Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PRAKTIKUM BIOLOGI

Pengaruh Media dengan Tekstur Berbeda terhadap


Laju Pergerakan Cacing Tanah

DISUSUN OLEH:
1
2
3
4
5
6
7

PUJIANA
NUR KHOIRI HIDAYATI
AYU RIZQIANA ULFAH
RIZKY NUR APRILIASARI
DESSY PUSPITA RINI
FAUZIYAH CHOIRUNNISA
ENDAH ROFIANA

(13302241033)
(13302241034)
(13302241035)
(13302241036)
(13302241037)
(13302241038)
(13302241039)

PENDIDIKAN FISIKA A

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
I.

JUDUL
Pengaruh Media dengan Tekstur Berbeda Terhadap Laju Pergerakan Cacing Tanah

II.

LATAR BELAKANG

Cacing Tanah (Lumbricus terestis) merupakan makrofauna tanah yang memiliki


bentuk simetris bilateral. Cacing tanah tidak memiliki tulang,memiliki cuticle (kulit) yang
tipis berpigmen dan memiliki setae pada semua segmennya kecuali pada 2 segmen pertama,
dengan lapisan terluar mempunyai otot sirkuler (bundar) dan lapisan terdalam memiliki otot
memanjang (longitudinal).
Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen dan memiliki struktur organ yang
sederhana,yang justru menyebabkan cacing tanah dapat terus beradaptasi dengan lingkungan
hidupnya. Cacing tanah tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan,otot badannya yang
memanjang (longitudinal) dan otot badannya yang melingkar tebal (sirkuler) ternyata sangat
berguna untuk pergerakan. Kontraksi otot longitudinal menyebabkan tubuh cacing tanah bisa
memanjang dan memendek . Sedangkan kontraksi otot sirkuler menyebabkan cacing tanah
dapat mengembang dan mengkerut. Sinkronisasi kedua jenis otot ini menimbulkan gaya
gerak ke depan. Kalau diperhatikan kelihatan lemah,tetapi sebenarnya tidaklah demikian.
Cacing tanah relatif kuat karena dengan susunan otot yang melingkar dan memanjang cacing
tanah dapat menembus tanah. Cacing tanah dapat mendorong suatu benda atau batu kecil
yang 60 kali lebih berat dari berat tubuhnya. Tetapi bila tidak dapat didiring,tanah itu akan
dimakannya dan setelah itu bersama-sama kotoran dikeluarkan melaui anus.
Cacing tanah juga memiliki struktur pembantu pergerakan yang disebut seta.
Fungsinya adalah sebagai jangkar supaya lebih kokoh pada tempat bergeraknya. Bila seekor
cacing tanah ditarik dari lubangnya ,maka tubuhnya akan terputus. Hal ini disebabkan karena
daya lekat seta. Alat bantu lainnya yaitu lendir. Lendir diproduksi untuk melapisi seluruh
tubuh cacing tanah supaya lebih mudah bergerak di tempat-tempat yang kasar,misalnya pada
daun-daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir dipakai untuk memperlicin
saluran atau lubang di dalam tanah sehingga leluasa bergerak di dalam tanah.
Sudah diketahui bahwa cacing tanah merupakan binatang melata yang bergerak
dengan cara merayap. Dalam hal ini kami tertarik untuk meneliti perilaku pergerakan cacing
tanah tersebut. Untuk mengetahui perilaku pergerakan ini,kami melakukan penelitian
mengenai pengaruh berbagai media dengan tekstur yang berbeda terhadap laju pergerakan
cacing tanah. Media yang kami gunakan antara lain tanah ,abu vulkanik, pasir, tanah+air, abu
vulkanik+air, dan pasir+air. Perbedaan tekstur media yang digunakan bertujuan agar
diketahui perbedaan laju pergerakan cacing tanah. Media dengan tekstur kasar dapat
menghambat laju pergerakan cacing tanah dibandingkan dengan media bertekstur halus atau
licin. Apabila terdapat hambatan maka laju pergerakan cacing akan lebih lambat
dibandingkan laju pada medan yang tanpa hambatan.

III.

TUJUAN
1. Mengetahui perbedaan laju pergerakan cacing tanah pada berbagai media.
2. Mengetahui pola pergerakan cacing tanah dalam medium yang berbeda.
3. Mengetahui jenis tekstur tanah yang cocok untuk habitat cacing.

IV.

DASAR TEORI
Planet bumi telah diciptakan untuk menjadi tempat kehidupan yang baik. Didalamnya
terdapat berbagai jenis makluk hidup yang memiliki peran dan fungsi berbeda. Segala
perbedaan peran yang dijumpai dalam kehidupan mendukung fungsi kehidupan agar dapat
berjalan dengan baik. Manusia sebagai makluk dengan tingkatan tertinggi, bertanggung
jawab menjaga keseimbangan kehidupan dan kelestarian semua makluk hidup.
Suatu organisme dapat tumbuh dan berkembang hanya dalam batas batas kisaran
toleransi kodisi factor-faktor abiotik dan ketersediaan sumber daya tertentu saja.
Batas batas itu di tentukan oleh kemampuan mahkluk hidup untuk mengahadapi lingkungan
yaitu

adaptasi

fisiologis,struktur

dan

pola

prilakunya.

Setiap spesies memiliki kisaran dalam suatu factor lingkungan,didalam kisaran toleransi
itulah

spesies

tersebut

dapat

berfungsi

bila

didekat

nilai

optimumnya.

Adanya batas batas kisaran toleransi terhadap kondisi factor faktor biotik dan abiotik
menyebabkan suatu mahkluk hidup mempunyai relung ekologi(niche)yang berbeda antara
hewan yang satu dengan hewan yang lain.relung ekologi ialah ruang pisik yang ditempati
organism serata memiliki kisaran suhu,kelembapan,PH,intesitas cahaya,dan keadaan lain
yang spesifik bagi organism tersebut karena itu relung ekologi mahkluk hidup tergantung
tidak hanya dimana ia hidup teapi juga kepada apa yang ia pebuat(bagai mana ia mengubah
energy,berprilaku tanggap terhadap lingungan dan memiliki kemempuan untuk mengubah
lingkungan fisik dan abiotiknya)
Salah satu hewan yang berperan penting bagi lingkungan dan kesejahtraan manusia
secara umum adalah cacing tanah. Hewan ini tidak asing lagi bagi masyarakat, terutama
masyarakat pedesaan yang kebanyakan adalah petani. Hewan yang tampak lemah dan
menjijikan ini, seolah-olah tidak memiliki manfaat apapun bagi manusia. Tetapi seiring
perkembangan pengetahuan dan teknologi, manusia mulai menyadari arti penting dan
peranan cacing tanah.
Seorang ilmuan biologi terkenal yang bernama Charles Darwin telah menghabiskan
waktunya hampir selama 40 tahun untuk mengamati kehidupan cacing tanah. Ia menyebut

cacing tanah sebagai salah satu penentu kesuburan tanah. Para petani pun telah mengetahui
secara turun-temurun bahwa tanah yang mengandung cacing tanah kesuburannya meningkat.
Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti penting, misalnya bagi lahan pertanian.
Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing
tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing
tanah juga dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh
cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah.
Disamping itu pada saat musim hujan lubang tersebut akan melipatgandakan kemampuan
tanah menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan
mempertahankan struktur tanah agar tetap gembur.
Kemelimpahan cacing tanah pada suatu lahan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan
organik, keasaman tanah, kelembaban dan suhu atau temperatur. Cacing tanah akan
berkembang dengan baik bila faktor lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi
sistem pertanian manusia akhir-akhir ini yang tergantung penuh pada penggunaan bahan
kimia telah mengusik habitat cacing tanah. Keseimbangan lingkungan akan rusak dan
berantakan bila cacing tanah sampai mengalami kepunahan, apalagi bila itu akibat ulah
manusia.
Menurut Neal D. Buffaloe dalam buku Animal and Plant Diversity maka sistematika
cacing tanah dapat ditulis sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Famili : Lumbridae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus sp
Secara sederhana class Oligochaeta dibagi menjadi lima famili yaitu Moniligastridae,
Eudrillidae, Glosscolidae, Lumbridae dan Megascolidae. Lumbridae dan Megascolidae
adalah Oligochaeta yang bersifat teristris. Jenis dari kedua famili ini meliputi : Lumbricus,
Allobophora, Eutyphoeus, Eisenia, Pheretima, Perionyx, Diplocardia, Lidrillus.
Identifikasi cacing tanah secara kasar adalah dengan melihat bentuk luarnya (morfologi)
dan yang lebih teliti dengan melihat organ-organ dan jaringan-jaringannya secara
mikroskopis. Cara kasar dapat dilakukan dengan dengan memperhatikan letak klitelum, letak
seta, banyaknya seta dan banyaknya segmen. Misalnya pada lumbricus letak klitelumnya
pada segmen 27 s/d 32, sedangkan pada pheretima letak klitelumnya pada segmen 14 s/d 16.

Banyaknya segmen pada cacing tanah juga bervariasi, pada pheretima jumlah segmen
berkisar antara 90-132, sedangkan pada lumbricus jumlah segmennya antara 90-195.
Mengingat fungsinya yang penting secara ekologi dan kesejahtraan manusia, maka perlu
dikaji secara lebih mendalam tentang karakteristik cacing tanah. Pengkajian ini meliputi
aspek tingkah laku dan adaptasi cara hidup dari cacing tanah di habitatnya.
Struktur Tubuh Cacing Tanah
Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen
dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi,
dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan
menembus septa. Rongga tubuh berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan
sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot
memanjang (longitudinal).
Sistem pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), kelenjar kalsiferous usus, dan anus. Proses pencernaan dibantu oleh enzim enzim yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan cacing tanah
berupa daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat mencerna
senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya.
Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
Cacing tanah mempunyai alat peredaran darah yang terdiri atas pembuluh darah
punggung, pembuluh darah perut dan lima pasang lengkung aorta. Lengkung aorta berfungsi
sebagai jantung. Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya
mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari
esopagus berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem
saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior.
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.
Nefridia (tunggal nefridium) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom
merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupaka pori permukaan tubuh tempat
kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya
Habitat Cacing Tanah.
Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu
dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam
sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar
dapat berfungsi normal dan tidak rusakyaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC.

Pengaruh pH
Cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya
enzim pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk
merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam makanannya
menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena tidak ada yang
membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein. Namun bila makanan terlalu asam
sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembengkakan
tembolok cacing tanah dan berakhir dengan kematian pula. Keadaan makanan atau
lingkungan yang terlalu basah, mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian
mati. Untuk pertumbuhan yang baik dan optimal diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2.
Pengaruh kelembaban
Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting
untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar antara 15 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan
mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang
berlebihan. Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan
tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang
berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok.
Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal.
Bila udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah
segera masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati.
Bila kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari
tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah
mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit. Kelembaban yang
baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15% sampai
30%.
Pengaruh Suhu
Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-proses
fisiologis seperti pernafasan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan metabolisme. Suhu
rendah menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang hangat (sedang) menyebabkan cepat
menetas dan pertumbuhan cacing tanah setra perkembangbiakannya akan berjalan sempurna.
Suhu yang baik antara 15oC-25oC. Suhu yang lebih tinggi dari 25oC masih baik asalkan ada
naungan yang cukup dan kelembaban yang optimal.
Prilaku Cacing Tanah Sehari-hari Pada Habitatnya

Penelitian tentang prilaku cacing tanah ini dilakukan pada habitat aslinya yaitu pada suatu
kebun di Banjar Badingkayu, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana.
Kebun tempat dilakukan penelitian merupakan kebun yang ditanami beranekaragam tanaman,
seperti kakao, pisang, kopi, cabai kelapa dan cengkeh. Cacing tanah biasanya dijumpai
ditanah sekitar tumpukan kulit-kulit kakao yang mulai membusuk atau pada busukan batang
pisang. Proses pengamatan dilakukan pada libur Galungan-Kuningan pada pertengahan bulan
Maret 2009. Waktu pengamatan kira-kira selama 2 minggu. Untuk memperjelas pengamatan,
peneliti juga memelihara beberapa ekor cacing tanah pada kotak kaca yang diisi dengan tanah
dengan dicampur kulit kakao yang membusuk.
Berdasrkan pengamatan peneliti cacing tanah keluar permukaan hanya pada saat-saat
tertentu. Pada siang hari, cacing tanah tidak pernah keluar kepermukaan tanah, kecuali jika
saat itu terjadi hujan yang cukup menggenangi liangnya. Cacing tanah takut keluar pada siang
hari karena tidak kuat terpapar panas matahari terlalu lama. Pemanasan yang terlalu lama
menyebabkan banyak cairan tubuhnya yang akan menguap. Cairan tubuh cacing tanah
penting untuk menjaga tekanan osmotik koloidal tubuh dan bahan membuat lendir. Lendir
yang melapisi permukaan tubuh salah satunya berfungsi memudahkan proses difusi udara
melalui permukaan kulit.
Cacing tanah akan keluar terutama pada pagi hari sesudah hujan. Hal ini dilakukan karena
sesaat setelah hujan, biasanya liang mereka terendam air sehingga aerasi dalam liang tidak
bagus sehingga mereka keluar dalam rangka menghindari keadaan kesulitan bernafas dalam
liang. Cacing tanah juga tidak kuat bila terendam air terlalu lama sehingga cendrung
menghindar dari genangan air yang dalam. Dalam keadaan normal mereka akan pergi
kepermukaan tanah pada malam hari. Pada malam suhu udara tidak panas dan kelembaban
udara tinggi sehingga cacing tanah bisa bebas keluar untuk beraktivitas. Dalam keadaan
terlalu dingin atau sangat kering cacing tanah segera masuk kedalam liang, beberapa cacing
sering terdapat meligkar bersama-sama dengan diatasnya terdapat lapisan tanah yang
bercampur dengan lendir. Lendir dalam hal ini berfungsi sebagai isolator yang
mempertahankan suhu tubuh cacing tanah agar tidak terlalu jauh terpengaruh oleh suhu
lingkungan. Posisi melingkar dalam liang memperkecil kontak kulit dengan udara sehingga
memperkecil pengaruh dari suhu udara luar.
Perilaku Makan Cacing Tanah
Sistem pencernaan cacing tanah sangat adaptif dengan aktivitas makan dan menggali
pori-pori tanah. Makanan utama cacing tanah adalah bahan organik. Bahan-bahan organik
tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan

yang mati. Cacing tanah menyukai bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah
dicerna oleh tubuhnya. Namun cacing tanah tidak menyukai serasah daun yang mengandung
tanin atau minyak seperti daun cengkeh, pinus dan jeruk. Tanin bersifat toksik bagi cacing
tanah. Hal ini terlihat dari pengamatan peneliti bahwa tanah di bawah tumpukan serasah daun
cengkeh sama sekali tidak dijumpai adanya cacing tanah. bahkan peneliti juga mencoba
menggali tanah samapi 30 cm namun cacing tanah tetap tidak berhasil dijumpai.
Makanan cacing tanah diambil melalui struktur organ yang disebut prostomium (setara
bibir pada manusia), lalu dimasukkan kedalam mulut, kemudian kedalam faring, ke
esophagus lalu ketembolok (pro pentriculus). Disini makanan disimpan untuk sementara
kemudian masuk kedalam lambung otot. Didalam lambung otot makanan dihancurkan oleh
gerakan otot lambung. cacing tanah makan pasir atau benda lainnya dengan tujuan membantu
menghancurkan makanan dalam lambung. Makanan yag telah halus masuk kedalam usus
halus (intestinum). Didalam usus halus makanan dipecahkan dari bentuk kompleks menjadi
bentuk sederhana sehingga dapat dipakai oleh tubuh. Aktivitas penghancur makanan menjadi
zat makanan sederhana tadi dilakukan oleh enzim-enzim tertentu, aktivitas bakteri dan
protozoa yang masuk bersama-sama makanan. Zat makanan kemudian diabsorbsi oleh
dinding usus halus masuk kedalam pembuluh darah dan strusnya diedarkan keseluruh tubuh.
Sisa-sisa makanan yang tidak dicerna keluar bersama-sama kotoran lainnya dalam bentuk
kotoran cacing tanah atau casting.
Proses pencernaan cacing tanah sangat terkait dengan siklus nutrisi atau zat organik
dalam tanah. Cacing tanah berfungsi menyebarkan kembali zat-zat organik dalam tanah
dengan cara mengonsumsi, memecahnya, dan mengeluarkannya kembali. Kebanyakan materi
yang dicerna cacing tanah tidak dapat dipecahkan, dan sebagian besar dikeluarkan kembali
tanpa dicerna. Kotoran cacing yang banyak mengandung nitrogen.
Beberapa mikroorganisme dari saluran pencernaan cacing keluar bersama kotoran cacing
untuk meningkatkan proses penguraian di dalam tanah. Selanjutnya, mikroba akan mengubah
kotoran cacing tanah menjadi humus yang kaya zat hara yang bisa diserap akar tanaman.
Bakteri tanah dan mikroorganisme tanah berperanan dalam mencerna makanan cacing, dan
memperoleh keuntungan dari kotoran cacing. Aktivitas cacing tanah ini secara konstan dapat
meningkatkan pH pada tanah asam. Ini karena, cacing dapat mengeluarkan kapur dalam
bentuk kalsium karbonat (CaCO3) atau dolomit pada lapisan di bawah permukaan tanah.
Cacing juga dapat menurunkan pH pada tanah yang berkadar garam tinggi.
Pergerakan Cacing Tanah

Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen dan memiliki struktur organ-organ
sederhana, yang justru menyebabkan cacing tanah dapat terus beradaptasi dengan lingkungan
hidupnya. Cacing tanah tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan, otot badannya yang
memanjang (longitudinal) dan otot badannya yang melingkar tebal (sirkuler) ternyata sangat
berguna untuk pergerakan. Kontraksi otot longitudinal menebabkan tubuh cacing tanah bisa
memanjang dan memendek. Sedangkan kontraksi otok sirkuler menyebabkan tubuh cacing
tanah mengembang dan mengkerut. Sinkronisasi kontraksi kedua jenis otot ini menimbulkan
gaya gerak kedepan. Kalau diperhatikan kelihatan lemah, tetapi sebetulnya tidak demikian,
cacing tanah termasuk relatif kuat karena dengan susunan otot yang melingkar dan
memanjang cacing tanah dapat menembus tanah. Cacing tanah dapat mendorong suatu benda
atau batu kecil yang 60x lebih berat dari tubuhnya sendiri, tetapi bila tidak dapat didorong,
tanah itu akan dimakannya dan setelah itu bersama-sama kotoran dikeluarkan atau
disembulkan melalui anus.
Cacing tanah juga mempunyai struktur pembantu pergerakan yang disebut seta, fungsinya
adalah sebagai jangkar supaya lebih kokoh pada tempat bergeraknya. Bila seekor cacing
tanah ditarik dari lubangnya, tubuhnya akan putus. Hal ini disebabkan karen daya lekat seta.
Alat bantu lainnya adalah lendir yang dihasilkan oleh kelenjar lendir pada epidermisnya.
Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk melapisi seluruh tubuhnya, supaya lebih mudah
bergerak ditempat-tempat yang kasar, misalnya pada daun-daun dan ranting-ranting tanaman
yang gugur. Lendir dipakai untuk memperlicin saluran atau lubang didalam tanah, sehingga
leluasa bergerak didalam lubang.
Morfologi Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)
Cacing tanah menghasilkan cairan mukus yang dihasilkan oleh kelenjar mucus epidermal.
Cairan mucus memiliki banyak fungsi, fungsi yang utama yaitu untuk menjaga kelembaban
tubuh. Pertukaran gas O2 dan CO2 pada cacing tanah terjadi melalui difusi pada permukaan
tubuhnya, kondisi permukaan tubuh yang lembab membantu cacing tanah untuk lebih mudah
mengikat oksigen dari lingkungan dan berdifusi masuk ke dalam tubuh, sedangkan
karbondioksida diikat untuk dikeluarkan dari tubuh. Selain itu, cairan mucus juga berfungsi
untuk membantu pergerakan cacing tanah. Karena kondisi tanah yang lembab dan licin
menyebabkan cacing tanah lebih mudah untuk bergerak dan mendeteksi keadaan sekitar,
misalnya kondisi pH lingkungan. Cairan mucus pada cacing tanah juga berfungsi sebagai
sarana komunikasi cacing tanah, misalnya digunakan untuk menunjukkan suatu tempat dan
berperan ketika cacing tanah mencari pasangan untuk melakukan proses reproduksi (Riyanto,
2005). Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk melapisi seluruh tubuhnya, supaya lebih

mudah bergerak ditempat-tempat yang kasar, misalnya pada daun-daun dan ranting-ranting
tanaman yang gugur. Lendir dipakai untuk memperlicin saluran atau lubang didalam tanah,
sehingga

leluasa

bergerak

didalam

lubang

(Agustinus,

2009).

Selom adalah rongga yang berisi cairan yang terbentuk di dalam mesoderm. Selom terbentuk
pada fase triploblas tetapi akan hilang setelah beberapa fase berikutnya. Hilangnya selom
berkaitan erat dengan penurunan besaran badan. Selom hanya terdapat pada fase triploblas
binatang, walaupun kadangkala istilah selom juga digunakan untuk merujuk kepada
pembentukan

saluran

pencernaan

(Anonim

b.

2010).

Alat komunikasi lain dari cacing tanah adalah cairan selom yang dihasilkan oleh korpuskula
selom. Cairan selom bersifat alkaline, tidak berwarna, mengandung air, garam, dan beberapa
protein (Koptal, dkk., 1980 dalam Susilowati dan Rahayu, 2007: 1). Diduga cairan selom ini
dihasilkan oleh sel kloragogen yang berfungsi mengekskresikan produk dari cairan selom.
Senyawa kimia ini berfungsi sebagai alat komunikasi dan dapat bertahan aktif pada suatu
tempat dalam waktu yang lama. Selain itu, sifat dari senyawa tersebut sangat spesifik dan
karena setiap cacing memiliki kemoreseptor yang sangat sensitif, maka senyawa tersebut
dapat dideteksi oleh cacing tanah jenis lain dengan mudah (Price, 1975 dalam Susilowati dan
Rahayu, 2007
Cacing tanah (Lumbricus terrestris) merupakan Ordo Oligochaeta. Oligochaeta (dalam
bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut
sedikit. Bagian luar tubuh terdiri atas segmen-segmen yang jumlah dan lebarnya berbeda
menurut spesies, sedangkan cacing tanah memiliki segmen berjumlah 15 150 buah.
Bentuk tubuh Lumbricus terrestris panjang, silindris dan pada 2/3 bagian posteriornya
memipih secara dorsoventral, Tubuh bersegmen-segmen. Secara morfologis, hewan ini
berwarna merah sampai biru kehijauan pada sisi dorsal. Pada sisi ventral berwarna lebih
pucat, umumnya merah jambu atau atau kadang-kadang putih. Mulut terletak pada bagian
ujung anterior. Pada segmen 32 sampai 37 terdapat penebalan kulit yang dikenal sebagai
klitelium. Clitellum adalah batas bagian depan dengan bagian belakang tubuh cacing. Fungsi
dari clitellum adalah untuk memperbesar lubang tanah. Selain itu, clitellum juga berkaitan
dengan pembentukan cocoon atau telur cacing. Bagian belakang cacing yang dekat dengan
anus disebut periproct. Periproct berfungsi sebagai organ pembuangan cast atau kotoran.
Cacing juga memiliki seta atau bulu-bulu kecil yang membantu pergerakan cacing dalam
tanah.
Pada setiap segmen terdapat 4 pasang setae, kecuali pada segmen pertama dan terakhir.
Pada permukaan tubuh cacing tanah terdapat lubang-lubang muara yang keluar dari berbagai

organ tubuh, yakni mulut, anus, lubang dari duktus spermatikus, lubang muara dari oviduk,
lubang muara dari reseptakulum seminis, pori dorsales, dan sepasang nefridiofor pada tiap
segmen (Anonymous, 2011)
V.

ALAT DAN BAHAN


1. Cacing Tanah
2. Pasir
3. Tanah
4. Abu Vulkanik
5. Air
6. Nampan
7. Benang
8. Penggaris
9. Stopwatch
10. Kamera

VI.

CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum.
2. Menyiapkan 1,5 liter pasir.
3. Menuangkan pasir ke dalam 3 buah nampan (masing masing nampan diisi pasir
a)
b)
c)
4.
5.
6.

sebanyak 0,5 liter),dengan ketentuan:


Nampan 1 : tidak berisi air
Nampan 2 : diberi air sedikit ()
Nampan 3 : diberi air banyak ()
Meletakkan 1 cacing ke setiap nampan tersbut.
Mengukur panjang tubuh cacing.
Membiarkan cacing di dalam nampan selama .jam (dengan mengamati apa yang

terjadi).
7. Mengukur lintasan yang dilalui cacing dengan menggunakan benang.
8. Mengukur panjang benang sebagai panjang lintasan.
9. Mengulangi langkah di atas dengan mengganti atau menggunakan media yang lain.
10. Mencatat hasil pengamatan.
VII.

SETTING ALAT

VIII. TABULASI DATA


NO

JENIS MEDIA

UKURAN

PANJANG

CACING

LINTASAN

Anda mungkin juga menyukai