17 (3)
ISSN 1907-1760
Pengaruh Level Pemberian Tepung Kunyit (Curcuma domestica Val) dalam Ransum
terhadap Karkas Itik Lokal
The Effect of Various Amount of Turmeric Powder (Curcuma domestica Val) In Ration Toward
the Carcass of Local (Pitalah – West Sumatra) Duck
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung kunyit dalam ransum
terhadap karkas itik lokal. Penelitian ini menggunakan 80 ekor DOD itik Pitalah jantan yang
ditempatkan pada 20 unit kandang boks. Metode penelitian secara eksperimen menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 5 kelompok bobot badan sebagai
ulangan. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah A (tanpa pemberian tepung
kunyit/kontrol), B (pemberian tepung kunyit 0,2%), C (pemberian tepung kunyit 0,4%) dan D
(pemberian tepung kunyit 0,6%). Peubah yang diamati meliputi bobot karkas, persentase bagian –
bagian karkas (dada dan paha) dan persentase karkas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian
tepung kunyit dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas, persentase
bagian – bagian karkas (dada dan paha) dan persentase karkas. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pemberian tepung kunyit sampai dengan level 0,6% dalam ransum tidak
mempengaruhi bobot karkas, persentase bagian – bagian karkas (dada dan paha) dan persentase
karkas.
Kata Kunci: Level tepung kunyit, itik local, karkas
ABSTRACT
This study was aimed at determining the effect of turmeric powder in the ration of local duck
carcass. This study used 80 heads of male and a day old duck (DOD) of Pitalah duck with 20 units
of cage. The experiment used a randomized block design (RBD) with 4 treatments and 5 groups as
replication on the weight basis. The treatments consisted of four types; A (without turmeric powder
/ as a control), B (given turmeric powder at 0.2%), C (given turmeric powder at 0.4%) and D
(given turmeric powder at 0.6%). The observed parameters were carcass weight, carcass
percentage and the percentage of breast and thigh. The results showed that turmeric powder in the
duck ration affected the carcass weight, the percentage of breast and thigh and carcass percentage
at a not significant level (P> 0.05). Therefore, the turmeric powder at the level of 0.6% in duck diet
did not affect their carcass weight, the percentage of breast and thigh and carcass percentage.
Keyword: Level turmeric powder, local duck, carcass
kunyit (0,04%) pada broiler umur 35 hari (0,2%) per ransum, yang disebut sebagai
yang dikombinasikan dengan lempuyang B.
sebanyak (0,02%), nyata memperbaiki bobot Perlakuan 3 yaitu diberikan tepung kunyit
karkas dari 1475 g (pada kontrol) menjadi dalam ransum percobaan itik sebanyak
1749 g. (0,4%) per ransum, yang disebut sebagai
Darwis, et al. (1991) menambahkan C.
bahwa senyawa kurkuminoid dalam kunyit, Perlakuan 4 yaitu diberikan tepung kunyit
mempunyai khasiat anti bakteri yang dapat dalam ransum percobaan itik sebanyak
meningkatkan proses pencernaan dengan (0,6%) per ransum, yang disebut sebagai
membunuh bakteri yang merugikan serta D.
merangsang dinding kantong empedu untuk Apabila diantara perlakuan terdapat
mengeluarkan cairan empedu sehingga dapat perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji
memperlancar metabolisme lemak. Duncan’s Multiple Range Test/ DMRT (Steel
Ditambahkan Purwanti (2008), mekanisme dan Torrie, 1995).
kurkumin dan minyak atsiri dapat mening- Pelaksanaan Penelitian
katkan nafsu makan ternak dengan memper- Penelitian ini dilaksanakan dalam
cepat proses pengosongan isi lambung. bentuk eksperimen dengan tahapan persiapan,
Menurut Yuniarti (2011) kunyit dapat adaptasi dan perlakuan. Pada tahap persiapan,
meningkatkan kerja organ pencernaan unggas, kegiatan yang dilakukan adalah membuat
karena kunyit memiliki fungsi merangsang tepung kunyit, mengatur dan membersihkan
dinding kantong empedu mengeluarkan cairan tempat pemeliharaan yang digunakan sedemi-
empedu dan merangsang keluarnya getah kian rupa agar ternak merasa nyaman,
pankreas yang mengandung enzim amilase, menyiapkan peralatan kandang dan pengadaan
lipase dan protease yang berguna untuk bahan pakan penelitian.
meningkatkan pencernaan bahan pakan seperti 1. Pembuatan tepung kunyit (Curcuma
karbohidrat, lemak dan protein. domestica val)
Tepung kunyit dibuat dengan cara rimpang
METODE kunyit dicuci terlebih dahulu, dikikis kulit
Rancangan Penelitian luarnya yg masih tertinggal akar dan tanah,
Penelitian ini dilakukan dengan metode kemudian diiris tipis – tipis. Irisan kunyit
eksperimen, menggunakan Rancangan Acak tersebut kemudian diangin - anginkan
Kelompok (RAK). Itik yang digunakan selama 2 hari dan dioven dengan suhu
sebanyak 100 ekor. Adaptasi itik selama 1 ±50oC selama 1 hari. Kunyit kemudian
minggu, kemudian itik yang berjumlah 100 dihaluskan dengan blender dan disaring
ekor dipilih sebanyak 80 ekor dan dikelom- menggunakan ayakan menjadi tepung
pokkan menjadi 5 kelompok berdasarkan berat kunyit.
badan mulai dari yang terendah sampai 2. Persiapan Kandang
tertinggi. Selanjutnya itik ditempatkan ke Dua minggu sebelum DOD masuk,
dalam kandang boks sebanyak 20 unit dengan kandang dibersihkan terlebih dahulu
tiap–tiap unit kandang berisi 4 ekor itik secara menggunakan air dan detergen, selanjutnya
acak. Dalam satu kelompok diberikan 4 dilakukan penyemprotan kandang
perlakuan tepung kunyit yang berbeda. menggunakan formades yang telah
Perlakuan tersebut terdiri atas: diencerkan dengan air, kemudian dilakukan
Perlakuan 1 yaitu diberikan tepung kunyit pengapuran. Satu hari sebelum DOD
dalam ransum percobaan itik sebanyak masuk, kandang dibersihkan kembali,
(0%) per ransum, yang disebut A sebagai dilakukan pemasangan lampu pijar untuk
kontrol. masing-masing kandang boks dan ditutup
Perlakuan 2 yaitu diberikan tepung kunyit dengan tirai plastik.
dalam ransum percobaan itik sebanyak 3. Persiapan ransum penelitian
4. Kelompok 5 Kelompok 4
D5 B5 A5 C5 A4 B4 D4 C4
Kelompok 1 Kelompok 2
C1 A1 B1 D1 B2 D2 A2 C2
Kelompok 3
D3 C3 A3 B3
Gambar 1. Bagan penempatan itik pada kandang
Bahan-bahan penyusun ransum penelitian remah (mash) secara ad libitum dan air
masing–masing ditimbang menurut minum juga diberikan secara ad libitum.
komposisi ransum perlakuan, kemudian Tabel 2. Kebutuhan ransum itik umur 0-10
diaduk sampai merata. Pengadukan dimulai minggu
dengan bahan yang sedikit komposisinya
dan dilanjutkan dengan bahan yang lebih Umur (Minggu) Ransum/ekor/hari (g)
banyak komposisinya sampai terlihat DOD - 1 15
homogen. 1-2 41
5. Perlakuan dan penempatan itik dalam 2-3 67
kandang 3-4 93
Penempatan perlakuan untuk masing – 4-5 108
masing unit dilakukan secara acak dalam 5-6 115
kelompok, yaitu dengan cara menuliskan
6-7 115
huruf dan angka pada kertas sesuai dengan
jumlah perlakuan dan kelompoknya, yaitu: 7-8 120
A1-A5, B1-B5, C1-C5, D1-D5. Angka 8-9 130
yang tertera pada kertas ditempatkan pada 9 - 10 145
kandang perlakuan. Keterangan: Wakhid (2013)
Pada saat pengelompokkan itik,
dilakukan penimbangan terlebih dahulu untuk 7. Penyembelihan
menentukan berat awal sebelum masuk Hal – hal yang dilakukan dalam memper-
perlakuan. Pengelompokkan berdasarkan atas siapkan itik hidup menjadi karkas adalah
berat terendah sampai yang tertinggi, yaitu : sebagai berikut :
a. Kelompok 1 : 88 g – 106 g a. Pemuasaan. Sebelum dipotong itik
b. Kelompok 2 : 108 g – 127 g dipuasakan selama 12 jam untuk
c. Kelompok 3 : 129 g – 141 g mengurangi isi saluran pencernaannya.
d. Kelompok 4 : 142 g – 161 g b. Pemotongan. Itik dipotong tepat pada
e. Kelompok 5 : 170 g – 210 g bagian leher dekat kepala, dengan
6. Pemeliharaan memotong vena jugularis, arteri
Pemberian ransum dilakukan sesuai dengan karotid, esophagus dan trakhea.
kebutuhan itik/hari menurut Wakhid c. Pengeluaran darah. Setelah dipotong
(2013), dapat dilihat pada Tabel 2. itik dibiarkan tergantung dengan posisi
Ransum diberikan 3 x sehari yaitu pagi kepala menghadap ke bawah selama
(pukul 08.00-09.00 WIB), siang (pukul kurang lebih 1 menit agar sebagian
13.00 WIB) dan sore (pukul 17.00-18.00 darahnya keluar, kemudian ditimbang.
WIB). Ransum diberikan dalam bentuk
minggu sebanyak 20,26% dan ransum fase kualitas ransum disamping bobot hidup,
grower umur 5-10 minggu sebanyak 18,26%) perlemakan, jenis kelamin, umur dan aktivitas.
serta energi (pada fase starter 2902,1 Kkal/Kg Selain itu, laju pertumbuhan ternak, genetik
dan fase grower 2806,1 Kkal/Kg). Seperti dan bobot non karkas juga mempengaruhi
yang dinyatakan Sudiyono dan Purwatri terhadap bobot karkas yang dihasilkan
(2007) bahwa bobot karkas dipengaruhi oleh (Soeparno, 2005).
konsumsi ransum, kandungan energi dan
Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase
protein, bobot karkas menjadi relatif sama.
Bagian-Bagian Karkas (Dada dan Paha)
Anggorodi (1995) juga menyatakan Rataan persentase bagian - bagian
bahwa itik diberi ransum secara ad libitum, karkas itik dengan pemberian tepung kunyit
akan makan terutama untuk memenuhi (Curcuma domestica Val) selama penelitian
kebutuhan energinya dan apabila itik diberi dapat dilihat pada Tabel 4.
ransum dengan kandungan energi metabolis
rendah, maka itik akan mengkonsumsi lebih Tabel 4. Rataan persentase dada dan paha itik
banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju per ekor selama penelitian
(1997), bahwa jumlah ransum yang Persentase Persentase
Perlakuan
dikonsumsi akan menentukan bobot hidup Dada (%) Paha (%)
yang diperoleh, semakin banyak ransum yang A (0,0%Tepung
27,20
dikonsumsi semakin meningkat pula bobot Kunyit) 24,50
hidup yang dihasilkan, begitu pula dengan B (0,2%Tepung
27,99
bobot karkasnya. Kunyit) 24,70
Menurut Ricardo (2014), rataan bobot C (0,4%Tepung
26,98
karkas itik Pitalah umur 8 minggu dengan Kunyit) 24,13
sistem pemeliharaan ekstensif yaitu 464,14 g. D (0,6%Tepung
26,95
Sedangkan dari hasil penelitian dengan meng- Kunyit) 24,01
gunakan tepung kunyit sampai 0,6% dalam SE 0,71 0,49
ransum didapat rataan bobot karkas yang lebih Keterangan: Berbeda tidak nyata (P>0,05)
tinggi yaitu 857-880,81 g pada saat umur
Hasil analisa keragaman memper-
panen 10 minggu. Hal ini dikarenakan oleh
lihatkan bahwa pemberian tepung kunyit
sistem pemeliharaan, umur dan pakan yang
(Curcuma domestica Val) dalam ransum itik
berbeda.
menunjukkan pengaruh tidak nyata (P>0,05)
Hasil penelitian dengan menggunakan
terhadap persentase bagian dada dan paha. Hal
tepung kunyit sampai dengan 0,6% dalam
ini disebabkan oleh pemberian tepung kunyit
ransum didapat rataan bobot karkas yang
sampai dengan 0,6% masih bisa ditolerir oleh
hampir sama dengan hasil penelitian Cakra,
itik, sehingga belum bekerja optimal dalam
Siti, Wiyana dan Umiarti (2009) yaitu bobot
memacu pencernaan dan pertumbuhan pada
karkas itik Bali umur 10 minggu berkisar
itik termasuk pertumbuhan bagian paha dan
antara 854-915,40 g dengan menggunakan
dada. Meskipun Bintang dan Nataamijaya
polar dan additif Duck Mix sebagai pengganti
(2006) melaporkan bahwa tepung kunyit
sebagian ransum komersial. Namun hasil
mengandung kurkumin yang bersifat
penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan
antibakteri dapat menghambat pertumbuhan
dengan penelitian Matitaputty (2002) yang
bakteri terutama pada saluran pencernaan
mendapatkan rataan bobot karkas itik
sehingga meningkatkan pertumbuhan, semen-
Mandalung umur 10 minggu sebesar 1101,2 g.
tara minyak atsiri kunyit bersifat bakteriostatik
Perbedaan terhadap bobot karkas yang dihasil-
terhadap E.coli.
kan, disebabkan oleh jenis itik dan pakan yang
Pemberian tepung kunyit sampai 0,6%
diberikan berbeda. Sesuai dengan pendapat
berpengaruh tidak nyata terhadap persentase
Tambunan (2007), bahwa bobot karkas
bagian paha dan dada (P>0,05) juga
dipengaruhi oleh jenis itik, jumlah dan
dikarenakan oleh pemberian tepung kunyit
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot karkas karkas pada unggas terdiri atas bagian dada,
(P>0,05) yaitu bobot karkas yang didapat pada punggung, paha dan sayap. Keberadaan pakan
perlakuan A (881,80 g), perlakuan B (869,80 sangat penting bagi itik karena mengandung
g), perlakuan C (857 g) dan perlakuan D zat–zat nutrisi yang dibutuhkan untuk pem-
(863,60 g) sebagai penentu besar kecilnya bentukan komponen karkas dan komponen
bagian dada dan paha relatif sama, sehingga tubuh yang lain (Rasyaf,1989). Bagian paha
persentase bagian dada dan paha juga relatif merupakan bagian yang pertumbuhannya
sama. Ini dikarenakan persentase bagian dada lebih awal daripada bagian lainnya (Swatland,
dan paha didapat dari hasil perbandingan 1984). Menurut Natasasmita (1990), paha
antara bobot dada dan paha yang dibagi pada itik menunjukkan kecepatan perkem-
dengan bobot karkas, kemudian dikali 100% bangan yang sama dengan tubuh secara
(Soeparno, 2005). keseluruhan, dengan kata lain paha mem-
Menurut Lestari (2011), persentase punyai pola pertumbuhan isogonik atau
bagian dada pada itik Alabio jantan umur 10 pertumbuhan yang seimbang dengan perkem-
minggu sebesar 31,88%. Sedangkan pada hasil bangan tubuhnya sedangkan dada memiliki
penelitian dengan menggunakan tepung kunyit pertumbuhan heterogenik yang secara alamiah
sampai 0,6% dalam ransum didapat persentase disebabkan oleh faktor genetik.
bagian dada yang lebih rendah berkisar antara
Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase
26,95-27,99%. Akan tetapi, hasil penelitian ini
Karkas
tidak jauh berbeda dengan penelitian yang Rataan persentase karkas itik dengan
dilakukan Sudiyono dan Purwatri (2007) yang
pemberian tepung kunyit (Curcuma domestica
menggunakan enzim dalam ransum itik lokal Val) selama penelitian dapat dilihat pada
jantan umur 10 minggu, didapat persentase Tabel 5.
bagian dada sebesar 26,96-29,02%. Jika
dibandingkan dengan penelitian yang dilaku- Tabel 5. Rataan persentase karkas itik per
kan Amaludin et al., (2013), persentase bagian ekor selama penelitian
dada yang didapat pada itik Mojosari afkir Persentase
Perlakuan
berkisar antara 21,87-23,78% maka penelitian Karkas (%)
dengan menggunakan tepung kunyit sampai A (0,0%Tepung Kunyit) 63,35
0,6% dalam ransum lebih tinggi. B (0,2%Tepung Kunyit) 63,06
Pada bagian paha, menurut Sudiyono C (0,4%Tepung Kunyit) 63,47
dan Purwatri (2007) didapat persentase paha D (0,6%Tepung Kunyit) 63,35
pada itik lokal jantan umur 10 minggu dengan SE 0,38
penambahan enzim dalam ransum berkisar Keterangan: Berbeda tidak nyata (P>0,05)
antara 24,72-26,14%, tidak jauh berbeda
Hasil analisa keragaman memperlihat-
dengan hasil penelitian ini yang menggunakan
kan bahwa pemberian tepung kunyit
tepung kunyit sampai 0,6% dalam ransum
(Curcuma domestica Val) dalam ransum itik
didapat rataan persentase bagian paha berkisar
menunjukkan pengaruh tidak nyata (P>0,05)
antara 24,01-24,70% pada saat umur panen
terhadap persentase karkas. Hal ini disebabkan
itik 10 minggu. Akan tetapi, hasil penelitian
oleh pemberian tepung kunyit dalam jumlah
ini lebih rendah dari penelitian yang dilakukan
yang masih bisa ditolerir oleh itik yaitu
oleh Amaludin et al., (2013) terhadap itik
berkisar antara 0,2-0,6% di dalam ransum,
Mojosari afkir yang mendapat persentase
sehingga belum optimal untuk mempengaruhi
bagian paha sebesar 34,65-35,13%. Perbedaan
bobot karkas dan bobot hidup sebagai faktor
terhadap hasil penelitian ini diduga oleh jenis
penentu dari besarnya persentase karkas yang
itik dan jenis pakan yang digunakan.
akan dihasilkan. Meskipun Bintang dan
Merkley et al., (1980) menyatakan
Nataamijaya (2006) melaporkan bahwa tepung
bahwa pakan merupakan salah satu faktor
kunyit mengandung kurkumin yang bersifat
yang mempengaruhi persentase potongan
antibakteri dapat menghambat pertumbuhan
bakteri terutama pada saluran pencernaan karkas berkisar antara 57,72-58,73% dan
sehingga meningkatkan pertumbuhan, semen- penelitian yang dilakukan Sudiyono dan
tara minyak atsiri kunyit bersifat bakteriostatik Purwatri (2007) yang menggunakan penamba-
terhadap E.coli. Chattopadhyay et al., (2004) han enzim dalam ransum pada itik lokal jantan
juga menyebutkan bahwa kurkumin dapat umur 10 minggu, didapatkan persentase
meningkatkan level sekresi plasma dan bikar- karkas berkisar antara 52,93-54,78%, maka
bonat pankreas, serta meningkatkan aktivitas hasil penelitian dengan menggunakan tepung
lipase, amilase dan tripsin yang disekresikan kunyit sampai 0,6% inipun juga lebih tinggi.
pankreas. Ditambahkan Yasni et al., (1983) Udayana (2005) menyatakan bahwa
bahwa kurkumin dan minyak atsiri di dalam persentase karkas yang rendah dipengaruhi
kunyit mampu mempengaruhi kerja saraf dan oleh berat potong yang rendah pula, karena
kelenjar hipofisis yang berperan dalam men- berat potong yang rendah bagian–bagian yang
sekresikan hormon pertumbuhan. terbuang semakin banyak. Iskandar (2000)
Menurut Brake dan Havenstain (1993), menjelaskan bahwa semakin bertambahnya
persentase karkas berhubungan dengan jenis umur itik dari umur 5 menjadi 10 minggu
kelamin, umur dan bobot hidup. Karkas membawa peningkatan terhadap persentase
meningkat seiring dengan meningkatnya umur bobot karkas dari 50-58% menjadi 59-62%.
dan bobot hidup. Cakra (1986) menyatakan
bahwa semakin tinggi bobot potong dan bobot KESIMPULAN
karkas maka akan berpengaruh terhadap Berdasarkan hasil penelitian dapat
persentase karkas yang semakin tinggi.
disimpulkan bahwa pemberian tepung kunyit
Soeparno (2005) menambahkan persentase (Curcuma domestica Val) dalam ransum
karkas juga dipengaruhi oleh faktor kualitas sampai dengan level 0,6% tidak mempenga-
ransum dan laju pertumbuhan. Sudiyono dan ruhi bobot karkas, persentase bagian–bagian
Purwatri (2007) menyatakan bahwa pertumbu- karkas (dada dan paha) dan persentase karkas.
han yang baik tentunya akan menghasilkan
berat badan yang tinggi serta mampu
DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan persentase karkas secara
optimal. Akhadiarto, S. 2002. Kualitas fisik daging itik
Hasil penelitian dengan menggunakan pada berbagai umur pemotongan. Pusat
tepung kunyit sampai 0,6% berbeda dengan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
penelitian yang didapat oleh Putri (2013) Budidaya Pertanian. BPPT.
bahwa penambahan sari kunyit ke dalam
pakan itik (20 ml/kg pakan) mampu Amaludin, F., I. Soswoyo dan Roesdiyanto.
meningkatkan persentase karkas dari 54,40% 2013. Bobot dan persentase bagian–
(ransum kontrol) sampai 62,51% pada itik bagian karkas itik Mojosari afkir
hibrida. Perbedaan terhadap hasil penelitian berdasarkan sistem dan lokasi pemeliha-
ini diduga oleh bentuk pengolahan dari kunyit raan. Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (3):
yang diberikan dan jenis itik yang digunakan 924-932.
juga berbeda. Namun, hasil penelitian dengan Anggorodi. 1995. Nutrisi Aneka Ternak
penggunaan tepung kunyit sampai dengan Unggas. Gramedia Pustaka Utama.
0,6% memiliki rataan persentase karkas yang Jakarta.
lebih tinggi yaitu 63,06-63,47% daripada
penggunaan sari kunyit tersebut. Bintang, I.A.K dan A.G.Nataamijaya. 2006.
Jika dibandingkan dengan hasil Karkas dan lemak subkutan broiler yang
penelitian Cakra et al., (2009) yang mendapat ransum dengan suplementasi
menggunakan polar dan additif Duck Mix tepung kunyit (Curcuma domestica val)
sebagai pengganti sebagian ransum komersil dan tepung lempuyang (Zingiber
pada itik Bali, diperoleh rataan persentase aromaticum val). Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan