Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENELITIAN

Identifikasi Keragaman Spesies Semut (Famili:


Formicidae) Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit
(PT. SAL) dan Perkebunan Karet Di Kecamatan
Banyuasin III

Kelompok 1:

1. Sayidatul Islamiyah (1930207098)


2. Farhan Asy’ari (1930207099)
3. Dita Azzahra Fara Disa (1930207106)
4. Citra Opi Walanda (1930207109) Pendidikan Biologi 4
5. Ayu Indriani (1930207110) Dosen Pengampu:
Dr. Delima Engga Maretha, M. Kes
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
 Banyuasin III merupakan salah satu kecamatan dari kabupaten Banyuasin provinsi
Sumatera Selatan yang memiliki suhu rata-rata 24-33
24 oC. Luas Kabupaten Banyuasin

sekitar 11.875 KM2 dengan jumlah penduduk kabupaten Banyuasin pada tahun 2021
yaitu dengan total 836.914 jiwa
 Banyuasin dapat dikatakan sebagai wilayah penyangga ibu kota provinsi Sumatera
Selatan. Banyuasin memiliki kelimpahan sumber daya alam yang memumpuni sebagai
sumber mata pencaharian diantaranya yaitu sawah, perkebunan karet dan juga perkebunan
kelapa sawit.
 Perkebunan karet sangat mudah ditemui hampir diseluruh wilayah Banyuasin, tepat
dibelakang rumah warga rata-rata memiliki kebun karet yang merupakan sumber
pencaharian sehari-hari warga setempat. Perkebunan kelapa sawit di kabupaten Banyuasin
terbilang banyak, karena hampir di seluruh kecamatan memiliki kawasan perkebunan
kelapa sawit sebagai sumber mata pencaharian setelah karet.
BAB I PENDAHULUAN

 Semut mudah dijumpai hampir disemua tempat, tergantung kondisi lingkungan di suatu
tempat. Semut merupakan salah satu kelompok hewan yang dikatakan sebagai indikator
hayati dan sebagai alat monitoring perubahan kualitas lingkungan. Hal ini didukung oleh
sifat semut yang dapat hidup di berbagai tempat.
 Habitat yang ditempati semut sangat bervariasi termasuklah ditempat kawasan kebun
sawit yang memiliki tanah yang kering juga lembab.
lembab keberadaanya yang melimpah, tidak
terlepas dari pengaruh ketersediaan makanan dan kesesuaiannya dengan kondisi
lingkungan
 Semut berkembang di sebagian besar ekosistem dan dapat membentuk 15-25% dari
biomassa hewan terrestrial. Kisaran suhu antara 25-32
25 0C yang merupakan suhu optimal

dan toleran bagi aktifitas semut didaerah tropis. Maka dari itu, dalam penelitian ini untuk
mengetahui keragaman jenis-jenis semut yang hidup di kawasan perkebunan kelapa sawit
dan perkebunan karet yang ada di kecamatan Banyuasin III.
BAB I PENDAHULUAN
Batasan Masalah
Adapun pembatas masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini dibatasi pada pengidentifikasian pada macam-macam spesies semut di
kawasan perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet di kecamatan Banyuasin III
2. Penelitian ini dibatasi pada kawasan perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet di
kecamatan banyuasin III

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Apa saja keragaman jenis semut yang di identifikasi di kawasan perkebunan kelapa sawit
dan perkebunan karet di kecamatan Banyuasin III?”

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui keragaman jenis-
jenis spesies semut yang ditemukan di kawasan perkebunan kelapa sawit dan perkebunan
karet di kecamatan Banyuasin III.
BAB I PENDAHULUAN

Manfaat Penelitan

Berdasarkan tujuan diatas, penelitian ini memiliki beberapa manfaat atau


kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang keragaman jenis-
jenis semut di kawasan perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet di
kecamatan Banyuasin III
2. Sebagai bahan referensi dan pemahaman informasi tentang jenis-jenis semut
3. Sebagai sumber pengetahuan dalam pembelajaran biologi dalam materi
keanekaragaman hayati di indonesia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Semut (Hymenoptera: Formicidae)
 Hymenoptera berasal dari kata “hymeno” yang artinya selaput dan “ptera” yang
artinya sayap (bahasa Yunani). Ukuran tubuh serangga ini sangat kecil sampai
besar. Sayap dua pasang, seperti selaput dan umumnya banyak vena, sayap depan
lebih besar dari pada sayap belakang. Pada hymenoptera kecil sayapnya hampir
tidak memiliki vena.
 Salah satu sifat-sifat struktural yang jelas dari semut adalah sungut-sungut biasanya
menyiku dan ruas pertama seringkali sangat panjang.panjang Koloni mengandung tiga
kasta: ratu, jantan dan pekerja. Ratu lebih besar dari pada anggota kasta lainnya,
biasanya bersayap, walaupun sayap- sayap yang dijatuhkan setelah penerbangan
perkawinan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Semut
Semut termasuk kedalam famili Formicidae dengan ordo Hymenoptera. Klasifikasi
ilmiah semut adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Subkelas : Pterygota
Superordo : Endopterygota
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Apocrita
Famili : Formicida (Japriadi,2014)
Semut terdiri dari 14 sub famili, yaitu; Nothomymeciinae,
Nothomymeciinae Myrmeciinae,
Ponerinae, Dorylinae, Aneuritinae, Aenictinae, Ecitoninae, Myrmicinae,
Pseudomyrmicinae, Cerapachyinae, Leptanillinae, Leptanilloidinae,
Leptanilloidinae Dolichoderinae
dan Formicinae.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Semut
 Sebagaimana ciri khas serangga pada umumnya,
semut memiliki kaki berjumlah tiga pasang atau enam
kaki (heksapoda), sehingga kelompok semut termasuk
ke dalam kelas heksapoda.
 Secara umum, ciri morfologi semut hampir sama..
Selain semut memiliki enam kaki yang bersendi,,
semut juga memiliki sepasang antena dan
eksoskeleton (Gulan, 2010). Namun ada beberapa
perbedaan sebagai penanda untuk identifikasi, yaitu
struktur integumen, bagian kepala, toraks, abdomen,
dan kaki
 Semut memiliki eksoskeleton yang kuat untuk
perlindungan namun fleksibel untuk pergerakan, hal
ini karena integumen yang dimilikinya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bagian Kepala Bagian Perut

Bagian Dada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Semut Dalam Al-Qur’an

“Hingga apabila mereka sampai dilembah semut berkatalah


seekor semut: Hai semut-semut, masuklah kedalam sarang-
sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan
tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Lokasi
 Kondisi sumberdaya lahan di Kabupaten Banyuasin terdiri dari lahan basah dan
lahan kering, dimana Hampir 80 persen dari wilayah Kabupaten Banyuasin
merupakan hamparan lahan basah berupa dataran rendah rawa lebak, dataran rendah
lahan gambut, serta dataran rendah pasang surut dan sisanya sekitar 20% merupakan
lahan kering yang dimanfaatkan
 Potensi lahan pasang surut yang tersedia di sebagian besar wilayah Kabupaten
Banyuasin memiliki prospek yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi sentra
produksi pertanian dan perkebunan dengan pola intensifikasi dan ekstensifikasi.
 Perkebunan kelapa sawit di kabupaten Banyuasin terbilang banyak, karena hampir
di seluruh kecamatan memiliki kawasan perkebunan kelapa sawit sebagai sumber
mata pencaharian setelah karet.
 Perkebunan untuk komoditas kelapa sawit, Kabupaten Banyuasin memberikan
kontribusi hasil produksi bagi Sumatera Selatan sekitar 13%,
13 yaitu 31392 ton untuk
perkebunan rakyat dan 99.932 Ton dari PBMN dan PBSN. PBSN Sedangkan perkebunan
karet, menghasilkan karet paling tinggi berada di kecamatan Banyuasin III dengan
luas panen 10.424 ha dan produksi 16.666 ton.
BAB III METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2021. Adapun tempat
penelitian ini adalah di kawasan perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet di
kecamatan Banyuasin III, kabupaten Banyuasin, provinsi Sumatera Selatan.

Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
 Alat tulis
 Kamera
 Kertas putih polos
BAB III METODE PENELITIAN
Langkah kerja
Dalam penelitian mengidentifikasi jenis-jenis semut diperlukan cara sebagai
berikut
• Tahap Persiapan
Tahap awal pelaksanaan ini peneliti mendatangi wilayah yang akan di ambil
sampel pada kawasan perkebunan kelapa sawit. Menentukan lokasi sampel dengan
metode jelajah atau eksplorasi, selanjutnya yaitu mengumpulkan sampel semut
yang ditemukan di lokasi.
• Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan digunakan untuk menemukan lokasi sampel semut, selanjutnya
mengumpulkan data dan siapkan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
ini dan catat hasil pengamatan yang didapat, lalu mengidentifikasi jenis-jenis
spesies semut untuk mengetahui nama spesies, famili dan lainnya, dan
terakhir cantumkan hasilnya ke dalam hasil pengamatan di laporan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi 1
Spesies Semut Nama Ilmiah Famili Hasil Pengamatan
Perkebunan
Kelapa Yang Ditemukan
Sawit Semut Merah Solenopsis Formicidae
molesta

Semut Kayu Componotus Formicidae


pennsylvanicus

Semut Rang-rang Oecophylla Formicidae


smaragdina
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data

Solenopsis molesta
Solenopsis molesta), memiliki karakterisrtik
Hasil pengamatan pada semut merah (Solenopsis
untuk ukuran tubuhnya sekitar 1,6 mm, warna tubuhnya kuning kemerahan dengan
bagian abdomennya yang berwarna hitam kecoklatan, memiliki pedicel dengan dua
node (petiol dan postpetiol) dengan alat penyengatnya.
penyengatnya memiliki antena di bagian
kepala, pada belakang thorax tanpa duri diatasnya, tubuhnya terdiri atas kepala, dada
dan perut dengan jumlah kaki 3 pasang.

Componotus pennsylvanicus
Componotus pennsylvanicus), memiliki
Hasil pengamatan pada semut kayu (Componotus
karakteristik dengan ukuran tubuh sekitar 1,5 mm dengan warna seluruh tubuhnya
berwarna hitam dengan antena dikepala yang sedikit lebih panjang, tubuh terdiri atas
kepala, dada dan perut, memiliki 3 pasang kaki, kepala nya bulat dan nodusnya
berbentuk kerucut.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data

Oecophylla smaragnida
Hasil pengamatan pada semut rang-rang rang (Oecophylla
smaragnida), memiliki karakteristik dengan ukuran tubuh yang lebih
besar dari semut biasanya sekitar 2 cm, dengan 3 pasang kaki dengan
gerigi dibagian ujung, dan tubuh terdiri atas kepala, dada dan perut,
bentuk mulutnya yang runcing dan bentuk ekornya yang bulat
tumpul, terdapat antena di kepalanya dan warna tubuhnya yang
merah kecoklatan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi 2
Spesies Semut Yang Ditemukan Nama Ilmiah Famili Hasil Pengamatan
Perkebunan Semut Rang-rang Oecophylla Formicidae
Karet
smaragnida

Semut Kuning Gila Anoplolepis Formicidae


gracilipes

Semut Kebun Hitam Lasius niger Formicidae

Semut Hitam Dolichoderus Formicidae


thoracicus
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data

Oecophylla smaragdina
Oecophylla smaragnida) tidak berbeda
Hasil pengamatan pada semut rang-rang (Oecophylla
dengan semut rang-rang yang di temukan di lokasi perkebunan kelapa sawit, memiliki
karakteristik dengan terdapat antena di kepalanya dan warna tubuhnya yang merah
kecoklatan, ukuran tubuh yang lebih besar dari semut biasanya sekitar 2 cm, dengan 3
pasang kaki dengan gerigi dibagian ujung dan tubuh terdiri atas kepala, badan dan kaki,
bentuk mulutnya yang runcing dan bentuk ekornya yang bulat tumpul.

Anoplolepis gracilipes
Hasil pengamatan pada semut kuning gila (Anoplolepis
( gracilipe), memiliki
karakteristik dengan kaki 3 pasang, tubuh terdiri atas kepala, dada dan perut, tubuhnya
mengkilat berwarna kuning kecoklatan dengan abdomen berwarna hitam, perut bulat
sedikit memanjang, memiliki antena yang panjang dikepala, kakinya terdapat cakar.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data

Lasius niger
Lasius niger), memiliki karakteristik
Hasil pengamatan pada semut kebun hitam (Lasius
dengan tubuh berwarna hitam, panjang tubuhnya sekitar 4 mm dan terdiri atas kepala,
dada dan perut dengan 3 pasang kaki, bentuk kepala yang oval, pedicelnya kecil,
abdomennya besar dan oval, kulitnya keras dan memiliki antena.

Dolichoderus thoracicus
Dolichoderus thoracicu), memiliki
Hasil pengamatan pada semut hitam (Dolichoderus
karakteristik dengan tubuh yang berwarna hitam sedangkan pada kakinya berwarna
kemerahan, tubuh terdiri atas kepala, dada dan perut dengan 3 pasang kaki, kulitnya
yang keras dan licin kepalanya pendek dengan antena yang lebih panjang, dan
abdomen berbentuk oval.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Solenopsis molesta
• Klasifikasi Solenopsis molesta
• Morfologi Soleonepsis molesta
Kingdom : Animalia
Menurut Westwood (1840), Soleonepsis molesta
Filum : Antropoda memiliki karakteristik morfologi diantaranya kaki
dengan 3 pasang, memiliki antena yang bersegmen,
Kelas : Insekta tubuh berbuku-buku, memiliki dua nodus (petiol dan
postpetiol), tubuh berwarna kuning kemerahan,
matanya relatif kecil, memiliki rahang atau mandibula
Ordo : Hymenoptera yang ditumbuhi gigi, pada propodium terdapat duri
kecil dan tubuh berukuran kecil (Sari dkk, 2014).
Famili : Formicidae

Genus : Soleonepsis

Spesies : Soleonepsis molesta


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Camponotus pennsylvanicus
• Klasifikasi Camponotus pennsylvanicus
• Morfologi Camponotus pennsylvanicus
Kingdom : Animalia Menurut Mayr (1861), karakteristik morfologi
Camponotus pennsylvanicus diantaranya tubuh
Filum : Antropoda berwarna hitam kelam, tubuh terdiri atas kepala,
dada (thoraks) dan perut (abdomen), pada perut
Kelas : Insekta terdapat beberapa segmen, kaki memiliki 3 pasang,
terdapat cakar kecil dan tajam pada kaki semut,
Ordo : Hymenoptera pada seluruh bagian tubuh terdapat buku-buku yang
halus, antenanya yang panjang, toraks yang
Famili : Formicidae melengkung, nodus berbentuk kerucut dan kepala
yang bulat (Sari dkk, 2014).
Genus : Camponotus

Spesies : Camponotus pennsylvanicus


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Oecophylla smaragnida
• Klasifikasi Oecophylla smaragnida
• Morfologi Oecophylla smaragnida
Oecophylla smaragnida memiliki karakteristik
Kingdom : Animalia
morfologi diantaranya, tubuh berwarna merah
kehitaman (Orange dengan abdomen bergaris
Filum : Antropoda
kehitaman dengan abdomen yang berwarna), memiliki
tiga pasang kaki, semut ini memiliki antena 12 ruas,
Kelas : Insekta
bentuk abdomen bulat 4 segmen dan bentuk mulut
runcing serta memiliki tipe mulut penghisapdan
Ordo : Hymenoptera
penggigit, pada bagian kepala terdapat sepasang antena
yang variable dan matasitor dan mulut. Mulut berfungsi
Famili : Formicidae
sebagai alat untuk mengunyah dan menjilat, semut ini
biasa disebut dengan semut rang-rang atau kerengga,
Genus : Oecophylla
karena biasanya membangun sarang di daun-daun
pohon (Bolton, 1994).
Spesies : Oecophylla smaragnida
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Anoplolepis gracilipes
• Klasifikasi Anoplolepis gracilipes • Morfologi Anoplolepis gracilipes
Menurut Bolton (1994), semut ini berwarna kecoklatan dengan
Kingdom : Animalia abdomen yang berwarna hitam, memiliki tiga pasang kaki. Bentuk
kepalanya hyposgantus atau menghadap kebawah dan memiliki antena
Filum : Antropoda yang berbentuk geniculate (segmen pertama berukuran leih panjang
kemudian diikuti dengan satu segmen lainnya yang lebih kecil sehingga
Kelas : Insekta membentuk suatu sudut) dengan 11 ruas. Memiliki sepasang mata tunggal
dengan tipe mulut menggigit dan mengunyah. Tipe tungkainya yaitu
ambulatorial seperti tungkai pada serangga umumnya. Dikatakan semut
Ordo : Hymenoptera
kuning gila karena gerakan tidak menentu ketika terganggu, habitat di
tanah, dengan kaki panjang dan antena membuatnya menjadi salah
Famili : Formicidae satuninvasif terbesar spesies semut di dunia.

Genus : Anoplolpis
Semut kuning gila (Anoplolepis
Spesies : Anoplolepis gracilipes gracilipe) mampu menyerang lawan
dengan menggunakan senyawa kimia
berupa asam format yang dimilikinya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Lasius niger
• Klasifikasi Lasius niger
• Morfologi Lasius niger
Kingdom : Animalia Menurut Borror (1992), Lasius niger memiliki
tubuh berwarna hitam, bentuk tubuh kecil dan tidak
mempunyai sayap. Bentuk kepala oval, mata oval
Filum : Antropoda dan terletak agak ke samping dengan tipe mulut
menggigit, dasar abdomen kelihatan menyempit.
Kelas : Insekta Bagian perut kedua berhubungan ke tangkai
membentuk pinggang sempit di antara metasoma.
Ordo : Hymenoptera Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node.
Berdasarkan literatur Lasius niger memiliki tubuh 4-
Famili : Formicidae 5 mm, daerah pedicel 1 segmen. Genus Lasius
mengandung sejumlah semut-semut kecil lapangan
yang membuat sarang-sarang gundukan kecil dan
Genus : Lasius
makan sebagian besar embun madu. Pada umumnya
semut kebun ini sering dijumpai di pohon, tempat
Spesies : Lasius niger yang teduh yang dekat dengan sumber makanannya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dolichoderus thoracicus
• Klasifikasi Dolichoderus thoracicus
• Morfologi Dolichoderus thoracicus
Kingdom : Animalia Menurut Wijaya (2007), Dolichoderus
thoracicus mempunyai tubuh hitam dan kaki
Filum : Antropoda kemerahan, pada kaki terdapat cakar yang tajam,
kulit keras, kuat dan licin, pada tubuh terdapat buku-
Kelas : Insekta buku yang halus, nodus berbentuk kerucut, kepala
pendek dan antena panjang. Berdasarkan literatur,
Dolichoderus thoracicus mempunyai ukuran 3- 4
Ordo : Hymenoptera mm, dengan tubuh berwarna hitam dan kaki
kemerah, torak mereduksi, abdomen bagian depan
Famili : Formicidae mengecil dengan satu atau dua tonjolan ke arah
dorsal, antena berwarna cokelat dan bertipe
Genus : Dolichoderus geniculate atau ruas pertama memanjang dan ruas
berikutnya pendek membentuk sudut dengan ruas
Spesies : Dolichoderus thoracicus yang pertama.
pertama
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Oecophylla smaragnida
Semut rangrang hidup di pohon, membangun sarang dari daun. Dengan mengombinasikan daun, mereka mampu
membentuk satu sarang di beberapa pohon, sehingga bisa mendukung populasi yang jauh lebih besar.
 Pertama, pekerja mencari sendiri-sendiri lokasi di wilayah koloni yang cocok untuk perluasan. Kalau
menemukan batang yang cocok, mereka menyebar ke dedaunan batang tersebut dan menarik dedaunan itu
dari samping.
 Setelah berhasil membengkokkan sebagian daun, para pekerja di dekatnya bergerak menghampiri dan
menarik daun itu bersama-sama. Jika daunnya lebih lebar daripada ukuran semut, atau jika perlu menarik dua
daun sekaligus, para pekerja membentuk jembatan hidup di antara dua titik yang akan disatukan.
 Setelah itu, sebagian semut dalam rantai ini menaiki punggung semut di sebelahnya, sehingga memendekkan
rantai, dan ujung-ujung daun pun disatukan. Ketika daun sudah berbentuk tenda, sebagian semut terus
memegang daun dengan kaki dan rahang, sementara yang lain kembali ke sarang lama dan membawa ke situ
larva yang dibesarkan secara khusus.
 Semut rang-rang berkembang biak dengan cara bertelur, para pekerja menggosokkan larva maju-mundur pada
penyatuan daun, dengan menggunakan larva sebagai sumber sutra. Dengan sutra yang disekresikan dari
lubang di bawah mulut larva, daun-daun pun menempel di tempat yang diperlukan. Artinya, larva digunakan
sebagai mesin jahit (Yahya, 1999).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Anatomi Semut
• Anatomi
 Memiliki eksoskeleton atau kerangka luar  Pada kepala terdapat banyak organ sensor.
yang memberikan perlindungan dan juga  Memiliki mata majemuk yang terdiri dari
sebagai tempat menempelnya otot kumpulan lensa mata yang lebih kecil
 Tidak memiliki paru-paru, tetapi memiliki  Mempunyai tigaoselus di bagian puncak
lubang-lubang pernapasan di bidang dada kepalanya untuk mendeteksi perubahan
bernama spirakel untuk sirkulasi udara cahaya dan polarisasi.
dalam sistem respirasi.  Pada kepalanya juga terdapat sepasang
 Tidak memiliki sistem peredaran darah antena yang membantu semut mendeteksi
tertutup. Sebagai gantinya, mereka rangsangan kimiawi.
memiliki arus bermodel panjang dan tipis  Pada bagian depan kepala semut juga
di sepanjang bidang atas tubuhnya yang terdapat sepasang rahang atau mandibula
disebut “aorta punggung” yang digunakan untuk membawa makanan,
 Sistem saraf semut terdiri dari sebuah memanipulasi objek, membangun sarang,
semacam otot saraf ventral yang berada di dan untuk pertahanan.
sepanjang tubuhnya
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Fisiologi Semut

Siklus hidup semut, Semut termasuk


serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna atau metamorfosis holometabola.
Siklus hidup semut adalah:
 Telur semut berwarna putih, berbentuk
lonjong, panjangnya 1-1,5 milimeter, dan
lama fase telur adalah 14 hari. Telur
diproduksi 10-20 hari setelah kopulasi
antara ratu dan semut jantan.
 Larva, telur-telur semut selanjutnya akan
menetas menjadi larva. Larva semut tampak
seperti belatung, berwarna putih, kepala
terdiri atas 13 segmen, dan lama fase larva
adalah 15 hari (Cadapan dkk., 1990).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Fisiologi Semut
 Pupa, larva semut kemudian akan berubah menjadi
pupa.. Pupa semut berwarna putih, tidak terbungkus
kokon seperti kebanyakan serangga yang lain, dan lama
fase pupa adalah 14 hari. Pada saat berbentuk pupa,
semutmengalami periode tidak makan atau non-feeding
periode (Cadapan dkk., 1990).
 Imago, fase terakhir. Imago berwarna merah
kekuningan, organ-organ tubuh mulai berfungsi, dan
mulai terpisah menurut kastanya masing-masing.
Koloni akan lebih banyak menghasilkan pekerja
daripada kasta-kasta yang lain pada awal-awal
terbentuknya koloni. Hal ini dilakukan untuk
meringankan tugas ratu karena sebagian besar aktivitas
koloni akan dilaksanakan oleh pekerja. Lama siklus
hidup semut merah sekitar 40 hari dan semut dapat
bertahan hidup selama 2-3 tahun (Cadapan dkk., 1990).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Fisiologi Semut

Saluran pencernaan semut sama seperti serangga  Sistem pencernaan pada semut yaitu
lainnya, dibedakan menjadi tiga daerah pokok: saluran diawali makanan dari mulut semut masuk
pencernaan depan yaitu di bagian usus depan atau ke esofagus kemudian ke lambung atau
stomodeum (foregut) berfungsi sebagai penyimpanan ventrikulu, dari lambung makanan dibawa
makanan dan melalukan pencernaan sederhana, saluran ke usus dan sisa makanan dikeluarkan
pencernaan tengah di bagian usus tengah atau mesenteron lewat anus yang terletak di posterior tubuh.
(midgut) berfungsi sebagai tempat penyerapan makanan, semut memiliki bagian yang unik di
perutnya yang disebut crop. Crop adalah
dan saluran pencernaan belakang di bagian usus belakang tempat penyimpanan makanan yang
atau proktodaeum (hindgut) berfungsi sebagai tempat terpisah dari bagian perut yang mencerna
pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak dibutuhkan oleh makanan.
serangga atau dalam kata lain makanan yang tidak terserap
dengan baik pada saluran pencernaan tengah akan
diteruskan ke saluran pencernaan belakang untuk
dikeluarkan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Fisologi Semut

Sistem pernafasan pada semut yaitu tidak


memiliki paru-paru, karena tubuhnya yang kecil,
semut ini tidak memiliki ruangan untuk Semut menggunakan getaran untuk
mengakomodasi sistem pernafasan, mereka memiliki mendengar. Semut bisa menggunakan getaran
cara respirasi sendiri untuk membantu mengangkut tersebut untuk mencari makanan atau sebagai
oksigen di sekitar tubuhnya. Dengan cara menghirup sinyal alarm. Semut menggunakan getaran di
oksigen melalui spirakel yang merupakan serangkaian tanah untuk mendengar dengan mengangkatnya
lubang yang terletak di sekitar sisi tubuh mereka. organ subgenual yang terletak di bawah lutut
Spirakel terhubung melalui jaringan tabung yang semut tersebut.
membantu mendistribusikan oksigen ke hampir setiap
sel di tubuh mereka. Gerakan mereka membantu
oksigen untuk beredar melalui tabung, dengan
melepas karbon dioksida yang keluar melalui tabung
tersebut.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Fisiologi Semut
Sistem saraf semut seperti serangga yang terdiri dari
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi, berupa sistem saraf
tangga tali. pada semut, sistem saraf pusat tersusun atas Sistem saraf semut sama seperti semut
kelompok-kelompok badan sel saraf yang disebut ganglia. lainnya, Jaringan saraf (semut) dibagi
tiap-tiap ganglia dihubungkan oleh satu tali-tali saraf tiap. menjadi, jaringan saraf pusat (central nervous
Sementara itu, saraf tepi semut tersusun oleh akson system) dan jaringan saraf dalam
sensorik dan akson motorik ke dan dari ganglia. Otak (stomatodeal nervous system). Pada ujung
semut juga menghasilkan hormon yang mempengaruhi saraf dari sistem saraf (semut) akan
proses metamorfosis yaitu hormon juvenile. Hormon ini dihasilkan acetycholine apabila saraf tersebut
berfungsi menghambat proses metamorphosis. Sekreasi mendapatkan stimulasi atau rangsangan.
hormon juvenil yang cukup akan membuat ekdison
merangsang pertumbuhan Larva, namun jika ekskresi
hormon ini berkurang maka akan merangsang
perkembangan pupa.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Fisiologi Semut

Fungsi sistem ekskretori adalah pemeliharaan


keseimbangan lingkungan dalam (internal), karena
hemolimf mengenangi jaringan dan organ serangga (semut),
maka cairan itu menentukan sebagian besar keadaan
lingkungan dalam (internal). Sistem ekskretori bertanggung
jawab terhadap pemeliharaan uniformitas hemolimf. Untuk
melaksanakan fungsi ini sistem itu membuang limbah
metabolisme dan bahan-bahan yang berlebihan, terutama
yang mengandung nitrogen serta mengatur kandungan
garam dan air. Organ ekskresi yang utama adalah tabung
malpighi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaman Jenis Spesies Semut Di Perkebunan Sawit Dan Karet
Dalam ekologi, ada faktor pembatas yang
membatasi keanekaragaman dan kelimpahan suatu Salah satu faktor lingkungan yang
jenis makhluk hidup, berupa suhu, kelembaban, atau mempengaruhi keanekaragaman semut subfamili
pun kondisi tanah yang merupakan bagian dari Formicinae yaitu faktor suhu dan kelembaban
tempat aktivitas semut, baik dalam mencari makan dimana udara mikro dalam kawasan juga turut
atau membangun sarang. Suhu ideal sarang semut mempengaruhi kehidupan semut yang ada, kerena
berkisar antara 20-30 0C. Kondisi pH tanah ini masih titik optimum suhu dan kelembaban untuk masing–
toleran untuk semut, Jenis semut ada yang senang masing semut tidak selalu sama. Semut dapat hidup
hidup pada pH asam dan ada pula yang senang pada dengan baik pada kisaran suhu 27- 29 0C untuk
pH basa tergantung pada jenisnya (Haneda, 2015). wilayah tropis (Rahmawati ,2007). Kecamatan
Jenis semut famili Formicidae ini pada suatu Banyuasin III memiliki suhu antara 23-33 0C. Pada
kawasan juga sangat tergantung pada kondisi kawasan perkebunan kelapa sawit memiliki
lingkungan, dimana semut akan mengalami karakteristik tanah yang kering, sedangkan pada
perubahan dan respons apabila terjadi gangguan perkebunan karet memiliki karakteristik tanah yang
dalam lingkungan dan tanah sebagai habitat lembab
lembab.
hidupnya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaman Jenis Spesies Semut Di Perkebunan Sawit Dan Karet

Tekstur tanah pada kebun karet memiliki kandungan pasir lebih


kecil dibandingkan dengan liat. Sedangkan pada kebun kelapa sawit
memiliki kandungan pasir lebih besar dibandingkan dengan liat. Tanah
yang mempunyai kandungan pasir yang cukup tinggi mempunyai
poripori makro lebih banyak dari pada pori-pori mikro, hal ini
Gambar. Tanah Kering Di Kawasan Perkebunan Sawit menyebabkan terjadinya aerasi yang baik, daya hantar airnya baik
namun kemampuan menyimpan unsur hara rendah dan partikel pasir
dapat saling berikatan lebih kuat sehingga dapat menyebabkan bahan
organiknya sedang dan membuat kemantapan agregat yang lebih
stabil. Kandungan air pada kebun sawit lebih rendah dibandingkan
dengan kandungan air pada kebun karet (Djokomoeljanto, 1987).

Gambar. Tanah Lembab Di Kawasan Perkebunan


Karet
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaman Jenis Spesies Semut Di Perkebunan Sawit Dan Karet
Jenis semut yang ditemukan di kebun sawit dan di kebun karet yaitu Karakteristik famili Formicidae terdiri
terdapat kesamaan jenis semut yang jumpai adalah semut rang-rang dari antena yang terdir dari 12 segmen,
(Oecophylla smaragnida), yang pada karakteristik morfologinya tidak scape lebih panjang dari kepala, mata
memiliki perbedaan, hanya saja berbeda ukuran tubuhnya. Keragaman dan relatif kecil dan terletak pada bagian
kelimpahan jenis semut di perkebunan karet lebih beragam daripada posterior kepala, petiol yang memisahkan
perkebunan sawit. Di kebun sawit, peneliti menemukan 3 jenis spesies alitrunk dengan gaster berjumlah satu
dengan genus yang berbeda yang banyak ditemui yaitu Semut merah segmen, memiliki acidopore yang
(Solenopsis molesta), semut kayu (Componotus pennsylvanicus) dan semut dikelilingi rambut-rambut halus, memiliki
rang-rang (Oecophylla smaragnida). Sedangkan di kebun karet, terdapat 4 kelenjar metapleural, tidak memiliki
jenis spesies dengan genus yang berbeda yaitu semut rang-rang pygidium, memiliki spirakle, tidak
(Oecophylla smaragnida) semut kuning gila, (Anoplolepis gracilipes), memiliki sting.
semut kebun hitam (Lasius niger) dan semut hitam (Dolichoderus
thoracicus). Dari kelima genus semut yang didapat, memiliki karakteristik
morfologi yang berbeda-beda pada setiap spesiesnya baik dalam warna
tubuh, ukuran, bentuk tubuh dan sebagainya. Jenis semut yang ditemukan
di kedua tempat yaitu termasuk famili Formicidae
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang didapat, pada kawasan
perkebunan sawit dalam penelitian ini, memiliki tanah yang kering, di kawasan
perkebunan karet memiliki tanah yang lembab dan keragamannya lebih dibanding dengan
di kawasan perkebunan kelapa sawit, karena pengaruh kondisi lingkungan bergantung
pada kehidupan spesies semut tersebut. Identifikasi jenis semut di kawasan perkebunan
kelapa sawit di kecamatan Banyuasin III, terdapat 3 jenis spesies dengan genus yang
berbeda yang banyak ditemui yaitu Solenopsis molesta, Componotus pennsylvanicus dan
Oecophylla smaragnida. Sedangkan di kawasan perkebunan sawit terdapat 4 jenis spesies
dengan genus yang berbeda yaitu Oecophylla smaragnida, Anoplolepis gracilipes, Lasius
niger dan Dolichoderus thoracicus. Dimana kelima jenis spesies semut tersebut memiliki
karakteristik morfologi yang berbeda yang dapat dilihat secara langsung.
Thank You
For all

Anda mungkin juga menyukai