Anda di halaman 1dari 13

POJOK RISET

DINAMIKA POPULASI Selar crumenophthalmus


DI PERAIRAN SEKITAR BITUNG

Oleh :

Rudi Saranga1, Asia1, Jenny Manengkey1, Muhammad Zainul Arifin1

1
Dosen Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung
Jl. Tandurusa Po Box. 12 BTG/Bitung Sulawesi Utara 95526

Abstrac
Ikan Selar crumenophthalmus merupakan salah satu ikan kelompok ikan pelagis kecil
ekonomis penting yang dieksploitasi sepanjang tahun di perairan sekitar Bitung, sehingga
perlu diketahui aspek dinamika populasinya dalam rangka pengelolaan yang
berkelanjutan.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan aspek dinamika populasi dan
menganalisis status pemanfaatan ikan selar berdasarkan aspek dinamika populasi.Hasil
penelitian mendapatkan bahwa ukuran panjang ikan pertama kali tertangkap (L c) 15,93 cm
dan ukuran ikan pertama kali matang gonad (Lm) 17,63 cm; rekrutmen tertinggi terjadi pada
bulan Juli dan Agustus; parameter pertumbuhan meliputi nilai K 1,03/tahun, nilai L∞ 25,50 cm
dan nilai t0 -0,259; mortalitas akibat penangkapan (F) 1,94 lebih besar dibandingkan
mortalitas alami (M) 1,91; nilai SPR sebesar 20%. B berdasarkan aspek biologi dan
dinamika populasi pemanfaatan S. crumenophthalmus termasuk dalam kategori overfishing,
sehingga perlu pengelolaan yang lebih baik untuk keberlanjutan SDI yang ada.

Kata kunci : aspek biologi, dinamika populasi,perairan Bitung, S. crumenophthalmus.

PENDAHULUAN sebaran geografis dari spesies (Sparre &


1.1. Latar belakang Venema, 1998). Pengetahuan tentang
Kelompok ikan selar termasuk kajian stok ikan menjadi sangat penting
sumberdaya ikan pelagis kecil dan dalam kaitannya dengan pernyataan atau
merupakan salah satu hasil tangkapan klaim terhadap sumberdaya internal suatu
nelayan yang tertangkap dengan purse negara, termasuk Indonesia. Stok
seine dan pancing tangan (hand line) tetapi perikanan Indonesia dibedakan dalam dua
sering juga dengan bagan di perairan sekitar kelompok besar, yakni stok ikan-ikan
Bitung. Statistik Pelabuhan Perikanan demersal dan stok ikan-ikan pelagis (DJPT,
Samudera (PPS) Bitung 2015 melaporkan 2013). Tujuan mendasar dari kajian stok
bahwa jenis selar yang didaratkan di PPS adalah untuk menyediakan informasi dan
Bitung terdiri dari satu kelompok saja, tetapi atau rekomendasi untuk kepentingan
secara lokalitas ada empat penamaan eksploitasi sumberdaya ikan secara
kelompok ikan selar yakni Tude atau sering optimum, pemanfaatan, konservasi,
disebut selar mata kecil, Oci atau sering maximum suistanable yield (MSY),
disebut selar mata besar, Tude Batu atau mortalitas, dan input serta output terhadap
sering disebut selar orange, dan Ekor perikanan (Kartamihardja, 2015).
Kuning Napo (Saranga et al, 2017). Studi tentang dinamika populasi ikan
Stok ikan didefenisikan sebagai subset merupakan alat penting dalam praktik
atau sub-populasi dari suatu spesies yang pengelolaan yang efektif (Hoeng & Gruber,
menempati wilayah geografis tertentu, dan 1990) dan dapat memberikan masukan
tidak saling tercampur dengan sub-populasi yang signifikan dalam pengambilan
(spesies sama) di wilayah sekitarnya (Sparre keputusan mengenai pengelolaan stok
& Venema, 1998; Cadima, 2003). Studi sumber daya ikan secara lestari, juga
tentang stok terdiri dari studi tentang memberikan indikasi tingkat eksploitasi
spesies, dinamika populasi dan studi tentang suatu stok dan berfungsi sebagai indikator

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 11


POJOK RISET

biologis untuk menentukan status stok. 2. METODE PENELITIAN


Ukuran keberhasilan pengelolaan perikanan 2.1. Waktu dan tempat
yang baik sangat tergantung pada perkiraan Sampel ikan diperoleh dari hasil
pertumbuhan, mortalitas, dan pola tangkapan nelayan menggunakan pukat
rekrutmen. cincin (purseseine) dan pancing tangan
Salah satu aspek biologi yang dapat (noru) yang melakukan operasi
dikaji diantaranya yakni perubahan penangkapan harian (one day fishing) di
(dinamika) stok sumberdaya yang perairan sekitar Bitung. Lokasi pengambilan
dieksploitasi dimana dapat dipengaruhi oleh sampel di Pelabuhan Perikanan Samudera
beberapa hal yakni pertumbuhan, rekrutmen, Bitung yang secara geografis terletak pada
mortalitas dan laju eksploitasi. Perikanan posisi 1023’23” - 1035’39” LU dan 12501’43” -
Indonesia sangat spesifik karena multi 125018’13” BT.
spesies dan multi gear, artinya dalam suatu Survei lapang dan pengambilan
kegiatan penangkapan menggunakan satu sampling ikan dilakukan dari bulan Juli
alat tangkap, dapat menangkap lebih dari sampai bulan Desember 2017. Sampling
beberapa spesies ikan. ikan diambil setiap bulan dengan jumlah
Informasi tentang dinamika populasi minimal 100 ekor selama 6 (enam) bulan
stok ikan selar yang tertangkap di perairan dengan memperhatikan distribusi ukuran
sekitar Bitung sampai saat ini belum ikan yang disampling.
lengkap, sehingga perlu dikaji dalam rangka
pengelolaan ikan selar di perairan sekitar
Bitung. Salah satu metode yang dapat
digunakan dalam pengkajian dinamika
populasi stok yakni model analitik.
Pendekatan model ini didasarkan pada
struktur ukuran panjang ikan yang diperoleh
dari hasil tangkapan dan menurut runtun
waktu dalam interval bulan (Kartamihardja,
2015).
1.2. Tujuan penelitian
a. Mendapatkan aspek dinamika populasi
ikan selar, yakni rasio kelamin,
pertumbuhan, ukuran ikan pertama kali
tertangkap, ukuran ikan pertama kali Gambar 1. Lokasi pengambilan sampling
matang gonad, rekrutmen, mortalitas, dan ikan di PPS Bitung
laju eksploitasi.
b. Menganalisis status pemanfaatan ikan 2.2. Prosedur penelitian
selar berdasarkan aspek dinamika Penelitian ini dilakukan secara
populasi. deskriptif dengan menggunakan survei
dilapangan. Data diperoleh melalui
pengambilan sampel ikan di lapangan
1.3. Manfaat penelitian sebagai data primer dan statistik hasil
a. Hasil penelitian ini diharapkan tangkapan ikan selar di Kota Bitung
memberikan informasi dalam sebagai data sekunder.
pengembangan ilmu dan teknologi yang
berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan 2.2.1. Pertumbuhan
ikan selar yang berkelanjutan secara Parameter pertumbuhan ikan
optimal dalam menjaga kelestarian stok. menggunakan model pertumbuhan von
b. Informasi ilmiah bagi masyarakat, Bertalanffy yang mengacu pada model
akademisi dan pemangku kepentingan Andrew & Mangel (2012), yakni:
terkait dengan aspek dinamika populasi Lt = L∞1 – e-K(t-to)
ikan selar yang tertangkap di perairan Keterangan :
Bitung kaitannya dengan pemanfaatan Lt= panjang ikan pada saat umur t (satuan
dan manajemen pengelolaan sumberdaya waktu)
ikan selar. L∞= panjang maksimum secara teoritis

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 12


POJOK RISET

(panjang asimtotik) F(c) = (ndL/s√2π)* e-(L’’-L)2/2s2


K= koefisien pertumbuhan (per satuan
waktu) Keterangan :
t0= umur teoritis pada saat panjang ikan F(c) = frekuensi ikan dalam kelas
sama dengan nol panjang
dengan menggunakan pendekatan yang n = jumlah contoh dalam sampling
dikembangkan oleh Gulland dan Holt dL = interval kelas panjang
parameter K dan L∞ diduga dengan s = standar deviasi
formulasi menurut Sparre & Venema (1998) π= konstanta 3,14
sebagai berikut : L’’= nilai tengah kelas panjang
L = rerata panjang satu kohort ikan
L/t = a – b (L t + L t+1)/2 selanjutnya pendugaan rerata dan standar
deviasi panjang ikan dalam setiap contoh
Keterangan: dilakukan dengan mengubah persamaan
L/t = pertambahan panjang per dalam bentuk linear sebagai berikut :
perbedaan umur
(L t + L t+1)/2 = rata-rata panjang antara dua ΔlnFc (z)=a – bx (L + dL/2)
umur yang berbeda
a, b = konstantanilai panjang L∞ Keterangan :
dan konstanta pertumbuhan ΔlnFc (z) = selisih logaritma dua kelas
(K) diestimasi dari persamaan: panjang
L∞= - a / b L + dL/2 = batas atas masing-masing kelas
panjang
k=b a, b = konstanta
Nilai rerata dan standar deviasi panjang
Umur teoritis ikan pada saat panjang sama
setiap kelompok umur tertentu diduga
dengan 0 (t0) dilakukan dengan dengan formulasi :
menggunakan persamaan empiris Pauly
(1984), yakni : Lc = a/b dan s2 = - dL/b.
2.2.3 Ukuran ikan pertama kali matang
gonad (Lm)
ln (-t0) = -0,3922 – 0,2752 ln L∞ -1,038 ln K Pendugaan ukuran ikan pertama kali
matang gonad (Lm = L50) dilakukan dengan
Nilai parameter L∞ dan K didapatkan dengan pendekatan kurva logistik (Sparre &
menggunakan pendekatan yang Venema, 1998) dengan menggunakan
dikembangkan Pauly (1984). Indeks model persamaan :
kelangsungan pertumbuhan (Ø’)
menggunakan persamaan (Adeeb et al., 2014) Q= 1/1 – e-a (L-L50)
dengan persamaan : Ø’ = 2 log10 L∞ +
log10 K Keterangan :
Q = fraksi kelas panjang yang
matang gonad (TKG III dan IV)
2.2.2 Ukuran ikan pertama kali 1 = nilai 100% matang
tertangkap (Lc) gonad e = 2,718
Untuk mendapatkan ukuran ikan a = konstanta
pertama kali tertangkap menggunakan L = nilai tengah kelas panjang
sebaran frekuensi panjang ikan, kemudian L50 = panjang ikan pada saat 50% matang
dianalisis dengan menggunakan pendekatan gonad
persamaan normal (Sparre & Venema,
1998), dimana kelas panjang yang Persamaan tersebut diubah dalam bentuk
mempunyai nilai panjang cagak (FL) tertinggi linear menjadi:
merupakan panjang ikan pertama kali
tertangkap (Lc). Model matematika ln (Q/1-Q) = a L50 - a L
persamaan sebagai berikut :

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 13


POJOK RISET

(ln M)

a = slope
selanjutnya dengan regresi linear diperoleh 2.2.4 Mortalitas dan laju eksploitasi
panjang ikan pada saat matang Penentuan mortalitas total
gonaddengan persamaan : menggunakan teori yang dikembangkan
L50= aL/a Beverton dan Holt (1996) dengan asumsi
bahwa sampel ikan didapatkan dari
Keterangan : populasi yang stabil dengan penambahan
a L = intersep baru (rekrutmen), laju mortalitas yang
konstan dan menggunakan model
pertumbuhan von Bertalannfy. Nilai Z/K
T = rata-rata suhu permukaan air (oC)
dapat diduga apabila nilai-nilai L∞, L dan Lc
bulanan
diketahui melalui model persamaan :
Penentuan laju mortalitas
Z  (L  L) penangkapan (F) ditentukan dengan
formulasi :
K (L  Lc)
F=Z–M
atau jika L’ diketahui dapat menggunakan
rumus : Sedangkan laju eksploitasi (E) diperoleh
dengan cara membandingkan mortalitas
Z  K (L  L) penangkapan dengan mortalitas total
(L  L' ) sebagai berikut:
Keterangan : E F F
Z = mortalitas total
K = laju pertumbuhan ikan (F  M ) Z
L∞= panjang maksimum ikan/panjang
asimtotik pada persamaan pertumbuhan Laju mortalitas penangkapan (F) atau laju
von Bertalanffy
eksploitasi optimum menurut Gulland
L= rata-rata panjang ikan dalam kelompok (1971) dalam Pauly (1984) ialah sebagai
umur tertentu berikut :
Lc = panjang ikan pertama tertangkap
Foptimum = M dan Eoptimum = 0,5
L’ = panjang ikan terkecil dalam sampel
dengan jumlah sudah dapat 2.2.5 Prediksi stok
diperhitungkan
Prediksi stok sumberdaya ikan
Penentuan laju mortalias alami (M)
dianalisis dengan menggunakan model
dengan menggunakan rumus empiris Pauly
analisis yield per recruit (Y’/R) dan biomass
(1984) dalam Sparre dan Venema (1998)
per recruit (B’/R) yang dikembangkan oleh
sebagai berikut :
Beverton dan Holt (1996). Untuk
ln M = - 0,0152 – 0,279 ln L∞ + 0,6543 ln K mendapatkan nilai relatif yield per recruit
+ 0,463 ln T digunakan formulasi sebagai berikut :
dimana M = e
Keterangan :
M = mortalitas alami
L∞= panjang maksimum ikan/panjang
asimtotik pada persamaan Dimana :
pertumbuhan von Bertalanffy

Sedangkan untuk mendapatkan nilai relatif


biomass per recruit (B’/R) diestimasi dari
hubungan :

Selanjutnya dengan menggunakan


program FISAT II nilai Emax, E0,1dan E0,5
dapat di estimasi. Dimana Emax (tingkat
eksploitasi yang menghasilkan hasil

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 14


POJOK RISET

maksimum), E0,1 (tingkat eksploitasi di mana dengan ukuran ikan dewasa yang
marjinal peningkatan relatif yield-perrecruit tertangkap (Prince et al., 2014).
adalah 1/100 pada nilai E = 0) dan E0,5 (nilai Pendekatan SPR ini menggunakan data
E dimana stok telah berkurang menjadi 50% frekuensi panjang sebagai data
dari biomass). Seluruh tahapan pengolohan masukan yang digunakan pada
dan analisis data dinamika populasi perikanan dengan data yang miskin atau
menggunakan software FISAT II. data-poor fisheries dan biasanya terjadi
pada perikanan skala kecil (Hordyk et
2.2.6 Komposisi umur ikan (kohort ikan) al., 2014). Kriteria nilai acuan SPR
Komposisi atau struktur umur ikan menurut Walters & Martell (2004) yakni
hasil tangkapan atau disebut juga age SPR > 40% (under exploited); 20% <
structure models menggunakan model SPR < 40% (moderate); dan SPR < 20%
Length Frequency Data Analysis (LFDA), (over exploited).
berdasarkan data hasil tangkapan menurut
runtun waktu dalam setiap bulan selama
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
satu tahun.
3.1 Ukuran pertama kali matang gonad
2.2.7 Status pemanfatan (Lm)
Status pengusahaan sumberdaya ikan Hasil perhitungan ukuran ikan betina
selar yang didaratkan di PPS Bitung pertama kali matang gonad
dilakukan dengan pendekatan : (Lm)berdasarkan persamaan Sparre &
a) Perbandingan antara Lc dan Lm (Sparre & Venema (1998) didapatkan ukuran panjang
Venema, 1998). Menurut Froese (2003) 17,63 cm (FL) (Gambar 2). Kawamoto
bahwa salah satu tindakan untuk (1973) melaporkan bahwa Lm di perairan
mencegah terjadinya tangkap lebih yakni Hawai pada ukuran 23,0 cm; Sadhotomo
menangkap ikan pada ukuran yang dan Atmaja (1985) mendapatkan Lm 18,7
optimum, yaitu ukuran ikan yang melebihi cm (FL) di perairan Laut Jawa; Clarke &
ukuran ikan pertama kali matang gonad Privitera (1995) mendapatkan Lm pada
(Lc > Lm). ukuran diatas 21,0 cm (SL) di perairan
b) Persentase ikan matang gonad yang Hawai; Adeeb et al. (2014) mendapatkan
dijadikan sampling. Pengusahaan Lm pada ukuran 16,72 cm (FL) di perairan
penangkapan yang baik apabila ikan yang pulau karang Maldives.
tertangkap 90% telah melakukan Adanya perbedaan ukuran Lm
reproduksi atau mencapai ukuran menginformasikan bahwa terjadinya variasi
optimum, sehingga proses rekrutmen nilai disebabkan oleh faktor kondisi
tetap berjalan dan kondisi stok ikan tetap perairan, tingkat eksploitasi dan selektivitas
stabil (Pauly, 1984; Beverton & Holt, alat tangkap yang digunakan. Tekanan
1996; Sparre & Vennema, 1998). terhadap lingkungan dapat berpengaruh
c) Rasio potensi pemijahan atau spawning pada penurunan kelimpahan stok dan
potential ratio (SPR) menggunakan rerata ukuran ikan, fekunditas potensial
software length based-spawning potential menurun, ukuran rerata ikan memijah
ratio (LB-SPR) yang dikembangkan oleh menurun, mengubah rasio jenis kelamin
Hordyk et al. (2014) dan dapat diakses dan keseimbangan interspesifik, serta
secara online padasitus dapat menyebabkan hilangnya diversitas
http://barefootecologist.com.au/lbspr. genetika.
Rasio potensi pemijahan merupakan Penangkapan ikan yang tidak
indeks reproduksi relatif yang digunakan terkontrol dapat mengakibatkan terjadinya
untuk mengetahui kondisi stok pada perubahan kelimpahan relatif spesies dan
perikanan yang telah dieksploitasi. berdampak negatif terhadap kesuburan
Penggunaan pendekatan rasio pontensi perairan serta umur ikan pertama matang
pemijahan adalah sebagai titik acuan gonad (Trenkel & Rochet, 2003; Allan &
biologi atau biologi reference untuk Castillo, 2007).
mengetahui status pengusahaan
berdasarkan hubungan antara selektivitas
rerata ukuran ikan yang tertangkap

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 15


POJOK RISET

Pemanfaatan eksploitasi sumberdaya


ikan yang baik apabila ikan yang
tertangkap umumnya merupakan ikan yang
sudah dewasa atau layak tangkap. Menurut
Froese (2003) overfishing dapat
dicegah dengan mengikuti ketentuan
aturan, yakni menangkap ikan yang telah
mencapai ukuran panjang optimal, dimana
pada ukuran ini biasanya ikan sedikit lebih
besar dari ukuran pertama kali matang
gonad, sehingga ikan mendapat
Gambar 2. Kurva Lm. kesempatan untuk memijah sebelum
S Crumenophthalmus betina tertangkap.
3.3 Parameter pertumbuhan ikan
3.2 Ukuran pertama kali tertangkap (Lm) Pertumbuhan ikan S.
Hasil perhitungan ukuran pertama kali crumenophthalmus (nilai K dan L∞ ) yang
tertangkap secara keseluruhan ikan S. dianalisis dengan menggunakan metode
crumenophthalmus (Gambar 3) didapatkan ELEFANI pada Scanning of K-values dalam
nilai Lc=15,93 cm. Nilai Lc yang diperoleh program FISAT II didapatkan nilai K
dalam penelitian ini lebih kecil dari studi sebesar 1,03/tahun (maximum score
yang dilaporkan sebelumnya oleh Ingles & function 0,384) dengan nilai indeks
Pauly (1984) di Teluk Manila dengan nilai pertumbuhan 2,82 dan nilai L∞ sebesar
Lc=17,9 cm dan di Laut Jawa Indonesia nilai 25,50cm (Gambar 4). Sedangkan nilai t0
Lc=17,8 cm. Dengan mengetahui ukuran (umur teoritis saat panjang ikan sama
ikan pertama kali tertangkap menjadi sangat dengan nol) didapatkan nilai sebesar -
penting dalam bidang penangkapan karena 0,259 tahun.Hasil ini menginformasikan
dapat dijadikan masukan penting dalam bahwa S. crumenophthalmus yang
perhitungan hasil relatif per rekrutmen dan tertangkap di perairan Bitung memiliki pola
biomassa relatif per rekrutmen (Adeeb et al., pertumbuhan yang cepat dan umur secara
2014).Perbandingkan nilai Lc dengan Lm teoritis yang pendek. Nilai K dan r
untuk ikan S.crumenophthalmus betina yang merupakan koefisien yang
didapatkan dalam penelitian yakni Lc=15,93 menentukancepat dan lambatnya
cm dan Lm=17,63 cm (Lc<Lm) sehingga hal pertumbuhan dari suatu spesies, dimana
ini memberikan informasi bahwa ikan yang memiliki nilai koefisien
pemanfaatan sumberdaya ikan S. pertumbuhan (K) besar pada umumnya
crumenophthalmus di perairan sekitar Bitung memiliki umur lebih pendek.
kurang baik, karena ikan yang tertangkap
dalam kondisi belum matang gonad (Lc <
Lm), dan diperkirakan ikan belum melakukan
reproduksi..

Gambar 3. Kurva Lc S. crumenophthalmus Gambar 4. Kurva nilai K dan L∞

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 16


POJOK RISET

Berdasarkan kurva pertumbuhan ikan 2017, Agustus 2017, November 2017 dan
S. crumenophthalmus metode Von Desember 2017; dan kohort yang terdiri
Bartalanffy (Gambar 5), diperoleh dari 3 kelompok ukuran terjadi pada bulan
persamaan Lt = 25,50{1-exp-1,03(t – (-0,259)}. Oktober 2017.
Pada Gambar 5 diperoleh informasi bahwa Kelompok ukuran ikan pada bulan
pada saat umur ikan 5 bulan maka panjang September dengan modus panjang 17,60
teoritis ikan sebesar 8,47cm, umur ikan 10 cm + 0,22 kemudian pada bulan Oktober
bulan maka panjang teoritis ikan sebesar 2017ditemukan pergeseran modus ukuran
13,36cm, umur ikan 15 bulan maka panjang panjang pada ukuran 21,50 cm + 0,13 dan
teoritis ikan sebesar 16,55cm dan umur ikan ditemukan kelompok ukuran (kohort) baru
25 bulan maka panjang teoritis ikan sebesar dengan modus panjang 12,17 cm + 0,17.
19,98cm. Pada saat umur ikan >71 bulan (5 Selanjutnya pada bulan Oktober 2017
tahun 9 bulan) maka panjang teoritis ikan terjadi pergeseran modus panjang dengan
telah mencapai panjang asimtotik (L∞) yakni ukuran 13,60 cm + 0,15, hal ini diduga
25,50 cm, hal ini sesuai yang dinyatakan sebagai hasil dari pertumbuhan kohort
oleh Kawamoto (1973) bahwa umumnya pada Oktober 2017. Kemudian terjadi lagi
ikan S. crumenophthalmus berumur di atas pergeseran modus panjang pada bulan
tiga tahun tetapi sangat jarang yang Desember 2017 dengan ukuran panjang
mencapai umur tersebut akibat faktor 14,38 cm + 0,18 1 yang berasal dari
mortalitas alami dan mortalitas pergeseran modus ukuran panjang stok
penangkapan. Ikan-ikan muda memiliki laju ikan pada bulan-bulan sebelumnya.
pertumbuhan yang lebih cepat jika
dibandingkan dengan ikan-ikan yang lebih
tua, ikan-ikan yang berumur tua tetap
mengalami pertumbuhan akan tetapi
berlangsung lambat sampai mendekati
panjang asimtotik. Welcomme (2001)
menyatakan bahwa semakin ukuran tubuh .
ikan meningkat (umur tua) maka laju
pertumbuhannya kecil.

Gambar 6. Kohort bulanan


S. crumenophthalmus menggunakan
model progression analysis NORMSEP

3.5 Rekrutmen (penambahan baru)


Pola rekrutmen ikan S.
crumenophthalmus di perairan sekitar
Bitung berdasarkan data frekuensi panjang
Gambar 5. Kurva pertumbuhan
yang dianalisis dengan menggunakan
program ELEFAN I menunjukkan bahwa
3.4 Komposisi umur ikan (kohort) rekrut (penambahan baru) hampir terjadi
Berdasarkan analisis kohort panjang sepanjang tahun, dengan penambahan
cagak ikan S. crumenophthalmus (Gambar baru tertinggi terjadi pada bulan Juli 2017
6), diperoleh 3 model kelompok kohort (19,89%), selanjutnya bulan Agustus 2017
ukuran ikan yang tertangkap secara (14,63%) dan September 2017 (12,51%)
bulanan, yakni kohort yang terdapat hanya 1 (Gambar 7).
kelompok ukuran terjadi pada bulan
September 2017; kohort yang terdiri 2
kelompok ukuran terjadi pada bulan Juli

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 17


POJOK RISET

Laju eksploitasi (E) ikan S.


crumenophthalmus di lokasi penelitian
diperoleh nilai sebesar 0,50/tahun (Gambar
8). Hal ini memberikan informasi bahwa
sebesar 50% kematian ikan
S. crumenophthalmus disebabkan oleh
adanya tekanan penangkapan. Hal ini
didasarkan pada konsep laju eksploitasi
optimum yang dikembangkan oleh Gulland
(1971) dan Pauly (1984) bahwa laju
eksploitasi optimum sudah tercapai dengan
nilainya sama dengan 0,5/tahun (Eoptimum =
0,5/tahun). Mengacu pada konsep laju
eksploitasi optimum tersebut, maka laju
Gambar 7. Pola rekrutmanS.
eksploitasi ikan S. crumenophthalmusdi
crumenophthalmus di perairan sekitar Bitung
perairan sekitar Bitung telah mencapai
batas ambang nilai laju eksploitasi optimum
3.6 Mortalitas dan laju eksploitasi yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan
Laju mortalitas ikan S. bahwa kegiatan penangkapan ikan di lokasi
crumenophthalmus di perairan sekitar Bitung penelitian telah memberikan tekanan yang
dianalisis dengan metode kurva hasil intensif terhadap sumberdaya ikan
tangkapan yang dikonversi ke ukuran S. crumenophthalmusdan telah mencapai
panjang ikan (length-converted catch curve) status perikanan fullyexploiteddan sudah
dan variabel parameter pertumbuhan yang mengarah ke over exploited.
digunakan yaitu L∞ sebesar 25,50 cm, K
sebesar 1,03/tahun dan t0 sebesar -0,259 3.7 Prediksi stok ikan
tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa Berdasarkan analisis hasil per
nilai laju mortalitas total (Z) sebesar penambahan baru relative (Y’/R) untuk
3,85/tahun (Gambar 8). Nilai laju mortalitas kondisi perikanan S. crumenophthalmus di
alami (M) diperoleh sebesar 1,91/tahun dan perairan sekitar Bitung sebagaimana
laju mortalitas penangkapan (F) sebesar disajikan padaGambar 9 dan
1,94/tahun. Berdasarkan kedua nilai ini 10menunjukkan bahwa setiap terjadi
dapat disimpulkan bahwa kematian alami penambahan baru, ikan langsung
ikan S. crumenophthalmus di perairan tertangkap oleh alat tangkap.
sekitar Bitung tergolong besar dan hal ini Hasil analisis Y’/R ikan
menunjukkan pula bahwa telah terjadi S. crumenophthalmus diperoleh nilai
kegiatan penangkapan ikan yang sangat Lcuntuk kondisi saat ini sebesar 15,93cm,
intensif. laju eksploitasi maksimum (Emax)
sebesar0,398/tahun dengan nilai Y’/R
maksimum (MSY relatif) sebesar 0,92. Laju
eksploitasi pada E0,1 sebesar 0,713/tahun
dengan nilai Y’/R sebesar 0,91 dan laju
eksploitasi pada E0,5 sebesar 0,398/tahun
dengan nilai Y’/R sebesar 0,06 (Gambar 9),
sehingga nilai E saat ini masih berada di
bawah ambang batas Emaxtetapi sudah
mendekati ambang batas maksimumnya.
Pada E0,1(tingkat eksploitasi di mana hanya
mengeksploitasi biomassa 10% dari
biomassa awal/Bv) didapatkan nilai
0,731/tahun dan didasarkan pada hal
tersebut maka status pemanfaatan S.
Gambar 8. Kurva hasil tangkapan yang crumenophthalmus saat ini sudah dalam
dilinearkan berdasarkan data komposisi kondisi tangkap lebih (melampaui ambang
panjang ikan

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 18


POJOK RISET

batas E0,1) yakni telah terlampaui sebesar saat sekarang (Lc = 15,93cm) dengan
3% rerata bobot individu 103,82gram maka
akan diperoleh peningkatan produksi ikan
S. crumenophthalmus sebesar 53,9%
dikarenakan rerata bobot individu ikan
pada Lc = 18,63 ialah 121,42 gram. Nilai Lc
hasil simulasi yang diperoleh yakni 18,36
cm lebih besar dibandingkan dengan nilai
Lm yakni 17,63 cm, sehingga berdasarkan
hasil simulasi ini dan untuk menjamin
keberlanjutan sumberdaya ikan S.
crumenophthalmus di perairan sekitar
Bitung setidaknya menangkap ukuran
panjang cagak ikan minimum 17,63 cm
agar ikan S. crumenophthalmus memiliki
kesempatan untuk menghasilkan individu
Gambar 9. Kurva hubungan Y’/R dan B’/R baru dan kondisi stok ikan tetap stabil
karena terjadi proses rekrutmen.
Biomassa rata-rata per penambahan
baru (B’/R) adalah biomassa ikan S.
3.8 Status pemanfaatan
crumenophthalmus yang berukuran Lc dan
3.8.1 Perbandingan Lc dan Lm
atau yang lebih besar dari Lc. Titik optimum Status pengusahaan sumberdaya ikan
terbaik yang terpilih berada pada laju S. crumenophthalmus di perairan sekitar
eksploitasi (E0,1) 0,713/tahun dan pada Bitung berdasarkan perbandingan ukuran
biomassa per penambahan baru relatif ikan pertama kali tertangkap (L c) dan ukuran
optimum (B’/R) tercapai pada saat nilai Lc ikan pertama kali matang gonad (L m) n
0,7 (Lc=15,93cm) sebesar 0,398 dari diperoleh nilaiLc 15,93 cm dan Lm 17,63 cm.
biomassa awal. Dan interaksi antara nilai L c Perbandingan nilai Lc dengan nilai Lm jauh
dengan laju eksploitasi yang memberikan lebih kecil (Lc < Lm), sehingga hal ini
gambaran biomassa per penambahan baru memberikan informasi bahwa
relatif ditampilkan padaGambar 10. pengusahaan sumberdaya ikan S.
crumenophthalmus di perairan sekitar
Bitung kurang baik, karena ikan yang
tertangkap dalam kondisi belum matang
gonad. Salah satu indikator bahwa
pemanfaatan perikanan dalam kondisi baik
jika nilai Lc > Lm, sebaliknya jika nila Lc <
Lm,maka kondisi pemanfaatan sumberdaya
ikan kurang baik karena dapat
mengakibatkan pertumbuhan stok ikan
yang tidak sehat sebagai akibat tekanan
penangkapan.Kondisi ini dapat
diminimalisir dengan menangkap ikan pada
ukuran yang sudah dewasa dan
mengurangi tekanan penangkapan melalui
Gambar 10.Hubungan B’/R dengan Lc dan E pengurangan trip penangkapan khususnya
pada saat musim pemijahan ikan.
Berdasarkan simulasi dari hasil per Penangkapan ikan yang tidak
penambahan baru relatif (Y’/R) dan terkontrol dapat mengakibatkan terjadinya
biomassa per penambahan baru relatif penurunan rata-rata umur ikan dan ukuran
(B’/R), maka dapat disimpulkan bahwa MSY ikan (Trippel, 1995; Hutchings, 2004; Allan
relatif diperoleh apabila nilai Lc sebesar & Castillo, 2007) dan untuk tujuan
18,36cm dan nilai E sebesar 0,434/tahun. keberlanjutan sumberdaya sebaiknya
Apabila dibandingkan dengan ukuran ikan menangkap ikan pada ukuran mencapai
S. crumenophthalmusyang tertangkap pada

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 19


POJOK RISET

panjang optimum dan selektif terhadap Hasil analisis SPR menginformasikan juga
ukuran ikan untuk menghindari terjadinya bahwa terjadi tekanan penangkapan yang
rekruitmen overfishing dan growth cukup tinggi pada spesies S.
overfishing pada stok ikan (Sparre & crumenophthalmus sehingga hal ini
Venema, 1998; Froese, 2003; Walters & mengindikasikan bahwa pemanfaatan
Martell, 2004). sumberdaya dalam kondisi yang kurang
baik secara biologi.

3.8.2 Persentase ikan matang gonad (% Tabel 1. Nilai SPR S. Crumenopthalmus


Lm) yang tertangkap di perairan Bitung

Pendekatan lainyang dapat digunakan Nama spesies SPR SL50 SL95 F/M M/K
sebagai acuan status pemanfaatan adalah (%)
persentase ikan betina yang tertangkap
dalam kondisi matang gonad (mature). Hasil Selar 20 13,61 24,23 1,73 1,83
crumenophthalmus
peneltian menginformasikan bahwa S.
crumenophthalmus betina matang gonad
berjumlah 174 ekor (52,571%), dimana
kondisi ini belum memenuhi kriteria
keberlanjutan sumberdaya ikan yang baik Nilai F/M > 1 pada Tabel 1
secara biologi, karena persentase ikan menunjukkan bahwa jumlah kematian ikan
matang gonad yang tertangkap masih di akibat aktivitas penangkapan lebih tinggi
bawah 90%, sehingga kondisi ini dikuatirkan dari pada kematian alami. Hal ini perlu
akan berpengaruh pada keberlanjutan stok mendapat perhatian untuk mengurangi
S. crumenophthalmus di perairan sekitar tekanan penangkapan dengan cara
Bitung. Pemanfaatan sumberdaya ikan yang memperhatikan selektivitas alat tangkap
baik apabila ikan yang tertangkap 90% telah yang digunakan, pembatasan jumlah alat
melakukan reproduksi atau mencapai ukuran tangkap, penutupan sementara aktivitas
optimum, sehingga proses rekrutmen penangkapan pada saat musim pemijahan
biomass yang baru tetap berjalan dan ikan, dan pengurangan jumlah trip
kondisi stok ikan tetap stabil (Pauly, 1984; penangkapan. Strategi dan aksi untuk
Beverton & Holt, 1996; Sparre & Vennema, mencegah terjadinya tekanan
1998). Menurut Sparre & Venema (1998) penangkapan perlu dilakukan oleh instansi
bahwa apabila ikan yang tertangkap memiliki terkait untuk meminimalisir dampak negatif
ukuran yang sudah layak tangkap atau yang akan timbul terhadap kondisi stok
sudah matang gonad, maka pengusahaan ikan S. crumenophthalmus di perairan
sumberdaya ikan tersebut dapat dikatakan sekitar Bitung berdasarkan kajian dinamika
tidak mengalami growth overfishing pada populasi saat ini.
stok. Visualisasi SPR (Gambar 11)
menunjukkan bahwa status pengelolaan S.
crumenophthalmus pada kategori over
3.8.3 Rasio Potensi Pemijahan (RPP) exploited (warna merah) dan berada sedikit
di bawah titik acuan, sehingga kondisi ini
Analisis rasio potensi pemijahan ikan
perlu mendapat perhatian yang serius
S. crumenophthalmus (Tabel 1) diperoleh
dalam pemanfaatan sumberdaya ikan S.
nilai sebesar 20%, nilai koefisien
crumenophthalmus di perairan sekitar
pertumbuhan yakni tingkat mortalitas
Bitung sehingga perlu mempertimbangkan
terhadap pertumbuhan (M/K) sebesar 0,87
musim pemijahan, ukuran ikan pertama kali
dan nilai tingkat penangkapan terhadap
tertangkap, ukuran ikan pertama kali
mortalitas (F/M) sebesar 1,73. Berdasarkan
matang gonad, kondisi geografis, distribusi
nilai SPR S. crumenophthalmus
spesies, karakteristik sejarah kehidupan,
mengindikasikan bahwa status pemanfaatan
pola eksploitasi
dalam kategori over exploited (SPR < 20%).

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 20


POJOK RISET

1. Ukuran panjang ikan


S. crumenophthalmus pertama kali
tertangkap (Lc) sebesar 15,93 cm dan
ukuran ikan pertama kali matang gonad
(Lm) sebesar 17,63 cm.
2. Rekrutmen (penambahan baru) ikan
S. crumenophthalmus terjadi sepanjang
tahun, dengan penambahan baru
tertinggi terjadi pada bulan Juli dan
Agustus.
3. Parameterpertumbuhanikan
S. crumenophthalmus meliputi nilai K
sebesar 1,03/tahun, nilai L∞ sebesar
25,50 cm dan nilai t0 (umur teoritis saat
Gambar 11. Nilai SPR ikan panjang ikan sama dengan nol) sebesar
S. Crumenophthalmus -0,259.
4. Mortalitas ikan S. crumenophthalmus
akibat penangkapan (F = 1,94) lebih
Perbandingan antara ukuran ikan besar dibandingkan mortalitas alami (M
pertama kali tertangkap (Lc) dan ukuran = 1,91).
pertama kali matang gonad (Lm) hasil 5. Nilai SPR sebesar 20% menunjukkan
analisis SPR (Gambar 12) menunjukkan bahwa pengusahaan sumberdaya ikan
kecenderungan dimana Lc< Lm, yang berarti S. crumenophthalmus di perairan Bitung
bahwa ikan yang tertangkap masih kategori termasuk over exploited.
belum dewasa. Menurut Noija et al. (2014), 6. Status pemanfaatan sumberdaya ikan
bila nilai Lc < Lm, maka ini berarti ikan yang S. crumenophthalmus di perairan sekitar
tertangkap umumnya masih dalam keadaan Bitung berdasarkan aspek biologi dan
remaja atau belum matang, sehingga dinamika populasi termasuk dalam
pengelolaan sumberdaya ikan dapat kategori overfishing.
dikatakan mengalami growth overfishing
pada stok.
4.2 Saran
1. Mengamankan sumberdaya ikan S.
crumenophthalmus di wilayah
perairan sekitar Bitung melalui
peningkatan ukuran ikan yang
ditangkap, yakni minimal ukuran
panjang cagak> 17,63 cm.
2. Pengurangan trip penangkapan pada
bulan September - November untuk
memberikankesempatanikan
S. crumenophthalmus melakukan
pemijahan dan berkembang biak.

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 12. Perbandingan Lc dan Lm
S. crumenophthalmus hasil analisis SPR Adeeb, S. , N. Fadzly & A. S. R. Md Sah.
(2014). Population Dynamics of Bigeye
Scad, Selar crumenophthalmus in
4. SIMPULAN DAN SARAN Bangaa Faru, Maldives.J Mar Biol
Oceanogr 3:3.
4.1. Simpulan
Allan J.D & M.M Castillo. (2007). Stream
Simpulan penelitian dinamika populasi
ecology: Stucture and fuction of
ikan S. crumenophthalmus yang tertangkap
di perairan Bitung adalah : running waters. Second
edition.Springer.Netherland.

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 21


POJOK RISET

Andrew, O.S & M. Mangel.(2012). Estimating Ikan. Protokol Pengkajian Stok Sumber
von Bertalanffy parameters with Daya Ikan. Komisi Nasional Pengkajian
individual and environmental variations Sumber Daya Ikan.Hal.95-119.
in growth.Journal of Biological Kawamoto P.Y. (1973). Management
Dynamics. investigation of the akule or bigeye
DOI:10.1080/17513758.2012.697195. scadTrachurops crumenophthalmus
Beverton, R.J.H & Holt, S.J. (1996).Manual of (Bloch). Completion report prepared for
methods for fish stock assessment part National Marine Fisheries Service
II.FAO Fisheries Technical Paper. Rome under Commercial Fisheries Research
38-67. and Development Act. P.L. 88-309
Cadima, E. L. (2003). Fish Stock Assesment Project No. H-4-R.28 pp.
Manual.FAO Fisheries Technical Paper. Pauly, D. (1984). Fish Population Dynamics
Rome. 161 p. in tropical Waters : A Manual for Use
Clarke A.T & L.A Privitera. (1995). with Programmable Calculators.
Reproductive Biology of Two Hawaiian ICLARM Studies and Reviews. No. 8.
Pelagic Carangid Fishes, the Bigeye 325p.
Scad, Selar crumenophthalmus, and the Prince J. ( 2014). A technical report on an
Round scad, Decapturus SPR size assessment of the blue
macarellus.Bulletin of Marine Science swimmer crab fishery in Southeast
56(1):33-47. Sulawesi. Technical Report for IMACS,
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2013). USAID, 30 pp.
Standar Klasifikasi Statistik Jenis Ikan Saranga, R., H.M.P Ondang, G.D.R Wiadnya,
Perikanan Laut. Kementerian Kelautan D. Setyohadi & E.Y Herawati. 2017.
dan Perikanan. Jakarta. 188 hlm. Morpho-Species Charesteristics and
Froese R. (2003) Keep it simple: three Phylogenetic of Trevally Species
indicators to deal with overfishing. Fish (Family Carangidae) Caught Within
and Fisheries 5: 86-91. Malluccas Sea of Indonesia. J. Eng.
Gullan, J.A. (1971). The fish resources of the Applied Sci.12 (Special Issue 8): 8446-
ocean.West Byfleet, Surrey, Fishing 8453.
News (Books) Ltd.For FAO Fish Tech. Sparre, P & S.C Venema. (1998).
Pap. (97): 425p. Introduction to Tropical Fish Stock
Hoenig, J.M & S.H. Gruber. (1990). Life-history Assessment. Part I: Manual. FAO
patterns in the elasmobranchs: Computerized Information Series
implications for fisheries management. (Fisheries). No. 12.FAO (Foodand
In: Pratt, S.H. Gruber and T. Taniuchi Agriculture Organization of the United
(eds.), Elasmobranchs as living Nations), Rome. 56p.
resources: advances in the biology, Trippel, E.A. (1995). Age at amturity as a
ecology, systematics, and the status of stress indicator in fisheries. BioScience
the fisheries. U.S. Department of 45: 759-771.
Commerce. National Oceanic and Trenkel V.M & M.J Rochet. (2003).
Atmospheric Administration Tech. Rep. Performance of indicators derived from
NMFS, 90: 1-16. abundance estimates for detecting the
Hordyk A, K. Ono, S. Valencia, N. Loneragan, impact of fishing on a fish community.
J. Prince.(2014). A novel length-based Can. J. Fish.Aquat. Sci. 60:67-85.
empirical estimation method of spawning Walters, C.J & S.J.D Martel.(2004). Fisheries
potential ratio (SPR) and test of its Ecology and Management. Princeton
performance, for small-scale, data-poor University.New Jersey (USA), 448 pp.
fisheries.ICES Journal of Marine Science Welcomme R.L. (2001). Inland Fisheries,
doi:10.1093/icesjms/fsu004. Ecology and Management. Fishing
Hutchings J.A. (2004). The cod that got away. News Book, A division of Blachwell
Nature 428: 899-900. Science.358 p.
Kartamihardja, E. S. (2015). Pengkajian Stok
(Stock Assesment) Ikan di Perairan
Umum Daratan Indonesia.Komisi
Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya
Ikan. Pusat Penelitian Pengelolaan
Perikanan dan Konservasi Sumber Daya

BULETIN MATRIC Vol. 15 No. 1 Juni 2018 22

Anda mungkin juga menyukai