Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI UMUM

“PERILAKU DALAM KONTEKS SOSIAL DAN BUDAYA”

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Riski Rahmawati (2223310048)

Rama Ardiansyah Putra (2223310045)

Anam Fadhilah (223310029)

Dosen Pengampu:

Diana Zumrotus’Adah, M.Psi

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO (UINFAS)
BENGKULU TAHUN AKADEMIK 2023M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana dengan segala rahmat, nikmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pengertian Dan Ruang
lingkup Psikologi Secara Umum Dan Menjelaskan Kaitan Psikologi Dengan Ilmu
Lain ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami
berterimakasih kepada ibu Diana Zumrotus Sa’adah, M.Psi.. Selaku Dosen mata
kuliah Psikologi Umum yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam untuk menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Pengertian Dan Ruang Lingkup Psikologi Secara
Umum Dan Menjelaskan Kaitan Psikologi Dengan Ilmu Lain.Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan makalah yang kami susun di masa mendatang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang

Bengkulu, Mei 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................8

A. Pengertian Perilaku dalam Konteks Sosial dan Budaya.......................................8

B. PERAN DAN ATURAN....................................................................................10

C. KETAATAN.......................................................................................................11

D. PENGARUH SOSIAL TERHADAP KEYAKINAN DAN PERILAKU..........11

E. SIKAP..................................................................................................................12

BAB III PENUTUP.....................................................................................................14

A. Kesimpulan.........................................................................................................14

B. Kritik dan Saran..................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosial budaya dapat dilihat sebagai pola dalam suatu wilayah lokal,seringkali
dipandang secara birokratis dan sesuatu yang terorganisir, berkembang, berbudaya
termasuk teori pemikiran sistem kepercayaan dan aktivitas sehari-hari, hal ini dapat
diterapkan dalam praktek keseharian. Terkadang sosial budaya digambarkan menjadi
suatu yang tidak dapat ditangkap oleh akal sehat atau sesuatu diluar kemampuan
panca indra.
Perilaku sosial atau tingkah laku manusia (behavior) semata-mata dipahami
sebagai sesuatu yang ditentukan oleh sesuatu rangsangan (stimulus) yang datang dari
luar dirinya. Indifidu sebagai aktor tidak hanya sekedar penanggap pasif terhadap
stimulus tetapi menginterpretasikan stimulus yang diterima itu. Masyarakat
dipandang sebagai aktor kreatif dari realitas sosial, sehingga perubahan sosialpun
dapat terjadi dan akan berdampak pada aspek lain khususnya interaksi sosial pada
masyarakat Interaksi sosial diatas yang diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial
timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang- orang secara
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang dengan
kelompok manusia dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Interaksi tersebut terjadi
karena adanya saling mengerti maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam
hubungan sosial. Rasa saling mengerti
dapat menjadikan interaksi yang dinamis antara satu pihak dengan pihak yang lain,
sehingga tujuan dari suatu program masyarakat akan dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakat itu sendiri (Pribadi, 2004).
Perkembangan dari suatu hubungan sosial dapat pula diterangkan melalui tujuan-
tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu dimana ketika ia mangambil
manfaat dari tindakan memberikan perbedaan yang menjadikan manfaat dari tindakan
tersebut menjadi lebih dapat dimanfaatkan untuk menjadi solusi dari permasalahan
sosial. Masyarakat yang menjadikan suatu aturan budaya sebagai solusi terbaik tanpa
berfikir jernih dalam menyelesaikan permasalahan tidak akan bertahan lama dalam
melakukan aktivitas sosial. Kebudayaan memiliki unsur yang sama dalam setiap
kebudayaan di dunia. Baik kebudayaan kecil bersahaja dan terisolasi maupun yang
besar, kompleks dan dengan jaringan hubungan yang luas. Kebudayaan sangat mudah
berganti dan dipengaruhi oleh kebudayaan lain, sehingga akan menimbulkan berbagai
masalah yang besar. Dalam suatu kebudayaan terdapat sifat sosialis masyarakat yang
didalamnya terdapat suatu ikatan sosial tertentu yang akan menciptakan kehidupan
Bersama.
Kebudayaan mencakup suatu pemahaman komprehensif yang sekaligus bisa
diuraikan dan dilihat beragam vairabel dan cara memahaminya. Kebudayaan dalam
arti suatu pandangan yang menyeluruh yang menyangkut pandangan hidup, sikap dan
nilai. Pembangunan kebudayaan dikaitkan dengan upaya memperbaiki kemampuan
untuk recovery, bangkit dari kondisi yang buruk, bangkit untuk memperbaiki
kehidupan bersama, bangkit untuk menjalin kesejahteraan. Dalam hal inilah sosial
budaya berperan untuk memberikan solusi terbaik bagi beragam bidang kehidupan
(Widianto & Pirous, 2009).
Peran sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk,
mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu- individu suatu
kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan, sehingga sosial
budaya mampu menjadi penentu kualitas kesehatan masyarakat. Apabila suatu
masyarakat terlalu terpaku pada sosial budaya setempat, hal tersebut juga dapat
mempengaruhi perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat. Salah satu perilaku
kesehatan masyarakat yang perlu menjadi pertimbangan adalah mengambil keputusan
dalam hal masalah kesehatan. Membuat keputusan adalah suatu usaha yang
melibatkan aktivitas berpikir apabila membuat pilihan antara beberapa alternatif yang
ada supaya pilihan yang dibuat menjadi pilihan terbaik. Membuat keputusan adalah
proses
membuat pilihan antara dua atau lebih alternatif yang saling bertentangan
yang mana akan menyulitkan orang yang membuat keputusan. Sehubungan
dengan itu pembuat keputusan perlu berpikir berdasarkan beberapa ciri-ciri
atau kriteria tertentu.
Perilaku sosial dalam konteks budaya merupakan sebuah kajian yang
menggabungkan psikologi dan budaya. Dalam setiap sistem sosial masing-masing
orang menduduki posisi yang mengharapkan perilaku tertentu; perilaku ini disebut
peran. Setiap orang yang menduduki peran adalah objek sanksi yang menggunakan
pengaruh sosial, bahkan tekanan, untuk berperilaku sesuai dengan norma atau standar
sosial (Berry et al, 1992).
Unsur-unsur dalam sistem sosial bukanlah suatu hal yang acak, tapi telah di
atur sedemikian rupa oleh tiap kelompok budaya. Dua kunci utama dari struktur
sosial adalah bahwa mereka dibedakan dan dibedakan atas tingkatan-tingkatan. Istilah
yang pertama berarti bahwa masyarakat membuat perbedaan di antara peran-peran;
beberapa masyarakat membuat sedikit perbedaan antara peran sementara yang
lainnya membuat banyak perbedaan diantara peran-peran tersebut.
Sebagai contoh, dalam struktur sosial yang cenderung tidak dibedakan posisi
dan peran kemungkinan terbatas pada dasar kekeluargaan, sosial, dan ekonomi,
seperti orang tua-anak, pemimpin-anggota. Sebaliknya, pada masyarakat yang
cenderung dibedakan akan terdapat banyak posisi dan peran yang ditemukan dalam
banyak segi, seperti raja-bangsawan-penduduk-budak, pemegang saham-manajer-
pekerja-pensiunan (Berry et al, 1992).
Posisi-posisi dan peran-peran yang dibedakan ini kemungkinan telah diatur
atau tidak dalam hirarki; saat mereka ditempatkan dalam struktur status vertikal,
sistem sosial dikatakan dibedakan atas tingkatan-tingkatan. Murdock (Berry et al,
1992) tertarik pada pada hadirnya perbedaan kelas, sebagai contoh keturunan
bangsawan, perbedaan kekayaan
. Analisis Pelto (Berry et al, 1992) mengenai hal ini dan perbedaan-perbedaan
semacamnya membawa dia untuk menempatkan masyarakat pada sebuah dimensi
yang disebut “ketat-longgar”. Dalam stratifikasi ini dan ketatnya masyarakat dalam
tekanan untuk mengeluarkan peran seseorang menuju kewajiban peran pada tingkat
yang lebih tinggi, sementara pada masyarakat yang tidak terlalu ketat tekanan yang
ada lebih sedikit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perilaku dalam konteks social dan budaya?
2. Apa peran dan aturan dalam perilaku pada konteks social dan budaya?
3. Bagaimana ketaatan perilaku dalam konteks social dan budaya?
4. Bagaimana pengaruh social terhadap keyakinan dan perilaku?
5. Bagaimana sikap dalam berperilaku?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku dalam Konteks Sosial dan Budaya


Psikologi merupakan ilmu tentang perilaku, dan pengertian bahwa perilaku
atau aktivitas itu merupakan manifestasi kehidupan psikis. Perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku sosial adalah ketergantungan yang
merupakan keharusan atau bukti seseorang berada untuk memenuhi kebutuhan hidup
secara pribadi. Menurut Skinner dalam penelitiannya menyatakan bahwa perilaku
adalah sebuah tindakan yang terjadi sesuai dengan fungsinya. Skinner, juga
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus – Organisme – Respon.
a. Faktor-fakor pembentuk prilaku sosial
·         Perilaku dan karakteristik orang lain
·         Proses koknitif, melaui pikiran masing-masing.
·         Faktor lingkungan
·         Faktor budaya setempat
Kata sosial, dari kata latin societas, yang artinya masyarakat. Kata societas dari
kata socius,yang artinya teman, dan selanjutnya antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain dalam bentuknya yang berbeda Misalnya;
a.       Keluarga
b.      Sekolah
c.       Organisasi,dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat dipungkiri
bahwa peran lingkungan cukup besar dalam perkembangan individu. Lingkungan ini
secara garis besar dapat di bedakan:
a. Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah,
keadaan musim, dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda akan
memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu. Misalnya, daerah
pegunungan akan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai.
Daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda
dengan daera yang mempunyai musim panas.
b. Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat, dimana dalam
lingkungan masyarakat ini ada interaksi individu yang satu dengan individu yang
lain. Keadaan masyarakat pun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap
perkembangan individu.

Lingkungan sosial ini biasanya di bedakan:


a. Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan
yang erat antara anggota yang satu dengan anggota yang lain, anggota yang satu
saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota yang lain. Oleh karena di
antara anggota telah ada hubungan yang erat, maka sudah tentu pengaruh dari
lingkungan sosial ini akan lebih mendalam bila di bandingkan dengan lingkungan
sosial yang hubungannya tidak erat.
b. Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang berhubungan
anggota yang satu dengan anggota yang lain agak longgar. Pada umumnya
anggota satu dengan angota lain kurang atau tidak saling kenal mengenal. Karena
itu, pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila
dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial primer.
Pengaruh lingkungan sosial, baik primer maupun sekunder sangat kompleks
dalam perkembangan individu, hal ini secara mendalam dibicarakan tersendiri dalam
psikologi sosial. Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya
berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh
terhadap individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat
hubungan yang saling timbal – balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu,
tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungannya.

B.       PERAN DAN ATURAN


Kita semua adalah makhluk rapuh yang terkait pada jaring-jaring sosial yang
membatasi setiap ruang gerak kita, kata psikolog sosial Stanley Milgram. Batasan
yang ia maksud mencakup: norma sosial, peraturan mengenai cara kita berperilaku,
yang didukung dengan ancaman hukum bila kita melanggar, dan menjanjikan adanya
penghargaan bila kita mengikuti aturan-aturan tersebut. Norma adalah kesepakatan
mengenai kehidupan sehari-hari yang membuat interaksi kita dengan orang lain dapat
terlaksana dengan teratur. Norma sering kali tidak kasat mata, tetapi memiliki
kemampuan atau pengaruh yang kuat. Setiap masyarakat memiliki norma-norma
mengenai segala hal yang dialami manusia, misalnya cara melakukan peradilan,
mendidik anak, mengambil keputusan, dan juga cara berperilaku di tempat umum.
Ketika masyarakat melihat bahwa “semua orang “ tampak melakukan pelanggaran
norma sosial, mereka pun cenderung melakukan hal yang sama – dan ini merupakan
sebuah mekanisme yang dapat memperburuk seluruh lingkungan sekitar.
Sebaliknya, perilaku yang dituntut dari sebuah peran sosial di bentuk oleh budaya
tempat Anda tinggal. Budaya (culture ) dapat didefinisikan sebagai program dan
kumpulan aturan yang diterima bersama dan mengatur perilaku seseorang dalam
masyarakat atau komunitas tertentu, serta seperangkat nilai, kepercayaan, dan
kebiasaan yang diterima oleh sebagian anggota masyarakat. Nilai, kepercayaan, serta
kebiasaan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Secara alamiah,
setiap orang membawa kepribadiannya masing-masing disertai dengan minat pada
peran tertentu yang mereka mainkan.
C.    KETAATAN
Ketaatan ( obedience ), menurut Milgram, lebih merupakan fungsi dari situasi,
daripada fungsi dari kepribadian partisipan. Penyebab perilaku mereka, menurut
Milgram (1974), bukan terletak pada kemarahan atau agresi yang meningkat, tetapi
lebih pada bentuk hubungan mereka dengan pihak yang berwenang.
Kepatuhan terhadap figur yang berkuasa ataupun norma-norma yang berlaku pada
sebuah situasi tidak selalu berbahaya atau buruk. Sampai dengan suatu tingkatan
tertentu, kepatuhan terhadap aturan justru diperlukan, bahkan memberikan banyak
menfaat bagi individu-individu maupun masyarakat. Sebuah bangsa tidak dapat
berjalan dengan baik bila setiap masyarakatnya mebgabaikan rambu lalu lintas, tidak
jujur, membuang sampah sembarangan, atau dengan bebas menyerang orang laing.
Sebuah organisasi tidak akan berfungsi bila seluruh anggotanya bekerja hanya ketika
mereka merasa ingin bekerja. Kebanyakan orang mengikuti perintah karena adanya
konsekuensi yang jelas atas ketidaktaatan: mahasiswa dapat diskors dari sekolah,
dipecat dari pekerjaannya, atau ditahan.

D.       PENGARUH SOSIAL TERHADAP KEYAKINAN DAN PERILAKU


Para psikolog sosial tidak hanya tertarik pada apa yang manusia lakukan dalam
situasi sosial, tetapi juga apa yang ada di dalam pikiran mereka saat melakukan susatu
hal. Menurut teori atribusi, penjelasan yang kita buat untuk perilaku diri sendiri dan
orang lain biasanya digolongkan menjadi dua kategori. Saat kita menciptakan atribusi
situasional, kita sedang mengidentifikasi alasan suatu tindakan sebagai sesuatu di
dalam situasi atau lingkungan. “ Joe mencuri uang karena keluarganya kelaparan”.
ketika kita membuat atribusi disposisional, kita sedang mengidentifikasi alasan suatu
tindakan sebagai sesuatu yang ada di dalam diri seseorang. “ Joe mencuri karena ia
terlahir sebagai seorang pencuri.” Ketika berusaha menjelaskan tingkah laku atau
sikap orang laing, mereka cenderung melebih-lebihkan trait kepribadian mereka dan
meremehkan pengaruh dari situasi. Teori atribusi sendiri adalah teori yang
menyatakan bahwa manusia termotivasi untuk menjelaskan perilaku mereka sendiri
dan juga orang lain dengan mengatribusikan penyebab-penyebab perilaku tersebut
pada suatu situasi atau disposis.
Teori Dorongan (drive teori), teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa
organisme itu mempunyai dorongan-dorongan. Dorongan tersebut berkaitan dengan
kebutuhan organisme yang mendorong seseorang untuk berperilaku. Teori Insentif
(insentif teori), teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu
disebabkan karena adanya insentif. Dengan ini mendorong seseorang untuk
berperilaku.

E.     SIKAP
Orang memiliki sikap terhadap segala sesuatu – politik, makanan, anak-anak,
film, apa saja. Sikap adalah sebuah keyakinan megenai orang, kelompok, gagasan,
atau tindakan. Beberapa sikap bersifat eksplisit: kita menyadarinya, mereka
membentuk kesadaran kita dalam mengambil tindakan atau keputusan dan dapat
diukur dengan kuesioner laporan tentang diri sendiri. Lainnya bersifat implisit: kita
tidak menyadari, mereka mampu memeganruhi tingkah laku kita dengan cara yang
tidak kita sadari dan dapat diukur melalui cara-cara tidak langsung. Sikap seseorang
bisa berubah saat kita mengalami pengalaman baru, dan sikap terkadang berubah
karena kita secara rasional memutuskan bahwa kita salah mengenai sesuatu.
Sikap (attitude ) juga adaalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak
senang atau persaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu.
“sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. Kalau yang
timbul terhadap sesuatu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif,
sedangkan kalau perasaan tak senang, sikap negatif. Kalau tidal timbul perasaan apa-
apa, berarti sikapnya netral. Sikap yang dianut oleh banyak orang yang disebut sikap
sosial, sedangkan yang dianut hanya oleh satu orang tertentu saja yang disebut sikap
individual. Sikap sosial adalah sikap yang ada pada kelompok orang yang ditujukan
pada suatu obyek yang menjadi perhatian seluruh anggota kelompok. Sedangkan
sikap individu adalah sikap yang khusus terdapat pada seseorang terhadap obyek
yang menjadi perhatian orang-orang yang bersankutan saja.

 Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap


1. Adopsi, kejadian-kejadian dan persitiwa-peristiwa yang terjadi berulang
ulang.
2. Diferensiasi, dengan perkembangnya inteligensi, bertambanya
pengalaman, sejalan dengan bertambanya usia, maka ada hal-hal yang
tadinya dianggap sejenis sekarang dipandang tersendiri lepas dari
jenisnya.
3. Integrasi, pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, di mulai
dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu
sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
4. Trauma, adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengenjutkan, yang
meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap


1. Internal, yaitu faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan,
seperti faktor pilihan.
2. Eksternal, selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri, maka
pembentukan sikap ditentukan pula oleh faktor-faktor yang berada di luar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku seseorang dapat berubah-ubah kapan saja dan di mana saja ia berada.
Ada
faktor-faktor tententu yang mempengaruhi, seperti yang telah kami bahas bersama di
atas adalah faktor lingkungan, budaya, dan sosial. Lingkungan membuat seseorang
untuk mengikuti tanpa disadari. Budaya mengajar seorang untuk mengikuti semua
nilai-nilai yang terdapat didalamnya. Sosial memberikan pilihan kepada seseorang
untuk mengikutinya. Tetapi kami juga ingin menjelaskan bahwa, selain dari ketiga
faktor tersebut, perbuhan perilaku atau sikap seseorang dapat berubah atau tidak.
Tergantung dari respon hatinya. Jadi, menurut kami ketiga hal tersebut bukan sesuatu
yang memaksa, tapi diri sendiri. Seseorang bisa memiliki perilaku yang berubah-
ubah, ketika ia mengambil sebuah keputusan untuk mengikuti kata hatinya sendiri.

B. Kritik dan Saran


Kami bersedia menerima kritikan dan saran dari setiap saudara-saudari yang
berkesempatan membaca tulisan kami. Karena kami sadari bahwa kami masih berada
dalam proses belajar. Dan kami pun berharap ada kritikan dan saran dari seseorang
yang bisa membawa kami lebih jauh lagi untuk mengerti sesuatu yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1983. Psikologi umum. Surabaya : Bina Ilmu.
Walgito Bimo, 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.
Wade, Tavris, Garry, 2014. psikologi. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, Sarlito w., 2016. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai