‘AN NAFI’
OLEH :
ALMASYAH
YERINA
• Dari abdurrahman bin abdul qari’ bahwa dia berkata, aku mendengar umar bin khathab ra.
Berkata; “aku mendengar hisyam bin hakim bin hizam membaca surah al-furqan dengan
cara yang berbeda dari yang aku baca sebagaimana rasulullah saw. Membacakannya
kepadaku dan hampir saja aku mau bertindak terhadapnya, namun aku biarkan sejenak
hingga dia selesai membaca. Setelah itu aku ikat dia dengan kainku lalu aku giring dia
menghadap rasulullah saw. Dan aku katakan: "aku mendengar dia membaca al-qur'an tidak
sama dengan aku sebagaimana engkau membacakannya kepadaku". Maka, beliau berkata
kepadaku: "bawalah dia kemari". Kemudian beliau berkata, kepadanya: "bacalah". Maka dia
pun membaca. Beliau kemudian bersabda: "begitulah memang yang diturunkan". Kemudian
beliau berkata kepadaku: "bacalah". Maka, aku membaca. Beliau bersabda: "begitulah
memang yang diturunkan. Sesungguhnya al-qur'an diturunkan dengan tujuh dialek (qira’ah
sab’ah), maka bacalah oleh kalian (qira’ah) mana yang mudah". (Hr. Bukhari)
SEJARAH PERKEMBANGAN QIRA’AT
• Bangsa arab merupakan komunitas dari berbagai suku yang tersebar di sepanjang
jazirah arab. Antara suku satu dengan suku lainnya memiliki lahjaah (dialektik) bahasa
yang berbeda, terutama dalam pengucapannya (mereka memiliki bahasa sampai
puluhan dialek).
Perbedaan dialek bahasanya tentu dipengaruhi oleh letak geografis dan sosio kultural dari •
masing-masing etnis. Kendati demikian mereka telah menjadikan bahasa quraisy sebagai bahasa
bersama dalam berkomunikasi, berniaga, mengunjungi ka’bah dan melakukan bentuk-bentuk
interaksi lainnya. Dengan demikianlah al-qur’an diturunkan dengan berbahasa quraisy agar
mudah dipahami oleh bangsa arab. Demikian dijelaskan di dalam al-qur’an Allah Swt Berfirman :
7 Imam
Qira’at
Nafi’ Al- Ibnu Katsir Abu Amr Ibnu ‘Amir ‘Ashim Al- Hamzah Al-Kisaa’i
Madani Al-Maki Al-Bashri As-Syami Kufi Al-Kufi Al Kuufi
Qaaluun Warsy Al-Bazzi Qunbul Ad-Duriy As-Susiy Hisyam Ibnu Syu’bah Hafsh Khalaf Khalllad Al-Laits Ad-Duriy
Zakwan
3 IMAM QIRA’AT DAN 6 PERAWINYA
3 Imam
Qira’at
Nafi’ Al-
Madani
Qaaluun Warsy
BIOGRAFI IMAM NAFI’
• Nama lengkapnya adalah nafi’ bin abdurrahman bin abi nu’aim al- laitsiy,
beliau di kota isfahan pada tahun 70 H. Sejak muda ia menekuni al-qur’an
dan baru berguru tentang alqur’an kepada 70 lebih orang batiin. Setelah
dewasa imam nafi’ pergi ke madinah dan menatap disana hingga ia
meninggal pada tahun 169 H. Selama kurang lebih 70 tahun imam nafi’
menjadi guru qiraat di kota madinah.
BIOGRAFI WARSY
• Seluruh ulama sepakat bahwa membaca isti’azah di perintahkan bagi yang hendak membaca al-
qur’an. Dalm hal ini berdasarkan firman allah pada surat an-nahl ayat 98.
• يم
ِٓ ِِ ٓٱلر
َّ ِ نط
َٓ َٰ ۡ
ي َّ
ش ٓٱل َنٓم
ِ ِ
ٱَّلل
َّ ب
ِ ٓ ۡ
ذ ع
ِ َ ت ۡ
ٱس َ فٓ َان ء رۡ ق ۡ
ٓٱل ت
َ ۡ
أ فَإِذَآقَ َر
َ
• Jumhur (sebagian besar) ulama dan ahlul ada (ahli membaca) berpendapat bahwa perintah
dalam ayat adalah sunnat dan bila qari’ tidak membaca isti’azah tidak berdosa. Sedang
sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa perintah dalam ayat adalah wajib.
BASMALAH
• Seluruh imam qira’at sepakat membaca basmalah pada tiap bacaan yang dimulai dari
awal surat, kecuali pada awal surat at-taubah. Adapun bila memulai bacaan dai awal
surat at-taubah, semua imam qira’at sepakat tidak memakai basmalah.
• Warsy mempunya 3 (tiga) wajah bacaan yaitu :
1. Memisahkan antara dua surat dengan basmalah.
2. Mewasalkan antara 2 (dua) surat (sebagaimana hamzah)
3. Saktah antara dua surat dengan tanpa basmalah.
MIM JAMA’
• Yang dimaksud mim jama’ di sini adalah mim yang menunjukan jama mudzakar mukhattab (orang
kedua jama’), atau jama’ mudzakar gaib (orang ketiga jama’). Dimana sesudahnya berupa huruf
hidup atau huruf mati :
• Mim jama’ yang terletak sebelum huruf hidup.
• Warsy juga mensilahkan mim jama’ dengan wa sukun, apabila huruf hidupnya berupa hamzah
qata maka panjang huruf madnya adalah 6 harakat
• Dengan basmalah
• Tanpa basmalah
• Menyambung surat al-anfal dengan surat at-taubah ada 3 cara wajah, yaitu :
• Wakaf
• Saktah
• Washal
• Jika lafazh ana bertemu dengan hamzah qata’ berbaris fathah atau dhamah,
maka dibaca dengan 6 harakat ketika washal dan hukumnya menjadi mad
munfashil.
• Jika lafazh َ أَناbertemu dengan hamzah qata’ berbaris kasrah atau huruf
selain hamzah, maka di baca tanpa harakat ketika washal dan dibaca 2
harakat ketika waqaf.
PERTEMUAN 2 HURUF HAMZAH PADA
SATU KATA
• Apabila ada huruf hamzah bertemu dalam satu kata dan hamzah pertama
adalah hamzah istifhamiyah.
• Jika hamzah kedua berbaris fathah maka di baca dengan tashil atau ibdal
• Jika hamzah kedua berbaris kasrah maka di baca dengan tashil saja
• Jika hamzah kedua berbaris dhammah dibaca dengan tashil saja
PERTEMUAN 2 HURUF HAMZAH PADA 2 KATA
• Sama harakat (a-a, i-i, u-u)
• Jika berbaris fathah (a-a) dibaca dengan tashil atau ibdal, seandainya
setelah huruf hamzah di ikuti huruf berbaris namun dibaca dengan ibdal 6
jika di ikuti dengan huruf sukun.
• Jika berbaris kasrah (i-i) dibaca dengan tashil atau ibdal. Hamzah kedua (i-i)
menjadi (yi) 6 harakat.
• Jika berbaris dhammah (u-u) dibaca dengan tashil atau ibdah hamzah kedua
(u) menjadu wawu mad 2 harakat.
BEDA HARAKAT (A-I, A-U, U-I, A-U, I-A)