Anda di halaman 1dari 9

RETENSI ENERGI

Nama : Gita Wulandari


NIM : B1A017008
Rombongan : III
Kelompok :1
Asisten : Afif Ghalib Ammar Zain

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi merupakan sesuatu yang tidak terlihat tetapi dapat dihitung


berdasarkan beberapa kondisi standar tertentu. Retensi energi merupakan besarnya
energi pakan yang dikonsumsi ikan yang dapat disimpan dalam tubuh. Retensi
energi pada ikan juga dipengaruhi oleh kebiasaan makan.Ikan karnivora lebih baik
dalam perolehan energi yang dialokasikan untuk petumbuhan dibandingkan dengan
ikan herbivora. Hal ini disebabkan ikan herbivora banyak mengkonsumsi bahan
yang sulit dicerna seperti selulosa sehingga limbah yang dikeluarkan lebih banyak
daripada ikan karnivora (Murtidjo, 2001)
Penggunaan energi pada ikan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang
dikonsumsi. Energi diperoleh dari perombakan ikatan kimia melalui proses reaksi
oksidasi terhadap komponen pakan, yaitu protein, lemak, dan karbohidrat menjadi
senyawa yang lebih sederhana (asam amino, asam lemak, dan glukosa) sehingga
dapat diserap oleh tubuh untuk digunakan atau disimpan (Yudiarto et al., 2012).
Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi utama, oleh karena itu hewan
(ikan) harus dapat memperoleh protein dari pakannya. Kandungan protein yang
optimal di dalam pakan akan menghasilkan pertumbuhan yang maksimal bagi
hewan (ikan) yang mengkonsumsinya (Khalida et al., 2017).
Nutrisi sangat penting untuk semua hewan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, reproduksi dan mempertahankan proses kehidupan vital mereka
(misalnya pemeliharaan) (Haidar et al., 2016). Pertumbuhan erat kaitannya dengan
retensi protein dan retensi energi yang merupakan performa pertumbuhan. Protein
pakan yang dikonsumsi erat hubungannya dengan penggunaan energi untuk hidup,
beraktivitas dan proses lainnya. Protein sangat diperlukan oleh ikan untuk
menghasilkan tenaga dan untuk pertumbuhan (Sukmaningrum et al., 2014).

B. Tujuan

Untuk melihat seberapa besar energi pakan yang dikonsumsi ikan dapat
disimpan dalam tubuh (retensi energi) dan juga mempelajari apakah perbedaan
kualitas pakan juga menghasilkan perbedaan retensi energi.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum retensi energi meliputi bak tempat ikan,
timbangan teknikal, oven dan bom kalorimeter.
Bahan yang digunakan pada praktikum retensi energi meliputi ikan lele
(Clarias gariepinus) dan pelet.
B. Cara Kerja

1. Ikan lele kecil dan ikan lele besar diambil dari akuarium dan dimatikan.
2. Ikan ditimbang menggunakan timbangan teknikal sebagai berat basah ikan
(BB) ikan awal dan akhir.
3. Ikan dibungkus dengan alumunium foil kemudian dikeringkan dalam oven
pada suhu 70oC sampai kering.
4. Ikan ditimbang lagi sebagai berat kering ikan (BK) ikan awal dan akhir.
5. Ikan yang sudah ditimbang ditumbuk dengan mortar dan pestle lalu dibentuk
menjadi pelet.
6. Pelet ditimbang (0,5-1 gram) dan diukur menggunakan bomb kalorimeter
agar energi bomb (EB) ikan diketahui.
7. Retensi energi dihitung dengan rumus :
∑Energi ikan akhir = BK ikan akhir x EB ikan akhir (kal)
∑Energi ikan awal = BK ikan awal x EB ikan awal (kal)
∑Pakan yang dikonsumsi = 2,5% x BB ikan awal x lama pemeliharaan
∑Energi pakan = ∑Pakan yang dikonsumsi x EB pakan (kal)
RE = ( ∑ energi ikan akhir - ∑ energi ikan awal )x 100 %
∑ energi pakan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Retensi Energi pada Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Rombongan Energi Bom Ikan Awal Energi Bom Ikan Akhir


(kal/g) (kal/gr)
1 5971,5841 7566,1012
2 6051,2052 7645,7444
3 6483,4341 8646,9729
4 6948,1108 7336,8254
5 6483,4341 9312,1246
6 7320,0063 9079,3215
7 4631,0244 7336,8254
8 4584,2464 7336,8254

Diketahui :
Bobot basah awa = 20 gram
Bobot basah akhir = 178 gram
Bobot kering awal = 3,30 gram
Bobot kering akhir = 25,87 gram
Energi bom pakan = 4735,97 kal/gram
Energi bom ikan awal = 6483,4341kal/gram
Energi bom ikan akhir = 8646,9729 kal/gram
Waktu = 60 hari
Kadar pakan (%) = 2,5%
Dit : Retensi energi ikan ?

Perhitungan :
∑ energi ikan awal = bobot kering awal x energi bom ikan awal
= 3,30 x 6483,4341
= 21395,3325 kal/gr
∑ energi ikan akhir = bobot kering akhir x energi bom ikan akhir
= 25,87 x 8646,9729
= 223697,189 kal/gr
∑ pakan yang dikonsumsi = bobot basah awalx kadar pakan (%) x lama
pemeliharaan
= 20 x 2,5 % x 60
= 30 gram
∑ energi pakan = ∑pakan yang dikonsumsi x energi bom pakan
= 30 gram x 4735,97 kal/gram
= 142079,1 kal/gr

∑energi ikan akhir−∑energi ikan awal


Retensi Energi (𝐸𝑅) = × 100%
∑energi yang dikonsumsi

223697,189 −21395,3325
= 14279,1
202301,856
= X 100%
142079,1

= 14,1676895603X 100%
= 142, 38 % kal/gr
B. Pembahasan

Retensi energi adalah banyaknya energi pakan yang dikonsumsi oleh


makhluk hidup, dapat disimpan dalam tubuh. Retensi energi menunjukkan besarnya
kontribusi energi pakan yang dikonsumsi terhadap pertambahan energi tubuh ikan.
Energi yang dikonversi dari pakan yang dikonsumsi, sebagian besar akan hilang
dalam bentuk panas dan hanya sekitar 1/5 dari total energi yang diperoleh dalam
bentuk pertumbuhan (Yuswono, 2011).
Retensi energi menunjukan kontribusi energi pakan yang dikonsumsi
terhadap pertambahan energi tubuh ikan. Perhitungan energi menggunakan rumus
Watanabe (1988), yaitu :
ANER = (wt × Et) – (Wo × Eo) × 100%
Ep
Keterangan :
ANER : Apparent Net Energy Retetion/ Retensi energi (%)
Eo : Energi tubuh pada awal penelitian (kkal/g)
Et : Energi tubuh pada akhir penelitian (kkal/g)
Ep : Energi pakan ( jumlah pakan yang dikonsumsi × nilai energi
(kkal/g)).
Wo : Berat basah awal penelitian (g)
Wt : Berat basah akhir penelitian (g)
Berdasarkan hasil pengamatan saat praktikum didapatkan bahwa energi ikan
awal adalah 21395,3325 kal/gr, energi ikan akhir sebesar 223697,189 kal/gr, energi
pakan sebesar 142079,1 kal/gr. Menurut Buttery & Landsay (1980) menyatakan
bahwa retensi energi normal adalah 60-68%, sedangkan dari hasil praktikum,
presentasenya sebesar yaitu 142, 38%. Hal ini terjadi dimungkinkan karena energi
yang dihasilkan lebih sedikit dikeluarkan oleh tubuh untuk metabolisme, aktifitas
reproduksi, biosintesis dan hilang dalam bentuk panas. Energi yang disimpan
dimanfaatkan dalam sintesis komponen sel dan digunakan sebagai bahan bakar
dalam produksi energi sel (Villee & Barnes, 1988)
Bom kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalori
(nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih)
suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada
tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (calorimeter ), dan
sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung.
Bom kalorimeter adalah alat untuk menentukan nilai kalor zat makanan
karbohidrat, protein atau lemak (Effendi, 1979).
Rasio besarnya pertambahan energi tubuh terhadap jumlah energi pakan
yang dikonsumsi akan mencerminkan tingkat efisiensi energi pakan atau retensi
energi. Retensi energi dipengaruhi beberapa faktor antara lain yaitu kualitas pakan,
umur ikan dan ukuran tubuh. Retensi energi ikan dipengaruhi oleh makanan yang
dikonsumsi. Ikan yang diberi makan yang berbeda-beda menunjukkan pertumbuhan
yang berbeda pula. Umumnya ikan memerlukan protein berkisar antara 20-60%
dari pakan yang diberikan dan kadar optimumnya adalah 30-36%. Apabila kadar
protein di makanan kurang dari 6% berat basah, ikan tidak dapat tumbuh dengan
baik. Faktor yang ke dua adalah umur ikan. Ikan muda relatif membutuhkan protein
yang lebih banyak daripada ikan dewasa karena ikan muda membutuhkan banyak
nutrisi untuk bergerak dan pertumbuhan. Faktor berikutnya adalah umur ikan.
Proporsi energi yang didistribusikan pada berbagai komponen retensi energi
berubah dengan meningkatnya ukuran tubuh. Menurunnya laju pertumbuhan ikan
yang telah besar tidak disebabkan oleh perubahan retensi energi tetapi oleh
beberapa faktor diantaranya menurunnya energi intake (Mujiman,1985). Retensi
energi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya menurunnya energi intake,
meningkatnya proporsi energi yang hilang melalui feses, urine, meningkatnya
energi yang dipakai untuk produksi panas, meningkatnya kandungan energi tubuh,
relatif pada ikan yang berukuran lebih besar (Cui & Zhu, 1996).
.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pengamatan saat praktikum didapatkan bahwa nilai


retensi energi ikan sebesar 142, 38%. Perbedaan kualitas pakan juga menghasilkan
perbedaan retensi energi. Umumnya ikan memerlukan protein berkisar antara 20-
60% dari pakan yang diberikan dan kadar optimumnya adalah 30-36%. Apabila
kadar protein di makanan kurang dari 6% berat basah, ikan tidak dapat tumbuh
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Buttery & Landsay., 1980. Pritein Deposition in Animals. London : Butterworth.

Cui, Y. H. S. & Zhu, X., 1996. Effect of Ration and Body Size on the Energy
Budget of Juvenile White Sturgeon. Biol J. Fish, 9(1):451-459.
Effendi, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan Dewi Sri.
Haidar, M. N., Mischa, P., Leon, T. N. H, Johan, A. J., Verreth. & Johan W. S.,
2016. The Effect of Type of Carbohydrate (Starch Vs. Nonstarch
Polysaccharides) on Nutrients Digestibility, Energy Retention and
Maintenance Requirements In Nile Tilapia. Aquaculture, 463, pp. 241–247.
Khalida, A., Agustono & Widya, P. L., 2017. Penambahan Lisin pada Pakan
Komersial terhadap Retensi Protein dan Retensi Energi Ikan Bawal Air
Tawar (Colossoma Macropomum). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan,
9(2), pp. 98-106.
Mujiman, A., 1995. Makanan Ikan. Jakarta : Swadaya.
Murtidjo, A. B., 2001. Pedoman Meramu Ikan. Yogyakarta : Kanisius.

Sukmaningrum, S., Setyaningrum, N. & Pulungsari, A. E., 2014. Retensi Protein dan
Retensi Energi Ikan Cupang Plakat yang Mengalami Pemuasaan. Omni
Akuatika, 10(1), pp. 1-10.
Villee,C & Barnes, R. D., 1988. Zoologi Umum. Jakarta : Erlangga.
Watanabe, T., 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo: JICA Textbook the
general Aquaculture Course.

Yudiarto, S., Muhammad, A. & Aguston., 2012. Pengaruh Penambahan Atraktan


yang Berbeda dalam Pakan Pasta Terhadap Retensi Protein, Lemak dan
Energi Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Stadia Elver. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, 4(2), pp. 135-140.
Yuswono, E., 2001. Fisiologi Hewan 1. Purwokerto : UNSOED.

Anda mungkin juga menyukai