Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT DAN PERILAKU KESEHATAN

Dosen pembimbing:
Rusmawati Sitorus, S.Pd., S.kep., M.A.

Disusun oleh :
Kelompok 1 (kelas A)
1. Adinda Putri (18001)
2. Ajeng Elsa Maharani (18002)
3. Ananda Dwi Yanti (18003)
4. Andi Widiya Astuti (18004)
5. Annisa (18005)
6. Annisa Firdaus (18006)
7. Annisa Safa Stephanie (18007)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA

Jl. Cumi No 37, Tanjung Priuk Jakarta Utara

Komplek RS. Sukmul Sisma Medika


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan
kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata
kuliah Komunikasi dalam Keperawatan yang berjudul “Lapisan-lapisan sosial masyarakat
dan perilaku kesehatan”. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini
dapat di selesaikan.

Kelompok kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang
telah membimbing kami agar kami dapat mengerti tentang bagaimana cara kami
menyusun makalah ini. Dosen tersebut antara lain:

1. Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd., S.kep., M.A. selaku Dosen Mata Kuliah Antropologi
Kesehatan yang telah memberikan tugas mengenai masalah ini sehingga pengetahuan
kami dalam penulisan makalah ini semakin bertambah.

2. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa serta dukungannya.

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini


disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan. Makalah
ini membahas tentang kalimat efektif.

Tak ada gading yang tak retak kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Jakarta, Maret 2019

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian lapisan sosial masyarakat ................................................................. 3


2.2 Dasar dan inti lapisan sosial atau stratifikasi ..................................................... 4
2.3 Bentuk-bentuk lapisan sosial ............................................................................. 6
2.4 Karakteristik dan sifat stratifikasi sosial ............................................................ 7
2.5 Dimensi dan unsur-unsur stratifikasi sosial ....................................................... 9
2.6 Terjadinya stratifikasi sosial ............................................................................ 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSAKA ............................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal
tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Kalau suatu masyarakat lebih menghargai
kekayaan material dari pada kehormatan, maka mereka yang mempunyai kekayaan
material akan menempati kedudukan yang lebih tinggi. Apabila dibandingkan dengan
pihak lain. Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan
seseorang atau sekelompok orang dalam kedudukan yang berbeda secara
vertikal. Sedangkan pelapisan sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau
para warga masyarakat ke dalam kelas secara hierarkis (bertingkat). Perwujudan adanya
kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah di dalam masyarakat. Stratifikasi
sosial sendiri memiliki sifat positif di masyarakat, contohnya adalah stratifikasi sosial
yang sengaja dibentuk untuk tujuan bersama. Stratifikasi yang sengaja disusun untuk
mencapai tujuan tertentu biasanya berkaitan dengan wewenang dan pembagian
kekuasaan resmi dalam organisasi formal atau politik. Akhir-akhir ini sering timbul
pertikaian karena perbedaan-perbedaan kecil yang sedikit menyinggung masalah sosial
dan juga kesamaan derajat. Maka kami sebagai mahasiswa memiliki bentuk kepedulian
untuk memberikan kontribusi ini minimal dengan menyusun makalah yang berkaitan
dengan berbagai pengetahuan akan Pelapisan Sosial. Bentuk-bentuk kongkrit lapisan-
lapisan pada masyarkat sangatlah berbeda dan banyak. Namun secara prinsipil bentuk-
bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu ekonomi,
politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga bentuk
pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dimana ketiganya saling
mempengaruhi.

1
1.2 Rumusan masalah

1. Apakah pengertian lapisan sosial masyarakat?

2. Bagaimana dasar dan inti lapisan sosial atau stratifikasi?

3. Apa saja bentuk-bentuk lapisan sosial?

4. Bagaimana karakteristik dan sifat stratifikasi sosial?

5. Apa saja dimensi dan unsur-unsur stratifikasi sosial?

6. Mengapa terjadinya stratifikasi sosial?

1.3 Tujuan penulis

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami lapisan-lapisan sosial masyarakat dan perilaku kesehatan.

2. Tujuan Khusus

1. Memenuhi mata kuliah bidang antropologi kesehatan.

2. Menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana bentuk-bentuk lapisan sosial masyarakat.

3. Menjelaskan dasar dan inti lapisan sosial atau stratifikasi.

4. Menjelaskan bagaimana terjadinya stratifikasi sosial.

5. Menjelaskan dimensi dan unsur-unsur stratifikasi sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian lapisan sosial masyarakat

Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan


atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Definisi
sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokinbahwa pelapisan sosial
merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
(hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada
lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut
disebut strata sosial. P.J. Boumanmenggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa
belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup
dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi
kemasyarakatan. Istilah stand juga dipakai oleh Max Weber.Di dalam masyarakat
terdapat pelapisan sosial yang akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama di dalam
masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai demikian menurut Selo Soemardjan
dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya “Setangkai Bunga Sosiologi”, sesuatu yang
dihargai itu adalah uang atau benda-benda yang lain yang bernilai ekonomis, politis,
agamis, sosial maupun kultural.
Adanya kelas yang tinggi dan kelas yang rendah itu disebabkan karena di dalam
masyarakat terdapat ketidakseimbangan atau ketimpangan (inequality) dalam pembagian
sesuatu yang dihargai yang kemudian menjadi hak dan kewajiban yang dipikul dari
warga masyarakat ada segolongan orang yang mendapatkan pembagian lebih besar dan
ada pula mendapatkan pembagian lebih kecil, sedangkan yang mendapatkan lebih besar
mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi, yang mendapatkan lebih kecil menduduki
pelapisan yang lebih rendah. Pelapisan mulai ada sejak manusia mengenal adanya
kehidupan bersama atau organisasi sosial.
Pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu
dengan yang lain secara teratur dan tersusun biak secara perorangan maupun kelompok,
setiap orang akan mempunyai situasi sosial (yang mendorong untuk mengambil posisi
sosial tertentu. (Drs. Taufik Rahman Dhohir, 2000)

3
2.2 Dasar dan inti lapisan sosial atau stratifikasi
Lapisan-lapisan sosial masyarakat atau stratifikasi sosial dalam masyarakat bisa
terjadi, dikarenakan tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan
kewajiban serta bertanggung jawab diantara anggota-anggota masyarakat yang
bersangkutan. Sehingga muncul proses dimana kemunculan itu bisa dengan sendirinya
dalam proses pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Kemudian lapisan masyarakat yang
munculnya disengaja yang disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Dan yang
menjadi faktor utama munculnya lapisan sosial sengaja adalah kepandaian, tingkat umur
(yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat.

Dilihat dari prosesnya, stratifikasi sosial dalam masyarakat dapat terjadi


dengan sendirinya, tetapi juga terdapat unsur-unsur kesengajaan untuk dibuat bertingkat-
tingkat. Koencoroningrat mengemukakan bahwa sesuatu yang berharga dapat dibedakan
menjadi 5 macam, yaitu:
a. Kualitas atau kepandaian.
b. Tingkat usia atau senioritas.
c. Sifat keaslian.
d. Keanggotaan kaum kerabat kepala masyarakat.
e. Pengaruh dan kekuasaan.
Untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat, dapatlah pokok-poko
sebagai berikut:
a. Sistem lapisan mungkin berpokok pada system pertentangan dalam masyarakat.
System demikian mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat tertentu yang menjadi
objek penyelidika.
b. Hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan, keselamatan
(kesehatan laju angka kejahatan), wewenang, dan sebagainya.
sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan).
c. Kriteria system pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan.
d. Lambang-lambang kedudukan, tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan,
keanggotaan pada suatu organisasi dan selanjutnya.
e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.

5
f. Solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki kedudukan
yang sama dalam system sosial masyarakat.

5
2.3 Bentuk-bentuk lapisan sosial

Menurut Ralph Lipton, terdapat beberapa bentuk stratifikasi sosial dalam


masyarakat, yaitu:
1) Stratifikasi sosial berdasarka usia. Stratifikasi sosial sangat menentukan hak dan
wewenang dari mereka yang anak sulung dan bukan. Dalam sistem kerajaan Inggris
misalnya, anak sulung memiliki hak untuk menjadi putra mahkota menggantikan
kedudukan raja di kemudian hari.
2) Stratifikasi sosial berdasarkan jenis kelamin. Stratifikasi menentukan hak dan
wewenang antara anak laki-laki dan perempuan. Dalam masyarakat yang menganut
sistem patriarkat, anak laki-laki mempunyai wewenang yang lebih besar untuk
mewariskan kekayaan orang tua. Sebaliknya, dalam masyarakat sistem matrilenial,
wanita memiliki hak yang lebih luas dibandingkan anak laki-laki.
3) Stratifikasi sosial berdasarkan hubungan kekerabatan. Stratifikasi ini menentukan
hak dan wewenang dari seorang ayah, ibu, paman, dan anak serta keponakan dalam
kehidupan keluarga.
4) Stratifikasi sosial berdasarkan kenggotaan dalam masyarakat. Stratifikasi yang
berhubungan dengan etnis, agama, dan golongan dalam masyarakat.
5) Stratifikasi sosial berdasarkan pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka akan semakin tinggi kedudukan sosialnya.
6) Stratifikasi sosial berdasarkan pekerjaan. Stratifikasi ini tergantung jabatan seseorang
dalam pekerjaan. Ada yang berkedudukan sebagai manager dan ada yang berkedudukan
sebagai pekerja biasa saja.
7) Stratifikasi sosial berdasarkan tingkat perekonomian yang dimiliki seseorang. Ada
yang berkedudukan sebagai kelas atas, menengah dan ada yang kelas bawah.

6
2.4 Karakteristik dan sifat stratifikasi sosial

A. Karakteristik stratifikasi sosial:

Secara rinci, ada tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial, yaitu:
1. Perbedaan dalam kemampuan atau kesanggupan.
Anggota masyarakat yang menduduki strata tinggi, tentu memiliki kesanggupan dan
kemampaun yang lebih besar dibandingkan anggota masyarakat yang di bawahnya.
Contoh: berbeda dengan pegawai negeri golongan IV yang kebanyakan mampu membeli
mobil, akibat keterbatasan gaji yang diperolehnya seorang pegawai negeri golongan I dan
II tentu hanya akan sanggup membeli sepeda atau sepeda motor saja.
2. Perbedaan dalam gaya hidup (life style).
Seorang direktur sebuah perusahaan, selain selalu dituntut berpakaian rapi, mereka
biasanya juga melengkapi atribut penampilannya dengan aksesoris-aksesoris lain untuk
menunjang kemantapan penampilan seperti memakai dasi, bersepatu mahal, berolahraga
tennis atau golf, memakai pakaian merek terkenal, dan perlengkapan-perlengkapan lain
yang sesuai dengan statusnya. Seorang direktur sebuah perusahaan besar kemungkinan
akan menjadi pergunjingan. Sebaliknya, seorang bawahan yang berperilaku seolah-olah
direktur tentu juga akan menjadi bahan cemoohan.
3. Perbedaan dalam hal hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya.
Seorang yang menduduki jabatan tinggi biasanya akan semakin banyak hak dan fasilitas
yang diperolehnya. Sementara itu, seseorang yang tidak menduduki jabatan strategis
apapun tentu hak dan fasilitas yang mampu dinikmati akan semakin kecil. Seorang kepala
bagian, misalnya, selain memiliki gaji yang besar dan memiliki ruang kerja sendiri,
mereka juga berhak untuk memerintah stafnya.

7
B. Sifat Stratifikasi sosial

Berdasarkan sifatnya stratifikasi sosial dapat dibagi menjadi tiga :

1. Stratifikasi Sosial Terbuka

Stratifikasi Sosial Terbuka merupakan stratifikasi sosial dimana setiap anggota


masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk naik ke pelapisan sosial yang lebih
tinggi karena kemampuan dan kecakapannya sendiri, demikian pula sebaliknya, setiap
anggota juga dapat turun ke kelas yang lebih rendah. Contohnya dalam dunia bisnis,
setiap pengusaha memiliki kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak konsumen dan
meraup keuntungan yang lebih.

2. Stratifikasi Sosial Tertutup

Stratifikasi Sosial Tertutup merupakan stratifikasi sosial yang setiap anggotanya tidak
akan berpindah dari kelompok tertentu karena satu – satunya penentu pengelompokkan
dalam sistem stratifikasi sosial tertutup adalah melalui kelahiran. Contohnya adalah pada
masyarakat yang masih menggunakan ras sebagai dasar pelapisan sosial.

3. Stratifikasi Sosial Campuran

Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi dari stratifikasi sosial terbukan dan
tertutup. Contohnya adalah orang asli bali memiliki kedudukan yang tinggi di bali
(stratifikasi tertutup), tetapi ketika ia pindah ke daerah lain kedudukannya bisa berubah
sesuai dengan usaha dan kemampuannya (stratifikasi terbuka).

8
2.5 Dimensi dan unsur-unsur stratifikasi sosial

A. Dimensi stratifikasi sosial


Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya
relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa
yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukannya yang tinggi itu bersifat
kumulatif. Artinya, mereka yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali
mendapatkan tanah, kekuasaan dan juga mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang
bisa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu
lapisan adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Kekayaan
Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas.
Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil
pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya.,
kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran Kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar
menempati lapisan atasan.
3. Ukuran Kehormatan
Ukuran kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan
kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas.
Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya
mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya
akibat-akibat yang negatif kerana ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang
dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu
segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.

9
B. Unsur-unsur stratifikasi sosial

1. Unsur Status

Status adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Berdasarkan cara
memperolehnya, status dapat dibagi menjadi :

a. Ascribe Status, kedudukan yang diperoleh melalui kelahiran.

b. Achived Status, kedudukan yang diperoleh melalui usaha – usahanya.

c. Assigned Status, kedudukan yang diperoleh melalui pemberian (diberikan).

2. Unsur Peran

Peran adalah perilaku sesungguhnya dari seseorang yang memiliki tanggung jawab.
Menurut Soerjono Soekanto, peran mengandung tiga hal :

a. Norma dalam masyarakat

b. Konsep tentang tindakan yang dilakukan

c. Perilaku individu

10
2.6. Proses terjadinya stratifikasi sosial

Adapun dua proses terjadinya stratifikasi sosial yaitu:

1. Terjadi Dengan Sendirinya Atau Otomatis

Faktor ini terjadi dikarenakan telah ada sejak seseorang itu lahir atau proses ini
dapat terjadi sebab pertumbuhan masyarakat. Seseorang individu menempati lapisan
tertentu yang bukan karena disengaja yang dibuat oleh masyarakat atau dirinya sendiri
akan tetapi terjadi dengan sendirinya atau otomatis, misalnya karena keturunan.

2. Terjadi Dengan Cara Disengaja

Faktor ini dapat terjadi secara sengaja dengan maksud untuk kepentingan atau
tujuan bersama. Sistem ini telah ditentukan dengan terdapatnya wewenang dan juga
kekuasaan yang diberikan oleh seseorang atau organisasi. Contohnya seperti diberikan
oleh perusahaan tempat bekerja, partai politik, pemerintah dan lain sebagainya.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah saya paparkan diatas, maka dapat saya simpulkan
bahwa Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan
kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan,
previllege dan prestise. Stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu stratifikasi
tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang ketika sudah
tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya.
Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas
dengan usahanya yang bersungguh-sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu
seseorang awalnya dihormati karena terdapat didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik
arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Dalam dimansi stratifikasi sosial ada 4 yang dapat tergolongkan, yaitu kekayaan,
kekuasaan, ehormatan, ilmu pengetahuan. Semuanya akan berdampak terwujudnya
hukum rimba, dimana yang tergolong menjadi kelas atas sepenuhnya akan memegang
peranan kelas bawah. Didalam stratifikasi sosial ada tiga pendekatan yang digunakan,
yaitu: metode obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang
mengarah pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah
kepada penyesuaian seseorang dalam bermasyarakat.

3.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, sebagai mahasiswa/i kita harus mampu memahami
lapisan-lapisan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Perbedaan itu karena orang-orang
memiliki kecapakan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda.

11
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi Elly M. Dan Kolip Usman, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana, 2011).

Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan Ke Empat Puluh Empat,


(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012).

Soekanto Soerjono, Pengantar Sosiologi, Cetakan Keempat, (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 1990).

Sunarto Kamanto. Pengantar Sosiologi. Cetakan ketiga, (Jakarta, Penerbit fakultas


Ekonomi, 2004).

Davis Kingslay, Human Society, cetakan ke-13, ( New York: Macmillan Company,
1960 ).

Karsidi Ravik. Sosiologi Pendidikan. (Surakarta, UNS press, 2007).

12

Anda mungkin juga menyukai