Anda di halaman 1dari 25

RIMA EMELIA

PENGUASAAN DAN PENGUSAHAAN TANAH DI PEDESAAN

Sosiologi pedesaan dan sosiologi pertanian adalah merupakan dua dari sekian spesialisasi
yang ada dalam sosiologi.

Defenisi Desa

Mengingat tentang desa , sebagian besar dari kita akan membayangkan pada wilayah
denmgan hamparan lahan pertanian dan perkebunan sebagai mata pencaharian warganya, atau
juga pada desa pesisir yang sebagian besar warganya bertumpu pada laut yang kehidupannya
sebagai nelayan . Desa juga mengingatkan pada masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai ,
norma, dan kebudayaan yang secara turun temurun di lestarikan dengan masyarakat modern
menyebutnya sebagai “ taradisional “.karena pada akhirnya justru tradisionalitas inilah yang
mampu merawat hubungan baik antara sesame manusia serta dengan lingkungan dengan ytetap
memelihara kelestariannya .

Yang menjadikannya sebagai tempat bermukim serta mencari penghidupan . Desa di


dirikan oleh para pendiri desa yang istilahnya membuka hutan belukar dan menjadikannya
sebagai tempat bermukim dalam dusun-dusun atau bahkan pemimpin desa.

Salah satu bentuk penghormatan terhadap leluhur srbagai pendiri desa biasanya di
rayakan melalui berbagai upacara adat sebagai ucapan rasa syukur . Berbagai upacara adat dalam
berbagai budaya masyarakat harus di maknai lebih dewasa , karena hal ini justru menunjukkan
betapa masyarakat desa sangat menghargai jasa para leluhurnya dan rasa syukurnya pada Tuhan
yang Maha Eesa.serta sangat memungkinkan bahwa kesadaran dan memori tentang para leluhur
dapat menjadi pemersatu warga desa untuk saling bergotong royongmenjaga dan
mengembangkan desanya.

SISTEM PERTANIAN PEDESAAN

Pengertian,unsur dan sistem pertanian

Hakim (2011:28) yang mengutip smith dan zopt menerangkan bahwa sistem pertanian
merupakan seperangkat gagasan , keterampilan , teknik, prasangka, dan kebiasaan yang berlaku
di masyarakat dalam hubungannya dengan pengelolaan tanah pertanian.
Berdasarkan pengertian ini , sistem pertanian sangat erat kaitannya dengan bagaimana manusia
secara individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan pengelolaan tanah sebagai mata
pencaharian .setiap masyarakat tentu memiliki karekteristik yang berbeda yang di dasari
perbedaan budaya dan lingkungan tempat tinggal masing-masing termasuk dalam sistem
pertanian. Sehingga pembanguna sektor pertanian sangat perlu mempertimbangkan bagaimana
gagasan , kebiasaan, dan praktik masyarakat dalam mengolah lahan pertanian masing-masing .

Unsur-unsur pokok dalam pertanian menurut Harioanto(2007 :2) Dapat di bagi dalam empat
unsur utama , yaitu petani dan keluarganya ( Rumah tangga petani), sumber daya alam.,
teknologi, dan lingkungan sosial budaya . Harianto berpendapat bahwa unsur rumah tangga
petani harus menjadi proses utama yang perlu di perhatikan dalam daya pembangunan pedesaan .
pembangunan rumah tangga petani di harapkan bahwa kualitas petani menjadi meningkat dalam
menangkap peluang dan mengoptimlakan potensi yang di miliki.

Aspek manusia, dalam hal ini petani dan keluarganya mempunyai peran utama dalam
pengembangan sektor pertanian . peningkatan kualitas petani yang di harapkan adalah
peningkatan kemampuan rumah tangga petani yang di harapkan adalah peningkatan kemampuan
rumah tangga petani dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dengan memanfaatkan
potensi alam yang di bantu dengan tenaga manusia.

Dan sektor –sektor penting dan strategis dalam suatu Negara harus di kelola dengan
seimbang, selaras dan mencapai titik optimal. Agar Negara itu dapat di katakana sebagai Negara
baik. Negara yang mampu berdiri di kaki sendiri . karena sektor- sektor penting dan strategis
yang di miliki suatu Negara secara sadar atau tidak memberikan kontribusi dan dapat di jadikan
tuntunan untuk meminimalisiir masyarakat sejahtera yang sebagian besar menyelimuti keluarga
petani di pedesaan .

Salah satu cara untuk meminimalisir hal tersebut adaalah dengan membangun sektor
pertanian dan pembangunan daerah di pedesaan dengan baik. Berita tidak dapat di pungkiri ,
sektor pertanian dan pembanguna daerah pedesaan secara tidak langsung dapat membantu
meningkatkan perekonomian nasiona, l meskipun dari berita isi lain masih memandang bahwa
sektor pertanian itu di pandang sebelah mata dan di jadikan sebagai unsur penunjang.

Melihat kondisi saat ini , sebagian besar masyarakat belum menyadari akan pentingnya
pembangunan daerah pedesaan dan sektor pertanian yang jauh lebih penting dari sekedar unsur
penunjang. Daerah pedesaan dan sektor pertanian dapat memberikan kontribusi bagi sektor lain,
terutama sektor industri yang sudah bmendarah daging dan di nobatkan sebagai sektor unggulan
dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan .

Perlu di ingat pula tanpapembangunan pedesaan yang integrative , pertumbuhan industry


tidak akan berjalan sehalus sutera , justru akan menciptakan ketimpangan internal yang parah
dalam perekonomian yanag bersangkutan , memperparah masalah kemiskinan , pendapatan ,
serta pengguguran.
Oleh karena itu perlu di lakukan upaya-upaya yang signifikan dalam meminimalisir terjadinya
dampak yang buruk terhadap sektor pertanian dan pembangunan pedesaan, salah satunya dengan
cara menemukan vaaaaarietas baaru yang unggul serta penerapan teknologi yang sesuai dengan
perkembangan zamkan, agar permasalahan sistem nagraria yang beragam dapat diminimalisir
serta tercapainya pembangunan pedesaan

Sosiologi Industri

Sosiologi Kebudayaan

Spesialisasi Sosiologi Sosiologi Agama

Sosiologi Pembangunan

Sosiologi Perkotaan,dll

Bersifat umum dan luas

Spesialisasi Struktur

Bersifat khusus dan

Mendalam

Sasaran studi utama sosiologi adalah masyarakat. . Masyarakat selalu berubah antara kelompok
masyarakat yang satu dan yang lain, perubahannya berbeda-beda.

Pertambahan

Perubahan

Spesialisasi-spesialisasi
Pada masyarakat

Terjadinya perubahan

Spesialisasi-spesialisasi sosiologi

Contoh spesialisasi-spesialisasi baru sosiologi seperti: Sosiologi Korupsi, Sosiologi pertanian,


Sosiologi Matematik.

Sosiologi

Sosiologi-Bahasa latin Socius- ”teman, bersama-sama”-logos-“omongan.”

Ssosiologi secara umum- ilmi tentang masyarakat(Omongan tentang teman, tentang


kebersamaan)

Sosiologi lahir-AugusteCome-buku berjudul “Positive Philosophy”-Tahun 1838-Bapak Sosiologi

Sosiologi menjadi lebih popular dan berkembang berkat buku “Principles of Sociology” Yang di
tulis oleh Herbert Spencer tahun 1876.Sebelum itu menurut serjono soekanto 1986, yakin ketika
filsafat masih di anggap sebagai induk dari segala macam ilmu pengetahuan (Mater
Scientiarum), ilmu yang membahas masyarakat adalah filsafat sosial.

Menurut Pitirin Sorokin (1928), Sosiologi mempelajari gejala sosial-kebudayaan dari sudut
umum, mempelajari sifst esensial gejala tersebut serta hubungan antara gejala itu yang amat
banyak.

Menurut F.F.Cuber (1951), Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan timbal balik
nantara manusia.

Menurut R.M. Mac Iver dan C.H. page (1955), Sosiologi adalah berkaitan dengan hubungan
sosial dan dengan seluruh jaringan hubungan itu yang di sebut masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964), Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial,.

Menurut E.R. Babbie (1983), Sosiologi adalah telaah tentang kehidupan sosial, terentang dari
interaksi tatap-muka antara dua individu sampai pada hubungan global antara bangsa-bangsa.

Dari kelima defenisi tersebut dapat di rumuskan secara umum bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat, dalam berbagai aspeknya.

Aspek Ekonomi

Ilmu sosial selain sosiologi lebih menekankan kepala Aspek Sejarah

Aspek Ilmu Politik

Aspek ekonomi misalnya; lebih menekankan masalah distribusi dan konsumsi kekayaan.

Aspek sejarah, lebih menekankan pada studi menenai hal-hal yang sudah lampau.

AspekIlmu Politik, dilain pihak lebih menekankan pada studi tentang distribusi kekuasaan dalam
berbagai masyarakat.

Menurut P.B.Horton dan C.L. Hunt (1984). Ada empat perspektif yang perlu mendapat perhatian
yaitu:

 Perspektif Evolusioonis : memusatkan perhatian kepada urut-urutan berlakunya


perubahan masyarakat.
 Perspektif Interaksionis : memusatkan perhatikan pada hubungan sehari-hari dan
perilaku individu serta kelompok menurut keadaan sebenarnya.
 Perspektif Fungsionalis : memandang masyarakat sebagai suatau sistem yang saling
berhubungan, di mana masing-masing kelompok memainkan suatu peranan dan setiap
pelaksanaan membantu bekerjanya sistem tersebut.

PerspetifKonflik : memandang kesinambungan ketegangan dan perjuangan kelompok sebagai


kondisi normal suatu masyarakat di mana stabilitas dan consensus nilai merupakan ilusi yang di
susun dengan hati-hati untuk melindungi kelompok yang mendapat hak-hak istimewa
Ilmu (science) –suatu sistem atau ncara untuk memahami sesuatu yang di dasarkan pada
pengalaman empiric.

Artinya, ilmu itu memerlukan bukti-buktiyang harus dapat di konfirmasikan (di kuatkan) oleh
panca indra kita.

Lihat

Dengar

Bukti-bukti yang empirik harus bisa di Rasakan

Raba

Cium bau/harumnya

Angka-angka statistik misalnya –bukti-bukti empirik dari suatu variable atau karakteristik dari
variable. Biasanya seorang ilmuan sosial baru akan mengatakan bahwa ia mengetahui sesuatu itu
apabila ia paling kurang bisa mengumukakan suatu jumlah tertentu (angka statistik yang
mengandung apa yang apa di ketahuinya itu .

Ilmu mempunyai dua tujuan utama:

1. Untuk menerangkan secara jelas dan tepat tentang susuatu fenomenon (gejala, peristiwa
atau event).
2. Untuk menjelaskan secara tuntas pula mengapa suatu fenomenon itu terjadi seperti itu,
tidak seperti yang lain.

Disamping itu,ilmu juga mapu menjelaskan kemana arahnya dan bagaimana akhir atau
kelanjutan suatu fenomenon yang terjadi artinya, ilmu dapat memberikan suatu ramalan
(prediksi, prediction) tentang kemungkinan terjadinya fenomenon yang sama di masa depan.
Prosedur Penelitian

Beberapa langkah prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Menyatakan dengan lugas isu atau problema yang menarik perhatiannya untuk di teliti.

Pengalaman pribadi

Isu/problema dapat bersumber Bacaan sehari-hari

Pengamatan (observasi) sehari-hari


tentang

suatu hal tertentu

Hipotesis : suatu pernyataan (bukan pertanyaan) tentang adanya hubungan secara empirik yang
kita harapkan dapat terbukti (teramati)di dalam penelitian , terutama bila teori yang kita pakai
dalam menurunkan hipotesis itu benar.

2. Melaksanakan penelitian atau mengumpulkan data yang bergayut dengan obyek


penelitian.

Variabel –karakteristik yang kita ukur dengan alat ukur tertentu yang umum atau khusus
kita ciptakan untuk tujuan penelitian tersebut.

Sampling mempunyai beberapa tahapan dan masing-masing tahapan tersebut mempunyai


tingkat kemuskilan (keyakinan) yang berbeda.
Sampling yang terbaik-sampling acak( random sampling) dimana tiap individu dari satu
populasi yang di temukan harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk terpilih
sebagai sampel (wakil) dari populasi bersangkutan untuk di jadikan subyek penelitian.

3. Pengumpulan data dengan instumen yang di persiapkan sesuai dengan defenisi


operasional yang di berikan dan data yang di himpun tersebut menjadi bahan analisis
dalam upaya menemukan pola perilaku para petani desa yang di maksud.
4. Menjelaskan bagaimana dan mengapa temuan kita seperti itu.

Variabel yang tak di ketahui-error factor

Di dalam analisis statistikfaktor error tersebut mestinya bisa di perhitungkan. Sehingga bisa
mengatakan berapa persen dari suatu korelasi yang tidak bisa di jelaskan karena alasan-alasan
factor error tersebut. Makin kecil koefisien factor makin besar hal-hal yang dapatt di jelaskan.

Teori tetap masih memerlukan suatu verifikasi. Artinya, teori masih di uji lewat berbagai
hipotesis dengan data empirik. Proses ini melahirkan penelitian baru, sehingga peroses penelitian
itu berulang lagi dari teori ke data dan dari data ke teori dan seterusnya.

Walllace (1966) menggambarkan proses penelitian itu sebagai roda yang lewat proses deduktif.
Dari teori Kepada data ( penelitian) merupakan proses deduktif dan dari data (penelitian) ke
teorisebagai induktif.

Sebagai antropologi, Redfield memeperkenalkan secara lebih lus istilah peasant,


antara lain dalam pencirian peasant culture, yang di sebut juga “Tradisi kecil”
( rendah)di bedakan (rendah), di bedakan dari “Tradisi Agung (tinggi), berdasakan
pendekatan kajian religi, ritual dan mitos.

Scott kemudian mengkaitkannya dengan organisasi perekonomian (“perekonomian


moral masyarakat petani”), pemerintahan Negara dan pengaruh politik. Kkesenjangan
dua tipe tradisi itu bertepatan dengan perbedaan ciri-ciri sosial golongan “elitpenguasa”
dan “masyarakat petani”.

Shanin menunjuk pada ciri-ciri masyarakat petani sebagia berikut:


1. Satuan keluarga (rumah tangga) petani adalah satuan dasar dalam masyarakat desa yang
berdimensi ganda.
2. Petani hidup dari usaha tani, dengan mengolah tanah ( lahan).
3. Pola kebudayaan petani berciri tradisional dank has.
4. Petani menduduki posisi rendah dalam masyarakat ;mereka adalah “orang keecil”
terdapat masyarakat di atas desa.
Perspeksi ekologisme

Sosiologi terdapat dua perspeksi teori

Perspeksi teknologis

Perspeksi ekologisme lebih menekankan pentingnya peranan ekologi bukannya teknologi


dalam menentukan corak kehidupan manusia.
Perspeksi teknologisme, sebaliknya dari itu, justru lebih menekankan teknologi sebagai
factor determinan bagi terciptanya suatu corak kehidupan manusia.

JENIS DAN SISTEM PERTANIAN

Smith dan Zopf memberikan cakupan pengertian yang luas terhadap sistem pertanian,
yakni mencakup seperangkat gagasan , elemen-elemen kebudayaan, keterampilan teknik,
praktek, berkaitan dengan hubungan mereka dengan tanah (pertaniannya).

D. Whittlesey, mengemukakan adanya Sembilan corak sistem pertanian yakni :

1. Bercocok tanam di lading (shifting cultivation)


2. Bercocok tanam tanpa irigasi yang menetap(rudimentary sedentary cultivation)
3. Bercocok tanam yang menetap dan intensif dengan irigasi sederhana berdasarkan
tanaman pokok padi (intensive subsistence tillage, rice dominante)
4. Bercocok tanam yang menetap dan intensif dengan irigasi sederhana tanpa padi
(intensive subsistence tillage , without rice)
5. Bercocok tanam sekitar lautan tengah ( mediterranian agriculture)
6. Pertanian buah-buahan (specialized horticulture)
7. Pertanian komersial dengan meknisasi berdasarkan tanaman gandum (commercial
grain farming)
8. Pertanian komersiil dengan mekanisme (commercial livestock and crop farming)
9. Pertanian perkebunan dengan mekanisme (commercial plantation crop tillage)
Frithjof Kuhren, mengemukakan ada Sembilan tipe struktur pertanian, yaitu :

1. Penggembalaan berpindah
2. Perladangan berpindah
3. Pertanian peodalistik
4. Peodalisme persewaan
5. Latifundia (hacienda)
6. Pertanian keluarga
7. Pertanian kapitalistik
8. Pertanian sosialistik
9. Pertanian komunistik

Smith dan Zopf, mengemukakan ada enam sistem pertanian , yakni :

1. Cocok tanam di tepian sungai (riverbank plantings)

Sistem bakar(fire agriculture)

2. Sistem tajak(hoe culture)


3. Sistem bajak yang bersahaja(rudimentary plow culture)
4. Pertanian mekanik(mechanized farming)

HUBUNGAN MASYARAKAT DESA DENGAN TANAH

Konsep pemilikan dan kekuasaan tanah (land tenure=LT). LT menurut smith dan Zopf
adalah hak-hak yang di miliki seseorang atas tanah , yakni hak sah untuk
menggunakannya , mengolahnya, menjualnya, dan memanfaatkan bagian-bagian tertentu
dari permukaan tanahnya itu.

Pokok pembicara LT menurut Smithdan Zopf (1970) terutama berpangkal pada dua hal,
yak ini :
1. Sifat dari hak-hak atas kekayaan tanah beserta cara dalam mana sifat itu
tercipta.
2. Klasifikasi dari mereka yang terlibat dalam proses pertanian berdasar
sistem LT yang ada.
Menurut Smith Zopf , jenis-jenis LT di dunia ini bervariasi, secara garis besar di
bedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sistem yang di kembangkan di Negara-negara komunis atau yang serupa,
dalam mana pemilikan dan pengendalian ha katas tanah berada di tangan
Negara.
2. Sistem yang dalam berbagai variasinya menempatkan ha katas tanah di
bawah kepemilikan orang-perorang.

SOSIOLOGI PEDESAAN

Lama (klasik)

Dua versi sosiologi pedesaan

Baru (modern)

Yang baru (modern) –merupakan tuntunan perkembangan dari sosiologi pedesaan di


Negara-negara kapitalis- industri modern.

Menurut John M.Gillette, sosiologi pedesaan adalah cabang sosiologi yang secara
sistematik mempelajari komunitas-komunitas pedesaan untuk mengungkapkan kondisi-kondisi
serta kecenderungan –kecenderungannya, dan merumuskan prinsip-prinsip kemajuan .

Menurut N.L Sims, Sosiologi pedesaan adalah studi tentang asosiasi antara orang-orang
yang hidupnya banyak tergantung pada pertanian .

Menurut T.Lynn Smith dan paul E.Zopf, Sosiologi pedesaan adalah kumpulan pengetahuan
yang telah disistematisasi yang di hasilkan lewat penerapan metode ilmiah kedalam stidi tentang
masyarakat pedesaan ; Organisasi dan strukturnya , proses-prosesnya, sistem sosialnya yang
pokok, dan perubahan-perubahannya.
Definisi-definisi tentang sosiologi pedesaan di atas adalah merupakan defenisi sosiologi
pedesaan lama ( klasik) , yakni tatkala keadaan di barat secara umum masih memperlihatkan
perbedaan yang jelas dan bahkan dikotomik antara kawasan desa dan kotanya.

Sosiologi pedesaan pada era kapitalisme global ini memang harus berbeda dari pendekatan
sosiologi pedesaan lama, sebagaimana di kemukakan oleh Howard Newby.

(Sosiologi pedesaan baru harus banyak belajar dari sebuah tulisan karl kautsky.”the Agrarian
Question.” Himbauan Kautsky adalah bahwa kita harus mencari perubahan-perubahan yang di
alami pertanian di bawah dominasi produksi kapasitas).

Pengertian newby tersebut adalah : jelas di peruntukkan bagi desa-desa pertanian . maka untuk
lebih memperluas daya cakupnya dapatlah di rumuskan bahwa: sosiologi pedesaan yang baru
hendaknya merupakan studi tentang bagaimana masyarakat desa ( bukan hanya desa pertanian)
menyesuaikan diri terhadap merasuknya sistem kapitalisme modern di tengan kehidupan
mereka .

SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERKOTAAN

Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara desa dan kota adalah:

Faktor isolasi fisik. Ditambah belum hadirnya surat kabar, majalah,radio,televise dan berbagai
media komunikasi lainnya.

Isolasi sosial

Akibat isolasi fisik

Isolasi kultural

Attinya,bahwa pada situasi atau kondisi semacam ini kontak sosial dan kebudayaan antara
masyarakat desa dan kota tidak terjadi. Kalaupun terjadi sehingga tidak mengakibatkan
terjadinya perubahan yang berarti pada komunitas-komunitas tersebut.

Sejarah Sosiologi pedesaan tidak terlepas dari peranan Amerika serikat yang berawal dari
munculnya mata kuliah sosiologi di berbagaai perguruan tinggi di ameriak serikat padadua
decade terakhirt abad ke-19.

Owners
A. Farm Operators Managers of administotors

Renters(cash ,standing, share )

Wage landes

A.Farm Laborers Share croppers

Coloni

Persewaan –suatu bentuk ikatan ekonomi antara pemilik tanah dan penyewa (pemilik
uang ),

Dalam mana si pemilik tanah menyerahkan hak-guna tanahnya kepada penyewa, sedangkan
si penyewa menyerahkan sejumlah uang ( sesuai kelaziman tempat ) untuk jangka waktu
tertentu (setengah atau beberapa tahun , atau satu atau beberapa panenan).

Pergadaian-suatu bentuk ikatan ekonomi antara pemilik tanah dengan pihak lain , dalam
mana si pemilik tanah menyerahkan hak –guna tanah nya kepada hak lain itu.

Penyakapakan atau sistem bagi hasil – suatu bentuk ikatan ekonomi-sosial, dalam mana
si pemilik tanah menyerahkan tanahnya untuk di garap orang lain (penyakap) dengan
persyaratan-

Persyaratan yang di setujui bersama.

Tebasan- suatu bentuk transaksi pengalihan hak-guna, dalam mana tanaman yang telap
siap panen di juaal kepada pihak lain.

Ijon –suatu bentuk transaksi ,dalam mana pemilik tanaman penjual tanamannya kepada
pihak lain tatkala tanaman itu masih jauh dari usia panen (awal proses pembuahan).

Berdasarkan atas pola pemilikan dan penguasaan tanah, kaum petani dapat di
golongkan menjadi :

1. Pemilik penggarapan murni , yakni petani yang hanya menggarap tanah miliknya
sendiri.
2. Penyewa dan penyakap murni , yakni mereka yang tidak memiliki tanah tetapi
menguasai tanah garapan melalui sewa atau bagi hasil.
3. Pemilik penyewa dan/atau pemilik penyakap, yakni petani yang di samping
menggarap tanah nya sendiri juga menggarap tanah milik orang lain lewat persewaan
atau bagi hasil.
4. Pemilik bukan penggarap , yakni bila tanah miliknya di sewakanatau di wakapkan
kepada orang lain (penyakap, penggarap, atau buruh tani ).
5. Petani tunakisma atau buruh tani.

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM SISTEM EKONOMI DESA

1. Faktor keluarga

Dalam bukunya”Pra kapitalisme di Asia ,”1949, J.H. Boeke mengemukakan bahwa


keluarga merupakan unit swasembada , artinya keluarga mewujudkan suatu unit yang
mandiri yang dapat menghidupi keluarga itu sendiri lewat kegiatan pertanian.Menurut dia
: kerja harus menyesuaikan diri dengan keluarga beserta susunsn keluarga , bukan
sebaliknya.

2. Faktor Tanah

.Bagaimana pengaruhnya luas sempitnya pemilikan lahan terhadap sistem


pertanian/ekonomi?

1. Pemilikan lahan yang sempit akan cenderung pada sistem pertanian yang intensif,
terlebih bila di tunjang oleh tingkat kesuburan tanah yang tinggi.
2. Pengaruh perbedaan dalam luas pemilikan lahan para petani dalam suatu lingkungan
desa.

Kondisi pisik lahan pertanian juga sangat besar pengaruhnya terhadap sistem pertanian :

1. Pengaruh tinggi rendahnyakeletakan lahan terhadap sistem pertanian


2. Pengaruh morfologi tanah terhadap sistem pertanian

3 .Faktor pasar

Eric.R.Wolf , dalam bukunya “petani suatu tinjauan Antropologis,”mengemukakan


pentingnya pasar dalam kehidupan masyarakat desa , yang dapat di simpulkan sebagai
berikut:
1. Masyarakat desa cenderung membentuk dan mempertahankan ncirinya
sebagai suatu komunitas
2. Ciri-ciri pembedanya bisa berkait dengan jenis tanaman khusus atau produk
tertentu yang di hasilkan ( sebagian atau seluruh) komunitas itu

Terjadi pertukaran di pasar berdasar atau kekhususan yang dimiliki masing-masing


komunitas tersebut.

Menurut Eric R. Wolf , jenis pasar semacam ini di sebut pasar seksional ( sectional market
). Jenis pasar lainnya adalah pasar jaringan ( network market ), yakni jenis pasar yang pelaku –
plaku pertukarannya tidak berlandaspada monopoli klompok-klompok komunitasseperti di pasar
seksional.

KELEMBAGAAN DI DESA

PENGERTIAN LEMBAGA SOSISL

Menurut paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Lembaga adalah : suatu sistem norma
untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat di padangan penting.

Menurut Soerjono Soekanto, Lembaga kemasyarakatan adalah merupakan himpunan


dari pada norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam
kehidupan masyarakat.

Menurut koentjaraningrat, pranata sosial adalah suatu sistem tata klakuan dan hubungan
yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks.kebutuhan khusus
dalam kehidupan masyarakat.

Lembaga sosial memiliki beberapa karakteristik , yakni : tiap lembaga memiliki tujuan
utama, relative permanen, memiliki nilai-nilai pokok yang bersumber dari para anggotanya , dan
berbagai lembaga dalam suatu masyarakat memiliki keterkaitan satu sama lain.

LEMBAGA PEMERINTAHAN DAN/ATAU PIMPINAN DESA

Untuk desa-desa yang di dasarkan atas ikatan genealogis (hubungan darah)


keadaannya berbeda dengan yang di dasarkan atas ikatan daerah.

Untuk tipe desa pertama , yang umumnya terdapat di berbagai daerah di luar jawa, peranan
pimpinan desa sebenarnya tidak terlalu besar di banding desa-desa tipe kedua , di mana sistem
kekerabatan dengan aturan –aturan adat istiadat yang berkaitan dengan itu sangat besar
peranannya sehinggaperanan pimpinan desa sebenarnya hanya merupakan bagian/instrumen saja
dari sistem kekerabatan dan adat istiadat tersebut.sedangkan tipe desa kedua umumnya terdapat
di jawa. Adat istiadat di desa-desa di jawa umumnya berlandaskan kepada kepentingan yang
sama atas daerah tertentu,bukan terutama di dasarkan atas hubungan darah.

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHANSOSIAL DI DESA

 Pemnangunan pertanian dan masyarakat Desa


Pada dasarnya program BIMAS usaha pelembagaan penggunaan
agroteknologi
Baru di kalangan petani untuk menaikan produk pangan, khususnya padi.
Pembangunan pertanian melalui Revolusi Hijau juga membawa permasalahan
baru bagi masyarakat desa,yaitu :

1. Menyangkut di jadikannya pertanian dan petani sebagai ajang penjualan


berbagai produk agroteknologi , khususnya insektisida dan pastisida.
2. Revolusi Hijau dan pembangunan pertanian pada umumnya memaksa petani
untuk hidup dalam budaya kredit.

 Pembangunan kehidupan politik di pedesaan


 Pembangunan juga membawa perubahan di bidang pemerintahan desa dalam arti
negatif, yaitu menjadikan pemerintah desa lebih bersifat penguasa rakyat desa
dari pada pengayom rakyat desa. Undang-undang No. 5/1979, misalnya, membuat
kekuasaan kepada desa demikian besar , sehingga lebih terlihat sebagai penguasa
dan aparat pemerintah dari pada seorang pemimpin masyarakat desa. Kepda desa
dan pemerintah desa cenderung menjadi aparat pemerintah yang setia
melaksanakan kebijaksanaan yang di tentukan dari atas dari pada penyalur dan
pembela aspirasi rakyatnya.

 Pembangunan dan kemandirian Rakyat Desa

Ada dua sebab utama yang berkaitan dengan permasalahan kemandirian rakyat
desa, yaitu :
1. Kemampuan pemerintah yang cukup tinggi dalam menyediakan dana
pembangunan, paling sedikit sampai dengan pelita III.
2. Hilangnya kemandirian rakyat desa dalam proses pembangunan adalah proses
pembangunan yang bersifat sentralistik.

Hilangnya kemauan untuk mandiri dalam pembnagunan di kalangan rakyat desa menimbulkan
permasalahan baru, yaitu masalah kelestarian yang membuat proses pembangunan pedesaan di
Negara kita menjadi sangat lambat mencapai tujuannya, karena kita harus mengulang-ulang
proyek lama yang hasilnya hilang karena tidak di kembangkan oleh rakyat pedesaan.

1. Pembangunan dan proses “Deintelektualisasi” Desa

Banyaknya penduduk desa yang pindah ke kota, khususnya mereka yang masih berusia
muda dan berpendidikan relative cukup muda, sebenarnya menimbulkan permasalahan sendiri di
desa. Permasalhan itu adalah terkurasnya sumber manusia di daerah pedesan yang memiliki
potensi intelektual yang di butuhkan untuk mendorong proses lajunya dan pelestarian
pembangunan pedesaan.

2. Pembanguna dan Kontrol Masyarakat Desa Terhadap Sumber Alam


Permasalahan yang di hadapi oleh rakyat pedesaan Indonesia dalam zaman
pembangunan ini adalah semakin tipisnya hak untuk mengontrol penggunaan sumber
alam yang ada di desa mereka .
Hilang nya kekuasaan rakyat desa untuk mengontrol sumber alam yang mereka miliki
mengakibatkan pembangunan cenderung melestarikan keterbelakangan di daerah
pedesaan .

STRUKTUR AGRARIS PENGUASAAN TANAH

Dinamika struktur penguasaan tanah pada desa-desa penghasil padi perlu di lihat
dalam konteks kemandirian pangan di indonesia. Selama ini pangan di Indonesia di
sediakan oleh pertanian skala kecil yang tersebar di berbagai desa penghasil
padi.Namun, kecenderungan penguasaan tanah oleh sebagian kecil kelompok orang
kuat telah mengancam kemandirian pangan karena mengarah kepada penurunan
produktivitas, distribusi pendapatan yang tidak merata , dan kurangnya serapan tenaga
kerja petani padi . penguasaan tanah yang tidak merata juga rentan terhadap alihfingsi
lahan sehingga dapat mempengaruhi produksi pangan . Dengan demikian penguasaan
tanah yang tidak merata dapat meningkatkan kemiskinan di pedesaan.

PENGUSAHAAN DAN KELEMBAGAAN LAHAN PERTANIAN DI


PEDESAAN
Lahan di daerah pedesaan merupakan factor dominan baik sebagai lahan pertanian
maupun sebagai tempat tinggal . di dalam unit ekonomi lahan merupakan sumber
utama pendapatan , dan unit sosial lahan menggambarkan status sosial dan dalam unit
keluarga lahanmerupakan harta warisan yang paling berharga . oleh karena itu
pertumbuhan penduduk tanpa di ikuti dengan pertambaaahan lahan yang memadai
akan mengakibatkan kesenjangan dan unit-unit tersebut di desa yang bersangkutan ,
karena ketidak msamaan kekuatan para pelaku dan mengakibatkan ketidak merataan
dalam pembagian hasil.

Di pedesaan berusaha pada usaha tani merupakan sumber pendapatan yang


masih dominan .Artinya pendapatan yang berasal dari usaha tani memiliki peranan
yang berar terhadap konstribusi pendapatan rumah tangga.

Berusaha tani adalah mengusahakan dan memanfaatkan sumberdaya lahan


secara langsung yang di lakukan petani berkenan dengan lahan yang menjadi haknya
( menggarap lahan milik sendiri atau pun milik orang lain baik melalui sakap , sewa ,
atau gadai ) . pengusahaan lahan pertanian dalam aaarti menggarap lahan untuk
memperoleh hasil atau pendapatan tersebut menghendaki petani untuk melaksanakan
budidaya .menurut kemampuan petani dalam mengusahakan lahan pertanian di
pengaruhi unsur modal , tenaga kerja dan manajemen.
Dalam setiap program pertanian hasil yang akan di capai selalu ada kaitannya
dengan struktur dan penggunaan lahan ( land tenure) karena aspek ini implikasinya
sangat luas bagi keberhasilan program-program pertanian.
Pengusahaan lahan pertanian selalu berkaitan dengan apa yang akan di
produksi, berapa banyak, dengan cara atau metode apa, dimana, kapan, dan bagaimana
mendistribusikannya .
Sebagian besar bersifat landebased , sehingga proses produksi pertanian sangat di
pengaruhi oleh karakteristik agroekosistem di mana unsur-unsur utamanya adalah
lahan , air , iklim ( suhu , curah hujan , kelembaban , sinar matahari ), biota setempat ,
struktur penguasaan dan kelembagaan lahan kering .
Lahan sawah dapat di bagi menjadi lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi ,
sedangkan lahan kering dapat berupa tegalan/lading , kebun dan hutan rakyat.
Berusaha tani merupakan upaya untuk meningkatkan produksi baik untuk tujuan
konsumsi maupun tujuan meningkatkan pendapatan petani .
Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam usaha tani yang di
laksanakan . Menurut shanner ; factor-faktor tersebut meliputi lingkungan fisik (tanah
dan agroklimat), biologi , kondisi pengairan ,ketersediaan teknologi , sistem penunjang
(modal/kredit , pasar input , pasar output , penyuluh dan sumber daya petani). Pada
kenyataannya petani selalu di hadapkan pada bagian keterbatasan dalam memilih usaha
tani komoditas yang akan di usahakan , lokiasi biaya dan pencapaiyan keuntungan
yang tinggi.
Permasalahan yang di hadapi petani dalam mengusahakan lahan pertaniannya
sangat kompleks meliputi aspek penerapan teknologi budidaya ,status dan luas lahan
yang di usahakan , aksesabilitas secara fisik dan ekonomi terhadap sarana produksi
( termasuk pemodalan dan pemasaran hasil) dan tingkat efisiensi usaha tani. Dalam
pengusahaan lahan pertanian yang menjadi persoalan adalah belum mencapai tahap
yang dapat mencapai keseimbangan , karena kenaikan harga output usaha tani yang di
terima petani tidak sebanding dengan kenaikan harga input produksi nyang harus di
bayar petani , bersamaan dengan itu juga di sertai dengan semakin lambatnya
peningkatan produktivitas usaha tani secara keseluruhan .

Di tengah perubahan struktur ekonomi seperti sekarang , permasalahan


pengusahaan lahan ( termasuk di dalamnya penguasaan dan kelembagaan lahan)
di pedesaan masih penting karena beberapa hal antara lain :

 Banyak bukti empiris yang menunjukan bahwa efektifitas program


peningkatan produksi pertanian , peningkatan pendapatan petani ataupun
pemerataan hasil-hasil pembangunan sering kali menghadapi kendala
penguasaan (status dan luas) lahan di pedesaan yang tidak kondusif
untuk menunjang program tersebut .
 Di tengah arus modernisasi dan urbanisasi spectrum permasalahan yang
berkaitan dengan fungsi lahan semakin luas dan kompleks . lahan bukan
lagi sekedar factor produksi tetapi telah berkembang sebagai komoditas ,
sehingga konflik-konflik sosial yang terjadi semakin sering dan rumit.
 Lahan di butuhkan oleh hampir semua aktivitas ekonomi , sehingga
kelangkaannya meningkat dengan pesat . di antara berbagai jenis sumber
daya , lahan merupakan sumber daya aalm yang sangat strategis
sehingga dinamika permasalahan sosial ekonomi banyak terkait
dengannya.

Permasalahan teknologi dalam proses produksi merupakan upaya untuk


memperoleh hasil ekonomi yang optimal .

Semakin tinggi penerapan teknologi semakin semakin besar pula tuntutan penyedian modal dan
tenaga kerja yang cukup .

Namun pada umumnya petani mengalami kekurangan modal karena hanya mengandalkan modal
sendiri sehingga terkadang di jumpai kurang terdapat perbedaan yang nyata dalam penerapan
teknologi antar usaha tani .

Dalam hal ini baik antar usaha tani dengan luas yang berbeda maupun dengan perbedaan status
penguasaan lahannya.
Penggunaan teknologi intesif yang sarat dengan infut (pupuk dan pestisida) jarang di adopsi
secara sempurna oleh petani mengingat nilai pengembalian hasil tidak memberikan insentif
progresif .

Ragam kualitas sumber daya petani yang tinggi terhadap kemampuan iptek menyebabkan alih
teknologi tidak berjalan lancar sehingga ragam kualitas produk menjadi tinggi dan hal ini
menyulitkan pemasran produk tersebut .

Dewasa ini di samping konversi lahan juga fragmentasi lahan seakan tidak dapat di bending ,
sehingga petani semakin terperangkap di jurang kemiskinan .

Penerapan teknologi dalam proses produksi merupakan upaya untuk memperoleh hasil ekonomi
yang optimal. Semakin tinggi penerapan teknologi semakin besar pula tuntutan penyediaan
modal dan tenaga kerja yang cukup . Namun pada umumnya petani mengalami kekurangan
modal karena hanya mengandalkan modal sendiri sehingga terkadang di jumpai kurang terdapat
perbedaan yang nyata dalam penerapan teknologi antar usaha tani. Dalam hal ini baik antar
usaha tani luas yang berbeda maupun dengan perbedaan status penguasaan lahannya . Menurut
husodo ; penggunaan teknologi intensif yang sarat dengan imput ( pupuk dan pestisida) jarang di
adopsi secara sempurna oleh petani mengingat nilai pengembalian hasil tidak memberikan
insentif progresif . Ragam kualitas sunber daya petani yang tinggi terhadap kemampuan iptek
menyebabkan alih teknologi tidak berjalan lancar sehingga ragam kualitas produk menjadi tinggi
dan hal ini menyulitkan pemasaran produk tersebut . Dewasa ini di samping konversi lahan juga
fragmentasi lahan seakan tidak dapat di bending , sehingga petani semakin terperangkap di
jurang kemiskinan

Pada dasarnya dalam proses pembangunan ekonomi nasional potensi ekonomi pedesaan yang
bersifat land based akan menjadi deteminan perekonomian secara keseluruhan .pola pengusahaan
lahan sering kali dapat di jadikan gambaran pemerataan factor produksi sebagai sumber
pendapatan dan sebagai indicator tingkat kesejahteraan , meskipun tidak dapat sepenuhnya
mencerminkan keadaan sebenarnya tingkat kesejahteraan , meskipun tidak dapat sepenuhnya
mencerminkan keadaan sebenarrnya tingkat kesejahteraan itu .

PERANAN KELEMBAGAAN DALAM PERTANIAN DI PEDESAAN

Kelembagaan merupakan suatu jaringan yang terdiri dari sejumlah orang dan lembaga
untuk tujuan tertentu yang memiliki aturan dan norma , serta memiliki struktur . Lembaga dapat
juga di sebut organisasi , adalah pelaku atau , wadah untuk menjalankan satu atau lebih
kelembagaan . Lembaga memiliki struktur yang tegas dan di formalkan .Kelembagaan dapat
berbrntuk kelompok , gabungan kelompok , asosiasi , atau korporasi . kelembagaan di fasilitasi
dan di berdayakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah agar tumbuh dan berkembang
menjadi organisasi yang kuat dan berkembang menjadi organisasi yang kuat dan mandiri
sehingga mampu mencapai tujuan yang di harapkan para anggotanya .

Konsep revitalisasi pertanian bertumpuh kepada tiga peran utama yang perlu di laksanakan
yaitu :

 Peran pemerintah (pusat/propinsi/kab/kota); membuat kebijakan , memfasilitasi ,


regulasi , menggerakan /penyelenggaraan, serta monitoring dan evaluasi .
 Peran petani /nelayan ;memproduksi (produser), meningkatkan produksi ,dan
melaksanakan praktek agribisnis (wirausahawan /entrepreneur).
 Peran penyuluh ;menggerakan petani ,memfasilitasi petani , dengan berbagai
informasi dan teknologi .

Peran penyuluhan pertanian di berdasarkan semakin penting dan cukup memegang peran
strategis .

Karena merupakan garda paling depan dan mendukung keberhasilan pembangunan pertanian
nasional .

Selain sebagi agent , posisinya yang berhadapan langsung dengan petani akan sangat
menentukan untuk membawa perubahan yang kondusif pada masa yang akan dating .

Secara umum peran penyuluhan biasa sangat di butuhkan dalam mensukseskan setiap program
pertanian . untuk itu perlu di pahami sesungguhnya peran penyuluh yakni :

1. Sebagai fasilitator artinya penyuluh memberikan fasilitas atau kemudahan


2. Sebagai mediator artinya penyuluh menghubungkan lembaga pemerintah/ lembaga
penyuluhan dengan sasaran.
3. Sebagai dimisator artinya penyuluh orang yang dapat menimbulkan
(menjadikan)dinamis.

Kelembagaan petani mempunyai fungsi sebagai wadah proses pembelajaran ,


wahana kerja sama , unit penyedia sarana dan prasarana produksi , unit pengolahan dan
pemasaran , serta unit jasa penunjang.

Model kelembagaan petani di bangun dengan mempertimbangkan tujuan prinsip


dasar , sebagai berikut :

1. Prinsip kebutuhan . kelembagaan yang di bangun di butuhkan secara


fungsional .keberadaannya tidak di paksakan , jika fungsi-fungsi dalam setiap subsistem
agribisnis telah memenuhi kebutuhan.
2.Prinsip efektivitas . kelembagaan hanyalah sebuah alat , bukan tujuan . sebagai alat maka
elemen kelembagaan yang di kembangkan di setiap msubsistem agribisnis haruslah efektif untuk
upaya pencapaiyan tujuan yang di inginkan.

1.Prinsif efisiensi penumbuhan elemen kelembagaan harus di pilih opsi yang palinh efisien ,
yaitu yang relative paling murah , mudah, dan sedrhana namun tetap mampu mendukung
pencapaian tujuan.

2.Prinsif pleksibilitas . kelembagaan yang di kembangkan di sesuaikan dengan sumber daya yang
tersedia dan budaya setempat .soal nama lembaga pun tidak boleh di paksakan jika sudah ada
nama yang melembaga di masyarakat.Prinsif manfaat . kelembagaan yang di kembangkan adalah
yang mampu memberikan manfaat paling besar bagi petani dan masyarakat pedesaan .

Prinsif pemerataan . kelembagaan yang di kembangkan memberikan pembagian benetif (sharing


sytem) secara proposional kepada setiap petani dan pelaku agribisnis lainnya di pedesaan.

Prinsif keberlanjutan . kelembagaan petani yang di kembangkan di arapkan akan terus berjalan
meskipun keterlibatan lembaga jasa penunjang (lembaga pemerintah daerah dan lembaga
keuangan ) secara langsung telah berkurang.

Inovasi teknologi mampu mendorong perubahan tanaman kelembagaan akan berdampak pada
struktur tenaga kerja dan pendapatan masyarakat pedesaan . Artinya : perubahan teknologi akan
mengakibatkan redistribusi pendapatan usaha tani .

Pemilihan inovasi pertanian yang tepat guna akan meningkatkan minat petani untuk
menggunakan teknologi yang diintroduksikan.

Inovasi baru tersebut harus di damping dengan penyuluhan yang relative, sehingga adopsi
teknologi akan mencapai sasarannya dan tenaga penyuluh petani dapat di berdayakan secara
optimal.

Karena itu upaya penguatan kelembagaan dalam transfer teknologi merupakan salah satu strategi
untuk memacu peningkatan dan mutu hasil produksi.

Upaya pengembangan , pemberdayaan ,dan penguatan kelembagaan petani (seperti ; kelompok


tani, lembaga tenaga kerja ,kelembagaan penyedia infut, kelembagaan output , kelembagaan
penyuluh ,dan kelembagaan permodalan ) dan di harapkan dapat melindungi bargaining position
petani.
Tindakan perlindungan sebagai keberpihakan pada petani tersebut , baik sebagai produsen
nmaupun penikmat hasil jerih npayah usaha tani mereka terutama di wujudkan melalui tingkat
harga output yang layak dan menguntungkan petani . dengan demikian , penguatan dan
pemberdayaan kelembagaan tersebut juga untuk menghasilkan pencapaian kesinambungan dan
keberlanjutan daya dukung SDM dan berbagai usaha untuk menopang dan menunjang aktivitas
kehidupan pembangunan pertanian di pedesaan .
Pemberdayaan petani menjadi sangat penting dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa-
masa yang akan dating.

Pemberdayaan petani akan mengarah pada kemandirian petani dalam berusaha tani .Kemandirian
petani dalam berusaha tani .kemandirian petani dapat di tumbuh kembangkan dsalam suatu
kegiatan kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiti. 2011. Community Development Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Bintarto.1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta; Ghalia Indonesia

Chambers, Robert. 1995. Poverty and Livelihoods : Whose Reality Counts?. Journal :

Environtment and Urbanization Vol 7. No. 1 1995

Dewey. 1987. Capital, Credit and Saving in Javanese Marketing

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Rajawali Pers

Eviota, EU. 1992. The Political Economy of Gender : Woman and the Sexual

Division of Labour in the Philipines. New Jersey-USA : Zed Books

Friedmann. J.1992. Empowerment : The Politic of Alternative Development

Cambridge : Blackwell & Oxford. United Kingdom

Galeski Baguslow (1972). Conflict and Change as An Aspect of Development.

London : Free Press

Glen. 1993. The Non Directive Approach in Community Development Methode.

London : Oxford University Press.

Giddens, Antony. 1990 . The Consequences of Modernity. London : UK Polity Press

Hayami, Yujiro dan Masao Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa : Suatu Pendekatan

Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia
Jeffrey. D, Brewer. 1985. Penggunaan Tanah Tradisional dan Kebijaksanaan

Pemerintah di Bima, Sumbawa timur (hal 163- 188 ). Dalam : Michael R.

138

Dove (editor) 1985. Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam

Modernisasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai