Anda di halaman 1dari 39

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH LIMBAH CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN


ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

Disusun Oleh:

Novita Salwa

Kelas 9.2

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 JAKARTA SELATAN


Jl. Yonzikon 14, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

Tahun 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Limbah Cair terhadap


Pertumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)” diajukan sebagai syarat
kelulusan dari kelas sains tahun pelajaran 2021/2022 dinyatakan telah disetujui.

Disetujui Oleh:

Guru Kinerja Ilmiah Guru Pembimbing

Susi Susilawati, S.Pd. M.Pd Susi Susilawati, S.Pd. M.Pd


NIP. 197006012003122002 NIP. 197006012003122002

Mengetahui:
Kepala Madrasah

Dra. Hj. Retno Dewi Utami, M.Pd


NIP. 196712151994032003

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya lah penulis dapat menyusun
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Limbah Cair terhadap Pertumbuhan
Eceng Gondok” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini, penulis mendapat banyak masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih
yang tulus kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Retno Dewi Utami, M.Pd selaku kepala sekolah MTs Negeri 4
Jakarta yang telah memberikan izin untuk membuat karya tulis ilmiah ini dan
sudah mendukung program pembuatan karya tulis ilmiah di kelas sains ini
sebagai bahan pembelajaran siswa/siswi.
2. Ibu Susi Susilawati, M.Pd selaku guru pembimbing yang telah meluangkan
waktunya membimbing, memberi masukan, dan dukungan kepada penulis
selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Uswatun Hasanah, M.Pd selaku wali kelas yang telah mendukung serta
membimbing kami selama proses penyelesaian kinerja ilmiah.
4. Ibu Amelia Sussena Hamid, M.Pd yang telah mengajarkan membuat dan
menyusun karya tulis ilmiah.
5. Ibu Ziya Syifa Ulya, S.Pd yang telah memeriksa dan memberi masukan
terhadap karya tulis ilmiah ini.
6. Kedua orang tua saya yang senantiasa mendoakan, memberikan motivasi, serta
dukungan baik secara moral maupun finansial.
7. Kepada Putri ‘Atikah Sari, Fathia Sasy Anindhita, Rizkia Haniya Yustin, Wifda
Ghanis Ergadia, Hirzi Prabu Sudiyanto, Fath Ur-Razaq Yasman, dan
Muhammad Tsaqib Adha yang telah memberikan dukungan dan meluangkan
waktu untuk mendengarkan keluh kesah penulis selama penyusunan karya tulis
ilmiah ini.

iii
iv

8. Diri saya sendiri, yang mampu bersabar dan bertahan, sehingga saya dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Kami menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna
dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca dan dapat menjadikan Karya Tulis Ilmiah ini jauh lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap agar karya tulis ilmiah ini bisa memberikan banyak
manfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 7 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii


KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................ 4
2.1 Kajian Teori ....................................................................................................... 4
2.1.1 Eceng Gondok ........................................................................................ 4
2.1.2 Pertumbuhan Eceng Gondok ................................................................ 6
2.1.3 Limbah Cair ........................................................................................... 7
2.1.4 Deterjen ................................................................................................... 7
2.1.5 Pewarna Tekstil Sintetis ........................................................................ 8
2.2 Hipotesis ............................................................................................................. 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 9
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 9
3.1.1 Waktu Penelitian .................................................................................... 9
3.1.2 Tempat Penelitian .................................................................................. 9
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................. 9
3.3 Metode Penelitian .............................................................................................. 9
3.4 Variabel Penelitian .......................................................................................... 10
3.5 Parameter Penelitian ....................................................................................... 10
3.6 Prosedur Penelitian ......................................................................................... 10
3.7 Prosedur Pengamatan ..................................................................................... 11
3.8 Teknik Pengambilan Data .............................................................................. 11
3.9 Teknik Analisa Data ........................................................................................ 11
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN.................................................................... 12

v
vi

4.1 Data Hasil Pengamatan ................................................................................... 12


4.1.1 Tabel Pengamatan Harian .................................................................. 12
4.1.2 Diagram Batang Berat Bersih Eceng Gondok .................................. 19
4.1.3 Diagram Batang Jumlah Daun Eceng Gondok ................................. 21
4.2 Analisis dan Pembahasan ............................................................................... 22
4.2.1 Eceng Gondok tanpa Limbah Cair .................................................... 22
4.2.2 Eceng Gondok dengan Deterjen Cair ................................................ 23
4.2.3 Eceng Gondok dengan Pewarna Tekstil ............................................ 25
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 26
5.1 Simpulan ........................................................................................................... 26
5.2 Saran ................................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 28
LAMPIRAN ............................................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I


tentang prosedur limbah, sesuatu dapat dikatakan limbah, jika termasuk barang sisa
atau bekas yang dihasilkan dari kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah
berubah dari aslinya. Kecuali yang dapat dimakan oleh manusia dan hewan.
Limbah atau polutan ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan serta
mengganggu keseimbangan suatu ekosistem. Saat ini, banyak limbah yang dibuang
sembarangan tanpa diolah terlebih dahulu. Hal inilah yang menyebabkan maraknya
pencemaran lingkungan. Limbah terbagi dalam beberapa jenis, salah satunya
limbah cair.

Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur
maupun terlarut dalam air. Di Indonesia, tidak sedikit pabrik industri dan rumah
tangga yang membuang limbahnya ke dalam sungai. Hal ini dapat menyebabkan
pencemaran pada air. Air termasuk salah satu kebutuhan yang mutlak bagi setiap
makhluk hidup. Dengan tercemarnya air, akan banyak makhluk hidup yang
dirugikan. Terutama makhluk hidup pada ekosistem air.

Ekosistem dapat dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem ini terdiri atas dua komponen pembentuk yakni, komponen abiotik yang
terdiri dari benda-benda tak hidup tetapi memiliki pengaruh terhadap makhluk
hidup yang ada di lingkungannya. Dan komponen biotik yang terdiri dari
komponen penyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik. Pada ekosistem air,
komponen abiotik dapat berupa air, cahaya matahari, batu, udara atau oksigen, dan
suhu. Sedangkan komponen biotiknya berupa binatang-binatang dan tumbuhan air.

1
2

Eceng gondok termasuk tumbuhan air yang biasanya tumbuh di kolam dangkal,
rawa, lahan basah, aliran air yang lambat, danau, pengapungan air, dan sungai yang
arus airnya relatif tenang. Tumbuhan air dengan nama ilmiah Eichhornia crassipes
ini dapat berkembangbiak dengan sangat cepat. Sehingga, sering dianggap sebagai
gulma yang bisa merusak tatanan lingkungan perairan. Eceng gondok sangat kuat
dan mampu beradaptasi di hampir semua lingkungan, serta perubahan kondisi air
yang ekstrem. Tumbuhan air ini mudah hidup di mana saja asalkan ada nutrient.

Seperti makhluk hidup lain, eceng gondok juga mengalami proses


pertumbuhan. Tumbuhan air ini memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat.
Menurut hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara
di Danau Toba (2003), satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu
berkembang seluas 1 ha, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7
ha. Cepatnya pertumbuhan eceng gondok ini dapat mengganggu perairan di
sekitarnya.

Menurut Pambudi (Kumparan, 7 April 2021), beberapa perairan di Indonesia


yang ditumbuhi eceng gondok mengalami kerusakan. Eceng gondok yang mati,
akan turun ke bawah dan mengakibatkan pendangkalan. Tumbuhan ini juga mampu
meningkatkan daya penguapan, sehingga dapat mempercepat hilangnya air. Selain
itu, populasi eceng gondok yang berlebih juga akan menghalangi sinar matahari
yang masuk ke dalam perairan. Sehingga dapat menyebabkan menurunnya tingkat
kelarutan oksigen dalam air. Berlebihnya populasi eceng gondok ini juga dapat
menyebabkan terhambatnya aliran sungai. Seperti yang terjadi pada Sungai Cirarab
tahun 2014 lalu (Tempo, 15 Januari 2014).

Pertumbuhan eceng gondok yang cepat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya kandungan nutrient yang tinggi pada air. Limbah cair juga dapat menjadi
penyebab cepatnya pertumbuhan tumbuhan air ini. Di sisi lain, eceng gondok
memiliki sifat fitoremediasi yang mampu memulihkan masalah lingkungan karena
sanggup menyerap senyawa organik dan anorganik di air secara efektif. Sehingga
eceng gondok juga dapat memulihkan pencemaran pada air.
3

Berdasarkan uraian di atas, Penulis memilih judul “Pengaruh Limbah Cair


terhadap Pertumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)” untuk
mengetahui bagaimana pengaruh dari limbah cair terhadap pertumbuhan eceng
gondok.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang didapat di antaranya:

1. Bagaimana pengaruh limbah cair terhadap pertumbuhan eceng gondok?


2. Bagaimana respon tanaman eceng gondok terhadap limbah cair?
3. Apa jenis limbah cair yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
tanaman eceng gondok?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui pengaruh dari limbah cair terhadap laju pertumbuhan eceng


gondok.
2. Mengetahui respon tanaman eceng gondok terhadap limbah cair.
3. Mengetahui jenis limbah cair yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
pertumbuhan eceng gondok.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, yaitu:

1. Menambah pengetahuan mengenai pertumbuhan tanaman eceng gondok.


2. Menambah wawasan mengenai penanggulangan pencemaran air karena
limbah cair.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Eceng Gondok

Gambar 1. Eceng Gondok

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan salah satu jenis tumbuhan air
mengapung yang biasanya tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah, rawa,
aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air, dan sungai (Dewi, 2012).
Eceng gondok sulit tumbuh dan berkembang dalam air yang jernih dan sangat
dalam apalagi di dataran tinggi (Akbar, Tesis, 2020: 40). Kondisi ideal bagi
perkembangannya memerlukan kisaran waktu antara 11 – 18 hari (Nuryana dan
Rena, 2016: 4).

Tumbuhan air ini berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif
maupun generatif. Umumnya, eceng gondok berkembang biak secara vegetatif
dengan memperpanjang stolonnya (Rahmaningsih, 2006). Menurut Lail (2008),
Tumbuhan ini mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan

4
5

vegetatifnya yang terbawa arus akan terus berkembang menjadi eceng gondok
dewasa, perkembangbiakan eceng gondok dengan cara vegetative juga dapat
melipat ganda dua kali dalam 7 – 10 hari.

Pertumbuhan eceng gondok yang pesat ini dapat menjadikan tumbuhan eceng
gondok sebagai gulma yang menyebabkan kerusakan pada lingkungan perairan di
sekitarnya. Eceng gondok dapat menghalangi matahari yang masuk ke dalam
perairan, mempercepat pendangkalan, serta mengganggu jalan bagi para nelayan.
Eceng gondok juga dapat menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen
dalam air (Kompasiana, 23 September 2019).

Sementara itu, eceng gondok dapat menyerap senyawa-senyawa kimia dalam


perairan (Rahmaningsih, 2006). Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menyerap
polutan di sekitar eceng gondok sehingga pencemaran lingkungan air dapat
dikurangi. Komposisi kimia pada eceng gondok tergantung dari kandungan unsur
hara tempatnya tumbuh, dan sifat daya serap yang dimiliki tanaman tersebut
(Nuryana dan Rena, 2016: 9).

Eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara


biokimiawi, dan mampu menyerap logam-logam berat seperti Cr, Pb, H, Cd, Cu,
Fe, Mn, Zn dengan baik (Winata dan Adi, Skripsi, 2011: 10). Tingkat kemampuan
tanaman ini dalam menyerap logam berat kering pada saat muda lebih tinggi dari
pada saat berumur tua (Widianto, 1997).

Klasifikasi taksonomi tanaman eceng gondok:

• Kingdom : Plantae
• Sub Kingdom : Viridiplantae
• Super Divisi : Embryophyta
• Divisi : Tracheophyta
• Kelas : Magnoliopsida
• Super Ordo : Lilianae
6

• Ordo : Commelinales
• Famili : Pontederiaceae
• Genus : Eichhornia Kunth
• Spesies : Eichhornia crassipes

2.1.2 Pertumbuhan Eceng Gondok

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan


intraseluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian
atau keseluruhan. Sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat
(Kemenkes RI, 2012).

Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan eceng gondok yaitu, cara


berkembangbiak, tingkat keasaman (pH), cahaya, fosfat, nitrat, dan ammonium.
Nitrogen sebagai nitrat umumnya diperlukan untuk pembelahan sel dan
pembesaran sel. Sehingga apabila eceng gondok kekurangan unsur nitrogen, maka
tumbuhan tersebut akan tumbuh kerdil dan menguning. (Biota, Vol.8, No.1, 2016:
157).

Unsur fosfor juga diperlukan untuk mendukung pertumbuhan akar, sistem


informasi genetik, membran sel dan fosfoprotein. Sehingga, jika eceng gondok
kekurangan unsur fosfor, maka daun pada eceng gondok akan berwarna lebih
gelap. Kandungan fosfor serta nitrogen yang tinggi pada perairan akan memicu
perkembangbiakkan eceng gondok menjadi lebih cepat, yaitu sekitar 4% pada
setiap meter persegi tumbuhan, dengan densitas kerapatan 10 kg/m2 (Biota, Vol.8,
No.1, 2016: 157).

Eceng gondok dapat mengubah pH air di lingkungan sekitarnya. Suhu yang


ideal untuk pertumbuhan eceng gondok berkisar antara 28º – 30ºC dengan derajat
keasaman antara 4 – 12 pH (Akbar, Tesis, 2020: 40). Eceng gondok tumbuh
7

dengan menghisap air dan menguapkannya kembali melalui tanaman yang


tertimpa sinar matahari melalui proses evaporasi. Karena itu, sinar matahari selalu
dibutuhkan selama hidupnya (Aniek, 2003).

2.1.3 Limbah Cair

Menurut Mahida (1984), limbah merupakan sisa dari suatu usaha maupun
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat,
konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak yang dapat
membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya. Limbah terbagi menjadi empat jenis berdasarkan wujudnya yaitu,
limbah padat, limbah cair, limbah gas, serta limbah suara.

Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan
pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi
yang terbuang dari sumber domestik, industri, dan pada saat tertentu tercampur
dengan air tanah, air permukaan, maupun air hujan (Soeparman dan Suparmin,
2002).

Limbah cair yang tidak diatasi dengan baik dan dibuang tanpa diolah terlebih
dahulu akan menyebabkan kerusakan pada lingkungan serta dapat menjadi sumber
penyakit bagi masyarakat. Limbah cair yang memiliki potensi paling besar untuk
mencemari lingkungan adalah limbah cair domestik serta limbah cair industri
tekstil.

2.1.4 Deterjen

Deterjen merupakan produk formulasi campuran zat kimia yang bertujuan


untuk meningkatkan kemampuan daya pembersih. Klein (1962) mendefinisikan
deterjen sebagai suatu bahan pembersih yang berasal dari bahan kimia sintetis
sehingga berbeda dengan sabun. Deterjen termasuk limbah cair yang dihasilkan
oleh rumah tangga.
8

Seiring berjalannya waktu, populasi manusia akan semakin bertambah. Hal ini
akan menyebabkan meningkatnya pemakaian deterjen. Penggunaan deterjen
secara besar-besaran ini dapat meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau
danau yang akan merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok
(Agustina, et al., 2005).

Terdapat beberapa komponen dari deterjen, yaitu surfaktan yang merupakan


bahan dasar sebesar 20 – 30%, buiders (senyawa fosfat) sebesar 70 – 80%, dan
bahan aditif (pemutih dan pewangi) (Yuliani, et al., 2015: 822).

2.1.5 Pewarna Tekstil Sintetis

Pewarna tekstil sintetis merupakan zat pewarna tekstil yang dibuat oleh pabrik
dengan bahan dasar kimia sehingga warnanya lebih mencolok dari pada pewarna
tekstil alami. Zat pewarna sintetis dapat memicu kerusakan pada lingkungan. Hal
ini disebabkann oleh polutan yang terkandung di dalamnnya. Polutan tersebut
berupa logam berat berbahaya yang antara lain adalah Cu, Ni, Cr, Hg, dan Co
(Tanziz, 2009).

2.2 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas, penulis memperkirakan bahwa terdapat


pengaruh limbah cair terhadap pertumbuhan eceng gondok.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 6 bulan, dari bulan Agustus 2021 sampai bulan
Januari 2022.

3.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di tempat yang terkena sinar matahari langsung


dengan suhu udara lingkungan.

3.2 Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Wadah eceng gondok (baskom) Eceng gondok

Timbangan digital Air

Sendok teh Deterjen cair

Buku tulis Pewarna tekstil (wantex)

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian


eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2009: 107).

9
10

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019: 68).

Variabel terikat : Pertumbuhan Eceng Gondok.

Variabel bebas : Limbah Cair

Variabel kontrol : Suhu dan Sinar Matahari.

3.5 Parameter Penelitian

Parameter yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

1. Berat tanaman (g).


2. Jumlah daun.

3.6 Prosedur Penelitian

1. Siapkan tiga baskom yang masing-masing telah diberi label.


2. Isi baskom tersebut dengan air yang sama banyak.
3. Benih eceng gondok yang sudah diberi label dimasukkan ke masing-masing
baskom.
4. Letakkan eceng gondok pada tempat yang terkena sinar matahari langsung.
5. Eceng gondok yang diuji diberi limbah cair setiap dua hari sekali dengan
takaran :

- Deterjen cair : 1/4 sendok teh.

- Pewarna tekstil (wantex) : 1/4 sendok teh.


11

6. Catat pertumbuhan eceng gondok secara berkala selama kegiatan eksperimen


berlangsung.
7. Kegiatan eksperimen dilakukan selama 24 hari

3.7 Prosedur Pengamatan

1. Nyalakan timbangan digital.


2. Letakkan eceng gondok di atas timbangan.
3. Catat nilai yang keluar pada timbangan.
4. Hitung jumlah daun pada tiap eceng gondok.
5. Catat jumlah daun.
6. Lakukan secara berkala selama kegiatan eksperimen berlangsung.

3.8 Teknik Pengambilan Data

Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah jenis data kuantitatif. Data
kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka, atau data kuantitatif yang
diangkakan (scoring) (Sugiyono, 2015: 23).

3.9 Teknik Analisa Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif. Menurut Sugiyono (2016: 147), analisis deskriptif merupakan statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Pengamatan Harian

Tabel 2. Eceng Godok tanpa Limbah Cair

Hari Tanggal Sampel Berat Jumlah Keterangan


Bersih (gr) Daun
1 24/11/2021 S1 16 6 Subur

S2 16 6 Subur
2 25/11/2021 S1 16 6 Subur
S2 19 6 Subur
3 26/11/2021 S1 15 7 Subur
S2 18 6 Subur, 1 tunas tumbuh
4 27/11/2021 S1 16 7 Subur
S2 18 7 Subur
5 28/11/2021 S1 17 7 Subur
S2 19 7 Subur
6 29/11/2021 S1 18 7 1 tunas tumbuh
S2 19 7 Subur
7 30/11/2021 S1 18 8 Subur
S2 19 7 Subur
8 1/12/2021 S1 18 8 Subur
S2 19 7 Subur, 1 tunas tumbuh
9 2/12/2021 S1 18 8 Subur
S2 19 8 Subur

12
13

10 3/12/2021 S1 18 8 Subur, daun mulai


sedikit kekuningan
S2 19 8 Subur
11 4/12/2021 S1 19 8 Subur, 1 tunas tumbuh
S2 20 8 Subur
12 5/12/2021 S1 19 9 Subur
S2 19 8 Subur, 1 tunas tumbuh
13 6/12/2021 S1 21 9 Subur
S2 20 9 Subur
14 7/12/2021 S1 21 9 Subur
S2 20 9 Subur
15 8/12/2021 S1 21 9 Subur, 1 tunas tumbuh
S2 20 9 Subur
16 9/12/2021 S1 21 10 Subur
S2 21 9 Subur
17 10/12/2021 S1 21 10 Subur
S2 21 9 Subur
18 11/12/2021 S1 21 10 Subur
S2 21 9 Subur, 1 tunas tumbuh
19 12/12/2021 S1 21 10 Subur, 1 daun layu
S2 21 10 Subur, 1 daun layu
20 13/12/2021 S1 21 10 Subur, 1 daun layu
S2 22 10 Subur, 1 daun layu
21 14/12/2021 S1 21 11 Subur, 1 daun layu
S2 22 10 Subur, 1 daun layu
22 15/12/2021 S1 21 11 Subur, 1 daun layu
S2 22 10 3 daun layu
23 16/12/2021 S1 21 11 3 daun layu
14

S2 24 10 3 daun layu
24 17/12/2021 S1 21 11 3 daun layu, warna
daun hijau kekuningan
S2 25 10 3 daun layu, 1 tunas
tumbuh, warna daun
hijau kekuningan

Keterangan: S1 = Sampel 1, S2 = Sampel 2

Tabel 3. Eceng Godok dengan Deterjen Cair

Hari Tanggal Sampel Berat Bersih Jumlah Keterangan


ke- (gr) Daun
1 24/11/2021 S1 15 6 Subur

S2 24 8 Subur
2 25/11/2021 S1 15 6 Subur
S2 24 8 Subur, 1 tunas tumbuh
3 26/11/2021 S1 14 6 Subur
S2 24 9 Subur, 1 tunas tumbuh
4 27/11/2021 S1 14 6 Subur
S2 27 10 Subur
5 28/11/2021 S1 14 7 Subur
S2 26 10 Subur
6 29/11/2021 S1 14 7 Subur
S2 24 10 Subur
7 30/11/2021 S1 15 7 Daun menguning
S2 24 10 Daun menguning
8 1/12/2021 S1 14 7 Daun yang terkena air
deterjen menjadi layu
15

S2 24 10 Daun yang terkena air


deterjen menjadi layu
9 2/12/2021 S1 14 7 Daun yang terkena air
deterjen menjadi layu
S2 26 10 Daun yang terkena air
deterjen menjadi layu,
1 tunas tumbuh
10 3/12/2021 S1 15 7 3 daun yang terkena
air layu
S2 25 11 3 daun yang terkena
air layu
11 4/12/2021 S1 17 7 3 daun yang terkena
air layu
S2 26 11 3 daun yang terkena
air layu
12 5/12/2021 S1 16 8 3 daun yang terkena
air layu
S2 27 11 3 daun yang terkena
air layu
13 6/12/2021 S1 18 8 3 daun yang terkena
air layu
S2 30 11 3 daun yang terkena
air layu, 1 tunas
tumbuh
14 7/12/2021 S1 18 8 3 layu
S2 33 12 3 layu
15 8/12/2021 S1 18 8 3 layu
S2 32 12 3 layu
16 9/12/2021 S1 19 8 3 layu
16

S2 30 12 3 layu
17 10/12/2021 S1 19 8 3 layu, 1 tunas tumbuh
S2 28 13 3 layu
18 11/12/2021 S1 20 8 3 layu
S2 33 13 3 layu
19 12/12/2021 S1 19 8 3 layu
S2 32 13 3 layu
20 13/12/2021 S1 19 8 4 layu
S2 30 13 4 layu
21 14/12/2021 S1 20 8 4 layu
S2 34 13 6 layu
22 15/12/2021 S1 22 9 4 layu
S2 34 13 6 layu
23 16/12/2021 S1 23 9 4 layu, 2 tunas tumbuh
S2 38 13 6 layu, 1 tunas tumbuh
24 17/12/2021 S1 23 10 6 layu, sisanya daun
yang masih kecil,
warna hijau
kekuningan
S2 39 14 6 layu, sisanya daun
yang masih kecil,
warna hijau
kekuningan

Keterangan: S1 = Sampel 1, S2 = Sampel 2, kolom yang diarsir = hari diberikannya


variabel bebas
17

Tabel 4. Eceng Godok dengan Pewarna Tekstil (Wantex)

Hari Tanggal Sampel Berat Bersih Jumlah Keterangan


(gr) Daun
1 24/11/2021 S1 15 6 Subur

S2 22 6 Subur
2 25/11/2021 S1 15 6 Subur
S2 23 6 Subur
3 26/11/2021 S1 15 6 Subur, 1 tunas tumbuh
S2 21 6 Subur, 1 tunas tumbuh
4 27/11/2021 S1 15 7 Subur
S2 22 7 Subur
5 28/11/2021 S1 17 7 Subur
S2 22 7 Subur
6 29/11/2021 S1 17 7 Subur
S2 23 7 Subur
7 30/11/2021 S1 17 7 Subur
S2 23 7 Subur
8 1/12/2021 S1 16 7 1 daun layu
S2 23 7 Subur
9 2/12/2021 S1 16 8 1 daun layu
S2 23 8 Subur
10 3/12/2021 S1 15 8 1 daun layu
S2 23 8 1 daun layu
11 4/12/2021 S1 17 8 1 daun layu
S2 24 8 1 daun layu
12 5/12/2021 S1 17 8 1 daun layu
S2 25 8 1 daun layu
18

13 6/12/2021 S1 17 7 1 daun mati


S2 27 8 1 daun layu, 1 tunas
tumbuh
14 7/12/2021 S1 18 8 Subur
S2 27 9 1 daun layu
15 8/12/2021 S1 19 8 Subur
S2 27 9 1 daun layu
16 9/12/2021 S1 21 8 Subur
S2 27 9 1 daun layu
17 10/12/2021 S1 22 8 Subur
S2 27 9 1 daun layu
18 11/12/2021 S1 23 8 Subur
S2 28 9 1 daun layu
19 12/12/2021 S1 23 8 Subur, 1 tunas tumbuh
S2 29 9 1 daun layu, 1 tunas
tumbuh
20 13/12/2021 S1 27 9 Subur
S2 31 10 1 daun layu
21 14/12/2021 S1 27 9 2 daun layu
S2 34 10 1 daun layu
22 15/12/2021 S1 26 9 2 daun layu
S2 36 10 3 daun layu
23 16/12/2021 S1 26 9 2 daun layu
S2 36 10 3 daun layu, 1 tunas
tumbuh
24 17/12/2021 S1 25 9 2 daun layu, warna
daunnya hijau ketuaan
19

S2 36 10 1 mati, 2 daun layu,


warna daunnya hijau
ketuaan

Keterangan: S1 = Sampel 1, S2 = Sampel 2, kolom yang diarsir = hari diberikannya


variabel bebas

4.1.2 Diagram Batang Berat Bersih Eceng Gondok

Grafik 1. Berat Bersih Eceng Gondok tanpa Limbah Cair

Berat Bersih Eceng Gondok tanpa Limbah Cair (gr)


30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Sampel 1 Sampel 2
20

Grafik 2. Berat Bersih Eceng Gondok dengan Deterjen Cair

Berat Bersih Eceng Gondok dengan Deterjen Cair (gr)


45

40

35

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Deterjen 1 Deterjen 2

Grafik 3. Berat Bersih Eceng Gondok dengan Pewarna Tekstil

Berat Bersih Eceng Gondok dengan Pewarna Tekstil (gr)


40

35

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Wantex 1 Wantex 2
21

4.1.3 Diagram Batang Jumlah Daun Eceng Gondok

Grafik 4. Jumlah Daun Eceng Gondok tanpa Limbah Cair

Jumlah Daun Eceng Gondok tanpa Limbah Cair


12

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Sampel 1 Sampel 2

Grafik 5. Jumlah Daun Eceng Gondok dengan Deterjen Cair

Jumlah Daun Eceng Gondok dengan Deterjen Cair


16

14

12

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Deterjen 1 Deterjen 2
22

Grafik 6. Jumlah Daun Eceng Gondok dengan Pewarna Tekstil

Jumlah Daun Eceng Gondok dengan Pewarna Tekstil


12

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Wantex 1 Wantex 2

4.2 Analisis dan Pembahasan


4.2.1 Eceng Gondok tanpa Limbah cair

Berdasarkan hasil penelitian, eceng gondok yang tidak diberi limbah cair
memiliki pertumbuhan berat bersih yang kurang signifikan dan cenderung biasa
saja, seperti yang terlihat pada Grafik 1. Pada hari pertama penelitian, berat
bersih pada Sampel 1 menunjukkan angka 16 gr. Pada hari terakhir penelitian,
berat Sampel 1 mencapai 21 gr, naik 5 gr dari hari pertama. Pada Sampel 2,
meskipun berat bersih di hari pertama sama dengan sampel 1, yaitu 16 gr.
Namun, di hari terakhir penelitian berat bersih sampel 2 mencapai 25 gr, naik
9 gr dari hari pertama. Perbedaan antara kedua sampel mulai terlihat di hari
kedua. Tetapi perbedaan yang lebih signifikan terlihat pada hari ke-23 dan 24.

Berbeda dengan berat bersihnya, jumlah daun pada eceng gondok yang
tidak diberi limbah cair mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan (pada
23

Grafik 4). Pada Grafik 4, jumlah daun eceng gondok meningkat secara
beraturan. Pada hari pertama, kedua sampel memiliki daun yang sama banyak,
yaitu 6 helai. Namun, di hari terakhir sampel 1 memiliki jumlah daun 11 helai.
Selisih 1 helai lebih banyak daripada sampel 2. Akan tetapi, pada hari ke-19
salah satu daun mulai layu, hingga 3 helai dari 11 daun pada sampel 1 menjadi
layu dan menyisakan 8 helai daun subur dengan warna hijau kekuningan.
Begitu pula dengan yang terjadi pada sampel 2. Terdapat 3 dari 10 daunnya
layu, dan menyisakan 7 daun subur dengan warna hijau kekuningan.

Pada eceng gondok yang tidak diberi limbah cair, kedua sampel
memberikan respon yang sama, yaitu mengalami pertumbuhan berat bersih
yang kurang signifikan dan pertumbuhan jumlah daun yang cukup signifikan.
Sampel 1 mengalami peningkatan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sampel 2. Namun, sampel 1 mengalami peningkatan berat bersih yang
lebih rendah daripada sampel 2.

Kualitas daun pada eceng gondok yang tidak diberi perlakuan limbah cair
cukup subur. Meskipun terdapat 3 daun yang layu pada kedua sampel. Daun
yang subur pada eceng gondok yang tidak diberi limbah cair masih lebih
banyak dibanding dengan daun yang layu.

4.2.2 Eceng Gondok dengan Deterjen Cair

Pada eceng gondok yang diberi deterjen cair seperti pada Grafik 2,
pertumbuhan berat bersihnya cenderung tidak stabil. Pada sampel 1 atau
deterjen 1, pertumbuhan berat bersihnya kurang signifikan. Di hari pertama,
berat bersih deterjen 1 mencapai 15 gr. Kemudian, di hari terakhir berat bersih
deterjen 1 mencapai angka 23 gr, naik 9 gr dengan pertumbuhan yang tidak
stabil atau naik turun. Pada sampel 2 atau deterjen 2, pertumbuhan berat
bersihnya naik sangat pesat dibandingkan dengan deterjen 1. Namun,
pertumbuhannya lebih tidak stabil daripada deterjen 1. Hal tersebut paling
terlihat di hari ke-12 sampai hari ke-24. Pertumbuhan berat bersih deterjen 2
24

terlihat naik pada hari ke-14, hingga mencapai 33 gr. Namun, turun hingga hari
ke-17 yang mencapai 28 gr. Kemudian berat deterjen 2 naik dan turun lagi, lalu
kembali naik sampai hari ke-24 yang mencapai 39 gr. Selisih 15 gr dari hari
pertama. Meskipun pada hari pertama selisih antara kedua sampel sudah jauh,
yaitu 9 gr. Pada hari terakhir penelitian, selisih antara keduanya bertambah
menjadi 16 gr. Ketidakstabilan pertumbuhan berat bersih kedua sampel ini
dapat disebabkan oleh hari pemberian limbah cair, yaitu setiap 2 hari sekali.

Sementara itu, pada Grafik 5 jumlah daun pada eceng gondok yang diberi
deterjen cair mengalami pertumbuhan yang kurang pesat. Pada deterjen 1, dari
hari pertama hingga hari terakhir penelitian hanya memiliki selisih 4 helai.
Sedangkan pada deterjen 2, selisih pertumbuhan berat bersihnya lebih banyak
2 helai daripada deterjen 1, yaitu 6 helai. Namun pada deterjen 1, 6 dari 10 helai
daunnya layu dan menyisakan 4 helai daun berwarna hijau kekuningan dengan
2 diantaranya merupakan daun kecil. Sama dengan deterjen 1, 6 dari 14 daun
pada deterjen 2 layu. Sehingga menyisakan 7 daun dengan 4 diantaranya
merupakan daun kecil serta berwarna hijau kekuningan. Daun pada kedua
sampel mulai menunjukkan tanda-tanda layu pada hari ke-7 dan mulai layu
pada hari ke-10. Daun yang layu merupakan daun yang tersentuh langsung air
deterjen. Sedangkan daun yang tidak tersentuh langsung deterjen tidak layu.

Perlakuan pada eceng gondok yang diberi deterjen cair memberikan respon
yang berbeda pada kedua sampel. Sampel 1 mengalami pertumbuhan yang
lebih sedikit daripada sampel 2, baik berat bersih maupun jumlah daun.
Meskipun peningkatan pada sampel 1 lebih stabil dan konsisten naik terus.
Sampel 2 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan pada berat bersih.
Namun, pertumbuhannya tidak stabil. Pertumbuhan jumlah daun pada sampel
2 lebih konsisten.

Kualitas daun pada eceng gondok yang diberi deterjen cair juga semakin
menurun. Daun pada kedua sampel Sebagian besar layu dan menyisakan daun-
daun kecil. Hal inilah yang menyebabkan eceng gondok dapat menjadi gulma.
25

Terutama pada sungai yang tercemar. Daun layu tersebut akan mati lalu turun
ke dasar perairan yang selanjutnya akan membuatnya menjadi dangkal.

4.2.3 Eceng Gondok dengan Pewarna Tekstil

Eceng gondok yang diberi pewarna tekstil pada Grafik 3 mengalami


pertumbuhan berat bersih yang pesat. Meskipun pertumbuhan berat bersihnya
tidak terlalu stabil, namun masih lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan
eceng gondok yang diberi deterjen cair. Pada sampel 1 atau wantex 1, di hari
pertama, berat bersihnya menunjukkan angka 15 gr. Di hari terakhir, berat
bersihnya mencapai 25 gr, naik 10 gr dari hari pertama. Pertumbuhan wantex 1
di hari ke-21 mengalami penurunan sampai hari ke-24. Sehingga berat bersih
pada hari ke-21 yang mencapai 27 gr turun menjadi 25 gr pada hari ke-24.
Berbeda dengan wantex 1, pada sampel 2 atau wantex 2 pertumbuhan berat
bersihnya cukup stabil, hanya menurun pada hari ke-3 saja. Selanjutnya
pertumbuhan berat bersihnya stabil dan cukup signifikan. Di hari pertama, berat
wantex 2 ada di angka 22 gr. Kemudian, di hari terakhir melesat menjadi 36 gr,
naik 14 gr dari hari pertama.

Sedangkan, jumlah daun pada eceng gondok yang diberi pewarna tekstil
seperti yang disajikan pada Grafik 6, mengalami pertumbuhan yang kurang
pesat. Sampel 1atau wantex 1 hanya memiliki selisih 3 helai daun dari hari
pertama hingga hari terakhir. Di hari ke-13 salah satu helai daun mati. Sehingga
jumlah daun berkurang. Selisih jumlah daun hari pertama sampai terakhir
wantex 2 adalah 4 helai. Pada hari ke-24, salah satu helainya juga mati dan 1
tunas tumbuh. Sehingga menyisakan 10 helai daun. Namun, 2 dari 10 jumlah
daun pada sampel 1 layu. Sehingga hanya terdapat 7 daun yang subur dengan
warna hijau ketuaan. Begitu pula dengan wantex 2, 2 dari 10 daunnya layu.
Sehingga menyisakan 8 daun subur berwarna hijau ketuaan dengan salah satu
daunnya masih kecil.
26

Pengaruh pemberian pewarna tekstil terhadap tanaman eceng gondok


memberikan respon yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan berat bersih.
Namun, terjadi perlambatan pada pertumbuhan jumlah daun. Kedua sampel
sama-sama mengalami pertumbuhan berat bersih yang cukup signifikan
meskipun sampel 1 mengalami penurunan pada hari ke-21. Sedangkan,
pertumbuhan jumlah daun melambat pada kedua sampel dan sampel 2 lebih
tinggi peningkatan jumlah daunnya dibandingkan dengan sampel 1.

Kualitas daun pada eceng gondok yang diberi pewarna tekstil lebih baik
dibandingkan dengan eceng gondok yang diberi deterjen cair. Meskipun
pertumbuhan jumlah daun pada kedua sampel kurang signifikan. Namun,
kualitas daunnya lebih baik.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Limbah cair dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan eceng gondok.


Berat bersih serta jumlah daun pada eceng gondok yang diberi perlakuan
limbah cair mengalami pertumbuhan yang lebih signifikan dibandingkan
dengan eceng gondok yang tidak diberi perlakuan limbah cair. Pertumbuhan
yang signifikan tersebut terjadi dikarenakan sifat eceng gondok yang dapat
menyerap senyawa-senyawa kimia dalam perairan. Daya serap eceng gondok
tersebut dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi pencemaran air pada sungai-
sungai di Indonesia.
2. Eceng gondok yang diberi perlakuan deterjen cair memberikan respon yang
kurang stabil dan berbeda antara kedua sampel. Sampel 2 mengalami
pertumbuhan berat bersih serta jumlah daun yang lebih pesat dibandingkan
dengan sampel 1. Sedangkan, eceng gondok yang diberi perlakuan pewarna
tekstil menunjukkan respon yang sama di antara kedua sampel. Kedua sampel
menunjukkan respon yang signifikan terhadap pertumbuhan berat bersih.
Namun, terjadi perlambatan pada pertumbuhan jumlah daun.
3. Limbah cair yang memiliki pengaruh yang paling besar terhadap tumbuhan
eceng gondok adalah deterjen cair. Hal tersebut dilihat dari pertumbuhan atau
banyaknya peningkatan berat bersih dan jumlah daun yang lebih besar
dibandingkan dengan eceng gondok yang diberi perlakuan pewarna tekstil.
Namun, karena wadah eceng gondok tidak besar dan penelitian tidak dilakukan
di air yang mengalir. Maka kualitas daun eceng gondok menjadi terkena
pengaruh. Daun yang terkena air deterjen cair menjadi lebih banyak yang layu
dibandingkan dengan pewarna tekstil. Kualitas daun dari perlakuan pemberian
pewarna tekstil lebih hijau dan lebih subur daripada daun dengan perlakuan
deterjen cair. Maka kualitas tumbuhan eceng gondok yang diberi perlakuan

26
27

pewarna tekstil lebih baik dibandingkan dengan kualitas tumbuhan eceng


gondok yang diberi perlakuan deterjen cair.

5.2 Saran

Penulis menyarankan beberapa hal terkait dengan penelitian di atas, antara lain:

1. Disarankan melakukan penelitian di tempat yang lebih besar agar hasil


penelitian lebih akurat.
2. Disarankan melakukan penelitian lebih lanjut dengan memberi perlakuan
beda pada takaran limbah cair untuk melihat seberapa besar takaran limbah
cair yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan eceng gondok.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A. N. (2020). Pengaruh IPTEKS dan Kualitas Sumber Daya Manusia pada
Pengolahan Eceng Gondok Bernilai Ekonomi Tinggi di Danau Tempe
Kabupaten Wajo. Makassar: Program Studi Magister Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Univertas Hasanuddin.
Andreas, D. (6 Desember 2018). Bersihkan Kali Pakai Eceng Gondok, Mengatasi
Masalah Dengan Masalah. Diakses dari tirto.id: https://tirto.id/bersihkan-kali-
pakai-eceng-gondok-mengatasi-masalah-dengan-masalah-da71
Kamil, I. (15 Agustus 2020). Rangkuman "Pesona di Balik Enceng Gondok", Belajar
dari TVRI 15 Mei 2020. Diakses dari Edukasi Kompas:
https://edukasi.kompas.com/read/2020/05/15/223457571/rangkuman-pesona-
di-balik-enceng-gondok-belajar-dari-tvri-15-mei-2020?page=all
Leonaldo. (23 Desember 2019). Dampak Positif dan Negatif Eceng Gondok bagi
Masyarakat. Diakses dari Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/leonaldo/5d88e8de0d823078472c34c2/dampak
-positif-dan-dampak-negatif-eceng-gondok-bagi-
masyarakat#:~:text=Selain%20memiliki%20dampak%20positif%2C%20ecen
g,pening%20karena%20eceng%20gondok%20mempersulit
Nugraha, J. (31 Agustus 2020). Ekosistem Adalah Suatu Sistem Ekologi, Kenali Jenis
dan Fungsinya. Diakses dari Merdeka:
https://www.merdeka.com/jateng/ekosistem-adalah-suatu-sistem-ekologi-
kenali-jenis-dan-fungsinya-
kln.html#:~:text=Hubungan%20antara%20makhluk%20hidup%20dengan,ling
kungan%20hidup%20yang%20saling%20memengaruhi.
Nuryana, R. (2016). Pemanfaatan Selulosa dari Eceng Gondok sebagai Bahan Baku
Pembuatan CMC (CarboxyMethyl Cellulose ) dengan Media Reaksi
Campuran Larutan Metanol – Propanol. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Pambudi, D. T. (7 April 2021). Eceng Gondok: Masalah Perairan dan Manfaat.
Diakses dari Kumparan: https://kumparan.com/dwityaspambudi/eceng-
gondok-masalah-perairan-dan-manfaat-1vVRN1WfKtq
Sasaqi, D. S., Yahdi, Y., & Krismayanti, L. (2016). Pengaruh Tingkat pH, Fosfat,
Nitrat, dan Ammonium Terhadap Pertumbuhan Eceng Gondok di Perairan
Bendungan Batujai, Kabupaten Lombok Tengah, Vol. 9, No. 1. BIOTA:
Jurnal Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram, 1-16.

28
29

Setiawan, B. (4 Oktober 2021). Pengelompokan Limbah Berdasarkan Bentuk Atau


Wujudnya. Diakses dari Ilmu Lingkungan:
https://ilmulingkungan.com/pengelompokan-limbah-berdasarkan-bentuk-atau-
wujudnya/
Soedarsono, P., Sulardiono, B., & Bakhtiar, R. (2013). Hubungan Kandungan Nitrat
(NO2) & Fosfat (PO2) terhadap Pertumbuhan Biomassa Basah Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes) yang Berbeda Lokasi di Perairan Rawa Pening
Ambarawa, Kabupaten Semarang. Journal of Management of Aquatic
Resources Vol. 2, No. 2, 66-72.
Taufik, I. (2006). Pencemaran deterjen dalam perairan dan dampaknya terhadap
organisme air. Media Akuakultur Volume 1, Nomer 1.
Tempo.co. (15 Januari 2014). Eceng Gondok dan Jembatan Penyebab Banjir Jakarta
. Diakses dari Metro Tempo: https://metro.tempo.co/read/544908/eceng-
gondok-dan-jembatan-penyebab-banjir-jakarta/full&view=ok
Widayanti, N. N. (2019). Pengaruh Pemberian Pupuk Hijau Cair Gulma terhadap
Fraksi Serat Rumput Gajah Varietas Taiwan (Pennisetum purpureum cv.
Taiwan) Pada Umur Potong yang Berbeda. Yogyakarta: Universitas Mercu
Buana Yogyakarta.
Winata, R. C. (2011). Studi Pengomposan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) dan
Jerami Padi dengan Penambahan Biodekomposer. Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Yonathan, A., Prasetya, A. R., & Pramudono, B. (2013). Produksi Biogasdari Eceng
Gondok (Eicchornia crassipes) : Kajian Konsistensi dan pH terhadap Biogas
Dihasilkan. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2, No. 2, 211-215.
Yuliani, R. L., Purwanti, E., & Pantiwati, Y. (2015). Pengaruh Limbah Detergen
Industri Laundry terhadap Mortalitas dan Indeks Fisiologi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Malang.
LAMPIRAN

Dokumentasi Pengamatan
Minggu Pertama:

25 November 2021/ hari ke-2

Tanpa Limbah Pewarna Tekstil Deterjen cair

28 November 2021/ hari ke-5

Tanpa Limbah Pewarna Tekstil Deterjen cair

29
30

Minggu Kedua:
30 November 2021/ hari ke-7

Tanpa Limbah Pewarna Tekstil Deterjen cair

3 Desember 2021/ hari ke-10

Tanpa Limbah Pewarna Tekstil Deterjen cair

8 Desember 2021/hari ke-15

Tanpa Limbah Pewarna Tekstil Deterjen cair


31

Minggu Ketiga:
12 Desember 2021/ hari ke-19

Tanpa Limbah Pewarna Tekstil Deterjen cair

14 Desember 2021/ hari ke-21

Tanpa Limbah Pewarna Tekstil Deterjen cair

17 Desember 2021/ hari ke-24

Tanpa Limbah Pewarna Tekstil Deterjen cair

Anda mungkin juga menyukai