PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Meningkatnya populasi penduduk Indonesia menimbulkan konsekuensi
bagi perlunya peningkatan penyediaan pangan sebagai asupan gizi. Ayam lokal
memiliki potensi besar sebagai sumber pangan kaya protein bagi masyarakat
menuju terwujudnya ketahanan pangan. Potensi yang besar ini didasarkan pada
kondisi realitas masyarakat yang masih banyak memanfaatkan ayam non lokal
(ayam ras) sebagai pemenuhan utama sumber protein tersebut. Data Departemen
Pertanian Republik Indonesia menunjukkan bahwa hingga tahun 2004 lalu,
populasi ayam lokal (ayam buras) mencapai 271.864.841 ekor. Di sisi lain,
pengembangan ayam lokal menjadi penting sebagai bentuk pelestarian dan
peningkatan kualitas plasma nutfah. Paradigma penyediaan bahan pangan hewani,
termasuk produk unggas (telur dan daging), tidak bisa melepaskan diri dari aspek
lingkungan. Konsep budidaya unggas yang ramah lingkungan merupakan bagian
dari rantai panjang perwujudan pangan ramah lingkungan. Budidaya ayam lokal
yang kini secara umum masih dipelihara secara ekstensif perlu diarahkan pada
pola manajerial budidaya yang intensif dan ramah lingkungan. Kasus-kasus residu
antibiotika, hormon, logam berat, dan cemaran bahan kimia lainnya merupakan
dampak negatif dari manajemen budidaya yang tidak aman dan tidak sehat.
Artinya, budidaya ayam lokal yang ramah lingkungan menjadi penting dalam
upaya penyediaan bahan pangan hewani yang sehat dan aman. Pola budidaya
yang ramah lingkungan tersebut bisa dilakukan melalui berbagai pendekatan,
salah satunya dengaan pendekatan manajemen pakan (feed management
approach). Pendekatan manajemen pakan lebih menekankan pada upaya
pemanfaatan pakan alami (organik) yang memiliki efek positif dalam penampilan
ayam. Salah satu komponen penting dalam pakan adalah feed additive sebagai
bahan pemacu pertumbuhan dan peningkatan efisiensi pakan. Umumnya feed
additive ini berasal dari produk komersial Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi
Pengembangan Ayam Lokal 127 (sintetis) yang kurang terjamin aspek
dari
pembuaatan
paper
ini
adalah
untuk
mengetahui
pengaruh,kegunaan dan manfaat pakan aditif dan pakan suplemen pada produksi
ternak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pemanfaatan tanaman tradisional
Pakan merupakan input terbesar dalam usaha budiaya ayam lokal. Bahkan, biaya
pakan mencapai 60-70% dari komponen total biaya produksi suatu usaha
peternakan. Biaya tersebut didalamnya mencakup kebutuhan biaya di luar pakan
utama, seperti pakan tambahan (feed supplement). Feed additive berfungsi sebagai
pemacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan pada ayam, antara lain
antibiotik, hormon dan sebagainya. Selama ini digunakan feed additive komersial
yang selain harganya tinggi juga kurang terjamin aspek keamanannya karena
adanya residu bahan kimia dan hormon dalam produk pangan. Kasus-kasus residu
zat-zat tersebut dalam produk ternak yang berasal dari unggas sering dijumpai.
Tingginya harga obat-obatan dan pakan komersial serta peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya keamanan pangan yang dikonsumsinya
mendorong pemikiran untuk memanfaatkan berbagai tanaman tradisional baik
sebagai suplementasi pakan dan atau obat-obatan. Indonesia kaya sekali akan
tanaman tradisional yang memiliki fungsi positif dan belum dieksplorasi secara
optimal sampai saat ini. Beberapa tanaman tradisional yang sudah mulai diteliti
dan dimanfaatkan sebagai bahan suplemen pakan dan obat-obatan dalam budidaya
ayam antara lain lempuyang, kencur, lidah buaya, kunyit, temu lawak dan bawang
putih. Sedangkan tanaman perdu yang bisa dimanfaatkan diantaranya daun
beluntas, daun katuk, daun sambiloto, limbah buah merah dan lain-lain.
Lempuyang (Zingiber aromaticum val.)
Tanaman ini telah lama dikenal masyarakat sebagai tanaman obat-obatan
tradisional untuk mencegah penyakit kulit dan disentri. Selain itu juga, tanaman
ini umum dikenal sebagai penambah nafsu makan jika dikonsumsi dengan tepat
(DARWIS, 1995). Lempuyang memiliki berbagai komponen bio aktif yang
memiliki peranan dalam aspek kesehatan dan performa unggas. Salah satu
komponen tersebut adalah senyawa flavonoid yang memiliki sifat anti virus, anti
bakteri dan anti oksidan. Lempuyang juga mengandung minyak atsiri yang
didalamnya terdapat zerumbon dan limonen yang berguna sebagai anti kejang
akan
menghambat
produktivitas
dan
kesehatan
ternak,
serta
serta penurunan produksi telur (AZAM dan GABAL, 1998). Pada tingkat akut,
menurut KRISHNAMACHARI et al. (1975), aflatoksin mampu menyebabkan
kematian pada ternak. Bawang putih memiliki senyawa antimikroba alicin dan
ajoene yang secara in vitro sangat efektif menghambat pertumbuhan kapang
Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Selain itu, alicin juga memiliki
kemampuan penghambatan terhadap kelompok kapang lainnya seperti A
fumigatus, A niger, Candida albicans, Trichophyton metagrophytes, T rubrum,
Microspora caris, dan M gymseum (GARCIA et al., 1987). Hasil penelitian
MARYAM et al. (2003) menyebutkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih
hingga 4% mampu mentoleransi kadar aflatoksin sebesar 0,4 mg/kg bobot badan.
Keterbatasan ini diasumsikan karena ekstrak bawang putih pada konsentrasi 4%
belum cukup untuk menetralisir pengaruh afllatoksin dalam jumlah yang cukup
besar, sehingga disarankan agar menggunakan dosis ekstrak bawang putih yang
lebih tinggi. Selain tanaman tradisional tersebut di atas, juga telah dilakukan
penelitian terhadap beberapa tanaman perdu, diantaranya daun beluntas, daun
katuk, daun sambiloto, limbah buah merah, dll. Semua tanaman tersebut
umumnya mempunyai kandungan zat aktif yang cukup signifikan berpengaruh
pada performa ayam. Pemberiannyapun juga sangat sederhana. Dari tanaman
segar dianginanginkan hingga layu, kemudian dikeringkan dalam oven dengan
suhu sekitar 800 C dan ditumbuk sampai halus, sehingga akan lebih mudah untuk
diberikan pada ayam, dengan mencampurnya dalam pakan atau air minum.
2.2 Urea Molasses Multinutrien Block Suplemen
Pakan yang umum digunakan pada ruminansia adalah suplemen pakan
yang memanfaatkan urea sebagai sumber non protein nitrogen (NPN) yang baik,
karena dengan adanya sistem pencernaan fermentatif pada rumen maka
ruminansia mampu menggunakan senyawa NPN menjadi protein yang berkualitas
[18]. Suplemen pakan yang berbahan dasar urea diantaranya urea block (UB)
[19,20,21,22,23]. Urea dalam proses fermentasi rumen akan diuraikan oleh enzim
urease menjadi NH3 dan CO2, selanjutnya NH3 akan digunakan untuk
membentuk asam amino (protein mikroba). Salah satu pembatas dalam
penggunaan urea adalah kecepatan perubahannya menjadi NH3 yang empat kali
lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan penggunaan NH3 menjadi sel
mikroba [24]. Urea dapat digunakan dengan baik oleh ternak ruminansia dalam
ransum yang rendah kandungan protein dan tinggi energinya, sebaliknya akan
buruk pengaruhnya dalam ransum yang tinggi protein dan rendah energinya
[25,26]. Urea Molasses Multi-nutrient Block merupakan pengembangan dari urea
molasses block dimana di dalam UMMB ditambahkan berbagai macam nutrien
yang dibutuhkan ternak misalnya mineral, protein by pass, vitamin, imbuhan
pakan, dan lain-lain. UMMB merupakan suplementasi pakan yang terdiri dari
bahan-bahan molases, onggok, dedak, tepung daun singkong kering, tepung
tulang, kapur, urea, lakta mineral, dan garam dapur yang disesuaikan dengan
formula yang diinginkan.
2.3 Suplemen Pakan Multinutrien
Ketersediaan suplemen pakan multinutrien (SPM) ini dapat digunakan
untuk mengatasi beberapa kendala seperti ketersediaan pakan lokal, harga dan
bahan penyusun formula suplemen pakan urea molasses multinutrien block
(UMMB). Bahan-bahan yang sulit didapat yaitu molasses, tepung tulang, dan
bungkil kedelai [27]. Harga SPM lebih murah Rp.1500/kg dibandingkan UMMB
yaitu Rp.3000/kg. Kandungan molases dan bungkil kedelai SPM lebih rendah
masing-masing sebesar 10% dan 3%, sedangkan UMMB 29% dan 17% [28].
Kelebihan SPM yaitu terkandung imbuhan pakan yang dapat berperan dalam
proses metabolisme dalam tubuh ternak. Kelebihan lainnya adalah protein bypass
yang dapat langsung dimanfaatkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan
proteinnya dan mineral organik sebagai penyedia mineral. Pemberian suplemen
SPM pada sapi perah dapat meningkatkan kualitas susu (kadar lemak susu)
sebesar 0,23% dan juga mampu meningkatkan produksi susu 4% factor corrected
milk (FCM) sebesar 4,157 kg/hari. Suplemen SPM mampu meningkatkan
produksi susu dari sapi perah peranakan Fries Holland (PFH) sampai mencapai
14,2 I/ekor/hari dibandingkan sapi perah yang mendapat UMMB dan kontrol,
produksi susunya masingmasing hanya sebesar 13,7 I/ekor/hari dan 11,1
I/ekor/hari
2.4 Pengembangan Suplemen Pakan Baru
Hasil dari kegiatan pengenalan UMMB di beberapa daerah pada peternak
diperoleh informasi bahwa beberapa bahan pembuat UMMB terutama bungkil
kedelai, molases dan tepung tulang sulit didapat di daerah. Upaya mencari
pengganti bungkil kedelai dan molases dilaksanakan secara bertahap yaitu dengan
cara mengurangi jumlah penggunaan dalam komposisi UMMB [28,56]. Kegiatan
ini dibagi beberapa tahap yaitu uji suplemen pakan skala laboratorium, uji
multilokasi, pengenalan SPM di beberapa daerah.
2.4.1.
lingkungan
Dalam kegiatan ini telah dilaksanakan penelitian dua tahap yaitu yang pertama
pengaruh pemberian SPM + pakan basal berkualitas tinggi + konsentrat berualitas
rendah, tahap ke dua pengaruh pemberian SPM + pakan basal berkualitas rendah
+ konsentrat berualitas tinggi. Sapi potong yang digunakan adalah PO dan diberi
pakan perlakuan selama 3 bulan. Kegiatan ini bekerja sama dengan Balai
Penelitian Ternak dan Kelompok peternak di Cimande Bogor. Pada penelitian ini,
selain pemberian SPM untuk peningkatan produktivitas ternak, juga dilakukan
pengolahan limbah ternak untuk diuji pada tanaman pangan dari hasH mutasi
Kelompok Pemuliaan Tanaman dari varietas unggul Mira I [41].
2.4.2. Pengaruh SPM pada Sapi potong yang diberi pakan pokok berkualitas
tinggi + konsentrat yang berkualitas rendah
Pakan pokok yang berkualitas yaitu silase dari tanaman jagung yang masih muda
dan ditambah konsentrat sebagai kontrol, sedangkan kelompok perlakuan sapi
diberi kontrol + SPM. Parameter yang diukur adalah peningkatan bobot badan,
daya cerna in vivo, konsumsi pakan dan hasH fermentasi (pH, amonia, VFA
parsial, jumlah bakteri dan protozoa). Penentuan produksi gas metana dilakukan
penghitungan dari metode [37] yaitu dengan pengukuran asam lemak mudah
menguap secara individu. Produksi gas metana dalam cairan rumen dapat
ditentukan dengan rumus CH4 = (0,5 x asetat) + (0,5 x butirat) - (0,25 x
propionat), dengan satuan masing-masing mM/m. Pengaruh SPM pada Sapi
potong yang diberi pakan basal yang berkualitas rendah + konsentrat yang
berkualitas tinggi Penelitian Inl merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya
(2.4.1). Perbedaannya terletak pada perlakuan pakan yaitu sapi PO mendapat
pakan basal yang kualitasnya rendah plus konsentrat yang berkualitas tinggi
(kontrol), sedangkan sapi yang mendapat perlakuan adalah pakan kontrol plus
SPM. Pelaksanaan kegiatan ini tidak hanya bekerjasama dengan Balai Penelitian
Peternakan tapi juga dengan Kelompok Ternak di Cimade, Bogor, Jawa Barat.
Parameter yang diukur yaitu kandungan nutrisi pakan, konsumsi pakan,
kecernakan, pertambahan bobot badan dan hasil fermentasi dalam cairan rumen.
Kegiatan dilaksanakan selama tiga bulan. Pada pengambilan cairan rumen
dilaksanakan saat hewan korban. Cairan rumen diambil dalam suasana an aerobik
yaitu dengan cara menyediakan saringan kain kasa dan termos. Temperatur cairan
rumen dijaga pada temperatur 37C, dan secepatnya ditempatkan di water bath
dengan tempetur air juga 37C.Termos yang berisi cairan rumen ditambahkan gas
CO2
2.5. Pengenalan SPM di Beberapa Daerah
Kegiatan ini dilaksanakan oleh PDIN dalam program IPTEKDA dengan
bekerjasama dengan dinas-dinas terkait. Suplemen pakan multinutrien ini
dinyatakan sebagai pakan yang telah siap untuk diseminasikan pada saat
Lokakarya pemanfaatan hasil litbang teknik nuklir tahun 2004 oleh pimpinan
BATAN [29]. Pelaksanaan kegiatan diseminasi SPM telah dimulai dari tahun 2005
sampai 2008. Beberapa daerah yang sudah melaksanakan program introduksi
SPM yaitu Jabar, Jatim, Madura dan Gorontalo (2005), untuk tahun 2006
daerahnya bertambah yaitu Sumatra Utara, Bengkulu, NTT, Kalimantan Selatan
dan Jawa Tengah (Jepara). Untuk tahun 2007 bertambah di daerah Jawa Tengah
(Pati) dan Aceh. Introduksi dari SPM ini terus bertambah di daerah lain yaitu
provinsi Jambi, Kalimantan Barat dan Bali (4 lokasi). Sosialisasi SPM ini
diaplikasikan pada beberapa jenis bangsa sapi yaitu Sapi Bali, Sapi PO dan Sa pi
PSmtl. Masing-masing daerah melak
2.6. Penggunaan Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) sebagai zat
aditif Pakan Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging, Profil
Darah,dan Kecernaan Protein Performa ayam
Pertumbuhan merupakan perubahan ukurandalam bentuk perubahan berat badan,
tubuh seperti otot, tulang dan organ serta perubahan komponen-komponen kimia
dalam karkas (Soeparno, 2005). Pakan yang berkualitas mempunyai peranan
penting dala mmempercepat pertumbuhan seekor ternak, untuk mempercepat
pertumbuhan tersebut ditambahkan aditif dalam pakan (Mc- Donald, 2002), salah
satu aditif pemacu pertumbuhan adalah antibiotik atau sering disebut antibiotic
growth promoters (Wahyu, 2004). Tepung cacing tanah dapat dijadikan antibiotik
karena mengandung zat aktif lumbricine yang bersifat anti mikroba (Cho et al,.
1998) sehingga penambahan tepung cacing tanah dalam pakan ternak disinyalir
dapat meningkatkan performa ternak. Hasil penelitian ternyata menunjukkan
penambahan aditif tepung cacing tanah yang sudah diformulasi berpengaruh
terhadap performan ayam broiler
Berdasarkan pemberian aditif pakan mengandung tepung cacing tanah ternyata
berbeda tidak nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam, tetapi secara nyata
(P<0,05) menyebabkan perbedaan konsumsi dan konversi ransum (FCR). Ratarata konsumsi tiap perlakuan selama 32 hari pemeliharaan dalam gram/ekor.
.Level penambahan aditif tepung cacingtanah berbeda tidak nyata terhadap
konsumsi. Hal ini disebabkan karena aditif tepung cacing tanah perananannya
serupa dengan penambahan antibiotik dosis rendah dalam pakan. Sesuai dengan
hasil penelitian Indrawani (1987) bahwa pemberian antibiotik dalam pakan dapat
menurunkan konsumsi, dan Wiyana (2006) menyatakan bahwa penambahan
antibiotik dalam pakan tidak berpengaruh terhadap konsumsi, sedangkan Bintang
et al. (1985) menyatakan bahwa penambahan antibiotik dalam pakan dapat
meningkatkan konsumsi. Tepung cacing tanah mempunyai bioaktif anti bakteri
yang disebut lumbricine (Cho et al., 1998) yang mampu menghambat
perkembangan bakteri patogen dalam dinding usus sehingga populasi bakteri
patogen berkurang. Berkurangnya populasi bakteri patogen tersebut akan
meningkatkan absorbsi zat makanan. Laju absorbsi makanan berpengaruh
terhadap konsumsi sehingga meningkatkan glukosa darah. Glukosa darah yang
meningkat (hyperglisemi) akan menurunkan nafsu makan karena akan
menstimulasi pusat rasa kenyang pada hypotalamus bagian ventro media
hypotalamus (VMH) (Zuprizal, 2006). Peningkatan glukosa darah juga
disebabkan oleh kandungan lemak tepung cacing tanah yang tinggi (18,5%),
gliserol dari asam lemak hasil pencernaan diubah menjadi fruktosa selanjutnya
menjadi glukosa sebagai sumber gula darah (Wahyu, 2004). Penyebab lain diduga
karena absorbsi zat makanan berjalan dengan baik akibat berkurangnya bakteri
patogen pada vili-vili usus sehingga ayam tidak banyak mengeluarkan energi
Ramuan
Untuk
aureus,
Escherichia
coli
dan
Pseudomonas
aeruginosa
dan dapat digunakan sebagai obat antibakteri pada saluran pencernaan, sedangkan
minyak atsiri bersifat antibakteri (HADI, 1996), demkian pula adanya berbagai
kombinasi ramuan herbal seperti sirih (MOELJANTO dan MULYONO, 2003);
bawang putih (SYAMSIAH dan TAJUDIN, 2005); bawang merah (RAHAYU dan
BERLIAN, 2004); sereh (SARWONO, 2002); kunyit berfungsi mematikan kuman
mengandung komponen kurkuminoid yang mempunyai efek antibakteri cukup
kuat terhadap bakteri gram positif dan gram negatif serta kencur mengandung
antibakteri (ANONIM, 2005 dan MAHENDRA, 2005). Jadi berdasarkan hasil
pengujian daya hambat antimikroba dalam ramuan herbal yang
diteliti dapat direkomendasikan sebagai feed additive untuk ternak broiler.
Perlakuan pemberian ramuan herbal tidak memberi pengaruh yang nyata pada
konsumsi pakan, konversi pakan, rasio efisiensi protein, persentase karkas dan
persentase lemak abdominal.Namun ditinjau dari aspek biologis konsumsi pakan
dan rasio efisiensi protein serta konversi pakan terbaik pada perlakuan 2.5 ml per
liter air minum. Diduga zat bioaktif dalam ramuan herbal yang sangat tepat
dosisnya dalam kombinasi ramuan dan adanya efek dari kombinasi bahan yang
bersifat saling melengkapi (sparing effect), berefek positif terhadap beberapa
parameter performans. Pertambahan bobot badan tertinggi diperoleh pada
perlakuan P1 (P <0,05), hal ini dapat disebabkan karena selain mengandung
antibiotik, ramuan herbal juga mengandung minyak atsiri dan kurkumin yang
berperan meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang dinding empedu
mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang
mengandung enzim amilase, lipase dan protease untuk meningkatkan pencernaan
bahan
pakan
karbohidrat,
lemak
dan protein
(WINARTO,
2003
dan
BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
Pemanfaatan tanaman tradisional bisa diterapkan dalam budidaya ayam lokal
sesuai dengan berbagai hasil penelitian. Umumnya tanaman tersebut digunakan
sebagai feed additive untuk meningkatkan performa ayam dan kesehatan ayam,
sehingga dihasilkan produk yang lebih baik kualitasnya dan aman. Berbagai
tanaman tradisional yang biasa digunakan antara lain: lempuyang, kencur, kunyit,
lidah buaya, bawang putih, temu lawak, daun beluntas, daun katuk, daun
sambiloto, limbah buah merah, dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanfaatan tanaman-tanaman tersebut mampu meningkatkan performa dan
kesehatan ayam, akan tetapi masih sedikit informasi mengenai level optimum
penggunaannya untuk dicampur dalam pakan ayam.
Dengan pemanfaatan teknik nuklir melalui radiasi pakan untuk pengukuran
mineral dan penandaan pad a protein mikroba telah diperoleh dua suplemen pakan
yaitu UMMB dan SPM. Produktivitas sapi potong dan sapi perah dan kualitas air
susu meningkat. Ternak yang diberi SPM, kandungan nitrogen dalam feses
cenderung lebih rendah, ini berarti bahwa nitrogen yang tersedia banyak
dimanfaatkan oleh ternak dalam upaya peningkatan produksinya. Hasil
pengolahan limbah peternakan cenderung memberikan kontribusi terhadap
ketersediaan kandungan nitrogen dalam kompos, terutama pada pembuatan
kompos yang diberi naungan. Hal ini didukung oleh hasil aplikasi kompos pada
tanaman padi Mira I, walaupun produktivitas tanaman padi yang terserang hama,
cenderung meningkat.
Ramuan herbal mengandung antibakteri yang dapat menghambat bakteri
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan menekan
jumlah kematian broiler. Penggunaan ramuan herbal pada level 2.5 ml per liter air
minum dapat memberi pengaruh terbaik terhadap pertambahan bobot badan.
Ditinjau dari aspek biologis, level ramuan herbal sebanyak 2.5 ml per liter
airminum cenderung memperbaiki konsumsi pakan, konversi pakan maupun rasio
efisiensi protein.
DAFTAR PUSTAKA
Padjajaran. Bandung.
HENDRATNO, C., NOLAN, J.V.& LENG, RA. The Importance of UreaMolasses multinutrient blocks for ruminant production in Indonesia. In
Isotope and Related Techniques in Animal Production and Health. Vienna:
pada ternak unggas: pengaruh pemberian gel lidah buaya atau ekstraknya
dalam ransum terhadap penampilan ayam pedaging. Seminar Nasional
ROSARI LUBIS
05041281520044