Anda di halaman 1dari 13

REVISI MAKALAH

SIGNIFIKASI DAN PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM


STUDI ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu: Drs.Achmad Slamet, M. Si.

Disusun kelompok 12 :
1. Ahmad Anshorudin (211010)
2. Destian Dwi Saiful Umam (211032)
FAKULTAS TARBIYAH 2A
Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara
Jln. Taman Siswa No. 9 Tahunan Jepara
Tahun Akademik 2011/2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikakan makalah tentang Signifikasi dan
Pendekatan Antopologi dalam Studi Islam dengan baik. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah kehadirat beliau Nabi Agung Muhammad SAW, sebagai nabi
pembawa risalah demi kerahmatan seluruh alam serta syafaatnya yang kita nantikan
kelak di yaumil qiyamah, Amien.
Sehubungan dengan penulisan makalah ini, Penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini dan secara
khusus kami tujukan kepada :
1. Bpk. Drs. Achmad Slamet, M.SI yang telah membimbing kami sehingga
banyak sekali pengetahuan dan pengalaman yang kita peroleh.
2. Sahabat-sahabat semester IIA Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara yang telah
ikut memberikan kontribusi pemikiran dalam penulisan makalah ini.
3. Para penulis mengenai dan Pendekatan Antopologi dalam Studi Islam yang
karyanya kami kutip sebagai bahan rujukan dalam penulisan makalah ini.
Semoga amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan ini
penulis sadari

bahwa penulisan makalah tentang Signifikasi dan Pendekatan

Antopologi dalam Studi Islam sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya, Amien Ya Robbal Alamin.

Jepara, 3 Juli 2012


Penulis
Kelompok XII

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................
B.
Rumusan Masalah..............................................................
C.
Tujuan dan Manfaat Penulisan...........................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian secara Etimologi................................................
B. Pengertian secara Terminologi............................................

1
2
2
3
4

C. Pendekatan Antropologi......................................................... 5
D. Bentuk-Bentuk Pendekatan Antropologi dalam Studi Islam.

BAB III ANALISIS


SIGNIFIKASI PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM
A. Signifikasi Pendekatan Antropologi....................................

BAB III : PENGAKIRAN


A.

Kesimpulan.....................................................................

A.

... 9
Saran

dan

Harapan.............................................................
B.

Penutup...........................................................................
...

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

10

A. Latar Belakang Masalah


Pendekatan antropologis diperlukan, sebab banyak berbagai hal yang
dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan
antropologis. Dalam Al-Quran Al-Karim, sebagai sumber utama ajaran islam
misalnya kita memperioleh informasi tentanng kapal Nabi Nuh di gunung Arafat,
kisah Ashabul Kahfi yang dapat bertahan hidup dalamgua lebih dari tiga ratus tahun
lamanya. Dimana kira-kira bangkai kapal Nabi Nuh itu; dimana kira-kira gua itu; dan
bagaimana pula bisa terjadihal yang menakjubkan itu; ataukah hal yang demikian
merupakan kisah fiktif. Tentu masih banyak lagi contoh lain yang hanya dapat
dijelaskan dengan bantuan ahli geografi dan arkeologi.
Sejalan dengan pendekatan tersebut, maka dalam berbagai penelitian
antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan
agama dengan kondisi ekonomi danpolitik. Golongan masyarakat yang kurang
mampu dan golongan miskin pada umumnya, lebih tertarik pada gerakan-gerakan
keagamaan yang bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial
kemasyarakatan.
Seperti halnya ilmu penengetahuan, agama (Islam) juga merupakam bagian
dari kebudayaan. Pada awalnya agama Islam dan ilmu pengetahuan memang berasala
dari Tuhan. Akan tetapi ia kemudian diterima, dimiliki, diamalkan, dan
dibudidayakan oleh manusia (Nabi Muhammad dan umat Islam). Studi islam
merupakan sebuah kebudayaan, karena dibudidayakan oleh mansia (umat Islam).
Agama Islam merupakan bagian dari kebudayaan. Sehingga ia pun bisa dikaji
dengan pendekatan antropologis. Agama Islam bisa dikaji dengan pendekatan
antropologi karenaia dipandang oleh antropologi sebagai suatu produk budaya atau
fenomena agama yang memiliki unsur budaya.
Pendekatan antropologi dalam memahami islam juga dapat diartikan sebagai
salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktis keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Pendekatan antropologis dalam arti
ini lebih mengutamakan pengamatan langsung bahkan sifatnya partisipatif.
Melalui pendekatan antropologi dan arti pentingnya (signifikasi) kita dapat
melihat bahwa misalnya agama ternyata dapat berkolerasi dengan etos kerja dan
perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dan dalam hal ini, kita juga ingin
mengubah pandanagn dan sikap etos kerja sustu individu dan masyarakat, maka kita
dapat mengusahakannya dengan cara mengubah pandangan keagamaanindividu dan
masyarakat tersebut.

B. Rumusan Masalah

Mengenai rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain:


1. Apakah sinifikasi antropologi dalam studi Islam?
2. Bagaimana bentuk-bentuk signifikasi antropologi dalam studi islam?
3. Sejauhmana manfaat antropologi bagi studi Islam?
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
1. Secara Teoritis
a. Kita dapat mengetahui secara pasti perkembangan antropologi
dalam studi islam.
b. Kita dapat mengetahui signifikasi antopologi dalam studi Islam.
c. Kita dapat mengetahui bentuk-bentuk signifikasi antropologi
dalam studi Islam
d. Kita dapat menggatahui manfaat antopologi dalam studi Islam.
2. Secara Praktis
a. Melalui pendekatan ini sosok agama yang berada pada tataran
empirik akan dapat terlihat.
b. Kita Dapat mengimplementasikannya dalam hidup keseharian.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian secara Etimologi


Judul penulisan makalah ini adalah pengertian dan ruang lingkup
metodologi studi Islam. Agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memberikan
interprestasi terhadap judul tersebut, maka penulis akan mempertegas beberapa
istilah yang terkandung di dalamnya yaitu:
1. Signifikasi
Signifikasi secara etimologi bersal dari bahasa inggris yaitu signifikatif yang
mengndung arti, pengertian.1
2. Pendekatan
Pendekatan secara etimologi berasal dari kata dasar dekat yang
mengandung arti pendek, tidak jauh (jarak atau antaranya). Kemudian mendapat
awalan pe- dan akhiran an berubah menjadi pendekatan yang berarti prose, cara,
perbuatan mendekati (hendak berdamai, bersahabat, dsb)2
3. Antropologi
Antropologi secara etimologi berasal dari kata Yunani antrhropos yang
berarti menusia atau orang, dan logos yang berarti wacana, ilmu yang
mempelajari. Maka antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia.
4. Studi
Studi secara etimologi berasal dari bahasa inggris yaitu study, yangmana
dalam mengambil kata serapannya ke dalam Indonesia melalui proses adopsi
(menyesuaikan ejaan

unsur

bahasa)

yaitu

study

menjadi

studi

dan

mengandung arti mempelajari atau mengkaji.3


5. Islam
Kata Islam diambil dari bahasa arab ( ) yang artinya
tunduk, berserah diri,dan patuh.4
B. Pengertian secara Terminologi
1

M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 2001), hlm. 714.
Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 200), hlm. 246.
3
Ibid, hlm. 1092.
4
Saifuddin Bachri, Metodologi Studi Islam, (Jepara: t.p, 2010), hlm.21.
2

1. Signifikasi
Signifikasi adalah suatu makna dari sebuah perbuatan yang mampu
memberikan gambaran manfaat yang diambilnya.
2. Pendekatan
Pendekatan yaitu sekumpulan pemahaman mengenai bahan pelajaran
yang mengandung prinsip-prinsip filosofis. Jadi pendekatan merupakan
kebenaran umum yang bersifat mutlak.
3. Antropologi
Antropologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang
pada umumnya dengan mepelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat,
kebudayaan dan hasil-hasilnya.
Definisi antropologi menurut para ahli:
William A. Havilland antropologi adalah studi tentang umat manusia,
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
Dafid Hunter, antropologi adalh ilmu yang lahir dari keingintahuan
yang tidak terbatas tentang umst msnusia
4. Studi
Studi secara terminologi adalah suatu aktivitas, dimana terdapat
sebuah proses dari yang tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti jadi
mengerti, tidak bias menjadi bias untuk mencapai hasil yang optimal.
5. Islam
Islam secara termonologi adalah mengandung tiga dimensi dasar yang
saling berkaitan yaitu iman, Islam, dan ikhsan, dengan pengertian bahwa
seorang menyerahkan diri sebagai seorang hamba dan dia harus mematuhi
trilogi tersebut.
Menurut para ahli Islam memiliki beberapa pengertian yaitu:

Gorge Sarton mengatakan bahwa Islam adalah tataran agama yang


paling indah.
Umar bin Khatab mengatakan Islam adalah agama yang diturunkan
kepada Muhammad SAW; agama ini meliputi : aqidah, syariah, dan akhlak.
Abu Said Al- Hasan Al-Bashri mengatakan bahwa Islam adalah
kepasrahan hati anda kepada Allah, lalu setiap orang mslim merasa selamat
dari gangguan anda.
Muhammad bin Ibrahim bin At-Tawairjiri lebih mempertegas lagi
bahwa Islam adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dengan
mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-Nya denga penuh ketaatan atau
melepaskan dari kesyirikan.5
C. PENDEKATAN ANTROPOLOGI
Pendekatan Antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai
salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini tampak
akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dalam berupaya
menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang
digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan
pula untuk memahami agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan
Dawam Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya
partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang
mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan
sosiologis. Penelitian antropologis yang induktif dan grounded, yaitu turun
kelapangan tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya denmgan upaya membebaskan
diri datri kungkungan teori-teori formal yang apda dasartnya sangat abstrak
sebagaimana yang dilakukan di bidang sosiologis dan lebih-lebih ekonomi yang
mempergunakan model-model matematis, banyak juga memeberi sumbangan kepada
penelitian historis.6
Sejalan dengan pendekatan tersebut, maka dalam penelitian antropologi
agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan
kondisi ekonomi dan polotik. Golongan masyarakat yang kurang mampu dan
golongan miskin pada umumnya, lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan
yang bersifata mesianis, yang menjanjikkan perubahan tatanan sosial
kemasyarakatan. Sedangkan golongan orang kaya lebih cenderung untuk
mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran
tatanan itu menguntungkan pihaknya. Karl Malk (1818-1883), sebagai contoh,
5

http:// carapedia.com/
M. Dawam Rahardjo, Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena Keagamaan,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), cet. II, hlm. 19.
6

melihat agama sebagai opium atau candu masyarakat tertentu sehingga


mendorongnya untuk memperkenalkan teori konflik atau yang biasa disebut dengan
teori pertentangan kelas. Menurutnya, agama bisa disalah fungsikan oleh kalangan
tertentu untuk melestarikan status quo peran tokoh-tokoh agama yang mendukung
sistem kapitalisme di Eropa yang beragama kristen. Lain halnya dengan Max Weber
(1920-1964). Dia melihat adanya korelasi positif antara ajaran protestan dengan
munculnya semangat kapitalisme modern. Etika protestan dilihatnya sebagai cikalbakal etos kerja masyarakat industri modern yang kapitalistik. Cara pandang Weber
ini kemudian diteruskan oleh Robert N. Bellah dalam karyanya The Religion Of
Tokugawa. Dia juga melihat adanya korelasi positif antara ajaran Tokugawa, yakni
semacam percampuran antara ajaran agama budha dan sinto pada era pemerintahan
Meiji dengan semangat etos kerja orang jepang modern. Tidak ketinggalan, orang
Yahudi kelahiran Paris , maxime Rodinson, dalam bukunya Islam and Capitalism
menganggap bahwa ekonomi islam itu lebih dekat dengan kristen kapitalisme, atau
sekurang-kurangnya tidak mengharamkan prinsip-prinsip dasar kapitalisme.7
Melalui pendekatan antropologis di atas, kita melihat bahwa agama ternyata
berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam
hubungan ini, jika kita ingin mengubah pandangan dan etos kerja seseorang, maka
dapat dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamaannya.
Selanjutnya melalui pendekatan antropologis ini, kita dapat melihat agama
dalam hubungannya dengan mekanisme pengorganisasian (Social Organization) juga
tidak kalah menarik untuk diketahui oleh peneliti sosial kegamaan. Kasus di
Indonesia, peneliti Clifford Geertz dalam karyanya The Religion of Java, dapat
dijadikan contoh yang baik dalam bidang ini. Geetz melihat adanya klasifikasi sosial
dalam masyarakat muslim di Jawa, antara santri, priyayi, dan abangan. Sungguh pun
hasil penelitian antropologis di Jawa Timur ini mendapat sanggahan dari berbagai
ilmuan sosial yang lain, namun konstruksi stratifikasi sosial yang dikemukakannya
cukup membuat orang berfikir ulang untuk mengecek ulang keabsahannya.
Melalui pendekatan antropologis fenomenologis ini kita juga dapat melihat
hubungan antara agama dan negara (State and Religion) . Topik ini juga tidak pernah
kering dikupas oleh para peneliti. Akan selalu menarik fenomena negara agama
seperti Vatikan dalam bandingannya dengan negara-negar sakuler disekelilingnya di
Eropa Barat. Juga melihat kenyataan negara Turki modern yang mayoritas
penduduknya beragama islam, tetapi konstitusi negaranya menyebut sekularisme
sebagai prinsip dasar kenegaraan yang tidak dapat ditawar-tawar. Belum lagi peneliti
dan membandingkan kerajaan Saudi Arabia dan negara republik Iran yang
berdasarkan islam. Orang akan bertanya apa sebenarnya yang menyebabkan kedua
sistem pemerintahan tersebut sangat berbeda, yaitu kerajaan dan republik, tetapi
sama-sama menyatakan islam sebagai asas tunggalnya. Belum lagi jika dibandingkan
dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang mayoritas penduduknya
beragama islam tetapi pancasila sebagai asas tunggal.8
7

M. Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Agama, (Yogyakarta: Tiara


Wacana, 1990), cet.II, hlm. 19.
8
Prof.Dr.H.Abidin Nata, MA, Metodologi Studi Islam, (t.kt,: t.p, t.t), hlm.37.

Selanjutnya, melalui pendekatan antropologis ini juga dapat ditemukan


keterkaitan agama dengan psikoterapi. Signum Freud (1856-1939) pernah
mengaitkan agama dengan Oedipus Complex, yakni pengalaman infantil seorang
anak yang tidak berdaya dihadapan kekuatan dan kekuasaan bapaknya. Agama
dinilainya sebagai neurosis. Dalam psikoanalisanya, dia mengungkapakan hubungan
antara ide, ego, dan super ego. Meskipun hasil penelitian Freud berakhir dengan
kurang simpati terhadap realita keberagaman manusia, tetapi temuannya ini cukup
memberikan peringatan terhadap beberapa kasus keberagaman tertentu yang lebih
terkait dengan patologis sosial maupun kejiwaan. Jika Freud oleh beberapa kalangan
dilihat terlalu minor melihat fenomena keberagaman manusia, lain halnya dengan
psikoanalisis yang dikemukakan oleh C.G.Jung. Jung malah menemukan hasil
temuan psikoanalisanya yang terbalik arah dari apa yang ditemukan oleh Freud.
Menurutnya, ada korelasi yang sangat positif antara agama dan kesehatan mental.9
Pendekatan antropologis seperti itu diperlikan adanya, sebab banyak berbagai
hal yang dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan
antropologis. Dalam Al-Quran Al-karim , sebagai sumber utama ajaran islam
misalnya kita memperoleh informasi tentang kapal Nabi Nuh di gunung Arafat,
Kisah Ashabul Kahfi yang dapat bertahan hidup dalam gua lebih dari 300 tahun
lamanya. Dimana kira-kira bangkai kapal Nabi Nuh itu; dimana kira-kira gua itu; dan
bagaimana pula bisa terjadihal yang menakjubkan itu; ataukah hal yang demikian
merupakan kisah fiktif. Tentu masih banyak lagi contoh lain yang hanya dapat
dijelaskan dengan bantuan ahli geografi dan arkeologi.10
D. Bentuk-Bentuk Pendekatan Antropologi dalam Studi Islam
Adapun bentuk pendekatan antropologis adalah terbagi manjadi dua yaitu:
Pertama, analisis atas sistem-sistem makna yang terkandung dalam simbil-simbol
yang meliputi agama, dan yang Kedua, mengaitkan sistem-sistem ini pada struktur
sosial dan proses-proses psikologis
BAB III
ANALISIS
SIGNIFIKASI PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM
A. Signifikasi Pendekatan Antopologi
Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai
salah sau upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama
tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan
berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa caracara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologis dalam melihat suatu masalah
digunakan pula untuk memahami agama, Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana

Amin Abdullah, op.cit., hlm. 33.


Mukti Ali, op. Cit., hlm. 43.

10

dikatakan Powam Rahardjo lebih mengutamakan pengamatan langsung bahkan


sifatnya partisipatif. 11
Penelitian antropologi yang Grounded Reserch, yakni penelitian yang
penelitiannya terlbat dalam kehidupan masyarakat yang ditelitinya. Seorang peneliti
datang ke lapangan tanpa ada prakonsepsi apapun terhadap fenomena keagamaan
yang akan diamatinya. Fenomena-fenomena tersebut selanjutnya diinterprestasikan
dengan menggunakan kerangka teori tertentu. Misalnya penelitian yang dilakukan
oleh Geetz tentang struktur-struktur sosial di Jawa yang berlainan.
Strutur-struktur sosial yang dimaksud adalah abangan (yang intinya berpusat
di pedesaan), santri (yang intinya berpusat di tempat perdaganagan), dan priyayi
(yang intinya berpusat di kantor pemerintahan, di kota). Adanya tiga struktur sosial
yang berlainan ini menunukkan bahwa di balik kesan yang didapat dari pernyataan
behwa penduduk Mojokuto itu sembilan puluh persen beragama Islam. Tiga
lingkungan yang berbeda itu berkaitan dengan maksuknya agama serta peradaban
Hindhu dan Islam di Jawa yang telah mewujudkan adanya abangany yang
menekankan pentingnya aspek-aspek Animistik, santri yang menekankan pentingnya
aspek-aspek Islam, dan priyayi yang menekankan aspek-aspek Hindhu.12
Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat diketahui bahwa model penelitian Geetz
adalah peneitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.

BAB IV
PENGAKIRAN
A. Simpulan
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang

keanekaragaman manusia.

Bentuk pendekatan antropologis adalah terbagi manjadi dua yaitu: Pertama,


analisis atas sistem-sistem makna yang terkandung dalam simbil-simbol yang
11

Abuddin Noto, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafido Persada,


2004), hlm. 35.
12
Ibid, hlm. 395-397

meliputi agama, dan yang Kedua, mengaitkan sistem-sistem ini pada struktur
sosial dan proses-proses psikologis
Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai
salah sau upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama
tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan
berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
B. Saran dan Harapan
Pada era sekarang ini banyak berbagai orang yang kurang faham dengan
suatu hal yang bernama antropologi, terutama pada kalangan orag marginal.
Dengan datangnya makalah ini kami ingin memberikan saran kepada seluruh
pihak yang sudah mengerti tentang antropologi diharapkan mau untuk
menerangkan kepada orang yang belum tahu sehingga antropologi dapat
berkembang dengan sempurna dan islam dapat digunakan sebagai ptokan dalam
menerjang kehidupan yang sudah mulai surut ini.
C. Penutup
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap pembaca yang budiman sudih memberikan kritik dan saran yang
membengun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna dan
bermanfaat bagi penulis juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M Taufik dan Karim, M Rusli. 1990. Metodologi Islam. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Al Barry, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 2001), hlm. 714.
Bachri, SaifuddinMetodologi Studi Islam, (Jepara: t.p, 2010), hlm.21.
Noto, Abuddin . 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafido Persada.
Rahardjo, M. Dawam. 1990. Pendidikan Ilmiah terhadap Fenomena Keagamaan.
Yogyakarta: Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai