Oleh :
Nama : Isna Fitriana
NIM : B1A015024
Rombongan :V
Kelompok :3
Asisten : Sutri Handayani
Retensi energi ialah banyaknya energi pakan yang dikonsumsi makhluk hidup
yang dapat disimpan dalam tubuh. Retensi atau tingkat efisiensi energi dapat
dicerminkan dari rasio besarnya pertambahan energi tubuh terhadap jumlah energi
pakan yang dikonsumsi oleh ikan (Djayasewaka, 1990). Besarnya energi pakan yang
terkontribusi pada pertambahan energi tubuh energi tubuh juga digambarkan dengan
retensi energi (Lupatsch, 2010). Retensi energi pada ikan hanya sebagian kecil saja
yang dialokasikan untuk pertumbuhan dan separuh total energi yang diperoleh dari
pakan menjadi limbah dalam bentuk feses dan ekskresi. Energi yang dikonversi dari
pakan yang dikonsumsi, sebagian besar akan hilang dalam bentuk panas dan hanya
sekitar 1/5 dari total energi yang diperoleh dalam bentuk pertumbuhan. Retensi
energi mencerminkan seberapa besar energi pakan berkontribusi terhadap
pertambahan energi tubuh. Rasio besarnya pertambahan energi tubuh terhadap
jumlah energi pakan yang dikonsumsi akan mencerminkan tingkat efisiensi energi
pakan atau retensi energi. Metabolisme merupakan segala proses reaksi kimia yang
terjadi di dalam tubuh organisme yang meliputi anabolisme dan katabolisme.
Konsumsi oksigen merupakan salah satu parameter fisiologis yang dapat digunakan
untuk menaksir laju metabolisme secara tidak langsung, yaitu dengan mengukur
oksigen yang digunakan dalam proses oksidasi (Karim, 2007).
Pakan ikan merupakan campuran berbagai bahan pangan yang disebut dengan
bahan mentah atau bahan baku yang baik bagi pertumbuahan ikan, baik pakan yang
bersifat nabati maupun bersifat hewani, yang diolah sedemikian rupa sehingga
mudah untuk dimakan dan dicerna oleh tubuh ikan dan sebagai nutrisi bagi ikan.
Selain itu, pakan ikan adalah makanan yang khusus dibuat atau diproduksi agar
mudah dan tersedia untuk dimakan. Pakan ikan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan tubuh ikan serta bagi metabolisme maupun aktifitas
ikan secara keseluruhan. Kandungan dalam pakan ikan antara lain mengandung
komponen seperti protein, lemak, karbohidrat, dan sebagainya yang berguna bagi
pertumbuhan dan sumber energy ikan. Tingkat ketersediaan energi pakan dapat
diukur dengan nilai kalori pakan dengan komponen pada pakan ikan yang memilki
satuan energi yaitu kalori (Murtidjo, 2001).
Proporsi energi yang dialokasikan pada berbagai komponen anggaran energi
berubah dengan meningkatnya ukuran tubuh. Menurunnya laju pertumbuhan pada
ikan tidak hanya disebabkan oleh perubahan retensi energi, tetapi juga oleh beberapa
faktor yaitu menurunnya energi intake, meningkatnya proporsi energi yang hilang
melalui feses, meningkatnya energi yang hilang melalui urin, meningkatnya energi
yang dipakai untuk memproduksi panas, meningkatnya kandungan energi tubuh
relatif pada ikan yang berukuran relatif besar. Energi yang diperoleh dari pakan
digunakan untuk aktivitas voluntary dan mengganti jaringan yang rusak dan lainnya
hilang dalam bentuk feses dan sampah metabolisme yang diekskresikan (Elliot,
1997).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum retensi energi adalah untuk melihat seberapa besar
energi pakan yang dikonsumsi ikan yang dapat disimpan dalam tubuh (retensi
energi), dan juga mempelajari perbedaan kualitas pakan juga menghasilkan
perbedaan retensi energi.
II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
3.1 Hasil
Diketahui :
Bowyer, Jenna N., Qin, Jian G., Stone, David A. J. 2013. Protein, Lipid And Energy
Requirements of Cultured Marine Fish in Cold, Temperate And Warm Water.
Reviews in Aquaculture. (5): 1032.
Cui, Y, Hung, S & Zhu, X. 1996. Effect of Ration and Body Size on the
Energy Budget of Juvenile White Sturgeon. Journal Fish, Biol.
Djayasewaka, H. 1990. Pakan Ikan. Jakarta: CV Yasaguna.
Elliot, W.H and Elliot, D.C.1997. Biochemistry and Molecular Biology. New York:
Oxford University Press.
Halver, J. A. 1989. Fish Nutrition. New York: Academic Press.
Halves, Z. E. 1987. Protein and Amino Acid In Fish Feed Technology. UN
Development Progame, Feed and Agriculture Organ of The UN, rose: p324-
350.
Kalita, P., Mukhopadhyay, P. K., Mukherjee, K. 2008. Supplementation of Four
Non-conventional Aquatic Weeds to the Basal Diet of Catla catla and
Cirrhinus mrigala Fingerlings: Effect on Growth, Protein utilization and Body
Composition of Fish. Journal of ACTA Ichthyologica et Piscatoria. 38(1), pp.
21-27.
Karim, M. Y. 2007. Pengaruh Salinitas dan Bobot Terhadap Konsumsi Kepiting
Bakau (Scylla serrata Forsskal). Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Unhas, 7 (2), pp. 85 92.
Kumar, S & Tembhre. 1997. Anatomy and Physiology of Fishes. New Delhi: Vikas
Publishing House Private Limited.
Lupatsch et al. 2010. Effect of stocking density and feeding level on energy
expenditure and stress responsiveness in European sea bass Dicentrarchus
labrax. Aquaculture, 298(1), pp. 245250.
Mokoginta, I., F. Hapsyari, & M. A. Suprayudi. 2004. Peningkatan Retensi Protein
Melalui Peningkatan Efisiensi Karbohidrat Pakan yang Diberi Chromium pada
Ikan Mas Cyprinus carpio Linn. Jurnal Akuakultur Indonesia. 3 (2), pp. 37-41.
Mudjiman, A. 1989. Makanan Ikan. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Mujiman, A. 1985. Makanan Ikan. Bogor: PT Penebar Swadaya.
Murtidjo, A. B. 2001. Pedoman Meramu Ikan. Yogyakarta : Kanisius.
Ningrum S dan Reza S. Pemanfaatan Pakan Iso Protein Dengan Kadar Karbohidrat
dan Lemak yang Berbeda Untuk Pertumbuhan Benih Ikan Patin JAMBAL
(Pangasius djambal). 2008. Journal Ris akuakultur, 3 (2), pp. 215-224.
Setiawati, M. Suprayudi. 2003. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila Merah
(Oreochromis sp.) yang Dipelihara pada Media Bersalinitas. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 2(1), pp. 27-30.