Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan ikan merupakan campuran berbagai bahan pangan yang diolah


sehingga mudah untuk dimakan dan dicerna oleh tubuh ikan dan sebagai nutrisi
bagi ikan. Pakan adalah penentu keberhasilan usaha budi daya perikanan karena
biaya pakan merupakan komponen terbesar dari keseluruhan biaya produksi
(Suryaningrum et al., 2017). Tingkat ketersediaan energi pakan dapat diukur
dengan menggunakan nilai kalori pakan dengan komponen  pada pakan ikan
memilki satuan energi yaitu kalori (Murtidjo, 2001).  Pertambahan yang terjadi
pada bobot ikan menandakan bahwa bertambah pula komponen penyusun tubuh
ikan. Komponen penyusun tubuh ini dapat dinilai dalam satuan energi atau kalori
yang dikandungnya (Effendie, 1979).
Energi sangat diperlukan untuk dapat melakukan fungsinya. Energi
diperoleh dari protein, karbohidrat, dan lemak, salah satu nutrisi yang terpenting
adalah protein. Protein merupakan senyawa yang dibutuhkan ikan dalam
menghasilkan energi untuk pertumbuhan. Retensi energi merupakan suatu
perhitungan mengenai pemanfaatan energi yang diperoleh dari pakan dalam tubuh
hewan. Selain pengertian diatas retensi energi juga merupakan suatu besarnya
energi pakan yang dikonsumsi ikan yang dapat disimpan dalam tubuh (Yuwono,
2001).
Pertumbuhan ikan yang diakibatkan oleh asupan pakan yang diperoleh
dapat diukur dari bertambahnya bobot ikan. Pertambahan yang terjadi pada bobot
ikan menandakan bahwa bertambah pula komponen penyusun tubuh ikan yang
yang berupa nutrisi yang berasal dari pakan ikan yang dikonsumsi. Komponen
penyusun tubuh ini dapat dinilai dalam satuan energi atau kalori yang
dikandungnya. Pertambahan bobot ikan dapat dinilai pula sebagai pertambahan
energi tubuh pada ikan (Effendi, 1979). Dibandingkan dengan hewan ternak
terestrial, pada ikan relatif sedikit informasi tersedia dipotensi karbohidrat untuk
memenuhi kebutuhan energi (Haidar et al., 2016).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk melihat seberapa besar
energi pakan yang dikonsumsi ikan dapat disimpan dalam tubuh (retensi energi).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele (Clarias
gariepinus) besar dan kecil, air secukupnya, dan pakan ikan.
Alat yang digunakan adalah akuarium, oven, timbangan analitik,
bomb kalorimeter, mortar, pestle, dan alat pencetak pellet.

B. Cara Kerja

1. Ikan kecil dan ikan besar diambil dari akuarium, kemudian dimatikan.
2. Ikan ditimbang sebagai berat basah (BB) ikan awal dan ikan akhir.
3. Ikan dibungkus dengan aluminium foil dan dimasukkan ke dalam oven untuk
dikeringkan dengan suhu 70o sampai kering.
4. Ikan yang sudah kering ditimbang sebagai bobot kering (BK) ikan awal dan
ikan akhir.
5. Ikan dihaluskan menggunakan mortar dan dibuat pellet.
6. Pellet ditimbang (0,5-1 gram) dan diukur dengan bomb calorimeter untuk
mengetahui nilai energi bomb ikan (EB).
7. Nilai retensi energi pada ikan dihitung menggunakan rumus:
Σ Energi Ikan Akhir −Σ Energi Ikan Awal
RE = x 100 %
Σ Energi Pakan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil Bom Kalorimeter Seluruh Rombongan


Rombongan Energi Bom Ikan Awal Energi Bom Ikan
(kal/g) Akhir (kal/g)
1 5971,5841 7566,1012
2 6051,2052 7645,7444
3 6483,4341 8646,9729
4 6948,1108 7336,8254
5 6483,4341 9312,1246
6 7320,0063 9079,3215
7 4631,0244 7336,8254
8 4584,2464 7336,8254

Data Perhitungan
1. Bobot basah ikan kecil (awal) = 9 gram
2. Bobot basah ikan besar (akhir) = 163 gram
3. Bobot kering ikan kecil (awal) = 1,79 gram
4. Bobot kering ikan besar (akhir) = 42 gram
5. Pemberian pakan = 2,5 %
6. Nilai energi bomb ikan awal = 4631,0244 kal/g
7. Nilai energi bomb ikan akhir = 7336,8254 kal/g
8. Nilai energi bomb pakan = 4735,97 kal/g

∑ Energi ikan awal = Bobot kering ikan awal x Energi bomb ikan awal
= 1,79 x 4631,0244
= 8289,53368 kal.
∑ Energi ikan akhir = Bobot kering ikan akhir x Energi bomb ikan akhir
= 42 x 7336,8254
= 308146,667 kal.
∑ Pakan yang dikonsumsi = % pakan x bobot basah awal x lama pemeliharaan
= 2,5% x 9 x 60
= 13,5 gr.
∑ energi pakan = ∑ pakan yang dikonsumsi x energi bom pakan
= 13,5 x 4735,97
= 63935,595 kal.
ANER = ( ∑ energi ikan akhir - ∑ energi ikan awal ) x 100 %
∑ energi pakan
= ( 308146,667 – 8289,533676 ) x 100 %
63935,595
= 468,99 %
A. Pembahasan

Retensi energi merupakan besarnya energi pakan yang dikonsumsi ikan


yang dapat disimpan dalam tubuh. Menurut Hariyanti et al. (2017), retensi energi
merupakan gambaran dari banyaknya energi yang tersimpan dalam bentuk
jaringan di tubuh ikan dibagi dengan banyaknya energi dalam pakan yang
dikonsumsi. Retensi energi menunjukkan besarnya kontribusi energi pakan yang
dikonsumsi terhadap pertambahan energi tubuh ikan. Retensi energi merupakan
gambaran dari banyaknya energi yang tersimpan dalam bentuk jaringan di tubuh
ikan dibagi dengan banyaknya energi dalam pakan yang dikonsumsi.
Meningkatnya konsentrasi asam amino lisin di dalam tubuh, dapat meningkatkan
retensi energi sebagai protein dan menurunkan retensi energi sebagai lemak dalam
tubuh (Somadiarsa et al., 2016).
Menurut Fujaya (2002), untuk mengetahui nilai retensi energi dapat
dilakukan dengan pengamatan pemberian pakan pada ikan sesuai dengan cara
kerja yang dilakukan sebelumnya, kemudian lengkapi data terlebih dahulu seperti
bobot basah ikan kecil (awal), bobot basah ikan besar (akhir), bobot kering ikan
kecil (awal), bobot kering ikan besar (akhir), jumlah pemberian pakan, energi bom
ikan awal, energi bom ikan akhir, dan energi bom pakan. Setelah semua data
lengkap, maka dapat langsung melakukan perhitungan di bawah ini:
1. ∑ Energi ikan awal = bobot kering ikan awal x energi bom ikan awal
2. ∑ Energi ikan akhir = bobot kering ikan akhir x energy bom ikan akhir
3. ∑ Pakan yang dikonsumsi = jumlah pemberian pakan x berat basah ikan awal
x lama pemberian pakan (hari)
4. ∑ Energi pakan = pakan yang dikonsumsi x energi bom pakan yang
dikonsumsi.
Setelah semua perhitungan dilakukan dan mendapatkan data yang akurat,
kemudian seluruh data tersebut langsung dapat dimasukkan ke dalam rumus
ANER (Apparent Net Energy Retention), sehingga didapatkan nilai retensi
energinya.
ANER = ( ∑ energi ikan akhir ) – ( ∑ energi ikan awal ) X 100%
∑ energi pakan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil uji
ANER (Apparent Net Energy Retention) dari ikan sebesar 468,99 %. Menurut
Yuwono (2001), sebagian besar energi yang dikonversi dari pakan yang
dikonsumsi hilang dalam bentuk panas dan hanya sekitar seperlima total energi
dari pakan yang diperoleh dalam bentuk pertumbuhan.Retensi energi adalah
besarnya energi pakan yang dikonsumsi ikan yang dapatdisimpan di dalam tubuh.
Menurut Buttery & Landsay (1980), menyatakan bahwa retensi energi normal
adalah 60-68%, sedangkan dari hasil praktikum, presentasenya sebesar yaitu
468,99 %, hal ini terjadi dimungkinkan karena energi yang dihasilkan masih
belum banyak dikeluarkan oleh tubuh untuk metabolisme, aktivitas reproduksi,
biosintesis dan hilang dalam bentuk panas.
Bomb calorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalori (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam
O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel
ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor
(calorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam
terpasang dalam tabung. Bomb calorimeter adalah alat untuk menentukan nilai
kalor zat makanan karbohidrat, protein atau lemak (Effendi, 1979). Sejumlah
sampel dalam suatu ruang bernama Bomb dan dinyalakan atau dibakar dengan
system penyalaan elektris sehingga sampel tersebut terbakar habis dan
menghasilkan panas. Bagian–bagian bomb kalorimeter Termokopel berfungsi
untuk mengukur suhu pada saat awal dan pada saat setelah terjadi pemboman
pada kalorimeter bom. Agetator (pengaduk) berfungsi untuk mengaduk air
disekitar bucket agar suhu air yang ada di dalam bucket merata, guna
menyeragamkan suhu disekeliling bom. Katup oksigen berfungsi sebagai tempat
masuknya oksigen didalam bom head yang digunakan untuk proses pembakaran.
Cawan berfungsi untuk meletakkan sampel yang akan dibakar di dalam bom
head. Bom head berfungsi sebagai tempat pembakaran. Katup listrik befungsi
sebagai tempat masuknya aliran listrik dalam bom head. Bucket berfungsi sebagai
tempat meletakkan bom head dan di dalam bucket juga diisi air yang berfungsi
sebagai pendingin ketika terjadi pembakaran. Jacket befungi sebagai tempat
masuknya aliran air dari water cooler sirculator (Catdown, 2001).
Menurut Yuwono, (2001) retensi energi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
kualitas pakan, ikan yang diberi pakan berbeda-beda menunjukkan pertumbuhan
yang berbeda pula. Umumnya, ikan memerlukan protein sekitar 20–60% dari
pakan yang diberikan dan kadar optimumnya adalah 30–36%. Umur ikan, jenis
ikan muda relatif membutuhkan protein yang lebih banyak daripada ikan dewasa,
sebab ikan muda lebih banyak membutuhkan nutrisi untuk bergerak dan
mengadakan pertumbuhan. Ukuran tubuh, proporsi energi yang didistribusikan
pada komponen retensi energi dapat berubah dengan meningkatnya ukuran tubuh
(Mudjiman, 1985).
Faktor eksternal seperti suhu juga berpengaruh terhadap retensi energi,
temperatur 30–400 C akan terjadi peningkatan metabolisme yang sangat cepat dan
juga akan menghasilkan peningkatan retensi energi juga. Namun pada temperatur
yang tinggi akan terjadi denaturasi protein. Denaturasi protein terjadi pada suhu
450 C atau tepatnya pada suhu 600 C dimana semakin tinggi suhu maka fungsi
biologis dari protein bisa hilang, sehingga grafik yang dihasilkan dari hubungan
antara retensi energi dengan temperatur merupakan kurva parabola (Halver,
1989). Kekurangan protein menghasilkan pertumbuhan yang buruk, kelebihan
protein menyebabkan ekresi amonia ke lingkungan sekitarnya dan biaya pakan
yang tinggi. Kebutuhan protein pakan pada ikan menunjukkan perbedaan antara
spesies, tahap pertumbuhan, salinitas, suhu, dan stres terkait (Yaqin et al., 2018).
Pertumbuhan akan terjadi jika jumlah nutrisi dalam pakan yang dicerna dan
diserap oleh ikan lebih besar daripada jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan
tubuhnya (Suryaningrum et al., 2017). Menurut NRC (2011) dalam Kim et al.
(2016), ikan memiliki kebutuhan energi yang lebih sedikit dibandingkan hewan
darat, tetapi memiliki efesiensi energi yang baik.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


nilai retensi energi ikan uji yang diperoleh dari praktikum rombongan 7 adalah
468,99 %. Nilai retensi energi dapat dipengaruhi oleh kualitas pakan dan jumlah
pakan. Perbedaan pakan yang dikonsumsi menghasilkan perbedaan retensi energi
yang dihasilkan meski dalam jumlah (gram) dan jenis pakan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

Buttery, P., & Landsay, D. 1980. Protein Deposition in Animal. London:


Butterworths.
Catdown, I. G., 2001. Eartwoon a New Source of Protein. London: WB. Sounders
Co.
Effendi, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri.
Fujaya, Y., 2002. Fisiologi Ikan. Makassar: Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional.
Haidar, M. N., Petie, M., Heinsbroek, L. T., Verreth, J. A., & Schrama, J. W., 2016.
The Effect of Type of Carbohydrate (Starch Vs. Nonstarch Polysaccharides)
on Nutrients Digestibility, Energy Retention and Maintenance Requirements
in Nile Tilapia. Aquaculture, 463, pp. 241-247.
Hariyanti P., Prayogo, & Mirni L., 2017. Potensi Penambahan Azolla sp. dalam
Formulasi Pakan Ikan Lele (Clarias sp.) Terhadap Retensi Energi dan Rasio
Konversi Pakan. Journal of Aquaculture Science, 1(1), pp. 36 – 42.
Kim, Kang-Woong., Kyoung-Duck K., & Hyon S. H., 2016. Optimum Dietary
Protein Level and Protein-to-energy Ratio for Growth of Juvenile Parrot Fish,
Oplegnathus fasciatus. Journal of The World Aquaculture Society, pp. 791-
923.
Mudjiman, A., 1985. Makanan Ikan. Bogor: Penebar Swadaya.
Murtidjo, A. B., 2001. Pedoman Meramu Ikan. Yogyakarta: Kanisius.
Somadiarsa, I. K., I. G. N. G B., & Siti N.W., 2016. Pengaruh Pemberian Kultur
Bakteri Selulolitik Isolat Rumen Kerbau Melalui Air Minum sebagai Sumber
Probiotik terhadap Lemak Abdomen dan Kolesterol Darah Itik Bali. Jurnal
Peternakan Tropika, 4(1), pp. 159-169.
Suryaningrum, L. H., Mulyasari, M., & Samsudin, R., 2017. Pengaruh Penambahan
Gliserol Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan
Nila (Oreochromis niloticus). Berita Biologi, 16(2), 157-165.
Yaqin, M. A., Santoso, L., & Saputra, S., 2018. Pengaruh Pemberian Pakan dengan
Kadar Protein Berbeda terhadap Performa Pertumbuhan Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer) di Keramba Jaring Apung. Jurnal Sains Teknologi
Akuakultur, 2(1), pp. 12-19.
Yuwono, E., & Purnama S., 2001. Fisiologi Hewan Air. Jakarta: CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai