Anda di halaman 1dari 8

STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT TRADISIONAL

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

SALSABILA DARA PHONNA 2010101010060

DINA HAJJARANI 2010101010066

ECHA SALSABILLA 2010101010092

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2022
A. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah
ilmiahnya saling berinteraksi. Suatu masyarakat mempunyai ikatan lain yang khusus.
Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi masyarakat adalah pola tingkah
laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Pola itu
harus bersifat mantap dan kontinu; dengan kata lain, pola khas itu harus sudah menjadi
adat istiadat yang khas.

Selain ikatan adat istiadat yang khas yang meliputi sektor kehidupan dan
kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus juga mempunyai suatu kesatuan khusus
yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya. Ciri-ciri masyarakat adalah: (1)
interaksi antara warga-warganya, (2) adat istiadat, norma, hukum, dan aturan-aturan khas
yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga, (3) kontiniuitas waktu, (4) dan rasa
identitas kuat yang mengikat semua warga.

Dengan memperhatikan keempat ciri masyarakat tersebut, maka masyarakat juga


dapat didefinisikan sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. 1

Masyarakat adalah gabungan atau kumpulan dari banyak keluarga. Masyarakat


berasal dari hubungan antar individu yang kemudian membentuk suatu kelompok yang
dinamakan masyarakat (Khairuddin, 2008).

Masyarakat adalah suatu kesatuan yang terbentuk melalui proses interaksi yang
berkelanjutan antar individu yang saling mempengaruhi (Soetomo, 2009).2

1
Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
2
Mayangsari, Ayu Senja. (2017). Kajian Kesejahteraan Mayarakat Pembuat Gula Merah Desa Rejodadi Kecamatan
Cimanggu Kabupaten Cilacap. Retrived from http://repository.ump.ac.id/id/eprint/3630
B. Pengertian Tradisional

Istilah tradisional berasal dari kata tradisi atau traditum yang berarti sesuatu yang
diteruskan dari masa lalu menuju masa sekarang. Sesuatu yang diteruskan tersebut dapat
berupa benda, pola perilaku, sistem nilai, sistem norma, harapan dan cita-cita yang ada di
dalam suatu masyarakat. Tradisi tersebut terbentuk melalui pikiran, imajinasi, dan
tindakan-tindakan dari seluruh anggota masyarakat yang kemudian diwariskan secara
turun temurun.

Makna lain dari istilah tradisi adalah segala sesuatu yang berfungsi menjaga atau
memelihara. Dengan demikian, segala sesuatu yang berkembang pada generasi terdahulu
akan dijaga dan dipelihara oleh generasi selanjutnya dan bahkan mungkin generasi yang
akan datang. Suatu tradisi dapat mengalami perubahan mana kala generasi penerus
melakukan pembaharuan terhadap tradisi yang diwariskan oleh generasi pendahulunya.
Pada umumnya perubahan hanya menyentuh pada unsur-unsur luarnya saja, sedangkan
unsur-unsur pokoknya tidak mengalami perubahan. 3

C. Pengertian Masyarakat Tradisional

Menurut Rentelu, Pollis dan Shcaw dalam (P.J Bouman. 1980: 53) masyarakat
tradisional merupakan masyarakat yang statis tidak ada perubahan dan dinamika yang
timbul dalam kehidupan. Dari pengertian tadi maka bisa disimpulkan bahwa masyarakat
tradisional ialah masyarakat yang melangsungkan kehidupannya yang berpatokan pada
kebiasaan adat-istiadat yang ada dalam lingkungan tersebut. Yang mana kehiduapan
mereka belum sepenuhnya terpengaruhi dengan perubahan-perubahan yang berasal dari
luar lingkungan sosial nya, hal ini membuat kehidupan masyarakat tradisional cenderung
statis.

Menurut P.J Bouman (1980: 54-58) hal yang membedakan masyarakat tradisional
dengan masyarakat modern ialah ketergantungan masyarakat terhadap lingkungan alam

3
Saleha, Qoriah. (2013). Kajian Struktur Sosial Dalam Masyarakat Nelayan di Pesisir Kota Balikpapan. Buletin PSP
Volume 21 (1), April 2013. Retrived from https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/7119
sekitarnya. Faktor dari pada ketergantungan masyarakat tradisional terhadap alam dengan
adanya proses penyesuaian terhadap lingkungan alam. Oleh sebab itu masyarakat
tradisional memiliki karakteristik tertentu yang membuat ciri pembeda dari masyarakat
modern.

Selo Soemardjan (1993:62-63) mencirikan masyarakat tradisional berdasarkan


pandangan sosiologis. Berikut karakteristiknya:

a) Masyarakat yang cenderung homogen


b) Adanya rasa kekeluargaan, kesetiakawanan dan rasa percaya yang kuat antar para
warga.
c) Sistem sosial yang masih diwarnai dengan kesadaran kepentingan kolektif
d) Pranata adat yang efektif untuk menghidupkan disiplin sosial
e) Shame culture (budaya malu) sebagai pengawas sosial langsung dari lingkungan
sosial manusia, rasa malu menganggu jiwa jika ada orang lain yang mengetahui
penyimpangan sistem nilai dalam adat-istiadat.

Ciri-ciri masyarakat tradisional berdasarkan pandangan hukum dapat dilihat pada


pendapat yang dikemukakan oleh Amiruddin (2010: 205), bahwa masyarakat tradisional
cenderung mempunyai solidaritas sosial mekanis. Solidaritas mekanis merupakan
solidaritas yang muncul atas kesamaan (keserupaan), konsensus, dan dapatnya saling
dipertukarkan antara individu yang satu dengan individu yang lain berada dalam
kelompok itu.

Berbeda dengan pendapat Selo Soemardjan (1993: 186) disiplin hukum


masyarakat tradisional terhadap hukum negara lemah. Akan tetapi disiplin terhadap
hukum adat cukup kuat. Kontrol sosial dan disiplin hukum adat digunakan oleh
masyarakat untuk mengatur ketertiban tata hidup sosialnya. 4

4
Tris Tanto, Handi. (2013). Sistem Bawon di Desa Mungseng Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung.
Retrived from https://eprints.uny.ac.id/23970/3/BAB%20II.pdf
D. Pengertian struktur masyarakat tradisional

Struktur sosial atau yang biasa disebut dengan struktur masyarakat, dalam
antropologi konsep struktur sosial berkembang dalam pendekatan struktur-fungsional dari
antropologi sosial di inggris5. Struktur sosial merupakan pedoman bagi tingkah laku
manusia. Konsep struktur sosial mengandung arti, di dalam konsepsi mengenai struktur
sosial terkandung relasi sosial yang berlaku sebagai kenyataan, atau relasi sosial yang
konkret, dan meliputi role expectations, yaitu tingkah laku yang diharapkan secara timbal
balik, idela pattenrs, yaitu yang sifatnya relative konstan dan bersifat menetap. 6

Dalam masyarakat tradisional struktur antara golongan atas (orang kaya, yang
memiliki pangkat) dengan golongan bawah (petani, nelayan, pedangang), tidak dijadikan
sebagai pembeda yang mana dapat membuat jarak sosial dalam pergaulan di masyarakat .
hal ini membuat masyarakat. Hal ini membuat masyarakat tradisional menggunakan
dimensi horizontal dalam struktur sosial nya, yang mana mereka dianggap sama atau
setara.

Di dalam masyarakat tradisional jarang terjadi diferensisasi sosial atau pembeda


antara yang berpangkat dan tidak, hal ini disebabkan karena mereka tidak
menggolongkan masyarakat dengan stratifikasi sosial secara vertikal, yang artinya
terdapat kelompok masyarakat yang memiliki penghasilan lebih tinggi atau jabatan besar
dari lainnya. Masyarakat tradisional lebih sering menggolongkan orang-orang yang ditua
kan atau yang memiliki kepandaian tinggi serta memiliki kekuatan sakti dan juga orang-
orang yang pendidikan agama nya tinggi seperti tengku atau waled yang mereka anggap
derajatnya lebih tinggi.

Menurut Selo Soemardjan dalam masyarakat tradisional ini struktur sosial dan
kebudayaaan bersifat sederhana yang mana:

a) hubungan dalam keluarga serta masyarakat setempat amat kuat

5
Pip jones, alih bahasa oleh Achmad Fedyani Saefuddin, op. cit., h.44
6
Beni Ahmad Sabeni, Pengantar Antropologi , (Bandung: Pustaka Setia, 2012). h.142
b) organisasi sosial pada pokoknya didasari oleh adat istiadat yang terbentuk menurut
tradisi.

c) Selain itu kepercayaan kuat terhadap kekuatan gaib yang mempengaruhi kehidupan
manusia

d) tidak ada lembaga-lembaga khusus dibidang pendidikan dan teknologi

e) hukum yang berlaku tidak tertulis dan sederhana juga diketahui oleh semua warga
dewasa.

f) Juga ekonomi sebagian besar meliputi produksi untuk keperluan sendiri atau pasar
lokal dan terakhir

g) kegiatan ekonomi serta sosial yang memerlukan kerjasama orang banyak


dilakukan secara tradisional dengan gotong royong.

E. Struktur Sosial Masyarakat Tradisional

1. Stratifikasi Sosial

Pitirim A. Sorokin seperti dikutip Soerjono Soekanto (2006) menyatakan


bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarki). Seperti contohnya sistem kasta yang ada di
Bali yang mengatur kedudukan seseorang di dalam kegiatan adat. Kasta yang
diberikan diambil dari garis keturunan. Atau stratifikasi sosial berdasarkan gelar
kebangsawanan.

2. Keluarga dan Kekerabatan

Sistem kekerabatan merupakan cara untuk mengatur atau cara dalam


mengatur hubungan sesama keluarga, sanak family, teman sejawat, maupun teman
kerja berdasarkan adanya aturan yang dibuat bersama secara turun temurun
maupun berkala.

Keluarga menjadi ikatan terkecil yang menjadi pioneer pengkulturasian


tradisi dan direalisasikan dalam kehidupan kolektif masyarakat dalam lingkungan
kekerabatan dan masyarakat umumnya. Tokoh adat berperan penting dalam
menjaga keutuhan adat dan tradisi dari nenek moyang. 7

7
Afandi, Ahmad. (2016). Stratifikasi Sosial (Sistem Sosio Kultur) Masyarakat Sasak di Kabupaten Lombok Timur
Nusa Tenggara Barat. Jurnal Criksetra, Volume 5 (9), Februari 2016. Retrived from
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/criksetra/article/view/4796
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Ahmad. (2016). Stratifikasi Sosial (Sistem Sosio Kultur) Masyarakat Sasak di
Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Jurnal Criksetra, Volume 5 (9),
Februari 2016. Retrived from
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/criksetra/article/view/4796

Beni Ahmad Sabeni, Pengantar Antropologi , (Bandung: Pustaka Setia, 2012). h.142

Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Mayangsari, Ayu Senja. (2017). Kajian Kesejahteraan Mayarakat Pembuat Gula Merah Desa
Rejodadi Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Retrived from
http://repository.ump.ac.id/id/eprint/3630

Pip jones, alih bahasa oleh Achmad Fedyani Saefuddin, op. cit., h.44

Saleha, Qoriah. (2013). Kajian Struktur Sosial Dalam Masyarakat Nelayan di Pesisir Kota
Balikpapan. Buletin PSP Volume 21 (1), April 2013. Retrived from
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/7119

Tris Tanto, Handi. (2013). Sistem Bawon di Desa Mungseng Kecamatan Temanggung
Kabupaten Temanggung. Retrived from https://eprints.uny.ac.id/23970/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai