Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

aspek sosiologis, agama dan budaya masyarakat jawa


Disusun Demi Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Lokal

Dosen Pengampu : Moch. Junaidi Abdillah, M.H.

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS 2021
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat allah swt yang maha Esa serta dengan sifat al huda
nya dan karunia nya makalah ini dapat terampungkan yang berjudul “aspek
sosiologis ,agama dan budaya masyarakat jawa” secara tepat waktu .Shalawat
serta salam juga tidak luput kami sampaikan terhadap junjungan rasul terakhir
dimuka bumi ini yang diharapkan syafaat nya kelak nabi agung Muhammad saw.

Adapun tujuan diciptakan nya makalah ini ialah tidak hanya menambah
serta memperdalam mengenai ilmu tentang sosiologis,agama dan budaya yang
berada di masyarakat jawa,namun juga untuk kita agar memperoleh ilmu yang
bermanfaat serta mendapatkan keberkahan dari Allah swt.

Penyusun ataupun penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna


karena itu saran serta kritik yang dapat membangun kedepannya dari khususnya
pak much. Junaidi Abdillah dan sahabat sahabat pembaca amat dbutuhkan untuk
menyempurnakan makalah ini

2
Jepara , 24 okt 2021
Penyusun
Ahmad Ridho Wicaksono

DAFTAR ISI

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya pembahasan tema ini yaitu agar kita bisa megetahui
lebih dalam mengenai sosiologi itu apa, serta aspek sosiologis, agama
dan budaya masyarakat jawa juga dengan penerapan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini

4
A,Rumusan masalah

1.Apa yang dimaksud dengan sosiologis?


2.Apa aspek sosiologis agama dan budaya masyarakat jawa?
3.bagaimana Contoh penerapan aspek sosiologis agama dan
budaya masyarakat jawa?

B. Tujuan Penelitian

1.Mengetahui tentang makna arti sosiologis itu apa

2.mengetahui ruang lingkup ilmu sosiologis

3.Agar dapat mengetahui dalam mengenai ruang lingkup aspek


sosiologis agama, dan budaya masyarakat jawa4.Mengetahui
contoh contoh penerapan aspek sosiologis agama dan budaya pada
masyarakat jawa

BAB 2

PEMBAHASAN

1.Ruang lingkup mengenai Sosiologis

5
Sosiolog De Saint Simon atau yang berjuluk juga dengan bapak perintis
sosiologi (1760-1825) menjelaskan mengenai sosiologi bahwa sosiologi itu
mempelajari masyarakat dalam aksi-aksinya,serta dalam usaha koleksinya,
baik spiritual ataupun material yang mengatasi aksi-aksi para peserta yang
individu dan saling tembus menembus.Adapun kalau menurut umum
Sosiologi ialah ilmu sosial yang objeknya yaitu masyarakat. Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang dapat berdiri sendiri sebab sudah
memenuhi segenap unsur ilmu pengetahuan. Unsur-unsur ilmu pengetahuan
yang melingkupi sosiologi adalah sosiologi bersifat logis, objektif, sistematis,
andal, dirancang, akumulatif, serta empiris, teoritis, kumulatif dan non etis.

Adapun lebih lanjut mengenai pengertian sosiologi Untuk lebih


memperdalam pemahaman kita tentang sosiologi berikut ini penulis sajikan
pengertian sosiologi dari beberapa pandangan para ahli tentang sosiologi.

1. Bapak sosiologi adalah Auguste Comte (1789-1853). Kata sosiologi


mula-mula

digunakan oleh Auguste Comte, dalam tuliasannya yang berjudul Cours de


Philosopie Positive (Positive Philosophy) tahun 1842. Sosiologi berasal dari
bahasa latin yang dari dua kata; Socius dan Logos. Secara harfiah atau
etimologis kata socius berarti teman, kawan, sahabat, sedangkan logos berarti
ilmu pangetahuan. Jadi sosiologi berarti ilmu pengetahuan tentang bagaimana
berteman, berkawan, bersahabat atau suatu ilmu yang membicarakan tentang
bagaimana bergaul dengan masyarakat, dengan kata lain sosiologi
mempelajari tentang masyarakat, atau ilmu pengetahuan tentang hidup
masyarakat. Secara operasional Auguste Comte menjelaskan bahwa sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan pula
hasil terakhir perkembangan ilmu pengetahuan, didasarkan pada kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, dibentuk

6
berdasarkan observasi dan tidak pada spekulasi-spekulasi perihal keadaan
masyarakat serta hasilnya harus disusun secara sistematis.

2. Emile Durkheim (1858-1917) pernah menamakan sosiologi adalah


ilmu tentang

lembaga-lembaga sosial, yakni pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan yang


sudah

“tertera” yang sedikit banyak menundukkan para warga masyarakat.

3. Pengertian sosiologi dari ilmuwan sosial lain, menjelaskan bahwa


sosiologi adalah:
a) Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat.
b) Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat
sebagai

keseluruhan yakni antar hubungan diantara manusia dengan manusia, manusia

dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

c) Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat


sebagai keseluruhan yakni antara hubungan diantara manusia dengan manusia,
manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok baik formal maupun
material.

d) Sosiologi adalah suatu ilmu prengetahuan yang mempelajari masyarakat

sebagai keseluruhan, yakini antar-hubungan diantra manusia dengan


manusia,manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal
maupun material, baik statis maupun dinamis (Mayor Polak, 1979: 4-8)

Dari beberapa definisi tentang sosiologi tersebut di atas terdapat dua hal
yang penting dalam memahami sosiologi. Pertama, masyarakat sebagai
keseluruhan. Kedua, masyarakat sebagai jaringan antar hubungan sosial.
Tugas sosiologi adalah untuk menyelami, menganalisa dan memahami

7
jaringan-jaringan antar hubungan itu.Penerapan teori sosiologi. Penerapan
teori sosiologi dalam lingkungan masyarakat ditunjukkan adanya hubungan
dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial,
misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya,Dan ciri umum dari pada
semua jenis gejala-gejala sosial.

Adapun seorang tokoh yang bernama Meyer F. Nimkoff, dalam M. Nata


Saputra (1982: 30-31) membagi objek sosiologi ke dalam 7 objek, yaitu: (1)
faktor dalam kehidupan sosial manusia, (2)kebudayaan, (3) sifat hakiki
manusia (human nature), (4)kelakuan kolektif, (5)persekutuan hidup, (6)
lembaga sosial, dan (7) perubahan sosial (social change).

Kegunaan sosiologi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

a. Untuk pekerjaan sosial, seperti memberikan gambaran tentang pelbagai


problem sosial,asal usul, sumber terjadinya, prosesnya dsb.

b. Untuk pembangunan pada umumnya, yaitu dengan memberikan pengertian


tentang masyarakat secara luas, sehingga para perencana dan pelaksana
pembangunan dapat mencari pola pembangunan yang paling sesuai agar berhasil.

Sedangkan ciri-ciri sosiologi adalah sebagai berikut

(1) Sosiologi termasuk kelompok ilmu sosial. Maksudnya sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari peristiwa/gejala sosial.

(2) Sosiologi bersifat kategoris (deskriptif), tidak normative, artinya bahwa


sosiologi membicarakan objeknya secara apa adanya.

(3) Sosiologi termasuk ilmu murni (pure science), bahwa sosiologi bukan ilmu
praktis, artinya tujuan penelitian ilmu sosiologi semata-mata demi perkembangan
ilmu itu sendiri, bukan untuk kepentingan kehidupan praktis.

8
(4) Sosiologi bersifat generalis (nometetis), sosiologi meneliti prinsip-prinsip
umum saling hubungan manusia, bukan ideografis, yakni meneliti secara khusus
peristiwa demi peristiwa.

(5) Sosiologi bersifat abstrak, hampir sama dengan generalis, perbedaan terletak
pada penekanannya, yaitu pada wujud kesatuan yang bersifat umum atau terpisah-
pisah.

(6) Sosiologi bersifat rasional sekaligus empiris, artinya menyandarkan pada


pemikiran logika sekaligus berdasarkan fakta/kenyataan yang ada dalam
masyarakat.

(7) Sosiologi merupakan ilmu yang umum (general), artinya sosiologi


mempelajari gejala umum yang ada pada setiap interaksi manusia, bukan
mempelajari ilmu dengan gejala khusus.

2. Penerapan Aspek Sosiologis Dalam Budaya Tradisi Masyarakat


Jawa dan Agama

9
Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh
suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyarakat Jawa merupakan
salah satu masyarakat yang hidup dan berkembang mulai zaman dahulu hingga sekarang
yang secara turun temurun menggunakan bahasa Jawa dalam berbagai ragam dialeknya
dan mendiami sebagian besar Pulau Jawa (Herusatoto, 1987: 10). Di Jawa sendiri selain
berkembang masyarakat Jawa juga berkembang masyarakat Sunda,madura dan lain nya

Masyarakat Jawa sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya. Tradisi dan

Budaya Jawa hingga akhir-akhir ini masih mendominasi tradisi dan budaya nasional di

Indonesia. Di antara faktor penyebabnya adalah begitu banyaknya orang Jawa yang

Menjadi elite negara yang berperan dalam percaturan kenegaraan di Indonesia sejak

Zaman sebelum kemerdekaan maupun sesudahnya.


Pengaruh keyakinan agama Yang meteka anut ikut mewarnai tradisi dan budaya mereka
sehari-hari. Masyarakat Jawa Yang menganut Islam santri. misalnya. lebih banyak terikat
dengan aturan Islamnya. meskipun bertentangan dengan budaya dan tradisi Jawanya.
Hal ini katena tidak sedikit tradisi-tradisi Jawa Yang bertentangan dengan keyakinan atau
ajaran Islam. Sebaliknya bagi Yang menganut Islam abangan tradisi Jawa tetap dijunjung
tinggi, meskipun bertentangan dengan keyakinan atau ajaran Islam.

Sebagian besar masyarakat Jawa sekarang ini menganut agama Islam. Di antara

Mereka masih banyak yang mewarisi agama nenek moyangnya, yakni beragama Hindhu

Atau Buddha, dan sebagian lain ada yang menganut agama Nasrani, baik Kristen

Maupun Katolik. Khusus yang menganut agama Islam, masyarakat Jawa bisa

Dikelompokkan menjadi dua golongan besar, golongan yang menganut Islam murni

(sering disebut Islam santri) dan golongan yang menganut Islam Kejawen (sering

Disebut Agama Jawi atau disebut juga Islam abangan). Masyarakat Jawa yang menganut

Islam santri biasanya tinggal di daerah pesisir, seperti Surabaya, Gresik, dan lain-lain,

Sedang yang menganut Islam Kejawen biasanya tinggal di Yogyakarta, Surakarta, dan

Bagelen

Menurut Simuh (1996: 110), masyarakat Jawa memiliki budaya yang khas terkait
Dengan kehidupan beragamanya. Menurutnya ada tiga karakteristik kebudayaan Jawa

Yang terkait dengan hal ini, yaitu:

1. Kebudayaan Jawa pra Hindhu-Buddha

Kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, sebelum datangnya pengaruh

Agama Hindhu-Buddha sangat sedikit yang dapat dikenal secara pasti. Sebagai

Masyarakat yang masih sederhana, wajar bila nampak bahwa sistem animisme dan

Dinamisme merupakan inti kebudayaan yang mewarnai seluruh aktivitas kehidupan

Masyarakatnya. Agama asli yang sering disebut orang Barat sebagai religion magis

Ini merupakan nilai budaya yang paling mengakar dalam masyarakat Indonesia,

Khususnya Jawa.

2. Kebudayaan Jawa masa Hindhu-Buddha

Kebudayaan Jawa yang menerima pengaruh dan menyerap unsur-unsur HindhuBuddha,


prosesnya bukan hanya sekedar akulturasi saja, akan tetapi yang terjadi

Adalah kebangkitan kebudayaan Jawa dengan memanfaatkan unsur-unsur agama dan

Kebudayaan India. Ciri yang paling menonjol dalam kebudayaan Jawa adalah sangat

12
Bersifat teokratis. Masuknya pengaruh Hindhu-Buddha lebih mempersubur

Kepercayaan animisme dan dinamisme (serba magis) yang sudah lama mengakar

Dengan cerita mengenai orang-orang sakti setengah dewa dan jasa mantra-mantra

(berupa rumusan kata-kata) yang dipandang magis.

3. Kebudayaan Jawa masa kerajaan Islam

Kebudayaan ini dimulai dengan berakhirnya kerajaan Jawa-Hindhu menjadi JawaIslam di


Demak. Kebudayaan ini tidak lepas dari pengaruh dan peran para ulama

Sufi yang mendapat gerlar para wali tanah Jawa. Perkembangan Islam di Jawa tidak

Semudah yang ada di luar Jawa yang hanya berhadapan dengan budaya lokal yang

Masih bersahaja (animisme-dinamisme) dan tidak begitu banyak diresapi oleh

Unsur-unsur ajaran Hindhu-Buddha seperti di Jawa. Kebudayaan inilah yang

Kemudian melahirkan dua varian masyarakat Islam Jawa, yaitu santri dan abangan,

Yang dibedakan dengan taraf kesadaran keislaman mereka.

13
Sementara itu Suyanto menjelaskan bahwa karakteristik budaya Jawa adalah Religius,
non-doktriner, toleran, akomodatif, dan optimistik. Karakteristik seperti ini Melahirkan
corak, sifat, dan kecenderungan yang khas bagi masyarakat Jawa seperti berikut: 1)
percaya kepada Tuhan Yang Mahaesa sebagai Sangkan Paraning Dumadi, dengan segala
sifat dan kebesaran-Nya; 2) bercorak idealistis, percaya kepada sesuatu

yang bersifat immateriil (bukan kebendaan) dan hal-hal yang bersifat adikodrati

(supernatural) serta cenderung ke arah mistik; 3) lebih mengutamakan hakikat daripada

segi-segi formal dan ritual; 4) mengutakaman cinta kasih sebagai landasan pokok

hubungan antar manusia; 5) percaya kepada takdir dan cenderung bersikap pasrah; 6)

bersifat konvergen dan universal; 7) momot dan non-sektarian; 8) cenderung pada

simbolisme; 9) cenderung pada gotong royong, guyub, rukun, dan damai; dan 10)

kurang kompetitif dan kurang mengutamakan materi

Pandangan hidup Jawa memang berakar jauh ke masa lalu. Masyarakat Jawa

Sudah mengenal Tuhan sebelum datangnya agama-agama yang berkembang sekarang

Ini. Semua agama dan kepercayaan yang datang diterima dengan baik oleh masyarakat

Jawa. Mereka tidak terbiasa mempertentangkan agama dan keyakinan. Mereka

Menganggap bahwa semua agama itu baik dengan ungkapan mereka: “sedaya agami

Niku sae” (semua agama itu baik). Ungkapan inilah yang kemudian membawa

Konsekuensi timbulnya sinkretisme di kalangan masyarakat Jawa.

14

Anda mungkin juga menyukai