KLASIFIKASI HADIST
DISUSUN OLEH :
RODIYAH T20198079
Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas
limpahan dan karunianya saya dapat menyusun makalah hingga selesai. Sholawat
dan salam semoga tetap terlimpahkan pada junjungan kita Rasulullah SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang islamiyah
sampai sekarang ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.
Saya mohon maaf apabila banyak terjadi kesalahan pada makalah ini,baik dalam
penulisan ataupun isi. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk tersempurnanya pembuatan makalah
selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.3. TUJUAN..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................3
2.2. Hadist ditinjau kualitas sanad dan matan (Shahih,Hasan dan Dha’if)..5
3.1. KESIMPULAN.................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Posisi hadist sebagai sumber hukum. Tidak lain karena adanya kesesuaian
antara hadist dengan teks suci yang ditransmisikan kepada nabi muhammad. Bisa
juga dikatakan bahwa hadist merupakan wahyu tuhan yang tidak dikodifikasikan
dalam bentuk kitab sebab lebih banyak hasil daripada proses berpikirnya nabi dan
hasil karya nabi. Akan tetapi bukan berarti hadist adalah al-quran.
Hadist-hadist yang mutawatir yang tergolong hadist yang maqbul dan wajib
diterima dan diamalkan,sedangkan hadist masyur atau hadist Ahad,maka ia bisa
saja berstatus shahih,hasan,ataupun dha’if,tergantung kualitas masing-masing
hadist tersebut.
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hadist yang ditinjau dari kuantitas perawinya
(Mutawatir,Ahad)?
2. Apa pengertian hadist yang ditinjau dari kualitas sanad dan matan
(Shahih,Hasan, dan Dha’if)?
3. Apa pengertian hadist yang ditinjau dari sumber berita
(Qudsi,Marfu’,Mauquf,Maqtu’)?
4. Apa pengertian hadist yang ditinjau dari sifat sanad dan cara
periwayatannya (Mu’an’an,Mu’annan)?
5. Apa pengertian hadist yang ditinjau dari kekuatannya sebagai hujjah
(Maqbul dan Mardud)?
6. Apa pengertian hadist yang ditinjau dari persambungan sanad
(Musnad,Muttasil)?
7. Apa pengertian hadist yang ditinjau dari gurunya sanad
(Munqati’,Mu’dhal,Mursal,Mu’allaq)?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui klasifikasi hadist yang ditinjau dari kuantitas perawi
(Mutawatir,Ahad).
2. Untuk mengetahui klasifikasi hadist yang ditinjau dari kualitas sanad
dan matan (Shahih,Hasan dan Dha’if).
3. Untuk mengetahui klasifikasi hadist yang ditinjau dari sumber berita
(Qudsi,Marfu’,Mauquf,Maqtu’).
4. Untuk mengetahui klasifikasi hadist yang ditinjau dari sifat sanad dan
cara periwayatannya (Mu’an’an,Mu’annan).
5. Untuk mengetahui klasifikasi hadist yang ditinjau dari kekuatannya
sebagai hujjah (Maqbul dan Mardud).
6. Untuk mengetahui klasifikasi hadist yang ditinjau dari persambungan
sanad (Musnad,Muttasil).
7. Untuk mengetahui klasifikasi hadist yang ditinjau dari gurunya sanad
(Munqati’,Mu’dhal,Mursal,Mu’allaq).
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hadist Mutawatir
3
1) Mutawatir Lafdzi
Yaitu mutawatir dalam satu masalah yang diriwayatkan dengan lafadz satu
atau lebih namun satu makna,atau menggunakan susunan kata yang berbeda-
beda tetapi pengertiannya sama,yaitu tetap dalam konteks masalah itu.
2) Mutawatir Maknawi
Hadist Ahad
4
gharib. Hadist masyur menurut bahasa “muntasyir” yang berarti sesuatu yang
sudah tersebar,sudah popular.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dan yang lainnya. Hadits ini,
selain ahad juga gharib, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu
ِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل اإْل ِ ي َمانُ بِضْ ٌع َو ِستُّونَ ُش ْعبَةً َو ْال َحيَا ُء ُش ْعبَةٌ ِم ْن اإْل ِ ي َم
ان َ ع َْن النَّبِ ِّي
Hadist Shahih
5
oleh rawi yang adil dan dhabit,tidak syadz dan tidak pula terdapat illat (cacat)
yang merusak.
1. Muttasil Sanadnya
Sanad dari matan hadist itu rawi-rawinya tidak terputus melainkan
bersambung dari permulaannya sampai akhir sanad. Oleh karena itu.hadist
mursal,munqathi’,mu’dhal dan muallaq,tidak termasuk dalam kategori
hadist yang muttasil sanadnya.
2. Rawi-rawinya adil
Adil adalah perangai yang senantiasa menunjukkan pribadi yang taqwa
dan muru’ah (menjauhkan diri dari sifat atau tingkah laku yang tidak
pantas untuk dilakukan). Yang dimaksud adil disini ialah adil dalam hal
meriwayatkan hadist,yaitu orang islam yang mukallaf (cakap bertindak
hukum)yang selamat darifasiq dan sifat-sifat yang rendah. Oleh karena
itu,orang kafir,fasiq,gila,dan orang yang tidak pernah dikenal,tidak
termasuk orang yang adil. Sedangkan,orang perempuan,budak,dan anak
yang sudah mumayyiz bisa digolongkan orang yang adil apabila
memenuhi kriteria tersebut.
3. Rawi-rawinya sempurna kedhabitannya
Yang dimaksud sempurna kedhabitannya ialah kedhabitan pada tingkatan
yang tinggi. Dalam hal ini,dhabit ada dua macam yaitu :
a. Dhabit hati
Seseorang dikatakan dhabit hati apabila dia mampu menghafal
setiap hadist yang didengarnya dan sewaktu-waktu dia bisa
mengutarakan atau menyampaikannya.
b. Dhabit kitab
Seseorang dikatakan dhabit kitab apabila setiap hadist yang dia
riwayatkan tertulis dalam kitabnya yang sudah ditashih (dicek
kebenarannya) dan selalu dijaga.
4. Tidak syadz
6
Yang dimaksud syadz di sini ialah hadist yang diriwayatkan oleh seorang
rawi yang terpercaya itu tidak bertentangan dengan hadist yang
diriwayatkan oleh rawi-rawi yang tingkat dipercayanya lebih tinggi.
5. Tidak terdapat illat
Illat di sini ialah cacat yang samar yang mengakibatkan hadist tersebut
tidak dapat diterima.
a) Berakibat kepastian hukum. Hal ini apabila hadist tersebut terdapat pada
shahih Bukhari dan shahih Muslim. Demikian pendapat yang dipilih dan
dibenarkan oleh Ibnu Al-Shalah.
b) Imperatif diamalkan. Menurut Ibnu Hajar dalam kitab Syarah Al-
Nuhbah,wajib mengamalkan setiap hadist yang shahih,meskipun hadist
dimaksud tidak termasuk yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
c) Imperatif untuk menerimanya. Menurut Al-Qasim dalam kitab Qawa’idu
Al-Tahdist,bahwa wajib menerima hadist shahih walaupun hadist shahih
itu tidak pernah diamalkan oleh seorang pun.
d) Imperatif segera diamalkan tanpa menunggu sampai adanya dalil yang
bertentangan.
e) Hadist shahih tidak membahayakan
f) Tidak harus diriwayatkan
7
Contoh hadits yang derajatnya shahih li ghoirihi sebagai berikut :
“ Dari Muhammad bin amer dari abi salamah dari abu hurairah sesungguhnya
rasulullah saw bersabda: Kalaulah tidak memberatkan atas umatku pasti akanku
perintahkan kepada mereka bersiwak ketika setiap shalat”(HR. Tirmidzi, Kitab
Thaharah).
Hadist Hasan
Hasan menurut bahasa ialah “sesuatu yang baik dan cantik.” Sedang
menurut istilah,hadist hasan ialah hadist yang muttasil sanadnya,diriwatkan oleh
rawi yang adil dan dhabith,tetapi kadar kedhabitannya di bawah kedhabitan hadist
shahih,dan hadist itu tidak syadz dan tidak pula terdapat illat (cacat).
1. Muttasil sanadnya.
2. Rawinya adil.
3. Rawinya dhabith. Kedhabitan rawi disini tingkatannya di bawah
kedhabitan rawi hadist shahih,yakni kurang sempurna
kedhabitannya.
4. Tidak termasuk hadist syadz
5. Tidak terdapat illat (cacat).
8
konsekuensi logis dari dimensi kesempurnaan kedhabitan rawi-rawi hadist
hasan,yang tidak seoptimal kesempurnaan kedhabitan rawi-rawi hadist shahih.
Istilah-istilah yang terkategori dalam hadist shahih dan hadist hasan. Istilah-
istilah yang digunakan oleh para ahli hadist dalam menyebut hadist maqbul ialah :
a) Jayyid
b) Qawiy
c) Shalih
d) Tsabit
e) Maqbul
f) Mujawad
9
الض بَ ِعي عَنْ أَبِ ْي ِع ْم َرا ِن ا ْل َج ْونِي عَنْ أَبِي بَ ْك ِر ْب ِن ُّ ُ ُح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ َح َّدثَنَا َج ْعفَ ُر بْن
َسلَ ْي َمان
َّ إِن: س ْو ُل هللاِ ص م ْ س ِم ْعتُ أَبِي بِ َح
ُ قَ ا َل َر: ض َر ِة ال َع ُد ِّو يَقُ ْو ُل َ : ي قَا َل ْ َ سي اأْل
ْ ش َع ِر َ أَبِي ُم ْو
“ الحديث..… ف
ِ سيُ ْو َ أَ ْب َو
ُّ اب ا ْل َجنَّ ِة ت َْحتَ ِظالَ ِل ال
Hadist Dhaif
Kata “dha’if” menurut bahasa berasal dari kata “du’fun” yang berarti
lemah lawan dari kata “qawiy” yang berarti kuat,sedangkan hadist dhaif berarti
hadist yang tidak memenuhi kriteria hadist hasan. Hadist dhaif disebut juga hadist
mardud (ditolak). Contoh hadist dhaif ialah hadist yang berbunyi :
Apa yang diriwayatkan oleh tirmidzi dari jalur hakim al-atsrami “dari abi tamimah
al-Hujaimi dari abi hurairah dari nabi saw ia berkata : barang siapa yang
menggauli wanita haid atau seorang perempuan pada duburnya atau seperti ini
maka sungguh ia telah mengingkari dari apa yang telah diturunkan kepada nabi
Muhammad saw”.
10
takut untuk melakukan atau tidak melakukan suatu amal perbuatan,dan
dalam hal menerangkan biografi. Syarat-syarat boleh mengamalkan hadist
dhaif yang disebutkan Ibnu Hajar diantaranya :
a) Hadist dhaif itu mengeni keutamaan-keutamaan amal.
b) Kualitas kedhaifan tidak terlalu,sehingga tidak dibolehkan
mengamalkan hadist-hadist dhaif yang diriwayatkan oleh orang-
orang pendusta,yang tertuduh berbuat dusta,dan yang sangat jelek
kesalahannya.
c) Hadist dhaif itu harus bersumber pada dalil yang bisa diamalkan.
d) Pada waktu mengamalkan hadist dhaif tidak boleh mempercayai
kepastian hadist iru,melainkan harus dengan niat ikhtiyat (berhati-
hati dalam agama).
Ulama menegaskan dibolehkan mengamalkan hadist dhaif dalam
bidang keutamaan-keutamaan amal,di antaranya ialah :
Imam Al-Nawawi dalam kitabnya Al-Taqrib.
Imam Al-Iraaqi dalam kitab Syarah Alfiyah Al-Iraaqi.
Ibnu Hajar Al-Asqalaani dalam kitab Syarah Al-Nukhbah.
Syekh Zakariya Al-Anshari dalam kitab Syarah Alfiyah Al-
Iraaqi.
Al-Hafidz Al-Suyuthi dalam kitab Al-Tadrib
Ibnu Hajar Al-Makki dalam kitab Syarah Al-Arba’in.
2. Orang yang mengetahui hadist sanadnya dhaif,maka harus
mengatakannya,”hadist ini sanadnya dhaif.” Tidak dibolehkan dengan
mengatakannya,”hadist ini dhaif” hanya disebabkan adanya kelemahan
dalam sanad. Karena,hadist itu kadang mempunyai sanad lain yang shahih.
Seseorang dibolehkan menyebutnya dengan tegas,”hadist ini dhaif”
apabila telah jelas tidak ada sanad lain yang shahih.
3. Hadist dhaif yang tanpa sanad tidak boleh diucapkan dengan kata-
kata,”bahwasanya nabi saw bersabda ... begini dan begitu ... dst.”
4. Apabila hadist dhaif itu mempunyai makna yang musykil,maka tidak perlu
dicari-cari interpretasinya dengan cara mena’wil,atau dengan cara lain
11
untuk menghilangkan kemusykilannya,sebab cara-cara yang demikian itu
hanya bisa dilakukan terhadap hadist shahih.
5. Hadist dhaif tidak boleh mengakibatkan turunnya kualitas validitas hadist
shahih. Demikian ini pendapat Ibnu Hajar dalam kitab Fathu Al-Bari.
a) Maudhu’
b) Matruk
c) Ma’ruf dan Munkar
d) Mu’allal
e) Mudraj
f) Maqlub
g) Mudhtharib
h) Muharraf
i) Mushohhaf
j) Mubham,Majhul dan Mastur
k) Syadz dan Mahfudh
l) Mukhtalith
a) Muallaq
b) Mursal
c) Mudallas
d) Munqathi’
e) Mu’dhal
a) Mauquf
b) Maqthu’
12
2.3.HADIST DITINJAU DARI SUMBER
BERITA(QUDSI,MARFU’,MAUQUF,MAQTU’)
Hadist Qudsi
Hadist qudsi merupakan hadist yang secara makna datang dari allah,sementara
redaksinya dari rasulullah saw. Sehingga hadist qudsi adalah berita dari allah
kepda nabi-nya melalui ilham atau mimpi,kemudian rasulullah saw
menyampaikan hal itu dengan ungkapan beliau sendiri. Untuk itu al-quran lebih
utama dibanding hadist qudsi,karena allah juga menurunkan redaksinya.(at-
Tahrim,hlm.133)
Hadist Marfu’
Hadist marfu’ ialah hadist yang dihubungkan kepada nabi saw,baik berupa
perkataan,perbuatan,maupun taqrir. Hadist itu disebut marfu’ karena mempunyai
derajat yang luhur sebagai akibat dihubungkannya kepada nabi saw,baik dengan
menggunakan sanad yang muttasil (bersambung) atau tidak.
1. Marfu’ Tashrihi
Yaitu hadist yang diketahui secara jelas dihubungkan kepada nabi
saw,baik berupa perkataan,perbuatan,maupun taqrir.
2. Marfu’ Hukmi
Yaitu hadist yang secara jelas oleh sahabat tidak dihubungkan
kepada nabi saw melalui kata-kata,misalnya,”bahwa rasulullah saw
13
bersabda”atau”Bahwa rasulullah saw telah melakukan ...”,atau “bahwa
dilakukan di depan nabi saw ...”
Hadist Maqthu’
Hadist maqthu’ adalah ialah hadist yang dihubungkan kepada tabi’in atau
orang-orang yang datang sesudahnya,baik berupa perbuatan maupun
perkataan,baik tabi’in besar maupun tabi’in kecil,baik sanadnya muttasil atau
tidak. Dan oleh sebab itu,sesuatu yang dihubungkan kepada nabi saw dan sahabat
tidak termasuk dalam kategori ini.
Adapun hukum hadist maqthu’ ialah tidak boleh dijadikan hujjah apabila
tidak ada tanda-tanda yang khusus tentang adanya marfu’. Tetapi,apabila dijumpai
adanya tanda-tanda marfu’ sampai kepada nabi saw,maka secara proporsional
hadist maqthu’ yang demikian itu termasuk dalam hukum marfu’.
Hadist Mauquf
Hadist Mu’an’an
14
Hadist mu’an’an adalah hadist yang sanadnya dikatakan “dari fulan” (‘an
fulan) tanpa menerangkan tahdis (menceritakan) atau sima’ (mendengar). Hadist
mu’an’an ini,menurut pendapat yang kuat,termasuk hadist bersanad muttasil,kalau
memenuhi tiga syarat,yaitu :
Hadist Mu’annan
Hadist Musalsal
Kata musalsal berasal dari kata “salsala” yang berarti bertemunya bagian
dari sesuatu dengan yang lain. Sedangkan pengertian hadist musalsa menurut
istilah ialah suatu hadist yang masing-masing rawi dalam sanad hadist itu
meriwayatkan dengan menggunakan satu bentuk yang sama,baik dari segi riwayat
maupun sanad,dan baik hal yang terdapat dalam sanad itu dihubungkan dengan
sifat-sifat menyampaikan hadist maupun dihubungkan dengan waktu
meriwayatkan atau tempat meriwayatkan,serta sisi yang diriwayatkan itu baik
berupa perkataan atau perbuatan,maupun berupa perkataan dan perbuatan secara
bersamaan.
15
matnnya kadang ada yang shahih,meskipun dalam sifat musalsalnya masih banyak
yang dipersoalkan. Di antara hadist musalsal yang paling shahih ialah hadist
musalsal mengenai membaca surat Al-Shaff.
Ali adalah isim fa’il dari kata Al-‘Uluwwu,artinya tinggi. Sedangkan Nazil
adalah An-Nuzuul rendah (turun). Menurut terminologi hadist ali adalah hadist
yang rawi-rawi sanadnya sedikit dibandingkan dengan sanad lain dari hadist yang
rawi-rawi sanadnya lebih banyak dibandingkan sanad lain dari hadist itu juga.
Nazil merupakan kebalikan dari Ali.
1. Sanad yang bilangan rawinya sampai kepada Nabi saw. Sedikit kalau
dibandingkan dengan sanad lain dari hadist itu juga.
2. Sanad yang bilangan rawinya sampai kepada salah seorang Imam
hadist,sedikit terbanding dengan sanad lain dari riwayat itu juga. Imam-
imam Hadist itu seperti :
Malik,Syu’bah,Sufyan,atstsauri,Syafi’i,Bukhari,Muslim,Ibnu
Juraij,Zuhri,al-Auza’i,Sufyan bin ‘Ujainah.
3. Sanad yang bilangan rawinya sampai kepada salah satu Kitab Hadist yang
teranggap,sedikit,jika dibandingkan dengan sanad lain. Kitab-kitab hadist
iru seperti : Shahih Bukhari,Shahih Muslim,Sunan Abi Dawud,Ibnu
Majah,Nasa’i,Shahih Turmudzi dan Musnad Ahmad.
4. Satu sanad didalamnya ada rawi yang terima dari seorang
syaikh,meninggal lebih dahulu dari rawi lain yang juga terima dari syaikh
itu.
5. Sanad yang didalamnya ada rawi yang mendengar dari seorang syaikh
lebih dulu daripada rawi lain mendengar dari syaikh itu juga.
16
2.5.HADIST DITINJAU DARI KEKUATANNYA SEBAGAI HUJJAH
(MAQBUL DAN MARDUD)
Hadist Maqbul
1. Sanadnya bersambung.
2. Diriwayatkan oleh rawi yang adil.
3. Hadisnya tidak syadz.
4. Tidak terdapat illat (cacat).
1. Hadist maqbul ma’mulun bih adalah hadist maqbul yang dapat diterima
menjadi dan dapat diamalkan.
a) Hadist muhkam
b) Hadist mukhtalif
c) Hadist rajih
d) Hadist nasikh
2. Hadist maqbul ghairu ma’mul bih ialah hadist maqbul yang tidak bisa
diamalkan.
a) Hadist mutasyabih
b) Hadist mutawaqqaf fihi
c) Hadist marjuh
d) Hadist mansukh
17
Hadist Mardud
Hadist Musnad
Hadist musnad ialah hadist yang muttasil (bersambung) sanadnya mulai dari
rawi pertama sampai rawi yang terakhir,yaitu nabi saw. Dengan demikian,hadist
musnad mempunyai dua syarat,yaitu :
18
ِ ج عَنْ أَبِي ه َُر ْي َرةَ َر
ُ ض َي هَّللا ِ الزنَ ا ِد عَنْ اأْل َ ْع َر
ِّ وس فَ عَنْ َمالِ ٍك عَنْ أَبِي ُ َُح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ي
س ْله س ب ًعا ِ الكلب في إن اء أح ِدكم ف ْليَ ْغ
ُ َ إذا:سلَّ َم قَا َل
ش ِر َب َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو ُ َع ْنهُ أَنَّ َر
َ ِ سو َل هَّللا
)(البخاري باب الماء الذي يغسل به
”Telah mengabarkan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, dari Malik, dari Abu az-
Zinnaad dari al-A’raj dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Apabila seekor anjing
meminum di dalam bejana salah seorang di antara kalian, maka hendaklah dia
mencucinya tujuh kali.”(HR. al-Bukhari Bab al-Maa’u alladzi Yughsalu Bihi)
Hadist Muttasil
”(Imam) Malik dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar (radhiyallahu 'anhu), bahwasanya dia
berkata:”Seperti ini…”
Hadist Munqathi’
19
Hukum hadist munqhati’
Hadist Mu’dhal
Hadist Mursal
Kata “mursal” menurut etimologi diambil dari kata “irsal” yang berarti
“melepaskan.” Kata ini digunakan sebagai istilah untuk menyebut suatu
hadist,karena orang yang meriwayatkannya melepaskan hadist itu langsung
kepada nabi saw,tanpa menyebutkan rawinya,yakni tidak menyebutkan seseorang
yang pertama mengeluarakan hadist itu. Sedangkan menurut terminologi ialah
hadist yang dimarfu’kan oleh tabi’i kepada nabi saw. Artinya ,seorang tabi’in
secara langsung mengatakan, “bahwasanya rasulullah saw bersabda...”
Hadist Mu’allaq
20
Kata “mu’allaq” secara etimologi diambil dari kata “ta’liqu Al-Jidaari wa
nahwihi” yang berarti “dinding atau sejenisnya menggantung”. Dan artinya ialah
menyangkut segala sesuatu yang terputus dari kesinambungan. Sedangkan
menurut terminologi ialah hadist yang dibuang rawi-rawinya pada permulaan
sanad,baik rawi yang dibuang atau digugurkan itu satu atau lebih,secara beriring-
iringan maupun tidak,dan walaupun dibuang sampai pada akhir sanad.
Hukum hadist mu’allaq ialah dha’if,sebab keberadaan rawi yang dibuang dalam
sanadnya tidak dapat diidentifisir.
ُع ُْث َمان م ُر ْكبَتَ ْي ِه ِحينَ َد َخ َلRَ َّصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل
َ غَطَّى النَّبِ ُّي
Abu Musa berkata: “Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam menutupi kedua lututnya
ketika Utsman masuk”.
21
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Ibid.Hal.131-132
23
24