Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SOSIOLOGI HUKUM

STRUKTUR SOSIAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA

Dosen Pembimbing : Ginung Pratidina, S.H.,M.H

Disusun oleh:

Kelas: 02HUKP001

Kelompok 7

Carissa Martha P.K (211010250175)

Silvia Sari (211010250174)

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS PAMULANG

Jl. Puspitek, Buaran, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten

15310
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang diberikan-Nya, sehingga
penulis dapat menyusun makalah yang merupakan penugasan, Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Sosiologi Hukum" pada jurusan Ilmu Hukum, Universitas
Pamulang Mataram. Makalah ini berjudul “Struktur Sosial Pada Masyarakat Indonesia” yaitu
yang akan membahas seputaraan tentang struktur sosial pada masyarakat. Semoga dengan
dibuatnya makalah ini dapat berguna dan dapat menambah pengetahuan tentang wawasan. Saya
mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Ginung Pratidina, S.H.,M.H Selaku dosen
mata kuliah Sosiologi Hukum yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mengumpulkan dari berbagai sumber terutama dari
internet yang memudahkan saya dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa dalam
makalah ini masih ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran untuk perbaikan tulisan atau makalah ke depannya. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Pamulang, September 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Struktur Sosial Dalam Masyarakat Indonesia..............................................................2


B. Hukum Pidana Umum..................................................................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

A. KESIMPULAN............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Struktur masyarakat memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras,
bahasa dan agama. struktur sosial didefinisikan sebagai keseluruhan jalinan antara unsur-
unsur pokok dalam masyarakat. dipahami sebagai suatu bangunan sosial yang terdiri dari
berbagai unsur pembentuk masyarakat Unsur-unsur dimaksud diantaranya meliputi
norma (aturan), lembaga, kelompok serta lapisan-lapisan dalam masyarakat. Unsur-unsur
tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dan fungsional. Artinya kalau terjadi
perubahan salah satu unsur, unsur yang lain akan mengalami perubahan juga. Unsur
pembentuk masyarakat dapat berupa manusia atau individu yang ada sebagai anggota
masyarakat, tempat tinggal atau suatu lingkungan kawasan yang menjadi tempat dimana
masyarakat itu berada dan juga kebudayaan serta nilai dan norma yang mengatur
kehidupan bersama tersebut.
Struktur sosial suatu masyarakat sesungguhnya merupakan proses sosial dan
alamiah yang berlangsung dalam waktu yang sangat panjang.jadi, struktur sosial dalam
suatu masyarakat sebenarnya akan memiliki beberapa fungsi. struktur sosial merupakan
instrumen masyarakat yang menyelenggarakan tata kehidupan secara menyeluruh dalam
segala aspek kehidupan. struktur sosial merupakan karakteristik yang khas dan dimiliki
suatu masyarakat sehingga dapat memberikan warna yang berbeda dari masyarakat
lainnya struktur sosial berfungsi sebagai rantai sistem dalam penyelenggaraan setiap
aspek kehidupan sehingga menjadi teratur dan harmonis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah struktur sosial dalam masyarakat luar?
2. Bagaimanakah pendekatan struktur masyarakat, masyarakat kota dan desa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur sosial dalam masyarakat luar.
2. Untuk mengetahui pendekatan struktur masyarakat, masyarakat kota dan desa.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Struktur Sosial Dalam Masyarakat Indonesia


1. Definisi Struktur Sosial
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang unik, yaitu secara
horizontal, yang ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial
berdasarkan perbedaan-perbedaan sukubangsa, agama, adat, serta
perbedaanperbedaan kedaerahan. Sedangkan secara vertikal, struktur masyarakat
Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan antara lapisan atas dan lapisan
bawah yang cukup tajam. Perbedaan-perbedaan sukubangsa, agama, adat, dan
kedaerahan seringkali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat
majemuk, suatu istilah yang mula-mula dikenalkan oleh Furnivall untuk
menggambarkan masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda. Konsep
masyarakat majemuk sebagaimana yang digunakan oleh ahli-ahli ilmu
kemasyarakatan dewasa ini memang merupakan perluasan dari konsep Furnivall
tersebut.
Struktur sosial mencakup berbagai hubungan sosial antara individu-individu
secara tertentu pada waktu yang ditentukan merupakan keadaan statis dari sistem
sosial. Jadi struktur sosial tidak hanya mengandung unsur kebudayaan belaka,
melainkan sekaligus mencakup seluruh prinsip-prinsip hubungan-hubungan sosial
yang bersifat tetap dan stabil. Sedangkan Person memandang struktur sosial sebagai
aspek yang relatif statis daripada aspek fungsional dalam suastu sistem sosial. Dengan
tidak mengurangi unsur pengertian dari struktur sosial, maka secara singkat struktur
sosial diartikan sebagai tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang di
dalamanya terkandung hubungan timbal balik anatara status dan peranan dengan
batas-batas perangkat unsur-unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan
perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat.
2. Pengelompokan sosial
Menurut sosiologi istilah kelompok mempunyai arti khusus, yang mana berbeda
halnya dengan pengertian yang lazim dipergunakan secara umum. Kelompok adalah

2
kumpulan orang-orang yang memiliki hubungan dan interaksi antar anggotanya, di
mana dapat mengakibatkan timbulnya perasaan bersama. Pentingnya faktor hubungan
atau interaksi di dalam suatu kelompok. Sekelompok orang belum tentu dapat disebut
sebagai kelompok dalam arti sosiologis. Dikatakan demikian karena terbentuknya
suatu kelompok sangat tergantung pada adanya jalinan hubungan antara anggota-
anggotanya. Suatu kelompok terdiri dari dua orang atau lebih anak manusia, yang
juga diantara mereka terdiri dari beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh
anggota kelompok tersebut atau orang lainnya secara menyeluruh.
Namun juga ada kumpulan sosial yang secara longgar disebut kelompok, akan
tetapi ia sebenarnya bukanlah kelompok menurut definisi sosiologi yang sebenarnya.
Sebagai contoh penggunaannya adalah seperti “kelompok seusia/sebaya” bagi semua
orang. Walaupun kita dapat mengelompokkan manusia dengan cara demikian
mengikuti segala sifat yang mereka miliki, namun ini bukanlah suatu kelompok
sosiologis, akan tetapi karena interaksi diantara mansuai sebagai anggota pada
keseluruhannya. Ada beberapa macam bentuk kelompok-kelompok sosial diantaranya
adalah:
Pertama, kelompok inti atau primer. Kelompok ini dicirikan dengan kemesraan,
kontak antar person. Bagian kelompok ini adalah seperti keluarga, sepermainan anak-
anak dan kelompok tetangga, karena kelompok tetangga atau jiran ini adalah sebagai
asas karena dapat membentuk pola tingkah laku dan sikap anggotanya. Diantara
ketiga kelompok ini, keluargalah yang paling penting. Hanya sedikit kelompok lain
yang menyamai keluarga tentang kemesraan, yaitu sebuah ciri terpenting dari semua
ciri yang dipaparkan diatas.
Kedua, kelompok sekunder, yaitu kelompok yang hanya melibatkan keakraban
kecil, wujudnya temporer dan melibatkan kurangnya kontak antar pribadi. Saat
kemesraan adalah merupakan ciri dari kelompok inti/primer, maka keacuhan adalah
ciri kelompok sekunder.
Ketiga, kelompok formal. Kelompok ini adalah kelompok yang tersusun menurut
sturktur yang telah tetap dan mengikuti peraturan yang mengawasi interaksi antar
anggotanya. Ia biasanya memiliki struktur dan tata cara yang jelas dalam peraturan
dan juga undang-undang atau yang sejenis dengan hal demikian. Kelompok ini

3
biasanya memiliki kedudukan resmi, atau organisasi, dimana para anggotanya
menjalankan tugas sebagaimana yang tertuang dalam peraturan atau undang-undang
kelompok. Hak dan kewajiban anggota juga termaktub didalamnya. Contoh
kelompok ini adalah klub-klub umum, persatuan wanita, sistem sekolah, dalam
negara serta persatuan bangsa-bangsa. Kelompok ini biasanya disebut perserikatan
atau semakna dengannya.
Keempat, kelompok informal. Kelompok ini adalah kelompok yang tidak
memiliki sistem organisasi yang mencantumkan secara khusus hak dan kewajiban
para anggotanya. Kelompok ini biasanya terbentuk berdasarkan konteks beraturan
yang mengarah pada minat dan karakter yang sama, dengan menerapkan pengalaman
dan keahlian bersama. Contoh kelompok ini adalah kelakonan anak-anak dan juga
suatu kelompok persahabatan. Dalam contoh diatas dapat difahami bahwa kelompok
ini kecil tanpa ada struktur yang formal. Kelompok ini dicirikan dengan adanya
hubungan timbal balik mengenai kepercayaan dan juga kerja sama antar kesemua
anggotanya.Setiap kelompok-kelompok diatas berbeda menurut ukuran dimana ia
akan menuju kepada jenis kelompok yang terlalu formal atau kelompok yang terlalu
informal.
3. Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial adalah penggolongan atau penggolongan masyarakat dalam
arti perbedaan tertentu yang berada pada kedudukan yang sama, sama, dan sama.
Dalam struktur sosial masyarakat, diferensiasi tidak memposisikan kelompok atau
kelompok mana yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kelompok lain. Semua
golongan dan golongan dipandang setara dan sederajat, baik itu berdasarkan ras,
suku, suku, agama, pekerjaan dan jenis kelamin. Semua kelompok sosial ini dianggap
sederajat, sederajat atau sederajat di Indonesia.
Contoh struktur sosial masyarakat Indonesia adalah pengalaman berbasis marga
seperti yang dialami marga Da Costa dari Flores atau marga Siregar dari Batak.
Meski nama marga mereka berbeda, masing-masing marga memiliki peran dan
kedudukan yang sama di masyarakat. Diferensiasi sosial juga terjadi pada kelompok
etnis di Indonesia. Suku bangsa yang berbeda di Indonesia, seperti Batak, Jawa,

4
Sunda, Bali, Lombok, dll, memiliki kedudukan yang setara dalam masyarakat. Tidak
ada suku yang memiliki posisi lebih tinggi atau lebih kuat dari yang lain.
4. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah penggolongan atau pengelompokan orang menurut strata
atau tingkatan masyarakat. Dalam struktur sosial masyarakat, stratifikasi membelah
masyarakat secara vertikal. Artinya ada kelompok orang yang posisinya lebih tinggi
dari yang lain. Biasanya klasifikasi ini dipengaruhi oleh status ekonomi, status sosial,
dan kekuasaan. Klasifikasi ini juga dipengaruhi oleh kekuatan turun-temurun,
pendidikan, pangkat atau jabatan.
Contoh struktur sosial masyarakat Indonesia berdasarkan stratifikasi sosial adalah
adanya sistem kasta di beberapa sosial budaya. Misalnya yang terjadi di Yogyakarta
dan Surakarta. Masyarakat Yogyakarta dan Surakarta menganut sistem kasta yang
dihasilkan dari pembagian tingkatan kelas sosial masyarakat di wilayah kerajaan.
Tingkat kelas tertinggi adalah aristokrasi, yang terdiri dari raja dan keturunannya,
versus keluarga dengan ikatan darah. Tingkatan sosial berikut adalah agama, dengan
yang terendah adalah pekerja, petani dan pedagang. Semakin tinggi tingkat sosialnya,
semakin besar kekuatan kelompok sosial tersebut. Namun sistem ini hanya berlaku
pada adat istiadat dan budaya tanpa mempengaruhi posisi atau perilakunya dalam
masyarakat.
5. Struktur Masyarakat Majemuk di Indonesia
Masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda, demikianlah menurut Furnivall,
merupakan suatu masyarakat majemuk (plural society), yakni suatu masyarakat yang
terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran
satu sama lain di dalam kesatuan politik (JS Furnivall, Netherlands India. Sebagai
suatu masyarakat majemuk, Furnivall menyebut Indonesia ketika itu sebagai suatu
tipe masyarakat tropis di mana mereka yang berkuasa dan mereka yang dikuasai
memiliki perbedaan ras. Orang-orang Belanda sebagai golongan minoritas merupakan
penguasa yang memerintah bagian amat besar orang-orang Indonesia prubumi yang
menjadi golongan kelas tiga di negerinya sendiri.
Golongan keturunan Tionghoa, sebagai golongan terbesar di antara orang-orang
keturunan Timur Asing lainnya, menempati kedudukan di antara kedua golongan

5
tersebut. Di dalam kehidupan politik, pertanda paling jelas dari masyarakat Indonesia
yang bersifat majemuk itu adalah tidak adanya kehendak bersama masyarakat
Indonesia sebagai keseluruhan terdiri atas elemen-elemen yang terpisah satu sama
lain oleh karena perbedaan ras, masing-masing lebih merupakan kumpulan individu-
individu daripada sebagai suatu kesuluruhan yang organis. Orang-orang Belanda
datang ke Indonesia untuk bekerja saja, mereka tidak menetap di Indonesia.
Kehidupannya semata-mata adalah di sekitar pekerjaannya saja. Mereka memandang
masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan masalah-masalah
kemasyarakatan lainnya di Indonesia, tidak sebagai warga masyarakat, apalagi warga
negara, melainkan sebagai kapitalis atau majikan dari buruh-buruh mereka. Banyak
memang di antara mereka yang tinggal di Indonesia sampai kira-kira 20 tahun, tetapi
kemudian lebih suka menghabiskan hari tuanya di negeri Belanda.
Orang-orang Timur Asing, terutama orang-orang Tionghoa, sama dengan orang-
orang Belanda. Mereka datang ke Indonesia untuk kepentingan ekonomi. Kehidupan
orang-orang pribumi pun demikian juga, kehiduoan mereka semata-mata adalah
kehidupan pelayan di negerinya sendiri. Tiga golongan masyarakat ini merupakan
masyarakat kasta yang masing-masing mempertahankan atau memelihara cara
berfikir, berperasaan, dan bertindak golongannya, hasilnya adalah tidak adanya
kehendak bersama sebagai suatu masyarakat yang utuh atau organis.
B. Pendekatan Struktur Sosial Masyarakat Kota dan Desa
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada
akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan
berupaya untuk melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya. Perbedaan
masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka mengambil
sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata permasalahan. Berbeda dengan
karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih mengutamakan
kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat
perkotaan sering disebut sebagai sebuah urbancommunity. Ada beberapa ciri yang
menonjol pada masyarakat kota yaitu:

6
a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di
desa. Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan keagamaan hanya bertempat di
rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada
orang lain
c. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan
politik dan agama dan sebagainya.
d. Jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.
e. Interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor-faktor kepentingan
pribadi daripada faktor-faktor kepentingan umum.

Hal tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan dan


pedesaan, oleh karena itu, banyak orang-orang dari perkotaan yang pindah ke pedesaan
untuk mencari ketenangan, sedangkan sebaliknya, masyarakat pedesaan pergi dari desa
untuk ke kota mencari kehidupan dan pekerjaan yang layak untuk kesejahteraan mereka.
Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri
dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada
situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan
masyarakat desa di Jawa. Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta
teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini
ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka yang
bersifat umum.

a. Sederhana
b. Mudah curiga
c. Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
d. Mempunyai sifat kekeluargaan
e. Lugas atau berbicara apa adanya
f. Tertutup dalam hal keuangan mereka
g. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
h. Menghargai orang lain
i. Demokratis dan religious

7
j. Jika berjanji, akan selalu diingat

Sedangkan cara beradaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi


sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah
sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan.

1. Hubungan Kota dan Desa


Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah Urbanisasi dan Urbanisme.
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan
saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah baru yakni; Urbanisasi yaitu
suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan
bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. Adapun sebab-
sebab urbanisasi yaitu:
a. Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah
kediamannya (push factors).
b. Faktor-faktor yang ada di kota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan
menetap di kota (pull factors)

Hal-hal yang termasuk push factor antara lain:

a. Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan


pertanian,
b. Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
c. Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang
ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
d. Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
e. Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan
hama, kemarau panjang, dan sebagainya. Sehingga memaksa penduduk desa
untuk mencari sebuah aktivitas pemenuhan kebutuhan penghidupan lain di kota
melalui urbanisasi.
2. Interaksi Sosial di Daerah Perkotaan
Hal-hal yang termasuk pull factor antara lain:

8
a. Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa di kota banyak pekerjaan dan
lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan.
b. Di kota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah
menjadi industri kerajinan.
c. Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah
didapat.
d. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan
tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
e. Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang
ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah.
3. Interaksi Sosial di Daerah Pedesaan
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat
sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat
yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai
perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau
anggotaanggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai masyarakat
yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang
sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Masyarakat Desa atau juga bisa disebut sebagai masyarakat tradisonal manakala
dilihat dari aspek kulturnya. Masyarakat pedesaan itu lebih bisa bersosialisasi dengan
orang orang di sekitarnya. Masyarakat desa adalah kebersamaan. sedangkan Pola
interaksi masyarakat kota adalah individual, sebagai contoh kalau anda pergi ke suatu
desa, dan anda bertanya dengan seseorang siapa nama tetangganya, pasti dia hafal.
Kalau di kota, kurang dapat bersosialisasi karena masing masing sudah sibuk dengan
kepentingannya sendiri-sendiri. Pola interaksi masyarakat pedesaan adalah dengan
prinsip kerukunan, sedang masyarakat perkotaan lebih ke motif ekonomi, politik,
pendidikan, dan kadang hierarki. Pola solidaritas sosial masyarakat pedesaan timbul
karena adanya kesamaan-kesamaan kemasyarakatan, sedangkan masyarakat kota
terbentuk karena adanya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat. Pada
dasarnya masyarakat desa dan kota adalah sama-sama bersinergi untuk membangun

9
sebuah negara, Bagaimanapun karakternya, Dimanapun tempatnya, adalah tetap satu
yaitu masyarakat.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
struktur sosial merupakan sebuah konsep perumusan asas hubungan yang terjadi
antar individu di dalam kehidupannya di tengah masyarakat yang menjadi sebuah
pedoman bagi tingkah laku seseorang.  suatu pengaturan institusi yang unik dan juga
stabil di mana setiap individu di dalamnya saling berinteraksi satu sama lain dan hidup
bersama membentuk lingkungan masyarakat. Struktur sosial juga dipandang sebagai
salah satu ilmu yang ada dalam sosiologi, dimana membahas mengenai hubungan
internal yang dilembagakan oleh individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Sedangkan masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu
wilayah hukum, yang juga merupakan suatu organisasi pemerintahan yang dipimpin oleh
seorang kepala desa dan diberi kewenangan mengatur urusan rumah tangganya masing-
masing. Masyarakat perkotaan adalah sekelompok orang yang tinggal di wilayah yang
cukup besar, padat, permanen, dihuni oelh masyarakat yang heterogen, dan cenderung
melakukan interaksi hanya atas dasar kepentingan bukan karena pribadi

11
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Doyle Paul (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1. Diterj : Robert, M.Z,
Lawang. Jakarta: PT. Gramedia
Soekanto, Soerdjono. 1993. Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Sunarto, S. (1999). STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA. Jurnal Ilmiah
Menara, 61-69.
Suparlan, P. (1986). Masyarakat: Struktur Sosial. Manusia Indonesia, Individu, Keluarga dan
Masyarakat. Akademika Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai