Anda di halaman 1dari 14

49

ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica) DALAM


RANSUM TERHADAP DAYA CERNA PROTEIN DAN
BAHAN KERING PADA AYAM PEDAGING
(Addiction by Curcuma Meal (Curcuma domestica) in Ration to Protein and Dry Mater
Digestability on Broiler)

Noor Anisah Pujianti, Achmad Jaelani, Neni Widaningsih


Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary
Banjarmasin

ABSTRACT

The experiment was aimed to reveal addiction by curcuma meal in diets to protein and dry
matter digetability on broiler chicken.The experiment was used Completely Randomized Design
with 5 treatments and 4 replicates (control, 0,1% 0,3%, and 0,5%, 0,7%, 0,9%, of curcuma meal in
diets). Data was analyzed by using analysis of variance and followed by Duncan multirange Test.
Optimal use of curcuma meal in diets was 0,3%. Curcuma meal can be applied up to 0,3% in diets
increasing the protein digestability was 71,79% and dry matter digestability was76,93%.

Keywords : curcuma meal, cake, crude protein, dry matter, digestability

PENDAHULUAN Menurut Akoso (1993), Unggas


memiliki pencernaan yang sederhana, yaitu
Pembangunan peternakan mempunyai hanya tersedia tempat yang sempit untuk
peranan penting dalam upaya mencukupi kehidupan jasad renik dalam usus yang
kebutuhan protein hewani masyarakat. diperlukan untuk membantu pencernaan
Sejalan dengan perkembangan penduduk dan pakan. Oleh karena kesederhanaan sifat
tingginya kebutuhan serta kesadaran akan gizi anatomi dan fisiologi saluran pencernaan,
makanan, serta dengan permintaan akan maka ternak unggas banyak bergantung pada
daging ayam pedaging untuk memenuhi enzim yang dikeluarkan oleh sistem
kebutuhan protein bagi masyarakat cenderung pencernaan untuk memcah dan melumat
meningkat. Oleh sebab itu, usaha peternakan pakan agar mudah diserap oleh tubuh. Bila
ayam pedaging merupakan salah satu usaha ransum tidak dapat dicerna dengan enzim
yang cukup potensial untuk dikembangkan. yang dihasilkan, maka pakan tersebut tidak
Ransum merupakan komponen biaya banyak berfaedah bagi tubuh.
produksi terbesar dalam suatu usaha ternak Protein merupakan salah satu diantara
unggas, yaitu 60-70%, dengan demikian zat-zat makanan yang mutlak dibutuhkan
efesiensi penggunaan pakan mutlak harus ternak baik untuk hidup pokok, pertumbuhan,
dilakukan biaya produksi dapat ditekan. produksi.Kecernaan protein kasar tergantung
Masalah yang dihadapi dalam pemberian pada kandungan protein di dalam ransum
ransum adalah tingkat efektivitas ransum (Ranjhan, 1977). Ransum yang kandungan
tersebut berkaitan dengan keterbatasan daya proteinnya rendah, umumnya mempunyai
cerna organ. kecernaan yang rendah pula dan sebaliknya.
50
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

Tinggi rendahnya kecernaan protein Pemberian kunyit yang ditambahkan


tergantung pada kandungan protein bahan dalam ransum dengan bahan baku jagung,
pakan dan banyaknya protein yang masuk bungkil kedelai, Distillers Dried Grains and
dalam saluran pencernaan (Tillman, dkk., Solubles (DDGS), minyak, tepung daging,
1998). tepung tulang, homini, Corn Glurn Meal
Bahan kering adalah suatu bahan (CGM), dikalsium fosfat (DCP), lisin,
pakan yang dipanaskan dalam oven pada metionin, garam dan campuran vitamin dan
temperatur 1050C dengan pemanasan yang mineral. Dengan kandungan ransum protein
terus menerus sampai berat bahan kasar 21,50%, EM 3.050 kkal/kg, lisin 1,30%,
pakantersebut konstan (Tillman, dkk., 1998). metionin 0,58%, metionin + sistin 0,92%,
Kualitas dan kuantitas bahan kering tersebut calcium 0,95%, phosphor 0,43%. Telah
harus diketahui untuk meningkatkan dicobakan pada ayam broiler sebanyak 0,4%
kecernaan bahan pakan tersebut. Kecernaan sampai dengan 0,16%. Berdasarkan hasil
bahan kering diukur untuk mengetahui penelitian tersebut pemberian kunyit pada
jumlah zat makanan yang diserap tubuh yang level 0,4% menunjukkan hasil perlakuan
dilakukan melalui analisis dari jumlah bahan terbaik terhadap daya cerna bahan kering
kering, baik dalam ransum maupun dalam sebesar 77,8 %, dan daya cerna protein
feses. sebesar 73,4 % (Bintang dan Nataamijaya,
Kecernaan suatu bahan pakan 2008).
merupakan pencerminan dari tinggi Penambahan tepung kunyit dalam
rendahnya nilai manfaat dari bahan pakan ransum ayam pedaging dapat meningkatkan
tersebut. Apabila kecernaannya rendah maka sistem kerja organ pencernaan yang dapat
nilai manfaatnya rendah pula sebaliknya membantu penyerapan makanan dalam tubuh.
apabila kecernaannya tinggi maka nilai Selain itu juga berfungsi untuk meningkatkan
manfaatnya tinggi pula. Upaya penambahan daya tahan tubuh ternak. Oleh karena itu
tepung kunyit dalam ransum akan bernilai penulis tertarik melakukan penelitian tentang
guna apabila diketahui nilai kecernaannya. penambahan tepung kunyit dalam ransum
Kunyit (Curcuma domestica) terhadap daya cerna protein dan bahan kering
termasuk salah satu tanaman rempah yang pada ayam pedaging. adapun tujuan
berasal dari wilayah Asia khususnya Asia penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
Tenggara. Kunyit dalam bentuk tepung dapat penambahan tepung kunyit (Curcuma
digunakan untuk mengoptimalkan kerja organ domestica) dalam ransum terhadap daya
pencernaan karena kunyit merupakan cerna protein dan bahan kering pada ayam
tanaman yang sering digunakan oleh pedaging.
masyarakat untuk meningkatkan nafsu makan
dan mengobati kelainan organ tubuh METODE PENELITIAN
khususnya pencernaan. Kunyit memiliki
Tempat dan Waktu
keunggulan mampu memperbaiki pencernaan
Penelitian ini dilaksanakan di Jl.
ayam, membantu memperbaiki jaringan tubuh
Baiturrahman No. 20 Rt. 04 Rw. 01 Desa
dan menjaga daya tahan tubuh ayam.
Ambungan, Kec. Pelaihari, mulai tanggal 7
Senyawa yang terkandung dalam tanaman
Mei sampai dengan 5 Juli 2012, Untuk
kunyit adalah senyawa Curcuminoid yang
pengujian sampel feses dan ekskreta
mempunyai kegunaan sebagai antioksidan
dilakukan di laboratorium Balai Penelitian
(Iwan, 2002), dan Minyak atsiri yang bersifat
Ternak Bogor dan Laboratorium Nutrisi dan
sebagai pemusnah bakteri dan mengandung
Makanan Ternak (UNLAM) Banjarbaru.
sifat antiinflamasi atau antiradang (Kristio,
2007).
51
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

Bahan dan Alat b). Ransum diberikan dengan bahan baku dan
Bahan yang digunakan dalam kandungan nutrisinya disajikan pada
penelitian ini adalah: Tabel 7, sedangkan susunan ransum
a). Ayam pedaging umur 5 minggu sebanyak penelitian dan analisis proksimat ransum
40 ekor menggunakan final stock MB penelitian disajikan pada Tabel 1 dan
202 P dengan berat badan yang seragam Tabel 2.
(± 1.500 kg/ ekor).

Tabel 1. Bahan Baku Ransum dan Kandungan Nutrisinya, (Medion On Line, 2008).
Kandungan nutrisi
Bahan Baku EM PK LK SK Ca P
(kkal/kg) ------------------------- % -----------------------------------
Jagung Kuning 3.329 8,6 3,8 2,5 0,01 0,13
Tp. Singkong 3.300 2,8 0,58 3,5 0,39 0,56
Dedak Halus 2.028 13 13,5 11,9 0,07 0,44
Tepung Ikan 2.720 60 2 1 6.5 3.5
Tepung Kpl. Udang 2.516 59 1,9 0,9 4,56 1,78
CPO (crude palm oil) 3.454 17,41 7,12 9,98 0,78 0,58
Tepung Daun Singkong 1.590 27,8 7 17,7 1,35 0,32

Tabel 2. Susunan Ransum Penelitian.

Jumlah pakan EM PK LK SK CA P
Bahan baku
Kg % (kkal/kg) --------------------------- ( % ) --------------------------
Jagung Kuning 8,5 34 1131,86 2,924 1,29 0,85 0,003 0,04
Tp. Singkong 5 20 660 0,56 0,12 0,70 0,08 0,11
Dedak halus 3,25 13 263,64 1,69 1,76 1,55 0,01 0,06
tepung ikan 3,5 14 380,8 8,4 0,28 0,14 0,91 0,49
tepung udang 2,5 10 251,6 5,9 0,19 0,09 0,46 0,18
CPO 1,25 5 172,70 0,87 0,36 0,50 0,04 0,03
Tp daun
singkong 0,875 3,5 55,65 0,97 0,25 0,62 0,05 0,01
Top mix 0,125 0,5 - - - - - -
JUMLAH 25 100 2916,3 21,32 4,23 4,45 1,54 0,92

Tabel 3. Analisis Proksimat Ransum Penelitian, (Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak, UNLAM,
2012).
No Komponen analisa Rerata kadar (%)
1 Bahan Kering 84,51
1
2 Protein kasar 18,35
3 Serat kasar1 6,73
4 Lemak kasar1 4,83
1)
Keterangan : dalam bahan kering
52
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

c).Tepung kunyit (Curcuma domestica) Perlakuan penelitian dengan


diberikan sebagai pakan tambahan pada menambahkan tepung kunyit pada pakan
ransum yang diberikan sesuai dengan ayam pedaging adalah sebagai berikut:
perlakuan yang sudah ditentukan. P0 = tanpa penambahan tepung kunyit
d). Air minum ayam pedaging yang P1 = penambahan tepung kunyit 0,1 %
digunakan selama penelitian adalah air (1 g/ kg pakan)
sumur dan diberikan secara ad libitum. P2 = penambahan tepung kunyit 0,3 %
e). Vitamin (Vitachick) yang diberikan pada (3 g/ kg pakan)
ayam untuk mengurangi tingkat stres pada P3 = penambahan tepung kunyit 0,5 %
ayam. (5 g/ kg pakan)
P4 = penambahan tepung kunyit 0,7 %
Alat yang digunakan dalam penelitian ini (7 g/ kg pakan)
adalah:
a). Kandang Individual Cage sebanyak 40 Persiapan Penelitian
buah yang berukuran 40x20x40 cm2, Kandang, tempat minum dan tempat
masing-masing unit ditempati oleh satu makan serta alat-alat pendukung lainnya
ekor ayam. dibersihkan. Penyusunan ransum dan tepung
b). Tempat pakan dan tempat minum terdapat kunyit serta penyediaan ayam pedaging
di depan kandang, sedangkan listrik hanya dengan jumlah yang cukup untuk penelitian.
digunakan untuk penerangan.
c). Blender, untuk menghaluskan kunyit. Pelaksanaan
d). Kantong plastik transparan, untuk Sebelum dilakukan penelitian terlebih
membungkus sampel feses dan ekskreta. dahulu dilakukan penimbangan ayam
e). Timbangan (Lion Star) untuk menimbang pedaging untuk mengetahui berat awal ayam.
ayam, dengan kapasitas 2 kg dan Setelah ditimbang ayam dimasukan pada
sensitifitas 10g. kandang petak percobaan yang sudah diberi
e). Timbangan analitik (O’Haus) untuk kode secara acak sesuai banyaknya perlakuan
menimbang pakan, tepung kunyit dan dan ulangan masing-masing 2 ekor.
bahan kimia dengan kapasitas 250 gr serta Pelaksanaan penelitian dilakukan
tingkat ketelitiannya 0,001g. selama 2 minggu dimulai ketika ayam
f) Aluminium foil, untuk menampung berumur 5 minggu. Pemberian ransum
sampel feses atau ekskreta. disesuaikan dengan tingkat perlakuan.
g). Tirai Digunakan untuk menutup dinding Ransum diberikan pada minggu pertama
kandang saat suhu lingkungan dingin. penelitian dua kali sehari yaitu pagi dan siang
h). Seperangkat alat tulis sebagai alat untuk hari sedangkan air minum diberikan secara ad
mencatat semua data yang diperoleh dari libitum.
hasil penelitian.
Pengukuran Kecernaan Protein
Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk
Percobaan ini menggunakan menentukan kecernaan protein pakan yang
Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan ditambahkan tepung kunyit adalah dengan
lima perlakuan dan empat ulangan. Dimana menggunakan indikator. Indikator yang
setiap ulangan terdiri dari 2 ekor ayam digunakan dalam penelitian ini adalah
pedaging sehingga jumlah ayam pedaging indikator eksternal (Chromium oksida) yang
yang digunakan adalah 40 ekor. diberikan sebanyak 0,2%/kg bahan pakan dan
pemberiannya dicampur secara langsung ke
53
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

dalam pakan tersebut. Adapun secara Metode pengambilan usus besar ini
lengkap langkahnya sebagai berikut: dilakukan dengan asumsi bahwa pencernaan
1). Sebelum diberikan ransum yang telah dan penyerapan protein telah terjadi pada
diberi kunyit, ayam dipuasakan usus halus dan tidak terjadi pada usus besar.
terdahulu selama 14 jam, agar sisa-sisa Sesuai dengan pendapat Biolorai et al. (1973)
makanan terdahulu sudah habis bahwa protein terutama dicerna di dalam
dikeluarkan dari ususnya, dan sampel duodenum, dan pada bagian ini telah terjadi
feces yang diambil benar-benar feces penyerapan asam amino, sedangkan
dari makanan yang diujikan. Adapun air penyerapan yang paling besar terjadi di
minum diberikan secara ad libitum, bagian jejunum (Sklan dan Hurwitz, 1980).
untuk mendapatkan feses mengikuti
metode Sklan dan Hurwitz (1980) Pengukuran Kecernaan Bahan Kering
dengan sedikit modifikasi yaitu Sebelum dilakukan collecting feces
menggunakan teknik mematikan ayam pendahuluan pemberian pakan dilakukan
percobaan untuk koleksi feses dari usus selama 7 hari. Hal ini sesuai dengan
besarnya. pendapat Tillman (1998), bahwa dalam
2). Setelah ayam dipuasakan selama 14 jam mengetahui daya cerna diperlukan priode
atau feses yang keluar dari dubur sudah pendahuluan dengan tujuan untuk
berwarna putih seperti berbusa, ransum membiasakan hewan kepada ransum dengan
yang telah ditambahkan tepung kunyit tambahan kunyit di dalamnya dan
ditimbang untuk mengetahui beratnya, menghilangkan sisa-sisa makanan dari waktu
kemudian diberikan pada ayam dengan sebelumnya. Metode yang digunakan dalam
cara dicekok. analisa di laboratorium untuk bahan kering
3). Ayam kemudian dipuasakan kembali adalah metode Weende. Sampel feses
selama 10-12 jam, agar proses diambil pada hari ke- 8, 9 dan 10, dua hari
pencernaan berjalan dengan baik, dan sebelum pengambilan sampel tempat
ransum yang dimakan telah menjadi penampunga feses dibersihkan. Koleksi feses
feses di usus besar. selama 3 hari, kemudian sampel diambil
4). Setelah 12 jam ayam kemudian sebanyak 20 sampel yang akan diuji
dipotong atau dimatikan, usus besarnya laboratorium.
dikeluarkan untuk mendapatkan feses. Langkah kerja penetapan kadar bahan kering
Feses yang dikoleksi kurang lebih 10 adalah sebagai berikut:
cm dari daerah ileo-caecal dengan a. Vochdoos ditimbang dalam keadaan
tujuan untuk menghindari adanya tertutup (X gram)
kontaminasi dengan urine (Ali dan b. Contoh sampel ditimbang ± 2 gram (Y
Leeson, 1995). gram), kemudian dimasukan dalam oven
5). Sampel yang sudah didapat kemudian pengering pada suhu 105oC selama 8 jam
dikeringkan di bawah sinar matahari dengan tutup dilepas.
sampai kering jemur. c. Dinginkan dalam desikator selama satu
6). feses yang sudah kering jemur jam dengan tutup dilepas. Sesudah dingin
selanjutnya dikeringkan di dalam oven ditutup kembali dan ditimbang (Z gram),
pada suhu 40-50 °C selama 24 jam, d. Perhitungan Bahan Keringnya adalah:
kemudian feses digiling halus lalu
dianalisis kandungan proteinnya, X + Y
Kadar Air X
sedangkan indikatornya dianalisis = - Z
(%) 100%
dengan menggunakan Y
Spectrophotometry.
Bahan Kering (%) = 100 - Kadar Air
54
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

Variabel yang Diamati Cr feses = Konsentrasi Cr2O3 dalam feses


Variabel yang diamati dalam Protein feses= Konsentrasi protein dalam
penelitian ini adalah: feses
a. Daya Cerna Protein (%) Protein diet= Konsentrasi protein dalam
Daya cerna protein diukur dengan pakan
indikator menggunakan metode Coen et al.
(1996) sebagai berikut: b. Daya Cerna Bahan Kering (%)
Daya cerna bahan kering yaitu selisih
DC protein = (1 - [(Cr diet/Cr feses) x antara bahan kering dari ransum yang
(Protein feses/Protein diet)]) x dinberikan dan bahan kering yang tertinggal
100 dalam kotoran, dengan menggunakan rumus
Keterangan: dari scheneider dan Flatt (1975) dalam Tafsin
DC protein= Daya cerna protein (1995) yaitu kecernaan semu dengan rumus
Cr diet = Konsentrasi Cr2O3 dalam pakan sebagai berikut:

% Daya Cerna (∑ Konsumsi Ransum x %BK Ransum)–(∑ Feses x %BK Feses)


= (∑ Konsumsi Ransum x % BK Ransum)
X 100%
BK

Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN


Data-data yang dari hasil pengamatan
Daya Cerna Protein
yang diperoleh sesuai parameter yang diamati Data daya cerna protein selama
dilakukan uji homogenitas, kemudian penelitian disajikan pada Tabel 4.
dilanjutkan dengan perhitungan analisis Berdasarkan hasil perhitungan analisis ragam
ragam dengan taraf kepercayaan 5 %. diketahui bahwa penambahan tepung kunyit
Selanjutnya bila analisis ragam menunjukkan dalam ransum berpengaruh nyata terhadap
berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji
daya cerna protein pada ayam pedaging.
Wilayah Berganda Duncan (DMRT),
Gaspersz (1994).

Tabel 4. Rata-rata Daya Cerna Protein pada perlakuan penambahan tepung kunyit pada ayam
pedaging
Perlakuan Rata-rata Daya Cerna Protein (%)

P0 49,10 a
P1 50,73 ab
P2 71,79 d
P3 66,61 c
P4 62,34 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom rata-rata daya cerna protein
menunjukan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5%.

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa yakni 49,10% sehingga terjadi peningkatan


rata-rata daya cerna protein tertinggi daya cerna protein sebesar 22,69%. Adanya
diperoleh pada perlakuan P2 yakni 71,79%, perbedaan persentase daya cerna protein ini
dan daya cerna terendah pada perlakuan P0 dimungkinkan karena bahan aktif
55
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

Curcuminoid dari ekstrak kunyit ini organ pencernaan unggas adalah merangsang
kebanyakan berupa curcumin yang dinding kantong empedu mengeluarkan
mempunyai kegunaan sebagai anti oksidan. cairan empedu dan merangsang keluarnya
Fungsi kunyit untuk meningkatkan kerja getah pankreas yang mengandung enzim
organ pencernaan unggas yang dapat amilase, lipase, dan protease yang berguna
membantu penyerapan makanan dalam tubuh, untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan
selain itu juga berfungsi untuk meningkatkan seperti karbohidrat, lemak, dan protein.
daya tahan tubuh ternak. Keadaan ini tentu Ditambahkan pula oleh Wahju (1997)
akan berdampak pula pada kemampuan ayam bahwa bahan pakan yang dicampur zat
pedaging dalam mencerna dan menyerap additive berfungsi untuk meningkatkan proses
protein. Hal ini sesuai dengan pendapat metabolisme dalam tubuh, sehingga zat-zat
Riyadi (2003), senyawa Curcuminoid ini makanan tersebut dapat dikonsumsi, dicerna,
kebanyakan berupa curcumin yang diabsoorpsi dan ditransportasikan ke seluruh
mempunyai kegunaan sebagai anti oksidan. tubuh dengan lancar.
Fungsi kunyit untuk meningkatkan kerja

71,79
Daya Cerna Protein(%)

66,61
62,34
49,10 50,73

0% 0,1% 0,3% 0.5% 0,7%

Tingkat Penambahan Tepung Kunyit dalam Ransum (%)

Gambar 1. Grafik hubungan antara tingkat penambahan tepung kunyit pada ransum dengan daya
cerna Protein ayam pedaging.

Gambar 1 menunjukan bahwa terjadi mengakibatkan rasa kunyit menjadi pahit,


peningkatan persentase daya cerna protein serta tepung kunyit dengan dosis tinggi tidak
setelah ransum ditambahkan tepung kunyit mampu menurunkan kandungan ikatan khitin
sebanyak 0,3% (3g/kg). Namun terjadi pada tepung kepala udang yang terdapat
penurunan daya cerna protein dalam dalam ransum dan ransum yang diberikan
pemberian tepung kunyit 0,5% (5g/kg), tidak bisa dicerna dengan baik.
sehingga pada level 0,3% memiliki hasil daya Kristio (2007) menyebutkan
cerna protein tertinggi 71,79%. Hal ini kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam
dimungkinkan karena kunyit memiliki kunyit berbau dan berasa yang khas. Minyak
kandungan minyat atsiri dengan bau yang atsiri merupakan senyawa yang terkandung
khas dan rasa yang khas, apabila ditambahkan dalam tanaman kunyit yang bersifat mudah
dalam ransum dengan level tinggi menguap dan tidak larut dalam air.
56
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

Kandungan minyak atsiri pada rimpang Berdasarkan hasil penelitian Bintang


kunyit yaitu 2-7%. Minyak atsiri bermanfaat dan Nataamijaya (2008), Pemberian kunyit
untuk memberi aroma harum dan rasa khas yang ditambahkan dalam ransum pada ayam
pada umbinya. broiler sebanyak 0,4% sampai dengan 0,16%.
Ichwan (2003) menyebutkan protein Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dan mineral yang terdapat pada limbah udang pemberian kunyit pada level 0,4%
sebagian tidak dapat dicerna langsung oleh menunjukkan hasil perlakuan terbaik
ayam, karena masih terikat kuat bersama terhadap daya cerna protein sebesar 73,4 %.
khitin. Kandungan kitin dalam limbah udang
17%, ikatan khitin dalam limbah udang 4.2. Daya Cerna Bahan Kering
sangat kuat, dan menyebabkan khitin tidak Rata-rata persentase daya cerna bahan
dapat larut dalam air. Degradasi ikatan kitin kering masing-masing perlakuan disajikan
diperlukan enzim kitinase yang dapat pada Tabel 5.
menghidrolisis ikatan glikosidik pada khitin,
agar limbah udang dapat dicerna oleh ternak.

Tabel 5. Rata-rata daya cerna bahan kering pada perlakuan penambahan tepung kunyit pada ayam
pedaging

Perlakuan Rata-rata Daya Cerna Bahan Kering (%)

P0 70,44
P1 72,34
P2 76,93
P3 73,59
P4 72,61

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa ditoleransi oleh ayam dan memberikan


rata-rata daya cerna bahan kering tertinggi pengaruh terhadap daya cerna bahan kering,
diperoleh pada perlakuan P2 yakni 76,93% walaupun secara statistik menunjukkan tidak
dan yang terendah pada perlakuan P0 yakni berpengaruh nyata.
sebesar 70,44%. Ada kecenderungan terjadi Menurut Tillman (1998), kecernaan
kenaikan daya cerna bahan kering, namun bahan kering akan sangat dipengaruhi oleh
apabila jumlah pemberian tepung kunyit konsumsi ransum bahan kering, serat kasar,
melebihi 0,3% dalam ransum ada lemak kasar, protein kasar. Pada penelitian
kecenderungan menjadi penurunan daya ini konsumsi kadar bahan kering ransum
cerna bahan kering. Hal ini menunjukan diberikan semua dengan jumlah yang sama,
bahwa pemberian tepung kunyit pada batas sehingga akan memberikan hasil kecernaan
level 0,3% dalam ransum masih dapat bahan kering relatif sama.
57
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

Daya Cerna Bahan Kering (%)


76,93
73,59 72,61
72,34
70,44

0% 0,1% 0,3% 0,5% 0,7%


Tingkat Penambahan Tepung Kunyit dalam Ransum Ayam Pedagiang (%)

Gambar 2. Grafik hubungan antara tingkat penambahan tepung kunyit pada ransum dengan daya
cerna bahan kering ayam pedaging

Berdasar gambar 2, Penambahan selulase yang dapat mencerna serat kasar


tepung kunyit menunjukan hasil yang tidak yang menyebabkan proses pencernaan serat
berbeda nyata daya cerna bahan kering. kasar menjadi terhambat
Hasil kecernaan bahan kering selama Kecernaan bahan kering akan
penelitian menunjukan daya cerna bahan dipengaruhi oleh bahan pakan yang
kering cenderung meningkat mulai dari dikonsumsi ayam. Pada penelitian ini
perlakuan P0, P1, dan P2. Daya cerna bahan beberapa bahan pakan seperti jagung, dedak
kering cenderung mulai mengalami padi, singkong, tepung ikan, tepung kepala
penurunan pada perlakuan P3 dan P4, udang, CPO, dan daun singkong. Diduga
walaupun penurunannya tidak berbeda nyata memiliki kecernaan bahan kering yang
dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga rendah, sehingga pada pemberian tepung
karena bahan aktif Curcuminoid dari ekstrak kunyit sampai 0,7% pun belum mampu untuk
kunyit bekerja mirip antibiotik kurang meningkatkan kecernaan bahan kering.
resisten bagi tubuh ayam. Namun pada Perbedaan struktur bahan dan kandungan
kondisi ini, ternyata Curcuminoid belum komponen serat yang berbeda. Perbedaan
mampu meningkatkan kerja organ untuk tersebut akan menyebabkan peningkatan
pencernaan bahan kering. Selain itu kecernaan bahan kering semakin tinggi
kandungan serat kasar ransum yang relatife komponen serat sama kecernaan bahan kering
sama dengan serat kasar kunyit, karena serat meningkat.
kasar dapat mempengaruhi laju perjalanan Penambahan tepung kunyit sampai
makanan dalam saluran pencernaan. Serat dengan 0,7% tidak meningkat komponen
kasar yang tidak tercerna pada ternak unggas serat secara signifikan sehingga tidak
dapat membawa zat- zat makanan yang dapat mempengaruhi kecernaan bahan kering
dicerna dari bahan makanan lain dan akan 76,93%. Menurut Tillman (1998), kandungan
ditemukan kembali pada feses (Wahju, 1997). serat kasar dan protein kasar pakan, perlakuan
Menurut Tillman (1998), kecernaan bahan terhadap bahan pakan, faktor spesies ternak
kering akan sangat dipengaruhi oleh sehingga jumlah pakan akan mempengaruhi
konsumsi ransum bahan kering, serat kasar, kecernaan.
lemak kasar, protein kasar.
Wahju (1997) menyebutkan bahwa
serat kasar yang tinggi mempengaruhi daya
cerna ayam, ayam tidak mempunyai enzim
58
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

KESIMPULAN DAN SARAN Iwan, 2002. Natural antibiotic. Majalah


Poultry Indonesia.
Kesimpulan
http://www.poultryindonesia.com/mo
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
dules.php?name=News&file=article&
sebagai berikut:
sid=879. Diakses tanggal 5 juni 2010.
1. Penambahan tepung kunyit (Curcuma
domestica) dalam ransum berpengaruh
Kristio, 2007. Tanaman obat indonesia.
nyata terhadap daya cerna protein, tetapi
http://toiusd.multiply.com/journal/ite
tidak berpengaruh nyata terhadap daya
m/136/Curcuma_longae. diakses
cerna bahan kering pada ayam
tanggal 5 Juni 2010.
pedaging.
2. Penambahan tepung kunyit 0,3% (3g/kg
Liang, O. B., Y. Apsarton, Y. Widjaja dan
ransum) dalam ransum menunjukan
Puspa 1985. Beberapa aspek isolasi
hasil yang tertinggi terhadap daya cerna
dan penggunaan komponen-
protein dan bahan kering yakni masing-
komponen Curcuma xanthorhiza
masing 71,79% dan 76,93%.
roxb. dan Curcuma domestica val.
Proc. Symposium. Nasional
Saran
temulawak. Lembaga Penelitian
Penambahan tepung kunyit (Curcuma
UNPAD, Bandung
domestica) dalam ransum pada ayam
pedaging disarankan sebanyak 0,3% (3g/kg
Medion Online. 2008. Potensi Bahan Baku
ransum) untuk meningkatkan daya cerna
Ransum. (http://info.medion.co.id).
protein .
Diaskes 1 November 2008.
DAFTAR PUSTAKA
Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam
Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya,
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak
Jakarta.
Umum. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Riyadi, 2009. Kunyit dan Jahe Natural
Antibiotic untuk Broiler. http://slamet
Bintang, I. A.K dan Natamijaya. 2008.
riyadi03.blogspot.com/2009/04/kunyit
Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit
-dan-jahe-baik-untuk-ayam-
terhadap Performans Ayam Broiler.
broiler.html. diakses 6 Juni 2010.
Pros, Seminar Nasional Teknologi,
Peternakan dan Vertenriner Bogor,
Risman. 2011. Penyusunan Ransum Ayam
12-13 September 2005. Puslitbang
Broiler.
Peternakan Bogor. Hlm 773-777.
http://risman.wordpress.com/2011/11/
22/penyusunan-ransum-ayam-broiler.
Erniasih dan Saraswati. 2006. Penambahan
diaskes 22 November 2011.
Limbah Padat Kunyit (Curcuma
domestica) pada Ransum Ayam dan
Rukmana, R. 1994. Kunyit. Penerbit
Pengaruhnya Terhadap Status Darah
Kanisius, Yogyakarta.
dan Heper Ayam (Gallus SP). Buletin
Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No.2
Sutandi. T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi.
Dep. Nutrisi dan Makanan Ternak
Gaspersz, V., 1994. Metode Perancangan
Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Percobaan. CV. Armico, Bandung.
59
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

Tafsin, M., 1995. Evaluasi Bahan Makanan Gadjah Mada University Press.
Cerna dengan Menggunakan Penelitian Yogykarta.
Pencernaan. Fakultas Pertanian
Universitas Islam Kalimantan. Wahju, Dj., 1997. Ilmu Nutrisi Unggas.
Banjarmasin. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Tillman, A., Hartadi, H., Reksohadiprodjo, S.,
Prawirokusumo, S., Lebdosoekodjo.,
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
1
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468
2
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468
3
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 49-59 ISSN 1412-1468

Anda mungkin juga menyukai