Disusun Oleh:
Novita Salwa
Kelas 9.2
Tahun 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui Oleh:
Mengetahui:
Kepala Madrasah
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya lah penulis dapat menyusun
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Limbah Cair terhadap Pertumbuhan
Eceng Gondok” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini, penulis mendapat banyak masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih
yang tulus kepada :
1. Ibu Dra. Hj. Retno Dewi Utami, M.Pd selaku kepala sekolah MTs Negeri 4
Jakarta yang telah memberikan izin untuk membuat karya tulis ilmiah ini dan
sudah mendukung program pembuatan karya tulis ilmiah di kelas sains ini
sebagai bahan pembelajaran siswa/siswi.
2. Ibu Susi Susilawati, M.Pd selaku guru pembimbing yang telah meluangkan
waktunya membimbing, memberi masukan, dan dukungan kepada penulis
selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Uswatun Hasanah, M.Pd selaku wali kelas yang telah mendukung serta
membimbing kami selama proses penyelesaian kinerja ilmiah.
4. Ibu Amelia Sussena Hamid, M.Pd yang telah mengajarkan membuat dan
menyusun karya tulis ilmiah.
5. Ibu Ziya Syifa Ulya, S.Pd yang telah memeriksa dan memberi masukan
terhadap karya tulis ilmiah ini.
6. Kedua orang tua saya yang senantiasa mendoakan, memberikan motivasi, serta
dukungan baik secara moral maupun finansial.
7. Kepada Putri ‘Atikah Sari, Fathia Sasy Anindhita, Rizkia Haniya Yustin, Wifda
Ghanis Ergadia, Hirzi Prabu Sudiyanto, Fath Ur-Razaq Yasman, dan
Muhammad Tsaqib Adha yang telah memberikan dukungan dan meluangkan
waktu untuk mendengarkan keluh kesah penulis selama penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
iii
iv
8. Diri saya sendiri, yang mampu bersabar dan bertahan, sehingga saya dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Kami menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna
dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca dan dapat menjadikan Karya Tulis Ilmiah ini jauh lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap agar karya tulis ilmiah ini bisa memberikan banyak
manfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
v
vi
Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur
maupun terlarut dalam air. Di Indonesia, tidak sedikit pabrik industri dan rumah
tangga yang membuang limbahnya ke dalam sungai. Hal ini dapat menyebabkan
pencemaran pada air. Air termasuk salah satu kebutuhan yang mutlak bagi setiap
makhluk hidup. Dengan tercemarnya air, akan banyak makhluk hidup yang
dirugikan. Terutama makhluk hidup pada ekosistem air.
Ekosistem dapat dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem ini terdiri atas dua komponen pembentuk yakni, komponen abiotik yang
terdiri dari benda-benda tak hidup tetapi memiliki pengaruh terhadap makhluk
hidup yang ada di lingkungannya. Dan komponen biotik yang terdiri dari
komponen penyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik. Pada ekosistem air,
komponen abiotik dapat berupa air, cahaya matahari, batu, udara atau oksigen, dan
suhu. Sedangkan komponen biotiknya berupa binatang-binatang dan tumbuhan air.
1
2
Eceng gondok termasuk tumbuhan air yang biasanya tumbuh di kolam dangkal,
rawa, lahan basah, aliran air yang lambat, danau, pengapungan air, dan sungai yang
arus airnya relatif tenang. Tumbuhan air dengan nama ilmiah Eichhornia crassipes
ini dapat berkembangbiak dengan sangat cepat. Sehingga, sering dianggap sebagai
gulma yang bisa merusak tatanan lingkungan perairan. Eceng gondok sangat kuat
dan mampu beradaptasi di hampir semua lingkungan, serta perubahan kondisi air
yang ekstrem. Tumbuhan air ini mudah hidup di mana saja asalkan ada nutrient.
Pertumbuhan eceng gondok yang cepat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya kandungan nutrient yang tinggi pada air. Limbah cair juga dapat menjadi
penyebab cepatnya pertumbuhan tumbuhan air ini. Di sisi lain, eceng gondok
memiliki sifat fitoremediasi yang mampu memulihkan masalah lingkungan karena
sanggup menyerap senyawa organik dan anorganik di air secara efektif. Sehingga
eceng gondok juga dapat memulihkan pencemaran pada air.
3
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan salah satu jenis tumbuhan air
mengapung yang biasanya tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah, rawa,
aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air, dan sungai (Dewi, 2012).
Eceng gondok sulit tumbuh dan berkembang dalam air yang jernih dan sangat
dalam apalagi di dataran tinggi (Akbar, Tesis, 2020: 40). Kondisi ideal bagi
perkembangannya memerlukan kisaran waktu antara 11 – 18 hari (Nuryana dan
Rena, 2016: 4).
Tumbuhan air ini berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif
maupun generatif. Umumnya, eceng gondok berkembang biak secara vegetatif
dengan memperpanjang stolonnya (Rahmaningsih, 2006). Menurut Lail (2008),
Tumbuhan ini mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan
4
5
vegetatifnya yang terbawa arus akan terus berkembang menjadi eceng gondok
dewasa, perkembangbiakan eceng gondok dengan cara vegetative juga dapat
melipat ganda dua kali dalam 7 – 10 hari.
Pertumbuhan eceng gondok yang pesat ini dapat menjadikan tumbuhan eceng
gondok sebagai gulma yang menyebabkan kerusakan pada lingkungan perairan di
sekitarnya. Eceng gondok dapat menghalangi matahari yang masuk ke dalam
perairan, mempercepat pendangkalan, serta mengganggu jalan bagi para nelayan.
Eceng gondok juga dapat menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen
dalam air (Kompasiana, 23 September 2019).
• Kingdom : Plantae
• Sub Kingdom : Viridiplantae
• Super Divisi : Embryophyta
• Divisi : Tracheophyta
• Kelas : Magnoliopsida
• Super Ordo : Lilianae
6
• Ordo : Commelinales
• Famili : Pontederiaceae
• Genus : Eichhornia Kunth
• Spesies : Eichhornia crassipes
Menurut Mahida (1984), limbah merupakan sisa dari suatu usaha maupun
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat,
konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak yang dapat
membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya. Limbah terbagi menjadi empat jenis berdasarkan wujudnya yaitu,
limbah padat, limbah cair, limbah gas, serta limbah suara.
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan
pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi
yang terbuang dari sumber domestik, industri, dan pada saat tertentu tercampur
dengan air tanah, air permukaan, maupun air hujan (Soeparman dan Suparmin,
2002).
Limbah cair yang tidak diatasi dengan baik dan dibuang tanpa diolah terlebih
dahulu akan menyebabkan kerusakan pada lingkungan serta dapat menjadi sumber
penyakit bagi masyarakat. Limbah cair yang memiliki potensi paling besar untuk
mencemari lingkungan adalah limbah cair domestik serta limbah cair industri
tekstil.
2.1.4 Deterjen
Seiring berjalannya waktu, populasi manusia akan semakin bertambah. Hal ini
akan menyebabkan meningkatnya pemakaian deterjen. Penggunaan deterjen
secara besar-besaran ini dapat meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau
danau yang akan merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok
(Agustina, et al., 2005).
Pewarna tekstil sintetis merupakan zat pewarna tekstil yang dibuat oleh pabrik
dengan bahan dasar kimia sehingga warnanya lebih mencolok dari pada pewarna
tekstil alami. Zat pewarna sintetis dapat memicu kerusakan pada lingkungan. Hal
ini disebabkann oleh polutan yang terkandung di dalamnnya. Polutan tersebut
berupa logam berat berbahaya yang antara lain adalah Cu, Ni, Cr, Hg, dan Co
(Tanziz, 2009).
2.2 Hipotesis
Penelitian dilakukan selama 6 bulan, dari bulan Agustus 2021 sampai bulan
Januari 2022.
Alat Bahan
9
10
Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019: 68).
Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah jenis data kuantitatif. Data
kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka, atau data kuantitatif yang
diangkakan (scoring) (Sugiyono, 2015: 23).
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif. Menurut Sugiyono (2016: 147), analisis deskriptif merupakan statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
S2 16 6 Subur
2 25/11/2021 S1 16 6 Subur
S2 19 6 Subur
3 26/11/2021 S1 15 7 Subur
S2 18 6 Subur, 1 tunas tumbuh
4 27/11/2021 S1 16 7 Subur
S2 18 7 Subur
5 28/11/2021 S1 17 7 Subur
S2 19 7 Subur
6 29/11/2021 S1 18 7 1 tunas tumbuh
S2 19 7 Subur
7 30/11/2021 S1 18 8 Subur
S2 19 7 Subur
8 1/12/2021 S1 18 8 Subur
S2 19 7 Subur, 1 tunas tumbuh
9 2/12/2021 S1 18 8 Subur
S2 19 8 Subur
12
13
S2 24 10 3 daun layu
24 17/12/2021 S1 21 11 3 daun layu, warna
daun hijau kekuningan
S2 25 10 3 daun layu, 1 tunas
tumbuh, warna daun
hijau kekuningan
S2 24 8 Subur
2 25/11/2021 S1 15 6 Subur
S2 24 8 Subur, 1 tunas tumbuh
3 26/11/2021 S1 14 6 Subur
S2 24 9 Subur, 1 tunas tumbuh
4 27/11/2021 S1 14 6 Subur
S2 27 10 Subur
5 28/11/2021 S1 14 7 Subur
S2 26 10 Subur
6 29/11/2021 S1 14 7 Subur
S2 24 10 Subur
7 30/11/2021 S1 15 7 Daun menguning
S2 24 10 Daun menguning
8 1/12/2021 S1 14 7 Daun yang terkena air
deterjen menjadi layu
15
S2 30 12 3 layu
17 10/12/2021 S1 19 8 3 layu, 1 tunas tumbuh
S2 28 13 3 layu
18 11/12/2021 S1 20 8 3 layu
S2 33 13 3 layu
19 12/12/2021 S1 19 8 3 layu
S2 32 13 3 layu
20 13/12/2021 S1 19 8 4 layu
S2 30 13 4 layu
21 14/12/2021 S1 20 8 4 layu
S2 34 13 6 layu
22 15/12/2021 S1 22 9 4 layu
S2 34 13 6 layu
23 16/12/2021 S1 23 9 4 layu, 2 tunas tumbuh
S2 38 13 6 layu, 1 tunas tumbuh
24 17/12/2021 S1 23 10 6 layu, sisanya daun
yang masih kecil,
warna hijau
kekuningan
S2 39 14 6 layu, sisanya daun
yang masih kecil,
warna hijau
kekuningan
S2 22 6 Subur
2 25/11/2021 S1 15 6 Subur
S2 23 6 Subur
3 26/11/2021 S1 15 6 Subur, 1 tunas tumbuh
S2 21 6 Subur, 1 tunas tumbuh
4 27/11/2021 S1 15 7 Subur
S2 22 7 Subur
5 28/11/2021 S1 17 7 Subur
S2 22 7 Subur
6 29/11/2021 S1 17 7 Subur
S2 23 7 Subur
7 30/11/2021 S1 17 7 Subur
S2 23 7 Subur
8 1/12/2021 S1 16 7 1 daun layu
S2 23 7 Subur
9 2/12/2021 S1 16 8 1 daun layu
S2 23 8 Subur
10 3/12/2021 S1 15 8 1 daun layu
S2 23 8 1 daun layu
11 4/12/2021 S1 17 8 1 daun layu
S2 24 8 1 daun layu
12 5/12/2021 S1 17 8 1 daun layu
S2 25 8 1 daun layu
18
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sampel 1 Sampel 2
20
40
35
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Deterjen 1 Deterjen 2
35
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Wantex 1 Wantex 2
21
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sampel 1 Sampel 2
14
12
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Deterjen 1 Deterjen 2
22
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Wantex 1 Wantex 2
Berdasarkan hasil penelitian, eceng gondok yang tidak diberi limbah cair
memiliki pertumbuhan berat bersih yang kurang signifikan dan cenderung biasa
saja, seperti yang terlihat pada Grafik 1. Pada hari pertama penelitian, berat
bersih pada Sampel 1 menunjukkan angka 16 gr. Pada hari terakhir penelitian,
berat Sampel 1 mencapai 21 gr, naik 5 gr dari hari pertama. Pada Sampel 2,
meskipun berat bersih di hari pertama sama dengan sampel 1, yaitu 16 gr.
Namun, di hari terakhir penelitian berat bersih sampel 2 mencapai 25 gr, naik
9 gr dari hari pertama. Perbedaan antara kedua sampel mulai terlihat di hari
kedua. Tetapi perbedaan yang lebih signifikan terlihat pada hari ke-23 dan 24.
Berbeda dengan berat bersihnya, jumlah daun pada eceng gondok yang
tidak diberi limbah cair mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan (pada
23
Grafik 4). Pada Grafik 4, jumlah daun eceng gondok meningkat secara
beraturan. Pada hari pertama, kedua sampel memiliki daun yang sama banyak,
yaitu 6 helai. Namun, di hari terakhir sampel 1 memiliki jumlah daun 11 helai.
Selisih 1 helai lebih banyak daripada sampel 2. Akan tetapi, pada hari ke-19
salah satu daun mulai layu, hingga 3 helai dari 11 daun pada sampel 1 menjadi
layu dan menyisakan 8 helai daun subur dengan warna hijau kekuningan.
Begitu pula dengan yang terjadi pada sampel 2. Terdapat 3 dari 10 daunnya
layu, dan menyisakan 7 daun subur dengan warna hijau kekuningan.
Pada eceng gondok yang tidak diberi limbah cair, kedua sampel
memberikan respon yang sama, yaitu mengalami pertumbuhan berat bersih
yang kurang signifikan dan pertumbuhan jumlah daun yang cukup signifikan.
Sampel 1 mengalami peningkatan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sampel 2. Namun, sampel 1 mengalami peningkatan berat bersih yang
lebih rendah daripada sampel 2.
Kualitas daun pada eceng gondok yang tidak diberi perlakuan limbah cair
cukup subur. Meskipun terdapat 3 daun yang layu pada kedua sampel. Daun
yang subur pada eceng gondok yang tidak diberi limbah cair masih lebih
banyak dibanding dengan daun yang layu.
Pada eceng gondok yang diberi deterjen cair seperti pada Grafik 2,
pertumbuhan berat bersihnya cenderung tidak stabil. Pada sampel 1 atau
deterjen 1, pertumbuhan berat bersihnya kurang signifikan. Di hari pertama,
berat bersih deterjen 1 mencapai 15 gr. Kemudian, di hari terakhir berat bersih
deterjen 1 mencapai angka 23 gr, naik 9 gr dengan pertumbuhan yang tidak
stabil atau naik turun. Pada sampel 2 atau deterjen 2, pertumbuhan berat
bersihnya naik sangat pesat dibandingkan dengan deterjen 1. Namun,
pertumbuhannya lebih tidak stabil daripada deterjen 1. Hal tersebut paling
terlihat di hari ke-12 sampai hari ke-24. Pertumbuhan berat bersih deterjen 2
24
terlihat naik pada hari ke-14, hingga mencapai 33 gr. Namun, turun hingga hari
ke-17 yang mencapai 28 gr. Kemudian berat deterjen 2 naik dan turun lagi, lalu
kembali naik sampai hari ke-24 yang mencapai 39 gr. Selisih 15 gr dari hari
pertama. Meskipun pada hari pertama selisih antara kedua sampel sudah jauh,
yaitu 9 gr. Pada hari terakhir penelitian, selisih antara keduanya bertambah
menjadi 16 gr. Ketidakstabilan pertumbuhan berat bersih kedua sampel ini
dapat disebabkan oleh hari pemberian limbah cair, yaitu setiap 2 hari sekali.
Sementara itu, pada Grafik 5 jumlah daun pada eceng gondok yang diberi
deterjen cair mengalami pertumbuhan yang kurang pesat. Pada deterjen 1, dari
hari pertama hingga hari terakhir penelitian hanya memiliki selisih 4 helai.
Sedangkan pada deterjen 2, selisih pertumbuhan berat bersihnya lebih banyak
2 helai daripada deterjen 1, yaitu 6 helai. Namun pada deterjen 1, 6 dari 10 helai
daunnya layu dan menyisakan 4 helai daun berwarna hijau kekuningan dengan
2 diantaranya merupakan daun kecil. Sama dengan deterjen 1, 6 dari 14 daun
pada deterjen 2 layu. Sehingga menyisakan 7 daun dengan 4 diantaranya
merupakan daun kecil serta berwarna hijau kekuningan. Daun pada kedua
sampel mulai menunjukkan tanda-tanda layu pada hari ke-7 dan mulai layu
pada hari ke-10. Daun yang layu merupakan daun yang tersentuh langsung air
deterjen. Sedangkan daun yang tidak tersentuh langsung deterjen tidak layu.
Perlakuan pada eceng gondok yang diberi deterjen cair memberikan respon
yang berbeda pada kedua sampel. Sampel 1 mengalami pertumbuhan yang
lebih sedikit daripada sampel 2, baik berat bersih maupun jumlah daun.
Meskipun peningkatan pada sampel 1 lebih stabil dan konsisten naik terus.
Sampel 2 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan pada berat bersih.
Namun, pertumbuhannya tidak stabil. Pertumbuhan jumlah daun pada sampel
2 lebih konsisten.
Kualitas daun pada eceng gondok yang diberi deterjen cair juga semakin
menurun. Daun pada kedua sampel Sebagian besar layu dan menyisakan daun-
daun kecil. Hal inilah yang menyebabkan eceng gondok dapat menjadi gulma.
25
Terutama pada sungai yang tercemar. Daun layu tersebut akan mati lalu turun
ke dasar perairan yang selanjutnya akan membuatnya menjadi dangkal.
Sedangkan, jumlah daun pada eceng gondok yang diberi pewarna tekstil
seperti yang disajikan pada Grafik 6, mengalami pertumbuhan yang kurang
pesat. Sampel 1atau wantex 1 hanya memiliki selisih 3 helai daun dari hari
pertama hingga hari terakhir. Di hari ke-13 salah satu helai daun mati. Sehingga
jumlah daun berkurang. Selisih jumlah daun hari pertama sampai terakhir
wantex 2 adalah 4 helai. Pada hari ke-24, salah satu helainya juga mati dan 1
tunas tumbuh. Sehingga menyisakan 10 helai daun. Namun, 2 dari 10 jumlah
daun pada sampel 1 layu. Sehingga hanya terdapat 7 daun yang subur dengan
warna hijau ketuaan. Begitu pula dengan wantex 2, 2 dari 10 daunnya layu.
Sehingga menyisakan 8 daun subur berwarna hijau ketuaan dengan salah satu
daunnya masih kecil.
26
Kualitas daun pada eceng gondok yang diberi pewarna tekstil lebih baik
dibandingkan dengan eceng gondok yang diberi deterjen cair. Meskipun
pertumbuhan jumlah daun pada kedua sampel kurang signifikan. Namun,
kualitas daunnya lebih baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
26
27
5.2 Saran
Penulis menyarankan beberapa hal terkait dengan penelitian di atas, antara lain:
Akbar, A. N. (2020). Pengaruh IPTEKS dan Kualitas Sumber Daya Manusia pada
Pengolahan Eceng Gondok Bernilai Ekonomi Tinggi di Danau Tempe
Kabupaten Wajo. Makassar: Program Studi Magister Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Univertas Hasanuddin.
Andreas, D. (6 Desember 2018). Bersihkan Kali Pakai Eceng Gondok, Mengatasi
Masalah Dengan Masalah. Diakses dari tirto.id: https://tirto.id/bersihkan-kali-
pakai-eceng-gondok-mengatasi-masalah-dengan-masalah-da71
Kamil, I. (15 Agustus 2020). Rangkuman "Pesona di Balik Enceng Gondok", Belajar
dari TVRI 15 Mei 2020. Diakses dari Edukasi Kompas:
https://edukasi.kompas.com/read/2020/05/15/223457571/rangkuman-pesona-
di-balik-enceng-gondok-belajar-dari-tvri-15-mei-2020?page=all
Leonaldo. (23 Desember 2019). Dampak Positif dan Negatif Eceng Gondok bagi
Masyarakat. Diakses dari Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/leonaldo/5d88e8de0d823078472c34c2/dampak
-positif-dan-dampak-negatif-eceng-gondok-bagi-
masyarakat#:~:text=Selain%20memiliki%20dampak%20positif%2C%20ecen
g,pening%20karena%20eceng%20gondok%20mempersulit
Nugraha, J. (31 Agustus 2020). Ekosistem Adalah Suatu Sistem Ekologi, Kenali Jenis
dan Fungsinya. Diakses dari Merdeka:
https://www.merdeka.com/jateng/ekosistem-adalah-suatu-sistem-ekologi-
kenali-jenis-dan-fungsinya-
kln.html#:~:text=Hubungan%20antara%20makhluk%20hidup%20dengan,ling
kungan%20hidup%20yang%20saling%20memengaruhi.
Nuryana, R. (2016). Pemanfaatan Selulosa dari Eceng Gondok sebagai Bahan Baku
Pembuatan CMC (CarboxyMethyl Cellulose ) dengan Media Reaksi
Campuran Larutan Metanol – Propanol. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Pambudi, D. T. (7 April 2021). Eceng Gondok: Masalah Perairan dan Manfaat.
Diakses dari Kumparan: https://kumparan.com/dwityaspambudi/eceng-
gondok-masalah-perairan-dan-manfaat-1vVRN1WfKtq
Sasaqi, D. S., Yahdi, Y., & Krismayanti, L. (2016). Pengaruh Tingkat pH, Fosfat,
Nitrat, dan Ammonium Terhadap Pertumbuhan Eceng Gondok di Perairan
Bendungan Batujai, Kabupaten Lombok Tengah, Vol. 9, No. 1. BIOTA:
Jurnal Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram, 1-16.
28
29
Dokumentasi Pengamatan
Minggu Pertama:
29
30
Minggu Kedua:
30 November 2021/ hari ke-7
Minggu Ketiga:
12 Desember 2021/ hari ke-19