Anda di halaman 1dari 10

Paper Ilmu Pemuliaan Ternak

TIPE-TIPE SELEKSI PADA


TERNAK

OLEH :

Sugrahadi Ahmad Aprianto

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara sederhana pelaksanaan seleksi dapat diartikan memperkenankan sekelompok


ternak menjadi penurun dari generasi berikutnya dan menghilangkan kesempatan dari
kelompok lain untuk memperoleh hal yang sama.Seleksi individu paling berguna untuk sifat-
sifat yang dapat di ukur pada kedua jenis kelamin sebelum dewasa atau sebelum umur
perkawinan pertama. Beberapa sifat yang termasuk adalah laju pertumbuhan, skor tubuh
ternak, berat bulu, wol, ketebalan lemak punggung dan lain-lain. untuk satu program yang
efektif yang diperlukan catatan penampilan produksi yang dibuat pada selulruh populasi
dimana seleksi akan dilakukan.

Seleksi individu mempunyai keterbatasan antara lain:


1. Untuk sifat-sifat yang hanya tampak pada betina, seperti hasil susu dan telur atau sifat-
sifat induk (maternal) pada ternak potong, yang jantan tidak dapat dipilih berdasarkan
penampilannya sendiri.
2. Catatan penampilan produksi susu dan telur dan kualitas induk baru tersedia setelah
dewasa, harus digunakan beberapa criteria selain penampilan individu.
3. Untuk sifat-sifat yang heritabilitasnya rendah, penampilan individual dapat merupakan
indilkator nilai pemuliaan yang jelek.
4. Penilaian penampilan individu atau bentuk tubuh yang muda dilakukan sering
menarikpemulia umtuk terlalu menekankan pada sifat itu dalam seleksi dibandingkan dengan
penggunaan optimum dari alat-alat lain seperti seleksi silsilah atau seleksi keturunan

B. Rumusan Masalah
1. Meningkatkan kualitas dan performa dari suatu ternak
membutuhkanpenanganan khusus dari peternak salah satunya melalui kegiatan seleksi
sebagai dasar-dasar seleksi dan metode seleksi.
2. Bagaimana cara-cara pelaksanaan seleksi yang baik sehingga dapat meningkatkan hasil
genetic yang lebih baik.
3. Bagaimana pemilihan tetua maupun induk yang baik dan benar sehingga mendapatkan
bakala-bakalan yang dapat meneruskan generasinya dengan tetap mempertahankan catatan
prestasi yang maksimal.
4. Bagaimana penanganan lingkungan yang baik untuk kelangsungan populasi yang
dikaitkan dengan metode seleksi untuk meningkatkan perfomans atau prestasi ternak.

C. Tujuan Dan Manfaat


Adapun tujuan dari pembahasan materi dalam makalah ini adalah untuk mengetahui
dan memahami lebih mendalam mengenai sistem seleksi ternak yang terbagi dalam 4 tipe.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penampakan ekspresi potensi ternak secara mendasar dipengaruhi oleh dua faktor
utama yang saling terkait satu dengan yang lainnya, yakni faktor genetik dan lingkungan
termasuk didalamnya manajemen pemeliharaan secara menyeluruh. Telah diketahui bahwa
lingkungan dan penanganan manajemen yang memadai atau sesuai dengan kebutuhan ternak
tidak akan memberikan ekpresi produksi (kualitas maupun kuantitas) yang diharapkan jika
tidak didukung dengan potensi genetic ternak yang baik. Begitu pula sebaliknya jika ternak
memiliki potensi genetik yang baik tidak akan terekspresikan secara optimal bila tidak
didukung oleh lingkungan dan manajemen yang maksimal (Noor, 2004).
Seorang peternak dapat menentukan dua hal yang berpengaruh terhadap peningkatan
mutu genetic ternaknya yakni melalui : Memilih ternak yang dipakai sebagai tetua. Memilih
ternak yang akan dikawinkan. Alat atau metode yang dapat digunakan antara lain berupa:
SeleksiMengendalikan sistim perkawinan untuk ternaknya. Dalam pemuliaan temak, seorang
peternak cenderung untuk merubah atau menentukan hal-hal yang terlihat seperti
produktifitas ternak pada tingkatan tertentu yang diinginkan (Pane, 1986).
Interval generasi dapat diartikan sebagai rata-rata umur tetua/induk ketika anaknya
dilahirkan. Setiap jenis ternak mungkin mempunyai interval generasi yang berbeda. Interval
generasi dipengaruhi oleh umur pertama kali ternak tersebut dikawinkan dan lama bunting,
dengan demikian interval generasi oleh faktor lingkungan seperti pakan dan tatalaksana.
Pemberian pakan yang jelek dapat memperpanjang interval generasi. Semakin cepat interval
generasi, semakin cepat perbaikan mutu bibit yang diharapkan (Warwick, 1995).
BAB III
PEMBAHASAN

Penggunaan yang tepat dari seleksi individu memberikan banyak keturunan.


Selanjutnya perhitungan faktor-faktor dasar ruang mempengaruhi efektifitas seleksi paling
sederhana pada seleksi individu dan menjadi lebih rumit pada tipe seleksi yang lain.
Seperti telah dinyatakan semula, seleksi adalah kegiatan untuk membuat keputusan tentang
ternak, berdasarkan informasi yang masuk (didapatkan). Dalam hal ini peternak harus mulai
pertimbangan nilai-biak (breeding value) dari ternak tersebut. Di dalam suatu usaha
pembiakan (breeding program) yang harus dipermasalahkan sebenarnya adalah nilai genetic
dari hasil karyanya. Sangat disayangkan meskipun konsep dari nilai biak telah lama ada,
tetapi konsep tersebut belum banyak di pergunakan dalam praktek kecuali dalam sapi perah.
Untuk membantu membuat keputusn, sebenarnya banyak data dan informasi yang dapat
dipergunakan.
Data-data dan informasi tersebut dapat dibagi sebagai berikut :
1. Seleksi individu atau massa
2. Seleksi silsilah.
3. Seleksi turunan (Catatan tidak lengkap).
4. Seleksi kekerabatan.

1. Seleksi individu/massa.

Seleksi individu berguna untuk sifat-sifat yang dapat diukur pada ke-2 jenis kelamin
sebelum dewasa atau sebelum perkawinan pertama, beberapa sifat yang temasuk kedalamnya
adalah laju pertumbuhan, skor bentuk tubuh, berat bulu, wool, ketebalan lemak punggung dan
lain-lain. Untuk suatu program yang efektif hanya diperlukan catatan penampilan produksi
yang dibuat pada seluruh populasi dimana seleksi akan dilakukan, akan tetapi penggunaan
yang tepat dari seleksi individu memberikan banyak keuntungan.

Seleksi ini sering dilakukan jika :


1. Fenotip ternak yang bersangkutan bias diukur baik pada jantan atau betina.
2. Nilai heritabilitas atau keragaman genetik tinggi.
Seleksi bisa dilakukan dengan memilih ternak-ternak terbaik berdasarkan nilai
pemuliaan. Dalam aplikasi dilapangan, jika memungkinkan, nilai heritabilitas dan nilai
pemuliaan ternak jantan dan betina dipisah, kemudian dipiilih ternak-ternak terbaik sesuai
keperluan untuk pengganti. Pada ayam pedaging, seleksi individu sering dan lebih mudah
ddilakukan karena sifat tumbuh bisa diukur langsung baik pada jantan ataupun betina.
Demikian juga lingkungan yang diberikan biasanya sama, seperti dalam satu kandang ayam-
ayam berasal dari tetasan yang sama, pakan sama, dan perlakuan yang sama. Sering seleksi
hanya berdasarkan pertimbangan fenotip saja tidak perlu menduga nilai pemuliaan. Seleksi
individu akan semakin rumit apabila banyak faktor yang mempengaruhi fenotip , seperti pada
domba , babi , dan sapi perah. Pada domba misalnya, faktor yang mempengaruhi bobot badan
sangat banyak, seperti jenis kelamin, tipe kelahiran, paritas induk, dan musim waktu ternak-
ternak tersebut dibesarkan. Apabila faktor-faktor ini tidak diperhatikan, ketepatan memilih
ternak akan berkurang. Sebagai contoh, apabila kita ingin memilih domba berdasarkan berat
saja, maka yang akan terpilih adalah domba-domba jantan yang berasal dari kelahiran
tunggal, padahal domba yang berasal dari kelahiran kembar mungkin mempunyai potensi
genetik tinggi. Karena pengaruh dari induk mulai dari uterus sampai mereka disapih, domba-
domba yang berasal dari kelahiran tunggal walaupun induknya sama. Dalam pendugaan nilai
pemuliaan, faktor-faktor yang mempengaruhi fenotip harus diperhatikan dan
dipertimbangkan dalam evaluasi.

2. Seleksi Silsilah (Pedigree Selection)

Seleksi yang dilakukan berdasarkan pada silsilah seekor ternak. Seleksi inidilakukan
untuk memilih ternak bibit pada umur muda, sementara hewan muda tersebut belum dapat
menunjukkan sifat-sifat produksinya. Pemilihan Bibit Ternak (contoh : ternak
kambing/domba).
Pemilihan bibit ternak bertujuan untuk memperoleh bangsa-bangsa ternak yang
memiliki sifat-sifat produktif potensial seperti memiliki persentase kelahiran anak yang
tinggi, kesuburan yang tinggi, kecepatan tumbuh yang baik serta persentasi karkas yang baik
dan sebagainya. Kriteria - kriteria yang biasa dipergunakan sebagai pedoman dalarn rangka
melaksanakan seleksi atau pemilihan bibit ialah : bangsa ternak, kesuburan dan persentase
kelahiran anak, temperamen dan produksi susu induk, produksi daging dan susu, recording
dan status kesehatan temak tersebut.
1. Bangsa
Pemilihan jenis ternak misalnya (kambing/domba) yang hendak diternakan biasanya
dipilih dari bangsa ternak kambing/domba unggul
2. Kesuburan dan persentase kelahiran anak yang tinggi
Seleksi calon induk maupun pejantan yang benar jika dipilih dan turunan yang
beranak kembar dan mempunyai kualitas kelahiran anak yang baik.
3. Temperamen dan jumlah produksi susu induk
Induk yang dipilih hendaknya sebaiknya memiliki temperamen yang baik, mau
merawat anaknya serta selalu siap untuk menyusui anaknya.
4. Penampilan Eksterior
Penampilan eksterior ternak bibit harus menunjukkan kriteria yang baik untuk bibit
baik ternak jantan maupun betinanya (induk). Untuk memberikan penilaian keadaan atau
penampilan eksterior dapat dilakukan dengan melakukan perabaan/pengukuran ataupun
pengamatan.

3. Seleksi Keturunan (Progeny Test)


Penilaian mutu yang berdasarkan prestasi dari keturunannya adalah Progeny Test atau
uji keturunan. Tes ini umumnya dilakukan terhadap pejantan, karena ia bertanggung jawab
terhadap banyaknya keturunan yang dihasilkan seumur hidupnya. Pada hewan betina hal ini
tidak lazim dilakukan, kecuali jika dapat dilakukan embrio plantasi. Uji keturunan
dibutuhkan adalah hal-hal atau situasi sbb:
• Untuk karakter-karakter yang lemah diturunkannya.
• Untuk karakter yang khusus ditampilkan oleh salah satu jenis kelamin (misalnya produksi
susu).
• Untuk perilaku khusus setelah dipotong (komposisi karkas).
Prinsip-prinsip genetik dalam uji keturunan sebenarnya sangat sederhana.
Sebagaimana diketahui, setiap keturunan akan mendapat genda dari penurunannya dan
semakin banyak keturunan yang diteliti, diharapkan semakin tepat pulalah penilaian2
terhadap penurunannya.
Sering suatu sifat hanya muncul pada salah satu jenis kelamin saja ,misalnya produksi
susu. Tetapi keunggulan potensi genetik ternak jantan untuk produksi susu juga sangat
penting, karena pada umumnya ternak jantan dapat mengawini banyak betina. Apabila
keadaan ini terjadi, maka bisa dilakukan uji Zuriat. Uji Zuriat adalah suatu uji terhadap
seekor atau sekelompok ternak berdasarkan performance atau tampilan dari anak-anaknya.
Uji ini lazim digunakan untuk evaluasi pejantan karena pejantan biasanya
banyak menghasilkan keturunan. Keberhasilan uji Zuriat tergantung pada syarat-
syarat berikut ini :
1. Pejantan diuji sebanyak-banyaknya (minimal 5-10 ekor tergantung jumlah
anak yang dihasilkan).
2. Pengawinan pejantan dengan betina dilakukan secara acak untuk menghindari jantan-
jantan mengawini betina yang sangat bagus atau sangat jelek.
3. Jumlah anak per pejantan diusahakan sebanyak mungkin (minimal 10 anak)
4. Jangan dilakukan seleksi terhadap anak-anaknya sebelum uji selesai.
5. Anak-anak seharusnya diperlakukan sama untuk mempermudah dalam membandingkan.

4. Seleksi Keluarga (family)


Yang dimaksud denga istilah keluarga adalah pelaksanaan seleksi dimana keluarga
dipergunakan untuk membantu membuat suatu keputusan. Dalam pelaksanaannya sering
terjadi keragu-raguan mengenai seleksi keluarga tersebut karena adanya perbedaan pendapat
mengenai yang mana yang dimaksud dengan keluarga tersebut. Mengenai keluarga dapat
dibagi dalam 3 bentuk atau asal :

1) Keluarga pejantan : seluruh keturunan yang berasal dari satu pejantan.


Keluarga pejantan tersebut dapat dibagi dalam :
a) Yang lahir dalam tahun yang sama.
b) Yang lahir dalam tahun yang berbeda-beda.

2) Keluarga induk : keturunan yang dilahirkan oleh seekor induk. Dalam hal ini juga dapat
terjadi keturunan yang lahir dalam tahun yang sama (kembar atau dalam bantuan embrio
plantasi) dan keturunan yang lahir dalam tahun yang berbeda.
3) Keluarga pejantan dan induk ;dalam hal iniketurunan berasal dari pejantan dan induk
yang sama.
KESIMPULAN

Seleksi adalah suatu tindakan untuk memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu
genetic baik untuk dikembangbiakan lebih lanjut serta memilih ternak yang dianggap kurang
baik untuk disingkirkan dan tidak di kembang biakan lebih lanjut.Yang bertujuan untuk
meningkatkan produktifitas ternak melalui perkawinan mutu genetic ternak.
DAFTAR PUSTAKA

Noor Rahman. R, 2004. Genetika Ternak. Penebar Swadaya : Jakarta


Pane Ismed, 1986.Pemuliaan Ternak sapi. PT Gramedia : Jakarta.
Warwick, E.J.1995.Pemuliaan Ternak, Gadjah Mada University Press : Yoyakarta.

Anda mungkin juga menyukai