Anda di halaman 1dari 19

OBJEK WISATA KOKOKAN PETULU

Dosen : Prof. Dr Euis Dewi Yuliana, M.Si

Disusun Oleh :

 NI KADEK DINA SUANDARI (1902013492)


 NI PUTU WIDYA DARMAYANTI (1902013501)
 NI PUTU INDAH PURNAMAWATI (1902013504)
 NI LUH PUTU DIAN SUKMARINI (1902013507)
 NI GUSTI AYU PUTU FANNY MUTIARA (1902013816)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN PARIWISATA
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
2019

2
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, yang
telah melimpahkan Rahmat berupa ilmu pengetahuan, sehingga kami dapat
melakukan kegiatan penyusunan makalah bahasa indonesia dengan judul
"Kebanggan terhadap bahasa Indonesia" tepat pada waktunya. 

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini. 

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalah lain yang berkaitan pada makalah-
makalah selanjutnya. 

                                                                         Denpasar, 22 November 2019

                                                                                     

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………….... i

KATA PENGANTAR …………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………..…….. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………..…..…… 1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………….……..... . 2
1.3 Metode Pemecahan Masalah………………………………….. . 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………...... 3

2.1 Sejarah Banjar Petulu Gunung Dan Munculnya Burung Kokokan…. 3


2.2 Keberadaan Burung Kokokan ……………………………………… 5
2.3 Kondisi Lingkungan Dan Penduduk Desa Petulu ………………….. 9
2.4 Petulu Sebagai Objek Wisata…………………………………….…. 10
2.5 Kondisi Kehidupan Masyarakat…………………………………..… 11
2.6 Keadaan Ekonomi Masyarakat……………………………………… 12

BAB III PENUTUP ……………………………………………….... 13

3.1 Simpulan …………………………………………………….…... 13


3.2 Saran …………………………………………………………….. 13

LAMPIRAN - LAMPIRAN………………....……………………… 14

DAFTAR PUSTAKA …………………………....………………….. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia khususnya di pulau Bali terdapat banyak objek wiasta yang
indah dan menarik. Objek wisata yang ada di Bali merupakan salah satu dari
kekayaan alam yang patut untuk dibanggakan. Setiap daerah di Indonesia
memiliki keunikan baik dari segi keindahannya maupun adat istiadat yang ada
sehingga menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya.
Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan
dan proritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara
berkembang seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas
dengan adanya daya tarik wisata yang cukup kuat dan besar, banyaknya
keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya dan kehidupan masyarakat.
Untuk meningkatkan peran kepariwisataan, sangat terkait antara barang
berupa objek wisata sendiri yang dapat dijual dengan sarana dan prasarana
yang mendukungnya yang terkait dalam industri pariwisata. Usaha
mengembangkan suatu daerah tujuan wisata harus memperhatikan berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan suatu daerah tujuan wisata.
Pualu Bali memiliki banyak daya tarik wisata alam salah satunya ada di
daerah Desa Petulu Ubud, Gianyar yaitu Objek Wisata Kokokan. Dimana
objek wisata kokokan merupakan salah satu destinasi wisata menarik yang
dikenal sebagai tempat bersarangnya burung kokokan atau semacam bangau
putih di desa petulu. Namun masih ada beberapa wisatawan lokal maupun
mancanegara yang belum mengetahui adanya Objek Wisata Kokokan ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah banjar petulu gunung dan munculnya burung kokokan?
2. Bagaimana keberadaan burung kokokan?
3. Bagaimana kondisi lingkungan dan penduduk desa petulu?
4. Bagaimana petulu sebagai objek wisata?
5. Bagaimana kondisi kehidupan masyarakat?
6. Bagaimana keadaan ekonomi masyarakat?

1.3 Metode Pemecahan Masalah


1. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyelesaian makalah
ini penulis menggunakan Metode Kepustakaan. Metode Kepustakaan
merupakan metode pengumpulan data dengan membaca buku dan mencari
referensi atau informasi mengenai objek wisata kokokan petulu.
2. Metode Analisis Data
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengunakan teknik analisis data
deskriptif, yaitu upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi
sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk
solusi permasalahan yang berkaitan dengan objek wisata kokokan petulu.
3. Metode Penyajian Hasil Analisis
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penyajian hasil analisis data
adalah metode penyajian informal, yaitu menyajikan hasil analisis dengan
mendeskripsikan data dengan menggunakan kata-kata.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Banjar Petulu Gunung dan Munculnya Burung Kokokan.


Desa petulu merupakan salah satu desa yang berlokasi di Kecamatan Ubud
Kabupaten Gianyar. Jaraknya sekitar 5 km dari sebelah utara Ubud dan
memerlukan 10 menit perjalanan dari pusat kota Ubud. Yang menjadi
keunikan desa ini adalah adanya burung burung bangau berwarna putih yang
sangat  banyak di sepanjang jalan desa. Burung-burung tersebut berpusat di di
Banjar Petulu Gunung. Bangau atau Ibis atau bahasa Bali-nya yaitu kokokan
hidup dengan damai pada pepohnan di sepanjang jalan tanpa diganggu
sedikitpun. Kokokan disini berjumlah lebih dari puluhan ekor meskipun
Banjar Petulu Gunung kini mulai berubah dengan pembangunan yang
semakin pesat. Bahkan burung ini sudah menjadi icon Banjar Petulu
Gunung.
Ada berbagai cerita rakyat yang menyatakan bahwa Petulu Gunung
merupakan gunung dari wilayah kekuasaan Raja Sukawati. Nama ini
diberikan oleh Cokorda Gunung, anak raja sukawati kira-kira abad ke-15.
Raja Sukawati menempatkan soroh (warga) bendesa untuk bermukim dan
membangun Desa Petulu Gunung. Karena wilayah sangat lebar atau bet,
maka wilayah itu dibesebut bet dulu, kemudian menjadi Petulu. Wilayah yang
paling utara diberi nama Petulu Gunung. Disebut Gunung karena letaknya di
ujung dan datarannya paling tinggi.
Wilayah Petulu Gunung sangat terisolir, jalannya buntu dan sulit
dijangkau. Kehidupan masyarakatnya sangat miskin karena kurangnya
pekerjaan serta sempitnya lahan sawah yang digarap masyarakat. Sehingga
dalam usaha untuk melangsukan kehidupan, masyarakat petulu gunung
banyak merantau keluar wilayah untuk mendapat pekerjaan maupun sumber
pangan seperti, beras, kopi, dan ketela. Mereka banyak pergi kewilayah
Singaraja untuk ngorek kopi dan ke wilayah Tabanan untuk munuh padi serta

3
wilayah Bangli untuk munuh ketela. Tiga wilayah ini selalu mereka datangi
setelah musim panen tiba. Mereka akan kembali setelah mendapatkan hasil
atau pada waktu piodalan maupun hari raya Galungan dan Kuningan.
Melihat fenomena ini masyarakat petulu gunung berfikir bahwa apa yang
dialami merupakan suatu kejadian yang disebabkan oleh kurangnya Yadnya
yang dihaturkan pada Hyang Maha Kuasa. Untuk menanggulangi keadaan
tersebut, masyarakat berencana untuk melaksanakan upacara besar di Pura
Desa yaitu : mependem, mepedagingan, mebalik sumpah, dan ngenteg
linggih. Mereka sangat percaya dengan melaksanakan upacara besar ini
masyarakat petulu gunung akan hidup damai dan sejahtera.
Dengan dukungan yang sangat besar dari Puri Ubud, maka ditetapkannya
upacara tersebut pada hari sabtu kliwon landep. Masyarakat mulai ngayah
untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan keperluan
upacara seperti : rerampe (janur, bambu), pedagingan (beras, telur), dan
wewalungan (binatang kurban). Ketika masyarakat ngayah, beberapa orang
diantara mereka melihat empat ekor burung kokokan di atas pohon di depan
rumah mangku desa. Mereka tidak mempunyai firasat apa-apa bahwa burung
itu akan menjadi penghuni desanya.
Tanggal 25 Oktober 1965 merupakan puncak acara ngenteg linggih di pura
desa yang tentunya diawali terlebih dahulu dengan upacara besar seperti :
melasti, mepedanan, mepedagingan, mepada. Upacara dapat terlaksana
dengan khusuk, khidmat, damai, dan lancer.
Tepat tanggal 7 November 1965, upacara berakhir dan Ida Bhatara mesineb.
Bersamaan dengan itu datanglah segerombolan burung kokokan bertengger
dan bersarang di atas pepohonan yang tumbuh di ambal-ambal rumah
penduduk. Melihat banyaknya burung kokokan yang datang, masyarakat
mempercayai bahwa burung tersebut merupakan pica Ida Bhatara Desa.
Burung kokokan ini merupakan salah satu peliharaan dari Pura Desa yang
patut dipelihara dan disucikan. Akhirnya burung kokokan tersebut dijemput
(dipendak) oleh seluruh masyarakat dengan upacara khusus di Pura Desa.
Dari keyakinan tersebut masyarakat petulu gunung memelihara burung
kokokan tersebut dengan taat dan tidak ada yang berani mengganggunya.

4
Mereka percaya apabila mereka mengganggu burung kokokan akan berakibat
fatal bagi kehidupan dirinya maupun kehidupan tanamannya yang ada di
sawah. Kejadian ini sudah sering dibuktikan dengan adanya tanaman padi
yang dirusak burung kokokan, orang jatuh pingsan karena menembak burung
kokokan, orang yang minta maaf (neduh) karena mengambil anak kokokan
tanpa permisi. Maka untuk menjaga keamanan dan kelestarian burung
kokokan masyarakat petulu gunung membuat hukum (awig-awig) khusus
yang berkaitan dengan keberadaan burung kokokan yang harus ditaati oleh
seluruh masyarakat.

2.2 Keberadaan Burung Kokokan


Famili Kokokan adalah burung air (water bird) yang merupakan burung
migran. Menurut I Made Surita yang merupakan salah satu guide yang
bertugas di Banjar Petulu Gunung mengatakan bahwa burung kokokan hanya
dapat hidup dengan baik di Banjar Petulu Gunung tersebut. Kemudian
berdasarkan penelitian yang pernah ia lakukan tentang Kokokan yang berada
di Banjar Petulu Gunung, ada empat faktor yang mempengaruhi kenapa
begitu banyak kokokan yang ada di Banjar Petulu Gunung meliputi:
1. Faktor Cuaca.
Banjar Petulu Gunung memiliki kondisi geografis yang sangat
memadai dan disukai oleh kokokan. Apabila di bandingkan dengan
kondisi di sekitar Denpasar ataupun Klungkung yang notabene memiliki
kondisi cuaca yang cenderung panas dan wilayah seperti Kintamani yang
cenderung dingin, Banjar Petulu Gunung memiliki cuaca yang cenderung
stabil. Yaitu tidak terlalu panas maupun tidak terlalu dingin.
Kondisi yang seperti ini dapat membantu dalam sistem peranakan.
Dalam kondisi tertentu misalnya pada saat cuaca terlalu panas maupun
terlalu dingin dengan datangnya curah hujan, maka telur kokokan
tersebut tidak dapat menetas. Lain halnya dengan di Banjar Petulu
Gunung, meskipun turun hujan telur tetap dapat menetas karena kondisi
cuaca yang cenderung stabil dan tidak ada perubahan yang terlalu
signifikan terhadap keberadaan kokokan yang ada di Petulu.

5
Burung kokokan berkembang biak setahun sekali dengan proses bertelur.
Setiap pasangan mempunyai telur 4-6 butir. Biasanya musim bertelur
jatuh pada bulan November-Desember yang diawali dengan membuat
sarang. Akhir bulan Desember dan Januari Kokokan mulai berternak.
Dalam musim burung Kokokan mulai membuat sarang (bulan
November) sampai anaknya bisa terbang(bulan maret), mereka berada di
Petulu Gunung satu hari penuh yaitu dari pagi sampai malam hari.
Setelah anaknya bisa terbang dan mencari makan sendiri, serta musim
tanam sudah lewat, burung Kokokan pergi nan jauh di pagi hari dan baru
datang sore hari sekitar pukul 17.00 wita. Musim ini biasanya
berlangsung bulan April sampai Oktober.
2. Faktor Geografis.
Banjar Petulu Gunung terletak di wilayah dengan kondisi geografis
yang menguntungan bagi kokokan. Karena, Banjar Petulu Gunung di
kelilingi oleh wilayah persawahan. Hal ini sangat menguntungan karena
memudahkan kokokan untuk mencari makanan.
3. Faktor Keyakinan.
Faktor ini termasuk dalam hubungan dengan faktor – faktor gaib.
Hal ini di karenakan di Banjar Petulu Gunung terdapat Pura Desa yang di
dalamnya terdapat pelinggih khusus untuk memuja kokokan. Kokokan
yang ada di Banjar Petulu Gunung di anggap sebagai due (milik) pura
yang ada di Banjar Petulu Gunung, sehingga dia hanya akan bisa tinggal
di daerah itu saja. Hal ini pernah dibuktikan oleh masyarakat. Saat itu
masyarakat berniat untuk memindahkan habitat burung kokokan ke
ladang sawah di pinggir desa dengan menanam pohon-pohon besar
seperti bunut disana, tapi burung tersebut tetap saja tidak mau pindah.
Mereka tetap bersarang disekitaran rumah penduduk. Hal ini diyakini
burung tersebut memiliki hubungan yang erat dengan pelinggih di Pura
Desa tersebut. Sehingga dianggap sakral dan di lindungi secara niskala.
4. Faktor Habitat.
Di Banjar Petulu Gunung terdapat pohon yang hanya tumbuh di
sekitar Banjar Petulu Gunung. Pohon ini disebut dengan istilah “Bunut”

6
(Ficus indica). Ada tiga jenis Pohon Bunut yang ada di Banjar Petulu
Gunung, yaitu Bunut Wot, Bunut Panggang, dan Bunut Kroyo. Diantara
tiga jenis bunut tersebut, Bunut Wotlah yang paling disukai oleh
kokokan. Karena populasinya yang paling banyak dan memiliki cabang
yang lebat. Cabang ini digunakan untuk membuat sarang burung. Sarang
burung Kokokan berbentuk seperti penggorengan.
Jumlah total individu dalam populasi Burung Kokokan yang ada di
Desa Petulu saat ini mencapai 20.944 ekor (hasil pendataan tahun 2008),
angka ini didapat dari jumlah sarang yang ditemukan pada saat
pengamatan yaitu 5.236 buah. Pada tahun 2004 ditemukan 3.117 buah
sarang, dengan perkiraan populasi mencapai 12.468 ekor, dari angka ini
(dibandingkan dengan data tahun 2008) dapat diperkirakan pertumbuhan
populasi Kokokan di Desa Petulu mencapai 2.119 ekor/tahun. Kokokan
yang ada di Banjar Petulu Gunung, dilindungi oleh dua hukum. Yaitu
hukum secara sekala dan hukun secara niskala. Hukum sekala meliputi
tidak boleh membunuh, menembak, ataupun memelihara kokokan tanpa
seijin petugas. Apabila ini dilangggar maka akan dikenakan sanksi adat,
misalnya jika ada yang menembak kokokan yang ada di Petulu Gunung
maka ia akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar satu juta rupiah.
Sedangkan secara niskala, karena kokokan di Petulu Gunung dianggap
sebagai milik Pura Desa yang ada di Petulu Gunung. Sehingga tidak
boleh diganggu kehidupannya. Apabila ada yang berani mengusik
kehidupan burung Kokan maka akan mendapat hukuman secara niskala
berupa di datangi makhluk besra melalui mimpi atau hidupnya tidak
tenang.
Kokokan yang ada di Petulu Gunung memiliki dua siklus dalam
kehidupannya. Yaitu saat kokokan hanya ada pada sore hari, dan saat
kokokan berada saat pagi dan sore hari.
1. Siklus Pertama (kokokan hanya ada pada sore hari).
Siklus ini berlangsung dari bulan Mei sampai September. Pada
siklus ini, kokokan akan mulai meninggalkan sarang pada pukul 06.00
pagi untuk mencari makanan. Dan baru akan kembali sebelum matahari

7
terbenam. Makanan kokokan ini dapat berupa serangga, tikus, bahkan ular
kecil. Sehingga keberadaannya juga sangat menguntungkan bagi para
petani karena dapat digunakan sebagai predator dan pengusir hama
tumbuhan yang ada di sawah sekitar Desa Petulu.
2. Siklus Kedua (kokokan ada pada pagi dan sore hari).
Siklus ini berlangsung dari bulan Oktober sampai akhir bulan
Maret. Pada siklus ini, kokokan mengalami masa untuk bertelur,
mengeram, dan membesarkan anaknya. Pada masa ini berlangsung sekitar
kurang lebih empat bulan. Sehingga kokokan yang ada di Petulu Gunung
pada siklus ini, lebih banyak menghabiskan waktu di Petulu Gunung
ketimbang di luar wilayah Petulu Gunung. Perlu diketahui bahwa pada
setiap sarang burung kokokan yang ada di Petulu Gunung minimal diisi
dengan dua anak, dan maksimal dengan 3 anak.

Terdapat tiga jenis kokokan yang ada di Petulu Gunung. Yaitu:


1. Bangao – Bangao.
Yaitu burung yang berwarna putih dengan leher, kepala, dan paruh yang
berwarna kuning. Jumlahnya lumayan banyak di Petulu Gunung.
2. Kokokan.
Yaitu burung yang seluruh badannya berwarna berwarna putih. Dan
jumlahnya lumayan banyak di Petulu Gunung.
3. Blekok.
Yaitu burung yang yang berwarna putih dengan punggung yang berwarna
hitam. Dan jumlahnya paling sedikit dan paling langka di Petulu Gunung.

Dampak keberadan burung kokokan bagi masyarakat


1. Dampak positif
a. Masyarakat Desa Petulu pun telah kuat mempercayai bahwa burung
Kokokan yang ada di sekitar mereka ini akan membawa berkah di
berbagai sumber kehidupan.

8
b. Sehingga keberadaannya juga sangat menguntungkan bagi para petani
karena dapat digunakan sebagai predator dan pengusir hama tumbuhan
yang ada di sawah sekitar Desa Petulu.
c. Menambahkan penghasilan masyarakat karena menjadikan desa mereka
sebagai objek wisata.
2. Dampak negatif
Populasi di burung Kokokan di desa Petulu yang saat ini telah mencapai
angka ribuan ini ada sejak tahun 1965. Jumlah yang ratusan bahkan saat ini
ribuan tentunya memberikan dampak adanya bau amis dari kotoran burung
tersebut. Tapi masyarakat tidak bisa berbuat apa. Mereka terpaksa merelakan
rumah mereka dipenuhi dengan sarang dan kotoran burung kokokan. Hal ini
disebabkan mereka tidak berani menggangu kehidupan kokokan karena takut
akan hilangnya kemakmuran dan kesejahteraan desa mereka.

2.3 Kondisi Lingkungan dan Penduduk Desa Petulu.


Desa Petulu ini merupakan kawasan yang cukup padat penduduk. Luas
wilayah Desa Petulu adalah 384 Ha dengan Penduduk yang bermukim
sebanyak 4.352 jiwa (Profil Pembangunan Desa Petulu Tahun 2003), jadi
kepadatan penduduknya rata-rata 450 org/Km2. Luas wilayah desa Petulu
kurang lebih 1 km ( 900 m ). Desa berdasarkan jumlah KK(Kartu Keluarga)
memiliki jumlah penduduk sekitar 130 kepala keluarga. Mayoritas pekerjaan
masyarakat desa ini sebagai besar sebagai petani dan pengrajin. Ini terbukti
dengan begitu banyak ladang sawah di sepanjang desa ini dan desa ini juga
menghasilkan berbagai karya seni kerajinan seperti lukisan, patung, dan
piguran. Sedangkan PNS sedikit, hal ini karena desa Petulu masih di bawah
kekuasaan Puri Ubud/ Kerajaan Ubud. Tapi sebagian penduduk juga ada
bertugas sebagai guide untuk melayani para wisatawan yang berkunjung ke
Desa Petulu.
Kondisi lingkungan di Desa Petulu ini masih cukup asri. Lingkungannya
pun masih sangat tertata rapi. Rumah-rumah penduduk masih memperlihatkan
arsitektur bali asli. Selain itu sistem perairan disanapun juga sangat bersih dan
jernih. Desa ini ditumbuhi begitu banyak pepohonan dan padi-padian sehingga

9
menambah keasrian desa tersebut. Pohon yang paling banyak ditemui disana
adalah pohon “ bunut”, tak jarang juka ditemukan pohon nangka, cempaka, dan
kamboja.

2.4 Petulu Sebagai Objek Wisata


Desa petulu telah menjadi salah satu objek wisata yang cukup terkenal di
Pulau Bali. Desa ini memiliki pesona alam yang luar biasa dengan ratusan
burung Kokoan yang mampu mengikat para wisatawan. Sejak awal masuk ke
Banjar Petulu Gunung, masyarakat akan dimanjakan dengan tempat santai
berupa warung makanan dan minuman dan diarea persawahan dimana dari
tempat ini mereka bisa melihat ratusan burung Kokokan diatas pohon-pohon
pelindung yang ada disepanjang jalan Desa. Karena keberhasilan desa setempat
melestarikan habitat kawanan Kokokan ini, dimana spesies famili burung ini
sudah termasuk ke dalam daftar satwa liar yang dilindungi Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1990, tertuang dalam PP No.7 tahun 1999, maka pemerintah
pernah menganugrahkan penghargaan piala Kalpataru kepada masyarakat.
Objek wisata ini tidak dikelola oleh pemerintah tapi dikelola langsung
oleh Banjar. Hal ini dikarenakan penduduk Desa Petulu takut menanggung rugi
karena opset penjualan tiket dan keuntungan obyek wisata ini tidak dapat
dinikmati langsung oleh masyarakat tetapi justru malah menguntungkan pihak
pemerintah.
Untuk tiket bagi para wisatawan dijual dengan 2 versi harga. Bagi
wisatawan lokal, tiket dijual seharga Rp.10.000. Sedangkan wisatawan
mancanegara, tiket dijual seharga 20.000. Fasilitas-fasilitas yang disediakan di
desa ini bagi para wisatawan diantaranya:
1. Toilet
2. Parkir, yang disediakan oleh banjar.
3. Loket tiket, ada dua.
Para wisatawan juga akan di temani oleh beberapa guide yang ada di Desa
Petulu. Mereka biasanya bertugas di setiap loket yang ada di lokasi wisata.
Mereka biasanya bertugas dari jam 4 sore sampai jam 7 malam. Mengapa sore-
sore? Karena pada saat itulah para wisatawan paling banyak berkungjung. Hal

10
ini dikarenakan pada saat itu juga burung Kokokan baru pulang dari
perjalanannya mencari makan.

2.5 Kondisi Kehidupan Masyarakat


Kehidupan masyarakat di Banjar Petulu Gunung ini sangat dijunjung
tinggi dengan kekeluargaan. Mereka hidup dengan tentram dengan saling
membantu diantara sesama. Mereka juga sangat mencintai budaya gotong
royong. Hal ini dibuktikan dengan kerja sama mereka ketika melakukan
upacara-upacara besar ataupun sekedar kerja bakti bersama di desa mereka.
Mereka juga memiliki jadwal tersendiri untuk melakukan kerja bakti, biasanya
pada hari minggu. Kegiatan itu bertujuan untuk membersihkan kotoran burung
kokokan yang berbau amis di sepanjang jalan desa.
Selain itu mereka juga sangat lugas dan sederhana tetapi sangat taat dalam
melaksanakan upacara adat dan agama. Orientasi kehidupan masyarakat
didominasi oleh suasana spiritual dan religius. Hal ini dibuktikan dengan
ketaatan mereka melaksanakan upacara keagamaan. Seperti upacar untuk
memuja burung kokokan yang jatuh setiap hari tumpek kuningan. Mereka akan
membuat berbagai bebantenan yang akan dipersembahkan kepada dewa
penguasa burung kokokan. Upacara adalah ketika burung-burung kokokan
mati, maka mayatnya akan dibakar dan abunya diambil dan selanjutnya
dibuatkan upacara khusus sebagai tanda penghormatan terakhir kepada para
burung.
Selain taat kepada suasana spiritual, mereka juga rajin mengadakan rapat
pengurus atau pengelola Banjar Petulu Gunung. Rapat ini dilakukan setiapa
tanggal 5, jadi sebulan sekali. Dalam rapat ini akan diadakan evaluasi terhadap
kehidupan masyarakat selama sebulan penuh. Apabila ada suatu masalah yang
dihadapi masyarakat akan diselesaikan secara kekeluargaan. Selain itu juga bila
ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan masyarakat terhadap awig-awig
yang sudah ditetapkan maka dilakukan pemberian hukuman yang tetap.
Tentang hukuman apa dan seberapa besar hukuman akan dibahas dalam rapat
ini.

11
2.6 Keadaan Ekonomi Masyarakat
Untuk keadaan ekonomi masyarakat biasanya datang dari beberapa
sumber. Sumber yang pertama berasal dari hasil penjualan tiket bagi para
wisatawan. Keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan obyek wisata selama
1 bulan sebesar 20 juta, sebelum dikurangi beban lainnya, seperti gaji untuk
para guide, dimana per orang yang bekerja selama 4 jam mendapat
Rp.20.000. Kentungan ini nantinya akan digunakan untu mengembangkan
Desa kaeraha yang lebih baik.
Sumber kedua berasal dari pekerjaan masyarakat. Bagi para petani maka
perekonomian bersumber dari hasil penjualan beras, hasil dari sawah mereka.
Sedangkan untuk para pengrajin, tentunya perekonomian mereka bersumber
dari hasil penjualan hasil karya mereka biasanya pengrajin memproduksi
kerajinan paling banyak berupa bingkai foto yang dapat menghasilkan 10 biji
bingkai foto per harinya. Usaha ini masih berupa industry rumahan. Bahan
yang diperlukan hanya kayu-kayu untuk diukir. Penghasilan yang di dapatkan
kadang tidak tetap, karya yang di hasilkan oleh pengrajin biasanya di beli dan
dipesan oleh para touris yang berkunjung ke desa tersebut.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                Dengan ini saya dapat menyimpulkan bahwa objek wisata Kokokan
adalah objek wisata yang bukan hanya objek wisata yang indak dan menarik,
tetapi juga memiliki sejarah yang patut kita ketahui dan lestarikan.
                Selain itu, objek wisata Kokokan juga menyediakan berbagai macam
fasilitas yang tentunya akan memberikan kenyamanan dan kesan yang baik
untuk para wisatawan. Namun ada juga kekurangan yang dimiliki oleh objek
wisata Kokokan ini yaitu jumlah yang ratusan bahkan saat ini ribuan tentunya
memberikan dampak adanya bau amis dari kotoran burung kokokan pada saat
musim datangnya burung tersebut.

3.2 Saran
                Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi tentang objek
wisata Kokokan. Agar suatu objek wisata itu tetap lestari dan indah, kita
harus menjaga dan tidak merusaknya. Tentunya masih banyak kekurangan
mengenai paper makalah yang saya buat ini. Saya sangat berharap agar para
pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya 
paper makalah ini dan penulisan paper makalah di kesempatan berikutnya.
Semoga paper makalah ini dapat berguna dan bermanfaat.
               

13
LAMPIRAN-LAMPIRAN

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.balitoursclub.com/berita_245_Desa_Petulu_Ubud.html
https://ihategreenjello.com/pesona-keindahan-wisata-desa-petulu-di/
https://www.17sekians.com/wisata-kokokan-petulu-kawanan-burung-bangau-di-
bali/

15

Anda mungkin juga menyukai