Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PENELITIAN

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU

Judul : Pengaruh Subtitusi Jagung Pada Ransum Komersil Fase Finisher Terhadap
Kualitas Karkas Ayam Broiler
Nama : Erik Angga Saputra
NPM : E1C011025
PU : Jarmuji, SPt, MSi
PP : Ir. Edi Sutrisno, MSc

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha peternakan khususnya ayam broiler diIndonesia telah menjadi sebuah industri
yang memiliki komponen lengkap dari sektor hulu sampai ke hilir, dimana perkembangan
usaha ini memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan peternakan. Pemerintah
menargetkan konsumsi protein hewani masyarakat indonesia pada tahun 2014 adalah
52g/kapita/hr dan konsumsi energi 2000 kkal/kapita/hr. Pada tahun 2010 konsumsi protein
hewani masyarakat indonesia sudah mencapai 57g/kapita/hr dan konsumsi energi sudah
mencapai 2038 kkal/hr. Perlu dicatat bahwa pencapaian target konsumsi protein hewani
tersebut masih menyisakan persoalan karena 30% protein hewani asal daging masih diimpor
dari negara lain (Mukti,2010). target swasembada konsumsi protein hewani yang telah
dicanangkan oleh pemerintah akan dapat dicapai dengan memacu perkembangan bidang
peternakan, salah satu diantaranya adalah ternak broiler. Abdur-rahman et al. (2007)
menyatakan broiler merupakan ternak yang dapat tumbuh cepat dan efisien
menggunakan ransum sehingga merupakan andalan dalam pemenuhan protein hewani
masyarakat pada negara-negara berkembang.
Selain mutu ransum, dalam peternakan ayam broiler, biaya ransum perlu juga
mendapatkan perhatian. Biaya ransum merupakan biaya yang paling besar dibandingkan
dengan biaya variabel produksi lainnya. kejadian yang ironis sering dialami oleh peternak
broiler dimana ada kalanya harga ransum naik namun harga karkas broiler malahan turun.
Pada kondisi seperti ini, dibutuhkan bahan makanan pengganti ransum komer- sial yang
praktis dan berharga murah dan dapat mem- pertahankan produksi karkas ayam broiler.
Jagung selain digunakan untuk bahan pangan juga digunakan sebagai pakan ternak dan
bahan baku industri pakan. Tiga puluh tahun yang lalu, penggunaan jagung masih
didominasi untuk pangan. Sejak awal tahun 1970-an, jagung mulai dimanfaatkan sebagai
bahan pakan sumber energi untuk pakan unggas. Permintaan jagung untuk pakan terutama
pakan unggas terus meningkat seiring berkembangnya industri pakan unggas (Tangendjaja,
2011).
Penyesuaian imbangan energi dan protein ransum sangatlah penting artinya dibandingkan
dengan kua titas energi dan protein dalam ransum itu sendiri (Nitis,1980 dan Xiangmei,
2008). Wahyu (1978) menyatakan bahwa imbangan energi protein ransum yang baik adalah
175-180 dengan syarat bahwa seekor ayam dewasa harus mengkonsumsi protein sebanyak
17g per hari. Anon. (1984) menyatakan bahwa pada ransum ayam pedaging umur 0-3
minggu memerlukan energi metabolisme 3200 kkal/kg dan kandungan protein 23% dan
umur 3-6 minggu 3200 kkal/kg dan protein 20%. Bila energi dalam ransum meningkat
maka kandungan lemak karkas meningkat pula. Antara karkas dan pertumbuhan tidak dapat
dipisahkan, dimana semakin tinggi pertumbuhan ternak, karkas yang dihasilkan makin tinggi
pula (resnawati, 1976). Hal ini berarti waktu pemberian pakan berpengaruh terhadap
kualitas dari karkas ayam. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
waktu yang tepat mulai pemberian pakan untuk mendapatkan kualitas karkas yang terbaik.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi waktu yang tepat dalam
pemberian jagung dalam ransum komersil untuk meningkatkan kualitas karkas ayam
broiler

1.3 Hipotesis
Subtitusi jagung dalam ransum komersil fase finisher diduga dapat
mempengaruhi kualitas karkas pada ayam broiler .

II. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2014 di Comersial
Zone Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.

3.2 Alat dan bahan


Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang broiler dan
peralatan kandang (tempat pakan, tempat minum, broder, plastik alas liter, tirai
plastik, sekat dinding), timbangan duduk , thermometer dan nampan plastik.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler (DOC)
strain Platinum Cp707, jagung giling (crumble), ransum komersil BR2, vaksin
ND, vaksin Gumboro, desinfektan, air gula, briket batu bara, cairan infuse.

3.3 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat (4)
perlakuan dan empat (4) ulangan. Masing-masing ulangan unit terdiri atas 3 ekor
ayam sehingga yang dipergunakan adalah 48 ekor (unsex).
Adapun perlakuannya adalah sebagai berikut :
1. P0 (kontrol) : ayam broiler diberi 80% ransum komersil dan 20% jagung
mulai pada awal minggu ke 4 sampai minggu ke 6
2. P1 : ayam broiler diberi 80% ransum komersil dan 20% jagung pada minggu
ke 4 - 6
3. P2 : ayam broiler diberi 80% ransum komersil dan 20% jagung pada minggu
ke 5 - 6
4. P3 : ayam broiler diberi 80% ransum komersil dan 20% jagung pada minggu
ke 6
3.4 Tahapan Penelitian
Penelitian dirancang dengan 3 tahap, antara lain :
3.4.1 Persiapan Kandang
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini dibuat petak-petak dengan
ukuran 90cm x 90cm x 60cm. Terdapat 16 petak kandang, setiap petak dilengkapi
dengan tempat pakan dan tempat minum. Sebelum di gunakan, kandang dan
semua peralatan yang berada di dalamnya di semprot dengan densifektan
sebanyak dua kali.

3.4.2 Pemeliharaan Ayam Broiler


DOC yang baru datang diberi minum dengan air gula untuk memulihkan
kondisi tubuh ayam akibat stres perjalanan. Pada umur 1-21 hari ayam broiler
diberi ransum BR1. Ransum perlakuan di berikan pada ayam umur 22-42 hari.
Sebelum perlakuan ayam di timbang untuk bobot awal selanjutnya dilakukan
pengelompokan menurut bobot badan. Sebanyak 80 ekor ayam broiler yang
sudah dikelompokan di tempatkan secara acak kedalam empat perlakuan dan
empat kelompok. Setiap perlakuan terdiri dari 4 kelompok (petak kandang).
Setiap petak berisi 5 ekor ayam broiler. Ayam broiler dipelihara dalam kandang
litter sampai dengan umur 14 hari dan kandang panggung umur pada umur 15-42
hari. Pemeliharaan broile sesuai dengan standar pemeliharaan yang berlaku.
Jumlah ransum yang dikonsumsi, konversi pakan dan pertambahan berat badan
diukur setiap minggu. Untuk mencegah timbulnya penyakit ND maka vaksinasi
ND pada saat broiler berumur 4 hari melalui tetes mata dan vaksinasi gumboro
pada umur 14 hari dari 20 hari melalui air minum. Adapun komposisi ransum
yang digunakan dalam penelitian ini di sajikan dalam tabel berikut :

Tabel 1. Komposisi Ransum Penelitian


Komposisi Perlakuan
Ransum R0 R1 R2 R3
Ransum
Komersil (BR2) 100 80 80 80
(%)
Beras Jagung 0 20 20 20
(%)

Tabel 2. Komposisi Kimia Nutrisi Jagung dan Ransum Komersial (512)


Zat-Zat Makanan Jagung
Protein Kasar (%) 8,6
Serat kasar (%) 2,5a
Lemak kasar (%) 3,9b
Kalsium (%) 0,02
Posfor (%) 0,1
Energi Metabolis (kkal/kg) 3370*

Sumber : ** a = Amrulah (2000), b = Wahju (1992)


Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Perlakuan
Perlakuan
Nutrisi (%)
R0 R1 R2 R3
Air 11.12 11.23 11.23 11.23
Abu 16.51 16.75 16.75 16.75
Lemak 8.34 7.45 7.45 7.45
Protein 22.12 22.23 22.23 22.23
SK 4.45 4.35 4.35 4.35
KH 37.36 39.39 39.39 39.39
Energi 3035 3080 3080 3080
Metabolis(kkal/kg)
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium jurusan kimia FMIPA Universitas Bengkulu
(2011)

3.4.3 Sampling
Pada akhir penelitian (broiler umur 42 hari) 4 ekor broiler pada setiap
perlakuan diseleksi berdasarkan berat badan yang terbaik. Broiler yang terpilih
kemudian disembelih dan di ukur kualitas karkasnya. Kualitas karkas yang
diukur adalah berat karkas, presentase karkas, warna karkas, warna daging, meat
bone ratio, dan presentase lemak abdominal.

3.5 Variabel yang diamati


3.5.1 Berat Karkas
Berat karkas ayam adalah berat hasil pemotongan ayam yang telah dipisahkan
dari darah, bulu, kaki, kepala dan organ dalam kecuali jantung, hati dan empedu
(Rasyaf, 1995).

3.5.2 Persentase Karkas


Persentase karkas dihitung dengan membandingkan berat karkas dengan
berat hidup dikali 100%. Ayam yang telah diketahui berat badannya,
disembelih,kemudian dibului, memisahkan kepala, kaki serta semua isi
perutnya. Karkas yang didapat ditimbang (Soeparno,1994).
Berat karkas
Persentase karkas = x 100%
Berat hidup

3.5.3 Meat Bone Ratio


Meat bone ratio dihitung dengan membandingkan berat daging dengan berat
tulang. Sebagai sampel diambil daging, tulang bagian dada dan paha.

Berat daging
Meat bone ratio =
Berat tulang

3.5.4 Warna Karkas


Uji warna pada karkas dilakukan dengan membandingkan warna karkas
bagian dada dengan warna standar broiler fan menurut DSM (Dutch State
Mines).
3.5.5 Presentase Lemak Abdominal
Presentase lemak abdominal diperoleh dari penimbangan lemak yang
terdapat pada rongga abdomen dengan membandingkan berat lemak abdomen
dengan berat hidup unggas dikali 100% (Abubakar dan Notoamidjojo, 1997).

𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑎𝑏𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙
Presentase lemak abdominal = 𝑥 100%
Berat Hidup

3.6 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil penelitian di analisis secara statistik
menggunakan analisis keragaman Rancangan Percobaan Acak Lengkap (RAL) dengan
model matematis sebagai berikut :
Yij = µ + pi + Kj+Ɛij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Nilai tengah umum
pi = Pengaruh perlakuan ke-i
Kj = Pengaruh kelompok
Ɛij = Galat percobaan
i = Perlakuan ke (1,2,3,4)
j = Kelompok ke (1,2,3,4)

dari model matematis tersebut didapat tabel analisis ragam sebagai berikut :
Tabel 4. Analisis ragam
Sumber Db JK KT F hit F tab
keragaman
Perlakuan p-1 JKP KTP KTP/KTG
Kelompok k-1 JKK KTK KTK/KTG
Galat (p-1)(k-1) JKG KTG
Total Pk-1 JKT

Bila sidik ragam menunjukan pengaruh nyata maka diuji lanjut dengan DMRT
(Duncans Multiple Range Test) untuk melihat perbedaan antar perlakuan
DAFTAR PUSTAKA

Abdur-rahman, A.A and Z.H.M. Abu-Dieyeh. 2007. effect of Chronic Heat stress on Broiler
Performance in Jordan. Journal Poultry science 6(1):64-70, 2007.

Abubakar dan A. G. Notoamidjojo, 1997. Persentase Karkas Dan Bagian- bagiannya Dua
Galur Ayam Broiler Dengan Penambahan Tepung Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb) Dalam Ransum. Buletin Peternakan Edisi Tambahan.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

BPS. 2010-2012. Produktivitas dan produksi jagung di Indonesia. BPS. Jakarta.

Dewan Ketahanan Pangan. 2009. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014.Jakarta

Mukti, B.k. 2010. swasembada Protein Hewani pada tahun 2014.laporan kementerian
kordinator Bidang Perekonomian ri.

Nitis, i.M. 1980. Makanan ternak salah satu sarana untuk Meningkatkan Produksi ternak.
Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam ilmu Makanan ternak. FkHP uni- versitas
udayana. Denpasar

Lawrie, RA. 2003. Ilmu Daging Cetakan Keempat. Penerjemah: Aminuddin Parakkasi.
Universitas Indonesia Press, Jakarta

Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Bogor


Resnawati, H. dan P.s. Hardjosworo. 1976. Pengaruh umur Terhadap Persentase karkas dan Efisiensi
Ekonomis Pada Ayam Broiler unsexed. l.P.P. vi.

Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging Edisi II. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Tangendjaja, B. dan E. Wina. 2011. Limbah tanaman dan produk sampingan


industri jagung untuk pakan. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Wahyu, J. 1978. Cara Pemberian dan Penyusunan ransum unggas. Cetakan ke-4. Fakultas
Peternakan institut Pertanian Bogor.

Xiangmei, G. 2008. rabbit Feed Nutrition Study for In- tensive, Large-Scale Meat Rabbit
Breeding. Qingdao kangda Food Company limited, China.
http://www.mekarn.org/prorab/guan.htm. Disitir tanggal 30 September
2014.

Anda mungkin juga menyukai