Anda di halaman 1dari 22

Review Jurnal

Judul ENERGI METABOLIS RANSUM KOMERSIL DAN JAGUNG PADA


AYAM BROILER

Penulis F Tri Wahyudi, D Sudrajat, dan Burhanudin Malik

Penerbit Jurnal, Jurnal Peternakan Nusantara ISSN 2442-2541Volume 3 Nomor 1, April


2017
Tahun
Reviewer Dhiva Abel Prayoga

Isi jurnal

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai energi metabolisme pada
ransum ayam komersil.

Pendahuluan Perkembangan usaha khususnya ayam pedaging ditunjang oleh


meningkatnya jumlah penduduk Indonesia serta pendapatan per kapita
yang semakin meningkat. Untuk mencerdaskan dan meningkatkan
prestasi sumber daya manusia di Indonesia, diperlukan pemenuhan gizi
yang baik, terutama dari sumber protein hewani seperti daging, telur dan
susu. Daging ayam lebih banyak dikonsumsi dibanding daging sapi
karena harga daging ayam ras lebih terjangkau dibandingkan dengan
daging sapi. Sejak tahun 2010 Indonesia sudah swasembada daging
ayam, dengan kata lain kebutuhan daging ayam dapat dicukupi dari
produksi dalam negeri. Sebagai penyedia pangan asal ternak informasi
dasar untuk mendukung budidaya dan pemanfaatan dibutuhkan
informasi mengenai nutrisi pakan ternak unggas yang berstandarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI). Pemanfaatan ternak unggas sebagai
sumber pangan daging protein asal hewani sangat penting, karena
kebutuhan atau konsumsi daging ternak unggas semakin meningkat.
Tata laksana, pakan dan bibit yang berkualitas baik adalah faktor yang
menentukan untuk keberhasilan usaha ayam pedaging (Sutardi 1980) .
Namun faktor menyediakan pakan yang memiliki kandungan nutrsi
tinggi menjadi masalah dalam usaha tersebut. Energi Metabolis (EM)
sangat berpengaruh terhadap aktivitas ternak, selain itu pemberian
ransum yang baik dan nutrisi yang baik akan berdampak pertumbuhan
yang optimal. Nutrisi yang dibutuhkan adalah protein, lemak dan
karbohidrat yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pokok,
pertumbuhan, dan produksi (Sofiati 2008). Tujuan penelitian ini untuk
mengkaji tingkat EM ransum komersil dan jagung pada ayam broiler.
Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli– Oktober 2016 di kandang
penelitian ayam dan laboratorium Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan
(BPMSP) Bekasi Jalan MTHaryono No. 98 Setu, Bekasi, Jawa Barat
Dua puluh empat ekor ayam broiler dewasa berumur lebih kurang 1
tahun yang diperoleh dari PT Super Unggas Jaya Sukabumi Jawa
Barat dengan bobot badan 5-6 kg digunakan dalam penelitian
iniransum perlakuan adalah ransum jagung giling sebanyak 5 kg,
ransum ayam broiler stater (BR1) sebanyak 5 kg dan ransum ayam
broiler finisher (BR2) 5 kg, Obat-obatan yang digunakan adalah
Bkomplek dan vitamin serta kapur, rodalon dan H2SO4 0,01 %.
Hasil dan 1. Komposisi Kimia dan Energi Ransum Penelitian
pembahasan
Komposisi ransum perlakuan komersil disusun bedasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) kecuali ransum jagung yang merupakan
ransum tunggal dan kandungan energi paling tinggi yaitu sekitar 3.350
kkal/kg NRC (1994). Komposisi nutrisi ransum perlakuan dan
perbandinganya dengan rekomendasi SNI dan NRC 1994 disajikan di
Tabel 1. Seperti terlihat di Tabel kandungan nutrisi ransum penelitian
dengan hasil analisis laboratorium tidak berbeda dengan standar SNI dan
NRC (1994). Berdasarkan komposis nutrisi, ransum penelitian tersebut
memenuhi Pesyaratan Mutu Teknis (PMT) ransum.

2. Energi Metabolis Semu (EMS) Energi Metabolis Murni (EMM)


dan Energi Metabolis

Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn) Perbedaan antara kandungan energi


bruto pakan atau ransum dengan energi bruto yang dikeluarkan melalui
ekskreta disebut energi metabolis (Sibbald1980). Nilai EMSn dan
EMMn dalam perhitungan lebih rendah daripada nilai EMS dan EMM
disebabkan EMSn dan EMMn memperhitungkan adanya konversi energi
(faktor koreksi) yang berasal dari nitrogen komponen karbohirat sebesar
8,22 kkal/gram yang keluar sebagai asam urat jika dioksidasi secara
sempurna (Sibbald 1980)

3. Rasio EMSn terhadap Energi Bruto

Daya cerna energi bukan ditentukan oleh nilai EMSn atau energi
metabolis, akan tetapi ditentukan oleh konversi EMSn terhadap energi
bruto atau rasio EM/EB ransum. Semakin tinggi nilai rasio EMSn
terhadap energi bruto maka semakin tinggi energi yang dimetabolis atau
yang dimanfaatkan tubuh, sehingga efisiensi penggunaan energi bruto
menjadi energi metabolis semakin baik (Pratama, 2008).
Kesimpulan Energi Metabolis (EM) ransum pada ayam broiler Stater (BR1) dan
broiler finisher (BR2) masing-masing telah memenuhi persyaratan SNI
No. 01-3930-2006 ransum broiler Stater (BR1) dan SNI No. 01-3931-
2006 ransum broiler finisher (BR2). Kandungan EM ransum ayam
perlakuan masing-masing adalah untuk BR1 3.048 kkal/kg dan BR2
3.237 kkal/kg. Nilai EM ini telah memenuhi nilai EM minimum yang
disyaratkan didalam SNI minimal yaitu 2.900 kkal/
Jurnal Peternakan Nusantara ISSN 2442-2541Volume 3 Nomor 1, April 2017

1. ENERGI METABOLIS RANSUM KOMERSIL DAN JAGUNG PADA


AYAM BROILER ENERGY METABOLISM AND CORN RATIONS
COMMERCIAL BROILER CHICKENS ON BROILER REJECTED
1. F Tri Wahyudi1, D Sudrajat1 a, dan Burhanudin Malik
1
program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35 Ciawi,
Bogor 16720. aKorespondensi: Deden Sudrajat, E-mail: deden.sudrajat@unida.ac.id
(Diterima oleh Dewan Redaksi: xx-xx-xxxx)
(Dipublikasikan oleh Dewan Redaksi: xx-xx-xxxx )

2. ABSTRACT
One of the information needed by farmers is information about nutrition ration poultry in accordance with the Indonesian
National Standard (SNI). This study aims to determine the value of energy metabolism in commercial chicken rations.
Determination of energy metabolism was conducted by Farrel in which chickens were fed like a chicken eating chicken
feed itself and previously fasted for 24 hours and still be drinking. The ration of treatment used is feed corn, feed rations
BR1 and BR2. Chickens were given time for 2 hours to eat the feed later in the fasting. After fasting rationing and the
chicken will issue feces, to prevent the evaporation of nitrogen in the feces spraying by the use of H2SO4 concentration
0,01%. Chicken feces then dried and analyzed by the laboratory using a bomb calorimeter. The data in the analysis of
variance (ANOVA) and Duncan test. Corn research results show that the energy metabolism in the feed ration obtained
BR1 3.048 kcal/kg and BR2 3.237 kcal/kg. The result can be concluded that the value is in compliance with EM EM
minimum value required in SNI minimum of 2.900 kcal / kg with a value of EM listed on the label.
Keywords: Energy Metabolism, Commercial feed, Corn

3. ABSTRAK
Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh peternak adalah informasi mengenai nutrisi ransum unggas yang sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai energi metabolisme pada ransum ayam
komersil. Penentuan energi metabolisme dilakukan dengan metode Farrel dimana ayam diberi makan seperti ayam
memakan pakannya sendiri dan sebelumnya ayam di pusakan selama 24 jam dan tetap diberi minum. Ransum perlakuan
yang digunakan adalah ransum jagung, ransum BR1 dan ransum BR2. Ayam diberi waktu selama 2 jam untuk memakan
pakannya kemudian di puasakan. Setelah dilakukan pemberian ransum dan dipuasakan ayam akan mengeluarkan feses,
untuk mencegah penguapan nitrogen pada feses dilakukan penyemprotan dengan menggunaan H2SO4 kosentrasi0,01 %.
Kemudian feses ayam dikeringkan dan dianalisis laboratorium dengan menggunakan alat bom kalorimeter. Data di analisis
ragam (ANOVA) dan dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian jagung menunjukkan bahwa energi metabolisme
ransum yang diperoleh pada pakan BR1 3.048 kkal/kg dan BR2 3.237 kkal/kg. Hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwanilai EM ini telah memenuhi nilai EM minimum yang disyaratkan didalam SNI minimal 2.900 kkal/kg dengan
nilai EM yang tertera dilabel.
Kata Kunci: Energi Metabolisme, Ransum Komersil, Jagung.

F Tri Wahyudi, D Sudrajat, dan B Malik. 2017. Energi Metabolis Ransum Komersil dan Jagung Pada
Ayam Broiler. Jurnal Peternakan Nusantara 3(1): 47-54
digunakan adalah Bkomplek dan vitamin serta kapur,
rodalon dan H2SO4 0,01 %.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
4. PENDAHULUAN 24 buah kandang kawat individu, 24 buah kandang
Usaha peternakan ayam di Indonesia sudah banyak metabolis, 24 tempat makan, 24 tempat minum dan
berkembang. Perkembangan usaha khususnya ayam 24 tempat pakan gantung. Proses penanganan
pedaging ditunjang oleh meningkatnya jumlah penduduk ekskreta dilakukan dengan menggunakan peralatan 24
Indonesia serta pendapatan per kapita yang semakin tempat feses yang terbuat dari aluminium (makaroni), 1
meningkat. Untuk mencerdaskan dan meningkatkan kotak aluminium foil, 5 spatula, 1 boks plastik
prestasi sumber daya manusia di Indonesia, diperlukan pembungkus ransum, masker, dan sarung tangan.
pemenuhan gizi yang baik, terutama dari sumber Pada proses penanganan selajutnya peralatan yang
protein hewani seperti daging, telur dan susu. digunakan adalah mortal, timbangan digital,
Daging ayam lebih banyak dikonsumsi dibanding daging timbangan analitik, oven, frezeer pendingin, alat bom
sapi karena harga daging ayam ras lebih terjangkau kalorimeter, alat analisis protein serta perlengkapan
dibandingkan dengan daging sapi. Sejak tahun 2010 alat tulis untuk mencatat data.
Indonesia sudah swasembada daging ayam, dengan kata
lain kebutuhan daging ayam dapat dicukupi dari produksi
2. Perlakuan
dalam negeri. Neraca produksi dan konsumsi
menunjukkan nilai positif, artinya produksi dalam negeri Untuk mengetahui nilai EM dalam ransum penelitian
masih mencukupi untuk kebutuhan konsumsi dalam ini ayam diberi 3 ransum perlakuan yaitu (P1) ransum
negeri (Outlok 2015). jagung giling dengan 6 kali ulangan, (P2) Ransum BR1
Sebagai penyedia pangan asal ternak informasi dasar dengan 6 kali ulangan, (P3) Ransum BR2 dengan 6 kali
untuk mendukung budidaya dan pemanfaatan dibutuhkan ulangan.
informasi mengenai nutrisi pakan ternak unggas yang
berstandarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). 3. Rancangan Percobaan
Pemanfaatan ternak unggas sebagai sumber pangan Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian
daging protein asal hewani sangat penting, karena ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri
kebutuhan atau konsumsi daging ternak unggas semakin atas 3 perlakuan. Berikut model matematika untuk RAL
meningkat. menurut Steel dan Torrie (1993) adalah sebagai berikut:
Tata laksana, pakan dan bibit yang berkualitas baik Yij
adalah faktor yang menentukan untuk keberhasilan usaha
= µ + τi + ij Keterangan:
ayam pedaging (Sutardi 1980) . Namun faktor
menyediakan pakan yang memiliki kandungan nutrsi Yij = respon atau nilai pengamatan energi
tinggi menjadi masalah dalam usaha tersebut. Energi metabolisme pada pakan ayam
Metabolis (EM) sangat berpengaruh terhadap aktivitas perlakuan (i) dan ulangan ke-j.
ternak, selain itu pemberian ransum yang baik dan nutrisi µ = rataan umum hasil percobaan.
yang baik akan berdampak pertumbuhan yang optimal.
Nutrisi yang dibutuhkan adalah protein, lemak dan τi = perlakuan ke-i.
karbohidrat yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ij = nilai galat perlakuan ke-i
pokok, pertumbuhan, dan produksi (Sofiati 2008). Tujuan dan ulangan ke-j
penelitian ini untuk mengkaji tingkat EM ransum
komersil dan jagung pada ayam broiler.
4. Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati adalah (1) konsumsi energi
(kkal/ekor) diperoleh dengan mengalikan jumlah ransum
5. MATERI DAN METODE yang diberikan (g) dengan kandungan energinya (kkal/g)
untuk setiap 1 ekor ayam broiler, (2) Ekskresi
1. Materi energi(kkal/ekor) diperoleh dari hasil perkalian dari berat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli– Oktober ekskreta (g) dengan kandungan energinya (kkal/g) pada
2016 di kandang ayam dan laboratorium Balai setiap1ekor ayam broiler, (3) Energi metabolis (kkal/kg)
Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (BPMSP) adalah selisih antara kandungan enrgi bruto ransum
Bekasi Jalan dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta.
MTHaryono No. 98 Setu, Bekasi, Jawa Barat Dua Menurut Sibbald dan Wolynezt (1985) pengukuran energi
puluh empat ekor ayam broiler dewasa berumur lebih metabolis dapat dihitung berdasarkan:Energi Metabolis
kurang 1 tahun yang diperoleh dari PT Super Unggas Semu (EMS) Energi Metabolis Semua adalah jumlah
Jaya Sukabumi Jawa Barat dengan bobot badan 5-6 kg ransum yang dikonsumsi (g) perkalian hasil energi bruto
digunakan dalam penelitian iniransum perlakuan (kkal/g) dikurangkan dengan berat ekskreta(g) dikalikan
adalah ransum jagung giling sebanyak 5 kg, ransum energi bruto ekskreta (kkal/g) per jumlah ransum yang
ayam broiler stater (BR1) sebanyak 5 kg dan ransum dikonsumsi (g) serta dikalikan 1.000, Energi Metabolis
ayam broiler finisher (BR2) 5 kg, Obat-obatan yang Murni (EMM) Energi Metabolis Murni adalah hampir
sama dengan EMS tetapi dikoreksikan berat feses
endogenus (g) dikalikan dengan energi ekskresi feses
endofenus(kkal/g).EMS terkoreksi N (EMSn), Energi dihaluskan ditimbang dan analisa kadar air, protein, dan
Metabolis Semu terkoneksi N adalah hampir sama energi brutonya
dengan EMS tetapi dikoreksikan dengan faktor Retensi
Nitrogen dan faktor koreksin 8,22 (kkal/g ) (4) Rasio
EMSn terhadap energi bruto (kkal/kg) Rasio EMSn
terhadap energ ibruto adalah energi EMS (kkal/kg) dibagi 6. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan jumlah energi bruto ransum (kkal/kg). Komposisi Kimia dan
5. Analisis Data Energi Ransum
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam Penelitian
(ANOVA) dan jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap
peubah yang diamati maka analisis dilanjutkan dengan uji Komposisi ransum perlakuan komersil
lanjut jarak ganda Duncan dengan menggunakan bantuan disusun bedasarkan Standar Nasional Indonesia
piranti program SPSS (SNI) kecuali ransum jagung yang merupakan
16. ransum tunggal dan kandungan energi paling
tinggi yaitu sekitar 3.350 kkal/kg NRC (1994).
6. Prosedur Pelaksanaan Komposisi nutrisi ransum perlakuan dan
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandinganya dengan rekomendasi SNI dan
kandang ayam individu untuk memudahkan pengawasan NRC 1994 disajikan di Tabel 1. Seperti terlihat di
ayam. Pemberian disinfektan dan pengapuran bertujuan Tabel kandungan nutrisi ransum penelitian
untuk mencegah timbulnya bakteri penyakit yang dengan hasil analisis laboratorium tidak berbeda
berkembang pada kandang serta menghindari ayam dari dengan standar SNI dan NRC (1994).
virus yang bisa menyerang ayam. Berdasarkan komposis nutrisi, ransum penelitian
Ternak yang digunakan adalah ayam broiler bibit berumur
tersebut memenuhi Pesyaratan Mutu Teknis
1 tahun sebanyak 24 ekor, yang sehat, lincah, dan tidak
cacat. Ternak yang baru datang diberi vitamin dan (PMT) ransum.
antibiotik. Setelah adaptasi dengan lingkungan maka ayam Kanibalisme dapat terjadi pada ternak
dipuasakan selama 24 jam namun tetap diberi air minum apabila diberikan pakan yang berenergi dan
sesuai kebutuhan. Penimbangan dilakukan untuk berprotein rendah. Oleh karena itu,
mengetahui bobot badan ayam sebelum dipuasakan. Ayam keseimbangan kandungan nutrisi dalam ransum
ditimbang lagi sebelum diberi pakan perlakuan untuk
diperlukan agar dapat memberikan
mengetahui penyusutan bobot badan penyusutan sebelum
dipuasakan. Pakan diberikan sesuai kebutuhan ayam yaitu pertumbuhan yang baik (Pratama 2008)
200 gram/ekor/hari dan ayam dibiarkan makan sendiri Ransum perlakuan P2 dan P3 disusun
sekitar 2 jam, setelah itu sisa pakan diambil dan di berdasarkan SNI dan P1 ransum tunggal. Hal ini
timbang. Setelah selesai memakan pakannya selama 1-2 dilakukan untuk melihat aktifitas energi
jam ayam dimasukan kedalam kandang metabolis yang metabolis pada ransum pada ayam broiler.
sudah dipasangkan alas di bawahnya. Ransum perlakuan P1 yang memiliki kandung
Semprot feses dengan H2SO4 konsentrasi 0,01 % setiap 2- energi metabolis ransum yaitu sebesar 3.195
4 jam sekali (setiap semprotan harus sama, misalnya 5 kali
kkal/kg dibandingkan dengan ransum perlakuan
semprotan dengan tekanan yang sama). Ayam tetap
dikandang metabolis dan diberi air minum secukupnya P2 dan P3 kandungan energi metabolis yaitu
selama 30 jam. Setelah 30 jam ayam ditimbang untuk sebesar 3.048 kkal/kg dan 3.237 kkal/kg. Nilai
mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi dan feses yang energi metabolismenya mendekati kandungan
terkumpul. nilai energi metabolisme dengan ransum
Pengumpulan feses dilakukan dengan menggunakan perlakuan P1. Hal ini disebabkan ransum
spatula karet untuk memudahkan pengambilan. Feses perlakuan P1 merupakan ransum tunggal yang
ditempatkan yang sudah disediakan yaitu scotel makaroni memiliki energi lebih tinggi dibandingkan
yang berbentuk persegi panjang yang sudah ditimbang dan
dengan ransum komersil.
dipasang label perlakuan.
Setelah itu feses yang ditimbang bobotnya dan ditutup
dengan aluminium foil, disimpan pada frezer selama 241. Konsumsi Ransum dan Eksresi Energi
jam. Setelah 24 jam feses dikeluarkan dari frezer dan Ekskresi energi merupakan acuan jumlah
ditawing, disuhu ruang sampai mencair. Setelah itu, feses
ransum yang dapat dicerna atau kemampuan
yang telah mencair dimasukkan ke dalam oven bersuhu
60 0C dan dibiarkan hingga feses menjadi kering ternak dalam mencerna ransum. Semakin
Feses yang telah kering dikeluarkan dari oven dan banyak jumlah ransum yang tidak dapat
timbang bobot keringnya. Setelah itu feces dihaluskan dicerna, maka ekskresi energinya semakkin
bila ditemukan bulu halus, bulu tersebut dipisahkan agar tinggi pula. Kandungan energi dalam
protein dalam fese tidak tercampur bulu. feses yang sudah ransum menentukan konsumsi ransum ternak.
Menurut Pesti et al. (2005) konsumsi 179,17 kkal/ekor dan sebaliknya perlakuan P3
ransum dipengaruhi oleh fisiologi ternak dan sebesar 102.40 kkal/ekor.
kebutuhan akan zat makanan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa konsumsi ransum Energi Metabolis Semu (EMS) Energi
perlakuan berkisar antara 179,40-182,86 Metabolis Murni (EMM) dan Energi
gram/ekor. Sedangkan konsumsi energi yang
Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn)
dihasilkan bekisar 670-765 kkal/ekor. Data
tersebut lebih rendah/tinggi dari konsumsi
ransum dan konsumsi energi menurut NRC Perbedaan antara kandungan energi bruto
(1994) yaitu 163 gram/ekor dan 522 pakan atau ransum dengan energi bruto yang
kkal/ekor. dikeluarkan melalui ekskreta disebut energi
metabolis (Sibbald1980). Nilai EMSn dan
Hasil uji statistik menunjukan bahwa
EMMn dalam perhitungan lebih rendah
penggunaan ransum jagung dan ransum
daripada nilai EMS dan EMM disebabkan
komersil (BR1 dan BR2) berpengaruh nyata
EMSn dan EMMn memperhitungkan adanya
(P<0,05) terhadap konsumsi enegi yang
konversi energi (faktor koreksi) yang
dihasilkan. Sedangkan ekskresi energi yang
berasal dari nitrogen komponen karbohirat
dihasilkan berbeda nyata (P< 0,05) terhadap
sebesar 8,22 kkal/gram yang keluar sebagai
P1 sebesar 118,51 kkal/ekor dan P2 sebesar
asam urat jika dioksidasi secara sempurna
(Sibbald 1980).
Tabel 1 Perbandingan komposisi nutrisi ransum perlakukan dengan SNI

Jagung BR1 BR2


Komponen
Lab1) SNI2) NRC3) Lab1) SNI2) NRC3) Lab1) SNI2) NRC3)
Maks Maks Maks
Kadar Air (%) 11,34 14,00 12 9,99 14,00 10,00 10,18 14,00 10,00
Min Min 18,00
Min 19,00
Protein (%) 8,84 7,50 8,5 21,36 23,00 19,49 20,00
Min Maks Maks
Lemak (%) 3,0 3,0 3,8 6,24 7,4 4-5 6,43 8,0 3-4
Maks Maks Maks
Serat (%) 1,01 3,0 2,2 1,89 6,0 3-5 3,39 6,0 3-5
EM (kkal/kg) - 2.900 3.350 - 2.900 3.200 - 2.900 3.200

Keterangan: 1) Hasil analisis laboratorium BPMSP Bekasi, 2016. 2) Hasil Standar Nasinal Indonesia (SNI)
014483-1998 (Jagung), 01-3930-2006 (BR1) 01-3931-2006 (BR2). 3) Hasil Standar National Resench Council
(NRC) 1994.

Tabel 2 Kandungan bahan kering kadar air, protein kasar Pakan dan EB ransum perlakuan dalam
As fed.
Zat Makan (P1)3 (P2)4 (P3)5
Bahan Kering (%)1 88,66 90,01 89,82
Kadar Air( %)2 11,34 9,99 10,18
PK (%)2 8,84 21,36 19,49
EB (kkal/kg) 2 3.961 4.061 4.160
EM (kkal/kg) 2 3.195 3.048 3.237

Tabel 3 Rataan konsumsi ransum dan berat ekskreta


Perlakuan Konsumsi ransum Berat ekskreta

(gram/ekor) (gram/ekor)

P1 179,40±18,63 27,75±2,56 a

P2 182,86±18.99 48,59±9,99 b

P3 181,40±31,45 43,93±3,56 b
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05), (P1)
ansum jagung giling, (P2) Ransum broiler stater BR1, (P3) Ransum broiler finisher BR2.

Tabel 4 Rataan nilai konsumsi energi dan ekskresi energi ransum perlakuan
Perlakuan Konsumsi energi Ekskresi energi
(kkal/ekor) (kkal/ekor)
P1 765,16±91.00 118,51±14,89 a
P2 670,89±45,56 179,17±39,41 b
P3 688,70±125,93 102,40±12,83 a
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang nyata
(P<0,05), (P1) Ransum jagung giling, (P2) Ransum broiler stater BR1, (P3) Ransum
broiler finisher BR2.

Perhitungan energi metabolis dalam ransum


berdasarkan standar NRC (1994) dihitung dalam As
fed sedangkan energi metabolis hasil penelitian
dihitung dalam 100 % BK. Hal ini dikarenakan,
untuk meminimalisasikan kadar air dalam feses
yang bervariasi. Dalam penelitian ini, dihasilkan
EMM lebih tinggi dengan nilai EMS. Perbedaan
nilai tersebut menurut Sibbald (1980) terjadi
karena dalam perhitungan EMM diikuti oleh nilai
energi endogenus, sedangkan EMS tidak
memperhitungkan nilai energi endogenus (Pratama
2008).

Tabel 5 Rataan Nilai Energi Metabolis Semu


lemak dan jaringan protein tubuh yang luruh dan
keluar melalui ekskreta sehingga pengukuran
nilai energi endogenous menjadi kurang tepat.
Kandungan energi suatu bahan makanan
memegang peranan penting dalam menentukan
nilai gizi makanan tersebut.

Tabel 6 Rataan Nilai Energi Metabolis Semu


(EMS), Energi Metabolis Murni
(EMM) Energi Metabolis Semu
Terkoreksi Nitrogen (EMSn)
Ransum Ayam Broiler dalam As fed.

EMS EMM EMSn


(EMS), Energi Metabolis,
Murni(EMM) Energi Metabolis Semu P1 3.285,71±210,83 3.141,51±264,59 3.195,95±166,29
Terkoreksi Nitrogen (EMSn) P2 3.166,83±236,81 3.078,91±290,52 3.048,31±170,13 Ransum Ayam
Broiler dalam 100% P3 3.328,69±213,59 3.182,50±267,95 3.237,20±168,46
BK. Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang tidak
EMM EMSn EMS
nyata (P>0,05) P1: Ransum
(kkal/kg) (kkal/kg)
pakan jagung. P2:
(kkal/kg)
Ransum pakan broiler stasher (BR1). P3: Ransum
P1 3.802,1±95,30 b 3.647,9±109,65 3.763,2±104,0 b pakan broiler Cinisher(BR2).
P2 3.518,3±263,09 a 3.356,5±282,79 3.386,6 ±189,0 a
P3 3.705,9±237,80 a 3.543,1±298,31 3.604,2±183,5 b Nilai EMSn ransum P3 adalah sebesar
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom
3.237,20 kkal/kg. Nilai tersebut lebih :nggi yang sama menunjukan perbedaan yang
dari pada hasil perhitungan EMSn dalam
(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg)
nyata (P<0,05) P1: Ransum jagung. P2: Ransum
broiler stasher (BR1). P3: Ransum broiler finisher(BR2
Pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) menunjukkan bahwa perlakuan tidak dapat meningkatkan atau menurunkan nilai EMM,
EMS, dan EMSn. Dalam penentuan kebutuhan energi metabolis, nilai EMSn lebih kecil dibandingkan nilai EMS. Hal ini disebabkan adanya
faktor koreksi pehitungan Rerensi Nitrogen dan koreksi nitrogen (8,22 kkal/gram) sedangkan nilai EMM lebih kecil dibandingkan dengan nilai
EMS karena ada faktor koreksi energi endogenous pada perhitungan EMM.
Energi endogenous sampai saat ini belum dapat diketahui secara tepat karena pada proses pengukurannya, pemuasaan ayam selama 24 jam belum
dapat mengosongkan saluran pencernaan ayam tersebut dan masih terdapat sisa-sisa pakan sebelumnya. Sisa percernaan beberapa bahan
seperti tepung ikan dan tepung daging membutuhkan waktu lebih dari 24 jam untuk keluar dari saluran pencernaan secara keseluruhan. Apabila
pemuasaan dilakukan lebih dari 24 jam, maka akan semakin banyak ransum. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kualitas bahan baku atau
nutrisi yang dijadikan standar SNI (2006) dengan bahan baku yang digunakan dalam ransum penelitian dan juga disebabkan oleh kandungan
energi bruto ransum yang tinggi yaitu 4.160 kkal/kg. Pada ransum P1 EMSn sebesar 3.195,95 kkal/kg dan P2 sebesar 3.048,31 kkal/kg karena
energi brutonya lebih rendah yaitu bekisar 3.961 kkal/kg sampai 4.061 kkal/kg dibandingkan dengan P2.

Rasio EMSn terhadap Energi Bruto


Daya cerna energi bukan ditentukan oleh nilai EMSn atau energi metabolis, akan tetapi ditentukan oleh konversi EMSn terhadap
energi bruto atau rasio EM/EB ransum. Semakin tinggi nilai rasio EMSn terhadap energi bruto maka semakin tinggi energi yang
dimetabolis atau yang dimanfaatkan tubuh, sehingga efisiensi penggunaan energi bruto menjadi energi metabolis semakin baik (Pratama,
2008).
Tabel 7 Nilai Ratio EMSn terhadap energi nutrisi ransum ayam harus wajib diketaui oleh bruto As fed
ransum perlakuan dalam peternak.
1 0,85 0,78 0,82
2 0,82 0,79 0,79
3 0,78 0,68 0,75
4 0,74 0,74 0,71
5 0,84 0,73 0,81
6 0.80 0,78 0,77
a ab
Rataan 0,81±0,42 0,75±0,41 0,78±0,17b

Keterangan: P1: Ransum jagung giling.


P2: Ransum broiler stasher (BR1).
P3: Ransum broiler finisher(BR2).
Ratio EM/EB ransum komersil dan jagung pada penelitian ini adalah berkisar 0,75– 0,81. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
ransum komersil dan jagung berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasio EMSn terhadap energi bruto. Namun jika dilihat dari nilai rataan,
terdapat peningkatan dengan penggunaan ransun jagung dengan nilai 0,81 karen kandungan energi ransum jagung lebih tinggi sehingga dapat
meningkatkan energi yang diserap. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju (2004) yang mengatakan bahwa kandungan yang seimbang dapat
meningkatkan energi yang diserap.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI


Kesimpulan
Energi Metabolis (EM) ransum pada ayam broiler Stater (BR1) dan broiler finisher (BR2) masing-masing telah memenuhi
persyaratan SNI No. 01-3930-2006 ransum broiler Stater (BR1) dan SNI No. 01-3931-2006 ransum broiler finisher (BR2).
Kandungan EM ransum ayam perlakuan masing-masing adalah untuk BR1 3.048 kkal/kg dan BR2 3.237 kkal/kg. Nilai EM
ini telah memenuhi nilai EM minimum yang disyaratkan didalam SNI minimal yaitu 2.900 kkal/k.

Implikasi
Untuk memperoleh ransum yang berkualitas serta bernutrisi sesuai SNI, maka informasi

Perlakuan
Ulangan
P1 P2 P3
9. DAFTAR PUSTAKA
Amrullah LK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-2. Lembaga
Satu Gunung Budi. Bogor.

Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak. 2009. Pengujian Metabolisme Energi (ME) Pada Pakan Ayam Layer Petelur (P3). Bekasi.

Bahri, Rusdi S. 2008. Evaluasi Energi Metabolis Pakan Lokal Pada Ayam Petelur. Fakultas
Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. J.Argolan 15(1): 75-78.
Damayanti AP. 2005. Pengukuran Aktivitas Metabolisme Basal Pada Itik Entog Dan Mandalung. [Skripsi] Fakultas Pertanian.
Universitas Tadulako. Palu.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. 2014. Kumpulan SNI Pakan Ternak. Jakarta.

Hill FW, Anderson DL. 1985. Comparison of metabolizableenergy and productive energy de-terminations with growing
chicks. J.Nutr. 64:587-603.

Leeson S, Summers JD. 2001. Nutrition of the

Chicken. 4th Edition. University of Books. Canada.

Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial

Poultry Nutrition. 3rd Edition. University of Books. Canada.

National Research Council. 1994. Nutrient

Requirements of Poultry. 9th Revised Edition. National Academic Press. Washington.

Outlok. 2015. Komoditas Pertanian Subsektor Peternakan Daging Ayam. Pusat Data dan Sistem Informasi. Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertnian. Jakarta.

Scott ML, Neisheim MC, Young RJ. 1982.


Nutrition of Chiken. 3rd Edition, Published ML Scottand Associates: Ithaca. NewYork.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisike-2 Terjemahan : B. Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Sibbald IR, Summer JR, Slinger CJ. 1960. Factor Affecting Metabolizable of Poultry Feeds. Poultry Sci. Vol. 39. Hal8.

Sibbald IR. 1980. Metabolic plus endogenus energy and nitrogen losses of adult cockerels: The Correction Usedin Bioassay
for true metabolizble Energy. Internasional Develompment Research Center. Canada.

Sibbald IR, Wolynetz MS. 1985. Relation ships between estimates of bioavai lable energy made with adult cockrerels and
chicks: Effec to feed in take and nitrogen retention. J.Poultry.Sci., 64:127-138.

Sofiati E. 2008. Metabolisme Energi dan Retensi Nitrogen Broiler Pasca Perlakuan Ransum Mengandung Tepung Daun Jarak
Pagar (Jatropha curcas L. [Skripsi] Fakultas Peternkan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutardi T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid1. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.


Pratama JA. 2008. Nilai Energi Metabolisme Ransum Ayam Broiler Finisher yang Disuplementasi Dengan DL-. [Skripsi]
Fakultas Peternkan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Peraturan Menteri Pertanian No 65/ Permentan/OT.140/9/2007. 2007. Tentang Pedoman Pengawas Mutu Pakan. Jakarta.

Pesti GM, Bakalli RI, Driver JP, Atencio A, Foster EH.2005.Poultry Nutrition and Feeding. The University of Georgia.
Department of Poultry Science. Athens Georgia.

Pond WG, Church DC, Pond KR. 1995. Basic

Animal Nutrition and Feeding. 4th Edition. John Wiley and Sons. NewYork.

Wahju J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi ke-4. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Wahju J. 2004 Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Wardani WW., Ramli N, Hermana W 2004. Ketersediaan energi ransum yang mengandung Wheta pollard hasil olahan
enzim cairan rumen yang diproses secara steam pelleting pada ayam broiler. [Skripsi] Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Energi Metabolis (EM) ransum pada ayam broiler Stater (BR1) dan broiler finisher (BR2) masing-masing telah memenuhi
persyaratan SNI No. 01-3930-2006 ransum broiler Stater (BR1) dan SNI No. 01-3931-2006 ransum broiler finisher (BR2).
Kandungan EM ransum ayam perlakuan masing-masing adalah untuk BR1 3.048 kkal/kg dan BR2 3.237 kkal/kg. Nilai EM
ini telah memenuhi nilai EM minimum yang disyaratkan didalam SNI minimal yaitu 2.900 kkal/k
Jurnal Peternakan Nusantara ISSN 2442-2541Volume 3 Nomor 1, April 2017 47

ENERGI METABOLIS RANSUM KOMERSIL DAN JAGUNG PADA AYAM BROILER

ENERGY METABOLISM AND CORN RATIONS COMMERCIAL BROILER


CHICKENS ON BROILER REJECTED
F Tri Wahyudi1, D Sudrajat1 a, dan Burhanudin Malik
1
program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No. 1,
Kotak Pos 35 Ciawi, Bogor 16720.
a
Korespondensi: Deden Sudrajat, E-mail: deden.sudrajat@unida.ac.id
(Diterima oleh Dewan Redaksi: xx-xx-xxxx)
(Dipublikasikan oleh Dewan Redaksi: xx-xx-xxxx )

ABSTRACT
One of the information needed by farmers is information about nutrition ration poultry in
accordance with the Indonesian National Standard (SNI). This study aims to determine the value
of energy metabolism in commercial chicken rations. Determination of energy metabolism was
conducted by Farrel in which chickens were fed like a chicken eating chicken feed itself and
previously fasted for 24 hours and still be drinking. The ration of treatment used is feed corn, feed
rations BR1 and BR2. Chickens were given time for 2 hours to eat the feed later in the fasting.
After fasting rationing and the chicken will issue feces, to prevent the evaporation of nitrogen in
the feces spraying by the use of H2SO4 concentration 0,01%. Chicken feces then dried and
analyzed by the laboratory using a bomb calorimeter. The data in the analysis of variance
(ANOVA) and Duncan test. Corn research results show that the energy metabolism in the feed
ration obtained BR1 3.048 kcal/kg and BR2 3.237 kcal/kg. The result can be concluded that the
value is in compliance with EM EM minimum value required in SNI minimum of 2.900 kcal / kg
with a value of EM listed on the label.
Keywords: Energy Metabolism, Commercial feed, Corn

ABSTRAK
Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh peternak adalah informasi mengenai nutrisi ransum
unggas yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui nilai energi metabolisme pada ransum ayam komersil. Penentuan energi metabolisme
dilakukan dengan metode Farrel dimana ayam diberi makan seperti ayam memakan pakannya
sendiri dan sebelumnya ayam di pusakan selama 24 jam dan tetap diberi minum. Ransum
perlakuan yang digunakan adalah ransum jagung, ransum BR1 dan ransum BR2. Ayam diberi
waktu selama 2 jam untuk memakan pakannya kemudian di puasakan. Setelah dilakukan
pemberian ransum dan dipuasakan ayam akan mengeluarkan feses, untuk mencegah penguapan
nitrogen pada feses dilakukan penyemprotan dengan menggunaan H2SO4 kosentrasi0,01 %.
Kemudian feses ayam dikeringkan dan dianalisis laboratorium dengan menggunakan alat bom
kalorimeter. Data di analisis ragam (ANOVA) dan dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian
jagung menunjukkan bahwa energi metabolisme ransum yang diperoleh pada pakan BR1 3.048
kkal/kg dan BR2 3.237 kkal/kg. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwanilai EM ini telah
memenuhi nilai EM minimum yang disyaratkan didalam SNI minimal 2.900 kkal/kg dengan nilai
EM yang tertera dilabel.
Kata Kunci: Energi Metabolisme, Ransum Komersil, Jagung.
48 Wahyudi et al. Energi Metabolis Ayam Broiler

F Tri Wahyudi, D Sudrajat, dan B Malik. 2017. Energi Metabolis Ransum Komersil dan Jagung Pada
Ayam Broiler. Jurnal Peternakan Nusantara 3(1): 47-54

mengkaji tingkat EM ransum komersil dan


PENDAHULUAN jagung pada ayam broiler.
Usaha peternakan ayam di Indonesia sudah
banyak berkembang. Perkembangan usaha
khususnya ayam pedaging ditunjang oleh MATERI DAN METODE
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia
serta pendapatan per kapita yang semakin Materi
meningkat. Untuk mencerdaskan dan Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli–
meningkatkan prestasi sumber daya manusia di Oktober 2016 di kandang ayam dan
Indonesia, diperlukan pemenuhan gizi yang laboratorium Balai Pengujian Mutu dan
baik, terutama dari sumber protein hewani Sertifikasi Pakan (BPMSP) Bekasi Jalan
seperti daging, telur dan susu. MTHaryono No. 98 Setu, Bekasi, Jawa Barat
Daging ayam lebih banyak dikonsumsi Dua puluh empat ekor ayam broiler dewasa
dibanding daging sapi karena harga daging berumur lebih kurang 1 tahun yang diperoleh
ayam ras lebih terjangkau dibandingkan dari PT Super Unggas Jaya Sukabumi Jawa
dengan daging sapi. Sejak tahun 2010 Barat dengan bobot badan 5-6 kg digunakan
Indonesia sudah swasembada daging ayam, dalam penelitian iniransum perlakuan adalah
dengan kata lain kebutuhan daging ayam dapat ransum jagung giling sebanyak 5 kg, ransum
dicukupi dari produksi dalam negeri. Neraca ayam broiler stater (BR1) sebanyak 5 kg dan
produksi dan konsumsi menunjukkan nilai ransum ayam broiler finisher (BR2) 5 kg,
positif, artinya produksi dalam negeri masih Obat-obatan yang digunakan adalah B-
mencukupi untuk kebutuhan konsumsi dalam komplek dan vitamin serta kapur, rodalon dan
negeri (Outlok 2015). H2SO4 0,01 %.
Sebagai penyedia pangan asal ternak Peralatan yang digunakan dalam penelitian
informasi dasar untuk mendukung budidaya ini adalah 24 buah kandang kawat individu,
dan pemanfaatan dibutuhkan informasi 24 buah kandang metabolis, 24 tempat
mengenai nutrisi pakan ternak unggas yang makan, 24 tempat minum dan 24 tempat
berstandarkan Standar Nasional Indonesia pakan gantung. Proses penanganan ekskreta
(SNI). Pemanfaatan ternak unggas sebagai dilakukan dengan menggunakan peralatan 24
sumber pangan daging protein asal hewani tempat feses yang terbuat dari aluminium
sangat penting, karena kebutuhan atau (makaroni), 1 kotak aluminium foil, 5 spatula,
konsumsi daging ternak unggas semakin 1 boks plastik pembungkus ransum, masker,
meningkat. dan sarung tangan. Pada proses penanganan
Tata laksana, pakan dan bibit yang berkualitas selajutnya peralatan yang digunakan adalah
baik adalah faktor yang menentukan untuk mortal, timbangan digital, timbangan analitik,
keberhasilan usaha ayam pedaging (Sutardi oven, frezeer pendingin, alat bom kalorimeter,
1980) . Namun faktor menyediakan pakan alat analisis protein serta perlengkapan alat
yang memiliki kandungan nutrsi tinggi tulis untuk mencatat data.
menjadi masalah dalam usaha tersebut. Energi
Metabolis (EM) sangat berpengaruh terhadap Perlakuan
aktivitas ternak, selain itu pemberian ransum Untuk mengetahui nilai EM dalam ransum
yang baik dan nutrisi yang baik akan penelitian ini ayam diberi 3 ransum perlakuan
berdampak pertumbuhan yang optimal. Nutrisi yaitu (P1) ransum jagung giling dengan 6 kali
yang dibutuhkan adalah protein, lemak dan ulangan, (P2) Ransum BR1 dengan 6 kali
karbohidrat yang berfungsi untuk memenuhi ulangan, (P3) Ransum BR2 dengan 6 kali
kebutuhan pokok, pertumbuhan, dan produksi ulangan.
(Sofiati 2008). Tujuan penelitian ini untuk
Jurnal Peternakan Nusantara ISSN 2442-2541Volume 3 Nomor 1, April 2017 49

Rancangan Percobaan Analisis Data


Rancangan penelitian yang digunakan pada Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik
penelitian ini adalah rancangan acak lengkap ragam (ANOVA) dan jika perlakuan
(RAL) yang terdiri atas 3 perlakuan. Berikut berpengaruh nyata terhadap peubah yang
model matematika untuk RAL menurut Steel diamati maka analisis dilanjutkan dengan uji
dan Torrie (1993) adalah sebagai berikut: Yij lanjut jarak ganda Duncan dengan
= µ + τi + Ɛij menggunakan bantuan piranti program SPSS
Keterangan: 16.
Yij = respon atau nilai pengamatan energi
Prosedur Pelaksanaan
metabolisme pada pakan ayam
perlakuan (i) dan ulangan ke-j. Kandang yang digunakan dalam penelitian ini
µ = rataan umum hasil percobaan. adalah kandang ayam individu untuk
memudahkan pengawasan ayam. Pemberian
τi = perlakuan ke-i. disinfektan dan pengapuran bertujuan untuk
Ɛij = nilai galat perlakuan ke-i dan mencegah timbulnya bakteri penyakit yang
ulangan ke-j berkembang pada kandang serta menghindari
ayam dari virus yang bisa menyerang ayam.
Peubah yang Diamati Ternak yang digunakan adalah ayam broiler
Peubah yang diamati adalah (1) konsumsi bibit berumur 1 tahun sebanyak 24 ekor, yang
energi (kkal/ekor) diperoleh dengan sehat, lincah, dan tidak cacat. Ternak yang
mengalikan jumlah ransum yang diberikan (g) baru datang diberi vitamin dan antibiotik.
dengan kandungan energinya (kkal/g) untuk Setelah adaptasi dengan lingkungan maka
setiap 1 ekor ayam broiler, (2) Ekskresi ayam dipuasakan selama 24 jam namun tetap
energi(kkal/ekor) diperoleh dari hasil diberi air minum sesuai kebutuhan.
perkalian dari berat ekskreta (g) dengan Penimbangan dilakukan untuk mengetahui
kandungan energinya (kkal/g) pada setiap1ekor bobot badan ayam sebelum dipuasakan. Ayam
ayam broiler, (3) Energi metabolis (kkal/kg) ditimbang lagi sebelum diberi pakan perlakuan
adalah selisih antara kandungan enrgi bruto untuk mengetahui penyusutan bobot badan
ransum dengan energi bruto yang hilang penyusutan sebelum dipuasakan.
melalui ekskreta. Menurut Sibbald dan Pakan diberikan sesuai kebutuhan ayam yaitu
Wolynezt (1985) pengukuran energi metabolis 200 gram/ekor/hari dan ayam dibiarkan makan
dapat dihitung berdasarkan:Energi Metabolis sendiri sekitar 2 jam, setelah itu sisa pakan
Semu (EMS) Energi Metabolis Semua adalah diambil dan di timbang. Setelah selesai
jumlah ransum yang dikonsumsi (g) perkalian memakan pakannya selama 1-2 jam ayam
hasil energi bruto (kkal/g) dikurangkan dengan dimasukan kedalam kandang metabolis yang
berat ekskreta(g) dikalikan energi bruto sudah dipasangkan alas di bawahnya.
ekskreta (kkal/g) per jumlah ransum yang Semprot feses dengan H2SO4 konsentrasi 0,01
dikonsumsi (g) serta dikalikan 1.000, Energi % setiap 2-4 jam sekali (setiap semprotan
Metabolis Murni (EMM) Energi Metabolis harus sama, misalnya 5 kali semprotan dengan
Murni adalah hampir sama dengan EMS tetapi tekanan yang sama). Ayam tetap dikandang
dikoreksikan berat feses endogenus (g) metabolis dan diberi air minum secukupnya
dikalikan dengan energi ekskresi feses selama 30 jam. Setelah 30 jam ayam
endofenus(kkal/g).EMS terkoreksi N (EMSn), ditimbang untuk mengetahui jumlah pakan
Energi Metabolis Semu terkoneksi N adalah yang dikonsumsi dan feses yang terkumpul.
hampir sama dengan EMS tetapi dikoreksikan Pengumpulan feses dilakukan dengan
dengan faktor Retensi Nitrogen dan faktor menggunakan spatula karet untuk
koreksin 8,22 (kkal/g ) (4) Rasio EMSn memudahkan pengambilan. Feses ditempatkan
terhadap energi bruto (kkal/kg) Rasio EMSn yang sudah disediakan yaitu scotel makaroni
terhadap energ ibruto adalah energi EMS yang berbentuk persegi panjang yang sudah
(kkal/kg) dibagi dengan jumlah energi bruto ditimbang dan dipasang label perlakuan.
ransum (kkal/kg).
50 Wahyudi et al. Energi Metabolis Ayam Broiler

Setelah itu feses yang ditimbang bobotnya dan mendekati kandungan nilai energi metabolisme
ditutup dengan aluminium foil, disimpan pada dengan ransum perlakuan P1. Hal ini
frezer selama 24 jam. Setelah 24 jam feses disebabkan ransum perlakuan P1 merupakan
dikeluarkan dari frezer dan ditawing, disuhu ransum tunggal yang memiliki energi lebih
ruang sampai mencair. Setelah itu, feses yang tinggi dibandingkan dengan ransum komersil.
telah mencair dimasukkan ke dalam oven
bersuhu 60 0C dan dibiarkan hingga feses Konsumsi Ransum dan Eksresi Energi
menjadi kering Ekskresi energi merupakan acuan jumlah
Feses yang telah kering dikeluarkan dari oven ransum yang dapat dicerna atau kemampuan
dan timbang bobot keringnya. Setelah itu feces ternak dalam mencerna ransum. Semakin
banyak jumlah ransum yang tidak dapat
dihaluskan bila ditemukan bulu halus, bulu
dicerna, maka ekskresi energinya semakkin
tersebut dipisahkan agar protein dalam fese tinggi pula. Kandungan energi dalam
tidak tercampur bulu. feses yang sudah ransum menentukan konsumsi ransum ternak.
dihaluskan ditimbang dan analisa kadar air,
Menurut Pesti et al. (2005) konsumsi
protein, dan energi brutonya
ransum dipengaruhi oleh fisiologi ternak dan
kebutuhan akan zat makanan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa konsumsi ransum
HASIL DAN PEMBAHASAN perlakuan berkisar antara 179,40-182,86
gram/ekor. Sedangkan konsumsi energi yang
Komposisi Kimia dan Energi Ransum dihasilkan bekisar 670-765 kkal/ekor. Data
Penelitian tersebut lebih rendah/tinggi dari konsumsi
Komposisi ransum perlakuan komersil ransum dan konsumsi energi menurut NRC
disusun bedasarkan Standar Nasional Indonesia (1994) yaitu 163 gram/ekor dan 522
(SNI) kecuali ransum jagung yang merupakan kkal/ekor.
ransum tunggal dan kandungan energi paling Hasil uji statistik menunjukan bahwa
tinggi yaitu sekitar 3.350 kkal/kg NRC (1994). penggunaan ransum jagung dan ransum
Komposisi nutrisi ransum perlakuan dan komersil (BR1 dan BR2) berpengaruh nyata
perbandinganya dengan rekomendasi SNI dan (P<0,05) terhadap konsumsi enegi yang
NRC 1994 disajikan di Tabel 1. Seperti terlihat dihasilkan. Sedangkan ekskresi energi yang
di Tabel kandungan nutrisi ransum penelitian dihasilkan berbeda nyata (P< 0,05) terhadap P1
dengan hasil analisis laboratorium tidak sebesar 118,51 kkal/ekor dan P2 sebesar
berbeda dengan standar SNI dan NRC (1994). 179,17 kkal/ekor dan sebaliknya perlakuan P3
Berdasarkan komposis nutrisi, ransum sebesar 102.40 kkal/ekor.
penelitian tersebut memenuhi Pesyaratan Mutu
Teknis (PMT) ransum. Energi Metabolis Semu (EMS) Energi
Kanibalisme dapat terjadi pada ternak Metabolis Murni (EMM) dan Energi
apabila diberikan pakan yang berenergi dan Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn)
berprotein rendah. Oleh karena itu,
keseimbangan kandungan nutrisi dalam ransum
diperlukan agar dapat memberikan Perbedaan antara kandungan energi bruto
pertumbuhan yang baik (Pratama 2008) pakan atau ransum dengan energi bruto yang
Ransum perlakuan P2 dan P3 disusun dikeluarkan melalui ekskreta disebut energi
berdasarkan SNI dan P1 ransum tunggal. Hal ini metabolis (Sibbald1980). Nilai EMSn dan
dilakukan untuk melihat aktifitas energi EMMn dalam perhitungan lebih rendah
metabolis pada ransum pada ayam broiler. daripada nilai EMS dan EMM disebabkan
Ransum perlakuan P1 yang memiliki kandung EMSn dan EMMn memperhitungkan adanya
energi metabolis ransum yaitu sebesar 3.195 konversi energi (faktor koreksi) yang berasal
kkal/kg dibandingkan dengan ransum dari nitrogen komponen karbohirat sebesar
perlakuan P2 dan P3 kandungan energi 8,22 kkal/gram yang keluar sebagai asam urat
metabolis yaitu sebesar 3.048 kkal/kg dan jika dioksidasi secara sempurna (Sibbald 1980).
3.237 kkal/kg. Nilai energi metabolismenya
Jurnal Peternakan Nusantara ISSN 2442-2541Volume 3 Nomor 1, April 2017 51

Tabel 1 Perbandingan komposisi nutrisi ransum perlakukan dengan SNI

Jagung BR1 BR2


Komponen
Lab1) SNI2) NRC3) Lab1) SNI2) NRC3) Lab1) SNI2) NRC3)
Maks Maks Maks
Kadar Air (%) 11,34 14,00 12 9,99 14,00 10,00 10,18 14,00 10,00

Min Min Min


Protein (%) 8,84 7,50 8,5 21,36 19,00 23,00 19,49 18,00 20,00
Min Maks Maks
Lemak (%) 3,0 3,0 3,8 6,24 7,4 4-5 6,43 8,0 3-4
Maks Maks Maks
Serat (%) 1,01 3,0 2,2 1,89 6,0 3-5 3,39 6,0 3-5

EM (kkal/kg) - 2.900 3.350 - 2.900 3.200 - 2.900 3.200

Keterangan: 1) Hasil analisis laboratorium BPMSP Bekasi, 2016. 2) Hasil Standar Nasinal Indonesia (SNI) 01-
4483-1998 (Jagung), 01-3930-2006 (BR1) 01-3931-2006 (BR2). 3) Hasil Standar National Resench Council
(NRC) 1994.

Tabel 2 Kandungan bahan kering kadar air, protein kasar Pakan dan EB ransum perlakuan dalam
As fed.
Zat Makan (P1)3 (P2)4 (P3)5
Bahan Kering (%)1 88,66 90,01 89,82
Kadar Air( %)2 11,34 9,99 10,18
PK (%)2 8,84 21,36 19,49
EB (kkal/kg) 2 3.961 4.061 4.160
EM (kkal/kg) 2 3.195 3.048 3.237
Tabel 3 Rataan konsumsi ransum dan berat ekskreta
Perlakuan Konsumsi ransum Berat ekskreta
(gram/ekor) (gram/ekor)
P1 179,40±18,63 27,75±2,56 a
P2 182,86±18.99 48,59±9,99 b
P3 181,40±31,45 43,93±3,56 b
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05), (P1)
Ransum jagung giling, (P2) Ransum broiler stater BR1, (P3) Ransum broiler finisher BR2.

Tabel 4 Rataan nilai konsumsi energi dan ekskresi energi ransum perlakuan
Perlakuan Konsumsi energi Ekskresi energi
(kkal/ekor) (kkal/ekor)
P1 765,16±91.00 118,51±14,89 a
P2 670,89±45,56 179,17±39,41 b
P3 688,70±125,93 102,40±12,83 a
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang
nyata (P<0,05), (P1) Ransum jagung giling, (P2) Ransum broiler stater BR1, (P3) Ransum
broiler finisher BR2.
52 Wahyudi et al. Energi Metabolis Ayam Broiler

Perhitungan energi metabolis dalam ransum lemak dan jaringan protein tubuh yang luruh
berdasarkan standar NRC (1994) dihitung dan keluar melalui ekskreta sehingga
dalam As fed sedangkan energi metabolis hasil pengukuran nilai energi endogenous
penelitian dihitung dalam 100 % BK. Hal menjadi kurang tepat. Kandungan energi suatu
ini dikarenakan, untuk meminimalisasikan bahan makanan memegang peranan penting
kadar air dalam feses yang bervariasi. dalam menentukan nilai gizi makanan
Dalam penelitian ini, dihasilkan EMM tersebut.
lebih tinggi dengan nilai EMS. Perbedaan
nilai tersebut menurut Sibbald (1980) Tabel 6 Rataan Nilai Energi Metabolis Semu
terjadi karena dalam perhitungan EMM (EMS), Energi Metabolis Murni
(EMM) Energi Metabolis Semu
diikuti oleh nilai energi endogenus, sedangkan
Terkoreksi Nitrogen (EMSn)
EMS tidak memperhitungkan nilai energi Ransum Ayam Broiler dalam As fed.
endogenus (Pratama 2008).
EMS EMM EMSn
Tabel 5 Rataan Nilai Energi Metabolis Semu
(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg)
(EMS), Energi Metabolis,
Murni(EMM) Energi Metabolis Semu P1 3.285,71±210,83 3.141,51±264,59 3.195,95±166,29
Terkoreksi Nitrogen (EMSn) P2 3.166,83±236,81 3.078,91±290,52 3.048,31±170,13
Ransum Ayam Broiler dalam 100% P3 3.328,69±213,59 3.182,50±267,95 3.237,20±168,46
BK. Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukan perbedaan yang tidak
EMS EMM EMSn
nyata (P>0,05) P1: Ransum pakan jagung. P2:
(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) Ransum pakan broiler stasher (BR1). P3: Ransum
P1 3.802,1±95,30 b 3.647,9±109,65 3.763,2±104,0 b pakan broiler finisher(BR2).
P2 3.518,3±263,09 a 3.356,5±282,79 3.386,6 ±189,0 a
P3 3.705,9±237,80 a 3.543,1±298,31 3.604,2±183,5 b Nilai EMSn ransum P3 adalah sebesar
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom 3.237,20 kkal/kg. Nilai tersebut lebih tinggi
yang sama menunjukan perbedaan yang dari pada hasil perhitungan EMSn dalam
nyata (P<0,05) P1: Ransum jagung. P2: Ransum ransum. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
broiler stasher (BR1). P3: Ransum broiler kualitas bahan baku atau nutrisi yang dijadikan
finisher(BR2
standar SNI (2006) dengan bahan baku yang
Pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) digunakan dalam ransum penelitian dan juga
menunjukkan bahwa perlakuan tidak dapat disebabkan oleh kandungan energi bruto
meningkatkan atau menurunkan nilai EMM, ransum yang tinggi yaitu 4.160 kkal/kg. Pada
EMS, dan EMSn. Dalam penentuan ransum P1 EMSn sebesar 3.195,95 kkal/kg
kebutuhan energi metabolis, nilai EMSn lebih dan P2 sebesar 3.048,31 kkal/kg karena energi
kecil dibandingkan nilai EMS. Hal ini brutonya lebih rendah yaitu bekisar 3.961
disebabkan adanya faktor koreksi pehitungan kkal/kg sampai 4.061 kkal/kg dibandingkan
Rerensi Nitrogen dan koreksi nitrogen (8,22 dengan P2.
kkal/gram) sedangkan nilai EMM lebih
kecil dibandingkan dengan nilai EMS
Rasio EMSn terhadap Energi Bruto
karena ada faktor koreksi energi endogenous
pada perhitungan EMM.
Energi endogenous sampai saat ini belum Daya cerna energi bukan ditentukan oleh
dapat diketahui secara tepat karena pada proses nilai EMSn atau energi metabolis, akan
pengukurannya, pemuasaan ayam selama 24 tetapi ditentukan oleh konversi EMSn
jam belum dapat mengosongkan saluran terhadap energi bruto atau rasio EM/EB
pencernaan ayam tersebut dan masih terdapat ransum. Semakin tinggi nilai rasio EMSn
sisa-sisa pakan sebelumnya. Sisa percernaan terhadap energi bruto maka semakin
beberapa bahan seperti tepung ikan dan tepung tinggi energi yang dimetabolis atau yang
daging membutuhkan waktu lebih dari 24 jam dimanfaatkan tubuh, sehingga efisiensi
untuk keluar dari saluran pencernaan secara penggunaan energi bruto menjadi energi
keseluruhan. Apabila pemuasaan dilakukan metabolis semakin baik (Pratama, 2008).
lebih dari 24 jam, maka akan semakin banyak
Jurnal Peternakan Nusantara ISSN 2442-2541Volume 3 Nomor 1, April 2017 53

Tabel 7 Nilai Ratio EMSn terhadap energi nutrisi ransum ayam harus wajib diketaui oleh
bruto ransum perlakuan dalam peternak.
As fed

Perlakuan
Ulangan
P1 P2 P3 DAFTAR PUSTAKA

1 0,85 0,78 0,82 Amrullah LK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler.


Cetakan ke-2. Lembaga Satu Gunung Budi.
2 0,82 0,79 0,79 Bogor.
3 0,78 0,68 0,75
4 0,74 0,74 0,71 Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak. 2009.
Pengujian Metabolisme Energi (ME) Pada
5 0,84 0,73 0,81
Pakan Ayam Layer Petelur (P3). Bekasi.
6 0.80 0,78 0,77
Rataan 0,81±0,42a 0,75±0,41ab 0,78±0,17b Bahri, Rusdi S. 2008. Evaluasi Energi Metabolis
Keterangan: P1: Ransum jagung giling. Pakan Lokal Pada Ayam Petelur. Fakultas
P2: Ransum broiler stasher (BR1). Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
P3: Ransum broiler finisher(BR2). J.Argolan 15(1): 75-78.

Ratio EM/EB ransum komersil dan jagung Damayanti AP. 2005. Pengukuran Aktivitas
pada penelitian ini adalah berkisar 0,75– Metabolisme Basal Pada Itik Entog Dan
0,81. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mandalung. [Skripsi] Fakultas Pertanian.
penggunaan ransum komersil dan jagung Universitas Tadulako. Palu.
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasio
EMSn terhadap energi bruto. Namun jika Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
dilihat dari nilai rataan, terdapat peningkatan Hewan. Kementerian Pertanian. 2014.
dengan penggunaan ransun jagung dengan Kumpulan SNI Pakan Ternak. Jakarta.
nilai 0,81 karen kandungan energi ransum
jagung lebih tinggi sehingga dapat Hill FW, Anderson DL. 1985. Comparison of
meningkatkan energi yang diserap. Hal ini metabolizableenergy and productive energy
sesuai dengan pendapat Wahju (2004) yang de-terminations with growing chicks. J.Nutr.
mengatakan bahwa kandungan yang seimbang 64:587-603.
dapat meningkatkan energi yang diserap.
Leeson S, Summers JD. 2001. Nutrition of the
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Chicken. 4th Edition. University of Books.
Kesimpulan Canada.

Energi Metabolis (EM) ransum pada ayam


broiler Stater (BR1) dan broiler finisher (BR2) Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial
masing-masing telah memenuhi persyaratan Poultry Nutrition. 3rd Edition. University of
SNI No. 01-3930-2006 ransum broiler Stater Books. Canada.
(BR1) dan SNI No. 01-3931-2006 ransum
broiler finisher (BR2). Kandungan EM ransum
National Research Council. 1994. Nutrient
ayam perlakuan masing-masing adalah untuk
BR1 3.048 kkal/kg dan BR2 3.237 kkal/kg. Requirements of Poultry. 9th Revised Edition.
Nilai EM ini telah memenuhi nilai EM minimum National Academic Press. Washington.
yang disyaratkan didalam SNI minimal yaitu
2.900 kkal/k. Outlok. 2015. Komoditas Pertanian Subsektor
Peternakan Daging Ayam. Pusat Data dan
Implikasi Sistem Informasi. Sekretariat Jenderal
Untuk memperoleh ransum yang berkualitas Kementerian Pertnian. Jakarta.
serta bernutrisi sesuai SNI, maka informasi
54 Wahyudi et al. Energi Metabolis Ayam Broiler

Scott ML, Neisheim MC, Young RJ. 1982. Pratama JA. 2008. Nilai Energi Metabolisme
Nutrition of Chiken. 3rd Edition, Published ML Ransum Ayam Broiler Finisher yang
Scottand Associates: Ithaca. NewYork. Disuplementasi Dengan DL-. [Skripsi]
Fakultas Peternkan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur
Statistika. Edisike-2 Terjemahan : B.
Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama. Peraturan Menteri Pertanian No 65/
Jakarta. Permentan/OT.140/9/2007. 2007. Tentang
Pedoman Pengawas Mutu Pakan. Jakarta.
Sibbald IR, Summer JR, Slinger CJ. 1960. Factor
Affecting Metabolizable of Poultry Feeds. Pesti GM, Bakalli RI, Driver JP, Atencio A, Foster
Poultry Sci. Vol. 39. Hal8. EH.2005.Poultry Nutrition and Feeding. The
University of Georgia. Department of Poultry
Science. Athens Georgia.
Sibbald IR. 1980. Metabolic plus endogenus
energy and nitrogen losses of adult
cockerels: The Correction Usedin Bioassay Pond WG, Church DC, Pond KR. 1995. Basic
for true metabolizble Energy. Internasional Animal Nutrition and Feeding. 4th Edition.
Develompment Research Center. Canada. John Wiley and Sons. NewYork.

Sibbald IR, Wolynetz MS. 1985. Relation ships Wahju J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi ke-4.
between estimates of bioavai lable energy Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
made with adult cockrerels and chicks: Effec
to feed in take and nitrogen retention.
Wahju J. 2004 Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan
J.Poultry.Sci., 64:127-138.
ketiga. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sofiati E. 2008. Metabolisme Energi dan Retensi
Nitrogen Broiler Pasca Perlakuan Ransum
Wardani WW., Ramli N, Hermana W 2004.
Mengandung Tepung Daun Jarak Pagar
(Jatropha curcas L. [Skripsi] Fakultas Ketersediaan energi ransum yang
Peternkan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. mengandung Wheta pollard hasil olahan
enzim cairan rumen yang diproses secara
steam pelleting pada ayam broiler. [Skripsi]
Sutardi T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid1. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai