Anda di halaman 1dari 12

RETENSI ENERGI PADA IKAN

Nama : Damas Bahagia Ika Cipta


NIM : B0A018037
Kelompok : 3 (Tiga)
Rombongan : II
Asisten : Nur Oktavianie

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI ORGANISME AKUATIK

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi merupakan kapasitas untuk melakukan kerja dan sangat diperlukan


dalam semua kegiatan metabolisme. Pakan yang diberikan untuk pemeliharaan
ikan merupakan sumber energi yang sebagian besar digunakan untuk aktivitas
metabolisme yang meliputi energi untuk hidup, bergerak atau berenang, aktivitas
pencernaan dan pertumbuhan. Sebagian besar energi makanan harus disimpan
secara internal untuk penggunaan di masa depan yaitu makin besar energi yang
tersimpan (dengan batas) dihubungkan dengan kebutuhan, hewan yang lebih
panjang dapat bertahan tanpa makanan. Makin banyak energi yang tersimpan,
maka semakin banyak yang bisa digunakan untuk proses pengeluaran energi
seperti pertumbuhan, reproduksi, migrasi, hibernasi, atau nilai pengeluaran yang
memacu pada perubahan suhu lingkungan. Hampir semua enzim itu adalah protein
(Djajasewaka, 1990).

Protein merupakan konstituen esensial terpenting yang digunakan untuk


pertumbuhan. Pertumbuhan pada ikan dapat dilihat dari pertambahan dalam
komponen-komponen penyusun tubuh ikan yang meliputi protein, lemak,
karbohidrat dan vitamin. Protein, lemak, karbohidrat dan vitamin dalam pakan
apabila dikonsumsi ikan, setelah mengalami proses digesti dan diabsorpsi akan
digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan aktivitas voluntari, mengganti
jaringan yang rusak dan pertumbuhan. Pertumbuhan dapat diukur dari
bertambahnnya bobot ikan. Pertambahan bobot berarti pula pertambahan dalam
komponen-komponen penyusun tubuh ini dapat dinilai dalam satuan energi atau
kalori yang dikandungnnya. Jadi pertambahan bobot juga dapat dinilai sebagai
pertambahan energi tubuh (Yuwono, 2001).

Tingkat retensi energi dapat dicerminkan dengan rasio pertambahan energi


tubuh terhadap jumlah energi pakan yang dikonsumsi oleh ikan uji. Selain itu,
retensi energi juga akan mencerminkan seberapa besar energi pakan berkontribusi
terhadap pertambahan energi tubuh. Maka, energi yang terdapat pada tubuh ikan
untuk melakukan berbagai aktifitas maupun metabolisme dapat dilakukan
perhitungan yang akan menghasilkan hasil berupa angka dalam membedakan
konsumsi pakan yang dikonsumsi dengan jumlah energi yang terdapat dalam tubuh
ikan dengan menggunakan perhitungan retensi energi (Halver, 1989).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum retensi energi adalah untuk melihat seberapa besar
energi pakan yang dikonsumsi ikan dapat disimpan dalam tubuh (retensi energi).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium 30 x 50 x 25cm


sebanyak empat buah, termometer, heater, timbangan analitik, oven, blender,
mortar dan pestle serta bomb kalorimeter.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ikan Lele


(Clarias gariepinus), pelet, akuades, aluminium foil.

B. Cara Kerja

1. Akuarium disiapkan dan diisi dengan air setinggi 25 cm, kemudian heater
ditempatkan diantara dua akuarium.
2. Ikan ditebar dengan kepadatan 3-4 ekor ikan pada tiap akuarium.
3. Pakan diberikan pada hari ke tiga setelah penebaran ikan sebanyak 2,5% dari
total berat ikan dan dilakukan pemeliharaan selama 60 hari.
4. Ikan dipuasakan selama 24 jam.
5. Ikan awal dan ikan akhir ditimbang sebagai bobot basah ikan awal dan bobot
basah ikan akhir lalu dibunuh.
6. Ikan dibungkus dengan menggunakan aluminium foil lalu dikeringkan dalam
oven selama 7 hari.
7. Ikan awal dan ikan akhir ditimbang sebagai bobot kering ikan awal dan bobot
kering ikan akhir.
8. Ikan ditumbuk dan dijadikan pelet (0,5-1 gram).
9. Diukur energi bom ikan dan energi pakan menggunakan bom kalori meter.
10. Energi retensi dihitung dengan rumus
∑ 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟− ∑ 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙
ER/ANER = ∑ 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝐸𝑃)
∙ 100%
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Diketahui :
Bobot basah ikan awal : 9 gram
Bobot basah ikan akhir : 283 gram
Bobot kering ikan awal : 1.63 gram : 2 = 0.815 gram
Bobot kering ikan akhir : 67 gram : 2 = 33.5 gram
Energi bom ikan awal : 6759.0510 cal/gr
Energi bom ikan akhir : 7818,4107 cal/gr
Lama pemeliharaan : 60 hari
Energi bom pakan : 4735.9654
Bobot pakan ikan 2.5% dari biomassa (berat basah ikan awal)
Ditanya :
Retensi energi ikan ?

Jawab :
∑ Energi ikan akhir = berat ikan kering x energi pakan ikan akhir
= 33.5 x 7318.4107
= 245166.75845 cal/gr

∑ Energi ikan awal = berat ikan awal x energi pakan ikan akhir
= 0.815 x 6759.0510
= 5508.626565 cal/gr

∑ Pakan yang dikonsumsi = berat pakan x berat basah awal x masa pemeliharaan
2.5
= 100 x 9 x 60

= 13.5

∑ Energi pakan = pakan yang dikonsumsi x energi bom pakan


= 13.5 x 4735.9654
= 63935.5329 cal
(∑ 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟− ∑ 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙)
ANER = ∑ 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛
x 100%
(245166.75845 −5508.626565)
= x 100%
63935.5329

= 374.843410251766%
B. Pembahasan

Retensi energi menunjukan besarnya kontribusi energi pakan yang di konsumsi


terhadap pertambahan energi tubuh ikan, sedangkan yang disebut retensi energi
adalah banyaknya energi yang tersimpan dalam bentuk jaringan di tubuh ikan
dibagi dengan banyaknya energi dalam pakan yang dikonsumsi (Subekti et al,
2011). Retensi atau tingkat efisiensi energi dapat dicerminkan dari rasio besarnya
pertambahan energi tubuh terhadap jumlah energi pakan yang dikonsumsi oleh
ikan. Besarnya energi pakan yang kontribusi pada pertambahan energi tubuh juga
digambarkan dengan retensi energi. Energi yang dikonversi dari pakan yang
dikonsumsi, sebagian besar akan hilang dalam bentuk panas dan hanya sekitar 1/5
dari total energi yang diperoleh dalam bentuk pertumbuhan (Yuwono & Purnama,
2001). Penghitungan Energi Retensi menurut Primacitra et al (2014) ditentukan
(∑ 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟− ∑ 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙)
dengan menggunakan persamaan ANER= ∑ 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛
x

100% Secara komersil probiotik saat ini sudah banyak diproduksi khususnya yang
digunakan untuk ikan air tawar. Tetapi karena banyaknya spesies ikan budidaya
dan memiliki kebiasaan makan yang berbeda-beda serta kemampuan
memproduksi enzim seperti enzim pencernaan protease, lipase, dan amilase, maka
perlu dikaji terkait dengan efektivitas probiotik komersil tersebut. Penelitian
dilakukan untuk mengetahui pengaruh probiotik komersil (Mina Pro® ) yang
mengandung Bacillus sp. terhadap pertumbuhan, kelulushidupan, efisiensi pakan
dan retensi protein (Setiawati et al, 2013).
Bom kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalori
(nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih)
suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada
tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (calorimeter), dan
sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung.
Bom kalorimeter adalah alat untuk menentukan nilai kalor zat makanan
karbohidrat, protein atau lemak (Effendi, 1979).
Bagian-bagian dari Bom kalorimeter dan fungsinya diantaranya termometer
untuk mengukur suhu, pengaduk berguna untuk mengaduk air dingin, katup
oksigen untuk memasukkan oksigen dari tabung, cawan untuk meletakkan bahan/
sampel yang akan dibakar, kawat penyala untuk membakar, bom yaitu tempat
terjadinya pembakaran, jacket air yaitu jacket untuk peletakan bom. Perpindahan
kalor pada volume tetap bom kalorimeter yang bereaksi dalam sebuah bejana kecil
yang tertutup dan bejana ditempatkan dalam sebuah kalorimeter. Pada waktu
molekul-molekul bereaksi secara kimia, kalor akan dilepas atau diambil dengan
perubahan suhhu pada fluida kalorimeter diukur. Karena bejana tertutup rapat,
volumenya tetap dan tak ada kerja pada tekanan volume yang dilakukan. Oleh
karena itu, perubahan energi internal sama dengan besarnya kalor yang diserap
oleh reaksi kimia pada volume tetap. Percobaan pada volume konstan ini sering
kurang menguntungkan atau sulit dilakukan. Percobaan tersebut memerlukan
penggunaan bejana reaksi yang dirancang dengan baik sehingga dapat tahan
terhadap perubahan pada tekanan yang besar dan terjadi pada beberapa atau
banyak reaksi kimia (Anggorodi, 1979).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil retensi energi ikan
Lele (Clarias gariepinus) setelah dimasukkan ke dalam rumus ANER (Apparent
Net Energy Retention) sebesar 374.843410251766%. Hasil ini diperoleh dari
jumlah energi ikan akhir sebesar 245166.75845 kalori dikurangi dengan jumlah
energi ikan awal sebanyak 5508.626565 kalori kemudian dibagi dengan jumlah
energi pakan yang didapatkan 63935.5329 kalori dan dikalikan dengan 100%. Data
awal didapatkan bobot kering ikan awal dan akhir secara berurutan sebesar 0.815
gram dan 33.5 gram. Selain itu didapatkan pula hasil pengamatan energi bom ikan
awal sebesar 6759.0510 kal dan energi bom ikan akhir 7818,4107 kal/gram dan
energy bom pakan 4735.9654 kal/gram. Tingginya retensi protein pada ikan
disebabkan karena kadar protein yang terkandung di dalam pakan yang diberikan
dapat dimanfaatkan secara baik oleh ikan. .Hal ini dapat disebabkan oleh
rendahnya kandungan energi total pada ikan, sehingga ikan kurang mampu dalam
memanfaatkan protein sebagai bahan penyusun pertumbuhan dan energi untuk
meningkatkan pertumbuhannya (Handayani et al, 2015). Menurut Yuwono (2001),
sebagian besar energi yang dikonversi dari pakan yang dikonsumsi hilang dalam
bentuk panas dan hanya sekitar seperlima total energi dari pakan yang diperoleh
dalam bentuk pertumbuhan. Retensi energi adalah besarnya energi pakan yang
dikonsumsi ikan yang dapat disimpan di dalam tubuh. Menurut Buttery dan
Landsay (1980) menyatakan bahwa retensi energi normal adalah 60-68%,
sedangkan dari hasil praktikum, presentasenya sebesar yaitu 80,59 %. Hal ini
terjadi dimungkinkan karena energi yang dihasilkan lebih sedikit dikeluarkan oleh
tubuh untuk metabolisme, aktifitas reproduksi, biosintesis dan hilang dalam bentuk
panas. Energi yang disimpan dimanfaatkan dalam sintesis komponen sel dan
digunakan sebagai bahan bakar dalam produksi energi sel (Villee dan Barnes,
1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi pakan selain ukuran ikan antara
lain banyaknya pakan yang dimakan, status fisiologi, partikel pakan, dan frekuensi
pemberian pakan (Haetami,2004). Menurut Catdown (1981), menyatakan bahwa
konversi pakan merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas pakan.
Kualitas pakan akan semakin baik jika konversi pakannya semakin rendah. Faktor-
faktor yang mempengaruhi konversi pakan buatan antara lain banyaknya pakan
yang dimakan, kandungan protein, ukuran ikan, partikel pakan dan frekuensi
pemberian pakan. Protein merupakan zat yang dibutuhkan ikan dan perlu dipenuhi
untuk mencapai pertumbuhan optimal. Protein yang terdiri atas rantai-rantai asam
amino juga digunakan untuk proses katabolisme sehingga dapat menghasilkan
energi. Pentingnya protein untuk pertumbuhan telah ditunjukkan pada beberapa
studi tentang nutrisi protein terutama asam amino esensial. Apabila ikan
kekurangan asam amino esensial akan berpengaruh pada kisaran pertumbuhan
karena struktur tubuh seperti otot dan tulang tidak dapat dibentuk (Moyle dan
Cech, 2001). Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil energi metabolis tidak
berbeda nyata yaitu ransum yang diberikan mengandung energi metabolis yang
relatif sama, sehingga jumlah konsumsi tidak berbeda nyata. Jika ternak diberi
ransum dengan kandungan nutrisi yang sama sesuai dengan kebutuhan, maka
ternak akan mengonsumsi ransum dalam jumlah yang sama sesuai dengan
kebutuhan periodenya (Dianti et al, 2010). Keuntungan utama menyimpulkan
mekanisme dari pengamatan tidak langsung adalah integrasi skala kolom dari
proses skala pori itu pengaruh retensi; sedangkan kelemahan penting adalah fakta
bahwa banyak mekanisme mungkin sering menjelaskan suatu pengamatan
perubahan terobosan atau retensi (Johnson et al, 2010).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa,


retensi energi yang didapatkan pada ikan lele (Clarieas gariepinus) sebesar
374.843410251766%.
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1979. Ilmu makanan ternak umum. PT. Gramedia: Jakarta.

Arief, M., Fitriani, N., Subekti. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda pada
Pakan Komersial terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias Sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 6 (1).

Buttery & Landsay. 1980. Pritein Deposition in Animals. Butterworth: London.

Catdown, I. G. 1981. Eartwoon a New Source of Protein. W. B. Sounders Co: London.

Dianti, R., Mulyono, M., & Wahyono, F. Pemberian Daun Crotalaria USAramoensis
sebagai Sumber Protein Ransum Burung Puyuh Periode Grower terhadap Energi
Metabolis, Retensi Nitrogen dan Efisiensi Ransum. Animal Agriculture Journal,
1(1), 203-214.

Effendi, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.

Elliot, W.H and Elliot, D.C.1997. Biochemistry and Molecular Biology. New York:
Oxpord University Press.

Halver, J. A. 1989. Fish Nutrition. Academic Press: New York.

Handayani, I., Nofyan, E., & Wijayanti, M. (2015). Optimasi tingkat pemberian pakan
buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan patin jambal
(Pangasius djambal). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(2), 175-187.

Johnson, W. P., Pazmino, E., & Ma, H. (2010). Direct observations of colloid retention
in granular media in the presence of energy barriers, and implications for inferred
mechanisms from indirect observations. water research, 44(4), 1158-1169.

Mujiman, A. 1985. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya, Bogor.


Murtidjo, A. B. 2001. Pedoman Meramu Ikan. Kanisius, Yogyakarta.

Moyle, B.P & Cech. J. J. 2001. Fish and Introduction to Ichtiology. Prentice Hall. Inc:
New York.

Primacitra, D. Y., Sjofjan, O., & Natsir, M. H. (2014). Pengaruh penambahan probiotik
(Lactobacillus sp.) dalam pakan terhadap energi metabolis, kecernaan protein
dan aktivitas enzim burung puyuh. TERNAK TROPIKA Journal of Tropical
Animal Production, 15(1), 74-79.

Setiawati, J. E., Adiputra, Y. T., & Hudaidah, S. (2013). Pengaruh penambahan


probiotik pada pakan dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan,
kelulushidupan, efisiensi pakan dan retensi protein ikan patin (Pangasius
hypophthalmus). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, 1(2),
151-162.

Subekti, S., Prawesti, M., & Arief, M. (2011). Pengaruh kombinasi pakan buatan dan
pakan alami cacing sutera (Tubifex tubifex) dengan persentase yang berbeda
terhadap retensi protein, lemak dan energi pada ikan sidat (Anguilla bicolor).
Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 4(1),
90-95.

Villee,C dan R.D. Barnes.1988. Zoologi Umum. Erlangga: Jakarta

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Unsoed: Purwokerto.

Yuwono, E. & Purnama S. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV Sagung Seto: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai