a
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia
1
erickgultom76@gmail.com
ABSTRACT
Today we acknowledge that ecological issues have been widely reported by
various news outlet. Religious organizations have contributed in addressing
Keywords: these issues through official statements and practical actions, of which Feder-
ation of Asian Bishops’ Conferences (FABC) is one of such organizations. This
FABC, paper emphasizes the FABC’s involvement to respond the ecological issues.
ekologi, The review would be conducted by analyzing the documentations released by
Asia, FABC from 1972-2016.
pemanasan global, The findings are as follows: (i) FABC has been consistently addressing the
perubahan iklim issues; (ii) The understanding and response from FABC are in line with the
changing faces of Asia; (iii) to address the issue of ecology, the FABC has ac-
commodated the views of cultures and religious sources in Asia; (iv) FABC’s
ecological roles have been summarized into four FABC’s orientations on the
ecology.
Buah-buah pemikiran, kepedulian dan Pada bagian ini penulis memaparkan be-
pergumulan FABC dalam upayanya mewar- berapa kenyataan Asia secara umum. Setiap
takan Kabar Gembira di Asia dan cita-cita penggambaran umum atas kenyataan-ken-
FABC untuk menjadikan Gereja semakin yataan Asia disadari penulis tentulah selalu
membumi di Asia antara lain termuat da- kurang memadai dan dapat diperdebatkan.
lam dokumen-dokumen FABC. Tulisan ini Situasi di masing-masing wilayah di Asia
memuat suara para gembala se-Asia tentang dapat begitu kompleks sehubungan dengan
isu ekologi sebagaimana dinyatakan dalam berbagai faktor seperti kondisi sosial-politik,
dokumen-dokumen FABC. 1 Tujuannya ada- latar belakang ras dan etnis dan konteks re-
lah untuk melihat dinamika pemikiran dan ligio-kultural.
kepedulian FABC dalam menghadapi masa
Konteks Politik
lah ekologi dan untuk menyimpulkannya
menjadi beberapa poin orientasi ekologis Sebagian besar negara di Asia baru mem-
FABC. Namun sebelumnya akan dipaparkan peroleh kemerdekaannya kurang dari sea-
terlebih dahulu mengenai konteks Asia dan bad yang lalu seiring dengan berakhirnya
keberadaan FABC. era politik kolonial. Negara-negara terse-
DOI: 10.24071/jt.v7i2.1553
W: http://e-journal.usd.ac.id/index.php/jt | E: jurnal-teologi@usd.ac.id
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
124 Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
asi, bencana alam dan lain sebagainya. Di konkrit menjadi manusia yang ditempuh
waktu yang bersamaan, korupsi merajalela oleh masyarakat, kelompok, atau bangsa
pada semua tingkatan pemerintahan dan tertentu.
kemasyarakatan di banyak negara di Asia.
Kebudayaan dan masyarakat merupakan
Faktor-faktor ini bermuara pada situa-
dua hal yang saling terkait dan tidak dapat
si-situasi konflik, baik di tingkat regional,
terpisahkan. Manusia merupakan makhluk
nasional maupun internasional. 9
sosial dan dari masyarakatlah ia memper-
Karakteristik lain yang tampak dalam oleh kebudayaannya. Kebudayaan Asia yang
masyarakat Asia dewasa ini adalah keban- ada sekarang ini merupakan hasil dari peng-
gkitan kelompok-kelompok pribumi dan gabungan kebudayaan berbeda dari mas-
minoritas dan kesadaran mereka akan hak yarakat berbeda yang terjadi selama ratusan
dan peran mereka di dalam masyarakat. tahun. Beberapa kebudayaan yang paling
Selama berabad-abad mereka telah hidup berpengaruh adalah kebudayaan India,
dalam isolasi sosial, budaya dan politik. Cina, dan Arab.13 Di Bumi Asia juga eksis
Kini mereka mengklaim pengakuan, persa- sejumlah suku dan kelompok kebudayaan
maan hak dan kesempatan. 10 kecil yang tetap memelihara warisan kebu-
dayaan dan identitas mereka. Kebudayaan
Konteks Kultural dan Religius Asia di era modern juga dipengaruhi oleh
kebudayaan Barat dan Kristianitas.
Beragam definisi telah diajukan para pa-
kar untuk menerangkan arti kebudayaan.
MENEROPONG KE DALAM FABC
Menurut Konsili Vatikan II, secara umum
istilah “kebudayaan” dimaksudkan sebagai Berdirinya FABC merupakan tonggak
segala sarana dan upaya manusia untuk bersejarah bagi umat Kristiani di Asia. Ci-
menyempurnakan dan mengembangkan kal-bakal pembentukan FABC bermula pada
pelbagai bakat-pembawaan jiwa raganya. sidang bersejarah 180 Uskup Asia di Manila
Oleh karena itu mau tak mau kebudayaan di akhir bulan November 1970. Sebagai ha-
manusia mencakup dimensi historis dan sil sidang tersebut, pada tanggal 19 Novem-
sosial, dan istilah “kebudayaan” seringkali ber 1970, para Uskup mengesahkan sebuah
mengandung arti sosiologis dan etnologis. 11 dokumen berjudul “Pertemuan Para Uskup
Diterangi oleh deskripsi yang diperoleh Asia: Pesan dan Resolusi Para Uskup Asia”.
dari Konsili Vatikan II dan studi antroplo- Dalam dokumen ini mereka antara lain
gis dewasa ini, para Uskup Asia menjelas- menguraikan aneka tinjauan atas wajah-wa-
kan kebudayaan seturut empat perspektif jah Asia dan menyatakan ingin dapat leb ih
dan pendekatan berikut: Budaya sebagai sungguh berbakti kepada bangsa-bangsa
pengolahan (cultivation) roh manusia; ke- Asia. Para Uskup menyebutkan bahwa umat
budayaan sebagai hasil pemahaman em- Katolik Asia berkeinginan –sebagai perseku-
piris; kebudayaan sebagai ekspresi simbo- tuan-persekutuan Katolik– untuk semakin
lik; dan pemahaman masyarakat sebagai terintegrasi dalam persekutuan-persekutu-
realitas kebudayaan. 12 Keempat perspektif an yang lebih besar di sekitarnya, dan se-
dan pendekatan kebudayaan ini bersifat cara kultural menjadi bagian dari Asia yang
komplementer. Kita dapat menyimpulkan -meski perlahan namun pasti– akan lahir
bahwa kebudayaan jelas merupakan jalan di saat ini.14
Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi 125
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
Kelahiran Federasi semakin mendekati untuk mempelajari cara dan sarana mem-
kenyataan berkat salah satu resolusi sidang promosikan kerasulan, khususnya dalam
yang mendesak untuk segera membentuk terang Konsili Vatikan II dan dokumen-do-
suatu struktur yang permanen.15 Sebagai kumen resmi pasca Konsili, dan seturut ke-
langkah lanjutan dari hasil sidang tersebut butuhan Asia. Kedua, FABC bekerja un-
kemudian diadakanlah sebuah pertemuan tuk membuat kehadiran dinamis Gereja
di Hong Kong pada tanggal 24-25 Agus- semakin intensif dalam pembangunan yang
tus 1972 yang bertujuan untuk menyusun menyeluruh bangsa-bangsa Asia.
suatu statuta FABC. Statuta yang dihasilkan
Fungsi FABC berikutnya adalah mem-
selanjutnya diserahkan kepada Takhta Suci
bantu mempelajari masalah-masalah yang
untuk mendapatkan persetujuan. Akhirnya,
menjadi perhatian umum Gereja Asia dan
pada tanggal 16 November di tahun yang
untuk menyelidiki kemungkinan-kemungk-
sama, Takhta Suci mengabulkan pengesah
inan solusi dan tindakan terkoordinasi. Ke-
an atas statuta tersebut sekaligus menan-
empat, untuk memajukan inter-komunikasi
dai berdirinya FABC secara resmi. Konfe
dan kooperasi di antara Gereja-Gereja lokal
rensi-Konferensi anggota Federasi kala itu
dan para Uskup Asia. Berikutnya, FABC juga
adalah Bangladesh, India-Nepal, Indonesia,
berfungsi untuk menyediakan pelayanan
Jepang, Korea, Laos-Kamboja, Malaysia-Sin-
bagi Konferensi-Konferensi Episkopal di
gapura-Brunei, Myanmar, Pakistan, Filipina,
Asia dengan tujuan membantu mereka me-
Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Kawasan
mahami dengan lebih baik kebutuhan-kebu-
gerejawi Hongkong dan Makau bergabung
tuhan umat Allah.
juga sebagai anggota luar biasa. Dewasa ini,
FABC beranggotakan sembilan belas Konfe- Keenam, FABC berfungsi memperkuat
rensi Episkopal, dan delapan anggota luar pembangunan organisasi-organisasi dan
biasa.16 gerakan-gerakan yang lebih tertata di dalam
Gereja pada tingkat internasional. Fung-
SIFAT, FUNGSI, DAN STRUKTUR si FABC yang ketujuh adalah untuk mem-
ORGANISASI FABC17 perkuat komunikasi dan kerja sama ekume-
nis dan interreligius.
FABC merupakan sebuah asosiasi su-
karela dari Konferensi-Konferensi Episkopal FABC melaksanakan fungsi-fungsinya
di Asia yang ditetapkan melalui persetu- melalui suatu struktur hierarki yang terdi-
juan Takhta Suci. Tujuan FABC adalah guna ri dari Sidang Paripurna, Komite Sentral,
memperkuat di antara anggota-anggotan- Komite Kerja, dan Sekretariat Pusat. Sidang
ya rasa solidaritas dan saling bertanggung Paripurna merupakan badan tertinggi dalam
jawab atas kesejahteraan Gereja dan mas- FABC yang terdiri dari seluruh ketua atau
yarakat di Asia. Keputusan-keputusan yang presiden Konferensi-Konferensi Episkopal
diambil oleh FABC bersifat memiliki daya anggota FABC atau perwakilannya yang di-
yuridiksi yang tidak mengikat; penerimaan tunjuk secara resmi, Uskup-Uskup yang
atas keputusan-keputusan tersebut merupa- diutus baik oleh masing-masing Konferensi
kan ekspresi dari tanggung jawab kolegial. yang menjadi anggota FABC, oleh anggo-
ta-anggota luar biasa maupun oleh Komite
Fungsi FABC diuraikan dalam tujuh
Kerja. Sidang Paripurna bertemu setiap em-
poin berikut: pertama, FABC bermaksud
pat tahun. Federasi juga didukung oleh sem-
126 Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
bilan kantor atau agensi yang masing-mas- dalam sidang paripurna I FABC pada tahun
ing menangani bidang kehidupan Gereja 1974 telah menyatakan komitmen mereka
dan masyarakat tertentu, yakni untuk uru- untuk semakin membumikan Kabar Gem-
san evangelisasi, pendidikan dan pamong bira dan semakin terlibat dalam perihidup
mahasiswa, komunikasi sosial, hubungan bangsa-bangsa Asia dengan melaksanakan
ekumenis dan interreligius, awam dan kel- dialog rangkap tiga atau triple dialogue: di-
uarga, kajian teologi, pengembangan manu- alog dengan kebudayaan-kebudayaan, tra-
sia, hidup religius, dan urusan imam. disi-tradisi religius, dan massa kaum miskin
Asia.
Orientasi FABC18
FABC menjadi pelopor dalam penyeleng-
Orientasi FABC adalah dialog. Latar be-
garaan program-program exposure bagi para
lakang dialog menjadi orientasi FABC be-
Uskup. Para Uskup menggali sebab-musa-
rawal dari kesadaran akan ironi bahwa Ge-
bab paling mendalam atas kenyataan-ken-
reja-Gereja setempat di Asia masih bersifat
yataan sosio-politik, situasi-situasi ketida-
asing bagi para penduduknya. Hal ini bukan
kadilan, pelanggaran martabat dan hak-hak
melulu disebabkan karena agama Kristiani
manusiawi, dan mencanangkan untuk mem-
dibawa masuk dari luar benua ini atau kare-
bongkar sebab-sebab sitematis kemiskinan,
na ia menghadirkan iman yang berbeda.
penghisapan dan ketidak-adilan. Mereka
Pada kenyataannya, bangsa-bangsa di Asia
mengakui pentingnya analisis sosial yang di-
selalu menerima dan memelihara kerag-
integrasikan ke dalam kebijakan-kebijakan
aman. Anggapan “agama yang asing” yang
pastoral Gereja.
disematkan kepada agama Kristiani timbul
terutama karena Gereja-gereja setempat ti- Para Uskup Asia memaknai evange-
dak berhasil menyatu dengan rakyat. Sekali- lisasi sebagai penempatan Injil beserta daya
pun ada banyak sumbangan Gereja di bidang kekuatannya secara dinamis ke dalam ken-
amal-kasih yang patut dipuji, pada umum- yataan-kenyataan Asia melalui proses dia-
nya Gereja-Gereja ini menjaga jarak terha- log dan transformasi dalam kesinambungan
dap arus utama kehidupan rakyat, sejarah, dengan tradisinya. Upaya mencapai cita-ci-
perjuangan-perjuangan dan impian-impian ta ini membutuhkan perubahan-perubahan
mereka. yang memadai di dalam komunitas-komuni-
tas Kristiani, baik di tingkat struktural mau-
FABC menginginkan agar Gereja men-
pun di tingkat pelayanan. Sebagai contoh,
jangkau dan menyentuh hati rakyat dengan
para Uskup telah berulang kali merekomen-
memasuki dialog dengan aneka agama di
dasikan pembentukan komunitas-komunitas
Asia, berbagai budaya di Asia, serta kaum
basis yang dapat memfasilitasi penghayatan
miskin yang merupakan mayoritas di Asia.
Injil sehari-hari, tampilnya pelbagai karis-
Dengan demikian diharapkan Gereja dapat
ma umat beriman, dan pelaksanaan kepemi-
makin berakar di tanah Asia. Kebudayaan
mpinan yang partisipatif.
dan tradisi religius yang majemuk, dan
massa kaum miskin yang besar merupakan
tiga realitas Asia yang tampak mencolok. PERNYATAAN EKOLOGIS FABC
FABC dalam membangun dialog dengan ma Sejak awal berkumpul dan berbagi pen-
syarakat Asia mau tidak mau selalu berhada- galaman di Manila pada tahun 1970, para
pan dengan ketiga kenyataan ini. Para Uskup gembala umat beriman di Asia berkeinginan
Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi 127
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
untuk semakin melayani bangsa Asia dan harapan dan tantangan. Salah satu tantan-
membela martabat manusia. Di tengah re- gan realitas Asia yang menjadi sorotan FABC
alitas wajah Asia yang berubah-ubah, mere- adalah masalah ekologi. Berikut ini adalah
ka berkomitmen agar umat beriman di Asia dinamika pergumulan FABC dalam menang-
makin berintegrasi dengan komunitas-ko- gapi tantangan isu ekologi.
munitas yang lebih luas di kawasan ini dan
Periode 1970-1991
semakin memperjuangkan setiap hal yang
menyangkut martabat manusia. Dengan Dalam periode ini, masih sedikit ditemu-
terbentuknya FABC pada tahun 1972, para kan penggunaan istilah maupun pembaha-
Uskup Asia telah memiliki wadah untuk san tentang ekologi. Meski demikian tiga
mewujudkan komitmen mereka tersebut. dokumen awal dalam periode ini memegang
peranan penting dalam memberikan lan-
FABC berfungsi antara lain sebagai wa-
dasan pemahaman dan kerangka kerja bagi
dah untuk mempelajari cara dan sarana
pembahasan berbagai tantangan Gereja-Ge-
mempromosikan kerasulan seturut kebu-
reja Asia yang muncul kemudian.
tuhan Asia agar kehadiran dinamis Gere-
ja semakin intensif dalam pembangunan Pada pertemuan di Manila tahun 1970
menyeluruh bangsa-bangsa Asia. Selain dan sidang paripurna di Taipei pada tahun
itu FABC juga berfungsi untuk membantu 1974, para Uskup mengarahkan pandangan
mempelajari masalah-masalah yang menjadi kepada tugas Gereja di dunia Asia. Dalam
perhatian umum Gereja Asia dan menyeli- dokumen “Pertemuan Para Uskup Asia”
diki kemungkinan-kemungkinan solusi dan ditegaskan bahwa umat beriman di Asia in-
tindakan terkoordinasi; untuk menyediakan gin makin berintegrasi dengan persekutu-
pelayanan bagi konferensi-konferensi epis- an-persekutuan yang lebih luas di kawasan
kopal di Asia dengan maksud membantu ini, semakin melayani bangsa Asia dan den-
mereka memahami dengan lebih baik kebu- gan kesungguhan hati menyanggupi akan
tuhan-kebutuhan umat Allah. memperjuangkan setiap hal yang menyang-
kut martabat manusia. Melalui dokumen
Sidang Paripurna yang dilaksanakan em-
“Evangelisasi di Masa Modern Asia” (FABC
pat tahun sekali merupakan badan tertinggi
I) para Uskup antara lain menyatakan bah-
dalam FABC. Sejak FABC berdiri hingga ta-
wa mewartakan Injil di Bumi Asia adalah
hun 2016, Sidang Paipurna telah terlaksana
tugas Gereja yang penting dan mendesak.
sebanyak sebelas kali dan mengambil tem-
Pewartaan Injil di Asia dilakukan melalui
pat di berbagai kota di Asia termasuk di kota
dialog rangkap tiga, yakni dialog dengan bu-
Bandung, Indonesia yakni Sidang Paripurna
daya dan agama yang majemuk di Asia dan
V FABC tahun 1990. Berbagai tema telah di-
dengan aum miskin yang dominan di Asia.
angkat dan direfleksikan bersama oleh para
Benih perhatian para Uskup terhadap isu
peserta Sidang Paripurna. Satu hal yang
ekologis mulai tampak dalam sidang paripur-
sama dalam setiap kali mereka bersidang
na ini melalui pernyataan komitmen mereka
adalah mengawalinya dengan melihat ken-
untuk memperhatikan secara khusus nasib
yataan atau realitas yang tengah terjadi di
kaum buruh dan petani dan untuk memban-
Asia. Beragam realitas Asia di tengah wa-
tu menjamin kebutuhan-kebutuhan pokok
jah Asia yang terus berubah disaksikan dan
semua orang. Selanjutnya sidang paripurna
dialami para perserta sidang, baik berupa
II di Kalkuta pada tahun 1978 membantu
128 Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
para Uskup menyadari bahwa doa dan ke- tut para Uskup untuk Urusan Hubungan In-
hidupan batin merupakan faktor-faktor yang terreligius atau Bishops’ Institute for Religi-
sungguh diperlukan dalam menghadapi tan- us Affairs (BIRA). BIRA telah melaksanakan
tangan-tantangan yang amat berat di benua dua belas kali pertemuan yang membahas
Asia. tentang teologi dialog. Dalam pertemuannya
yang ke sebelas dan dua belas di antaran-
Istilah “ekologi” muncul pertama kali
ya menyatakan bahwa nasib umat manusia
dalam dokumen “Gereja –Sebuah Perseku-
berkaitan erat dengan cara mereka mengo-
tuan Iman di Asia” (FABC III tahun 1982).
lah Bumi. Menurut para Uskup, harmoni
Dalam salah satu resolusi yang dihasilkan
dan damai membutuhkan sikap menghor-
disebutkan: “FABC hendaknya mengecam
mati Bumi.23 Lebih lanjut para Uskup mene-
perlombaan senjata antar bangsa, peningka-
gaskan bahwa sikap menghormati alam dan
tan percobaan-percobaan nuklir, dan pem-
mengasihi semua yang hidup ditemukan da-
buangan limbah nuklir yang membahayakan
lam agama-agama dan tradisi-tradisi kultur-
bagi keseimbangan ekologi di negara-negara
al Asia. Hidup dan kesaksian umat beriman
Asia.”19 Masalah ekologi dalam bentuk ek-
seharusnya menampakkan sensitivitas yang
sploitasi lingkungan dan kesempatan men-
lebih besar terhadap alam. 24 Kemudian da-
gakses sumber daya alam menjadi sorotan
lam penutup rangkaian studi tentang dialog
FABC saat mencermati ketidakadilan dan
ini para Uskup kembali menegaskan bahwa
kemiskinan yang masih terus di alami oleh
tradisi-tradisi religius mengakui kekudusan
bangsa-bangsa Asia. 20
alam dan mengundang kita hidup dalam
Meski menemukan tantangan ekologi harmoni dengan alam dan memperkuat per-
dalam kenyataan di Asia, para Uskup juga tumbuhannya. 25
menyaksikan banyak tanda harapan yang
Pembahasan FABC atas tema ekologi se-
menggembirakan dalam masalah-masalah
bagaimana ditemukan dalam dokumen-do-
perubahan sosial dan ketidakadilan yang
kumen hasil sidang paripurna dalam periode
merajalela.21 Dialog antara tradisi-tradisi
1970-1991 lebih banyak berbicara mengenai
keagamaan, gerakan lingkungan hidup, dan
potensi masalah ekologis dan beberapa ben-
berbagai aspek gerakan kaum perempuan
tuk masalah ekologis sebagai bentuk ketidak
menimbulkan harapan akan corak hidup ro-
adilan yang dialami masyarakat Asia. Para
hani yang lebih holistik. Hasrat kerohanian,
Uskup melihat ketidakadilan ini sebagai
kontemplasi, kepedulian akan lingkungan
salah satu tantangan yang harus disikapi
hidup, sikap hormat terhadap kaum pe
oleh FABC sesuai dengan komitmen mere-
rempuan, semuanya itu merupakan tan-
ka untuk semakin berintegrasi dengan mas-
da-tanda harapan yang agung. Di samping
yarakat Asia dan melayani mereka. Men-
itu juga disadari realitas ketidakadilan di
jelang akhir periode ini barulah para Uskup
Asia yang tidak berubah antara lain kemi-
–melalui dokumen BIRA IV/11 tahun 1988-
skinan massal, akses tidak merata terhadap
merekomendasikan tindakan nyata kepada
sumber-sumber daya alam, dan eksploitasi
umat kristiani di Asia supaya bekerjasama
lingkungan. 22
dengan semua pihak yang berkehendak baik
Selain dokumen-dokumen di atas perlu untuk menjaga keseimbangan dan harmo-
juga disebutkan di sini hasil studi bersama ni ekosistem dan melindungi alam beserta
para Uskup Asia yang tergabung dalam Insti- kekayaannya dari perusakan.26
Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi 129
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
130 Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
bagi Gereja-Gereja Kristen adalah membawa iklim dan pemanasan global sebagai mas-
penatalayanan ciptaan ke dalam inti spiri- alah makro dan masalah akan kebutuhan
tualitas dan kemuridan Kristen.33 Akhirnya keadilan intergenerasi.
para Uskup memberi beberapa rekomendasi
Sidang paripurna XI FABC tahun 2016
pastoral, salah satunya adalah menganjur-
menjadi sidang paripurna terkini. Pemba-
kan konferensi-konferensi episkopal dan
hasan tema keluarga di dalamnya mem-
keuskupan-keuskupan untuk mengadakan
buahkan gagasan menarik, yakni mengajak
program-program pastoral dalam hal pena-
keluarga beriman di Asia -bersama dengan
talayanan ciptaan. 34 Di sini, FABC telah me-
keluarga-keluarga dari agama-agama lainn-
langkah maju dengan merefleksikan seluruh
ya- menunjukkan kepedulian mereka dalam
ciptaan dalam terang iman. Dengan kata
menghadapi kenyataan perubahan iklim dan
lain, selain masalah moral dan etis, FABC
pemanasan global. Kepedulian ini hendak
kini memandang tantangan ekologis juga se-
dilakoni dengan mengedepankan gaya hidup
bagai masalah religius.
sederhana. Gaya hidup sederhana merupa-
Peserta Sidang Paripurna X FABC di ta- kan salah satu panggilan Roh Kudus yang
hun 2012 dengan tegas menyebutkan ekolo- dapat ditanggapi langsung dengan mudah.
gi sebagai salah satu kecenderungan besar Gagasan ini menjadi buah refleksi para Usk-
atau mega-trend di Asia: 35 para Uskup tel- up yang memandang krisis ekologis sebagai
ah melihat bahwa persoalan ekologis saat masalah moral, religius dan masalah bersa-
itu sudah berkenaan dengan suatu masalah ma semua orang.
yang jauh lebih mendesak dan merusak, yai-
Hasil keputusan dan rekomendasi si-
tu pemanasan global dan perubahan iklim.
dang paripurna FABC sebagai badan otori-
Seluruh dunia telah mengalami tanda-tanda
tas tertinggi dalam FABC selanjutnya diter-
perubahan iklim yang mendatangkan mala-
jemahkan oleh unit kerja dan kantor-kantor
petaka.
di bawahnya. Sehubungan dengan masalah
Para Uskup di Asia telah menjadi se- ekologi, FABC memiliki unit kerja khusus
makin sadar dan peduli dengan masalah yakni Unit Kerja Perubahan Iklim atau Cli-
ekologi dan implikasi etisnya. Mereka juga mate Change Desk (CCD) FABC. Unit kerja
menyaksikan di Gereja-Gereja lokal su- ini terbentuk setelah FABC menggelar semi-
dah bekerja sama dengan masyarakat sipil nar Perubahan Iklim I di tahun 2011. Selain
untuk peduli kepada keutuhan ciptaan. 36 itu, rekomendasi FABC untuk membangun
Dengan begitu, kesadaran, kepedulian dan suatu spiritualitas ekologis juga telah di-
tindakan atas tantangan ekologis ini juga upayakan oleh Kantor Urusan teologi atau
tengah di bawa hingga ke tingkat akar rum- Office of Teological Concern (OTC) FABC
put.37 Melalui sidang paripurna ini, pema- dengan melaksanakan studi dan refleksi
haman FABC tentang isu ekologi mengalami untuk mengeksplorasi suatu pendekatan
perkembangan yakni perubahan iklim dan Kristiani di Asia dalam menghadapi masalah
pemanasan global yang dialami oleh semua ekologi.
orang di muka Bumi. Di satu sisi FABC ter-
Dalam Seminar Perubahan Iklim I tahun
us mengupayakan pemeliharaan keutuhan
2011 38, para peserta bertukar informasi ten-
ciptaan, namun kini telah disadari masalah
tang realitas perubahan iklim yang mereka
lain yang lebih mendesak yakni perubahan
saksikan. Selanjutnya mereka melakukan
Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi 131
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
refleksi iman tentang hal ini dengan meng- amal kasih, akan relasi komunal, dan akan
gunakan teks biblis mengenai penciptaan kontinuitas kosmos.
dan kedosaan dari kitab Kejadian sebagai tit-
Seminar Perubahan Iklim II40 di tahun
ik berangkat permenungan. Permenungan
2013 menjadi kelanjutan upaya FABC da-
ini berujung pada peristiwa Paskah dalam
lam menanggapi isu perubahan iklim. Fokus
mana Yesus menjadi pendamaian kita, men-
pembahasan dalam seminar kali ini adalah
jadi damai dan harmoni bagi dunia. Ia telah
dampak dan tanggapan Asia terkait dengan
memperbaiki ketidak adilan dan memulih-
isu perubahan iklim. Langkah maju ditem-
kan segala sesuatu dengan diri-Nya sendiri.
puh para peserta seminar dengan menden-
Dalam terang refleksi iman inilah para pe-
garkan penjelasan dari para ahli di bidang
serta seminar melihat dimensi-dimensi reli-
iklim. Sumbangsih penting dari kegiatan
gius dan etis perubahan iklim dan ancaman
ini antara lain ditemukan dalam identifika-
yang ditimbulkannya bagi umat manusia.
si prioritas Gereja Asia dalam memberikan
Refleksi ini berbuah kesepakatan bahwa
tanggapan atas krisis perubahan iklim, yak-
pastoral di bidang ekologi merupakan kebu-
ni: mendorong semua umat beriman untuk
tuhan yang mendesak dan Gereja hendak
melakukan refleksi kritis atas isu perubahan
menghadapi iklim global pada hari ini dan
iklim sebagai masalah keadilan dan religi-
untuk generasi mendatang dengan berpihak
us, meminta Gereja membantu masyarakat
kepada mereka yang miskin. Untuk semua
menyadari eksploitasi alam merupakan ben-
ini para peserta seminar meminta FABC un-
tuk tindakan melawan Allah, meminta Gereja
tuk segera membentuk sebuah agensi atau
memajukan model-model yang memadukan
unit kerja perlindungan iklim.
ilmu pengetahuan dengan aksi komunitas,
Suatu pendekatan Kristiani dalam meng- meminta Gereja menjawab kebutuhan umat
hadapi masalah ekologi telah dipayakan oleh saat ini yakni menghidupi eko-spiritualitas
para teolog OTC FABC melalui studi mereka yang selaras dengan Sabda Allah dan ber-
di tahun 2012. 39 para teolog ini mengalawin- pihak kepada kaum miskin, dan meminta
ya dengan melihat kenyataan krisis lingkun- Gereja memanfaatkan keluasan jangkauan-
gan di Asia dan sumber-sumber Asia, yak- nya terhadap masayarakat sipil untuk mem-
ni tradisi-tradisi religius, eko-spiritualitas bangkitkan pendapat publik dan gaya hidup
pribumi, dan spiritualitas eko-feminisme. yang lebih fokus pada menjadi (being) -bu-
Dari sini mereka kemudian beranjak kepada kan sekedar memiliki (having).
pemetaan masalah ekologi dari sudut pan-
Demikianlah rangkuman pernyataan
dang biblis dan teologis. Sebagai landasan
FABC dalam menanggapi masalah ekolo-
biblis, para teolog mengawali refleksi mer-
gi. Berangkat dari temuan-temuan di atas,
eka dari Kitab Kejadian. Selanjutnya teologi
penulis selanjutnya akan menyimpulkann-
tentang ciptaan berupaya mereka bangun
ya menjadi beberapa poin orientasi ekologis
dengan memperhatikan beberapa dimensi
FABC.
seperti: teologi trinitaris, kristologis, pneu-
matologis, kosmis, antropologis dan etis.
ORIENTASI EKOLOGIS FABC
Refleksi para teolog OTC bermuara pada
Masalah ekologis terus terjadi di Bumi
empat kepedulian teologis yakni kepedulian
Asia dan berkembang menjadi krisis ekologi
akan penatalayanan, akan keadilan dan
dan lingkungan hidup. Dewasa ini bahkan
132 Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
seluruh dunia mengalami krisis ekologi dan menjadi pihak yang paling menderita aki-
lingkungan hidup dalam bentuk perubahan bat degradasi ekologis dan perubahan iklim
iklim atau pemanasan global. FABC telah yang tengah terjadi.
melakukan refleksi iman guna menentukan
Selanjutnya, FABC menyadari bahwa
sikap, tanggapan dan tindakan konkrit Ge-
rusaknya sumber daya alam, selain beraki-
reja Asia atas tantangan ekologi ini. Pemba-
bat buruk bagi kehidupan manusia saat ini,
hasan mengenai tantangan ekologi dilaku-
juga berdampak buruk bagi generasi men-
kan baik oleh sidang paripurna maupun
datang. Ada masalah intergenerasi dalam
dalam pertemuan-pertemuan yang diada-
persoalan ekologis yang tengah dihadapi.
kan oleh agensi-agensi dalam FABC. Dari
Selain itu, mewariskan Bumi yang rusak
dinamika tema ekologi yang telah dilalui
dan yang tidak dapat dihidupi oleh genera-
FABC dapat disimpulkan beberapa hal beri-
si mendatang juga merupakan pelanggaran
kut ini. Pertama, FABC merupakan salah
atas perintah Allah untuk tidak mencuri.
satu pihak yang telah dengan konsisten
Kepedulian Gereja terhadap kelestarian
menyatakan perhatian dan keprihatinann-
ciptaan merupakan bentuk ekspresi dari
ya berkenaan dengan isu ekologis di Asia.
kepedulian Allah sendiri. Suara Allah yang
Meski Unit Kerja Perubahan Iklim (CDD)
tampak di tengah dunia dan dalam penderi-
FABC baru dibentuk pada tahun 2014,
taan kaum miskin perlu mendapat perhatian
FABC telah mulai menyuarakan keprihati-
dan tanggapan. Dengan demikian, selain
nannya secara resmi sejak tahun 1982, yak-
terkait dengan etis dan moral, ada masalah
ni melalui Pernyataan Sidang Paripurna III
religius dalam persoalan ekologis.
di Bangkok, Thailand.
FABC kemudian menyaksikan bahwa ke-
Kedua, kiprah ekologis FABC telah
giatan menguras kekayaan alam yang terus
penulis cermati sejak berdirinya FABC di
terjadi secara luas dengan tidak mengindah-
tahun 1972 hingga 2016. Selama kurun
kan keadilan dan tanggung jawab pada gil-
waktu ini penulis melihat terdapat dina-
irannya menghasilkan masalah-masalah
mika pemahaman dan pembahasan terkait
seperti beragam bencana alam yang makin
isu ekologi di dalam federasi. Perkemban-
sering terjadi, meningkatnya arus pengung-
gan pemahaman dan pergumulan federasi
si akibat bencana alam, dan pengembangan
ini terjadi seturut kenyataan yang dijump-
industri pariwisata yang tak ramah lingkun-
ainya, baik di lokal Asia maupun di skala
gan. Dan yang terkini, di tengah u p aya
global. Isu ekologis dalam kacamata FABC
mengedepankan pengembangan lestari, me-
bermula dari keprihatinan para Uskup atas
melihara harmoni dan keutuhan ciptaan,
perlombaan senjata dan limbah nuklir yang
FABC sejak tahun 2012 menyadari isu ekol-
mengancam keseimbangan ekosistem di
ogis lain yang lebih serius yakni perubahan
Asia. Dalam perkembangannya, FABC me-
iklim dan pemanasan global.
lihat isu ekologis dalam bentuk eksploitasi
alam yang merusak sumberdaya alam dan Ketiga, dalam menanggapi isu ekolo-
dalam bentuk ketidakmerataan hak men- gis, FABC mengawali refleksi mereka den-
gakses sumber-sumber alam. Di sini FABC gan menyaksikan realitas situasi pastoral di
menyaksikan isu ekologis sebagai masalah Asia. Pemahaman akan realitas ini menjadi
ketidakadilan. Dalam pandangan FABC, landasan FABC dalam telaah selanjutnya.
kaum miskin yang berjumlah besar di Asia Gambaran situasi pastoral Asia diperoleh
Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi 133
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
134 Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi 135
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
Tanggung Jawab dan Harmoni demi Keu Gagasan tersebut adalah: (i) mengupayakan
tuhan Ciptaan pertumbuhan manusiawi yang holistik dan
budaya hidup integral; (ii) mengembangkan
Dalam refleksi iman tentang perubahan
spiritualitas penatalayanan ciptaan.
iklim, FABC –melalui Unit Kerja Perubahan
Iklim (CCD)50- melihat bahwa dunia yang Pertumbuhan Manusiawi yang Holistik
harmoni dan indah (Kej 1:1-31) telah diru- dan Budaya Hidup Integral
sak oleh dosa manusia, yakni dalam bentuk Visi kehidupan yang holistik mengemu-
kesombongan diri, mementingkan diri dan ka dalam refleksi para Uskup saat Sidang
sifat tamak. Situasi kedosaan ini menggang- Paripurna VI tahun 1995 yang bertemakan
gu harmoni yang telah tercipta (bdk. Kej menjadi murid Kristus di Asia zaman seka-
3:1-7; 4:1-16; 6:5-8; 11:1-9). Pemulihan rang. Sedangkan gagasan mengedepankan
harmoni dan kedamaian terjadi melalui Ye- budaya hidup integral lahir dalam refleksi
sus dengan menyembuhkan semua relasi para Uskup saat sidang Paripurna VIII ta-
yang telah rusak sebagai buah-buah dosa. hun 2004 yang membahas tentang keluarga.
Berkat pemahaman akan ciptaan, pen- Dalam kedua sidang ini, pertumbuhan ma-
ebusan, dan sejarah manusia yang diteran- nusiawi yang holistik dan budaya hidup in-
gi oleh iman akan Yesus Tuhan dan Penye- tegral di tempatkan dalam dimensi misioner
lamat inilah FABC melihat dimensi-dimensi Gereja. FABC menerjemahkan misi menjadi
perubahan iklim dengan lebih mendalam, murid Kristus dengan cara berbakti kepada
kedosaan yang menjadi penyebabnya, di- kehidupan. Sedangkan upaya pembaruan
mensi religius dan etis yang menjadi cak- Gereja dipandang FABC sebagai suatu misi
upannya dan ancaman yang ditimbulkannya kasih dan pelayanan. Refleksi para Uskup
bagi semua umat manusia. pada dimensi misioner ini menghasilkan visi
kehidupan yang holistik dan budaya hidup
FABC memandang tugas mendasar Gere- integral.
ja di Asia adalah untuk menyerukan perto-
batan yang radikal, memajukan gaya hidup Salah satu kenyataan di Asia yang di-
alternatif, yakni budaya baru yang meng- saksikan dalam Sidang Paripurna VI adalah
hormati alam, yang sabar dan tenang, yang “bom isu ekologi.” Masalah lingkungan hid-
berpengharapan dan gembira; budaya baru up, bersama dengan masalah keluarga Asia,
yang menghormati alam dengan pengem- kaum wanita dan anak-anak, kaum muda,
bangan lestari, memelihara harmoni dan dan mereka yang tercabut dari akar-akar
keutuhan ciptaan. 51 mereka dalam masyarakat merupakan lima
bidang yang memerlukan perhatian pasto-
Pertumbuhan Manusiawi yang Holistik,
ral istimewa. Dalam sidang ini dengan tegas
Budaya Hidup Integral, dan Spiritualitas
Penatalayanan Ciptaan disebutkan bahwa para Uskup mengede-
pankan: kehidupan yang utuh dan berm-
Orientasi ekologis FABC bermuara pada
artabat; kehidupan yang ditandai dengan
dua buah gagasan untuk melaksanakan
belas kasihan terhadap rakyat banyak, khu-
tanggung jawab pengembangan lestari, me-
melihara harmoni dan keutuhan ciptaan. susnya kaum miskin dan serba kekurangan;
kehidupan dalam solidaritas dengan tiap
136 Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
bentuk kehidupan dan perhatian yang peka Ciptaan yang Bertanggung Jawab: Sebuah
terhadap alam semesta.52 Pendekatan Kristiani Asia”. Dokumen ini
memuat kenyataan di Asia berkenaan den-
Bagi para Uskup, peran serta untuk gan ekologi dan dampaknya serta khazanah
membentuk dan mewujudkan visi ke- pandangan beberapa tradisi besar di Asia.
hidupan holistik di Asia, bersama-sama den- Sebagai buah refleksi, OTC merekomen-
gan bangsa-bangsa Asia, dan demi rakyat dasikan pengembangan spiritualitas pena-
Asia hendak ditempuh melalui kehidupan talayanan ciptaan sebagai wujud Gereja di
mengikuti jejak Yesus.53 Misi Yesus memberi Asia dapat secara nyata berkiprah melind-
kehidupan yang melimpah kepada manusia ungi karya ciptaan Allah dan memajukan se-
(bdk. Yoh 10:10). Misi Yesus ini sekaligus mangat pelayanan yang bertanggung jawab.
melukiskan perutusan Yesus mewartakan
dan memulai Kerajaan Allah (bdk. mrk Setelah menyaksikan biodiversitas dan
1:15). Dengan demikian Yesus mengajarkan ekosistem Asia yang luar biasa sebagai rah-
arti kehidupan dalam Kerajaan Allah, yakni mat Allah yang besar dan memperhatikan
hidup dalam persekutuan dengan Allah dan masukan ilmu pengetahuan terhadap ma-
dengan sesama, serta senantiasa diteguhkan salah ekologi, para teolog OTC kemudian
dan diremajakan oleh Roh Kudus, “Tuhan, mengarahkan pandangan mereka kepada
Pemberi Kehidupan.”54 sumber-sumber Asia, yakni beraneka tradisi
religius dan budaya yang ada di Asia, seperti:
Sementara itu, para peserta Sidang par- Islam, Budhisme, Konfusianisme dan Tao-
ipurna VIII mengungkapkan bahwa keluar- isme, Shintoisme, eko-spiritualitas pribumi
ga-keluarga di Asia tetap dapat menemu- dan spiritualitas ekofeminis.
kan kebahagiaan mereka meski berhadapan
dengan kesengsaraan dan kemiskinan yang Barulah setelahnya, para teolog mulai
tak teratasi. Dalam refleksi teologis-pastoral mencari suatu pendekatan Kristiani di Asia
yang dilakukan terkait realitas ini, para Usk- dalam menghadapi masalah ekologi. Pen-
up tiba pada sebuah spiritualitas yang dibu- carian ini dimaksudkan untuk membangun
tuhkan keluarga-keluarga umat beriman di suatu teologi tentang ciptaan. Berangkat dari
Asia, yakni budaya hidup integral. Keluar- refleksi biblis seperti teks Kejadian 1:11-2:3
ga-keluarga umat beriman di Asia, menurut dan 2:5-3:24 menemukan beberapa gagasan
para Uskup, membutuhkan spiritualitas ini mengenai awal mula penciptaan, pencipta-
dalam mewujudkan identitas dan menun- an manusia, kebaikan dalam ciptaan, misi
aikan misi mereka. manusia sebagai pelayaan ciptaan, tentang
bekerja dan beristirahat, serta kejatuhan
Spiritualitas Penatalayanan Ciptaan dan janji penebusan manusia. Selanjutnya
Kantor untuk Urusan Teologi atau Office para teolog melengkapi pencarian mereka
of Theological Concerns (OTC) FABC se- dengan memperhatikan beberapa dimensi
jak tahun 2012 telah mengeksplorasi suatu teologis lainnya, seperti teologi trinitaris,
pendekatan Kristiani di Asia dalam mengha- kristologis, pneumatologis, kosmis, antro-
dapi masalah ekologi. Hasil refleksi teologis pologis dan etis.
pastoral mereka kemudian dipublikasikan
Hasil studi para teolog tersebut dis-
di bulan Juni tahun 2015 dalam sebuah
ampaikan dalam empat kepedulian teolo-
dokumen berjudul “Menuju Penatalayanan
gis, yakni: kepedulian tentang pentingnya
Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi 137
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
138 Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
CATATAN AKHIR
1
Ada lima belas dokumen yang akan diuraikan di sini, hun setelah berdiri, FABC mulai menyoroti dan secara
yakni satu dokumen hasil pertemuan perdana para Usk- jelas menyebutkan bahwa Asia berpotensi mengalami
up Asia di tahun 1970, sebelas dokumen hasil semua masalah ekologis di Asia.
sidang paripurna FABC sejauh ini, dua dokumen hasil
20
FABC V no. 2.2.1, dalam FAPA I, 276-277.
seminar FABC tentang perubahan iklim, dan satu do-
21
FABC V no. 2.3.4 dalam FAPA I, 278.
kumen Kantor Urusan Teologi (Office of Theological
22
FABC V no. 2.1-2.2 dalam FAPA I, 275-277.
Concerns/OTC). Kompilasi dokumen-dokumen FABC
23
BIRA IV/11 no. 13 dalam FAPA I, 320.
dari tahun 1970-2016 termuat dalam enam volume
24
BIRA IV/11 Pastoral Recomendations no.2 dalam FAPA
buku For All The Peoples of Asia, yakni Gaudencio Ro- I, 323.
sales dan Catalino Arévalo (ed.), For All the Peoples of
25
BIRA IV/12 no.33 dalam FAPA I, 330.
Asia: Federation of Asian Bishops’ Conferences Documents
26
BIRA IV/11 Pastoral Recomendations no.2 dalam FAPA
from 1970 to 1991 (Quezon City: Claretian Publications, I, 323.
1992); Franz-Josef Eilers (ed.), For All the Peoples of
27
FABC VI no. 15.4 dalam FAPA II, 11. Selain ekologi,
Asia: Federation of Asian Bishops’ Conferences Documents area pastoral besar lainnya adalah: keluarga, kaum per-
from 1992 to 1996, vol. 2 (Quezon City: Claretian Publi- empuan dan anak perempuan, kaum muda, kaum pen-
cations, 1997); Franz-Josef Eilers (ed.), For All the Peo- gungsi dan migran (FABC VI no.15, dalam FAPA II, 10-
ples of Asia: Federation of Asian Bishops’ Conferences Doc- 12). Beragam bentuk krisis ekologi dan lingkungan dapat
uments from 1997 to 2001, vol. 3 (Quezon City: Claretian dilihat pada FABC/TAC, “Perspektif Umat Kristiani Asia
Publications, 2002); Franz-Josef Eilers (ed.), For All the Tentang Harmoni” no. 1,3 dalam FAPA II, 237-238.
Peoples of Asia: Federation of Asian Bishops’ Conferences 28
FABC VI no. 10 dalam FAPA II,5.
Documents from 2002 to 2006, vol. 4 (Quezon City: Clar- 29
FABC VI no. 15 dalam FAPA II,10-11.
etian Publications, 2007), Vimal Tirimanna (ed.), For 30
FABC VII no. II.D dalam FAPA III, 7.
All the Peoples of Asia: Federation of Asian Bishops’ Confer-
ences Documents from 2007 to 2012, vol. 5 (Quezon City:
31
FABC VII Part II dalam FAPA III, 6-8.
Claretian Publications, 2014); Vimal Tirimanna (ed.),
32
FABC VIII no.52 dalam FAPA IV, 18.
For All the Peoples of Asia: Federation of Asian Bishops’ 33
FABC Papers 129 no. C. 7. i.
Conferences Documents from 2012 to 2016, vol. 6 (Que- 34
FABC Papers 129 no. G. 4.7.
zon City: Claretian Publications, 2017).Enam buku ini 35
FABC Papers 138 no. 27.
selanjutnya akan dirujuk sebagai FAPA I, FAPA II, FAPA 36
FABC/OTC, “Roh Kudus Tengah Berkarya di Asia Dewa-
III, FAPA IV, FAPA V, dan FAPA VI.2 ABM no.9,
sa Ini” no. 2.1.2 dalam FAPA III, 268-269.
dalam FAPA I, 4. 37
FABC/TAC, “Perspektif Umat Kristiani Asia Tentang
3
FABC III no. 8.1, dalam FAPA I, 57.
Harmoni” no. 2.2.3 tentang kepedulian ekologi, dalam
4
ABM no. 5, 10, dalam FAPA I, 4.
FAPA II, 251-252.
5
FABC I no. 19, dalam FAPA I, 15. 38
FAPA VI, 32-33.
6
FABC I, no. 19, dalam FAPA I, 15; FABC V no. 2.2.1, 39
Dokumen hasil kegiatan ini diterbitkan FABC dalam
dalam FAPA I, 276.
FABC Papers 146.
7
FAPA VII no. II.A, dalam FAPA III, 6. 40
FAPA VI, 195-202.
8
“Lineamenta” no. 5-6, dalam Seri Dokumen FABC No. 4: 41
FABC V no. 2.1-2.2, dalam FAPA I, 275-277.
Dokumen Seputar Sinode Para Uskup Bagi Asia Tahun 42
Frans Magnis Suseno, Etika Dasar: Masalah-masalah
1998, 342-346.
Pokok Filsafat Moral (Kanisius, Yogyakarta, 1987), 14-
9
“Lineamenta” no. 6, 345.
19.
10
“Lineamenta” no. 5, 342-344. 43
FABC IX 2009 dalam FAPA V, 11
11
GS art. 53. 44
FAPA V, 11
12
FABC/TAC, “Theses on the Local Church” no. B.I.2, da- 45
FAPA V, 36
lam Sprouts of Theology from The Asian Soil: Collection 46
Evangelisasi baru itu dapat menjadi kredibel dan efek-
of TAC and OTC Documents [1987-2007] (Claretian
tif berkat Roh Kudus yang merupakan Roh Evangelisasi
Publications, Bangalore, 2007), 24-26. Selanjutnya akan
Baru (lih.FAPA V, 78,80-81).
dikutip sebagai Sprouts. 47
FAPA VI, 197-198.
13
James Thoppil, Toward An Asian Ecclesiology (Oriens 48
Kantor Urusan Teologi (OTC) FABC mengawali refeksi
Publications, Shillong, 2005), 31.
mereka mengenai pendekatan Kristiani dalam menang-
14
ABM no. 13 dalam FAPA I, 4.
gapi isu ekologi dengan menempatkan sumber-sumber
15
ABM/Resolutions no.1, dalam FAPA I, 8.
realitas Asia, antara lain posisi tradisi-tradisi besar di
16
Konferensi Episkopal yang menyusul bergabung, yakni:
Asia (Kristiani, Islam, Budhisme, Konfusianisme, Tao-
India - CBCI, India - Syro-Malabar, India – Syro-Malan-
isme, Shintoisme, dan beberapa tradisi religius pribumi)
kara, India – Ritus Latin, Kazakhstan, Taiwan, dan
terkait dengan ekologi dan dampaknya. Lihat FABC Pa-
Timor Leste. Anggota luar biasa yang menyusul ber-
pers 146.
gabung adalah Mongolia, Nepal, Kyrgyzstan, Tajikistan, 49
Lih. Theses on Interreligious Dialogue: An Essay in Pas-
Turkmenistan, dan Uzbekistan; tersedia dari http://
toral Theological Reflection, Thesis no. 1, dalam Sprouts,
www.fabc.org/mem.html, diakses 21 Desember 2017.
3-5.
17
Bagian tulisan ini bersumber dari http://www.fabc.org/ 50
Lih. “I FABC Climate Change Seminar: Church Respon
about.html; diakses 21 Desember 2017.
to the Challenge of Climate Change in Asia: Towards a
18
Bagian tulisan ini bersumber dari tulisan Felix Winfred,
New Creation,” dalam FAPA VI, 187-193.
“The Federation of Asian Bishops’ Conferences (FABC): 51
FAPA VI, 190-191.
Orientations, Challenges and Impact” dalam FAPA I, 52
FABC VI no. 10, dalam FAPA II, 5.
xxiii-xxx. 53
FABC VI no. 12-14.
19
FABC III/Resolutions III, dalam FAPA I, 63. Sepuluh ta- 54
FABC VI no. 13.1.-13.5.
Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi 139
JURNAL TEOLOGI, 07.02 (2018): 123-140
DAFTAR RUJUKAN
Eilers, Franz-Josef (ed.). For All the Peoples of Seri Dokumen FABC No. 4: Dokumen Seputar
Asia: Federation of Asian Bishops’ Confer- Sinode Para Uskup Bagi Asia Tahun 1998.
ences Documents from 1992 to 1996, vol. 2. diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ.
Quezon City: Claretian Publications, 1997. Jakarta: Departemen Dokpen KWI, 2000.
_______. For All the Peoples of Asia: Federation Thoppil, James. Toward An Asian Ecclesiology.
of Asian Bishops’ Conferences Documents Shillong: Oriens Publications, 2005.
from 1997-2001, vol. 3. Quezon City: Clar- Tirimanna, CSsR, Vimal (ed.). Sprouts of Theol-
etian Publication, 2002. ogy from The Asian Soil: Collection of TAC
_______. For All the Peoples of Asia: Federation and OTC Documents [1987-2007]. Banga-
of Asian Bishops’ Conferences Documents lore: Claretian Publications, 2007.
from 2002 to 2006, vol. 4. Quezon City: _______. For All the Peoples of Asia: Federation
Claretian Publications, 2007. of Asian Bishops’ Conferences Documents
Frans Magnis Suseno. Etika Dasar: Masalah-ma- from 2007 to 2012, vol. 5. Quezon City:
salah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Claretian Publications, 2014.
Kanisius, 1987. _______. For All the Peoples of Asia: Federation
Rosales, Gaudencio dan Arévalo, Catalino (ed.). of Asian Bishops’ Conferences Documents
For All the Peoples of Asia: Federation of from 2012 to 2016, vol. 6. Quezon City:
Asian Bishops’ Conferences Documents Claretian Publications, 2017.
from 1970 to 1991. Quezon City: Claretian FABC Papers dapat diakses melalui website www.
Publications, 1992. fabc.org
140 Erick Djundjungan Gultom: Suara Para Gembala Asia tentang Isu Ekologi