Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM


DOSEN PENGAMPU : MUSDALIFA, S.Sos., M. Pd.

DISUSUN OLEH :

MOHAMMAD TAHANG
(2001088)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/S1

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-GAZALI BARRU

2022/2023
i

KATA PEGANTAR

A’udzubillahiminsyathonirrajim

Bismillahirrahamnairrahim

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala,

karena berkat taufiq, hidayah serta pertolongan-Nya kami dapat menyusun

makalah ini dengan dan dapat selesai tepat pada waktunya. Sholawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam,

keluarganya, para sahabatnya serta tabi’it-tabi’inya.

Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan ilmu,

informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk

mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Aamiin.

Wassalaamu’alaikum wrahmatullahi wabarakatuh

Barru, Maret 2023

Penulis
ii

DAFTAR ISI

SAMPUL...................................................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Dampak pada Sistem Sosial-Budaya.....................................................................

B. Sistem Kemasyarakatan dan Sistem Sosial-Budaya..............................................

C. Indikator Perubahan Sosial-Budaya......................................................................

D. Dampak Pembangunan Terhadap Sistem Sosial-Budaya....................................

E. Penanggulangan terhadap Dampak Pembangunan..............................................

F. Lembaga Pendidikan, Peserta Didik, dan Interaksi Sosial..................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................23

B. Saran ..........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem sosial-budaya adalah suatu keseluruhan dari tindakan –

tindakan sosial-budaya yang tumbuh dan berkembang dan disepekati oleh

seluruh anggota masyarakat dan membentuk norma yang terbentuk dari

interaksi sosial dari masyarakat tersebut. Sedangkan hukum yang juga

memuat norma-norma, hanya dapat dimengerti dengan jalan memahami

sistem sosial terlebih dahulu. Sesuai ungkapan klasik ubi societas ibi ius

bahwa dimana ada masyarakat disitu ada hukum atau budaya. Dengan

mempelajari sistem sosial, kita dapat mengetahui hukum yang berlaku dalam

masyarakat. Begitu juga hukum diperlukan dalam mengatasi konflik dalam

sistem sosial. Sistem sosial yang berdasar pada konsesus atau perjanjian

masyarakat sesuai dengan norma yang berkembang dalam masyarakat

menyebabkan sistem sosial di setiap negara berbeda - beda dan punya cirinya

masing - masing, termasuk di Indonesia. Dalam sistem sosial, hukum

diharapkan mampu membawa pembaharuan dalam mayarakat dan mampu

mengkoordinasikan aktivitas - aktivitas warga masyarakat sehingga harus

mengikuti perkembangan dan perubahan sosial dalam mayarakat.

Berbagai contoh kasus di Indonesia menunjukkan bahwa dalam sistem

sosial-budaya membutuhkan sinergi yang baik. Untuk itulah, perlu adanya

analisis mengenai sistem sosial-budaya sebagai dua hal yang memiliki


2

hubungan keterkaitan yang erat serta contoh kasus yang dapat dianalisis

berdasarkan sistem sosial utamanya di Indonesia

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak pada sistem sosial-budaya?

2. Bagaimana sistem kemasyarakatan dan sistem sosial-budaya?

3. Apa saja indikator perubahan sosial-budaya?

4. Bagaimana dampak pembangunan terhadap sistem sosial-budaya?

5. Bagaimana penanggulangan terhadap dampak pembangunan?

6. Apa yang dimaksud dengan lembaga pendidikan, peserta didik, dan

interaksi sosial?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari dampak pada sistem sosial-budaya.

2. Untuk mengetahui sistem kemasyarakatan dan sistem sosial-budaya.

3. Untuk mengetahui indikator perubahan sosial-budaya.

4. Untuk mengetahui dampak pembangunan terhadap sistem sosial-budaya.

5. Untuk mengetahui penanggulangan terhadap dampak pembangunan.

6. Untuk mengetahui pengertian lembaga pendidikan, peserta didik, dan

interaksi sosial.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dampak pada Sistem Sosial-Budaya

Kata sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu systema. Artinya

sehimpunan dari bagian atau komponen yang saling berhubungan satu sama

lain secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Dalam tradisi ilmu

sosial penggunaan istilah sistem lebih sering digunakan untuk merujuk pada

pengertian sebuah sistem organik, yaitu sebuah sistem yang di dalamnya

terdiri dari beberapa komponen yang lebih kecil yang memiliki kehidupan

(animate).

Sistem mengarah pada pengertian sistem sebagai sebuah himpunan

kehidupan sosial yang terdiri dari komponen – komponen yang saling

berhubungan satu dengan lainnya secara teratur dan sistematis serta

membentuk suatu kehidupan yang menyeluruh.

Konsep-konsep dasar sosiologis menyangkut seluruh proses

pergaulan hidup dalam wadah tertentu. Misalnya dalam sistem

kemasyarakatan. Di dalam wadah tersebut berkembang mermacammacam

konsep dasar sosiologi seperti interaksi sosial, kebudayaan, lembag sosial,

lapisan sosial, kekuasaan dan wewenang maupun perubahan sosial.

Secara sosiologis, di dalam setiap sistem kemasyarakatan terjadi

hubungan antarpribadi, antar kelompok maupun antara pribadi dengan

kelompok (dan sebaliknya). Hubungan demikian disebut interaksi sosial yang

menyangkut proses saling memengaruhi antara pihak-pihak yang berinteraksi.


4

Secara etimologis, dampak sendiri berarti pelanggaran, tubrukan, atau

benturan. Oleh karena itu, dampak pada sistem-budaya dapat diartikan

sebagai pelanggaran terhadap sistem sosial-budaya, tubrukan terhadap sistem

sosial-budaya, ataupun benturan.1 Hal itu berarti bahwa keadaan-keadaan

tertentu terjadi masalah-masalah yang mengganggu berfungsinya sistem

sosial budaya tersebut.

B. Sistem Kemasyakatan dan Sistem Sosial-Budaya

Setiap kehidupan masyarakat sudahlah pasti semua diorganisasikan.

Dengan kata lain segala macam tindakan manusia pastilah diatur oleh banyak

peraturan, misalnya saja peraturan adat-istiadat dan berbagai macam aturan

mengenai berbagai macam kesatuan di lingkungan tempat manusia hidup dan

manusia bersosialisasi setiap harinya. Adapun sistem dari bentuk sosialisasi

yang paling dekat adalah sistem kekerabatannya, yaitu keluarga inti yang

dekat dengan sanak saudara yang lainnya. Kemudian ada juga suatu kesatuan

di luar keluarga terdekat, tetapi masih dalam lingkungan komunitas.

Dalam masyarakat pengaruh industrialisasi sudah masuk dan sudah

mendalam. Hal ini tampak bahwa fungsi kekerabatan yang sebelumnya

menjadi hal yang sangat terpenting dalam banyak bidang kehidupan individu,

sekarang sudah mulai mengendur dan berkurang begitu juga dengan adat-

istiadat yang mengatur sistem kekerabatan setiap individu. Sistem

kemasyarakatan maksudnya adalah pengelompokkan orang-orang dalam

1
Soejono Soekanto, Budi Sulistyawati, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), hlm. 380
5

suatu masyarakat dan hubungan antara individu baik dalam kelompok yang

sama maupun beda.

Sistem kemasyarakatan mencakup berbagai bidang kehidupan yang

merupakan subsistem kerana menjadi bagian dari suatu kesatuan yang

menyeluruh. Biasanya subsistem-subsistem tersebut adalah:

a. Subsistem politik

b. Subsistem ekonomi

c. Subsistem sosial

d. Subistem budaya

e. Subsistem pertahanan-keamanan

f. Subsistem hukum2

Masing-masing subsistem saling berkaitan secara fungsional

karena menjadi wadah dan proses yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan

dasar manusia. Salah satu faktor yang mempertahankan integrasi sistem

kemasyarakatan subsistem tertentu, misalnya subsistem pertahanan-keamanan

dan subsistem hukum.

Masing-masing subsistem saling berkaitan secara funssional karena

menjadi wadah dan proses yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar

manusia. Salah satu faktor yang mempertahankan integrasi sistem

kemasyarakatan adalah subsistem tertentu, misalnya subsistem

pertahanan keamanan dan subsistem hukum. Subsistem tersebut sesuai

dengan fungsinya, dapat disebut inter subsistem.

2
Soejono Soekanto, Budi Sulistyawati, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), hlm. 382.
6

Subsistem sosial-budaya merupakan struktur dan proses dalam

suatu wadah tertentu yang mempunyai unsur-unsur pokok di antaranya:

a. Kepercayaan yang merupakan pemahaman terhadap semua aspek

alam semesta yang dianggap sebagai suatu kebenaran (mutlak).

b. Perasaan dan pikiran, yakni suatu keadaan kejiwaan manusia yang

menyangkut keadaan sekelilingnya. Baik yang bersifat alamiah

maupun sosial.

c. Tujuan, yang merupakan suatu cita-cita yang harus dicapai dengan

cara mengubah sesuatu atau mempertahankannya.

d. Kaidah atau norma yang merupakan pedoman untuk berperilaku

pantas.

e. Kedudukan dan peranan; kedudukan (status) merupakan posisi-

posisi tertentu secara vertikal, sedangkan peranan (role) adalah hak-

hak dan kewajiban baik secara strukturl maupun prosesual.

f. Pengawasan, merupakan proses yang bertujuan untuk mengajak,

mendidik atau bahkan memaksa warga masyarakat menaati norma

dan nilai yang berlaku dalam masyarakat.

g. Sanksi, yakni persetujuan atau penolakan terhadap perilaku tertentu.

Di mana persetujuan terhadap perilaku tertentu dinamakan sanksi

positif, sedangkan penolakannya dinamakan sanksi negatif yang

mencakup pemulihan keadaan, pemenuhan keadaan dan hukuman

dalam arti yang luas.


7

h. Fasilitas merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang hendak

dicapai, dan telah ditentukan terlebih dahulu.

i. Kelestarian dan kelangsungan hidup.

j. Keserasian antara kualitas kehidupan dengan kualitas lingkungan.

C. Indikator Perubahan

1. Tema pokok analisis sosiologi terhadap perubahan sosial

Masalah perubahan sosial telah menjadi sorotan penting para

sosiolog, semenjak timbulnya sosiologi modern. Sosiologi modern

dilahirkan dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan pada

unsur-unsur tradisional sehinggal para sosiolog waktu itu menaruh

perhatian besar pada prooses-proses perubahan tersebut. Pada masa itu,

masalah pokok yang menjadi pusat perhatian para sosiolog adalah sebagai

berikut:

a. Kecenderungan-kecenderungan umum perubahan suatu masyarakat

sebagai keseluruhan atau kesatuan yang utuh.

b. Perkembangan suatu tipe masyarakat tertentu.

c. Pemusatan perhatian terhadap sebab-sebab terjadinya perubahan sosial

dan pengaruh perubahan sosial terhadap masyarakat maupun bagian-

bagiannya.3

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa pusat perhatian

terhadap perubahan sosial secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam dua

kategori pokok, yakni:

3
Soejono Soekanto, Budi Sulistyawati, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), hlm.285.
8

1) Analisis terhadap masyarakat secara menyeluruh (makro);

2) Studi komparatif terhadap berbagai masyarakat dan peradabannya

(makro dan mikro).

2. Masalah-masalah Pokok Studi terhadap Perubahan

Atas dasar pemikiran bahwa perubahan sosial merupakan peristiwa

yang pasti terjadi dalam setiap masyarakat, di dalam studi-studi sosiologi

mengenai perubahan senantiasa ada pusat perhatian terhadap masalah-

masalah pokok berikut:4

1) Sampai sejauh manakah perubahan-perubahan menjadi hakikat dari

setiap masyarakat?

2) Ciri-ciri umum apakah yang merupakan karakteristik perubahan

tersebut?

3) bagaimanakah cara mengadakan studi perbandingan perubahan?

a) Aspek-aspek manakah dari perubahan yang dapat diperbandingkan?

b) Apakah lebih baik meneliti perubahan dalam masyarakat yang

sifatnya menyeluruh?

c) Apakah lebih baik meneliti perubahan-perubahan pada lembaga-

lembaga sosial tertentu dan unsur-unsur sosial lainnya.

4) Bagaimanakah hubungan antara perubahan-perubahan yang terjadi pada

berbagi unsur masyarakat?

5) Bagaimanakah hubungan antara perubahan yang terjadi pada suatu

masyarakat dengan perubahan pada masyarakat lainnya?

4
Soejono Soekanto, Budi Sulistyawati, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), hlm.286.
9

Perubahan sosial atau perkembangan sosial budaya di Indonesia

dapat dilihat telah mengikuti perubahan zaman yang sedang berkembang

secara global. Dimana banyak kebudayaan-kebudayaan asing yang mulai

dianut oleh masyarakat Indonesia, pola pemikiran yang lebih condong ke

barat, hingga mungkin meninggalkan tradisi atau kebiasaan yang

sebenarnya telah lama ada di masyarakat Indonesia itu sendiri. Salah satu

penyebabnya adalah karena adanya zaman yang semakin berkembang dan

teknologi yang semakin canggih yang mempermudah segala aspek

kehidupan yang kemudian sangat berpengaruh terhadap kehidupan

masyarakat Indonesia dalam bersosialisasi maupun berinteraksi.

3. Faktor Perubahan dan Indikator

Faktor penyebab perubahan sosial dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri (faktor

internal) dan faktor yang bersumber dari luar masyarakat (faktor eksternal).

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang bersumber dalam

masyarakat itu sendiri yaitu sebagai berikut.

1) Bertambah atau Berkurangnya Penduduk

Bertambahnya penduduk yang sangat cepat, menyebabkan

terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama yang

menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan.

2) Penemuan-Penemuan Baru
10

Adanya penemuan baru dapat menyebabkan terjadinya

perubahan. Proses penemuan baru disebut inovasi. Penemuan baru

sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dibedakan menjadi

dua, yaitu discovery dan invention.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

masyarakat itu. Faktor eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya

perubahan sosial budaya adalah sebagai berikut.

1) Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia

Perubahan dapat disebabkan oleh lingkungan fisik, seperti

terjadinya gempa bumi, taufan, banjir besar, dan lain-lain mungkin

menyebabkan bahwa masyarakat yang mendiami daerah-daerah

tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila

masyarakat tersebut mendiami tempat tinggalnya yang baru, maka

mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru

tersebut.

2) Peperangan

Peperangan dengan negara lain dapat menyebabkan

terjadinya perubahan perubahan yang sangat besar baik pada

lembaga kemasyarakatan maupun struktur masyarakat.


11

3) Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain

Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain dapat

menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan budaya. Hubungan

yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat, mempunyai

kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal-balik, artinya

masingmasing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya,

tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu.

D. Dampak Pembangunan

Secara garis besar, pembangunan sosial budaya bisa diartikan sebagai

usaha meningkatkan kehidupan masyarakat, khususnya di bidang sosial dan

budaya. Tujuan utama pembangunan sosial budaya adalah menyejahterakan

masyarakat dengan melakukan berbagai usaha pembangunan dan perubahan.5

Bagi masyarakat setempat, pembangunan sosial budaya membawa

manfaat dalam kehidupan mereka. Manfaat tersebut adalah:

1) Kemunculan dan berkembangnya inovasi

Inovasi merupakan ide kreatif atau gagasan baru mengenai suatu

hal, bisa dalam bidang pendidikan,sosial budaya, maupun ekonomi.

Adanya pembangunan sosial budaya membuat masyarakat setempat

mampu mengembangkan berbagai inovasi yang tentunya sangat berguna

bagi kehidupan mereka.

2) Mengembangkan potensi yang dimiliki

5
https://www.kompas.com/skola/read/2021/09/24/143000869/manfaat-dari-
pembangunan-sosial-budaya-lain-bagi-masyarakat (diakses pada tanggal 10 Maret 2023 pukul
20.27 wita)
12

Selain munculnya inovasi, pembangunan sosial budaya juga

bermanfaat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki masyarakat

setempat. Potensi ini berupa sumber daya alam ataupun sumber daya

manusia. Sebagai contoh suatu daerah mempunyai potensi budaya yang

kuat. Warga setempat kemudian dapat bekerja sama untuk mencari dan

mengembangkan inovasi agar potensi budaya tersebut semakin

berkembang luas.

3) Mempunyai keterampilan lebih

Pembangunan sosial budaya juga bermanfaat untuk membuat

masyarakat setempat memiliki keterampilan lebih. Dengan adanya

pembangunan, warga memiliki akses lebih besar untuk melatih serta

mengembangkan keterampilannya.

Hal-hal yang dapat diperoleh masyarakat setempat dari sebuah

pembangunan sosial budaya lainnya adalah:

1) Kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki;

2) Kesempatan untuk memunculkan dan mengembangkan inovasi;

3) Kesempatan untuk mempunyai keterampilan lebih, termasuk perencanaan

kegiatan yang lebih berkelanjutan serta mandiri.

E. Penanggulangan Dampak

Dalam proses terbentuknya masyarakat berdasarkan pendekatan

interaksi sosial, terjadi berbagai interaksi. Interaksi tersebut merupakan


13

interaksi antar individu, antar kelompok, maupun antara individu dengan

kelompok. Interaksi sosial ini mengakibatkan terjadinya masalah sosial.

Para ahli mendefinisikan masalah sosial berbeda-beda. Namun secara

umum cara mengatasi kesenjangan sosial adalah suatu keadaan di mana

terjadi ketidaknyamanan suatu masyarakat karena adanya unsur-unsur atau

nilai-nilianya yang rusak atau terganggu. Jadi, walaupun ada unsur-unsur atau

nilai-nilai yang baru dalam masyarakat, selama masyarakat masih merasa

nyaman dan tidak mempermasalahkannya, maka masalah sosial tidak ada.

Perubahan perilaku masyarakat dapat terlihat dari berbagai bentuk

perubahan yang terjadi, diantaranya :

a. Perubahan gaya hidup

b. Perubahan pola pikir

c. Perubahan sosial ekonomi

d. Perubahan cara berkomunikasi

e. Perubahan dalam bahasa

Bentuk perubahan dalam masyarakat cenderung lebih besar dan

kompleks, karena masyarakat tersusun atas berbagai pola perilaku dan asal-

usul individu yang berbeda.vSikap-sikap kritis dalam menghadapi atau

menyikapi perubahan sosial-budaya, diantaranya :

a. Identifikasi perubahan yang terjadi

b. Selektif dalam memilih perubahan

c. Berpikir rasional dan logis dalam menentukan perubahan

d. Partisipasi dalam perubahan


14

e. Toleransi dalam perubahan

F. Lembaga pendidikan, Peserta Didik, dan Interaksi Sosial

1. Lembaga Pendidikan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran. Agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara. Pendidikan dari kata didik.

Menurut KBBI, mendidik artinya memelihara dan memberi

latihan. Dalam memberi latihan perlu ada ajaran, tuntutan dan bimbingan

tentang akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam bahasa Inggris pendidikan

adalah education dari bahasa Latin educare yang berarti untuk melatih

atau membentuk. Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari

kegelapan menuju kecerdasan pengetahuan atau dari tidak tahu menjadi

tahu.

Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya

proses pendidikan dengan tujuan mengubah tingkah laku individu ke arah

yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Lembaga

pendidikan adalah lembaga yang menawarkan pendidikan formal dari

jenjang prasekolah sampai perguruan tinggi, bersifat umum atau khusus.

Lembaga pendidikan juga merupakan institusi sosial yang menjadi agen


15

sosialisasi lanjutan setelah lembaga keluarga. Dalam lembaga pendidikan,

seorang anak akan dikenalkan tentang kehidupan bermasyarakat lebih luas.

Jenis lembaga pendidikan ada tiga yaitu lembaga pendidikan

formal (sekolah), lembaga pendidikan nonformal (misal kursus

keterampilan, kursus bahasa, dan kursus komputer), serta pendidikan

informal (pendidikan yang terjadi di keluarga).

2. Fungsi Lembaga Pendidik

Secara fundamental, lembaga pendidikan berfungsi mengatur

pemenuhan kebutuhan terhadap pendidikan. Fungsi lembaga pendidikan

ada dua, yaitu fungsi manifes dan fungsi laten.

Fungsi manifes lembaga pendidikan Fungsi manifes adalah fungsi

yang tercantum dalam kurikulum sekolah. Menurut Horton dan Hunt,

fungsi manifes lembaga pendidikan adalah:

1) Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah, dengan

bekal keterampilan yang diperoleh dari lembaga pendidikan seperti

sekolah maka seseorang siap untuk bekerja;

2) Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi

kepentingan masyarakat;

3) Melestarikan kebudayaan masyarakat, lembaga pendidikan

mengajarkan beragam kebudayaan dalam masyarakat; Menanamkan

keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Fungsi laten lembaga pendidikan adalah:

1) Mengurangi pengendalian orangtua


16

Keikutsertaan anak dalam lembaga pendidikan seperti sekolah

akan mengurangi pengendalian orangtua. Karena yang berperan saat

pengajaran dan pendidikan di sekolah adalah guru.

2) Mempertahankan sistem kelas sosial Lembaga sekolah diharap

mensosialisasikan kepada para anak didik untuk menerima perbedaan

status di masyarakat. Sekolah diharapkan menghilangkan perbedaan

kelas sosial berdasarkan status sosial peserta didik di masyarakat.

3) Memperpanjang masa remaja

Sekolah memungkinkan diperpanjang masa remaja dan

penundaan masa dewasa.

3. Anak didik, Etika, dan Psikologi Peserta Didik

Anak didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada

fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis,

pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang anak didik

yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan menyangkut

fisik dan perkembangan menyangkut psikis. Anak didik adalah anggota

masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan

tertentu.

Ada beberapa etika anak didik yang harus diperhatikan dalam

proses pembelajaran. Dalam hal ini Hasyim Asy’ari mengungkapkan ada

sepuluh etika yang harus dipenuhi oleh anak didik atau murid, yaitu:
17

1) Membersihkan hati dari berbagai gangguan keimanan dan

keduniawian.

2) Membersihkan niat

3) Tidak menunda-nunda kesempatan belajar.

4) Bersabar dan qanaah terhadap segala macam permberian dan cobaan.

5) Pandai mengatur waktu

6) Menyederhanakan makan dan minum

7) Bersikap hati-hati

8) Menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan kemalasan

yang pada akhirnya menimbulkan kebodohan.

9) Menyediakan waktu tidur selagi tidak merusak kesehatan.

10) Meninggalkan kurang faedah (hal-hal yang kurang berguna bagi

perkembangan diri).6

4. Lembaga Pendidikan Formal

Secara umum, pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis,

berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai

dengan perguruan tinggi dan yang setaraf denganya termasuk ke dalamnya

ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program

spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang

terus menerus. Dan pendidikan formal juga merupakan lembaga

pendidikan yang ditempuh melalui jalur institusi yang sudah ditentuhkan

6
Zainal Arifin, Sosiologi Pendidikan: Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, Manusia dan
Pnedidikan Sebagai Kapital, (Makassar: Anugrah Mandiri, 2014), hlm. 48.
18

dan ditetapkan,serta diatur oleh sekelompok orang yang berwenang yang

dalam hal ini pemerintah atau sebuah yayasan.

Adapun tujuan dari diselenggarakannya pendidikan formal adalah

sebagai berikut:

1) Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar,

memperbaiki, memperluas pengetahuan, dan tingkah laku peserta

didik yang dibawa dari keluarga serta membantu pengembangan

bakat.

2) Mengembangkan keperibadian peserta didik lewat kurikulum.

3) Membentuk dasar atau pondasi cara-cara/pola berpikir yang sistematis

dan konseptual secara konsisten dan terarah.

4) Melatih dan menanamkan sikap mental dan emosional yang matang,

dewasa dan mandiri. Sehingga biasanya seorang yang berpendidikan

tinggi lebih dapat mengendalikan sikap dan emosinya secara baik.

5) Mengajarkan banyak disiplin ilmu dengan berbagai teori-teori dan

ilmu pengetahuan yang ada sehingga wawasan dan pengetahuan

menjadi banyak dan luas.

6) Menanamkan disiplin belajar yang sangat tinggi, sehingga seseorang

yang berpendidikan akan lebih terbiasa untuk belajar dan belajar lagi.

5. Peserta Didik

Peserta didik dalam Islam adalah makhluk Allah yang memiliki

berbagai potensi dasar namun masih memerlukan bimbingan dan arahan

dari orang lain sebab mereka belum dewasa. Mereka memiliki berbagai
19

bakat, perasaan, kehendak, dan pemikiran dinamis yang perlu

dikembangkan untuk memaksimalkan kemampuannya. Peserta didik

secara umum yaitu golongan anak-anak yang masih dalam tahap

perkembangan dan pertumbuhan, baik itu secara psikologi dan fisik

sehingga untuk mengetahui potensi dirinya mereka harus melalui lembaga

pendidikan terlebih dahulu. Hakikat peserta didik menurut UU No.20

tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang berupaya untuk

mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan

jenis pendidikan tertentu.

Dari beberapa pengertian di atas, maka bisa disimpulkan bahwa

peserta didik adalah sekumpulan orang yang masih memerlukan

bimbingan dari orang lain agar mereka dapat memahami ilmu pengetahuan

yang baru. Potensi yang dimiliki oleh peserta didik tentu saja tidak akan

bisa tumbuh secara optimal apabila mereka tidak mendapatkan bimbingan

yang tepat.

Agar peserta didik mampu mempelajari ilmu yang sesuai dengan

kapasitas yang dimilikinya, maka lembaga pendidikan pun dibagi lagi

menjadi beberapa bentuk. Beberapa bentuk pendidikan tersebut adalah:

a. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jenis pendidikan yang umumnya

akan didapatkan oleh seseorang secara sadar atau tidak sadar dalam

kehidupan sehari-hari baik dari lingkungan sekitar, keluarga,

pekerjaan, dll. Sama halnya dengan pengertian peserta didik yang


20

menyatakan bahwa peserta didik merupakan orang yang haus akan

pengalaman, maka mereka pasti akan mendapatkan pendidikan

informal ini dalam kehidupannya.

b. Pendidikan Non-Formal

Pendidikan non-formal adalah jenis pendidikan yang

umumnya ditempuk oleh peserta didik dalam keadaan sadar dan hanya

berlangsung selama beberapa saat saja tanpa adanya peraturan yang

ketat.

6. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang terjadi antara

individu. Atau, bisa juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara

individu dengan kelompok tertentu. Hubungan ini pasti terjadi dan akan

terus berlangsung sepanjang masa, sebab menusia sebagai pelaku interaksi

merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Manusia

ditakdirkan untuk hidup secara berkelompok, sehingga dalam praktiknya

mereka membutuhkan peran orang lain agar aktivitas hidup dapat berjalan

dengan baik. Serangkaian proses sosial yang harus dijalani tersebut terjadi

berkat adanya interaksi sosial. Dengan interaksi sosial, manusia dapat saling

mengenal dan menjalankan perannya masing-masing. Mereka juga dapat

membentuk tatanan dan struktur sosial di masyarakat berdasarkan

kebutuhan sosialisasinya.

Suatu interaksi sosial bisa terjadi apabila telah memenuhi beberapa

syarat tertentu. Syarat tersebut antara lain kontak sosial dan komunikasi.
21

1. Kontak Sosial (social contact)

Kontak sosial adalah proses bertemunya dua orang atau lebih

dalam satu waktu, baik secara fisik maupun menggunakan alat/media.

Kontak fisik ini dapat terjadi antar individu, kelompok maupun antar

individu dengan kelompok. Berdasarkan sifatnya, kontak sosial terbagi

menjadi primer dan sekunder. Kontak sosial primer terjadi secara

langsung dengan bertatap muka, sedangkan sekunder melalui alat/media

perantara seperti smartphone. Hasil dari kontak sosial ini dapat berupa

hal negatif dan positif. Kontak sosial negatif mengarah pada

pertentangan dan permusuhan, sedangkan kontak positif berupa sikap

kerjasama dan gotong royong.

2. Komunikasi (communication)

Komunikasi ialah proses penyampaian informasi dari satu pihak

ke pihak lainnya. Komunikasi dapat dikatakan sempurna apabila

memenuhi syarat berikut: Ada pengirim pesan (sender); Terdapat isi

pesan (message); Ada penerima pesan (receiver); Ada media atau alat

untuk menyampaiakn pesan (channel); Ada umpan balik dari pesan

tersebut (feedback), umpan balik ini dapat berupa rasa terkejut atau

pemahaman dan rasa puas terhadap isi pesan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi sosial terbagi menjadi

beberapa bentuk. Pertama, asosiatif yaitu bentuk interaksi sosial yang

menghasilkan sikap kerja sama, akomodasi (toleransi, kompromi, ajudikasi,

dan mediasi), akulturasi maupun asimilasi. Kedua adalah bentuk interaksi


22

disosiatif yang mengakibatkan terjadinya persaingan, kontravensi dan konflik.

Ketiga hal tersebut dapat terjadi apabila beberapa pihak dari kelompok

interaksi memilih jalan kekerasan/ancaman untuk meraih tujuannya.

BAB III

PENUTUP
23

A. Kesimpulan

1. Secara sosiologis, di dalam setiap sistem kemasyarakatan terjadi hubungan

antarpribadi, antar kelompok maupun antara pribadi dengan kelompok

(dan sebaliknya). Hubungan demikian disebut interaksi sosial yang

menyangkut proses saling memengaruhi antara pihak-pihak yang

berinteraksi.

2. Sistem kemasyarakatan mencakup berbagai bidang kehidupan yang

merupakan subsistem kerana menjadi bagian dari suatu kesatuan yang

menyeluruh. Biasanya subsistem-subsistem tersebut adalah:

a. Subsistem politik

b. Subsistem ekonomi

c. Subsistem sosial

d. Subistem budaya

e. Subsistem pertahanan-keamanan

f. Subsistem hukum

3. Perubahan sosial atau perkembangan sosial budaya di Indonesia dapat

dilihat telah mengikuti perubahan zaman yang sedang berkembang secara

global. Dimana banyak kebudayaan-kebudayaan asing yang mulai dianut

oleh masyarakat Indonesia, pola pemikiran yang lebih condong ke barat,

hingga mungkin meninggalkan tradisi atau kebiasaan yang sebenarnya

telah lama ada di masyarakat Indonesia itu sendiri. Salah satu

penyebabnya adalah karena adanya zaman yang semakin berkembang dan

teknologi yang semakin canggih yang mempermudah segala aspek


24

kehidupan yang kemudian sangat berpengaruh terhadap kehidupan

masyarakat Indonesia dalam bersosialisasi maupun berinteraksi.

4. Hal-hal yang dapat diperoleh masyarakat setempat dari sebuah

pembangunan sosial budaya lainnya adalah:

1) Kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki;

2) Kesempatan untuk memunculkan dan mengembangkan inovasi;

3) Kesempatan untuk mempunyai keterampilan lebih, termasuk

perencanaan kegiatan yang lebih berkelanjutan serta mandiri.

5. Para ahli mendefinisikan masalah sosial berbeda-beda. Namun secara

umum cara mengatasi kesenjangan sosial adalah suatu keadaan di mana

terjadi ketidaknyamanan suatu masyarakat karena adanya unsur-unsur atau

nilai-nilianya yang rusak atau terganggu. Jadi, walaupun ada unsur-unsur

atau nilai-nilai yang baru dalam masyarakat, selama masyarakat masih

merasa nyaman dan tidak mempermasalahkannya, maka masalah sosial

tidak ada.

6. Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses

pendidikan dengan tujuan mengubah tingkah laku individu ke arah yang

lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penulis masih sangat jauh sekali dari

kata-kata sempurna, untuk kedepannya penulis akan lebih jelas dan lebih

fokus lagi dalam menerangkan penjelasan mengenai makalah diatas dengan


25

sumber-sumber yang lebih lengkap dan lebih banyak lagi, dan tentunya bisa

untuk dipertanggung jawabkan.


26

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal, Sosiologi Pendidikan: Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, Manusia dan
Pnedidikan Sebagai Kapital, (2014), Makassar, Anugrah Mandiri.

Soekanto Soejono, Sulistyawati Budi, Sosiologi Suatu Pengantar, (2013), Jakarta,


Rajawali Pers.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/09/24/143000869/manfaat-dari-pembangunan-
sosial-budaya-lain-bagi-masyarakat

https://tirto.id/apa-itu-konsep-interaksi-sosial-dalam-sosiologi-ghgE

https://husnabie.wordpress.com/2016/05/18/makalah-peran-guru-dalam-pembelajaran/

https://www.bing.com/search?
q=pengertian+peserta+didik+dalam+ilmu+sosiologi+pendidikan

Anda mungkin juga menyukai