Anda di halaman 1dari 61

QOMI’ AT-TUGHYAN

(Penghilang Kedhaliman)

Segala puji bagi Allah Dzat yang sempurna. Semoga rahmat dan keselamatan senantiasa tercurahkan
kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah diberikan mukjizat oleh Allah SWT beserta seluruh
keluarga dan sahabat yang senantiasa melakukan kebaikan-kebaikan dan menjauhi kemungkaran-
kemungkaran.

Pensyarah berharap dan berdo’a kepada Allah SWT agar Muhammad Nawawi bin Umar yang telah
mencurahkan segala pemikirannya untuk mengoreksi nadzam milik Syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad
diampuni kesalahan-kesalahannya, dikabulkan cita-cita dan angan-angannya. Nadzam tersebut berada
di dalam buku yang dikenal dengan nama “syu’bul iman”. Buku tersebut merupakan buku berbahasa
Arab yang menjadi ringkasan dari buku syu’bul iman yang berbahasa Persia yang dikarang oleh Nuruddin
Al-Iijaa. Al-Iijaa merupakan julukan yang dikaitkan dengan Ija, yaitu salah satu kota di Persia.

Nadzam tersebut memakai gaya bahasa bahr kamil dengan rumus enam kali kata ‫ متفاعلن‬danmemiliki 26
bait syair yang biasanya bersifat ‫محبونة‬. Kemudian ketika mensyarahinya aku (pensyarah kitab / Syeikh
Al-Imam Nawawy Al-Bantany) ingin menulis di dalamnya penjabaran yang bermanfaat bagi diriku dan
anak-anakku yang termasuk orang-orang yang menginginkan keberuntungan. Di dalamnya Aku
menambahkan tiga bait syair di awal dan 1 bait di akhir yang ditambahkan oleh Abdul Mun’im, sehingga
keseluruhannya berjumlah 30 bait syair.Saya memberikan nama buku ini “qami’ at-tughyanala
mandzumat syu’bil iman”. Dan saya berdo’a kepada Allah SWT dengan rahmat dan kemuliaan-Nya
semoga buku ini bermanfaat. Karena pada-Nya lah segala sesuatu yang Ia kehendaki dan Ia lah berhak
mengabulkan segala do’a, Amin. Maka Saya (Imam Nawawy) katakan:

)‫صَيَّرا قد الذي هلل الحمد‬ ُ ‫(فتُت َّم َُم‬


َ‫شعبَ ذا شخصَ إيمان‬

Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan iman seseorang bercabang-cabang kemudian
menyempurnakannya

Ini mengibaratkan pada membiasakan rasa syukur dengan mengucapkan hamdallah, hal ini berdasarkan
bahwa pada dasarnya semua pujian hanyalah milik Allah.Maksud dari bait ini ialah, bahwa perbuatan-
perbuatan iman mempunyai beberapa bagian dan karakteristik. Yang dimaksud dengan perbuatan-
perbuatan iman di sini adalah di mana amal seseorang dapat bertambah (positif) jika ia melakukannya
(perbuatan-perbuatan iman), dan sebaliknya dapat berkurang jika meninggalkannya.
Adapun asal iman adalah pembenaran atas sesuatu secara seratus persen, tanpa ada kurang sedikitpun.
Karena jika di sana terdapat kekurangan sekecil apapun, maka akan ada rasa ragu-ragu. Oleh karena itu
iman tidaklah sah jika dibarengi dengan karagu-raguan.

ُ . Dan pada kata ‫ فتُت َّم َُم‬tersimpan dlomir yang


ُ merupakan bentuk jamak dari ‫شعبة‬
Pada bait di atas kata َ‫شعب‬
kembali pada ‫الشعب‬.

)‫ال ُكوشني كتاب مَنَ بيوتَ هذى‬ َ‫(ونُسل َُم صالتنا بعد قال من‬

)‫وصحابتهَ وآلله لمحمد‬ ‫(وأن ُج َُم السماء في شمسَ دار ما‬

Bait-bait ini diambil dari buku karangan syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad As-Syafi’i Al-Kusyini Al-
Fananni Al-Malibari, yaitu orang yang berkata setelah saya membaca salawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat beliau ketika matahari dan bintang-bintang beredar
diangkasa

Pembahasan ini merupakan sekumpulan bait yang dinukil dari buku karangan syekh Zainuddin bin Ali bin
Ahmad As-Syafi’i Al-Kusyini Al-Fananni Al-Malibari, oleh karena itu jumlah kandungan yang ada pada
bait-bait tersebut setara dengan kandungan yang ada pada penjelasan yang berupa kalimat prosa.

Kata ‫ ال ُكوشني‬merupakan julukan untuk pemilik makalah ini, bahwa ia dilahirkan di daerah‫ ُكوشن‬yang
terletak di kota Malibari. Ia lahir setelah matahari terbit di hari Kamis tanggal 12 Sya’ban tahun 872 H.
Disaat masih kecil ia dipindahkan oleh pamannya ke daerah Fanan. Ia mempunyai banyak karya, seperti;
hidayah al-adzkiya’, tuhfah al-ahya’, irsyad al-qashidin fi ikhtishari manhaj al-abidin karya Al-Ghazali.

Kata َ‫ قال من‬merupakan athaf bayan. Yang dimaksud di sini adalah bait-bait yang ada setelah penuturan
salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Adapun maksud dari kata ‫ونُسل َُم صالتنا بعد‬yang memakai kata ganti orang pertama jamak adalah bahwa
yang mengucapkan salawat dan salam bukan hanya penulis saja, namun juga sang pengarang bait-bait
ini syekh Zainuddin.
Nadhim(pembuat nadhom, yakni Syekh Zainuddin) berkata dalam nadham-nya:

)‫شعبةَ وعينَ بضعَ إيمانُنا‬


ُ ‫ل يستكمَلنها‬ ُ ‫(يع‬
َُ ‫ظ َُم فضلَ أه‬

Iman kita mempunyai tujuh puluh tujuh cabang yang dipakai oleh para orang bijak untuk
menyempurnakan dan meningkatkan kualitas diri mereka

Dalam ajaran agama Islam disebutkan bahwa rukun atau sendi iman ada enam sebagaimana tersebut
dalam hadits riwayat Imam Muslim. Iman tersebut mempunyai cabang sebanyak 77 (tujuh puluh tujuh).
Setiap cabang berupa pekerjaan yang harus dikerjakan oleh setiap orang yang mengaku beriman.
Apabila 77 pekerjaan tersebut dilakukan seluruhnya, maka sempurnalah iman seseorang. Apabila ada
yang ditinggalkan, maka berarti berkurang ketebalan imannya. Cabang iman sebanyak 77 adalah
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh para ahli hadits yang berbunyi:

َ ‫لق‬
‫ال‬ ُ ‫للاُ صلَّى للاَ ر‬
َُ ‫سو‬ َ َ‫ وسَلَّمَ عليه‬: َُ‫شعبةَ وسبعُونَ بضعَ اإليمان‬
ُ ، ‫ل افضلُها‬
َُ ‫لَّ الهَ لَ قو‬
َ ‫للاُ ا‬ َّ ، ‫والحيا َُء‬
َ ‫الطريقَ عنَ الذى اماط َة ُ وادناها‬
ُ َ‫ال ُمحدثُونَ رواَهُ اإليمانَ من‬
َ‫شعبة‬

Rasulullah saw bersabda: "Iman itu 77 cabangnya. Yang paling utama dari cabang-cabang tersebut
adalah mengucapkan "La ilaha illallah" (tiada Tuhan melainkan Allah) dan cabang yang paling rendah
adalah menyingkirkan rintangan dari jalan. Malu (berbuat maksiat) adalah satu cabang dari iman." H.R.
Para Ahli Hadits.

Perkataan nadhim(pembuat nadhom)‫ إيمانُنا‬adalah cabang-cabang dari iman. Dan kataَ‫( بضع‬di-kasrah atau
di-fathah huruf ba’-nya)menurut Al-Khalil yang dimaksud di sini adalah bilangan tujuh (‫)سبع‬, sedangkan
pada kata َ‫ عين‬yang dimaksud adalah bilangan tujuh puluh (‫)سبعون‬, karena huruf ‘ain mempunyai nilai
tujuh puluh sebagaimana huruf hamzah mempunyai nilai satu, ya’ sepuluh, qaf seratus dan ghain seribu.

ُ adalah kata yang ber-i’rab nashabyang menjadi tamyiz. Dan kata ‫ يستكمَلنها‬di dalamnya terdapat
Kata َ‫شعبة‬
nun taukidkhafifah, sedangkan huruf sin adalah untuk menunjukkan artijumlah atau keperluan, kata
tersebut berbentuk fi’il mudhari’ yang fa’il-nya adalah ahlu fadllin (orang bijak). Maksud dari bait ini
adalahbahwa para orang bijak menjadikan ketujuh puluh tujuh cabang iman ini sebagai sarana untuk
menyempurnakan diri mereka, karena dengannya dapat membuat segala urusan dunia menjadi benar,
dan segala urusan akhirat menjadi baik. Sehingga pada akhirnya mereka mendapatkan kesempurnaan
dari 77 cabang iman tersebut.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

)َ‫وال ُكتُبَ والمالئكَ بربكَ آمن‬ ‫(العال َُم يفنى وبيومَ واألنبيا‬

Berimanlah kepada tuhan mu, para malaikat(Nya), kitab-kitab (suci), nabi-nabi(Nya) dan hari di mana
alam akan hancur

Nadhim menyebutkan lima cabang iman pada bait ini. Sebagai berikut:

1. Iman kepada Allah SWT:

a. Maha Esa yang sama sekali tidak ada sekutu bagi-Nya.

b. Maha Tunggal yang sama sekali tidak ada yang serupa dengan-Nya, tempat meminta pertolongan
yang sama sekali tidak ada yang menandingi-Nya.

c. Maha Sedia tanpa permulaan.

d. Maha Berdiri dengan pribadi-Nya sendiri.


e. Maha Kekal.

f. Maha Abadi.

g. Maha Dahulu yang tidak ada permulaan bagi-Nya.

h. Maha Akhir yang sama sekali tidak ada kesudahan bagi-Nya.

i. Maha Tegak yang tidak dilenyapkan oleh masa dan tidak diubah oleh sangkaan.

j. Maha Permulaan, Maha Akhir, Maha nampak pekerjaannya dan Maha Tersembunyi yang tidak
tampak Dzat-Nya.

k. Maha Suci dari jasmani, tak sesuatupun yang menyerupai-Nya.

2. Iman kepada Malaikat:

a. Beriman dan membenarkan keberadaan Malaikat

b. Malaikat merupakan hamba Allah yang dimuliakan yang tidak pernah membangkang terhadap apa
yangtelah diperintahkan oleh Allah kepadanya. Ia melakukan apa yang telah diperintahkan Allah
kepadanya.

c. Jasmani yang halus dan bernyawa.

d. Sesuatu kekuatan yang dijadikan oleh Allah untuk berubah-ubah bentuk yang indah.
e. Dibuat dari cahaya.

Malaikat adalah jisim (tubuh) yang bersifat lembut yang memiliki ruh. Allah memberikannya keahlian
untuk menyerupai berbagai bentuk yang bagus-bagus.

3. Iman pada Kitab

Yaitu beriman dan membenarkan bahwa kitab yang telah dditurunkan oleh Allah kepada para Nabi-Nya
adalah wahyu dari Allah. Di dalamnya mengandung hukum-hukum dan khabar (pemberitahuan)-Nya.

4. Iman kepada Nabi

a. Beriman bahwa para Nabi jujur dalam menyampaikan khabar dan wahyu dari Allah SWT

b. Bahwa di antara para Nabi tersebut terdapat Nabi yang diutus (Allah) kepada para umat untuk
menunjukkan, menyempurnakan penghidupan dan akhirat mereka.

c. Mereka (para Nabi) dibekali (Allah) dengan Mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kejujuranmereka.
Oleh karena itu Allah memberikan risalah (wahyu) kepada mereka dan mereka menjelaskannya kepada
orang-orang kafir.

5. Iman pada Hari Kerusakan Seluruh Alam Semesta

a. Percaya terhadap kehancuran dunia.


b. Percaya terhadap hari akhir (kiamat) beserta apa yang ada di dalamnya, seperti pembalasan,
penghitungan amal, penimbangan amal, berjalan di jembatan shirath al-mustaqim, surga dan neraka.

Kita wajib beriman bahwa alam semesta, alam dunia maupun benda di angkasa akan hancur binasa pada
hari kiamat. Amal yang kita kerjakan akan dibalas dengan cara perhitungan amal, penimbangan amal,
titian, surga dan neraka.

Kata َ‫المالئك‬dibaca dengan harakatkasrahpada huruf kaf-nya, besertaan dengan pembuangan huruf ha’
(dhamir). Dan pada kata َ‫بيوم‬dibaca jar besertaan dengan pembuangan harakat tanwin, inilah dianggap
lebih fasih karena kata ‫ يوم‬di-idhafah-kan pada jumlah fi’liyah (kalimat kerja) yang mu’rab (menerima
i’rab), oleh karena itu diperbolehkan untuk me-mabni-kan fathah(kata َ‫ )يوم‬dalam keadaan i’rab jar

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

)َ‫وجمعنا الجليلَ والقدرَ والبعث‬ َُ ‫(تحش َُم الخالئ‬


‫ق فيه محشرَ في‬

Dan berimanlah pada pembangkitan (dari kematian), taqdir yang agung dan berkumpulnya kita
dipadang makhsyar, dan di sana semua makhluk akan merasa malu

Dalam bait ini Nadhim menyebutkan tiga cabang iman yang selanjutnya, yaitu:

6. Iman pada kebangkitan orang mati:

Kita wajib beriman bahwa sesungguhnya Allah SWT akan membangkitkan atau menghidupkan semua
makhluk yang sudah mati, baik yang dikubur, mati tenggelam, atau sebab lainnya. Menurut pendapat
yang disepakati oleh seluruh ulama, yang dibangkitkan adalah wujud dari badan dan bukan yang semisal
dari badan ini. Dalam surat At-Taghabun ayat 7 Allah SWT berfirman:

َ‫ن وربى بلى قُلَ يُبعثُوا لنَ انَ كف ُروا الَّذينَ زعم‬
ََّ ُ ‫ُن ث ََُّم لتُبعث‬
ََّ ‫( يسيرَ للاَ على وذلكَ عملتُمَ بما لتُنبَّؤ‬٧)

Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah:
"Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan." yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. At-Taghabun: 7).

7. Iman pada qadar (taqdir)

Yaitu yakin dan percaya bahwa Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nya disesuaikan dengan sesuatu
(taqdir) yang sudah lampau, dan Allah telah mengetahui sebelumnya. Maka semua perbuatan dan
aktivitas makhluk-makhluk-Nya merupakan taqdir Allah SWT.Oleh karena itu hendaknya para manusia
ikhlas dan menerima segala apa yang sudah menjadi qadha’Allah.

Diceritakan oleh syekh Afifuddin Az-Zahid, ia sedang berada di negara Mesir. Ia mengadukan tentang
peristiwa yang telah terjadi di Bagdad, peristiwa itu adalah pembunuhan orang-orang kafir terhadap
orang-orang muslim hingga ia porak-poranda mengalami masa keruntuhan. Selama tiga tahun setengah
kota bagdad lengang tanpa seorang khalifah, orang-orang kafir mengalungkan mushaf-mushaf (Al-
Qur’an) dileher binatang anjing dan membuang buku-buku para imam ke sungai Tigris, sehingga
tumpukan-tumpukan buku tersebut menjadi sebuah jembatan yang dilewati oleh kuda-kuda. Ia pun
sangat geram dan mengutuk keras hal peristiwa itu, ia berkata: “Ya Tuhan, bagaimana hal ini bisa terjadi,
sedangkan di dalamnya terdapat banyak anak-anak dan orang-orang yang tak berdosa”. Kemudian ia
bermimpi ada seorang laki-laki yang membawa sebuah buku, ia pun mengambil buku itu dari tangan
laki-laki tersebut. Ia pun menemui isi yang ada di dalamnya, sebagaimana yang ada pada dua bait
nadham yang menggunakan bahr al-mutaqarib berikut:

َ‫الفلكَ حركاتَ فى ال ُحك َُم ولَ * لـكَ األم َُر فما اإلعتراضَ دع‬

َ‫هلكَ بحـرَ لُجَّةَ خـاضَ فمنَ * فعلــهَ عنَ للاَ تسـألَ ول‬

Tinggalkanlah (kebiasaan suka) berkomentar atau membantah, niscaya kamu tidak akan menemui
masalah pada dirimu dan tidak akan pernah ada hukum yang menjerat perjalanan lintasan hidup mu
Dan janganlah sekali-kali kamu bertanya kepada Allahmengenai apa yang telah Allah kerjakan
(tetapkan), oleh karena itu barang siapa masuk ke dalam palung lautan yang dalam, maka ia akan rusak
(tenggelam)

8. Iman pada hari dikumpulkannya manusia di padang makhsyar

Yaitu beriman dan percaya bahwa kelak setelah proses pembangkitan (dari mati) semua makhluk akan
digiring dan dikumpulkan di tanah makhsyar, yaitu tempat pemberhentianakhir para makhluk setelah
digiring. Tempat ini berupa hamparan tanah datar yang berwarna putih, di tanah lapang ini berbentuk
rata tanpa ada bagian yang berstruktur cembung (tinggi tanahnya) yang bisa dipakai untuk bersembunyi,
dan juga tidak ada yang berbentuk cekung (rendah tanahnya) yang bisa dipakai untuk berlindung dari
pengawasan-pengawasan yang ada.Manusia akan dihalau ke Padang Mahsyar secara berombongan,
sesuai tingkatannya. Di antara mereka, yaitu :

a. Golongan yang menaiki kendaraan, yaitu orang-orang yang bertakwa

b. Golongan yang berjalan kaki, yaitu orang-orang yang mempunyai amal baik sedikit

c. Golongan yang berjalan menggunakan wajahnya sebagai alas, itu adalah orang-orang kafir.

Setelah mereka berkumpul di padang makhsyar, kemudian mereka bubar menuju surga atau pun neraka
dan melewati jembatan shirath al-mustaqim. Adapun untuk umat dari Nabi Muhammad SAW akan
terbagi menjadi tujuh macam golongan, yaitu; orang-orang yang jujur, orang-orang yang berilmu agama,
para wali pengganti, para syuhada’ (yang berjihad dan mati di jalan Allah), para haji (mabrur), orang-
orang yang taat (pada perintah dan hukum Allah) dan orang-orang yang suka melakukan maksiat.

a. Untuk orang-orang jujur akan melewati jembatan shirath al-mustaqim seperti kilat yang
menyambar

b. Untuk para ilmuan agama akan melewati jembatan shirath al-mustaqimseperti angin yang bertiup
c. Untuk para wali pengganti akan melewati jembatan shirath al-mustaqim seperti burung yang
terbang dalam jangka waktu beberapa jam saja.

d. Untuk para syuhada’ akan melewati jembatan shirath al-mustaqimseperti kuda pacuan yang berlari
di tengah hari.

e. Untuk para haji (mabrur) akan melewati jembatan shirath al-mustaqim hanya dalam jangka waktu
satu hari saja.

f. Untuk orang-orang yang bertakwa akan melewati jembatan shirath al-mustaqim dalam waktu satu
bulan saja.

g. Sedangkan untuk orang-orang yang suka melakukan maksiat, kaki-kai merekaakan diletakkan di
atas jembatan shirath al-mustaqim, diletakkanlah dosa-dosa mereka di atas punggung mereka dan
mereka pun menyeberang. Besertaan dengan itu di bawah mereka panasnya api neraka menyala-nyala
menyambar mereka. Dan ketika itu mereka melihat cahaya iman di dalam hati mereka, seraya berkata:
“Silahkan engkau berjalan lebih dulu wahai orang yang beriman! Karena cahaya iman mu bisa meredam
panasnya api neraka”.Sebagaimana yang disebutkan oleh Muhammad Al-Hamdaniy

Dalam bait ini, kata ‫ القدر‬dibaca dengan harakat fathah huruf dal-nya. Dan kata ‫ تحشم‬termasuk dalam bab
‫ يتعب تعب‬yang mempunyai arti malu untuk diperlihatkan dan dibeberkan perihalnya ketika diadukan
kepada Allah Dzat Yang Maha Memaksa.

َُ ‫ تحش َُم الخالئ‬yaitu bahwa setiap orangakan sibuk mengurus dirinya sendiri saat dipadang
Maksud dari ‫ق فيه‬
makhsyar dan semua orang akan berdesak-desakan dan bertumpuk-tumpukan layaknya hewan belalang
yang tersebar di tanah. Di sana orang-orang akan saling melihatantarsanak saudara mereka dan
mengenalinya. Mereka tak bicara sedikit pun dan berjalan tanpa alas kaki dalam keadaan telanjang.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

ُ ‫اس يُبع‬
َ‫ث‬ َُ َّ‫ق الجم ُه َُم قدَ غرلَ عُراةَ ُحفاةَ الن‬
َُ ‫ش ُحومَ وبلغَ العر‬
ُ َ‫اآلذان‬
Manusia akan dibangkitkan (dari kematian) dalam keadaan telanjang, tak beralas kaki dan dalam
keadaan belum dikhitanbenar-benar tersumbat keringatnya dan sampai rusaknya telinga

Kata ‫ حفاة‬artinya adalah tidak memakai sandal (alas kaki). Kata ‫ عراة‬artinya adalah tidak tertutupi
(telanjang). Dan kata ‫ غرل‬artinya adalah tidak di-khitan.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

َّ
(َ‫وبأن‬ َ‫)لجهنَّ َُم كافرَ مرجعَ وبأ َّنَ لجنانه ُمسلمَ مرجع‬

Beriman bahwa tempat kembali orang Islam adalah di surga dan tempat kembali orang kafir adalah
neraka jahanam

9. Beriman bahwa surga adalah tempat yang kekal bagi orang Islam dan neraka adalah tempat yang
kekal bagi orang kafir

Bait ini bermaksud memberitahukan bahwa cabang iman yang ke-sembilan yaitu beriman bahwa surga
adalah tempat tinggal kekal (tetap) untuk orang Islam.Yang dimaksud orang Islam di sini adalah orang
yang meninggal dalam keadaan memeluk agama Islam, walaupun sebelumnya iaadalah kafir dan
kemudian ia berpaling untuk memeluk agama Islam.Untukjenis orang yang kedua ini iatidak akan kekal
ditempatkan di neraka, melainkan setelah itu ia akan ditempatkan di surga sebagai tempat tinggal
tetapnya. Oleh karena itu ia tidak di siksa selamanya di neraka, karena ia mati ketikasudah memeluk
agama Islam.Ketika ia dimasukkan ke dalam neraka, ia dalam keadaan mati dalam jangka waktu yang
hanya diketahui oleh Allah SWT, maka ia tidak akan dihidupkan sampai ia keluar dari neraka. Yang
dimaksud mati di sini bukanlah mati yang sebenarnya, yaitu mati dengan keluarnya ruh dari badan,
melainkan sebuah kiasan di mana ia dalam keadaan tidak merasakan siksa neraka.
Kata ‫ جهنَّ َُم‬merupakan kata benda jamak dari kata ‫نيران‬, yaitutempat tinggal kekal (tetap) untuk orang-
orang kafir. Orang kafir di sini adalah orang yang mati dalam keadaan kafir, atau orang yang hidup lama
dalam keadaan Islam, namun kemudian ia berpaling menjadi kafir.Barang siapa yang bersikeras
berangan-angan namun tidak menemukan yang haq (kebenaran), dan meninggalkan taqlid (mengikuti
orang lain dalam melakukan syari’at agama, tanpa mengetahui dasar-dasar hukumnya), dan anak-anak
orang musyrik yang tidak masuk dalam ke kafiran, menurut pendapat yang shahih maka tempat mereka
kelak adalah di surga.

Label kafir dan muslim di sini tidak hanya diperuntukkan bagi manusia saja, melainkan jin juga.

Kata ‫ لجهنَّ َُم‬dalam bait ini dibaca dengan harakat dhammah pada huruf mim-nya, karena untuk
menyesuaikan bentuk akhir bait (dalam sastra Indonesia disebut rima).

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

(َ‫عقابه أليمَ خفَ إلهكَ واحبُب‬ َُ ‫) ُمسل َُم يا تو َّكلنَ ار‬


َ‫ج ولرحمَة‬

Cintailah Tuhan mu, takutlah akan sakitnya siksa-Nya, harapkanlah rahmat-Nya dan bertawakallah
kepada-Nya wahai orang Islam!

Dalam bait ini nadhim menyebutkan empat macam cabang iman yang selanjutnya, sebagai berikut:

10. Mencintai Allah SWT

Secara logical framework, kecintaan kepada Allah digambarkan oleh Imam Sahal sebagai berikut :
a. Ciri-ciri orang cinta kepada Allah adalah cinta pada Al-Qur’an

b. Ciri-ciri orang yang yang cinta Al-Qur’an adalah cinta kepada Nabi Muhammad SAW

c. Ciri-ciri cinta Nabi SAW adalah cinta pada sunah-nya,

d. Ciri-ciri cinta pada sunah Nabi adalah cinta pada akhirat

e. Ciri-ciri cinta akhirat adalah benci terhadap (kehidupan) dunia

f. Ciri-ciri benci dunia adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang berbau duniawi sebagai bekal
untuk menuju akhirat.

Hatim bin Alwan mengatakan bahwa barang siapa yang mengaku-ngaku atas tiga hal tanpa adanya tiga
hal yang lain, maka ia dinilai berbohong. Ketiga hal tersebut yaitu:

a. Barang siapa yang mengaku-ngaku cinta kepada Allah SWT tanpa menjaga dirinya dari hal-hal yang
diharamkan oleh Allah, maka ia telah berbohong.

b. Barang siapa yang mengaku-ngaku mencintai Nabi SAW tanpa mencintai orang-orang fakir, maka ia
telah berbohong.

c. Barang siapa mengaku-ngaku mencintai surga tanpa menginfakkan hartanya, maka ia telah
berbohong.

Sebagian orang-orang bijak (ahli ma’rifat) mengatakan bahwa ketikasebuah iman berada pada kulit hati,
maka iman itu adalah cinta kepada Allah yang hanya berukuran sedang. Namun ketika iman itu berada
di dalam hati, maka iman tersebut adalah benar-benar sangat mencintai Allah dan meninggalkan
kemaksiatan.

Ada beberapa dakwaan cinta yang sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu Al-Fadhil mengatakan;
“Ketika dikatakan kepada mu: Apakah kamu mencintai Allah? Maka hendaklah engkau diam, karena jika
kamu mengatakan “tidak”, maka kamu telah kufur. Namun jika kamu mengatakan “iya”, maka kamu
bukan termasuk orang-orang yang cinta (kepada Allah)”.

11. Takut dengan siksa Allah

Menurut Imam al-Ghozali dalam kitab Ihya' Ulumiddin, tingkatan takut yang terendah adalah mencegah
diri dari perkara-perkara dilarang (haram), dan ini dinamakan dengan wara’.Jika kekuatan takut
bertambah, maka akan menahan diri dari hal-hal yang belum diyakini keharamannya, dan ini dinamakan
dengan takwa. Namun apabila hal tersebut disertai dengan tergabung usaha untuk memurnikan diri dari
hal-hal yang haram atau yang belum jelas keharamannya karena tujuan untuk beribadah kepada Allah
(semata hanya karena Allah) maka hal yang seperti ini akan mengakibatkan seseorang untuk tidak
membangun tempat tinggal yang kelak tidak ia tinggali, tidak mengumpulkan makanan yang kelak tidak
ia makan, tidak menghiraukan hal-hal yang bersifat duniawi karena ia mengetahui bahwa hal-hal
duniawi akan membuatnya terpisah dari Allah dan tidak sedikitpun mengeluarkan nafasnya untuk
makhluk selain Allah atau untuk kepentingan ibadah kepada selain Allah, maka hal yang seperti ini
dinamakan dengan as-shidqu (jujur), sedangkan untuk orang yang melakukannya dinamakan dengan as-
shiddiqu (orang yang banyak jujurnya). Perbuatan yang seperti ini tergolong ke dalam as-shidqu at-
taqwa (kebenaran takwa), at-taqwa al-war’u al-‘iffatu(takwa yang memilah-memilih dan menjaga diri
dari hal-hal yang tidak bermanfaat atau yang haram).

Jadi iffah (meninggalkan yang haram) masuk dalam wara', wara' masuk dalam takwa, dantakwa
termasuk dalam shidqun.

12. Mengharapkan rahmat Allah SWT

Allah SWT berfirmandalam surat az-Zumar ayat 53:

َ‫طوا لَ انفُسهمَ على اسرفُوا الَّذينَ عباديَ يا قُل‬


ُ ‫ن للاَ رحمةَ منَ تقن‬
ََّ ‫الرحي َُم الت َّ َّوابَُ هُوَ انَّ َهُ جميعا الذُّنُوبَ يغف َُر للاَ ا‬
َّ (٥٣)
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 53).

Dan Nabi Muhammad SAW bersabda:

َ‫الراجى الفاج ُر‬


َّ َ‫القانطَ العابدَ منَ تعالى للاَ الى اقربَُ تعالى للاَ لرحمة‬

Orang ceroboh yang mengharapkan rahmat Allah SWTadalah lebih dekat dengan Allah SWT, dari pada
ahli ibadah yang putus asa (terhadap rahmat-Nya).

‫مات ثم تعالى للا رحمة من الناس ويقنط نفسه على ويشدد العبادة في يجتهد الماضية األمم في كان رجال أنَ أسلم بن زيد عن عمر عن روى‬
‫من اليوم أقنطك فأنا الدنيا في رحمتي من الناس تقنط انك فقال واجتهادي عبادتي فأين ربَ يا فقال النار لك فقال عندك مالي ربَ يا فقال‬
‫رحمتي‬

Diriwayatkan dari Umar dari Zaid bin Aslam: “Di masyarakat jaman dahulu terdapat seorang laki-laki
yang bersungguh-sungguh dalam beribadah dansangat menjaga nafsunya, namun ia membuat orang
lain menjadi putus asa dari rahmat Allah SWT. Kemudian ia mati, lalu berkata: “Ya Tuhan, hartaku ada
padamu”. Lalu Allah menjawab: “Bagi mu lah neraka”. Ia berkata: “Lalu di manakah ibadah dan
kesungguh-sungguhanku dahulu?”. Allah menjawab: “Saat di dunia kamu sudah membuat orang lain
putus asa terhadap rahmat-Ku, maka Aku pun membuat mu putus asa dari rahmat-Ku””.

Dalam kitab Ihya' Ulumiddin dijelaskan bahwa hakikat dari sebuah harapan adalah membuat hati
menjadi senang karena mengharapkan apayang dicintai menjadi milik hati.Pada hal ini apa yang dicintai
tersebut haruslah realistis dan mempunyai sebab atau alasan. Jika alasan yang melandasinyaberlubang
atau mengalami kebocoran, maka harapan tersebut dinilai sebagaibujuk rayuan dan kebodohan saja.
Namun apabila alasan yang melandasi harapan tersebutdiketahui keberadaannya dan tidak diketahui
ketidakberadaannya, maka harapan tersebut dinilai sebagai sebuah pengharapan.

Apabila yang menjadi kehendak hati adalah sesuatu yang ada pada masa lalu, maka harapan tersebut
disebut dengan pengingat-ingat. Apabila yang menjadi kehendak hati adalah sesuatu yang ada pada
masa sekarang, maka harapan tersebut disebut dengan penemuan dan kesempatan merasakan.Namun
apabila yang menjadi kehendak hati adalah sesuatu yang ada pada masa mendatang, maka harapan
tersebut disebut dengan penantian. Jika yang dinanti-nanti adalah sesuatu yang dikhawatirkan atau
tidak diinginkan terjadinya, maka akan menimbulkan sakit hati,dan kehendak hati itu disebut
kekhawatiran. Namun jika yang dinanti-nanti adalah sesuatu yang disukai atau diharapkan terjadinya,
maka akan membuat kenyamanan, ketenangan dan kebahagiaan di dalam hati, dan kehendak hati itu
disebut kebahagiaan.

13. Tawakal kepada Allah SWT

Dalam surat al-Ma'idah ayat 23 Allah SWT berfirman yang antara lain sebagai berikut:

َُ ‫ّللاُ أنعمَ يخافُونَ الَّذينَ منَ ر‬


َ‫جالنَ قال‬ ََّ ‫ّللا وعلى غالبُونَ فإنَّ ُكمَ دخلت ُ ُموَهُ فإذا البابَ عليه َُم اد ُخلُوا عليهما‬
ََّ ‫( ُمؤمنينَ ُكنتُمَ إنَ فتو َّكلُوا‬٢٣)

Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat
atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu
memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika
kamu benar-benar orang yang beriman". (QS. Al-Maidah: 23).

Tawakal mempunyai tiga tingkatan sebagai berikut:

a. Tingkatan di mana keadaan seseorang yang tawakal berada pada tanggungan Allah dan
bergantung pada naungan dan perlindungan-Nya, sebagaimana keadaan di mana iapercaya untuk
tawakal.

b. Tingkatan di mana keadaan orang yang tawakal bersama dengan Allah, sebagaimana keadaan
seorang anak kecil yang masih berada pada penjagaan ibunya, di mana anak kecil tersebut hanya
mengenal, takut dan berpegang pada ibunya saja.Jika ia melihat ibunya, maka bergantunglah semua
keperluaannya kepada ibunya. Jika terjadi sesuatu terhadap dirinya, sedangkan ibunya tidak ada
disampingnya, maka satu kata yang akan keluar dari mulut anak itu adalah kata “Ibu…”, dan yang
pertama ia khawatirkan adalah ibunya. Hal ini diseababkan karena anak kecil tersebut sangat
bergantung pada naungan, penjagaan dan kasih sayang ibunya.

c. Tingkatan di mana seseorang yang tawakal berada di bawah kendali Allah, baik ketika ia bergerak
ataupun diam. Orang yang tawakal tidak bisa memberontak dan mengelak dari Allah, kecuali ia hanya
bisa melihat bahwa dirinya adalah jasad yang sudah mati dan digerakkan ataskuasa-Nya. Jadi orang yang
tawakal di sini adalah ibarat orang mati yang pasrah di bawah kendali orang yang memandikannya, dan
ia pun tidak dapat memberontak ketika tubuhnya digerakkan oleh tangan orang yang
memandikannya.Pada tingkatan yang ketiga ini berlaku bagi seseorang yang benar-benar kuat imannya,
bahwa Allah SWT adalah Dzat yang mengerakkan.

Tawakal yang ketiga merupakan tawakal tingkatan tertinggi. Tawakal yang pertama adalah tingkatan
tawakal yang paling rendah. Sedangkan tawakal yang kedua adalah tingkatan tawakal yang sedang atau
di atas jenis tawakal yang pertama.

Tawakal terdiri dari tiga unsur, yaitu: makrifat, keadaan hati, dan amal.

Makrifat, yaitu keyakinan dan kesadaran hati bahwa selain dari Allah Ta'ala tidak ada yang dapat
mendatangkan sesuatu manfaat atau kenikmatan kepada kita. Sedangkan keyakinan atau iman di sini
terdiri dari empat tingkat:

Iman dari orang munafik

Yaitu orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat tetapi hatinya sama sekali tidak meyakini
kebenaran makna yang terkandung dalam dua kalimah syahadat.

Ilmul yaqin

Yaitu keyakinan dari orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat dan hatinya meyakini kebenaran
makna yang terkandung dalam dua kalimah syahadat berdasarkan ilmu yang dipelajari.

Aynul yaqin

Sebagai kelanjutan dari tingkat kedua, yaitu keyakinan dari orang yang telah jernih pandangan mata
hatinya sehingga dapat memandang kekuasaan Allah melalui segala sesuatu yang dipandang oleh mata
kepalanya.

Haqqul yaqin

Sebagai kelanjutan dari tingkat ketiga, yaitu keyakinan dari orang yang hatinya benar-benar telah dapat
menyadari dan menghayati hakekat dari wujud dan kekuasaan Allah SWT.

Hal atau keadaan hati dari orang yang bertawakal terdiri dari tiga urutan tingkat:
Keadaan orang yang bertawakal mengenai hak Allah dan mengenai keyakinannya terhadap tanggungan
dan pertolongan Allah SWT seperti keadaan mengenai keyakinan hatinya kepada kemampuan seorang
wakil yang menangani urusannya.

Keadaan orang yang bertawakal terhadap Allah SWT seperti keadaan anak kecil terhadap ibunya

Yaitu kondisi anak kecil yang tidak mengenal orang lain, selain ibunya. Tidak berlindung dari kesulitan
kecuali kepada ibunya. Tidak bersandar dan tidak menggantungkan segala keperluannya kecuali kepada
ibunya. Jika melihat ibunya niscaya dirangkulnya. Jika ada sesuatu yang menimpa dirinya sewaktu ibunya
tidak ada, maka ucapan yang pertama kali keluar dari mulutnya adalah,"Ibu!". Yang pertama kali
tergerak dalam hatinya adalah ibunya. Sesungguhnya ia benar-benar telah yakin terhadap pemeliharaan
dan kasih sayang ibunya dengan keyakinan yang penuh.

Keadaan orang yang bertawakal terhadap Allah dalam setiap gerak dan diamnya seperti mayat di tangan
orang yang memandikannya; ia tidak berpisah dengan Allah karena melihat dirinya bagaikan mayat yang
digerakkan oleh kekuasaan Allah yang azali, seperti mayat yang digerakkan oleh tangan orang yang
memandikannya. Inilah tingkat tawakal yang paling tinggi dari orang yang telah kuat iman dan
keyakinannya bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Penggerak.

Amaltawakal terdiri dari tiga macam, yaitu:

1. Jalbun nafi'

Yaitu melakukan pekerjaan yang dapat menjadi sebab dari kedatangan manfaat. Terdiri dari tiga tingkat:

a. Meyakinkan

Seperti menyuap nasi yang sudah tersedia bagi orang yang ingin menghilangkan rasa lapar dari
perutnya.

b. Diduga keras

Seperti menanak nasi bagi orang yang ingin menghilangkan rasa lapar dari perutnya, dan berasnya
sudah tersedia.

c. Diperkirakan

Seperti mencari uang untuk membeli beras bagi orang yang ingin menghilangkan rasa lapar dari
perutnya.
2. Qath'ul adza

Yaitu melenyapkan atau menghilangkan hal-hal yang dapat merusak kemanfaatan yang ada. Terdiri dari
tiga tingkat:

a. Meyakinkan

Seperti meminum obat dari dokter bagi orang yang ingin menghilangkan rasa sakit dari badannya.

b. Diduga keras

Seperti pergi ke apotik untuk membeli obat resep dari dokter bagi orang yang ingin menghilangkan rasa
sakit dari badannya.

c. Diperkirakan

Seperti mencari uang untuk membeli obat resep dari dokter bagi orang yang ingin menghilangkan rasa
sakit dari badannya.

3. Daf'ul madlarrat

Yaitu menolak kedatangan hal-hal yang dapat merusak kemanfaatan yang ada. Terdiri dari tiga tingkat:

a. Meyakinkan

Seperti menghalau atau mengusir kucing yang akan makan ikan yang ada di meja makan.

b. Diduga keras

Seperti menyimpan ikan dalam lemari makan dan menguncinya agar tidak dimakan kucing.

c. Diperkirakan

Seperti pergi untuk membeli lemari makan guna menyimpan ikan agar tidak dimakan kucing.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:

(َ‫)مأث َُم بكَ يُرى ما بدينكَ وابخلَ قدرَهُ عظمَ ثُمَ نبيُّكَ واحبُب‬

Cintailah Nabi mu kemudian tinggikanlah derajat beliau dan jadilah bakhil bagi agama mu jika apa yang
ada pada dirimu adalah dosa

Dalam bait ini Nadhimmenuturkan tiga macam cabang iman yang selanjutnya, sebagai berikut:

14. Mencintai Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW bersabda:

َ‫اجمعينَ والنَّاسَ ووالدهَ وولدهَ ومالهَ نفسهَ منَ اليهَ احبََّ اكُونَ حتَّى اح ُد ُكمَ يُؤمنَُ ل‬

Tidaklah beriman salah satu di antara kalian hingga ia lebih mencintai ku dari pada dirinya sendiri,
hartanya, anaknya, orang tuanya dan semua orang.

Yang dimaksud dari kata ‫ الناس‬adalahselain orang-orang yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu seperti
kerabat, kenalan, tetangga, sahabat dan lainnya.

Cinta kepada Rasulullah SAW adalah cinta kepada Allah SWT, begitu juga cinta kepada ulama dan
kekasih-kekasih Allah yang bertakwa.Mengapa bisa demikian?Karena Allah mencintai mereka dan
mereka pun mencintai Allah, dan pada hakikatnya tidak ada yang berhak untuk dicintai kecuali Allah
semata.Semua itu kembali kepada kecintaan yang asli dan tidak boleh melampauinya. Karena pada
hakekatnya sama sekali tidak ada yang dicintai bagi orang-orang yang tajam pandangan mata hatinya
kecuali Allah Ta'ala, dan sama sekali tidak ada yang berhak untuk dicintai kecuali Allah SWT.

15. Menjunjung dan memuliakan derajat Nabi Muhammad SAW

Dalam hal ini hendaklah seseorang mengetahuiakan tingginya derajat Nabi SAW, sopan santun ketika
menyebut nama beliau, senang mendengar nama dan hadis-hadis Nabi, memperbanyak membaca
shalawat dan salam untuk Nabi SAW, dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti sunnah Nabi SAW.
Allah SWT berfirman:

‫( تشعُ ُرونَ لَ وانتُمَ اعمالُ ُكمَ تحبطَ انَ لبعضَ بعض ُكمَ كجهرَ بالقولَ ل َهُ تجه ُروا ولَ النَّبيَ صوتَ فوقَ اصوات ُكمَ ترفعُوا لَ آمنُوا الَّذينَ ايُّها يآ‬٢)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan
janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian
kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak menghapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak
menyadari. (QS. Al-Hujuraat: 2).

16. Bakhil terhadap agama Islam

Dalam hal ini dicontohkan ketika seseorang lebih memilih dibunuh dan dimasukkan ke dalam api dari
pada ia menjadi kufur, karena ia mengetahui bahwa agamanya lebih mulia dari pada harta dan anak-
anaknya.

Diceritakan bahwa Umar ibn Abdul Aziz semasa kekhalifahannya, ia pernah mengutus pasukan ke
daerah Romawi untuk keperluan perang. Saat perang terjadi, para pasukan tersebut dapat ditaklukkan,
dan 20 orang dari mereka dijadikan tawanan.Saat kedua puluh orang tersebut ditawan, kaisar Romawi
menawarkan kepada salah satu di antara mereka untuk masuk dalam agamanya dan menyembah
berhala.
Kaisar Romawi: “Hai orang muslim, jika kamu masuk ke dalam agama ku dan bersujud pada berhala,
maka aku akan menjadikan mu seorang pemimpin di sebuah kota besar dan aku akan memberikan mu
ilmu, kebebasan, gelas, terompet dari perunggu. Namun jika kamu tidak mau masuk ke dalam agama ku,
maka akau akan memenggal leher mu”.

Tawanan : “Aku tidak menjual agama ku dengan perkara duniawi”.

Sang kaisar pun memerintahkan algojonya untuk memenggal leher tawanan tersebut. Kemudian
dipenggallah leher tawanan tersebut di tengah alun-alun dan kepalanya diarak mengelilingi alun-alun,
namun seketika itu kepala tawanan yang sudah terpenggal itu membaca ayat:

َُ ‫( ال ُمطمئنَّ َةُ النَّف‬٢٧) ‫( مرضيَّةَ راضيةَ ربكَ إلى ارجعي‬٢٨) ‫( عبادي في فاد ُخلي‬٢٩) ‫( جنَّتي واد ُخلي‬٣٠)
‫س أيَّتُها يا‬

Hai jiwa yang tenang (27).Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya
(28).Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku (29),masuklah ke dalam surga-Ku (30). (QS. Al-
Fajr: 27-30).

Sang kaisar pun marah mendengarnya.Kemudian sang kaisar memanggil tawanan yang kedua dan
berkata padanya.

Kaisar : “Masuklah ke dalam agama ku! Aku akan menjadikan mu seorang pemimpin di Mesir. Jika
tidak, aku akan memenggal leher mu seperti teman mu itu”.

Tawanan itu pun menjawab: “Aku tidak menjual agama ku dengan perkara duniawi. Kamu memang
mempunyai kekuasaan untuk memotong leher orang, namun kamu tidak mempunyai kekuasaan untuk
memotong iman seseorang”.

Kemudian sang kaisar pun memerintahkan algojonya untuk memenggal leher tawanan itu. Sebagaimana
perlakuan yang diberikan kepada tawanan yang pertama, kepala tawanan yang kedua juga diarak
mengelilingi alun-alun tiga kali putaran. Seketika itu kepala tawanan yang kedua itu membaca ayat:

ُ ُ‫( دانيةَ ق‬٢٣)


َ‫( راضيةَ عيشةَ في ف ُهو‬٢١) ‫( عاليةَ جنَّةَ في‬٢٢) ‫طوفُها‬
Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai (21),dalam surga yang tinggi (22),buah-
buahannya dekat (23). (QS. Al-Haqqah: 21-23).

Sang kaisar pun sangat marah sekali.Diletakkanlah kepala tawanan kedua tersebut di tempat kepala
tawanan yang pertama.Kemudian sang kaisar memanggil tawanan yang ketiga, seorang muslim yang
celaka, dan berkata kepadanya.

Kaisar : “Janganlah berbicara! Apakah kamu bersedia masuk ke dalam agama ku?Aku akan menjadikan
mu seorang pemimpin”.

Celakalah tawanan yang ketiga ini, ia berkata: “Baiklah, aku mau masuk ke dalam agama mu”.

Ia lebih memilih perkara dunia dari pada perkara akhirat.

Sang kaisar berkata kepada mentrinya: “Catatlah dia! Berikan dia kebebasan, gelas dan terompet dari
perunggu!”.

Sang mentri berkata: “Wahai rajaku!Bagaimana aku dapat memberinyajika tanpa tes”.

Sang kaisar berkata: “Katakan padanya: “Jika perkataan mu memang benar, maka bunuhlah satu orang
teman mu”.

Tawanan ketiga itu berkata: “Aku berkata benar”,

Kemudian ia menarik satu temannya lalu membunuhnya. Lalu sang kaisar memerintahkan mentrinya
untuk mencatatnya.

Sang mentri berkata kepada kaisar: “Ini sungguh tidak masuk akal, anda mempercayai perkataannya.Dia
tidak memperdulikan hak temannya sendiri yang telah lahir dan tumbuh besar bersamanya.Lalu
bagaimana dia bisa perduli dengan hak kita”.
Sang kaisar pun memerintahkan algojonya untuk memenggal leher tawanan tersebut.Dan diaraklah
kepala tawanan ketiga tersebut keliling alun-alun tiga kali putaran. Kemudian seketika itu kepala
tersebut membaca ayat:

ََّ ‫( النَّارَ في منَ تُنق َذُ أفأنتَ العذابَ كلم َةُ عليهَ ح‬١٩)
َ‫ق أفمن‬

Apakah (kamu hendak merobah nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan azab atasnya? Apakah
kamu akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka? (QS. Az-Zumar: 19).

Lalu diletakkanlah kepala tawanan itu dipojok alun-alun dipisahkan dari kepala teman-temannya yang
sebelumnya.Maka siksa dari Allah lah bagi tawanan ketiga ini.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

(َ‫الربَ كالمَ عظمَ* الورى لقن َهُ ث ََُّم لعلمَ واطلُب‬


َّ َ‫)تُعص َُم واط ُهر‬

Carilah ilmu kemudian amalkanlah ilmu tersebut kepada orang lain!, muliakanlah kalam Tuhan (Al-
Qur’an)!, dan bersucilah! Niscaya (kamu) akan selalu terjaga(dari cobaan, bencana, musibah dan wabah
penyakit).

Dalam bait ini Nadhim menyebutkan empat macam cabang iman yang selanjutnya sebagai berikut:

17. Mencari ilmu


‫ قال مسعود بن للا عبد عن‬: ‫الدُّنيا عُمرَ منَ ل َهُ خيرا كانَ ودُنياَهُ آخرتهَ فى بهَ ينتف َُع العلمَ منَ بابا تعلَّمَ منَ وسلم عليه للا صلى للا رسول قال‬
َ‫مردُودَ غيرَ مقبُولَ لياليها وقيامَ نهارها صيامَ سنةَ آلفَ سبعة‬

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang
mempelajari satu pembahasan ilmu kemudian ia mengambil manfaatnya di dalam dunia dan akhirat,
maka ilmu tersebut lebih baik baginya dari pada umur tujuh ribu tahun hidup di dunia yang setiap
siangnya ia berpuasa dan pada malam harinya ia beribadah seraya amal-amal tersebut diterima oleh
Allah tanpa ditolak sedikitpun”

‫ن العلمَ تعلَّ ُموا وسلم عليه للا صلى للا رسول قال قال جبل بن معاذ عن‬ ََّ ‫عبادةَ وطلب َهُ جهادَ عن َهُ والبحثَ تسبيحَ ودراست َهُ حسنةَ ِلَ تعلُّم َهُ فا‬
ُ َُ ‫ل و ُمذاكرت َهُ الصيامَ يعد‬
ُ‫ل العلمَ فى والفكرَ قربةَ لهلهَ وبذل َهُ صدقةَ وتعليم َه‬ َُ ‫القيامَ تعد‬

Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Pelajarilah ilmu!Jika hal itu dilakukan
karena Allah, maka akan dinilai sebagai satu kebaikan. Mempelajarinya dinilai seperti membaca tasbih,
mencarinya dinilai sebagai jihad dan memperolehnya dinilai sebagai ibadah, mengajarkannya dinilai
sebagai sedekah, mewariskannya kepada ahlinya dinilai sebagai qurbah (mendekatkan diri kepada
Allah), memikirkannya dinilai layaknya melakukan puasa, mendiskusikannya dinilai layaknya melakukan
qiyamul lail (ibadah di malam hari)”

‫النَّارَ منَ بحرَ وبين َهُ بينكَ كانَ ولوَ العلمَ اُطلُبَ وسلم عليه للا صلى للا رسول قال‬

Rasulullah SAW bersabda: “Tuntutlah ilmu walau disekeliling mu dan disekelilingnya (ilmu tersebut)
adalah lautan api!”

‫اللَّحدَ الى المهدَ منَ العلمَ اُطلُبَ وسلمَ عليه للا صلى للا رسول قال‬

Rasulullah SAW bersabda: “Tuntutlah ilmu semenjak di atas ayunan (ketika masih bayi) hingga liang
lahat (sudah meninggal)!”

Jadi, menuntut ilmu merupakan kewajiban di mana pun dan kapan pun saja.

Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa terdapat empat macam ilmu, yaitu; ilmu fiqih untuk urusan
agama, ilmu kedokteran untuk urusan jasmani, ilmu perbintangan untuk urusan waktu, dan ilmu nahwu
untuk urusan lisan.
a. Ilmu fiqih untuk membetulkan amalan dan urusan agama.

b. Ilmu kedokteran untuk menyehatkan jasmani / badan.

c. Ilmu falak (perbintangan) untuk menentukan waktu, terutama waktu salat.

d. Ilmu nahwu untuk membetulkan lisan / bacaan.

Ketahuilah! Ilmu jika dilihat dari sisi cara memperolehnya terbagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Kasbiy / Usaha, adalah ilmu yang dihasilkan dari usaha membiasakan belajar dan membaca
bersama seorang guru.

b. Sima’iy / Mendengarkan, adalah ilmu yang diperoleh dengan belajar dari ulama, yaitu dengan
menyimak pelajaran agama dan dunia. Ilmu ini hanya dapat diperoleh dengan mencintai
ulama,membaur, berkumpul dansering bertanya-jawab kepada mereka.Dan diwajibkan dalam
memperoleh ilmu ini bagi orang yang menuntutnyauntuk berniat memperoleh ridha Allah SWT, desa
akhirat (surga), menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari segala macam kebodohan,
menghidupkan agama dan menjaga Islam dengan ilmu. Dengan adanyailmu ini hendaknya ia bersyukur
atas nikmat akal dan kesehatan badan yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Namun sebaliknya,
janganlah ia berniatan bahwa dengan ilmu ini ia dapat membanding-bandingkannya dengan orang lain,
dengan ilmu ini ia dapat memperoleh harta dunia, dan ia bisa mendapatkan kemuliaan dari penguasa
dan yang lainnya.

18. Mengajarkan ilmu agama

Nabi Muhammad SAW bersabda :

َّ ‫الغائبَ من ُك َُم ال‬


َ‫شاه َُد ليُبلغ‬
Hendaklah orang yang sudah menyaksikan (hadir dalam pengajian) dari kalian untuk memberitahukan
kepada orang yang tidak hadir (dalam pengajian) pelajaran yang sudah diajarkan (saat pengajian).

Maksudnya yaitu, wajib bagi seseorangdari kalian yang sudah menyimak apa yang aku (Nabi
Muhammad SAW) katakan untuk memberitahukan perkataankutersebut kepada orang yang tidak
mnyimaknya.

Hadis ini merupakan pesan untuk para sahabat dan generasi setelahnya hingga hari kiamat. Diharuskan
bagi ahlu ilmi (orang yang memiliki ilmu) untuk menyampaikan ilmunya. Setiap orang yang mempelajari
satu masalah, maka ia sudahtermasuk ke dalam ahlu ilmi (orang yang memiliki ilmu). Dan setiap orang
bodoh yang mengetahui syarat-syarat salat, hendaklah ia memberitahukannya kepada orang lain (yang
tidak mengetahuinya), jika tidak, maka sama artinya ia telah mengajak orang lain (yang tidak
mengetahuinya)untuk melakukan dosa.

Wajib bagi setiap masjid dan kampung suatu kota untuk mempunyai satu ahli ilmu yang dapat
mengajarkan ilmu dan memberikan pemahaman kepada masyarakat. Setiap ahli agama setelah selesai
melaksanakan fardlu 'ain, yaitu mengajar di daerahnya sendiri, melakukan fardlu kifayah, yaitu keluar ke
daerah yang berdekatan dengan daerahnya, untuk mengajarkan agama dan kewajiban syariat kepada
penduduk desa tersebut. Pada saat itu hendaklah ia membawa bekal sendiri untuk ia makan nantinya,
sehingga ia tidak memakan makanan mereka (penduduk desayang diajar).

Jika sudah ada salah seorang yang menunaikan kewajiban ini, maka gugurlah dosa dari para ahli ilmu
yang lain. Jika tidak ada sama sekali orang yang menunaikan kewajiban ini, maka dosanya akan menimpa
semua orang. Orang yang alim berdosa karena keteledorannya tidak mau pergi ke daerah tersebut;
sedangkan orang yang bodoh berdosa karena keteledorannya dalam meninggalkan menuntut
ilmu.Begitulah pendapat yang dikatakan oleh Ahmad As-Sahimi yang diambil dari perkataan Al-Ghazali.

Kemudian ketahuilah juga! Bahwa orang alim akhirat (mahir dalam ilmu akhirat / ingin mencari
kebahagiaan akhirat) mempunyai tiga ciri-ciri, yaitu:

a. Dia tidak mencari perkara dan kesenangan duniawi dengan ilmu yang ia miliki.

b. Dia bermaksud untuk menyibukkan dirinya dengan ilmu-ilmu ukhrawiyah (yang bersifat akhirat),
sehingga konsentrasinya hanya tertuju pada ilmu batin untuk memperbaiki hatinya.
c. Dia senantiasa berpegang teguh terhadap ilmunya dengan cara taqlid(mengikuti) kepada ahli/
pemilik syari’at, yakni Nabi Muhammad saw, baik dalam ucapan maupun perbuatannya.

Adapun orang yang tidak mempergunakan ilmunya untuk mencari perkara duniawi mempunyai lima ciri-
ciri:

a. Tidak berlawanannya ucapan dan perbuatannya, sehingga ia menjadi orang yang senantiasa
mengerjakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

b. Dia menjadikan ilmunya sebagai timbangan untuk mengukur seberapa kemampuannya. Dia sangat
taat kepada Allah dan menjaga dirinya dari ilmu-ilmu yang bersifat untuk beradu argumentasi saja.

c. Dia sangat menjauhi kemewahan dalam hal makanan,tempat tinggal, perabot rumah dan pakaian.

d. Dia tidak suka berbaur dengan pemerintah, kecuali untuk memberikan nasehat kepadanya,
mencegah dia melakukan kedhaliman dan membantunya dalam mencari ridla Allah SWT.

e. Dia tidak terburu-buru dalam memberikan fatwa. Dia sangat berhati-hati dalam berbicara.
Bertanyalah kepada orang yang ahli fatwa!. Dia sangat menghindari melakukan ijtihad (yang ceroboh)
ketika duduk masalahnya tidak jelas. Namun jika terdapat masalah yang tidak mudah untuk diijtihadi,
maka dengan terus terang dia akan mengatakan: “Aku tidak mengerti”.

19. Mengagungkan dan memuliakan Al-Qur’an

Ada beberapa bentuk cara mengagungkan dan memuliakan Al-Qur’an, sebagai berikut:

a. Membacanya dalam keadaan suci.

b. Menyentuhnya hanya ketika dalam keadaan suci saja.


c. Bersiwak dan membersihkan gigi ketika hendak membacanya.

d. Duduk tegap saat membacanya, kecuali pada saat salat. Jadi seseorang tidak boleh membacanya
denganposisi berbaring.

e. Membacanya dengan mengenakan pakaian yang baik dan bersih, karena ketika membaca Al-
Qur’an sama artinya sedang bermunajat kepada Allah.

f. Membacanya dengan posisi menghadap kiblat.

g. Berkumur sehabis mengeluarkan dahak.

h. Menahan bacaan ketika sedang menguap.

i. Membacanya dengan pelan-pelan dan tartil (sesuai kaidah tajwid).

j. Memperhatikan setiap hurufnya sesuai dengan makhraj-nya.

k. Tidak meletakkannya di sembarang tempat.

l. Tidak meletakkan buku lain di atasnya, sehingga selamanya Al-Qur’an akan menjadi kitab suci yang
paling mulia dari pada buku-buku lainnya.

m. Meletakkannya pada tempat khusus Al-Qu’an saat membacanya atau di atas sesuatu yang tingginya
antara kedua tangan. Sehingga tidak meletakkannya di lantai.

n. Tidak membuka setiap lembarnya dengan tangan yang dibasahi dengan air ludah, akan tetapi
memakai air yang bersih.
o. Tidak memakai lembaran Al-Qur’an yang rusak untuk menjaga (menyampuli) buku-buku
lain.Namun jika hal yang seperti ini (membuat sampul buku dari lembaran Al-Qur’an yang telah rusak
dan usang) dilakukan, maka itu termasuk perbuatan yang sangat keji. Oleh karena itu hendaklah
lembaran-lembaran yang telah usang dan tidak bisa dipakai lagi itu dilebur menggunakan air.

p. Tidak membacanya di pasar,di tempat yang gaduh dan ramai, dan di tempat berkumpulnya orang-
orang bodoh.

q. Ketika memakai Al-Qur’an untuk pengobatan penyakit, yaitu dengan melebur tulisan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan air. Pada saat tulisan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut sudah terlebur ke dalam air,
hendaklah tidak menumpahkan air basuhan Al-Qur’an tersebut di sembarang tempat, seperti; tempat
yang najis dan tempat yang berkemungkinan untuk diinjak kaki, akan tetapi tempatkan pada tempat-
tempat yang terhindar dari injakan kaki atau dengan cara membuat sebuah luangan di tempat yang suci
lalu menuangkan air tersebut ke tubuh orang yang sakit di dalam lubang yang sudah dibuat tadi, lalu
menutup lagi lubang tersebut ketika sudah selesai dipakai, atau juga dapat dilakukan di sungai besar
yang mengalir airnya. Allah akan mencatat setiap orang yang menulis dan membacanya (ayat-ayat Al-
Qur’an), dan berniatan mulia dalam melakukannya. Niscaya Allah akan memberikan apa yang dia
niatkan.

20. Bersuci

Allah SWT berfirmandalam al-Quran surat al-Maidah ayat 6:

‫صالةَ الى قُمتُمَ اذا آمنُوا الَّذينَ ايُّها ييآ‬ َّ ‫ُجنُبا ُكنتُمَ وانَ الكعبينَ الى وار ُجل ُكمَ ب ُر ُؤوس ُكمَ وامس ُحوا المرافقَ الى وايدي ُكمَ ُو ُجوه ُكمَ فاغسلُوا ال‬
َّ
‫فامس ُحوا طيبا صعيدا فتي َّم ُموا مآءَ تجدُوا فلمَ النسآءَ لمست َُُم اوَ الغائطَ منَ من ُكمَ احدَ جاءَ اوَ سفرَ على اوَ مرضى ُكنتُمَ وانَ فاط َّه ُروا‬
َ َ‫( تش ُك ُرونَ لعلَّ ُكمَ علي ُكمَ نعمت َهُ وليُت ََّم ليُطهر ُكمَ يُري َُد ولكنَ حرجَ منَ علي ُكمَ ليجعل‬٦)
َ‫ّللاُ يُري َُد ما من َهُ وايدي ُكمَ ب ُو ُجوه ُكم‬

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakitatau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuhperempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6).
Nabi Muhammad SAW bersabda:

ُّ ‫ا‬
َ‫لط ُهو ُرشط ُراإليمان‬

Kesucian adalah sebagian dari (pahala)iman

Syeikh As-Sahimiy membaca kata ‫ الطهور‬dengan huruf tha’ yang ber-harakatdhammah yang mempunyai
arti wudlu secara dhahir dan batin mempunyai setengah pahalanya iman.

Syeikh Al-Hatim berkata kepada Ashim bin Yusuf:“Ketika waktu dhuhur tibaNabi berwudhu dua kali,
yaitu wudhu dhahir dan batin”. Kamudian Ashim berkata: “Bagaimana bisa demikian?”. Al-Hatim
menjawab: “Untuk wudhu dhahir anda sudah mengetahuinya, adapun wudhu batin adalah taubat
dengan penyesalan, meninggalkan dendam, menipu, keragu-raguan, sombong, meninggalkan cinta akan
perkara duniawi, meninggalkan cinta akan pujianmakhluk (manusia) dan meninggalkan kebiasaan
senang menjadi pengharapan orang lain. Demikianlah”.

Nadhim mengatakanbahwa kata ‫ تُعص َُم‬pada bait ini dibaca dengan huruf mim yang ber-harakat
dhammah dan kata ini mempunyai mubtada’ yang tersimpan dengan posisi i’rabjazmkarena menjadi
jawab dari amr (perintah), bentuk selengkapnya adalah sebagai berikut:

َ‫البالء من تُعص َُم فأنت‬

Maka kamu akan terjaga dari musibah

Yang demikian memang benar, karena bersuci dapat menghindarkan dari musibah. Demikianlah
sebagaimana yang diriwayatkan dari sebagian ulama.

Sahabat Umar r.a. berkata:

َ‫الشيطان عنك يطرد الصالح الوضوء إن‬


Wudhu yang benar dapat menghindarkan mu dari setan.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

(َ‫صالةَ صل‬
َّ ‫صمَ ثمَ مالكَ وزكَ ال‬
ُ َ‫ج واع ُكف‬ ََّ ‫)فتُكر َُم وجاهد‬
ََّ ‫ن و ُح‬

Salatlah engkau, zakatilah hartamu, kemudian puasalah; dan lakukan i'tikaf, haji, dan berjuangdengan
sungguh-sungguh, maka engkau akan dimuliakan".

Di dalam bait ini nadhim menyebutkan enam macam cabang iman yang selanjutnya, sebagai berikut:

21. Menunaikan salat fardhu lima waktupada waktunya dengan sempurna

Maksudnya adalah menunaikan salat fardhu lima waktu pada waktunya secara sempurna.Rasulullah
SAW bersabda:

َ‫صالَة ُ اإليمانَ عل ُم‬


َّ ‫ُمؤمنَ ف ُهوَ ب ُحدُودها عليها وحافظَ قلبُ َه ُ لها فرغَ فمنَ ال‬

Tanda-tanda iman adalah salat, barang siapa yang selesai salat dan menjaganya dengan batasan-
batasannya, maka ia adalah seorang mukmin (orang yang beriman).

Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seseorang mengenai tanda-tanda orang mukmin dan munafiq,
kemudian beliau menjawab:
َ‫والعبادة والصيام الصالة في همته المؤمن ان‬. ‫كالبهيمة والشرب الطعام في همته والمنافق‬

Orang mukmin mempunyai hasrat untuk salat, puasa dan ibadah. Sedangkan orang munafiq mempunyai
hasrat untuk makan dan minum seperti binatang.

22. Menunaikan zakat kepada yang berhak dengan niat khusus

Maksudnya adalah menunaikan zakat kepada orang yang berhak menerimanya dengan niat khusus,
yaitu seseorang berniat dengan sepenuh hati untuk menunaikan zakat fardhu (zakat fitrah), dan ia tidak
boleh memilih-milih menentukan harta tertentu. Apabila ia memiliki satu nishab emas, perak, hewan
ternak, biji-bijian, buah kurma atau anggur, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya dan diberikan kepada
delapan golongan orang yang berhak menerima zakat atau beberapa golongan saja yang dijumpai dari
delapan golongan tersebut, di antaranya yaitu; orang faqir, miskin, musafir yang membutuhkan
perbekalan, orang yang mempunyai banyak hutang. Rasulullah SAW bersabda:

‫الزكاَة ُ خالطتَ ما‬ َُّ ‫لَّ ق‬


َّ َ‫ط مال‬ َ ‫اهلكت َه ُ ا‬

Harta zakat yang tercampur dengan harta lain akan merusak harta tersebut.

23. Puasa ramadhan

Maksudnya adalah melakukan puasa di bulan ramadhan dengan meninggalkan hal-hal yang dapat
membatalkannya di sepanjang harinya dengan niat pada malam harinya untuk taat kepada Allah,
dilakukan sejak fajar sampai terbenamnya matahari. Dengan catatan terbebas dari darah haid, nifas dan
wiladahdi sepanjang harinya (saat jam puasa).Dan juga terbebas di sebagian hari (tidak sepanjang waktu
puasa) dari penyakit ayan, mabuk, makan, minum, bersetubuh dan merokok.

Apabila seseorang yang puasa lupa atau tidak sengaja makan, maka puasanya masih dianggap sah.
Berkenaan dengan ketidaksengajaan tersebut diibaratkan Allahlah yang memberikan makanan
kepadanya dan Allah sedang mengasihaninya.Demikian adalah perkataan dari Al-Sahamiy di dalam
bukunya yang bernama lubabu ath-thalibin.

24. I’tikaf

Maksudnya adalah berdiam atau menetap di dalam masjid dengan niat untuk i’tikaf, dan i’tikafini
disunahkan setiap saat, walaupun di waktu yang tidak disukai. Dalam hal melakukan i’tikaf tidak
diperkenankan bagi seorang istri kecuali sudah mendapatkan ijin dari suaminya, dan juga bagi seorang
budakkecuali sudah mendapatkan ijin dari tuannya. Namun jika tidak demikian, maka bagi suami dan
tuan tersebut berhak untuk mengeluarkan mereka dari masjid.

Rukun i’tikaf ada empat, yaitu:

a. Niat

Hendaklah membaca niat ketika baru memulai untuk menetap atau berdiam diri di dalam masjid. Oleh
karena itu tidak dianggap sah jika seseorang membaca niat i’tikaf saat ia memasuki masjid, sedangkan ia
mengerjakan kegiatan lain selain i’tikaf.

Dalam berniat diwajibkan untuk memperjelas apakah i’tikaf yang akan dilakukan bersifat wajib atau
karena nadzar (berjanji kepada Allah untuk melakukan sesuatu jika keinginannya dikabulkan)?

b. Masjid

Hendaknya masjid di sini bersifat murni (siapa saja bebas dan berhak memakainya), bukan masjid
pribadi. Hal ini dikarenakan antara keduanya memiliki cara penghormatan yang berbeda.

c. Berdiam atau menetap


Maksudnya adalah berdiam diri di dalam masjid semampunyaselama masih dalam kategori i’tikaf.Jadi,
i’tikaf boleh dilakukan dalam posisi berdiri dengan jangka waktu diatas thuma’ninah, dan ketika itu
diperbolehkan untuk berpindah posisi, selama tidak mondar-mandir sehingga tidak berdiam diri.Hal ini
juga diperbolehkan untuk i’tikafmandzur (i’tikaf yang menjadi nadzar­), karena untuk memberikan
kesempatan bagi orang yang melakukan i’tikaf untuk mengambil posisi yang dapat
membuatnyathuma’ninah, baik dalam posisi ruku’ ataupun yang lainnya.

d. Mu’takif (orang yang ber-i’tikaf)

Adapun syarat bagi mu’takif adalah sebagai berikut:

1. Beragama Islam

2. Berakal

3. Tidak sedang berhadas besar

Maka dianggap tidak sah i’tikaf seseorang yang tidak mempunyai kriteria di atas.Namun jika kebetulan
saja pada saat melakukan i’tikaf si mu’takif pingsan, maka i’tikaf-nya tidaklah batal, bahkan pada waktu
iasedang pingsan dianggap sebagai i’tikaf. Dan dianggap terputus i’tikafseseorang ketika ia murtad dan
mabuk, hal ini berlaku jika memang ia berniat melakukannya dengan sengaja.

25. Beribadah haji

Yaitu menuju masjid baitul haram untuk menunaikan ibadah haji atau umrah jika mampu, baik mampu
dalam hal perbekalan maupun kendaraan atau transportasi.Perbuatan yang wajib dilakukan ketika
berhaji adalah:

Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzul Hijjah atau malam tanggal 10 Dzul Hijjah.
Thawaf bagi orang yang suci, yaitu mengelilingi Ka'bah tujuh kali putaran dalam keadaan yakin telah
masuk waktunya, waktu tawaf ditentukan, yaitu diawali setelah tengah malam hari nahr(tanggal 10 Dzul
Hijjah), dan tidak ada batas akhir waktu thawaf.

Sa'i (lari-lari kecil) antara bukit Shofa dan Marwah.

26. Jihad

Yaitu melakukan jihad melawan orang-orang kafir dengan tujuan untuk menyelamatkan agama.Pada
awal-awal Islam jihad merupakan amal yang terbaik. Rasulullah SAW bersabda:

ُ ‫صالَة ُ وع ُمو ُدَهُ اإلسال َُم المرَ رأ‬


َ‫س‬ َّ ‫الجها َُد سنامهَ وذروَة ُ ال‬

Pokok perkara yang nomor satu adalah Islam,adapun tiangnya adalah salat,sedangkan ujung punuknya
(puncak ketinggiannya) adalah jihad

Maksud dari hadis ini adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Syekh As-Sahimiy bahwa sumber awal
dari urusan agama adalah mengucapkan dua kalimat syahadah, besertaan dengan menghayati makna
dan mengamalkan maksudnya.Oleh karena itu tidaklah sah suatu perkara kecuali dengan Islam. Sesuatu
yang dapat meninggikan agama adalah mengerjakan salat wajib lima waktu. Sedangkan hal yang paling
mulia / paling tinggi nilainya di dalam agama adalah jihad memerangi orang-orang kafir dengan tujuan
untuk menyelamatkan / menegakkan agama Islam.

Makna asal dari kata ‫ السنام‬adalah sesuatu yang tinggi di atas punggung unta dekat bagian lehernya.

Arti kata jihad di dalam hadis ini bisa diartikan sebagai berperang melawan diri sendiri, yaitu dengan
menahan diri dari hawa nafsu dan mencegahnya meluas dalam kesenangan duniawi, mendorong diri
sendiri untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.Inilah jihad yang
terbesar dan lebih utama dari pada jihad memerangi orang-orang kafir.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:

(َ‫مغانمَ ُخمسَ أدَ تثبَّتَ رابط‬ ‫)الحاك َُم اإلما َُم يُفرق َهُ حتى‬

Jagalah perbatasan!,berteguh (memerangi musuh) dan berikanlah seperlima harta rampasan perang
(yang didapat)agar kemudian sangpimpinan(yang)bijaksanayang akan membagi-bagikannya!

Di dalam bait ini nadhim meberitahukan tiga macam cabang iman yang selanjutnya, yaitu sebagai
berikut:

27. Murabathah / Menjaga perbatasan wilayah

Arti murabathah adalah mempertahankan garis demarkasi, maksudnya adalah menetapi daerah yang
ada di antara wilayah milik orang muslim dan kafir untuk menjaga umat Islam (dari serangan musuh),
walaupun harus menjadikannya sebagai tempat tinggal. Rasulullah SAW bersabda:

ُ ‫فيها وما الدُّنيا منَ خيرَ للاَ سبيلَ فى يومَ ربا‬


َ‫ط‬

Menjaga suatu hari di jalan Allah lebih mulia dari pada dunia dan seisinya.

َ‫الكبرَ الفزعَ منَ امنَ للاَ سبيلَ فى ُمرابطا ماتَ من‬

Barang siapa yang mati karena menjaga (perbatasan) di jalan Allah, maka ia akan selamat dari ketakutan
yang sangat besar.

Ketakutan yang sangat besar tersebut adalah seseuatu yang dapat mengakibatkan orang tersebut ke
neraka.
28. Berteguh memerangi musuh tanpa melarikan diri

Allah SWT berfirmandalam surat al-Anfal ayat 46:

‫( تُفل ُحونَ لعلَّ ُكمَ كثيرا للاَ واذ ُك ُروا فاثبُتُوا فئةَ لقيتُمَ اذا آمنُوا الَّذينَ ايُّها يآ‬٤٥)

Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu
dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.(QS. Al-Anfal: 45).

Maksudnya adalah ketika memerangi orang kafir hendaklah untuk berteguh hati dalam memeranginya,
jangan sampai terperdaya / mundur dan kalah. Ingatlah Allah dan agungkan Dia saat perang agar kamu
mendapat keuntungan dengan tercapai maksudmu dalam memperoleh pertolongan dan pahala dari
Allah.

29. Menyerahkan seperlima harta rampasan perang kepada pimpinan atau penggantinya

Artinya ketika usai peperangan dan mendapatkan harta rampasan perang hendaklah untuk memberikan
seperlimanya kepada sang pimpinan untuk kemudian bisa dibagi-bagikan.

Diawali dengan pemberian barang rampasanperang (berupa perabotan perang) kepada pasukan
muslim. Kemudian harta rampasan yang didapat dibagi menjadi lima seperlima. Yang empat bagian
diberikan kepada orang yang hadir dalam peperangan dengan niatberperang, walaupun tidak terlibat
langsung dalam peperangan, danpara tentara, walaupun tidak melihat secara langsungpeperangan yang
terjadi. Pembagiannya adalah sebagai berikut:

a. Satu bagianuntuk yang berjalan kaki


b. Sedangkantiga bagian lagi untuk yang menunggang kuda, yaitu satu bagian untuk penunggangnya
dan dua bagian untuk kudanya.

Adapun untuk satu bagian (dari pembagian harta rampasan menjadi lima seperlima) dibagi lagi menjadi
seperlima. Pembagiannya adalah sebagai berikut:

a. Satu bagian diberikan untuk kemaslahatan umat Islam seperti tembok pelabuhan (yang biasanya
berfungsi untuk memecah ataupun menghalangi daerah daratan dari ombak),benteng pertahanan,
pesangon untuk para hakim, ulama, imam, muadzin (orang yang bertugas untuk mengumandangkan
adzan salat).

b. Satu bagian lagi diberikan kepada kerabat Nabi SAW, mereka adalah keturunan Bani Hasyim dan
Bani Mutholib. Diutamakan untuk laki-laki, yang mana mereka diberikan layaknya dua bagian untuk
perempuan.

c. Satu bagian lagi diberikan kepada anak-anak yatim.

d. Satu bagian lagi diberikan kepada orang-orang fakir.

e. Satu bagian lagi diberikan kepada orang-orang yang ada (berjuang, berdakwah dan kemaslahatan
lainnya) di jalan Allah.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

(َ‫)تغن َُم فرجكَ ث ََُّم لسانكَ واحفظَ اش ُكرنَ بالوعدَ أوفَ وكفرَ واعتق‬

Merdekakanlah (budak perempuan)!, bayarlah kafarat (denda)!, tepatilah janji!, bersyukurlah!, jagalah
lisan mu! kemudian jagalah kemaluan mu! Niscaya kamu akanmendapatkan keuntungan.
Nadhim menyebutkan enam macam cabang iman yang selanjutnya pada bait ini.Enam cabang iman
tersebut yaitu:

30. Memerdekakan budak muslim

Budak di sini adalah yang dimiliki karena keturunan dari budak yang dimiliki sebelumnya, atau ikut
terbeli karena membeli rumah termasuk budak yang memeliharanya, atau budak yang diwariskan oleh
keluarga yang meninggal dunia. Nabi saw bersabda,

َ َ‫ بفرجهَ فرجهَ حتَّى النَّارَ منَ من َه ُ عُضوا منها عُضوَ ب ُكل‬. ُ‫ُمسلمَ رواَه‬
َ‫للاُ اعتقَ سليمةَ ُمسلمةَ رقبةَ اعتقَ من‬

Barang siapa yang memerdekakan seorang budak muslim yang tidak cacat (baik), maka untuk setiap
bagian tubuh (budak perempuan)yang ia merdekakan,Allah Akan memerdekakan satu bagian tubuhnya
(orang yang memerdekakan)dari neraka, hingga Allah akan menyelamatkan kemaluannya dari
(panasnya) inti neraka. (HR. Muslim).

31. Membayar kafarat(denda)

Jenis Kafaratatau denda ada empat macam, yaitu:

a. Kafarat dhihar (denda karena melanggar janji).

b. Kafarat qatl (denda karena membunuh).

c. Kafarat jima’ (denda karena bersetubuh saat sedang puasa ramadhan dengan sengaja).
d. Kafarat yamin (denda karena melanggar sumpah).

Untuk tiga macam kafarat yang pertama adalah wajib memerdekakan budak perempuan yang sehat dari
penyakit yang dapat mengganggu pekerjaan. Jika tidak bisa memerdekakan satu budak perempuan yang
sehat, maka wajib berpuasa dua bulan berturut-turut, oleh karena itu dianggap terputus jika terdapat
puasa yang batal, walaupun karena ada alasan tertentu kecuali karena haid (bagi perempuan). Jika tidak
bisa puasa dua bulan berturut-turut, maka wajib memberikan makan kepada 60 orang miskin, untuk
setiap orangnya mendapatkan bagiansatu mud (jenis takaran di timur tengah yang setara dengan ±6
ons) makanan pokok yang umum ada di negaranya, kecuali ketika dalam keadaan berperang, maka tidak
dianjurkan (untuk memberikan makan kepada 60 orang miskin).

Sedangkan untuk satu kafaratyang terakhir adalah wajib memberikan makanan kepada 10 orang
miskinuntuk setiap orangnya mendapatkan bagian satu mud makanan pokok yang umum ada di
negaranya atau pakaiannya, atau memerdekakan satu budak perempuan. Jika tidak bisa, maka wajib
berpuasa tiga hari walaupun terputus-putus (tidak berturut-turut).

32. Menepati janji

Allah SWT berfirman:

‫( فارهبُونَ وإيَّايَ بعهد ُكمَ أُوفَ بعهدي وأَوفُوا علي ُكمَ أنعمتَُ الَّتي نعمتيَ اذ ُك ُروا إسرائيلَ بني يا‬٤٠)

Allah berfirman: "Wahai Bani Israil : Ingatlah nikmatKu yang telah Aku karuniakan kepada kamu dan
penuhilah janjimu, agar Aku penuhi (pula) janjiKu, dan semata-mata kepadaku sajalah kamu takut." (QS.
Al-Baqarah: 40).

‫صيدَ ُمحلي غيرَ علي ُكمَ يُتلى ما إل األنعامَ بهيم َةُ ل ُكمَ أُحلَّتَ بالعُقُودَ أوفُوا آمنُوا الَّذينَ أيُّها يا‬
َّ ‫ن ُح ُرمَ وأنتُمَ ال‬ ََّ ‫( يُري َُد ما يح ُك َُم‬١)
ََّ ‫ّللا إ‬

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali
yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu
sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-
Nya. (QS. Al-Maidah:1).
.... ‫ن بالعهدَ واوفُوا‬
ََّ ‫مسؤُولَ كانَ العهدَ ا‬

... dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya. QS (Al-Isra’ : 34)

Rasulullah SAW bersabda:

َ‫العدةُعطيَّة‬

Janji adalah pemberian

َ‫العدةُدين‬

Janji adalah hutang

َ‫ ال ُمنافقَ فى ثالث‬: ‫خانَ اؤتُمنَ واذا اخلفَ وعدَ واذا كذبَ حدثَ اذا‬

Tiga hal yang ada pada orang-orang munafiq, yaitu ketika berbicara ia berbohong, ketika berjanji ia
mengingkari dan ketika dipercaya ia berkhianat

Artinya jika ketiga hal ini ada pada diri seorang muslim, maka ia sama seperti dengan orang munafiq,
sebagaimana yang dikatakan olehSyeikh Al-Aziziy.

33. Bersyukur

Allah SWT berfirman:

... ‫تكفُ ُرونَ ولَ لى واش ُك ُروا‬


... dan bersyukurlah kepada-Ku, jangan kau ingkari nikmat-Ku.(QS. AL-Baqarah: 152).

‫ل لمنَ تقُولُوا ول‬


َُ ‫ّللا سبيلَ في يُقت‬
ََّ َ‫( تشعُ ُرونَ ل ولكنَ أحياءَ بلَ أموات‬١٥٤)

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu)
mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.(QS. AL-Baqarah: 154).

‫اِل واعتص ُموا وأصل ُحوا تابُوا الَّذينَ إل‬


ََّ ‫صوا ب‬ ََّ َ‫ّللاُ يُؤتَ وسوفَ ال ُمؤمنينَ معَ فأُولئك‬
ُ ‫ِل دين ُهمَ وأخل‬ ََّ َ‫( عظيما أجرا ال ُمؤمنين‬١٤٦)

Kecuali orang-orang yang taubat dan Mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah
dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama
orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang
besar. (QS. An-Nisa’: 146).

‫ل ما‬ َ َ‫ّللاُ وكانَ وآمنتُمَ شكرتُمَ انَ بعذاب ُكم‬


َُ ‫للاُ يفع‬ َ ‫عليما شاكرا‬

Mengapa Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman? Allah adalah Maha Mensyukuri lagi
Maha Mengetahui.

Rasulullah SAW bersabda:

ََّ ‫ق خطايا قدمهَ الى قرنهَ منَ ل َهُ ولوكانَ اسال ُم َه ُ ك ُملَ فيهَ ُك‬
َ‫ن منَ خصالَ ارب ُع‬ ُّ ‫ال ُخلُقَ و ُحسنَُ والحيا َُء وال‬
َُ ‫شك َُر الصد‬

Ada empat hal di mana ketika seseorang mempunyainya, maka ke-Islamannya akan menjadi sempurna.
Walaupun mulai dari ujung kepala sampai telapak kakinya (melakukan) kesalahan.Yaitu; jujur, syukur,
malu dan memperbaiki akhlak.

Syukur mengandung 3 unsur, terdiri dari:

a. Ilmu / Pengetahuan.
Yaitu mengetahui bahwa bahwa semua kenikmatan yang diterima pada hakekatnya adalah dari Allah
swt Sedangkan semua orang yang menjadi sebab dari kenikmatan tersebut pada hakekatnya hanyalah
sebagai perantara semata-mata yang dipaksa oleh kehendak dan kekuasaan Sang Pemberi nikmat, Allah
swt Namun Allah swt mengajarkan kepada kita agar kita pandai berterima kasih kepada orang-orang
yang menjadi perantara dari kenikmatan Allah swt tersebut, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:

َ‫ للاَ يش ُكرَ لمَ النَّاسَ يش ُكرَ لمَ منَ النَّاسَ يش ُك َُر لَ منَ للاَ يش ُك َُر ل‬. ‫داود أبو رواه‬

Yang tidak termasuk bersyukur kepada Allah adalah orang yang tidak bersyukur kepada manusia.
Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah.

b. Hal / Keadaan,

Maksudnya adalah bahagia dan senang mendapatkan nikmat (yang diberikan oleh) Allah.

§ Gembira karena melihat wujud dari kenikmatan yang datang.

§ Gembira karena melihat manfaat dari kenikmatan yang datang.

§ Gembira karena memandang kepada pemberian nikmat dari Sang Pemberi nikmat.

Kegembiraan hati yang termasuk unsur syukur adalah yang terakhir.

c. Amal / Perbuatan,

Maksudnya adalah mengerjakan apa yang dimaksud dan dikehendaki oleh Allah Dzat Yang Memberikan
Nikmat, dan mengerjakan hal-hal yang disukai-Nya.

Syekh As-Subla mengakatan:“Syukur adalah mengetahui Mun’im (Allah Dzat Yang Memberikan Nikmat),
bukan mengetahui nikmat”. Dan ada sebagian ulama yang mengatakan:“Syukur al-‘am (umum) adalah
mensyukurimakanan, minuman dan pakaian (yang telah diberikan Allah).Sedangkan syukur al-khas
(khusus) adalah mensyukuri keinginan-keinginan hati / hal-hal yang datang pada hati / jiwa (yang telah
diberikan Allah).

34. Menjaga lisan

Maksudnya adalah menjaga lisan dari hal-hal yang tidak patut. Allah SWT berfirman:

َُ ‫لَّ قولَ منَ يلف‬


‫ظ ما‬ َ ‫( عتيدَ رقيبَ لديهَ ا‬١٨)

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu
hadir. (QS. Qaf: 18).

Rasulullah SAW bersabda:

َ‫صالَة ُ الدينَ قي ُم‬ َّ ‫اس يُسلمَ حتَّى ال‬


َُ ‫صمتَُ اإلسالمَ اخالقَ وافض‬
َّ ‫ل الجها َُد العملَ وسنا َُم ال‬ َُ َّ‫الن‬

Harga diri agama (Islam) adalah salat, ujung amal adalah jihad dan akhlak Islam yang paling utama
adalah diam sehingga orang lain menjadi selamat.

‫ قال أنه وسلم عليه للا صلى النبي عن هريرة أبي عن‬: َ‫ليص ُمتَ اوَ خيرا فليقُلَ اآلخرَ واليومَ باهللَ يُؤمنَُ كانَ من‬

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka berkatalah perkataan-perkataan yang baik atau (kalau tidak bisa) lebih baik
diam!”

Imam As-Syafi’i berkata: “Apabila salah satu dari kalian hendak berbicara, maka ia wajib memikirkan
terlebih dahulu perkataannya! Jika perkataan tersebut mengandung kemaslahatan (kebaikan), maka
berbicaralah! Namun jika ragu-ragu (perkataannya tidak mengandung kemaslahatan), maka
urungkanlah untuk berbicara hingga benar-benar perkataan mu mengandung kemaslahatan!”.
Orang-orang bijak mengatakan: “Barang siapa yang berbicara perihal yang tidakbaik, maka ia benar-
benar telah berbicara sia-sia.Barang siapa yang berteori tanpa adanya pertimbangan, makaia benar-
benar telah lupa. Dan barang siapa yang diam tanpa berfikir, maka benar-benar ia telah bermain-main.”

Ada seorang yang bijaksana yang mengatakan: “Jika kamu suka untuk berbicara, maka (lebih baik)
diamlah!Namun jika kamu suka untuk diam, maka (lebih baik) berbicaralah!”

35. Menjaga kemaluan

Maksudnya adalah menjaga kemaluan dari hal-hal yang yang dilarang oleh Allah, seperti berzina, liwath
(homoseksual), musahaqah (lesbian), mufakhadzah (berpaha-pahaan antar sesama laki-laki). Liwath
adalah memasukkan kemaluan lelaki ke dalam dubur pria. Musahaqah adalah perbuatan yang dilakukan
orang perempuan dengan perempuan lain dengan farjinya. Mufakhadzah adalah perbuatan yang
dilakukan seorang lelaki dengan dzakarnya pada lelaki lain di pahanya.Allah SWT berfirman:

َ‫( سبيالَ وسآءَ فاحشةَ كانَ انَّ َه ُ الزنى تقربُوا ول‬٣٢)

Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu
jalan yang buruk. (QS. Al-Isra’: 32).

َ‫( العالمينَ منَ الذُّكرانَ اتأتُون‬١٦٥)

Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia. (QS. As-Syua’ara’: 165).

َ‫( ُمسرفُونَ قومَ أنتُمَ بلَ النساءَ دُونَ منَ شهوةَ الرجالَ لتأتُونَ إنَّ ُكم‬81)

Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada
wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS. Al-A’raf: 81).

Rasulullah SAW bersabda:


َ‫ن فى النسآءَ تأتُونَ لَ الحقَ منَ يستحيىَ لَ للاَ إ َّن‬
ََّ ‫أدباره‬

Allah SWT tidak (memerintahkan) malu pada suatu kebenaran. Dan janganlah kalian menggauli
perempuan dari duburnya.

Maksudnya bahwa Allah tidak memerintahkan seseorang untuk malu untuk menjelaskan suatu
kebenaran dan kebaikan.

Kata ‫ تغن َُم‬pada bait ini mempunyai mubtada’tersimpan yang ber-i’rab jazm, di mana mubtada’tersebut
merupakan jawab dari amr. Jadi makna yang dimaksud adalah: “Jika kamu dapat menjaga kemaluan mu,
niscaya kamu akan mendapatkan keuntungan (kebahagiaan) di akhirat (surga) kelak”.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

(َ‫ُمسلما لتُقاتلَ األمانةَ أد‬ َ‫)تح ُر َُم مالكَ ثمَ طعاما واحذر‬

Sampaikanlah amanah! Janganlah kamu membunuh orang Islam! Berhati-hatilah (cermat) terhadap
makanan!Berhati-hatilah (cermat) terhadap hartamu (yang kamu milki)! Niscaya kamu akan mulia (di sisi
Allah).

Dalam bait ini nadhim memberitahukan empat macam cabang iman yang selanjutnya, sebagai berikut:
36. Menyampaikan amanah kepada orang yang berhak atasnya

Allah SWT berfirman:

ََّ َ‫ن بالعدلَ تح ُك ُموا أنَ النَّاسَ بينَ حكمتُمَ وإذا أهلها إلى األماناتَ تُؤدُّوا أنَ يأ ُم ُر ُكم‬
َ‫ّللا إ َّن‬ ََّ ‫ّللا إ‬ ُ ‫ن بهَ يع‬
ََّ ‫ظ ُكمَ نع َّما‬ ََّ ‫ّللا إ‬
ََّ َ‫( بصيرا سميعا كان‬٥٨)

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mendengar lagi Maha melihat.(QS. An-Nisa’: 58).

Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫ن منَ ثال‬
‫ث‬ ََّ ‫ن واحدةَ اوَ فيهَ ُك‬ ََّ ‫قاتلهَ عنَ خلَّى ور ُجلَ وج‬
ََّ ‫ل ع ََّز للاَ مخافةَ فادَّاها امانةَ على اُؤتُمنَ ر ُجلَ شآءَ ما العينَ ال ُحورَ منَ فليتز َّوجَ من ُه‬
ُ ُ
َ‫للاُ هُوَ قلَ صالةَ ُدبُركلَ فى قرأَ ور ُجل‬ َ َ‫م َّرةَ عشرةَ احدى احد‬. ُ‫عساكرَ ابنَُ رواَه‬

Ada tiga hal yang jika seseorang mempunyainya atau salah satu darinya, maka kelak ia akan menikah
dengan bidadari cantik, yaitu seorang laki-laki yang diberikan amanah kemudian menyampaikannya
dengan baik(kepada yang berhak atasnya) karena takut kepada Allah SWT, seorang laki laki melepaskan
(memaafkan) orang yang membunuhnya, dan seorang laki-laki yang setiap usai salat membaca surat Al-
Ikhlas sebelas kali.(HR. Ibnu Asakir).

Maksud dari hadis ini adalah jika seseorang mempunyai ketiga kriteria tersebut atau salah satu saja
darinya, maka kelak (di surga) ia akan menikah dengan bidadari cantik. Adapun maksud dari tiga kriteria
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Seorang laki-laki yang dipercayakan kepadanya sebuah amanah, dan ia dapat menyampaikannya
kepada yang berhak atasnya karena ia takutpada siksa Allah.

b. Seorang laki-laki yang memaafkan orang yang membunuhnya sebelum ia terbunuh, atau
memaafkan orang yang membunuh pewarisnya (yang meninggalkan warisan).

c. Seorang laki-laki yang membaca suratAl-Ikhlas sebelas kali seusai setiap salat fardhu.
37. Tidak membunuh orang Islam

Allah SWT berfirman:

‫ير خطأَ ُمؤمنا قتلَ ومنَ خطأَ إل ُمؤمنا يقتُلَ أنَ ل ُمؤمنَ كانَ وما‬ َُ ‫ص َّدقُوا أنَ إل أهلهَ إلى ُمسلَّمةَ وديةَ ُمؤمنةَ رقبةَ فتحر‬
َّ ‫قومَ منَ كانَ فإنَ ي‬
َ‫ير ُمؤمنَ وهُوَ ل ُكمَ عدُو‬ َّ
َُ ‫ير أهلهَ إلى ُمسلمةَ فديةَ ميثاقَ وبين ُهمَ بين ُكمَ قومَ منَ كانَ وإنَ ُمؤمنةَ رقبةَ فتحر‬
َُ ‫يجدَ لمَ فمنَ ُمؤمنةَ رقبةَ وتحر‬
‫ّللا منَ توبةَ ُمتتابعينَ شهرينَ فصيا َُم‬
ََّ َ‫ّللاُ وكان‬
ََّ ‫( حكيما عليما‬٩٢)

Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah
(tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh)
dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si
pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan
hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa’: 92).

َ‫للاُ وغضبَ فيها خالدا جهنَّ َُم فجزآ ُؤَهُ ُمتعمدا ُمؤمنا يقتُلَ ومن‬
َ َ‫عظيما عذابا ل َهُ واع ََّد ولعن َهُ عليه‬

Barangsiapa yang membunuh seseorang muslim dengan sengaja, maka balasannya adalah Jahannam, ia
kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan mengutuknya serta menyiapkan azab yang besar
baginya. (QS. An-Nisa’: 93).

َُ ‫تقربُوا ول وإيَّاهُمَ نر ُزقُ ُكمَ نحنَُ إمالقَ منَ أولد ُكمَ تقتُلُوا ول إحسانَا وبالوالدينَ شيئا بهَ تُشر ُكوا أل علي ُكمَ ر ُّب ُكمَ ح َّرمَ ما أت‬
َ ُ‫ل تعالوا ق‬
‫ل‬
َ‫ّللاُ ح َّرمَ الَّتي النَّفسَ تقتُلُوا ول بطنَ وما منها ظهرَ ما الفواحش‬ َّ ‫( تعقلُونَ لعلَّ ُكمَ بهَ و‬١٥١)
ََّ ‫صا ُكمَ ذل ُكمَ بالحقَ إل‬

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah
kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan
kepadamu supaya kamu memahami(nya). (QS. Al-An’am: 151).

Rasulullah SAW bersabda:

َ‫ل للاَ عندَ الكبائرَ اعظ ُم‬ َُ ‫حتَّى مكانَ منَ نفس َهُ القى وانَ ؛ جهنَّمَ اوديةَ فى السكينَ بتلكَ تطعنُ َهُ المالئك َة ُ تزا‬
َُ ‫ل لَ بسكينَ نفس َه ُ قتلَ فمنَ النَّفسَ قت‬
َُ ‫النَّارَ فى وادَ الى شاهقَ منَ تُلقيهَ المالئكةَ تزا‬: َ‫ح لَ فماتَ بحبلَ نفس َهُ علَّقَ وان‬
َ‫ل لَ ي ُموت‬ َُ ‫غيرَهُ قتلَ وانَ النَّار؛ منَ ُجذُوعَ فى ُمعلَّقا يبر‬
َ‫ل حقَ بغير‬ َُ ‫العملَ جنسَ منَ فالجزا َُء وهكذا ؛ نارَ منَ بسكينَ تذب ُح َهُ المالئك َة ُ لَتزا‬

Dosa yang paling besar menurut Allah adalah membunuh jiwa. Barangsiapa bunuh diri dengan pisau,
maka para malaikat selalu menikamnya dengan pisau tersebut di jurang Jahannam. Barangsiapa yang
menjatuhkan dirinya dari suatu tempat hingga mati, maka para malaikat akan selalu menjatuhkan dia
dari puncak sampai ke jurang dalam neraka. Barangsiapa yang menggantung diri dengan tali hingga
mati, maka ia akan selalu digantung di tonggak dari api. Dan Barangsiapa yang membunuh orang lain
tanpa alasan yang benar, maka para malaikat akan selalu menyembelihnya dengan pisau dari api.
Demikian seterusnya, balasan itu adalah dari jenis perbuatan..

Barang siapa yang membunuh jiwa seseorang dengan pisau, maka Malaikat akansenantiasa
menikamnya menggunakan pisau tersebut di lembah neraka Jahanam.Jika ia mendorongnya di suatu
tempat kemudian ia meninggal, maka Malaikat mendorongnya dari tempat yang sangat tinggi hingga
jatuh ke lembah neraka. Jika iamenjeratnya dengan seutas tali kemudian ia meninggal, maka Malaikat
akan senantiasamenjeratnya dengan batang pohon dari api.Dan jika ia membunuh seseorang dengan
cara-cara yang tidak baik selain itu, maka Malaikat akan senantiasa menyembelihnya dengan pisau yang
terbuat dari api. Begitulah balasan yang diberikan sesuai dengan cara membunuh yang dilakukan.

38. Berhati-hati dalam hal makan dan minum

Maksudnya adalah cermat dalam hal makan dan minum, yaitu menjauhi makanan dan minuman yang
haram. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadis sebagai berikut:

َُ ‫غذيَ جسدَ الجنَّةَ يد ُخ‬


‫وسلم عليه للا صلى للا رسول قال قال عنه للا رضي الصديق بكر أبي عن‬: َ‫ل ل‬ ُ َ‫ بحرام‬. (‫)وغيره يعلى أبو رواه‬
Diriwayatkan dari Abu Bakar r.a. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga jasad
orang yang memakan makanan yang haram”. (HR. Abu Yu’la dan lainnya).

Peringatan dari wasiat Syeikh al-Kamil Ibrahim al-Matbuliy!

1. Ketika seorang hamba sedang makan di rumah salah seorang temannya, kemudian setelah ia
selesai makan, hendaklahia membaca do’a yang sering diamalkan oleh Syekh Afdlaluddin Al-Azhariy,
yaitu:

َّ َ‫ خيرا واجزهَ صاحبهَ على فوسعَ حَالل‬، َ‫شبهةَ اوَ حراما كانَ وان‬
َ‫الطعا َُم هذا كانَ انَ الل ُه َّم‬ ُ َ‫يومَ التبعاتَ أصحابَ عنى وأرضَ ول َه ُ لى فاغفر‬
َ‫الراحمينَ ارحمَ يآ برحمتكَ القيامة‬ َّ

Ya Allah jika makanan ini halal, maka lapangkanlah pemiliknya dan balaslah ia dengan sebuah
kebaikan.Namun jika makanan ini haram atau syubhat, maka ampunilah aku dan dia, dan jauhkan
darikuorang-orang yang menerimaakibat (dari kejelekannya sendiri) di hari kiamat karena rahmat-Mu
wahai Dzat Yang Paling Pengasih dan Penyayang.

2. Dan juga ketika ia diajak makan makanan yang diragukan keadaannya (halal-haramnya), hendaknya
ia membaca do’a yang sering dipakai oleh Syekh As-Sya’raniy, yaitu:

ََّ ‫اليهَ دُعيتَُ الَّذى‬، َ‫منَ فاحمنى بطنى فى يُقي َُم جعلت َهُ وانَ بطنى فى يُقي َُم تدع َهُ فالَ من َهُ تحمنى لمَ فان‬
َ‫الطعامَ هذا منَ الكلَ منَ احمنى الل ُه َّم‬
ُ
َ‫عادةَ من َهُ تنشَأ الَّتى المعاصى فى ال ُوقُوع‬، َ‫التبعاتَ أصحابَ عنى وأرضَ استغفارى فاقبلَ المعاصى فَى ال ُوقُوعَ منَ تحمنى لمَ فان‬
، َ‫الراحمينَ أرحمَ يآ العذابَ على فصبرنى عنى تُرضهمَ ولمَ استغفارى تقبلَ لمَ فان‬ َّ

Ya Allah jaga diriku dari memakan makanan ini, yang mana aku diajak untuk memakannya. Jika Engkau
tidak dapat menjaga ku darinya, maka jangan biarkan makanan tersebut berada di dalam perutku. Jika
Engkau menjadikan makan tersebut ada di dalam perutku, maka jagalah diri ku terjerumus kedalam
kemaksiatan yang biasanya ditimbulkan akibat makanan tersebut. Jika Engkau tidak dapat menjaga
diriku dari terjerumus ke dalam kemaksiatan, maka terimalah istighfar(permohonan ampun)-ku dan
jauhkan orang-orang yang menerimaakibat (dari kejelekannya sendiri). Jika Engkau tidak dapat
menerima permohonan maafku dan menjauhkan mereka (orang-orang yang menerimaakibat dari
kejelekannya sendiri) dariku, maka jadikanlah diriku sabar atas adzab (yang Engkau berikan) wahai Dzat
Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Demikianlah yang dijelaskan di dalam buku syarh washiyatu as-syaikh al-kamil Ibrahim Al-Matbuliy.

39. Berhati-hati terhadap harta (Menjaga diri dari harta yang haram)

Maksudnya adalah berhati-hati dan cermat dari harta yang haram seperti harta riba. Oleh karena itu
wajib bagi seseorang untuk mencari profesi yang halal, seperti pertanian, perdagangan dan
perindustrian. Sebagian orang bijak mengatakan bahwa ada tiga macam bentuk alasan mengapa orang
tidak mau bekerja, yaitu :

a. Karena malas, sehingga membuatnya harus meminta-minta (mengemis).

b. Karena sibuk dengan ketakwaan, sehingga membuatnya harus tamak terhadap harta orang laindan
akan makan dari hasil menjual agamanya yang makanan tersebut hukumnya haram.

c. Karena takut telanjang (tidak punya pakaian) dan karena tindakan yang terlarang, yaitu orang yang
takut gengsinya jatuh dan congkaksehingga membuatnya harus mencuri.

Sebagian ulama mengatakan bahwa barang siapa yang bekerja untuk menyelamatkan wajahnya dari
meminta-minta, maka pada hari kiamat kelak wajahnya akan terlihat seperti bulan purnama dan ia ia
tidak diungkit-ungkit oleh orang-orang yang bebannya lebih berat dari pada gunung.

Sebagian ulama mengatakan bahwa mencari penghasilanadalahkeharusan seperti mencari ilmu.


Terdapat empat macam penghasilan, yaitu:

a. Wajib, yaitu penghasilan yang minimal bisa mencukupi diri sendiri, keluarga dan agama.

b. Sunah, yaitupenghasilan yang lebih dari penghasilan wajib, yang mana dengannyadapat digunakan
untuk menyenangkan orang-orang fakir atau untuk berderma kepadaorang lain. Hal ini lebih mulia dari
pada kesunahan ibadah.
c. Mubah, yaitu penghasilan yang lebih dari penghasilan sunah yang dipakai untuk kenyamanan diri
dan memperindah diri.

d. Haram, yaitu mencari tambahan dari kecukupan yang dapat dipergunakan untuk menyombongkan
diri.

Begitulah penjelasan yang diambil oleh sebagian ulama dari buku tuhfatu al-muluk.

Maksud dari kata ‫ تح ُر َُم‬pada bait ini yaitu; jika dalam hal makan dan harta kamu dapat berhati-hati dari
hal-hal yang dilarang oleh Allah, makakamu akan dimuliakan di sisi Allah SWT.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

(َ‫ي‬
َّ ‫نهيَ قدَ ولهوا ظرفَ معَ والز‬ ََّ ‫)تأث َُُم وإ‬
َ‫ل بمع ُروفَ أنفق‬

(Jagalah dirimu) terhadap perhiasan beserta bejana (yang haram),permainan yang dilarang (oleh
Allah)!Dan berinfaqlah dengan cara-cara yang baik! Jika tidak, niscaya kamu akanmendapatkan dosa.

Dalam bait ini nadhim memberitahukan tentang tiga macam cabang iman yang selanjutnya, sebagai
berikut:

40. Berjaga diri dari pakaian, perhiasan dan bejana yang diharamkan oleh Allah
Diharamkan bagi laki-laki yang sudah baligh dan transgender (orang yang mempunyai dua kepribadian)
untuk memakaikain sutra, kain yang lebih banyak darinyaseperti sutra timbangan, kain yang
ditenundengan emas atau perak baik keseluruhannya atau sebagian saja, dan kain yang dicampur
dengan salah satu darinya (emas dan perak).Jika dari hal-hal tersebut muncul sesuatu yang bersifat
barukarena diletakkan di atas api, kecuali emas atau perak tersebut berkarat, maka hal tersebut tidaklah
haram hukumnya.

Dan diharamkan lagi bagi laki-laki dan banci (transgender) walaupun masih kecil memakai bejana yang
terbuat dari emas dan perak,oleh karena itu diharamkan bagi orang tuanya jika membiarkan mereka
mempergunakannya. Dan diharamkan juga untuk menyimpannyadengan maksud bukan untuk dipakai,
seperti meletakkannya di rak, baik materialnya secara keseluruhan atau sebagaian walaupun hanya
sedikit dari salah satunya (emas dan perak) atau dari kedua-duanya sekaligus, baik bejana tersebut kecil
atau besar. Maka diharamkan benda-benda seperti; mata pena, botol tempat celak, jarum, sarung
pedang, bingkai cermin, sendok, sisir, pedupaan dan sebagainya jika memang material di dalamnya
berupa emas dan atau perak.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

َ َ‫النَّارَ منَ ثوبا القيامةَ يوم‬


َ‫للاُ البس َهُ الدُّنيا فى الرجالَ منَ الحريرَ لبسَ من‬

Barang siapa yang memakai sutera saat di dunia,maka Allah akan memakaikannya baju dari api kelak di
hari kiamat.

Maksudnya dari hadis ini yaitu, bagi laki-laki yang memakai di dunia dengan sengaja dan mengetahui
keharamannya dan tidak dalam keadaan darurat, maka Allah akan memakaikannya baju yang terbuat
dari api kelak di hari kiamat sebagai balasan dari apayang sudah ia kerjakan.

َ‫اآلخرةَ فى يلبس َه ُ لمَ الدُّنيا فى الحريرَ لبسَ من‬

Barang siapa yang memakai sutera di dunia, maka dia tidak akan pernah memakainya kelak di akhirat.

َ ُ ‫يضعُ َه ُ متى يضع َهُ حتَّى عن َه‬


ُ َ‫للاُ اعرض‬
َ‫شهرةَ ثوبَ لبسَ من‬
Barang siapa yang memakai pakaian untuk maksud ketenaran, maka Allah akan menjauhkannya dari-
Nyahingga ia meletakkannya kapan ia meletakkannya.

Maksudnya dari hadis ini yaitu, barang siapa yang memakai pakaian dengan tujuan untuk bersombong
diri dan berbangga-bangga, maka Allah tidak akan melihatnya dengan pandangan rahmat, kemudian
Allah mengecilkannya dalam hal hal penglihatan dan menghinakannya dalam hal hati (perasa).

َ‫صحافها فى تَشربُوا ولَ والفضَّةَ الذَّهبَ آنيةَ فى تأ ُكلُوا ل‬

Janganlah kalian semua makan menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak, dan janganlah
kalian minum menggunakan piring besar (dari bejana emas dan perak).

Faidah!

Diceritakan bahwa Al-Hasan Al-Bushra dan Farqad sedang berada di sebuah perjamuan.Hasan adalah
seorang yang berilmu dan Farqad adalah seorang ahli ibadah.Pada perjamuan tersebut terdapat sebuah
keranjang yang terbuat dari daun kurma dan piring besar yang terbuat dari emas dan perak yang berisi
buah kurma.Pada saat itu Hasan duduk sambil makan, sedangkan Farqad menarik mundur si Hasan
untuk mengambil keranjangtersebut dan memindahkan isi yang ada di dalam piring emas ke dalamnya
(keranjang).Ia meletakkan kurma itu di atas roti bakarlalu memakannya. Kemudian iapun berbalik badan
dan memalingkan wajahnya seraya berkata: “Hei Furaiqid! Mengapa kamu tidak mengerjakan seperti
apa yang aku kerjakan?”Hasan berpendapat bahwa pengosongan isi piring emas yang dilakukannya
bukanlah untuk memindahkan pemakaian tempat, melainkan untuk menghilangkan
kemungkaran.Kemudian ia membandingkan dengan kepandaiannya antara kesunahan perjamuan
dengan makan, merubah alasan, menghilangkan kemungkaran dan mengajarkan hukum-hukum fiqih.
Oleh karena itulah ia men-tasghir (kaidah bahasa Arab dalam pengecilan makna dan maksud kata)
namanya. Maka ia mengatakan: “Hei Furaiqid” karena ia bermaksud menyindirnya dengan adanya hal
kemungkaran.

41. Berhati-hati dari permainan yang dilarang oleh Allah

Maksudnya adalah menjaga dan menghindari segala macam permainan yang dilarang oleh Allah SWT
seperti:
a. Qimar (perjudian), yaitu pertaruhan dengan mempergunakan uang dalam bentuk permainan
apapun.

b. Zammarah (seruling), yaitu menyanyi dengan mempergunakan batang bambu.

c. Saffarah (peluit), yaitu menyanyi dengan mempergunakanlembaran daun pohon.

d. Awtar (dawai),yaitu sejumlah senar yang dipasang pada sebilah kayu.

Kata ‫ي‬ََّ ‫ الز‬pada bait ini dibaca dengan huruf zai yang ber-harakatkasrah dan di-tasydid huruf ya’-nya. Kata
ini berkedudukan sebagai ma’thuf (yang di-athafkan) dari kata ‫ طعاما‬yang terdapat pada bait
sebelumnya. Adapun maksud dari kata ini adalah al-libas (memakai atau mengenakan).

Kata ‫ لهوا‬pada bait ini dibaca manshub (ber-i’rab nashab) dengan kedudukan sebagai ma’thuf dari kata
‫ طعاما‬seperti pada lafadh ‫ي‬ََّ ‫الز‬.

42. Bersikap sedang-sedang saja (sederhana) saat membelanjakan harta

Maksudnya ketika seseorang ingin membelanjakan hartanya hendaklah untuk bersikap sedang-sedang
saja, yaitu tidak terlalu boros atau berlebihan dan juga tidak kikir. Allah SWT berfirman:

َ‫عنُقكَ إلى مغلُولةَ يدكَ تجعلَ ول‬


ُ َ‫سطها ول‬ ََّ ‫( محسُورا ملُوما فتقعُدَ البسطَ ُك‬٢٩)
ُ ‫ل تب‬

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannyakarena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS. Al-Isra’; 29).
Maksud ayat ini yaitu; Janganlah terlalu menggenggam tangan mu dari membelanjakan harta dan juga
janganlah terlalu mengulurkan tangan mu dalam berbelanja sehingga menjadikan dirimu tercela dari
makhluk dan Allah.Sesungguhnya terlalu menggenggam tangan dapat menimbulkan penyesalan, dan
terlalu menjulurkan tangan dapat mengakibatkan diri mu melarat sehingga kamu tidak mempunyai apa-
apa.Kejahatan pemboros disamakan dengan kejahatan setan, sebagaimana disebut dalam surat al-Isra
ayat 26 dan 27:

Allah SWT berfirman:

َ‫( تبذيرا تُبذرَ ول السَّبيلَ وابنَ والمسكينَ حقَّ َهُ القُربى ذا وآت‬٢٦) ‫ن‬
ََّ ‫شياطينَ إخوانَ كانُوا ال ُمبذرينَ إ‬ َّ ‫( كفُورا لربهَ ال‬٢7)
َّ ‫شيطانَُ وكانَ ال‬

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang
dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.Sesungguhnya
para pemboros adalah saudara-saudarasyaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
(QS. Al-Isra’: 26-27).

Maksudnya yaitu janganlah menghambur-hamburkan harta dengan cara berbelanja secara boros dalam
hal maksiat karena hal itu menyerupai syaitan dalam hal berbuat kejelekan.

Rasulullah SAW bersabda:

‫اقتصدَ منَ افتقرَ ولَ استشارَ منَ ندمَ ولَ استخارَ منَ خابَ ما‬

Tidak akanmenjadi miskinorang yang diam, tidak akan menyesal orang yang mengenakan pakaian dan
tidak akan miskin orang yang berhemat.

Maksudnya adalah bersikap biasa-biasa saja dalam hal membelanjakan harta.


Nadhim berkata dalam nadham-nya:

(َ‫ل وأمسكَ اُت ُرك‬


ََّ ‫والحسدَ غلَ ُك‬ َ‫)فتسل َُم ال ُمسلمينَ لعرضَ حرم‬

Tinggalkanlah dan jagalah setiap dendam dan hasud, dan jagalah kehormatan orang-orang muslim!
Niscaya kamu akan selamat dari kerusakan

Dalam bait ini nadhim memberitahukan dua macam cabang iman yang selanjutnya, yaitu sebagai
berikut:

43. Tidak dendam dan hasud (dengki)

Dendam adalah kebencian yang timbul sebagai buah dari kemarahan, sedangkan letak dari kekuatan
marah adalah hati. Dendam merupakan keadaan di mana hati seseorang sangatlah marah, artinya pada
saat itu temperatur darah yang ada di hati sedang berada pada titik tertinggi untuk melakukan
pembalasan dendam. Dalam keadaan dendam, hati akan terasa sangat berat dan ini akan langgeng dan
terus berlanjut selama dendam yang diharapkan belum terlampiaskan.

Rasulullah SAW bersabda:

َُ‫بحقُودَ ليسَ ال ُمؤمن‬

Tidaklah orang yang beriman merasa dendam.

Ciri-ciri orang yang dengkiadalah tidak suka (melihat orang lain) mendapatkan nikmat, namun ia senang
jika orang lain dicabut nikmatnya oleh Allah.Dengki adalah buah dari sikap dendam, dendam adalah
buah dari marah. Dengki merupakan cabang dari cabang yang lain, sedangkan marah merupakansumber
dari sumber yang lain.

َ‫ض ُكمَ يبَعَ ولَ تداب ُروا ولَ تباغضُوا ولَ تناجشُوا ولَ تحاسدُوا ل‬
ُ ‫بعضَ بيعَ على بع‬. ‫ اخوانا للاَ عبادَ و ُكونُوا‬. ‫ا ُخوال ُمسلمَ ال ُمسل َُم‬
Janganlah kalian saling berbuat dengki, fitnah, marah, bermusuhan dan janganlah kalian membeli
barang yang sudah dibeli orang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang saling bersaudara, karena seorang
muslim adalah saudara bagi muslim yang lain.

Hadits di atas berarti agar kita sekalian:

1. Janganlahberharap akan hilangnya nikmat yang dimiliki orang lain.

2. Janganlah menambah harga barang dagangan tidak karena senang atas pembeliannya, melainkan
karena untuk menipu / mengecoh orang lain.

3. Janganlah saling memarahi antara satu sama lain.

4. Janganlah menununjukkan sikap kebencian antara satu sama lain.

5. jangan saling mengurangi harga barang dagangan bagi seseorang pembeli pada saat khiyar (saat
tawar menawar masih berlangsung) dengan mengatakan: "Batalkan membeli barang itu dari si A; aku
akan menjual kepadamu barang seperti itu dengan harga yang lebih murah, atau dengan harga seperti
itu dengan barang yang lebih bagus!";

6. menyibukkan diri untuk melaksanakan ajaran agama Islam seolah-olah kita sekalian adalah anak-
anak dari satu orang laki-laki, sebagaimana kalian adalah hamba-hamba Tuhan Yang Maha Esa.
Bahwasanya seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain dalam hal agama.

َُّ ‫ل كما الحسناتَ يأ ُكالنَ والحس َُد الغ‬


‫قال وسلم عليه للا صلى للا رسول عن علي بن الحسن عن‬: ‫ل‬ َُ ‫ار تأ ُك‬
َُ َّ‫الحطبَ الن‬

Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Dendam dan hasud akan
memakan (pahala amal-amal) baik seperti api yang melalap kayu”
Diceritakan bahwasanya Iblis dating di depan pintu kerajaan Fir’aun, lalu iamengetuknya. Fir’aun pun
berkata: “Siapa itu?”. Iblis menjawab: “Jika memang kamu adalah tuhan, mengapa kamu tidak
mengetahui siapa aku!”.Ketika Iblis itu masuk kedalam istana, ia berkata kepada Fir’aun: “Apakah kamu
tahu di dalam bumi terdapat orang yang lebih buruk dari kamu?”. Fir’aun menjawab: “Siapa dia?”. Iblis
menjawab: “Orang yang dengki. Karena dengki itulah ia merasakan kesengsaraan ini”.

44. Tidak mencela orang muslim

Maksudnya adalah tidak mencela orang muslim, baik ketika ia ada (dihadapan) atau tidak. Rasulullah
SAW bersabda:

َ‫شرَ منَ امرئَ بحسب‬ َُّ ‫ض َهُ ُومالُ َهُ د ُم َهُ حرامَ ال ُمسلمَ على ال ُمسلمَ ُك‬
َّ ‫ ال ُمسلمَ اخاَهُ يحقرَ انَ ال‬. ‫ل‬ ُ ‫ وعر‬.

Seseorang dianggap berbuat jahat bila ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap
muslim yang lainnya diharamkan darah, harta dan kehormatannya.

Adapun maksudnya yaitu menjaga orang lain dari keburukan mencela saudaranya yang muslim sebab
kefaqirannya atau yang lain.Namun sebaliknya, yang harus dilakukan adalah memuliakan dan
menghormatinya.

Setiap sesuatu yang menyakiti orang muslim adalah haram, seperti menumpahkan darahnya
(membunuh),mengambil hartanya (dengan cara tidak baik) dan mencelanya baik ketika ia ada
dihadapannya ataupun tidak. Di dalam sebuah hadis dikatakan:

َُ ‫ل ف ُهوَ عليها ُمص ًّرا ماتَ ومنَ الجنَّةَ يد ُخ‬


‫ل منَ آخ َُر ف ُهوَ الغيبةَ منَ تآئبا ماتَ منَ م‬ َُ ‫يبكى وهُوَ النَّارَ يد ُخ‬
َُ ‫ل منَ أ َّو‬

Barang siapa yang mati dalam keadaan bertaubat dari umpat (menggosip atau membicarakan orang
lain), maka ia adalah orang yang terakhir kali masuk surga. Dan barang siapa yang terus-menus
melakukan umpat, maka ia adalah orang yang pertama kali masuk neraka dengan menangis.

َ ‫النَّارَ منَ القيامةَ يومَ يحميهَ ملكا ل َه ُ تعالى‬


َ‫للاُ بعثَ الدُّنيا فى ال ُمسلمَ أخيهَ عرضَ حمى من‬
Barang siapa yang menjaga kehormatan saudaranya yang muslim di dunia, maka Allah akan
membangkitkannya denganMalaikat yang akan melindunginya dari neraka besok di hari kiamat.

َ ‫صرَهُ فلمَ نصرَهُ يستطي َُع وهُوَ ال ُمسل َُم ا ُخوَهُ عندَهُ ذُكرَ م‬
‫ن‬ َ ‫للاُ نصرَهُ فنصرَهُ ال ُمسل َُم ا ُخوَهُ عندَهُ ذُكرَ ومنَ واآلخرةَ الدُّنيا بهافى‬
ُ ‫للاُ ادرك َهُ ين‬ َ
‫واآلخرةَ الدُّنيا فى‬

Barang siapa yang mengatakan ia mempunyai saudara muslim (yang sedang mempunyai masalah) dan
dia dalam keadaan mampu untuk menolongnya, namun ia tidak menolongnya, maka Allah akan
memberikan masalah yang serupakepadanya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang mengatakan
ia mempunyai saudara muslim (yang sedang mempunyai masalah) kemudiania menolongnya, maka
Allah akan menolongnya di dunia dan di akhirat.

Kata َ‫ أمسك‬pada bait ini artinya adalah mencegah atau meninggalkan. Kata ini merupakan bentuk athaf
kepada sinonimnya, yaitu kata َ‫اُت ُرك‬.

Kataَ‫ لعرض‬pada bait ini dibaca kasrah huruf ‘ain-nya. Maksud dari kata ‫ العرض‬adalah harga diri atau
sesuatu yang tergolong sebagai kemuliaan bagi yang punya.

Kata ‫ فتسل َُم‬dalam bait ini maksudnya yaitu; Jika kamu menghindari sikap mencela orang-orang muslim,
maka kamu akan s…

Anda mungkin juga menyukai