 158 128 507 63
Februari 52 57 12 23 129 110 210 98 691 86
Maret 37 45 21 21 93 79 165 171 632 79
April 42 41 18 22 104 88 152 150 617 77
Mei 38 34 7 21 95 81 125 58 459 57
Juni 40 35 7 14 100 85 129 62 472 59
Juli 50 33 8 17 123 105 122 69 527 66
Agustus 41 48 15 22 102 87 177 126 618 77
September 34 40 18 30 84 71 147 148 572 72
Oktober 32 49 10 30 78 66 180 86 531 66
Nopember 34 35 13 23 83 71 129 106 494 62
Desember 42 43 12 14 103 88 158 96 556 70
Jumlah 467 503 156 262 1155 983 1852 1298 6676 835
Rata-rata 39 42 13 22 96 82 154 108 556 70

Upaya alat tangkap bagan Satuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2.002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 73 43 116 15
Februari 0 0 0 0 0 0 50 45 95 12
Maret 0 0 0 0 0 0 57 47 104 13
April 0 0 0 0 0 0 62 48 110 14
Mei 0 0 0 0 0 0 69 61 130 16
Juni 0 0 0 0 0 0 66 66 132 17
Juli 0 0 0 0 0 0 57 61 118 15
Agustus 0 0 0 0 0 0 55 56 111 14
September 0 0 0 0 0 0 53 52 105 13
Oktober 0 0 0 0 0 0 33 48 81 10
Nopember 0 0 0 0 0 0 43 49 92 12
Desember 0 0 0 0 0 0 57 66 123 15
Jumlah 0 0 0 0 0 0 675 642 1317 165
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 56 54 110 14
106

Lampiran 26 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan tongkol dengan metode rata-rata bergerak

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


1998 Januari 434,11
Februari 690,69
Maret 406,30
April 185,91
Mei 464,61
Juni 3399,12 858,46
Juli 165,25 878,29 868,37 0,19
Agustus 867,43 910,86 894,57 0,97
September 1074,28 929,05 919,95 1,17
Oktober 1208,40 937,57 933,31 1,29
Nopember 809,99 956,62 947,09 0,86
Desember 595,46 1089,28 1022,95 0,58
1999 Januari 672,01 1098,62 1093,95 0,61
Februari 1081,53 1130,29 1114,45 0,97
Maret 624,64 1175,96 1153,13 0,54
April 288,07 1244,22 1210,09 0,24
Mei 693,26 1285,27 1264,74 0,55
Juni 4990,99 1314,95 1300,11 3,84
Juli 277,33 1356,23 1335,59 0,21
Agustus 1247,57 1398,04 1377,13 0,91
September 1622,33 1345,99 1372,01 1,18
Oktober 2027,41 1345,76 1345,87 1,51
Nopember 1302,63 1392,96 1369,36 0,95
Desember 951,62 1164,03 1278,50 0,74
2000 Januari 1167,36 1352,22 1258,13 0,93
Februari 1583,26 1434,75 1393,49 1,14
Maret 0,00 1442,14 1438,45 0,00
April 285,36 1943,48 1692,81 0,17
Mei 1259,68 1937,75 1940,62 0,65
Juni 2243,82 1899,99 1918,87 1,17
Juli 2535,66 1812,86 1856,43 1,37
Agustus 2237,91 1702,44 1757,65 1,27
September 1711,02 1717,94 1710,19 1,00
Oktober 8043,50 1696,47 1707,21 4,71
Nopember 1233,82 1595,74 1646,10 0,75
Desember 498,56 1437,69 1516,72 0,33
2001 Januari 121,69 1228,55 1333,12 0,09
Februari 258,31 1048,52 1138,53 0,23
Maret 186,00 914,99 981,75 0,19
April 27,64 253,96 584,47 0,05
Mei 50,99 167,40 210,68 0,24
Juni 347,18 145,32 156,36 2,22
Juli 26,02 185,27 165,30 0,16
Agustus 77,46 188,53 186,90 0,41
September 108,73 217,43 202,98 0,54
Oktober 111,08 262,22 239,82 0,46
Nopember 195,19 326,10 294,16 0,66
Desember 233,54 326,71 326,40 0,72
107

Lajutan Lampiran 26

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


2002 Januari 601,13 328,64 327,68 1,83
Februari 297,40 345,74 337,19 0,88
Maret 532,81 346,12 345,93 1,54
April 565,06 371,04 358,58 1,58
Mei 817,55 382,01 376,52 2,17
Juni 354,54 378,45 380,23 0,93
Juli 49,19 366,12 372,28 0,13
Agustus 282,61 419,84 392,98 0,72
September 113,28 421,72 420,78 0,27
Oktober 410,15 400,89 411,30 1,00
Nopember 326,80 350,82 375,86 0,87
Desember 190,83 341,66 346,24 0,55
2003 Januari 453,25 391,31 366,49 1,24
Februari 941,96 490,31 440,81 2,14
Maret 555,39 602,41 546,36 1,02
April 315,16 687,67 645,04 0,49
Mei 216,73 740,73 714,20 0,30
Juni 244,60 756,16 748,45 0,33
Juli 644,93 768,51 762,33 0,85
Agustus 1470,61 8797,13 4782,82 0,31
September 1458,53 8897,50 8847,32 0,16
Oktober 1433,24 8986,72 8942,11 0,16
Nopember 963,54 9033,52 9010,12 0,11
Desember 376,01 9225,32 9129,42 0,04
2004 Januari 601,36 9196,70 9211,01 0,07
Februari 97285,50 9171,78 9184,24 10,59
Maret 1759,80 9136,06 9153,92 0,19
April 1385,78 9067,27 9101,67 0,15
Mei 778,36 9490,42 9278,84 0,08
Juni 2546,22 9704,65 9597,54 0,27
Juli 301,49 9689,85 9697,25 0,03
Agustus 1171,54 2004,45 5847,15 0,20
September 1029,90 1857,80 1931,12 0,53
Oktober 607,75 1787,16 1822,48 0,33
Nopember 6041,30 1807,57 1797,36 3,36
Desember 2946,86 1651,64 1729,60 1,70
2005 Januari 423,65 1918,41 1785,02 0,24
Februari 5060,72 1956,75 1937,58 2,61
Maret 0,00 1972,89 1964,82 0,00
April 538,10 2004,50 1988,69 0,27
Mei 1023,29 1610,71 1807,61 0,57
Juni 675,09 1636,91 1623,81 0,42
Juli 3502,70
Agustus 1631,69
September 1223,50
Oktober 987,10
Nopember 1315,87
Desember 3261,19
108

Lanjutan lampiran 26

Bulan Jul-98 Jul-99 Jul-00 Jul-01 Jul-02 Jul-03 Jul-04 Total RRBi IMPi
Jun-99 Jun-00 Jun-01 Jun-02 Jun-03 Jun-04 Jun-05 Rbi
Juli 0,190 0,208 1,366 0,157 0,132 0,843 0,141 3,038 0,434 46,079
Agustus 0,970 0,906 1,273 0,414 0,719 1,888 0,219 6,389 0,913 96,919
September 1,168 1,182 1,000 0,536 0,269 1,726 0,787 6,668 0,953 101,154
Oktober 1,295 1,506 4,711 0,463 0,997 1,581 0,633 11,187 1,598 169,693
Nopember 0,855 0,951 0,750 0,664 0,869 1,049 4,759 9,896 1,414 150,117
Desember 0,582 0,744 0,329 0,716 0,551 0,363 1,807 5,092 0,727 77,240
Januari 0,614 0,928 0,091 1,835 1,237 0,593 0,290 5,587 0,798 84,755
Februari 0,970 1,136 0,227 0,882 2,137 1,003 0,597 6,952 0,993 105,458
Maret 0,542 0,000 0,189 1,540 1,017 2,020 0,000 5,308 0,758 80,519
April 0,238 0,169 0,047 1,576 0,489 0,325 0,312 3,156 0,451 47,874
Mei 0,548 0,649 0,242 2,171 0,303 0,427 0,692 5,033 0,719 76,343
Juni 3,839 1,169 2,220 0,932 0,327 1,781 0,533 10,801 1,543 163,849
JRRBi 11,301
FK 106,184
109

Lampiran 27 Perkembangan produksi bulanan ikan layangl di PPN Ternate tahun 1998-2005

Produksi dengan alat tangkap pukat cincin stuan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 10330 21830 8564 10000 118000 142000 35682 101754 448160 56020
Februari 11032 21522 8442 25000 126000 140000 89205 150963 572164 71521
Maret 11819 33052 12966 23000 135000 215000 82068 180989 693894 86737
April 21100 29363 11519 11000 241000 191000 39250 169312 713544 89193
Mei 15934 33514 13147 9000 182000 218000 32113 159304 663012 82877
Juni 14884 34436 13509 9000 170000 224000 32112 191831 689772 86222
Juli 16109 43199 16946 103000 184000 281000 367524 156801 1168579 146072
Agustus 16548 21830 8564 55000 189000 142000 196250 206010 835202 104400
September 11557 18755 7357 56000 132000 122000 199818 286079 833566 104196
Oktober 13658 13528 5307 74000 156000 88000 264045 99252 713790 89224
Nopember 11206 19678 7719 80000 128000 128000 285455 113432 773490 96686
Desember 18823 20293 7960 73000 215000 132000 260478 124273 851827 106478
Jumlah 173000 311000 122000 528000 1976000 2023000 1884000 1940000 8957000 1119625
Rata-rata 14417 25917 10167 44000 164667 168583 157000 161667 746417 93302

Produksi dengan alat tangkap jaring insang stuan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 1477 944 2421 303
Februari 0 0 0 0 0 0 3693 1401 5094 637
Maret 0 0 0 0 0 0 3398 1679 5077 635
April 0 0 0 0 0 0 1625 1571 3196 400
Mei 0 0 0 0 0 0 1330 1478 2808 351
Juni 0 0 0 0 0 0 1330 1780 3110 389
Juli 0 0 0 0 0 0 15216 1455 16671 2084
Agustus 0 0 0 0 0 0 8125 1912 10037 1255
September 0 0 0 0 0 0 8273 2654 10927 1366
Oktober 0 0 0 0 0 0 10932 921 11853 1482
Nopember 0 0 0 0 0 0 11818 1052 12870 1609
Desember 0 0 0 0 0 0 10783 1153 11936 1492
Jumlah 0 0 0 0 0 0 78000 18000 96000 12000
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 6500 1500 8000 1000

Produksi dengan alat tangkap bagan stauan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 0 19879 19879 2485
Februari 0 0 0 0 0 0 0 29492 29492 3687
Maret 0 0 0 0 0 0 0 35358 35358 4420
April 0 0 0 0 0 0 0 33077 33077 4135
Mei 0 0 0 0 0 0 0 31122 31122 3890
Juni 0 0 0 0 0 0 0 37476 37476 4685
Juli 0 0 0 0 0 0 0 30633 30633 3829
Agustus 0 0 0 0 0 0 0 40246 40246 5031
September 0 0 0 0 0 0 0 55889 55889 6986
Oktober 0 0 0 0 0 0 0 19390 19390 2424
Nopember 0 0 0 0 0 0 0 22160 22160 2770
Desember 0 0 0 0 0 0 0 24278 24278 3035
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 379000 379000 47375
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 31583 31583 3948
110

Lampiran 28 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan layang di PPN Ternate tahun 1998-2005

Upaya alat tangkap pukat cincin stuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 25 43 15 25 61 52 158 128 507 63
Februari 52 57 12 23 129 110 210 98 691 86
Maret 37 45 21 21 93 79 165 171 632 79
April 42 41 18 22 104 88 152 150 617 77
Mei 38 34 7 21 95 81 125 58 459 57
Juni 40 35 7 14 100 85 129 62 472 59
Juli 50 33 8 17 123 105 122 69 527 66
Agustus 41 48 15 22 102 87 177 126 618 77
September 34 40 18 30 84 71 147 148 572 72
Oktober 32 49 10 30 78 66 180 86 531 66
Nopember 34 35 13 23 83 71 129 106 494 62
Desember 42 43 12 14 103 88 158 96 556 70
Jumlah 467 503 156 262 1155 983 1852 1298 6676 835
Rata-rata 39 42 13 22 96 82 154 108 556 70

Upaya alat tangkap jaring insang stuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 195 115 310 39
Februari 134 120 254 32
Maret 0 0 0 0 0 0 153 123 276 35
April 166 127 293 37
Mei 0 0 0 0 0 0 183 164 347 43
Juni 176 175 351 44
Juli 0 0 0 0 0 0 153 162 315 39
Agustus 147 149 296 37
September 0 0 0 0 0 0 140 138 278 35
Oktober 88 129 217 27
Nopember 0 0 0 0 0 0 114 132 246 31
Desember 152 176 328 41
Jumlah 0 0 0 0 0 0 1801 1710 3511 439
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 150 143 293 37

Upaya alat tangkap bagan Satuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 0 43 43 5
Februari 0 0 0 0 0 0 0 45 45 6
Maret 0 0 0 0 0 0 0 47 47 6
April 0 0 0 0 0 0 0 48 48 6
Mei 0 0 0 0 0 0 0 61 61 8
Juni 0 0 0 0 0 0 0 66 66 8
Juli 0 0 0 0 0 0 0 61 61 8
Agustus 0 0 0 0 0 0 0 56 56 7
September 0 0 0 0 0 0 0 52 52 7
Oktober 0 0 0 0 0 0 0 48 48 6
Nopember 0 0 0 0 0 0 0 49 49 6
Desember 0 0 0 0 0 0 0 66 66 8
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 642 642 80
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 54 54 7
111

Lampiran 29 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan layang dengan metode rata-rata bergerak

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


1998 Januari 434,11
Februari 690,69
Maret 406,30
April 185,91
Mei 464,61
Juni 3399,12 858,46
Juli 165,25 878,29 868,37 0,19
Agustus 867,43 910,86 894,57 0,97
September 1074,28 929,05 919,95 1,17
Oktober 1208,40 937,57 933,31 1,29
Nopember 809,99 956,62 947,09 0,86
Desember 595,46 1089,28 1022,95 0,58
1999 Januari 672,01 1098,62 1093,95 0,61
Februari 1081,53 1130,29 1114,45 0,97
Maret 624,64 1175,96 1153,13 0,54
April 288,07 1244,22 1210,09 0,24
Mei 693,26 1285,27 1264,74 0,55
Juni 4990,99 1314,95 1300,11 3,84
Juli 277,33 1356,23 1335,59 0,21
Agustus 1247,57 1398,04 1377,13 0,91
September 1622,33 1345,99 1372,01 1,18
Oktober 2027,41 1345,76 1345,87 1,51
Nopember 1302,63 1392,96 1369,36 0,95
Desember 951,62 1164,03 1278,50 0,74
2000 Januari 1167,36 1352,22 1258,13 0,93
Februari 1583,26 1434,75 1393,49 1,14
Maret 0,00 1442,14 1438,45 0,00
April 285,36 1943,48 1692,81 0,17
Mei 1259,68 1937,75 1940,62 0,65
Juni 2243,82 1899,99 1918,87 1,17
Juli 2535,66 1812,86 1856,43 1,37
Agustus 2237,91 1702,44 1757,65 1,27
September 1711,02 1717,94 1710,19 1,00
Oktober 8043,50 1696,47 1707,21 4,71
Nopember 1233,82 1595,74 1646,10 0,75
Desember 498,56 1437,69 1516,72 0,33
2001 Januari 121,69 1228,55 1333,12 0,09
Februari 258,31 1048,52 1138,53 0,23
Maret 186,00 914,99 981,75 0,19
April 27,64 253,96 584,47 0,05
Mei 50,99 167,40 210,68 0,24
Juni 347,18 145,32 156,36 2,22
Juli 26,02 185,27 165,30 0,16
Agustus 77,46 188,53 186,90 0,41
September 108,73 217,43 202,98 0,54
Oktober 111,08 262,22 239,82 0,46
Nopember 195,19 326,10 294,16 0,66
Desember 233,54 326,71 326,40 0,72
112

Lajutan Lampiran 29

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


2002 Januari 601,13 328,64 327,68 1,83
Februari 297,40 345,74 337,19 0,88
Maret 532,81 346,12 345,93 1,54
April 565,06 371,04 358,58 1,58
Mei 817,55 382,01 376,52 2,17
Juni 354,54 378,45 380,23 0,93
Juli 49,19 366,12 372,28 0,13
Agustus 282,61 419,84 392,98 0,72
September 113,28 421,72 420,78 0,27
Oktober 410,15 400,89 411,30 1,00
Nopember 326,80 350,82 375,86 0,87
Desember 190,83 341,66 346,24 0,55
2003 Januari 453,25 391,31 366,49 1,24
Februari 941,96 490,31 440,81 2,14
Maret 555,39 602,41 546,36 1,02
April 315,16 687,67 645,04 0,49
Mei 216,73 740,73 714,20 0,30
Juni 244,60 756,16 748,45 0,33
Juli 644,93 768,51 762,33 0,85
Agustus 1470,61 8797,13 4782,82 0,31
September 1458,53 8897,50 8847,32 0,16
Oktober 1433,24 8986,72 8942,11 0,16
Nopember 963,54 9033,52 9010,12 0,11
Desember 376,01 9225,32 9129,42 0,04
2004 Januari 601,36 9196,70 9211,01 0,07
Februari 97285,50 9171,78 9184,24 10,59
Maret 1759,80 9136,06 9153,92 0,19
April 1385,78 9067,27 9101,67 0,15
Mei 778,36 9490,42 9278,84 0,08
Juni 2546,22 9704,65 9597,54 0,27
Juli 301,49 9689,85 9697,25 0,03
Agustus 1171,54 2004,45 5847,15 0,20
September 1029,90 1857,80 1931,12 0,53
Oktober 607,75 1787,16 1822,48 0,33
Nopember 6041,30 1807,57 1797,36 3,36
Desember 2946,86 1651,64 1729,60 1,70
2005 Januari 423,65 1918,41 1785,02 0,24
Februari 5060,72 1956,75 1937,58 2,61
Maret 0,00 1972,89 1964,82 0,00
April 538,10 2004,50 1988,69 0,27
Mei 1023,29 1610,71 1807,61 0,57
Juni 675,09 1636,91 1623,81 0,42
Juli 3502,70
Agustus 1631,69
September 1223,50
Oktober 987,10
Nopember 1315,87
Desember 3261,19
113

Lanjutan lampiran 29

Bulan Jul-98 Jul-99 Jul-00 Jul-01 Jul-02 Jul-03 Jul-04 Total RRBi IMPi
Jun-99 Jun-00 Jun-01 Jun-02 Jun-03 Jun-04 Jun-05 Rbi
Juli 0,190 0,208 1,366 0,157 0,132 0,843 0,141 3,038 0,434 46,079
Agustus 0,970 0,906 1,273 0,414 0,719 1,888 0,219 6,389 0,913 96,919
September 1,168 1,182 1,000 0,536 0,269 1,726 0,787 6,668 0,953 101,154
Oktober 1,295 1,506 4,711 0,463 0,997 1,581 0,633 11,187 1,598 169,693
Nopember 0,855 0,951 0,750 0,664 0,869 1,049 4,759 9,896 1,414 150,117
Desember 0,582 0,744 0,329 0,716 0,551 0,363 1,807 5,092 0,727 77,240
Januari 0,614 0,928 0,091 1,835 1,237 0,593 0,290 5,587 0,798 84,755
Februari 0,970 1,136 0,227 0,882 2,137 1,003 0,597 6,952 0,993 105,458
Maret 0,542 0,000 0,189 1,540 1,017 2,020 0,000 5,308 0,758 80,519
April 0,238 0,169 0,047 1,576 0,489 0,325 0,312 3,156 0,451 47,874
Mei 0,548 0,649 0,242 2,171 0,303 0,427 0,692 5,033 0,719 76,343
Juni 3,839 1,169 2,220 0,932 0,327 1,781 0,533 10,801 1,543 163,849
JRRBi 11,301
FK 106,184
114

Lampiran 30 Perkembangan produksi bulanan ikan kembung di PPN Ternate tahun 1998-2005

Produksi dengan alat tangkap pukat cincin stuan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 2293 1351 3680 0 3000 4000 12916 1604 28844 3606
Februari 5733 831 9200 0 0 10000 7948 987 34699 4337
Maret 5160 830 8280 10000 2000 9000 7948 987 44205 5526
April 0 208 0 0 0 0 1987 247 2442 305
Mei 5733 1351 9200 2000 0 10000 12916 1604 42804 5351
Juni 574 623 920 2000 0 1000 5961 740 11818 1477
Juli 1147 104 1840 1000 0 2000 994 123 7208 901
Agustus 2867 1143 4600 27000 0 5000 10929 1356 52895 6612
September 8027 5403 12880 0 2000 14000 51662 6416 100388 12549
Oktober 5733 2909 9200 0 0 10000 27817 3455 59114 7389
Nopember 3440 208 5520 3000 2000 6000 1987 247 22402 2800
Desember 2293 1039 3680 0 0 4000 9935 1234 22181 2773
Jumlah 43000 16000 69000 45000 9000 75000 153000 19000 429000 53625
Rata-rata 17 26 302 41 29 215 222 56 429000 4469

Produksi dengan alat tangkap jaring insang stuan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 253 10045 10298 1287
Februari 0 0 0 0 0 0 156 6182 6338 792
Maret 0 0 0 0 0 0 156 6182 6338 792
April 0 0 0 0 0 0 39 1545 1584 198
Mei 0 0 0 0 0 0 253 10045 10298 1287
Juni 0 0 0 0 0 0 117 4636 4753 594
Juli 0 0 0 0 0 0 19 774 793 99
Agustus 0 0 0 0 0 0 214 8500 8714 1089
September 0 0 0 0 0 0 1014 40182 41196 5150
Oktober 0 0 0 0 0 0 545 21636 22181 2773
Nopember 0 0 0 0 0 0 39 1545 1584 198
Desember 0 0 0 0 0 0 195 7728 7923 990
Jumlah 0 0 0 0 0 0 3000 119000 122000 15250
Rata-rata 17 26 302 41 29 215 222 56 1271

Produksi dengan alat tangkap bagan stauan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 0 1351 1351 169
Februari 0 0 0 0 0 0 0 831 831 104
Maret 0 0 0 0 0 0 0 830 830 104
April 0 0 0 0 0 0 0 208 208 26
Mei 0 0 0 0 0 0 0 1351 1351 169
Juni 0 0 0 0 0 0 0 623 623 78
Juli 0 0 0 0 0 0 0 104 104 13
Agustus 0 0 0 0 0 0 0 1143 1143 143
September 0 0 0 0 0 0 0 5403 5403 675
Oktober 0 0 0 0 0 0 0 2909 2909 364
Nopember 0 0 0 0 0 0 0 208 208 26
Desember 0 0 0 0 0 0 0 1039 1039 130
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 16000 16000 2000
Rata-rata 17 26 302 41 29 215 222 56 167
115

Lampiran 31 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan kembung di PPN Ternate tahun 1998-2005

Upaya alat tangkap pukat cincin stuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 20 72 24 60 22 20 195 115 528 66
Februari 56 49 25 46 62 55 134 120 547 68
Maret 71 56 25 37 98 70 153 123 633 79
April 40 61 26 52 81 40 166 127 593 74
Mei 64 67 34 49 71 63 183 164 695 87
Juni 47 65 36 30 53 47 176 175 629 79
Juli 52 56 33 50 58 52 153 162 616 77
Agustus 54 54 31 53 61 54 147 149 603 75
September 48 50 28 49 53 47 140 138 553 69
Oktober 54 32 26 57 60 53 88 129 499 62
Nopember 45 42 27 49 50 45 114 132 504 63
Desember 64 56 36 59 71 63 152 176 677 85
Jumlah 615 660 351 591 740 609 1801 1710 7077 885
Rata-rata 17 26 302 41 29 215 222 56 74

Upaya alat tangkap jaring insang stuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 158 128 286 36
Februari 0 0 0 0 0 0 210 98 308 39
Maret 0 0 0 0 0 0 165 171 336 42
April 0 0 0 0 0 0 152 150 302 38
Mei 0 0 0 0 0 0 125 58 183 23
Juni 0 0 0 0 0 0 129 62 191 24
Juli 0 0 0 0 0 0 122 69 191 24
Agustus 0 0 0 0 0 0 177 126 303 38
September 0 0 0 0 0 0 147 148 295 37
Oktober 0 0 0 0 0 0 180 86 266 33
Nopember 0 0 0 0 0 0 129 106 235 29
Desember 0 0 0 0 0 0 158 96 254 32
Jumlah 0 0 0 0 0 0 1852 1298 3150 394
Rata-rata 17 26 302 41 29 215 222 56 33

Upaya alat tangkap bagan Satuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 0 0 0 43 43 5
Februari 0 0 0 0 0 0 0 45 45 6
Maret 0 0 0 0 0 0 0 47 47 6
April 0 0 0 0 0 0 0 48 48 6
Mei 0 0 0 0 0 0 0 61 61 8
Juni 0 0 0 0 0 0 0 66 66 8
Juli 0 0 0 0 0 0 0 61 61 8
Agustus 0 0 0 0 0 0 0 56 56 7
September 0 0 0 0 0 0 0 52 52 7
Oktober 0 0 0 0 0 0 0 48 48 6
Nopember 0 0 0 0 0 0 0 49 49 6
Desember 0 0 0 0 0 0 0 66 66 8
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 642 642 80
Rata-rata 17 26 302 41 29 215 222 56 7
116

Lampiran 32 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan kembung dengan metode rata-rata bergerak

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


1998 Januari 114,65
Februari 102,38
Maret 72,68
April 0,00
Mei 89,58
Juni 12,21 71
Juli 22,06 63 67 0,329
Agustus 53,09 56 59 0,893
September 167,23 51 54 3,125
Oktober 106,17 51 51 2,072
Nopember 76,44 46 48 1,577
Desember 35,83 45 45 0,788
1999 Januari 18,76 44 45 0,421
Februari 16,96 41 42 0,400
Maret 14,82 36 39 0,384
April 3,41 35 35 0,096
Mei 20,16 29 32 0,633
Juni 9,58 27 28 0,340
Juli 1,86 39 33 0,056
Agustus 21,17 68 53 0,397
September 108,06 94 81 1,333
Oktober 90,91 94 94 0,966
Nopember 4,95 115 104 0,047
Desember 18,55 116 116 0,161
2000 Januari 153,33 121 118 1,295
Februari 368,00 131 126 2,921
Maret 331,20 161 146 2,269
April 0,00 183 172 0,000
Mei 270,59 199 191 1,418
Juni 25,56 206 203 0,126
Juli 55,76 193 200 0,279
Agustus 148,39 163 178 0,834
September 460,00 158 160 2,872
Oktober 353,85 158 158 2,244
Nopember 204,44 139 148 1,380
Desember 102,22 142 140 0,729
2001 Januari 0,00 139 141 0,000
Februari 0,00 169 154 0,000
Maret 271,74 131 150 1,812
April 0,00 101 116 0,000
Mei 40,82 89 95 0,428
Juni 66,67 81 85 0,784
Juli 20,00 92 87 0,231
Agustus 509,43 92 92 5,526
September 0,00 71 82 0,000
Oktober 0,00 71 71 0,000
Nopember 61,22 68 70 0,880
Desember 0,00 62 65 0,000
117

Lajutan Lampiran 32

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


2002 Januari 136,36 61 61 2,219
Februari 0,00 18 39 0,000
Maret 20,41 21 20 1,034
April 0,00 21 21 0,000
Mei 0,00 20 20 0,000
Juni 0,00 20 20 0,000
Juli 0,00 25 22 0,000
Agustus 0,00 40 32 0,000
September 37,74 49 45 0,848
Oktober 0,00 49 49 0,000
Nopember 40,00 62 56 0,719
Desember 0,00 64 63 0,000
2003 Januari 200,00 67 66 3,048
Februari 181,82 75 71 2,558
Maret 128,57 97 86 1,499
April 0,00 112 104 0,000
Mei 158,73 120 116 1,366
Juni 21,28 125 123 0,173
Juli 38,46 114 120 0,321
Agustus 92,59 104 109 0,848
September 297,87 98 101 2,953
Oktober 188,68 99 98 1,922
Nopember 133,33 91 95 1,404
Desember 63,49 92 92 0,691
2004 Januari 66,27 90 91 0,728
Februari 59,32 88 89 0,667
Maret 51,96 94 91 0,570
April 11,98 105 99 0,120
Mei 70,64 95 100 0,707
Juni 33,89 95 95 0,356
Juli 6,50 134 114 0,057
Agustus 74,37 173 153 0,485
September 369,14 186 180 2,055
Oktober 316,13 191 189 1,677
Nopember 17,44 445 318 0,055
Desember 65,39 555 500 0,131
2005 Januari 526,26 569 562 0,937
Februari 533,48 609 589 0,906
Maret 209,75 733 671 0,313
April 66,15 917 825 0,080
Mei 3126,72 926 922 3,392
Juni 1347,54 1.002 964 1,398
Juli 170,31
Agustus 554,94
September 1864,16
Oktober 2527,11
Nopember 125,03
Desember 966,61
118

Lanjutan lampiran 32

Bulan Jul-98 Jul-99 Jul-00 Jul-01 Jul-02 Jul-03 Jul-04 Total RRBi IMPi
Jun-99 Jun-00 Jun-01 Jun-02 Jun-03 Jun-04 Jun-05 Rbi
Juli 0,329 0,056 0,279 0,231 0,000 0,321 0,057 1,273 0,182 20,032
Agustus 0,893 0,397 0,834 5,526 0,000 0,848 0,485 8,983 1,283 141,308
September 3,125 1,333 2,872 0,000 0,848 2,953 2,055 13,186 1,884 207,417
Oktober 2,072 0,966 2,244 0,000 0,000 1,922 1,677 8,881 1,269 139,697
Nopember 1,577 0,047 1,380 0,880 0,719 1,404 0,055 6,062 0,866 95,359
Desember 0,788 0,161 0,729 0,000 0,000 0,691 0,131 2,499 0,357 39,311
Januari 0,421 1,295 0,000 2,219 3,048 0,728 0,937 8,648 1,235 136,040
Februari 0,400 2,921 0,000 0,000 2,558 0,667 0,906 7,453 1,065 117,241
Maret 0,384 2,269 1,812 1,034 1,499 0,570 0,313 7,882 1,126 123,986
April 0,096 0,000 0,000 0,000 0,000 0,120 0,080 0,297 0,042 4,668
Mei 0,633 1,418 0,428 0,000 1,366 0,707 3,392 7,943 1,135 124,956
Juni 0,340 0,126 0,784 0,000 0,173 0,356 1,398 3,177 0,454 49,984
JRRBi 10,898
FK 110,115
119

Lampiran 33 Perkembangan produksi dan upaya tangkap bulanan ikan julung-julung di PPN Ternate tahun 1998-2005

Produksi dengan alat tangkap pukat cincin stuan: kg


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 0 0 0 0 8000 0 0 2455 10455 1307
Februari 500 1220 0 11000 0 5000 7028 2455 27203 3400
Maret 200 1224 0 11000 0 0 7027 0 19451 2431
April 1200 222 0 2000 0 0 1278 2455 7155 894
Mei 0 778 0 7000 0 0 4472 3271 15521 1940
Juni 0 0 0 0 2000 0 0 0 2000 250
Juli 100 0 0 0 2000 2000 0 0 4100 513
Agustus 0 226 0 2000 0 11000 1278 0 14504 1813
September 0 0 0 0 0 11000 0 3273 14273 1784
Oktober 0 0 0 0 0 12000 0 2455 14455 1807
Nopember 0 0 0 0 0 1000 0 818 1818 227
Desember 0 330 0 3000 0 2000 1917 818 8065 1008
Jumlah 2000 4000 0 36000 12000 44000 23000 18000 139000 17375
Rata-rata 167 333 0 3000 1000 3667 1917 1500 11583 1448

Upaya alat tangkap pukat cincin stuan: trip


Tahun
Bulan Jumlah Rata-rata
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari 25 43 15 25 61 52 158 128 507 63
Februari 52 57 12 23 129 110 210 98 691 86
Maret 37 45 21 21 93 79 165 171 632 79
April 42 41 18 22 104 88 152 150 617 77
Mei 38 34 7 21 95 81 125 58 459 57
Juni 40 35 7 14 100 85 129 62 472 59
Juli 50 33 8 17 123 105 122 69 527 66
Agustus 41 48 15 22 102 87 177 126 618 77
September 34 40 18 30 84 71 147 148 572 72
Oktober 32 49 10 30 78 66 180 86 531 66
Nopember 34 35 13 23 83 71 129 106 494 62
Desember 42 43 12 14 103 88 158 96 556 70
Jumlah 467 503 156 262 1155 983 1852 1298 6676 835
Rata-rata 39 42 13 22 96 82 154 108 556 70
120

Lampiran 34 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan julung-julung dengan metode rata-rata bergerak

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


1998 Januari 0,00
Februari 9,62
Maret 5,41
April 28,57
Mei 0,00
Juni 0,00 3,80
Juli 2,00 3,80 3,80 0,53
Agustus 0,00 4,78 4,29 0,00
September 0,00 6,60 5,69 0,00
Oktober 0,00 4,67 5,63 0,00
Nopember 0,00 6,58 5,62 0,00
Desember 0,00 6,58 6,58 0,00
1999 Januari 0,00 6,41 6,49 0,00
Februari 21,40 6,80 6,60 3,24
Maret 27,20 6,80 6,80 4,00
April 5,41 6,80 6,80 0,80
Mei 22,88 6,80 6,80 3,36
Juni 0,00 7,44 7,12 0,00
Juli 0,00 7,44 7,44 0,00
Agustus 4,71 5,66 6,55 0,72
September 0,00 3,39 4,52 0,00
Oktober 0,00 2,94 3,16 0,00
Nopember 0,00 1,03 1,99 0,00
Desember 7,67 1,03 1,03 7,44
2000 Januari 0,00 1,03 1,03 0,00
Februari 0,00 0,64 0,84 0,00
Maret 0,00 0,64 0,64 0,00
April 0,00 0,64 0,64 0,00
Mei 0,00 0,64 0,64 0,00
Juni 0,00 0,00 0,32 0,00
Juli 0,00 0,00 0,00 0,00
Agustus 0,00 39,86 19,93 0,00
September 0,00 83,51 61,68 0,00
Oktober 0,00 91,08 87,29 0,00
Nopember 0,00 118,86 104,97 0,00
Desember 0,00 118,86 118,86 0,00
2001 Januari 0,00 118,86 118,86 0,00
Februari 478,26 126,44 122,65 3,90
Maret 523,81 126,44 126,44 4,14
April 90,91 126,44 126,44 0,72
Mei 333,33 126,44 126,44 2,64
Juni 0,00 144,29 135,36 0,00
Juli 0,00 155,22 149,76 0,00
Agustus 90,91 115,37 135,29 0,67
September 0,00 71,72 93,54 0,00
Oktober 0,00 64,14 67,93 0,00
Nopember 0,00 36,36 50,25 0,00
Desember 214,29 38,03 37,20 5,76
121

Lajutan Lampiran 34

Tahun Bulan CPUE standar RGi RGPi Rbi


2002 Januari 131,15 39,38 38,71 3,39
Februari 0,00 31,81 35,60 0,00
Maret 0,00 31,81 31,81 0,00
April 0,00 31,81 31,81 0,00
Mei 0,00 31,81 31,81 0,00
Juni 20,00 13,95 22,88 0,87
Juli 16,26 3,02 8,49 1,92
Agustus 0,00 6,81 4,92 0,00
September 0,00 6,81 6,81 0,00
Oktober 0,00 6,81 6,81 0,00
Nopember 0,00 6,81 6,81 0,00
Desember 0,00 5,14 5,98 0,00
2003 Januari 0,00 5,38 5,26 0,00
Februari 45,45 15,91 10,64 4,27
Maret 0,00 28,82 22,37 0,00
April 0,00 43,97 36,40 0,00
Mei 0,00 45,15 44,56 0,00
Juni 0,00 47,04 46,09 0,00
Juli 19,05 47,04 47,04 0,40
Agustus 126,44 46,04 46,54 2,72
September 154,93 49,59 47,82 3,24
Oktober 181,82 50,29 49,94 3,64
Nopember 14,08 53,27 51,78 0,27
Desember 22,73 53,27 53,27 0,43
2004 Januari 0,00 51,69 52,48 0,00
Februari 33,47 41,75 46,72 0,72
Maret 42,59 28,84 35,30 1,21
April 8,41 13,69 21,26 0,40
Mei 35,78 12,52 13,10 2,73
Juni 0,00 11,63 12,07 0,00
Juli 0,00 13,23 12,43 0,00
Agustus 7,22 12,53 12,88 0,56
September 0,00 8,98 10,76 0,00
Oktober 0,00 9,64 9,31 0,00
Nopember 0,00 11,36 10,50 0,00
Desember 12,13 11,36 11,36 1,07
2005 Januari 19,18 11,36 11,36 1,69
Februari 25,05 10,76 11,06 2,26
Maret 0,00 12,60 11,68 0,00
April 16,37 14,98 13,79 1,19
Mei 56,40 15,63 15,30 3,69
Juni 0,00 15,32 15,47 0,00
Juli 0,00
Agustus 0,00
September 22,11
Oktober 28,55
Nopember 7,72
Desember 8,52
122

Lanjutan lampiran 34

Bulan Jul-98 Jul-99 Jul-00 Jul-01 Jul-02 Jul-03 Jul-04 Total RRBi IMPi
Jun-99 Jun-00 Jun-01 Jun-02 Jun-03 Jun-04 Jun-05 Rbi
Juli 0,53 0,00 0,00 0,00 1,92 0,40 0,00 2,85 0,41 45,82
Agustus 0,00 0,72 0,00 0,67 0,00 2,72 0,56 4,67 0,67 75,12
September 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,24 0,00 3,24 0,46 52,14
Oktober 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,64 0,00 3,64 0,52 58,59
Nopember 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,27 0,00 0,27 0,04 4,38
Desember 0,00 7,44 0,00 5,76 0,00 0,43 1,07 14,69 2,10 236,45
Januari 0,00 0,00 0,00 3,39 0,00 0,00 1,69 5,08 0,73 81,69
Februari 3,24 0,00 3,90 0,00 4,27 0,72 2,26 14,39 2,06 231,61
Maret 4,00 0,00 4,14 0,00 0,00 1,21 0,00 9,35 1,34 150,46
April 0,80 0,00 0,72 0,00 0,00 0,40 1,19 3,10 0,44 49,84
Mei 3,36 0,00 2,64 0,00 0,00 2,73 3,69 12,42 1,77 199,82
Juni 0,00 0,00 0,00 0,87 0,00 0,00 0,00 0,87 0,12 14,07
JRRBi 10,65
FK 112,65
123

Lampiran 35 Lokasi perairan dan titik koordinat rumpon bantuan Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Maluku Utara

Lokasi Perairan Titik Koordinat


Perairan P. Morotai 02 31' 55"LU, 128 04' 47" BT
Perairan P. Morotai 02 01'08" LU, 128 37' 10" BT
Perairan Loloda Utara 02 22' 48"LU, 127 39' 31" BT
Laut Maluku 01 34' 14"LU, 127 12' 23" BT
Laut Maluku 01 16' 24"LU, 127 03' 04" BT
Perairan P. Kasiruta 00 24' 38"LS, 126 55' 47" BT
Perairan P. Mandioli 00 47' 32"LS, 126 49' 36" BT
Perairan P. Tapat 01 08' 05"LS, 127 24' 10" BT
Selat Obi 00 58' 04"LS, 127 41' 51" BT
Laut Maluku 00 52' 21"LS, 126 37' 11" BT
Laut halmahera 00 36' 20"LU, 129 30' 57" BT
Laut Halmahera 00 18' 51"LU, 129 16' 39" BT
Perairan Teluk Weda 00 09' 00"LU, 128 13' 40" BT
Perairan P. Gebe 00 00' 55"LU, 129 35' 13" BT
Perairan Patani 00 14' 21"LU, 129 03' 07" BT
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
124

Lampiran 36 Data posisi lokasi sebaran ikan pelagis di perairan Maluku Utara
satuan (derajat)
Januari Februari Maret April
Buzur Lintang Buzur Lintang Buzur Lintang Buzur Lintang
125.00 -1.70 124.00 -1.50 125.37 -1.47 124.32 1.35
124.80 -2.00 126.00 0.00 125.81 -1.55 124.50 -0.54
127.00 -1.50 127.00 1.80 126.26 -1.50 124.73 0.38
127.50 2.50 127.00 3.00 128.00 -1.11 124.92 2.00
127.40 1.00 128.00 0.00 127.37 1.27 125.03 -1.50
128.00 -2.30 128.00 -1.00 127.37 1.71 125.31 1.15
129.00 2.00 124.54 -1.47 126.29 -2.19 125.70 0.42
124.20 -2.18 128.49 2.19 125.02 2.40
125.46 -2.09 128.80 2.87 125.26 -0.37
124.35 -1.58 126.72 1.77 125.29 -1.72
125.30 -1.67 125.98 -2.16 127.01 1.17
126.28 -1.73 127.79 -2.12 127.59 2.21
127.26 1.05 128.28 -1.10 127.77 2.80
128.55 1.61 129.77 0.08 127.81 -1.22
128.08 2.45 129.34 0.62 128.47 -0.10
128.08 -0.35 126.00 -0.44 128.89 1.60
129.17 -2.28 125.31 -2.00 128.93 0.33
124.09 1.16 125.31 -2.95 129.27 -1.58
124.55 1.69 126.02 -1.01 129.37 -0.77
124.67 -1.55 127.02 -1.03 129.38 0.95
126.10 -1.64 127.53 -2.52 129.78 -0.42
127.91 2.30 124.42 -1.51
127.27 1.30 124.73 0.21
128.25 -1.40 125.32 1.71
129.90 0.64
Sumber : Badan Riset Kelutan dan Perikanan
125

Lanjutan lampiran 36
satuan (derajat)
Mei Juni Juli Agustus
Buzur Lintang Buzur Lintang Buzur Lintang Buzur Lintang
124.58 -1.48 124.52 -1.35 125.44 1.79 126.12 -2.90
126.15 -2.20 126.92 -1.70 127.56 2.24 126.59 -2.84
126.69 -1.85 127.09 -1.75 127.69 -2.90 128.18 -2.87
127.44 1.63 126.63 -1.65 128.65 -1.88 129.02 2.64
127.44 -1.29 126.80 0.37 129.35 1.68 128.47 1.78
128.31 2.67 126.89 -1.90 129.64 -1.31 127.49 2.14
128.45 -1.26 127.15 0.88 129.84 -1.71 127.83 -2.56
128.03 1.74 127.17 -0.25 129.95 -2.28 129.33 -0.28
129.92 -2.69 128.47 -1.14 128.38 3.03
129.77 -1.51 128.22 3.07
124.43 -1.50 125.44 1.51
124.61 2.77 124.40 -2.31
124.78 0.57 125.55 2.82
126.57 -2.36 127.71 -2.72
127.16 1.34 128.52 1.87
129.61 -1.77 129.19 1.49
129.64 -2.63 124.77 1.74
125.31 1.83 125.21 2.81
125.51 0.76 128.01 -1.89
126.59 -2.91 128.21 1.83
127.22 -2.53 128.66 0.71
127.35 1.90 129.23 -0.42
128.29 1.94 129.55 1.79
128.81 1.11 129.67 -1.74
129.62 -2.58
124.77 0.20
125.38 0.99
126.36 1.50
126.71 -2.60
127.19 1.97
128.00 -2.20
128.93 1.18
129.67 1.18
129.67 -2.67
129.92 -1.58
126

Lanjutan lampiran 36
satuan (derajat)
September Oktober November Desember
Buzur Lintang Buzur Lintang Buzur Lintang Buzur Lintang
124.02 1.04 128.40 -2.09 124.51 0.05 124.03 1.27
12.64 2.34 128.60 -2.77 124.65 1.81 124.37 -0.35
128.03 -2.01 129.38 -0.24 124.92 -2.36 124.65 -0.17
128.40 -0.07 128.85 -1.90 125.82 1.20 124.96 0.77
128.72 0.73 124.51 0.05 126.19 -2.40 125.24 -2.65
129.27 0.11 124.65 1.81 127.58 2.32 127.54 2.35
129.95 0.94 125.82 1.20 128.04 -2.46 128.13 0.23
126.19 -2.97 128.45 1.80 128.62 -1.65
127.19 1.61 128.82 0.17 128.74 -2.59
127.58 2.32 128.85 1.55
128.82 0.17 129.22 0.42
128.08 -0.37 125.02 2.07
128.09 0.19 125.51 -2.26
125.91 1.01
126.18 2.62
127.21 1.84
127.26 2.46
128.21 -0.06
128.96 -2.47
129.22 0.92
129.71 2.57
129.78 1.32
129.92 -2.22

Anda mungkin juga menyukai