Anda di halaman 1dari 7

PEWARISAN DIHIBRID

Nama : Gita Wulandari


NIM : B1A017008
Kelompok :D
Rombongan :I
Asisten : Indrawati

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
I. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

A. HASIL

Tabel 1.1 Perolehan Lalat F2


Fenotip Jumlah
Normal 0
Taxi 4
Eboni 0
Taxi Eboni 1
Total 5

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pewarisan Dihibrid Rombongan I Kelompok B


O (𝐎 − 𝐄)𝟐
Kelas Fenotipe E (Harapan) (O-E)2 𝑬
(Hasil)

Normal (9) 0 9 7,91 2,81


𝑋 5 = 2,8125
16

Taxi (3) 4 3 9,37 9,99


𝑋 5 = 0,9375
16

Eboni (3) 0 3 0,88 0,94


𝑋 5 = 0,9375
16

Taxi eboni (1) 1 1 0,47 1,5


𝑋 5 = 0,3125
16

Total 5 15,24

Derajat bebas = n-1


= 4-1
=3
Gunakan 0,05 lalu lihat table
X2table = 7,81
X2 hitung > X2table
15,24 > 7,81
Ditolak, percobaan tidak sesuai atau menyimpang dari Hukum Mendell.
B. PEMBAHASAN

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang


berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah
contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe
dan genotipenya. Metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan monohibrid.
Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1
atau 2 gen yang berbeda (Johnson, 1983 ). Peneliti yang paling popular yang
melakukan persilangan dihibrid adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822
di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan
meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip-
prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam
pembiakkan silang. Penelitian-penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan
hukum Mendel II. Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu
sifat beda, dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi
berikutnya.
Persilangan dihibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu
9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum
Pengelompokkan Gen secara Bebas (The Law Independent Assortment of Genes).
Kenyataannya seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang
mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen homozigot letal dan
sebagainya. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang
ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna
biji. Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan
dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau
pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana
gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. B untuk biji bulat, b
untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat
kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman
F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka
tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-
masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang
terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut
kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan
dua lainnya merupakan fariasi baru (Gooddenough,1984)
Karakter lalat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lalat liar dan
mutan. Yaitu disilangkan lalat betina white eyes dan lalat jantan wild. alat buah
normal (wild type) memiliki warna mata merah. Namun, pada mutasi warna mata,
telah diamati warna mata lalat yang tidak merah (tidak normal). Beberapa warna
mata mutan yang teramati yaitu white, clot, claret dan sepia. Pada mutan tipe white
mengalami mutasi pada kromosom nomor 1, lokus 1,5. Pigmen merah yang
seharusnya dihasilkan sebagai warna pada faset mata lalat tidak dihasilkan. Sehingga
yang terjadi adalah penyimpangan gen white yang memberikan warna putih pada
faset matanya.
Persilangan dihibrid bisa dilakukan oleh organime lain selain pada tumbuhan.
Menurut Adds et al (2004), persilangan tersebut dapat dilakukan pada lalat
Drosophila dengan persilangan antar warna tubuh dan bentuk sayapnya. Lalat buah
atau Drosophila melogaster digunakan secara ekstensif untuk percobaan genetika
karena mudah untuk dilakukan pada kondisi laboratorium, serta siklus hidup yang
pendek kurang lebih 10 hari dan hanya memiliki empat pasang kromosom. Berikut
skema persilangan dihibrid lalat Drosophila betina eboni dan jantan taxi.

Tetua = P1: Betina Ebony X P2: Jantan taxi

eeTT EEtt

Gamet = e dan T X E dan t

F1 = EeTt (Liar 100%)

Gamet = ET, Et, eT, dan et

(Antar F1 disilangkan menjadi F2)

Gamet = ED Ed eD ed
ED EEDD EEDd EeDD EeDd
Ed EEDd EEdd EeDd Eedd
Ed EeDD EeDd eeDD eeDd
Ed EeDd Eedd eeDd Eedd
F2 Genotipe = EETT : EeTT : eeTT : EETt : EeTT : Eett : EEtt : eeTt : eett

1 2 1 2 4 2 1 2 1

F2 Fenotipe = Liar : taxi : Ebony : Ebony taxi

9 3 3 1

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan didapatkan pada tipe liar dengan


hasil O (hasil)yaitu 4 dan E (harapan) yaitu 5,625, pada lalat taxi dengan hasil O
(hasil) 1 dan E (harapan) yaitu 1,875 dan pada lalat Ebony dengan hasil O (hasil) 5
dan E (harapan) yaitu 1,875 serta pada lalat Ebony-taxi dengan hasil O (hasil) 0 dan
E (harapan) yaitu 0,625. Berdasarkan perhitungan didapatkan X2 hitung < X table
yaitu 6,71 > 7,81. Hal inisesuai dengan nisbah dihibrid yaitu 9: 3: 3:1 dimana tipe
liar sebagai nisbah 9, tipe taxi sebagai nisbah 3, tipe Ebony sebagai nisbah 3 dan tipe
Ebony-taxi sebagai nisbah 1.
DAFTAR REFERENSI

Adds, John., LArkcom, Erica., Miller, Ruth. 2004. Genetics, Evolution, and
Biodiversity Revised Edition. UK: Nelson Advanced Science.

Goodenough, U., 1984. Genetika. Jakarta : Erlangga.

Johnson, L.G., 1983. Biology. Iowa : Wm. C. Brown Company Publishers.

Anda mungkin juga menyukai