Anda di halaman 1dari 10

EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN

Nama : Gita Wulandari


NIM : B1A017008
Rombongan : III
Kelompok :1
Asisten : Afif Ghalib Ammar Zain

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemijahan sebagai salah satu bagian reproduksi merupakan mata rantai daur
hidup yang menetukan kelangsungan hidup spesies. Ikan berkembang biak secara
seksual, yaitu terjadinya persatuan sel telur ikan betina dan spermatozoa ikan jantan
(Zairin et al., 2005). Beberapa cara pemijahan diantaranya yaitu pemijahan alami
(natural spawning), pemijahan semi buatan (induced spawning) dan pemijahan
buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara
memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian
dipijahkan secara alami dibak atau wadah pemijahan. Pemijahan semi buatan
dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon
perangsang kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan
cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian
dipijahkan secara buatan. Ikan melakukan reproduksi secara eksternal (Susanto,
1995).
Sebagian besar pada spesies ikan budidaya, menggunakan manipulasi
hormon sebagai alat manajemen untuk meningkatkan efisiensi produksi telur,
meningkatkan sperma dan memfasilitasi proses pengaturan pembenihan. Selain itu,
terapi hormon dapat digunakan untuk menginduksi pematangan gamet dan
memungkinkan pengumpulan artifisial untuk menerapkan hibridisasi antar-spesifik,
manipulasi set kromosom atau pemupukan buatan untuk program seleksi genetik
(Muller et al., 2018). Terdapat banyak jenis hormon yang dapat digunakan untuk
merangsang perkembangan gonad, namun setiap jenis hormon mempunyai dosis
yang berbeda bergantung kepada tingkat kematangan (Aziz & Ocksan, 2017).
Tahapan reproduksi dikendalikan oleh kelenjar hipofisis dan estrogen yang dapat
dipercepat prosesnya dengan penambahan hormon-hormon reproduksi (Mahdaliana
et al., 2016).
Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitari disebut dengan master gland, karena
mampu menghasilkan berbagai hormon yang berfungsi mengatur kelenjar hormon
lainnya. Kelenjar hipofisis dapat mengendalikan beberapa hormon antara lain
hormon pada kelamin jantan (testis) maupun kelamin betina. Hipofisis berukuran
sangat kecil, terletak di sebelah bawah bagian depan otak besar (diencephalon)
sehingga jika otak kiri diangkat, maka kelenjar ini akan tertinggal. Kelenjar
hipofisa terdiri atas 4 bagian masing-masing berurutan dari depan ke belakang
adalah pars tubelaris, pars anterior, pars intermedius dan neurophisis (Ville et al.,
1988).

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah merangsang ikan untuk ovulasi dan
memijah dengan induksi kelenjar hipofisis.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Ikan Mas (Cyprinus
carpio) sebagai ikan donor, akuabides, Ikan Nilem (Osteochillus vittatus) sebagai
ikan resipien.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah spuit 1cc, akuarium,
pisau, sentrifugator, baki, spatula, pisau bedah, gelas arloji, pinset, microtube dan
telenan.

B. Cara Kerja

1. Ikan donor disiapkan


2. Kepala ikan donor dipotong pada bagian dibelakang operculum sejajar dengan
mata.
3. Kelenjar hipofisis diambil pada bagian dasar otak, diantara tulang sphenoid,
dicelah sella-tursica.
4. Ditambahkan 1 ml aquabides dan digerus.
5. Dimasukkan ke dalam microtube.
6. Disentrifugasi 3000 rpm selama 5 menit.
7. Hasil sentrifugasi kemudian disuntikkan ke dalam tubuh ikan resipien diantara 5
sisik yang sejajar dari operculum dan 3 sisik tegak lurus dari bagian atas linea
lateralis.
8. Diamati setelah 24 jam.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil Pemijahan Berdasarkan Rasio


Rasio ♂/♀
Memijah Tidak memijah
♂:♀

I♂ - √

1:3 I♂ - √

I♂ - √

I♂ - √
1:2
I♂ - √

Tabel 3.2 Hasil Pemijahan Berdasarkan Dosis


♂/♀ Memijah Tidak Memijah
0,2 cc♂+♀ √ -
0,3 cc♀ - √
0,3 cc ♂ - √
0,4 cc ♀ - √
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan saat praktikum didapatkan bahwa pada


kelompok 1 rombongan 3 dengan rasio 1 : 3 (jantan : betina) tidak terjadi
pemijahan. Hal tersebut bisa disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya adalah
pada saat proses penyuntikan yang tidak tepat. Menurut Lehninger et al. (2003),
cara penyuntikan hormon merupakan proses yang sangat penting. Ikan yang
diperlakukan dengan pemasukan hormon walaupun melalui suntikan sering kali
terjadi ikan tidak ovulasi atau spermiasi yang kemungkinan adalah salah dalam cara
penyuntikan. Hormon kemungkinan tidak masuk ke dalam jaringan atau hanya
sebagian yang masuk, oleh karenanya harus dilakukan dengan hati-hati.
Hipofisasi adalah teknik pembenihan melalui sistem suntik yang dilakukan
dengan merangsang ikan untuk memijah supaya terjadi ovulasi dengan suntikan
ekstrak kelenjar hipofisa (Susanto, 1995). Teknik hipofisasi ini digunakan untuk
membiakkan ikan-ikan yang belum dapat dipijahkan di kolam secara tradisional.
Jenis ikan yang telah dapat dipijahkan dikolam, cara hipofisasi biasanya digunakan
untuk efisiensi penggunaan induk dan peningkatan hasil anakan. Teknik hipofisasi
bermanfaat untuk dapat membantu terlaksananya pemijahan bagi ikan yang telah
matang kelamin, tetapi tidak dapat memijah secara alami karena keadaan
lingkungan yang tidak sesuai. Selain itu, juga telur yang diperoleh dapat ditetaskan
secara terkontrol sehingga mortalitas selama proses penetasan dan perkembangan
larva dapat ditekan (Sumantadinata, 1981).
Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dari induk yang
tidak mau memijah secara alami tetapi memiliki nilai jual tinggi dengan kelenjar
hipofisasi dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan
seperti gonadotropin (Susanto, 1995). Kelenjar hipofisis akan menghasilkan
hormon yang berperan dalam kegiatan seksual dan gonadotropin. Hormon thyropin
berfungsi mengatur kerja thyroid dan gonadotropin yang dihasilkan oleh sel
chianophil yang terletak pars distalis, dan berperan dalam pematangan gonad dan
mengawasi sekresi hormon-hormon yang dihasilkan oleh gonad, dimana hormon
tersebut berperan dalam proses pemijahan. Hormon lain yang berperan dalam
pemijahan adalah gonadotropin yaitu Leuteinizing Hormone (LH) dan Folicle
Stimulating Hormone (FSH). Hormon gonadotropin tersebut dihasilkan oleh
kelenjar adenohipofisa yang akan merangsang proses pemasakan ovulasi yang pada
akhirnya merangsang induk betina untuk memijah (Pickford, 1957). Teknik
hipofisasi telah banyak memberikan manfaat dalam pembenihan ikan, tetapi dalam
penerapannya masih banyak kendala terutama dalam penentuan dosis dan teknik
penyuntikan. Teknik hipofisasi dan pemijahan buatan memberikan keuntungan
antara lain meningkatkan produksi benih ikan dan jumlah kematian benih dapat
ditekan serendahnya karena lingkungan hidup dan internal tubuh ikan dapat diatur
secara terkendali. Teknik hipofisasi juga telah memberikan manfaat yang besar
terhadap pembenihan, tetapi masih belum lepas dari berbagai masalah yang
dihadapi seperti dosis dan kelenjar hipofisis (Muhammad & Irfan, 2003).
Syarat ikan donor yaitu ikan harus dalam keadaan menghasilkan hormone
gonadtropin yang aktif, sehat, lebih baik bersifat donor universal, dan sudah matang
kelamin. Syarat ikan resipien yaitu induk yang sudah matang kelamin dan tidak
cacat. Ikan donor dan resipien yang berlainan jenis namun masih dalam satu familia
dapat dilakukan teknik hipofisasi. Ikan donor harus dua kali lebih berat
dibandingkan dengan ikan resipiennya (Hardjamulia, 1980).
Pemijahan sistem hipofisasi akan merangsang pemijahan induk ikan dengan
menyuntikan kelenjar hipofisis. Hipofisis pada ikan dilakukan karena kelenjar
hipofisis pada ikan mengandung hormon gonadtropin semacam LH yang mana
hormon ini akan merangsang ovarium untuk mempercepat ovulasi sehingga
mempercepat terjadinya pemiijahan atau ovulasi pada ikan (Oka, 2008).
Mekanisme proses pemijahan pada ikan adalah sebagai berikut stimulus – otak –
hipotalamus (realizing hormon) – pituari (hormon gonadotropin) – gonad (hormon
sex) – maturasi, dan pelepasan gonad (Sumantadinanta, 1981). Pembiakkan ikan
dengan cara hipofisasi dilakukan dengan cara menyuntikkan suspensi kelenjar
hipofisa kepada ikan yang akan dibiakkan. Ekstrak kelenjar hipofisa yang
disuntikan ke dalam ikan resipien akan masuk ke dalam tubuh ikan resipien.
Hormon gonadotropin dalam ekstrak kelenjar hipofisa tersebut akan dibawa aliran
darah menuju gonad ikan. Ikan resipien karena sudah masak kelamin, dengan
penambahan hormon gonadotropin akan merangsang ovulasi lebih cepat
(Hardjamulia, 1980).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemijahan antara lain faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhi kegagalan
pemijahan meliputi belum matangnya gonad dan hormon yang tersedia dalam
jumlah yang sedikit. Faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan pemijahan
meliputi organ penglihatan, penciuman, pendengaran, linea lateralis, serta kelenjar
buntu. Faktor eksternal meliputi kualitas air, aliran air, ketersediaan O2 terlarut,
keasaman air, suhu dan cahaya (Sumantadinata, 1981). Kemampuan ovulasi pada
ikan juga sangat berkaitan dengan penggunaan dosis hormon yang tepat pada setiap
jenis ikan (Muhammad & Irfan, 2003).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


hipofisasi adalah teknik pembenihan melalui sistem suntik yang dilakukan dengan
merangsang ikan untuk memijah supaya terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak
kelenjar hipofisa. Kegagalan dalam proses pemijahan dapat disebabkan karena
kurang matangnya gonad, hormon yang tersedia dalam jumlah yang sedikit, serta
pada saat proses penyuntikan kurang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, E. A. & Ockstan, K., 2017. Pengaruh Ovaprim, Aromatase Inhibitor, dan
Hipofisa terhadap Kualitas Telur Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
Budidaya Perairan, 5(1), pp. 12 – 20.

Hardjamulia, A., 1980. Pembenihan Ikan dengan Teknik Hipofisasi. Bogor : Balai
Penelitian Perikanan Darat.

Lehninger, A., Nelson, D. & Cox, M. M., 2003. Basic and Clinical Endocrinolog.
New York : Physiology Academic Press.

Mahdaliana., Agus, O. S. & Dinar, T. S., 2016. Induksi Ovulasi dan Pemijahan Semi
Alami pada Ikan Patin Siam, Pangasianodon Hypopthalmus (Sauvage,
1878) Menggunakan Penghambat Aromatase dan Oksitosin. Jurnal Iktiologi
Indonesia, 16(1), pp. 25-33.
Muhammad, H. S., & Irfan, A., 2003. Pengaruh Donor dan Dosis Kelenjar Hipofisa
Terhadap Ovulasi dan Daya Tetas Telur Ikan Betok (Anabas Testudineus
Bloch). Jurnal Sains & Teknologi, 3(3), pp. 87-94.

Muller., T., Horvatha, L., Szaboa, T., Ittzesa, I., Bognarb, A., Faidtb, P., Ittzesa, A.,
Urbanyia, B. & Kucska, B., 2018. Novel Method for Induced Propagation of
Fish : Sperm Injection in Oviducts and Ovary/Ovarian Lavage with Sperm.
Aquaculture, 482, pp. 124–129.
Oka, A. A., 2008. Penggunaan Ekstrak Hipofisa Ternak untuk Merangsang
Spermiasi pada Ikan Cyprinus carpio. Denpasar : Universitas Udayana.

Pickford, G. E., 1957. The Physiology for Pituitary Gland of Fisher. New York :
Zoological Society.

Sumantadinata, K., 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia. Bogor


: Sastra Budaya.
Susanto, H., 1995. Budidaya ikan. Jakarta : Kanisius.
Ville, C. A., Wallon, W. D. & Smith, F. E., 1988. Zoologi. Jakarta : Erlangga.

Zairin, J. M., Yustikasari, Y. & Arfah, H., 2005. Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Jahe
terhadap Perkembangan Diameter dan Posisi Inti Sel Telur Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias Sp.). Jurnal Aquakultur Indonesia, 4(2), pp. 189-183.

Anda mungkin juga menyukai