PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gallus domesticus. Ayam ras pedaging adalah salah satu dari ternak Alternative
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dari kuantitas penduduk yang semakin
mengalami peningkatan dari waktu kewaktu, dengan ciri khas ayam ras pedaging
Hal itu karena harga daging yang terjangkau dan mudah dalam memperolehnya
Efisiensi dalam penggunaan ransum, masa panen pendek, serta memiliki tekstur
peran penting kerena tinggi atau rendahnya produksi ternak ditentukan oleh
produksi ternak. Pakan komersial yang berkualitas sangat tergantung pada harga
bahan baku pakan yang diimpor sehingga rawan terhadap kenaikan harga. Biaya
ransum merupakan biaya terbesar yaitu sekitar 70 % dari total produksi dan
1
merupakan kendala yang paling sering mengguncang stabilitas peternakan ayam
ras. Hal ini dipengaruhi juga dengan makin tingginya harga pakan pabrik, karena
hampir sebagian besar bahan bakunya masih diimport dari luar negeri.
baku pakan impor, telah berdampak pada tingginya biaya produksi. Bahan pakan
yang dimpor dari luar sepertia jagung, tepung ikan dan tepung tulang bungkil
kedelai, tepung daging serta bahan pakan lainnya misalnya vitamin dan mineral.
Selain disebabkan karena bahan ransum ayam diimpor dari luar, penyebab
lain yang menyebabkan mahalnya harga bahan pakan yaitu bersainya dengan
kebutuhan manusi. Hal ini akan semakin meningkatkan harga bahan pakan,
Bahan pakan ternak unggas yang bersaing dengan kebutuhan manusia contohnya
sakala kecil mengalami kendala dalam penyedian bahan pakan. Alternative yang
dapat dilakukan untuk menurunkan biaya pakan yaitu dengan membuat pakan non
bahan-bahan yang ada disekitar atau dapat berasal dari limbah pertanian dan
perikanan. Penggunaaan bahan pakan yang berasal dari tanaman atau limbah
pertanian dan perikanan terdapat masalah yaitu rendahnya kulaitas ransum yang
kasar.
2
Penyediaan ransum yang memadai secara kuantitas dan kualitas sangat
memerlukan ransum yang tepat, berimbang dan efisien. Oleh karena itu dalam
penyusunan ransum dari limbah atau bahan lain perlu memperhatikan kandungan
pada leguminosa tinggi. Tanaman leguminosa yang dapat dapat dijadikan bahan
dalam membuat pakan alternatif yaitu daun kelor, daun gamal dan daun lantoro.
dau kelor, daun gamal dan daun lantoro diharapkan ransum memiliki kandungan
yang tinggi. Hal ini dikarenakan kandungan daun kelor, daun gamal dan daun
lantoro berkisar protein antara 21-25%. Kandunagan ransum yang disusun dari
daun kelor, daun gamal dan daun lantoro dapat ditingkatkan kandungan nutrisinya
dengan penambahan bahan pakan lain. Bahan pakan yang dapat ditambahkan
yaitu jagung dan dedak padi yang berfungsi sebagai sumber energi.
sumber protein seperti tepung ikan yang dapat dibuat dari penggilingan ikan-ikan
kecil atau limba penjualan ikan yang ada dipasar. Selain tepung ikan yang dapat
dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein, tepung keong mas juga memilki
potensi sebagai sumber protein pada ransum ayam. Tepung keong mas berasal
3
dari keong mas yang banyak hidup didaerah persawahan yang menjadi hama bagi
petani.
kandungan protein tinggi tidak menjadi solusi dari tingginya serat kasar yang
tinggi yang tidak mudah dicerna oleh ayam broiler yang dapat berpengaruh
menurunkan kadar serat kasar yang tinggi. Cara yang yang dapat dilakukan untuk
enzim yang mengurai serat kasar menjadi gula sederhana yang yang dapat dicerna
daun kelor, daun lamtoro dan tepung keong mas telah banyak dilakukan dengan
paling baik dibandingkan dengan penggunaan tepung daun lantoro atau tepung
daun gamal. Menurut Mandey (2015) penggunaan tepung daun lantoro sebanyak
20% memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan penggunaan pada taraf 5%,
10% dan 15%. Menurut Wijaya, Jailani dan Sri (2016) penambahan tepung keong
mas pasa ransum ayam broiler sebanyak 15 % dari total ransum yang diberikan
4
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian untuk mengetahui
perbedaan pertambahan bobot badan ayam broiler dengan pemberian pakan non
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Peneltian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Integrasi
dari ternak dapat diperoleh dengan mengambil daging, telur, susu atau kulitnya.
muslim.
Agama Islam adalah agama yang dalam menjalankan ibadah tertentu harus
membutuhkan hewan ternak misalnya Aqiqah dan Qurban. Selain itu dalam
penyebaran agama Islam Nabi dan Rasul yang diutus tidak ada yang tidak
sehingga menjadi ujian kesabaran bagi nabi atau rasul yang diutus kepada
kandungan nutrisi yang tinggi terutama kandungan protein. Selain itu produk-
harga produk peternakan dapat dinikmati dengan harga yang cukup murah.
6
Selain produk-produk berupa daging, susu, telur dan kulit, terdapat
manfaat lain yang dapat diperoleh dari ternak yaitu kotornan atau feses dari ternak
dapat dimanfaat untuk biogas atau sebagai pupuk kandang. Manfaat lain yang
dapat diperoleh dari ternak yaitu sebagai tabungan infestasi, kendaran dan dapat
digunakan sebagai tenaga tambahan dalam penglahan lahan pertanian. Allah SWT
yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan
(juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian
Pada ayat diatas Allah swt menjelaskan mengenai manfaat ternak yang
dapat berupa susu terkhusus pada ternak besar seperti sapi. Selain itu terdapat
Salah satu jenis ternak yang paling banyak dikonsumsi manusia untuk
memenuhi kebutuhan protein yaitu ayam. Hal ini dikarenakan harga yang murah
serta mudah didapat. Selain itu hampir semua lapisan masyarakat memelihara
ayam sehingga daging ayam tidak asing bagi masyarakat. Allah Swt menjelasakan
7
ayam sebagai ternak yang halal untuk dikonsumsi pada QS al-An`am/6:142 yaitu
sebagai berikut:
142. Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang
untuk disembelih. makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu
Maksud dari ayat diatas adalah bahwa Dijelaskan dalam ayat ini bahwa
sedikitnya ada dua fungsi pada binatang ternak yaitu pertama binatang ternak
sebagai alat angkut atau alat transportasi (Hamulatan) seperti kuda, sapi, dan
keledai. Fungsi yang kedua yaitu binatang ternak sebagai bahan makanan
tubuhnya hampir menyentuh dengan tanah, dan dapat disembelih yaitu seperti
kambing, domba, sapi dan sebagainya (Shihab, 2002). Sejalan Sejalan dengan
B. Kajian Teoritis
cepat yang dapat dipanen dalam kurung waktu 45 hari. Ayam broiler mampu
8
mengoptimalkan pemanfaat pakan yang diberikan menjadi jaringan penyusun
Bibit ayam broiler atau biasa disebut DOC (Day old Chicken) adalah ayam
yang berumur 1 hari – 7 hari. Bibit unggas harus dipilih dari bibit yang baik, bibit
yang jelas mutunya, bibit yang tinggi produktivitasnya. Setelah memperoleh bibit
yang baik maka bibit unggas tersebut harus dipelihara dengan baik. Dengan
demikian, sisi kaki kanan segi tiga tersebut adalah faktor kedua pilar peternakan
kandang yang baik, lantai yang kering, tempat pakan dan air minum yang
memadai, terhindar dari hujan, binatang liar, suara bising, dan terhindar dari
Bibit unggas yang unggul dan dipelihara di dalam kandang yang nyaman,
tidak akan berproduksi tinggi jika tidak diberi pakan dengan baik. Oleh karena itu,
sisi kaki kiri segitiga tersebut adalah pilar ketiga peternakan yaitu: Pakan. Ternak
rekomendasi, pakan tidak tengik, tidak berjamur, bebas dari benda asing seperti
plastik, besi, kaca atau sejenisnya yang tidak berguna bagi ternak unggas. Jika
ketiga pilar peternakan di atas dijadikan sebagai sisi- sisi segitiga sama sisi, maka
rapih. Segitiga yang sempurna adalah usaha peternakan unggas yang memiliki
bibit unggas yang unggul, menerapkan manajemen yang baik dan nyaman buat
9
unggas dan pemiliknya serta memberi pakan unggas yang bermutu baik, bersih
dan cukup jumlahnya sehingga unggas mampu berproduksi optimal dan efisien
(Pius, 2010). Dari ketiga komponen segitiga peternakan tersebut yang perlu
Pakan dalah segala sesuatau yang dapat dikumsumsi ternak yang dapat
dijadikan sebagai sumber nutrisi untuk melansungkan kehidupan ternak. Selain itu
pakan merupakan kompenen atau unsur dengan pembiayaan paling besar sekitar
60-70% dari total biaya produksi. Pakan yang diberikan kepada broiler harus
optimal dari ayam broiler. Kandungan nutrisi yang harus terkandung dalam pakan
broiler. Biaya pakan yang harus dikeluarkan pada usaha ternak ayam sangat besar
yaitu 60- 70% dari total biaya produksi, upayaupaya yang dapat menekan biaya
(Rasyaf, 2007).
selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Ransum dinyatakan
tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrisi tersebut bagi ternak. Ransum
yang diberikan pada ayam broiler harus berkualitas, yakni mengandung nutrisi
yang sesuai dengan kebutuhan ayam. Ayam tidak bisa menghabiskan ransum
10
secara keseluruhan, tetapi hanya mampu mengkonsumsi sebagian dari porsi
ransum yang diberikan. Sebagian dari porsi ransum ini disebut zat pakan atau
nutrisi. Nutrisi dilepaskan saat dicerna, kemudian diserap masuk ke cairan dan
jaringan tubuh. Secara garis besar, nutrisi dalam ransum ayam terdiri dari
menjadi dua kelompok umur yaitu: umur 0 – 3 minggu (starter), dan 3 – 6 minggu
(finisher). Jenis kebutuhan gizi ayam pedaging hanya dibatasi pada yang paling
penting saja yaitu: protein, energi, asam amino lisin, metionin, dan asam amino
metionin + sistin, kalsium (Ca), dan fosfor (P) tersedia atau P total Kebutuhan
protein untuk ayam pedaging umur 0 – 3 minggu adalah 23% dengan minimum
19% dan turun menjadi 20% dengan anjuran minimum 18% pada ayam pedaging
yang berumur 3 – 6 minggu. Pada formula pakan tertentu, asam amino treonin,
triptofan dan asam amino arginin juga defisien. Kebutuhan energi sama untuk
semua umur yaitu 3200 kkal EM/kg pakan dengan kandungan energi minimum
Pada umumnya para peternak baik skala peternakan rakyat atau dalam
ayam broiler yang dipeliharannya. Hal ini dikarenakan pakan komersil sudah
kandungan nutris yang harus terdapat dalam formulasi ransum ayam broiler dapat
11
Tabel 1 Kebutuhan Gizi Ayam Broiler
y Gizi Starter (0 – 3 minggu) Finisher (3 – 6 minggu)
Kadar air (%) 10,00 (maks. 14,0) 10,00 (maks. 14,0)
Protein (%) 23 (min. 19,0) 20 (min. 18,0)
Energi (Kkal EM/kg) 320 (min. 2900) 3200 (min. 2900)
Lisin (%) 1,10 (min. 1,10) 1,00 (min. 0,90)
Metionin (%) 0,50 (min. 0,40) 0,38 (min. 0,30)
Metionin + sistin (%) 0,90 (min. 0,60) 0,72 (min. 0,50)
Ca (%) 1,00 (0,90 – 1,20) 0,90 (0,90 – 1,20)
P tersedia (%) 0,45 (min. 0,40) 0,35 (min. 0,40)
P total (perkiraan, %) (0,60 – 1,00) (0,60 – 1,00)
Sumber: NRC (1994) dan SNI (2008).
sangat beragam baik jenis produk maupun hasil dari tiap pabrik sehingga harga di
pasaranpun tidak sama satu sama lain. Bahan baku impor yang digunakan
menyebabkan harga pakan komersial mejadi relatif mahal namun tetap diminati
oleh peternak karena mudah didapat dan lebih praktis diberikan pada ternak
(Mardiyanto, 2009)
sudah disusun berdasarkan nilai kebutuhan nutrisi ternak dari kandungan nutrisi
yang lengkap dan berkualitas namun dalam pakan komersial digunakan antibiotik
12
mikrobia (Chopra dan Robert, 2001). Penggunaan antibiotik dalam pakan
komersil dapat menimbulkan residu pada daging ayam broiler. Selain bahaya
residu antibiotik yang bermasalah pada pakan komersil, permasalahan lain yang
utamanya pada peternaka adalah mahalnya harga dari pakan komersil tersebut.
Terdapat tiga faktor utama yang merupakan problem dalam bahan pakan
kuantitas pakan. Ketiga hal tersebut adalah harga bahan makanan penyusun pakan
tersebut dan kandungan zat-zat makanan bahan makanan unggas (Widodo, 2000)
untuk menyusun pakan. Semakin murah harga suatu bahan makanan maka akan
bergantung pada beberapa hal, antara lain jenis bahan pakan, kebijakan
pemerintah dalam bidang makanan ternak, impor bahan makanan, kondisi panen
dan tingkat ketersediaan bahan makanan tersebut pada suatu daerah (Widodo,
2000).
seperti jagung, sorghum dan padi-padian lainnya berharga murah kecuali minyak.
Harga minyak mahal karena murni sebagai sumber energi tanpa ada sumber zat
makanan lainnya dan umumnya buatan pabrik. Kandungan energi minyak berkisar
antara 8400 – 8600 kkal/kg bergantung dari bahan dan kualitas minyak tersebut.
Minyak dianjurkan untuk diberikan pada unggas dalam jumlah yang relatif
13
sedikit. Campuran minyak pada pakan maksimal di bawah 5%. Apabila minyak
dalam pakan berlebihan akan menyebabkan pakan mudah tengik (Widodo, 2000).
Bahan makanan sumber energi yang lain seperti sorghum harganya selalu
sorghum relatif lebih rendah. Selain itu sorghum memiliki kandungan anti nutrisi
tannin yang sangat berbahaya bagi unggas. Tannin menyebabkan protein tidak
terserap karena diikat oleh tannin dalam saluran pencernaan. Beberapa penelitian
(Widodo, 2000).
Bahan pakan yang berkualitas dan mengandung gizi tinggi relatif mahal, karena
pakan konvensional masih di impor seperti jagung dan bungkil kedelai dan
diperlukan upaya untuk memperoleh bahan pakan alternatif yang relatif murah,
mudah didapat dan bernilai gizi cukup. Beberapa bahan pakan tersebut dapat
berasal dari limbah hasil pertanian seperti ampas sagu, dedak, kulit pisang, limbah
buah pokat, limbah ubi kayu, limbah buah durian dan dari limbah agro industry
seperti bungkil inti sawit, kulit buah coklat, kulit buah kopi (Nuraini, 2016).
14
Meskipun pada umumnya limbah pertanian selalu dikaitkan dengan harga
yang murah dengan kualitas yang rendah, akan tetapi ada beberapa hal yang perlu
seperti zat racun atau anti nutrisi, serta perlu tidaknya bahan itu diolah sebelum
Bahan pakan non konvensional dapat dibuat dari tanaman dari jenis
tanaman pohon dan perdu yang tidak dapat dijangkau ternak. Pemanfaatan
manusia. Daun-daun dari jenis tanaman ini dapat diolah menjadi tepung daun
kasar yang sukar dicerna oleh unggas apabila dalam persentasi yang banyak. Oleh
sebab itu perlu dilakukan perlakuan atau penyusunan dengan bahan pakan lain
sehingga dapat menambah nilai gizi dari bahan pakan konvensioal tersebut. Selain
leguminosa bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan non konvensional
dapat berasal dari limbah pertanian seperti dedak padi dari penggilangan gabah
atau dari keong mas yang menjadi hama bagi tanaman padi itu sendiri. Untuk
15
menyusun pakan non konvesional bahan-bahan yang dapat digunakan harus
memenuhi kebutuhan energi, protein dan nutrisi lainnya. Bahan-bahan yang dapat
dijadikan sebagai bahan pembuatan pakn non konvensional yaitu sebagai berikut:
spesies tumbuhan dalam Family moringaceae yang tahan tumbuh di daerah kering
tropis dan. Species ini merupakan salah satu tanaman di dunia yang sangat
bermanfaat, karena semua bagian dari tanaman seperti daun, bunga dan akar dapat
(Sjofjan, 2008). Tumbuhan ini juga sering kali dikonsumsi oleh masyarakat
dengan cara diolah menjadi sayur, tanaman ini selain bernilai nutrisi tinggi juga
memiliki citarasa yang enak serta sering pula digunakan sebagai obat-obatan
sapi, babi, kelinci dan cocok untuk pakan ikan-ikan budidaya seperti gurami. Kulit
kayu, daun dan akar mempunyai bau yang sangat tajam dan menyengat, juga
2008). Kelebihan lain dari tanaman ini memiliki kemampuan adaptasi dengan
lingkungan yang baik olehnya itu dapat tumbuh dengan muda dan cepat meskipun
kondisi curah hujan menyebabkan tanaman ini mudah tumbuh (Nuraeni, 2016).
16
Kelor pada umumnya dapat dijadikan sebagai pakan ternak tetapi
dapat mengganggu kesehatan ternak jika diberikan dengan dosis yang berlebih,
sebab selain mengandung zat-zat nutrisi tinggi yang bermanfaat bagi tubuh ternak,
tepung daun kelor juga mengandung zat-zat antinutrisi baik itu secara alami ada
dalam tanaman maupun diperoleh dari pestisida ataupun pupuk yang diberikan
Pemberian tepung daun kelor dengan level 5-20% pada ayam pedaging
bungkil kedelai dalam pakan tanpa memberikan dampak terhadap performa ayam
berat badan, konversi pakan, berat badan akhir dan biaya pakan (Feed cost) per kg
17
2. Lantoro (Leucaena leucocephala)
ransum ayam. Ditinjau dari kandungan proteinnya, daun lamtoro lebih baik
merupakan sumber beta caroten yang baik, yang penting pada warna kuning telur.
ayam menjadi terbatas. Untuk anak ayam disarankan tidak lebih dari 5%
yang dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif untuk unggas di daerah
tropis (Agbede, 2003). Tanaman ini adalah leguminosa pohon yang keras dan
tahan kering, mengandung protein yang tinggi dan biasa digunakan sebagai bahan
adalah 88,2% bahan kering, 21,8% protein kasar, 15,1% serat kasar, 3,1% abu,
8,6% ekstrak eter, dan 50,7% BETN. Sedangkan menurut Ayssiwede, et al. (2010)
lamtoro penting sebagai sumber bahan pakan karena kaya akan protein, asam-
18
Berbagai variasi dalam performans yang dihasilkan adalah tergantung pada
level dan nilai nutrisi lamtoro yang digunakan. Bahan pakan daun lamtoro
tepung daun lamtoro pada beberapa level dalam pakan dasar terhadap performans
menguntungkan jika bisa dibuat tepung daun lamtoro. Bahan ini dapat digunakan
sebagai sumber protein nabati yang cukup baik untuk campuran pakan ternak.
Selain itu, kandungan xanthophylnya cukup baik sekitar 660 ppm. Nilai ini jauh di
atas kandungan xanthophyl jagung, sekitar 20 ppm. Oleh karena itu, tepung daun
lamtoro dapat juga digunakan sebagai pewarna kuning di bagian kaki dan kulit
mimosin atau zat yang dapat menyebabkan kerontokan bulu unggas, lalu
ditumbuk atau digiling menjadi tepung. Dalam industri pakan, umumnya bahan
baku ini tidak digunakan karena kesulitan pengadaannya dan tidak ada jaminan
didapatkan pohon lamtoro, sangat baik jika dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pakan. Jika dibuat tepung, daun lamtoro akan menghasilkan rendemen 30%
dari bobot daun basah (Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan, 2013).
19
Menurut Tirajoh, Usman dan Baliadi (2017) daun lamtoro pada taraf 3, 5
dan 7% dalam pakan basal tidak memberikan hasil yang berbeda nyata, akan
tetapi berbeda nyata dengan kontrol atau pakan basal (tanpa daun lamtoro)
(P<0,05). Demikian pula hasil kajian ini diperoleh rata-rata bobot badan akhir
dengan hasil penelitian yang dilaporkan Udjianto (2016) maupun Sartika (2016)
yaitu sebesar 830,55 g/ekor. Hal ini disebabkan adanya penambahan daun lamtoro
sebagai sumber protein hewani untuk ayam adalah “Golden snail” atau yang lebih
(2002), keong mas ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi dan dapat dijadikan
bahan pakan untuk ayam. Keong mas mempunyai sifat herbivora Poliphagus
yaitu sangat rakus terhadap tumbuhan air. Karena itu, dikhawatirkan pada suatu
waktu akan terjadi ledakan populasi keong mas dan menjadi hama pertanian yang
Keong mas adalah hama pada pertanian padi yang memakan tanaman padi
hitam, konde atau susunan rumahnya tinggi, lingkaran kondenya berkanal dalam,
dan kelompok telurnya merah jambu seperti buah Murbei, Cangkang berbentuk
20
bulat mengerucut berdiameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm dan berat 4,2-15,8
Keong mas berkembangbiak dengan telur. Satu keong mas betina mampu
sampai umur 3-4 tahun. Induk keong mas meletakkan telur-telurnya pada batang
padi. Keong mas bertelur pada pagi hari dan sore hari, telur akan menetas dalam
waktu 7-14 hari. Keong kecil akan mengkonsumsi batang padi sehingga tanaman
padi akan mati dan mengancam petani terancam gagal panen. Pada umur 60 hari
bahan baku lokal yang mudah didapatkan dan sering ditemui sebagai hama bagi
petani. Keong mas dapat diperoleh cukup banyak dilahan-lahan pertanian seperti
sawah. Alternatif penggunaan protein hewani yang dalam konteks ini keong mas
merupakan hal yang positif, karena jika tidak dimanfaatkan akan berdampak
negatif terhadap lingkungan. Penggunaan keong mas sebagai pakan ayam broiler
Tepung keong mas memiliki kandungan protein cukup tinggi, sekitar 52%.
Proses pembuatan tepung keong mas relative mudah, keong mas dicuci dengan
dicuci lagi, ditiriskan dan di iris-iris tipis. Irisan daging keong mas dijemur hingga
kering dan digiling menjadi tepung (Ichwan, 2003). Penggunaan tepung keong
21
mas sebanyak 20% dalam ransum dapat dijadikan pakan alternatif sebagai
pengganti tepung ikan pada formula ransum (Budiari dkk, 2016). Pemberian
tepung keong mas untuk ayam broiler sebaiknya diberikan sebanyak 4% dalam
ransum (Harmentis et al., 1998), berbeda dengan Kusuma, dkk (2016) yang
4. Dedak Padi
Benua Afrika dan Benua Amerika Latin (sekitar dua pertiga dari populasi
produksi dan konsumsi beras dunia. Dedak merupakan hasil ikutan padi,
jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang di giling menjadi beras. Gabah
tersusun dari tiga bagian yang akan menentukan nilai dari setiap dedak. Penyusun
gabah adalah kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral
disebut sekam, selaput perak yang kaya akan protein dan vitamin B1, juga lemak
dan mineral disebut dedak padi dan lembaga beras yang sebagian besar terdiri dari
karbohidrat yang mudah dicerna disebut bekatul. Secara umum istilah hasil ikutan
Secara kualitatif kualitas dedak padi dapat diuji dengan menggunakan bulk
density ataupun uji apung. Makin banyak dedak padi yang mengapung, makin
jelek kualitas dedak padi tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa,
warna, bau dan uji sekam (Flouroglusinol) dapat dipakai untuk mengetahui
kualitas dedak padi yang baik. Bau tengik merupakan indikasi dedak mengalami
22
kerusakan. Oleh karena itu cara yang umum dilakukan untuk mencegah
yaitu dedak padi mutu I, mutu II dan mutu III. Pemberian pada ternak tergantung
dari komposisi bahan penyusunnya. Bahan ini biasa digunakan sebagai sumber
energi bagi pakan unggas khususnya unggas layer, yang mana penggunaanya rata-
rata mencapai 10-20% di usia produksi. Dedak padi diperoleh dari penggilingan
padi menjadi beras. Banyaknya dedak padi yang dihasilkan tergantung pada cara
dan 1-17% menir dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Dedak padi sangat
disukai semua ternak, pemakaian dedak padi dalam ransum ternak umumnya
Dedak padi banyak digunakan secara luas oleh sebagian peternak sebagai
bahan pakan yang berasal dari limbah agroindustri. Dedak mempunyai potensi
yang besar sebagai bahan pakan sumber energi bagi ternak. Kelemahan utama
dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi, yaitu 13,0% dan adanya
senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dapat
proteinnya yang berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan ini sangat diperhitungkan
dalam penyusunan ransum unggas. Kelemahan lain pada dedak padi adalah
23
kandungan asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin
5. Tepung ikan
Tepung ikan dapat berasal dari ikan jenis kecil maupun jenis besar atau
Kendala yang sering dijumpai adalah bahwa kadar lemak yang tinggi dari tepung
ikan karena bahan baku awal tinggi lemak atau dalam proses pengolahan tidak
dilakukan pembuangan lemaknya. Tepung ikan yang baik bila kadar lemak 10%
dan tidak asin. Rasa asin ini terjadi karena penambahan NaCl sebagai pengawet
sering ditambahkan pada bahan baku ikan yang kurang segar. Tepung ikan yang
ada di Indonesia dibedakan antara impor dan lokal. Sementara ini tepung impor
dianggap lebih baik karena protein kasar lebih dari 60% dan kadar lemak rendah,
sedangkan tepung ikan lokal dengan konversi randemen 20% dari bahan baku
hanya mempunyai kadar protein kasar 55-58% dan termasuk grade C. pemakaian
tepung ikan untuk ransum unggas berkisar 10-15% dengan syarat sumbangan
2013).
bakunya, yaitu diolah dari ikan utuh, ikan limbah, limbah ikan, atau campurannya.
Perbedaan sumber bahan baku tepung ikan dapat dilihat dari kadungan proteinnya.
Tepung ikan yang diolah dari ikan utuh atau ikan limbah jenis ikan pelangis yang
24
ikan teri berkisar 53,5 %, dan yang berasal dari limbah ikan sekira 46 % (Widodo,
Menurut Baye dkk (2015) penggunaan tepung ikan dalam ransum ayam
broiler umumnya memanfaatkan ikan teri karena dianggap praktis, tersedia dan
mudah diolah. Kendala penggunaan ikan teri adalah dari segi harga yang cukup
bersumber dari bahan baku lain dengan kualitas yang sebanding, diharapkan
6. Jagung
dipakai, pemupukan serta cuaca. Jagung merupakan pakan yang sangat baik untuk
ternak. Jagung sangat disukai ternak dan pemakaiannya dalam ransum ternak
tidak ada pembatasan, kecuali untuk ternak yang akan dipakai sebagai bibit.
lemak. Jagung tidak mempunyai anti nutrisi dan sifat pencahar. Walaupun
demikian pemakaian dalam ransum ternak terutama untuk bibit perlu dibatasi
karena penggunaan jagung yang tinggi dapat mengakibatkan sulitnya ternak untuk
berproduksi. Disamping itu penggunaannya pada ternak muda yang akan dipakai
bibit perlu dibatasi karena selain tidak ekonomis bila dipergunakan tinggi dalam
ransum juga karena penggunaan yang terlampau tinggi dapat menyulitkan ternak
25
Secara kualitatif kualitas butiran jagung dapat diuji dengan menggunakan
Bulk density ataupun uji apung. Bulk density butiran jagung yang baik adalah
626.6 g/liter, sedangkan untuk jagung giling yang baik berkisar antara 701.8 –
722.9 g/liter. Makin banyak jagung yang mengapung berarti makin banyak jagung
yang rusak. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, dan bau dapat
dipakai untuk mengetahui kualitas jagung yang baik Jagung merupakan butiran
yang mempunyai total nutrien tercerna (TDN) dan net energi (NE) yang tinggi.
Kandungan TDN yang tinggi (81.9%) adalah karena : (1) jagung sangat kaya akan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) yang hampir semuanya pati, (2) jagung
mengandung lemak yang tinggi dibandingkan semua butiran kecuali oat, (3)
jagung mengandung sangat rendah serat kasar, oleh karena itu mudah dicerna.
Kandungan protein jagung rendah dan defisiensi asam amino lisin. Dari butiran
yang ada, hanya jagung kuning yang mengandung karoten. Kandungan karoten
jagung akanmenurun dan atau hilang selama penyimpanan (Widodo, 2000, Bagau,
2012).
Meskipun jagung sumber energi tercerna yang unggul tetapi jagung rendah
protein dan proteinnya berkualitas rendah (defisien lisin). Isi protein kasar jagung
sangat berubah-ubah dan secara umum berkisar dari 90 sampai 140 g/kg BK
warna daging dan kuning telur. Menurut Amrullah (2003) jagung mengandung 5
ppm Xantophil dan 0,5 ppm karoten. Ayam yang memperoleh jagung, warna
26
pigmen dalam lemak tubuh dan kuning telurnya mempunyai skor yang tinggi.
Penggunaan
jagung dalam ransum ayam broiler dapat mencapai hingga taraf 70%.
yang rendah dan proteinnya berkualitas rendah (defisien lisin) (Amrullah, 2003).
Pertambahan bobot badan adalah hal yang sangat penting dalam industry
dalam penggunaan pakan. Untuk mencapai pertambahan bobot badan yang baik
pada ayam broiler harus memenuhi nutrsi untuk aktifitas hidup seperti bernapas
dan berjalan. Ketika nutrisi Maintenace terpenuhi dan nutrsi dari pakan masih ada
maka akan digunakan untuk memperbaiki atau membangun jaringan baru atau
badan yang baik harus memperhatikan kecukupan nutrisi pada pakan yang
diberikan.
mingguan tidak terjadi secara seragam. Setiap minggu pertumbuhan ayam broiler
perbedaan bobot badan antara ternak yang diberikan ransum ad libitum dengan
27
ternak yang mendapatkan rasio ransum yang optimal dengan ternak yang
meliputi pertambahan bobot badan dan pembentukan semua bagian tubuh secara
jaringan pembangun seperti urat daging, tulang dan jaringan tubuh lainnya
(kecuali lemak). Pertumbuhan juga meliputi penambahan jumlah protein dan zat
perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan agar produksi ayam saat pemanenan dapat
stabil dan baik. Untuk mendapatkan produksi yang baik perlu diadakan kontrol
dengan penimbangan yang teratur setiap pekannya. Apabila berat ayam belum
kekurangan berat badan dari standar. Akan tetapi bila bobot badan ayam telah
melebihi standar, maka jumlah pakan yang diberikan tetap sama dengan jumlah
hari, tiap pekan, atau tiap waktu lainya. Berat badan seekor ternak dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti bangsa, makanan, jenis kelamin dan musim. Pada
musim panas nafsu makan ternak menurun, sehingga jumlah makanan yang
28
dikonsumsi menurun dan mempengaruhi berat badan. Untuk memperoleh bobot
badan yang maksimal maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu
bibit yang baik, temperatur lingkungan, penyusunan ransum dan kandang yang
berpengaruh pada per- tambahan bobot badan yaitu perbedaan jenis kelamin,
konsumsi pakan, ling- kungan, bibit dan kualitas pakan. Uzer dkk (2013) bahwa
pertambahan bobot badan sangat berkaitan dengan pakan, dalam hal kuantitas
yang berkaitan dengan konsumsi pakan apabila konsumsi pakan terganggu maka
broiler pekan 1 jantan 167 gram, betina 125, pekan 2 bobot badan jantan 429
gram, betina 262, pekan 3 bobot jantan 820 gram betina 390 gram dan pada pekan
atau leguminosa terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukan hasil yang
beragam. Kemungkinan hal ini disebabkan karena perbedaan nutrisi atau keadaan
daun lantoro atau tepung daun gamal. Sedangkan menurut, Olugbemi et al.,
(2010) menyatakan bahwa menggunakan ransum dengan campuran ubi kayu dan
berat badan, konversi pakan, berat badan akhir dan biaya pakan (Feed cost) per kg
29
pertambahan berat badan apabila dibandingkan dengan pakan yang tidak
memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan penggunaan pada taraf 5%, 10%
dan 15%. Hal ini dapat dilihat pada konsumsi pakan 2819 gram, pertambahan
berat badan 1044,26 gram dan konversi pakan 2,70 gram. Menurut Tirajoh,
Usman dan Baliadi (2017) daun lamtoro pada taraf 3, 5 dan 7% dalam pakan basal
tidak memberikan hasil yang berbeda nyata, akan tetapi berbeda nyata dengan
kontrol atau pakan basal (tanpa daun lamtoro) (P<0,05). Demikian pula hasil
kajian ini diperoleh rata-rata bobot badan akhir perlakuan berkisar antara
1.039,50- 1.091,50 g/ekor, lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian yang
dilaporkan Udjianto (2016) maupun Sartika (2016) yaitu sebesar 830,55 g/ekor.
Hal ini disebabkan adanya penambahan daun lamtoro dalam pakan dapat
lamtoro.
ayam broiler sebanyak 400 gram menghasilkan nilai rata-rata bobot badan akhir
yang lebih tinggi dibandingkan dengan ransum control yaitu 2284 gram.
keong mas pada taraf 4% (R2) dalam ransum standar komersil mampu
ransum, pertambahan berat badan dan penurunan angka konversi ransum. Tepung
30
keong mas dapat digunakan hingga taraf 4% dalam ransum standar komersil.
Kusuma, dkk (2016) yang menyatakan pemberian tepung keong mas 15% sangat
(2016) hasil penambahan tepung keong mas terhadap pertumbuhan ayam broiler
menunjukkan adanya pengaruh sangat nyata. Hal ini dapat dilihat dari parameter
yang digunakan yaitu berat badan ayam broiler. Tepung keong emas ini memiliki
khususnya. Konsumsi protein dan energi yang tinggi akan menghasilkan laju
pertumbuhan yang cepat. Sehingga dapat terlihat bahwa pada tepung keong emas
C. Kerangka Pikir
sangat dipengaruh oleh bibit, pakan dan manajemen. Dari ketiga hal ini yang
memerlukan biaya yang kontiniu. Pada umumnya para peternak ayam broiler
broiler.
31
Pakan komersil yang digunakan para peternak memiliki harga yang mahal
bahkan kadang kala harga naik yang menyebabkan para peternak harus
mengeluarkan biaya lebih dan berdampak pada keuntungan yang menurun. Oleh
sebeb itu diperlukan suatu terobosan dengan mencari alternative pengganti pakan
komersil yaitu dengan menyusun ransum sendiri atau membuat pakan non
menggunakan bahan yang dari limbah pertanian dan limbah peternakan atau dari
tanaman yang memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh ayam broiler.
Hal yang paling utama yang diperhatikan dalam penyusunan pakan non
menyediakan nutrisi untuk ayam broiler yaitu dedak, jangung, tepung keong mas,
tepung ikan, tepung keong mas dan tepung daun lantoro. Kandungan serat kasar
pada pakan non konvenisional merupakan masalah yang serius dikarenakan sulit
penambahan mineral dalam substrat yang diinkubasi dalam waktu dan suhu
tertentu.
32
Pakan Komerisil 100 %
Pakan Pertambahan
Botot Badan
33
BAB III
METODE
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2019 di Samata
1. Alat
terbuat dari bambu, tempat makan, tempat air minum, ember, gayung, surat kabar,
2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu broiler umur 1 hari atau Day Old Chik (DOC)
sebanyak 18 ekor, EM4, molases Gas LPG, pakan komersil, dedak padi, jagung,
tepung ikan, tepung keong mas. tepung daun kelor dan tepung daun lantoro,
C. Metode Penelitian
1. Rancangan penelitian
pekan dengan dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 3
34
2. Pembuatan Pakan Non konvensioanal
terdiri dari jagung, dedak padi tepung ikan, tepung keong mas, tepung daun kelor
dan tepung daun lantoro. Semua bahan pakan dicampur menjadi dengan persentasi
penggunaan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ayam broiler. Formulasi susun pakan
3. Fermentasi
air sebanyak 25% dan EM 4 sebanyak 10 mm/ liter, kemudian disimpan selama 8
hari.
4. Pemeliharaan Ayam
dalam kandang unit percobaan yang terbuat dari bambu dengan ukuran 60 cm
disetiap sekat dan jumlah sekat yang digunakan 20 sekat dan setiap sekat
35
4 x 5 meter. Pakan diberikan secara adlibitum setiap perlakuan dengan masing-
5. Parameter
badan adalah hal yang sangat penting dalam industri perunggasan terutama ayam
Menurut Pt Cibadak (2008) bahwa bobot ayam broiler pekan 1 jantan 167 gram,
betina 125, pekan 2 bobot badan jantan 429 gram, betina 262, pekan 3 bobot
jantan 820 gram betina 390 gram dan pada pekan ke 4 1316 gram , betina 496
gram.
berikut:
Pertambahan Bobot Badan = Berat Badan Akhir (kg)-Berat Badan Awal (kg)
(t-Test Independent Sample). Uji t (t-Test Independent Sample) adalah salah satu
uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang
signifikan (meyakinkan) dari dua buah mean sampel (dua buah variabel yang
36
Keterangan:
37
G. Defenisi Operasional
2. Pakan konvensional adalah pakan yang disusun dari limbah pertanian dan
kebutuhan ternak yang dibuat dalam skala rumahan atau dibuat oleh
peternak.
mikroorganisme
4. Pakan komersil adalah pakan yang diproduksi secara massal oleh industri
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Ransum Terhadap Karakteristik. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin Makassar. Skripsi. Makassar.
Nuttapon, C. and P. Naiyatat. 2009. The reduction of mimosine and tannin
contents in leaves of Leucaena leucocephala. Asian J. of Food and Agro-
Industry, S137-S144
Nuraini. 2016. Pakan Non Konvensional Fermentasi Untuk Unggas. Lembaga
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK) Universitas
Andal. Padang.
Olugbemi, T. S., S. K. Mutayoba, and F. P. Lekule. 2010. Effect of Moringa
oleifera Inclusion in Cassava Based Diets Feed to Broiler Chickens. Int. J.
Poult. Sci., 9: 363-367
Pius. 2010. Kebutuhan gizi ternak unggas di Indonesia. Balai Penelitian Ternak.
Jurnal. Bogor
PT Cibadak Indah Sari Farm. 2008. Super Broiler Jumbo 747. www.cibadak.com
(3 Januari 2019).
Rodiallah, dan Siregar. 2018. Performa Ayam Broiler Fase Starter Yang Diberi
Tepung Keong Mas ( Pomacea Spp ) Dalam Ransum Standar Komersial.
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim RiauKampus Raja Ali. Jurnal. Pekanbaru.
Rasyaf, M. 2007. Pemeliharaan Ayam Pedaging. Swadaya. Jakarta
Sapsuha. 2013. Pengaruh Penambahan Jenis Tepung Daun Leguminosa Yang
Berbeda Terhadap Konsumsi, Pertambahan Bobot Badan Dan Konversi
Ransum. Faperta Unkhair. Jurnal. Ternate.
Sartika T. 2016. Panen ayam Kampung 70 hari. Jakarta (Indonesia): Penebar
Swadaya.
Sartika T. 2016. Membedah ayam KUB bersama bu Tike. Sinar Tani [Internet].
[diakes tanggal 21 Januari 2017]. Tersedia dari:
http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%Btt_news%5D
=2327&cHash=afd2144765d1e72fe2cdade3b637cca4
Semau, Intan dan Mu`tia. 2016. Analisis Kandungan Protein Kasar Dan Serat
Kasar. Program Studi Peternakan, Universitas Muhammadiyah Parepare.
Jurnal. Pare-Pare
Semaun, R. 2010. Evaluasi Nilai Nutrisi Kombinasi Fermentasi Jerami Jagung
dan Dedak Kasar dengan Penambahan Aspergillus niger Program Studi
Peternakan, Universitas Muhammadiyah Parepare. Jurnal. Pare-Pare
Tesfaye, E., G. Animut, M. Urge, and T. Dessie. 2013. Moringa oleifera leaf meal
as an alternative protein feed ingredient in broiler ration. Int. J. Poult.
Sci.,12(5): 289 – 297
Tabara, J. H. 2014. Respon Ayam Ras Pedaging Pada Lokasi Pemeliharaan
Daerah Pantai Dan Pegunungan. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin Makassar. Skripsi. Makassar.
Tirajoh dan Usman, B. 2017. Kelayakan Usaha Tani Ayam KUB melalui
Pemanfaatan Daun Lamtoro sebagai Pakan Lokal di Kabupaten Jayapura ,
Papua. Balai Pengkajian Teknologi Pertania Papua. Jurnal. Jayapura.
Udjianto A. 2016. Beternak ayam Kampung paling unggul pedaging dan petelur
KUB. Jakarta (Indonesia): PT Agromedia Pustaka
40
Wijaya, Jailani, S. 2016. Pengaruh Pemberian Tepung Keong Mas (Pomacea
canaliculata L) dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler
(Gallus domesticus). FKIP Universitas Mulawarman. Jurnal. Malang
Widodo, W., 2000. Bahan Pakan Unggas Non Konvensional. Universitas
Muhammadiyah Malang.
41
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN NON KONVENSIONAL
FERMENTASI DAN PAKAN KOMERSIl TERHADAP
PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AYAM BROILER
PROPOSAL
Oleh:
EDI SUNUSI
60700116022
42
43