DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................. 1
I. PENDAHULUAN.................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Hipotesis Penelitian...................................................................................... 2
1.4 Tujuan Hasil Penelitian.................................................................................. 2
1.5 Manfaat Hasil Penelitian............................................................................... 2
II. KAJIAN PUSTAKA................................................................................................. 3
III. METODE PENELITIAN......................................................................................... 6
3.1 Alat & Bahan................................................................................................. 6
3.2 Prosedur Kerja.............................................................................................. 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................. 7
4.1 Hasil Penelitian............................................................................................. 7
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian........................................................................7
V. PENUTUP.......................................................................................................... 10
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 10
5.2 Saran.......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 11
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekarang ini baik di daerah perkotaan maupun pedesaan banyak masyarakat
yang masih beternak ayam untuk di jual, terutama ayam kampung. Pada
1
Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Sejak kecil
kita setiap hari bisa melihatnya. Walau saat ini ayam kampung dikota-kota besar
sudah jarang terlihat berkeliaran bebas, bukan berarti keberadaannya punah. Di
pinggiran kota masih banyak orang memelihara ayam kampung. Baik
dibudidayakan secara sungguh-sungguh maupun hanya sekedar peliharaan
untuk memanfaatkan sisa-sisa makanan yang sayang kalau dibuang begitu saja.
Ayam kampung mempunyai nilai gizi yang baik. Selain itu juga mempunyai rasa
yang lebih khas dan nikmat dibanding dengan jenis ayam pedaging maupun
petelur. Serat yang liat dan kenyal menjadi ciri utamaya. Bahkan setiap lebaran
ayam kampung identik dengan makanan yang wajib ada.
Ayam kampung mempunyai keistimewaan dibanding yang lain, diantaranya :
ayam kampung lebih tahan terhadap penyakit, tahan dan mudah menyesuaikan
dengan cuaca di Indonesia, makanannya mudah, bahkan bila di pelihara ala
kadarnya cukup diberi makanan sisa-sisa, dapat dilepas secara bebas.
Tujuan utama orang memelihara ayam kampung adalah untuk diambil telur,
daging, dan untuk dikembangbiakkan. Ayam kampung juga siap membesarkan
anak-anaknya sendiri bila dilepas bebas.
Ada dua cara memelihara ayam kampung, yaitu dipelihara dengan dilepas bebas
atau istilahnya diliarkan dan yang kedua dibudidayakan. Keduanya mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan yang
tinggi. Kita bisa menghemat biaya makanan, karena ayam cukup diberi makan
pagi hari saat akan dilepas berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul
secukupnya. Selebihnya ayam akan mencari makan sendiri disekitar rumah.
Namun cara ini juga ada kelemahannya. Ayam lambat untuk berkembang lebih
banyak, karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih tinggi. Waktu
mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi produktifitas. Kita kurang bisa
mengontrol keberadaan ayam, sehingga kemungkinan dimangsa predator
maupun hilang lebih tinggi.
Sedangkan bila kita membudidayakan dengan cara dikandangkan tentu lebih
banyak keunggulanya. Walau tentu masih juga ada kekurangannya. Ayam yang
dikandangkan lebih mudah dikontrol keberadaannya. Kita bisa mempercepat
populasinya dengan cara setiap ayam yang bertelur kita ambil dan kumpulkan
untuk ditetaskan secara bersama dalam satu indukan atau mesin penetas. Anak
ayam tidak harus ikut induknya. Namun dapat dipisah dan ditempatkan dengan
pemberian panas cahaya listrik (untuk penghangat) dan makanan yang sesuai
(Nanang, 2010).
Kandang anak ayam terbuat dari kotak kayu. Untuk 10 ekor anak ayam buatlah
kandang ukuran 1 m. Kandang harus mempunyai lubang sirkulasi udara, agar
saat siang hari udara bisa keluar masuk secara sempurna.
Lubang sirkulasi udara harus lancar. Usahakan agar lubang-lubang tersebut tidak
terlalu lebar dan aman tidak dimasuki predator seperti kucing, garangan, luwak,
tikus dan sebagainya.
Sebagai penghangat tubuh pada malam hari agar anak ayam tidak mati
kedinginan, mutlak disediakan penghangat berupa lampu 40 60W didalam
kandang. Dengan adanya lampu tersebut, anak ayam akan mencari sendiri
tempat yang paling nyaman dan hangat sesuai kebutuhan (Anonim, 2009).
Pastikan kandang kering, peralatan bersih, suhu kandang diatur tepat, tempat air
dan makanan terisi, lantai ditutup bersih, alas (litter) kering, dan penghalang
panas berjalan dengan baik. Setelah itu baru siap menempatkan anak ayam
untuk dibesarkan.
Bila anak ayam telah dipisahkan dari induknya, secara lembut angkat mereka
dan letakkan pada kandang yang hangat. Jangan dijatuhkan atau ditaburkan
begitu saja karena dapat melukainya dan akan tetap cacat. Anak ayam yang
masih kecil harus mendapat banyak makanan dan air segera setelah diletakkan
di kandang. Sediakan paling sedikit empat tempat berukuran satu quart ( satu
liter) atau dua tempat berukuran satu galon (empat quart) air untuk tiap 100
anak ayam. Masukkan sekitar lima anak ayam ke tempat air agar mereka tahu
dimana air berada (Anonim, 2002).
Makanan anak ayam pada minggu-minggu pertama adalah pakan jenis awal /
permulaan yang dapat dibeli toko-toko makanan ayam. Bila anda kesulitan
mencarinya, anda bisa membeli makanan ayam di toko makanan burung berupa
makanan jadi/ voor untuk anak ayam (biasanya penjual sudah tahu). Makan
tersebut harus terjamin ketersediaannya sampai anak ayam berusia 1-2 bulan.
Voor, apapun jenisnya, sebenarnya dibuat dari bahan dasar yang sama. Yaitu
jagung, kacang tanah (bungkil), dedak, kacang hijau, tepung ikan dan tepung
tulang, vitamin, dll. Hanya saja, komposisi tiap jenisnya berbeda tergantung
untuk apa fungsinya. Beberapa jenis tertentu ditambahkan bahan yang lain
untuk menunjang kebutuhan/fungsinya.
Butirannya juga dibuat beragam. Voor yang halus diperuntukan untuk anak ayam
yang masih kecil supaya tidak kesulitan makannya. Voor yg berbentuk lebih
kasar ditunjukan untuk ayam yang sudah lebih besar (Hermono, 2009).
Sediakan makanan dibeberapa tempat, agar ayam bisa makan sewaktu-waktu
tanpa berebutan. Usahakan makanan tidak terlalu penuh dalam satu wadah
untuk menghindari diacak-acak dan tidak terinjak-injak (Anonim, 2009).
Tempatkan pakan pemula (starter feed) pada karton tempat telur atau kertas
yang berukuran 12"x12" dan diletakkan disekitar tempat minum. Penempatan
pakan yang bersifat sementara ini diperlukan agar mudah kelihatan oleh anak
ayam dan memancingnya agar segera memakannya. Tempat pakan biasa yang
berukuran kecil ditempatkan di dalam kandang pada hari ke dua untuk
mengurangi penghamburan makanan. Karton telur atau kertas tempat makanan
sementara bisa dikeluarkan bila anak ayam telah berusia 5 hari dan terlihat telah
makan dari tempat makan yang disediakan (Anonim, 2002),
Cek keadaan anak ayam setiap saat agar tidak mati karena kurang nyaman.
Biasanya kalau tempat kurang nyaman atau lapar anak ayam akan menciak
keras dan tak beraturan. Cek kelembaban kandang, kepanasan atau kedinginan,
makanan, ataupun sirkulasi udara, apakah sudah nyaman atau belum. Bila anak
ayam tenang dan bersuara / menciak dengan suara yang beraturan pertanda
anak ayam nyaman dalam kandang (Anonim, 2009).
Penyakit dapat segera menyebar apabila pakan dan minuman untuk anak ayam
telah terkontaminasi. Pakan dan air harus diperiksa setiap hari. Apabila kotor dan
kemungkinan telah terkontaminasi, tempat pakan dan air harus segera
dibersihkan. Pakan dan minumannya juga harus diganti dengan yang baru.
Tempat pakan harus benar-benar kering sebelum diisi dan pakan tersebut harus
senatiasa berada dalam keadaan kering. Penyebab utama dari penyakit adalah
bersumber dari pakan dan air yang tidak bersih.
Beberapa hari pertama dari kehidupan anak ayam adalah masa yang paling kritis
sehingga harus hati-hati. Berilah perhatian tambahan dalam menyediakan
kebutuhan dasar anak ayam agar kelak dapat memungut hasilnya (Anonim,
2002).
Perlakuan 1
(yang diberi
voor)
A
B
20
20
17 Des 2015
Sore
18 Des 2015
30
Pagi
18 Des 2015
30
Sore
19 Des 2015
39
Pagi
19 Des 2015
40
Sore
20 Des 2015
40
Pagi
20 Des 2015
41
Sore
21 Des 2015
41
Pagi
21 Des 2015
40
Sore
22 Des 2015
41
Pagi
22 Des 2015
45
Sore
23 Des 2015
40
Pagi
23 Des 2015
40
Sore
24 Des 2015
40
Pagi
24 Des 2015
40
Sore
25 Des 2015
41
Pagi
25 Des 2015
41
Sore
26 Des 2015
41
Pagi
26 Des 2015
41
Sore
27 Des 2015
41
Pagi
Tabel 4.1 hasil pengamatan
Perlakuan 2
(yang diberi
menir)
A
B
20
20
Perlakuan 3
(yang diberi
voor+nasi sisa)
A
B
20
20
30
30
30
30
30
30
30
30
40
40
39
35
35
40
40
40
35
35
45
41
41
38
38
45
45
41
39
39
46
46
40
37
37
50
50
40
37
37
50
49
41
39
39
49
50
45
39
39
49
50
40
37
35
45
49
41
38
35
46
45
41
39
35
49
49
41
39
35
49
49
41
40
37
49
50
42
40
37
49
50
42
40
37
49
50
41
40
37
49
50
42
40
37
49
50
selama 10 hari
7
Namun, karena struktur menir yang keras membuat anak ayam kampung sulit
mencernanya. Jadi anak ayam kampung yang diberi pakan menir badannya lebih
ringan daripada anak ayam yang diberi pakan voor dan campuran antara voor
dan nasi sisa.
Suhu, kebersihan kandang, kondisi kandang dan tempat makan dan minum
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ayam kampung. Dalam
penelitian ini, berat badan anak ayam ada yang turun dan ada yang naik,
mungkin karena suhu yang kurang hangat dan keadaan kandang yang kurang
nyaman bagi anak ayam tersebut.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Pakan yang cocok atau sesuai dengan anak ayam kampung adalah voor
yang dicampur dengan nasi sisa, karena anak ayam kampung lebih berat
daripada yang diberi pakan voor dan menir.
2. Anak ayam kampung dalam pertumbuhan dan perkembangannya
membutuhkan pakan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral, serta air.
3. Suhu, kebersihan kandang, kondisi kandang dan tempat makan dan
minum mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ayam
kampung.
4. Voor yang dicampur nasi sisa bisa menjadi alternatif pakan anak ayam
kampung.
5.2 Saran
1. Pembaca dapat melakukan penelitian yang sama dengan pemberian jenis
pakan yang berbeda dari yang telah dilakukan oleh penulis.
2. Diharapkan setelah membaca karya ilmiah ini pembaca dapat melakukan
penelitian dengan lebih baik daripada penulis karya ilmiah ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Cara Memelihara Ayam Negeri. Diakses tanggal 28 Desember
2015. http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik03.html.
Anonim.
2008.
Nasi.
Diakses
http://id.wikipedia.org/wiki/Nasi.
tanggal
28
Desember
2010.
tanggal
29
Desember
2015.
Hermono.
2009.
Voor.
Diakses
tanggal
28
Desember
2015.
http://www.merpati.org/forum-burung-merpati/16-beternak--breeding/636tentang-voor.html?limit=8&start=8.
Nanang. 2010. Memelihara Ayam Kampung. Diakses tanggal 29 Desember 2015.
http://central-unggas.blogspot.com/2010/04/memelihara-ayam-kampung.html.
11
12