Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat adat dan Masyarakat desa

B. Konsep Masyarakat adat dan kebijakan pemerintah

C. CIRI-CIRI MASYRAKAT ADAT……………………………………….

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran…………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius,
berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang
berarti “ikut serta, berpartisipasi”. menurut Dannerius Sinaga (1988: 143), masyarakat
merupakan orang yang menempati suatu wilayah baik langsung maupun tidak
langsung saling berhubungan sebagai usaha pemenuhan kebutuhan, terkait sebagai
satuan sosial melalui perasaan solidaritas karena latar belakang sejarah, politik
ataupun kebudayaan yang sama.

Masyarakat adat merupakan gambaran kelompok masyarakat yang memiliki peran


signifikan atas pengelolaan keanekaragaman hayati, pelestarian tanah, laut, air dan
keberlanjutan sumber daya alam (SDA). Dapat dilihat juga bahwa bahwa hak
masyarakat adat dalam pengelolaan SDA menunjukkan dampak positif, dimana laju
deforestasi semakin rendah, dan keanekaragaman hayati terjaga, bahkan mengalami
peningkatan. Pada makalah ini mencangkup terkait pemahaman mengenai Masyarakat
adat, konsep tentang Masyarakat adat, kebijakan pemerintah, polemik pemberdayaan
Masyarakat adat. Isu tentang Masyarakat adat di Indonesia telah lama berlangsung,
tetapi gejala ini semakin bertambah pada era otonomi daerah yag disebabkan karena
wewenang yang dibuat oleh pemerintah daerah cukup besar dan tekanan dari
kelompok Masyarakat adat yang menuntut hak-hak mereka.

Masyarakat desa Menurut Soerjono Soekanto (2006: 166-167) masyarakat pedesaan


pada hakikatnya bersifat gradual. Warga suatu masyarakat pedesaan memupunyai
hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan
warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupannya berkelompok atas dasar
sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat desa pada umumnya hidup dari pertanian,
walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang membuat genteng dan bata, tukang
bangunan, akan tetapi inti pekerjaan penduduk pedesaan adalah pertanian. Masyarakat
ditandai oleh ciri-ciri, yaitu adanya interaksi, ikatan pola tingkah laku yang khas
didalam semua aspek kehidupan yang bersifat mantap dan kontinyu, dan adanya rasa
identitas terhadap kelompok, dimana individu yang bersangkutan menjadi anggota
kelompoknya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Masyarakat adat dan Masyarakat desa
2. Konsep Masyarakat adat dan kebijakan pemerintah
3. Ciri-ciri Masyarakat adat
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat adat dan Masyarakat desa


Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius,
berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang
berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Masyarakat adalah sekumpulan manusia saling
“bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Menurut pwngwerian
tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan kesatuan atau kelompok
yang mempunyai hubungan serta beberapa kesamaan seperti sikap, tradisi, perasaan
dan budaya yang membentuk suatu keteraturan. Ada beberapa macam Masyarakat
namun yang dipelajari kali ini tetang Masyarakat adat dan Masyarakat desa.
1. Masyarakat adat
Istilah adat dan masyarakat adat telah dipakai banyak pihak. Bukan saja
yang memperjuangkan hak-hak masyarakat adat yang termarjinalkan, tetapi juga
oleh pihak tertentu untuk memperbesar kekuasaan elit-elit baik dalam hal
perebutan kekuasaan politik maupun sumber daya alam. Aswani (Aswani et al.,
2018), menunjukkan bahwa masyarakat adat menghadapi perubahan budaya,
ekonomi dan lingkungan yang luar biasa, yang tentunya turut melemahkan basis
pengetahuan lokal mereka. Proses memudarnya pengetahuan lokal, didorong oleh
aspek globalisasi, modernisasi, dan integrasi pasar. Keterkaitan antara
keanekaragaman budaya dan hayati, serta hilangnya pengetahuan lokal memiliki
kecenderungan yang cukup besar dalam mengikis keanekaragaman hayati,
terutama dalam upaya konservasi berbasis masyarakat lokal. Perubahan
kebudayaan (culture change) yang mencakup berbagai macam perubahan dalam
segala aspek kebudayaan, baik dilihat dari segi material ataupun non-material.
Perubahan kebudayaan yang dipengaruhi oleh pengurangan, modifikasi
kebudayaan, ataupun unsur-unsur kebudayaan (culture traits atau cultural
complexes), dapat lahir dari berbagai macam sumber, namun pada umumnya
perubahan kebudayaan sering terjadi melalui kontak kebudayaan dengan
kebudayaan lainya, berbagai penemuan baru (inventions), atau penyesuaian
internal dari suatu kebudayaan.
Masyarakat adat di Indonesia memiliki cara-cara tersendiri dalam
mempertahankan eksistensi pengelolaan lingkungan berbasis kearifan lokal.
Beberapa hasil studi sebelumnya menunjukkan bahwa, masyarakat adat terbukti
mampu menjaga lingkungan alam. Mereka telah berhasil menjaga keharmonisan
antara manusia dan lingkungan alam.

2. Masyarakat desa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia masyarakat adalah sejumlah
manusia dalam arti yang seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang
mereka anggap sama. Sedangkan masyarakat desa yang penduduknya mempunyai
mata pencaharian dari sektor pertanian, peternakan, perikanan atau gabungan dari
kesemuanya itu dan yang sistem budaya dan sistem sosialnya mendukung mata
pencaharan itu. Menurut Soerjono Soekanto (2006: 166-167) masyarakat
pedesaan pada hakikatnya bersifat gradual. Warga suatu masyarakat pedesaan
memupunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan
mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupannya
berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat desa pada
umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang
membuat genteng dan bata, tukang bangunan, akan tetapi inti pekerjaan penduduk
pedesaan adalah pertanian. Masyarakat ditandai oleh ciri-ciri, yaitu adanya
interaksi, ikatan pola tingkah laku yang khas didalam semua aspek kehidupan
yang bersifat mantap dan kontinyu, dan adanya rasa identitas terhadap kelompok,
dimana individu yang bersangkutan menjadi anggota kelompoknya.

B. Konsep Masyarakat adat dan kebijakan pemerintah


Konsep masyarakat adat merupakan pengertian umum untuk menyebut
masyarakat tertentu dengan ciri-ciri tertentu. Sedangkan masyarakat hukum adat
merupakan pengertian teknis yuridis yang menunjuk sekelompok orang yang hidup
dalam suatu wilayah (ulayat) tempat tinggal dan lingkungan kehidupan tertentu,
memiliki kekayaan dan pemimpin yang bertugas menjaga kepentingan kelompok
(keluar dan kedalam), dan memiliki tata aturan (sistem) hukum dan pemerintahan.
Dalam kajian ini, masyarakat adat disamakan artinya dengan pengertian masyarakat
hukum adat, sebagaimana lazim ditemukan dalam peraturan perundang-undangan.
Kebijakan pemerintah pada hakikatnya merupakan kebijakan yang ditujukan
untuk publik dalam pengertian yang seluas-luasnya (negara, masyarakat dalam
berbagai status serta untuk kepentingan umum), baik itu dilakukan secara langsung
maupun tidak secara langsung yang tercermin pada berbagai dimensi kehidupan
publik.
C. Ciri-ciri Masyarakat adat
Menurut Abdul Syani dalam Basrowi (2005 :41) menyebutkan bahwa masyarakat ditandai
oleh empat ciri, yaitu adanya interaksi, ikatan pola tingkah laku yang khas didalam semua
aspek kehidupan yang bersifat mantap dan kontinyu, serta adanya rasa identtas terhadap
kelompok, dimana individu yang bersangkutan menjadi anggota kelompoknya. Sedangkan
Soerjono Soekanto (2006: 156-157) menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau
suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok
sebagai berikut :
a. Manusia yang hidup bersama.
Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk
menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoritis angka
minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.
b. Bercampur untuk wilayah yang cukup lama.
Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati, seperti
kursi, meja dan sebagainya, karena berkumpulnya manusia akan timbul manusia-
manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, kesan-kesan atau perasaan
perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu timbulah sistem komunikasi dan
timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok
tersebut.
c. Mereka sadar merupakan sebuah kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat
satu dengan yang lainnya.

Ciri-ciri masyarakat diatas selaras dengan definisi masyarakat yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai
kebiasan, tradisi, sikap dan perasaan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-
pengelompokan yang lebih kecil yang mempunyai hubungan yang erat satu sama lain.
Sedangkan ciri-ciri masyarakat menurut Munandar Soelaman (1992:73) ialah adanya
sejumlah orang, tinggal dalam suatu daerah tertentu, adanya sistem hubungan, ikatan atas
dasar kepentingan bersama, tujuan dan bekerja bersama, ikatan atas dasar unsur unsur
sebelumnya, rasa solidaritas, sadar akan adanya interdependensi, adanya norma-norma dan
kebudayaan. Kesemua ciri-ciri masyarakat ini dicoba ditransformasikan pada realitas desa
dan kota, dengan menitikberatkan pada kehidupannya. pada desa-desa yang masih murni
masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar. Masyarakat yang menjadi fokus peneliti adalah
masyarakat desa yakni desa Mungseng. Masyarakat desa merupakan kelompok orang yang
menghuni wilayah desa, pada umumnya mata pencaharian utama penduduknya adalah
petani atau nelayan, sedangkan bagi desa Mungseng bertani menjadi mata pencaharian
utama warga masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai