BAB I
PENDAHULUAN
Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk masyarakat. Manusia selalu hidup bersama dan
berada diantara manusia lainnya. Aristoteles seorang ahli pikir Yunani kuno, yang hidup sekitar
tahun 384-322 SM, menyatakan dalam ajarannya; manusia adalah zoon politicon. Manusia
sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dan berkumpul dengan manusia lainnya.
Dalam bentuk kongkretnya, manusia bergaul, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan manusia
lainnya. Keadaan ini terjadi karena dalam diri manusia terdapat dorongan untuk hidup
bermasyarakat di samping dorongan keakuan. Dorongan bermasyarakat dan dorongan keakuan
yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri.
Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam
berbagai bentuk, seperti koperasi, hubungan antarpribadi, mengikatkan diri pada kelompoknya
dan sebagainya. Dorongan semacam ini akan jelas wujudnya bilamana mendapatkan bimbingan
dan latihan dari orang sekitarnya. Walaupun telah dibawa oleh setiap individu sejak lahir, sifat
keakuan sepenuhnya atau secara mutlak mendomisili kehidupannya. Domisili secara mutlak dari
sifat keakuan tersebut menyebabkan seorang akan terlepas dari sistem kemasyarakatan yang
sebenarnya tidak mungkin dapat dijalani olehnya karena setiap orang saling bergantung satu
sama lain (interdepen dwnsy). Untuk itu, ia harus mengerem sifat keakuannya pada batas-batas
tertentu dan menumbuhkan sifat kemasyarakatan.
Hal-hal tersebut merupakan gejala terbentuknya sebuah wadah berkumpulnya manusia
serta berlangsungnya ruak gerak kehidupan yang kita sebut masyarakat. Masyarakat yang sudah
terbentuk, lazim memiliki tatanan-tatanan, norma-norma serta hal-hal yang berlaku bagi anggota
masyarakatnya yang akan kita bahas lebih luas lagi insya allah.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN MASYARAKAT
BENTUK-BENTUK MASYARAKAT
Atas dasar ketergantungan seorang kepada orang lain dan untuk mencari tujuan bersama, setiap
orang bekerja sama dengan orang lain. Hubungan yang terjalin antarbeberapa orang ini
kemudian melahirkan kelompol orang atau masyarakat yang terjalin dalam satu ikatan.
Perbedaan prinsip, nilai, kepentingan antar kelompok masyarakat melahirkan bermacam-macam
bentu masyarakat. Dari segi pengelompokannya, masyarakat terbagi atas masyarakat
paguyuban (gemein schaft) dan masyarakat patembayan (gessel schaft).
1. Masyarakat Paguyuban (gemein schaft)
Masyarakat paguyuban dapat diartikan sebagai persekutuan hidup. P.J. Bouman (1976) lebih
lanjut mengemukakan arti masyarakat paguyuban ini sebagai suatu persekutuan manusia yang
disertai perasaan setia kawan dan keadaan kolektif yang besar.
Ciri masyarakat paguyuban ini dapat dilihat dari adanya ketaatan, kesetiaan, dank erelan
berkorban sebagaimana yang terdapat pada keluarga. Untuk mencapai tujuan mereka bersama,
masing-masing anggotanya rela berkorban untuk kepentingan bersama menurut kapasitas dan
kemampuan masing-masing sehingga keterkaitan antarkeluarga menjadi sangat erat. Bouman
mengumpamakan hal ini dengan ikatan organis antar sel-sel dalam tubuh tanaman, atau seperti
alat-alat tubuh yang secara fungsional bekerja sama. Demikian juga individu dalam suatu
persekutuan hidup masyarakat paguyuban yang bertalian sangat erat satu dan lainnya. Mereka
memang dapat dipisahkan hanya saja leterpisahannya akan menimbulakan kesedihan dan
kekalutan, dan sebagainya.
Hal ini membuktikan bahwa keterpisahan dalam kelompoknya sangat tidak disenanginya.
Dengan demikian, individu sebagai bagian unsure dari kelompoknya, merupakan unsure cirri
yang vital. Cirri-ciri masyarakat paguyuban ini diantaranya:
1. Rela berkorban untuk kepentingan bersama.
2. Pemenuhan hak tidak selalu dikaitkan dengan kapasitas pemenuhan kewajibannya.
3. Solidaritas yang sangat kokoh dan bersifat permanen.
2. Masyarkat Patembayan (Gessel schaft)
Bila dibandingkan dengan masyarakat paguyuban, masyarakat patembayan mempunyai pertalian
yang lebih renggang. P.J. Bouman (1976) mengibarakan pertalian masyarakat patembayan ini
seperti tumpukan pasir, yang tiap butir-butirnya pasir dapat terpisah dari butir lainnya. Contoh
masyarakat patembayan ini adalah organisasi masyarakat dalam berbagai bentuk dan ragamnya.
Keterikatan mereka hanya diletakkan pada dasar untuk mencapai tujuan bersama. Hak seseorang
diberikan dengan memperhitungkan kewajibannya yang diberikan kepada organisasi sehingga
sifat keakuan tiap individu pada masyarakat patembayan ini sangat menonjol, bahkan tidak
jarang tiap individu masih membawa misi dan kepentingan sendiri. Ciri masyarakat in
diantaranya:
TINGKATAN-TINGKATAN MASYARAKAT
Ditinjau dari akibat perubahan dan perkembangan yang terjadi, bantuk masyarakat dapat
diklasifikasikan pada masyarakat tadisional dan masyarakat modern.
1. Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional, sebagai bentuk dari kehidupan bersama, mempunyai keterikatan yang
sangat erat dengan lengkungan hidupnya, baik yang berupa manusia maupun yang berupa benda.
Hal ini dapat dimengerti bahwa kehidupan masyarakat tradisional sangat bergantung pada
manusia lain dan kondisi alamnya. Mata pencahariannya berpusat pada sector pertanian dan
nelayan.
Kebutuhan sandang, pangan, dan papan dipenuhi dari alam sekitarnya. Kesederhanan teknologi
yang dipergunakan oleh petani dan nelayan menyebabkan ia sangat bergantung pada kondisi
alam. Kegiatan pertanian dan nelayan hanya dilakukan pada wajtu tertentu dan hanya dapat
mengambil manfaat dari yang sudah tersedia di alam. Oleh karena itu, perladangan berpindah-
pindah dengan menebangi hutan merupakan salah satu cirri dari masyarakat tradisioanal. Modal
yang paling menonjol pada mereka adalah pemilikan tanah sehingga pada masyarakat tradisional
banyak tumbuh tuan tanah yang mempunyai pertanian dan perkebunan. Akibat penguasaan lahan
pertanian danperkebunan oleh tuan tanah yang jumlahnya relative kecil dibandingakan dengan
masyarakat umum, lahirlah elite masyarakat yang bersistem feodal. Bagian besar dari
masyarakat yang tidak mempunyai tanah harus menggantungkan penghidupannya pada tuan-tuan
anah (feodalis) sebagai buruh sehingga timbul dominasi kaum feodal terhadap kaum buruh.
Dominasi demikian sangat berpengaruh erhadap sisem politik dan budaya masyarakat
tradisional. Kaum feudal yang menjadi tempat bergantung masyarakat banyak, dengan
sendirinya menempatkan dirinya sebagai pemimpin atau tokoh masyarakat. Karena dominisinya
pula, kepemimpinannya lebih bercoraj pimpinan otokritas sedangkan kaum buruh hanya bersifat
pasrah (bahasa jawa nrimo) atas kebijakan para penguasa. Kebijakan yang diambil oleh para
penguasa dengan mudah dapat dijalankan. Karena peraturan-peraturan yang ditetapkan hanya
mengikuti adat dan kebiasaan yang tidak pernah tertulis, tidak heran bila pada masyarakat
tradisional jawa lahir semboyan sabda pandito ratu ( ujaran pada pemimpin) menjadi acuan
hukum yang berlaku.
Dalam kehidupan yang serba sederhana ini, pekerjaan-pekerjaan seperti bertani, mendirikan
rumah, dan sebagainya dikerjakan bersama. Keadaan ini membentuk sikap dan hubungan yang
sangat erat antarindividu. oleh karena itu, gotong royong atau tolong-menolong merupakan cirri
lain dari masyarakat tradisional.
2. Masyarakat Modern
Masyarakat modern merupakan pola perubahan dari masyarakat tradisional yang telah
mengalami kemajuan dalam bebagai aspek kehidupan. Salah satu ukuran kemajuan dapat terlihat
pada pola hidup dan kehidupannya. Di bidang mata pencaharian, mereka tidak bergantung pada
sektor pertanian saja, tetapo merambat pada sector lain seperti jasa dan perdagangan.
Sektor pertanian sebagai salah satu garapannya, dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan
memadukan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan teknologi. Apabila masyarakat
tradisional sangat tergatung pada kemurahan alam semata seperti cuaca, kesuburan tanah dan
lain-lain, pada masyarakat modern masalah cuaca atau kesuburan tanah yang tidak
menguntungkan dapat diantisipasi sedemikian rupa dengan mempergunakan teknologi, seperti
teknologi pemupukan untuk mendapatkan kesuburan tanah atau green house (rumah kaca) untuk
menghindari cuaca yang berubah-rubah, atau dengan hujan buatan untuk menghindari
kekeringan dan sebagainya.
Untuk mempergunakan teknologi yang tepat dalam berbagai keadaan, dipilih tenaga ahli dan
terampil dalam bidang tertentu karena penggunaan suatu teknologi menuntut dan memerlukan
tenaga manusia dangan kualifikasi terentu pula. Untuk itu diperlukan pendidikan khusus guna
menyiapkan tenaga ahli yang terampil untuk berbagai keprluan.
Mereka yang tidak dapat aktif dalam sector pertanian misalnya, dapat memilih bidang
perdagangan atau jasa sebagai lading tempat mata pencahariannya. Seseorang yang telah
mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu dapat mempegunakan pengetahuan dan
keterampilan tersebut untuk kepentingan orang lain, seperti menggunakan jasa kesehatan,
konsultan, advokat, perbankan dan sebagainya. Jadi, gerakan-gerakan ekonomi pada masyarakat
modern telah bergeser pada bidang-bidang yang belum dijamah masyarakat tradisional.
MASYARAKAT PEDESAAN (RURAL COMMUNITY) DAN MASYARAKAT
PERKOTAAN (URBAN COMMUNITY)
Masyarakat Setempat (Community)
Istilah community dapat ditrjemahkan sebagai “masyarakat setempat”, istilah yang menunjuk
pada warga-warga sebuah desa, sebuah suku atau suatu bangsa. Apabila anggota-anggota suatu
kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemekian rupa sehingga
mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup
yang utama, maka kelompok tadi disebut kelompok masyarakat setempat. Sebagai
perumpamaan, kebutuhan seseorang tidak mungkin secara keseluruhan terpenuhi tanpa hidup
dengan rekan-rekan lainnya yang sesuku. Dengan demikian, kriteria yang utama bagi adanya
suatu masyarakat setempat adalah adanya social relationship antara anggota-anggota suatu
kelompok. Dengan mengambil pokok-pokok uraian di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat
setempat menunjukan pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam
arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah
interaksi yang lebih besar antara anggota-anggotanya, dibandingkan dengan interaksi mereka
dengan penduduk luar batas wilayahnya. Maka dapat disimpulkan secara singkat bahwa
masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang tertentu. Dasar-dasar dari
masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan sesama masyarakt setempat tersebut. Suatu
masyarakat setempat pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah) tertentu.
Walaupun sekelompok manusia merupakan masyarakat pengembara akan tetapi pada saat-saat
tertentu anggota-anggotanya pasti berkumpul pada suatu tempat tertentu, misalnya bila
mengadakan upacara-upacara yang tradisionil. Masyarakat-masyarakat setempat yang
mempunyai tempat tinggal yang tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas
yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Memang dalam masyarakat-masyarakat
modern, karena perkembangan teknologi alat-alat perhubungan, ikatan pada tempat tinggal agak
berkurang, dan sebaliknya hal itu dapat memperluas wilayah pengaruh masyarakat setempat
yang bersangkutan. Secara garis besar, masyarakat-masyarakat setempat berfungsi sebagai
ukuran untuk menggarisbawahi hubungan antara hubungan- hubungan sosial dengan suatu
wilayah geografis tertentu.
Tipe-tipe masyarakat setempat
Dalam mengadakan klasifikasi terhadap masyarakat setempat, dapat dapat dipergunakan empat
kriteria berikut ini :
a. Jumlah penduduk
b. Luas, kekayaan dan kepadata penduduk daerah pedalaman
c. Fungsi-fungsi khusus dari masyarakat-masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat
dan
d. Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.
Adapun yang dimaksud dengan masyarakat perkotaan atau urban community adalah masyarakat
yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Tekanan pengertian “kota” terletak pada sifat-sifat
kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Antara
warga masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, juga terdapat perbedaan dalam
kebutuhan dan keperluan-keperluan hidup. Di desa-desa yang diutamakan adalah perhatian
khusus terhadap keperluan utama (kebutuhan primer) dari kehidupan, seperti halnya masyarakat
desa lebih mengutamakan kebutuhan yang berhubungan dengan fungsi pakaian, makanan, rumah
dan lain sebagainya. Lain halnya dengan masyarakat kota yang mempunyai pandangan-
pandangan yang berbeda. Orang-orang kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup,
sehubungan dengan pandangan msyarakat di sekitarnya. Seperti ketika menghidangkan makanan
misalnya, yang diutamakan adalah apa yang dihidangkan tersebut memberikan kesan bahwa
yang menghidangkannya mempunyai kedudukan sosial yang tinggi. Bila ada tamu misalnya,
diusahakan untuk menghidangkan makanan dalam kaleng. Pada orang-orang desa, hal itu tidak
diperdulikan. Mereka masak makanan sendiri tanpa memperdulikan apakah tamu-tamunya suka
atau tidak. Pada orang kota, makanan yang dihidangkan harus kelihatan mewah dan tempat
menghidangkannya juga harus terlihat mewah dan terhormat. Di sini terlihat perbedaan
penilaian, orang desa melihat makanan sebagai sesuatu untuk memenuhi kebutuhan biologis,
sedangkan pada orang-orang kota adalah sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Demikian pula soal pakaian, bagi orang desa bentuk dan warna pakaian tidak menjadi masalah,
karena yang terpenting adalah bahwa pakaian tersebut dapat melindungi dirinya dari panas dan
dingin. Bagi orang-orang kota, nilai pakaian adalah kebutuhan sosial, misalnya bahan pakaian
yang dipakai merupakan perwujudan dari kedudukan sosial dari si pemakai. Ada beberapa ciri
yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu:
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan di desa. Hal ini
disebabkan adanya cara berfikir yang rasionil, yang didasarkan pada perhitungan eksak
yang berhubungan dengan realita masyarakat. Memang di kota-kota, orang-orang juga
beragama, akan tetapi pada umumnya pusat kegiatan hanya tampak di tempat-tempat
beribadat seperti misalnya gereja, masjid, dan sebagainya. Di luar itu, kehidupan
masyarakat berada dalam lingkungan ekonomi, perdagangan dan sebagainya. Cara
kehidupan mempunyai kecenderungan kea rah keduniawian (secular trend),
dibandingkan dengan kehidupan warga desa yang cenderung kea rah agama (religious
trend)
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada
orang lain. Yang menonjol di sini adalah manusia perseorangan atau individu. Di desa
orang-orang lebih mementingkan kelompok atau keluarganya. Di kota-kota kehidupan
keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan kepentingan, perbedaan faham
politik, perbedaan agama dan sebagainya. Di kota-kota para individu kurang berani untuk
hanya seorang diri untuk menghadapi orang-orang lain dengan latar belakang yang
berbeda, pendidikan yang tak sama, kepentingan yang berbeda dan lain-lain.
3. Pembagian kerja antara warga-warga kota jauh lebih tegas dan mempunyai batas-batas
yang nyata. Di kota-kota, tinggal dengan aneka warna latar belakang sosial dan
pendidikan yang menyebabkan individu memperdalami suatu bidang kehidupan khusus
yang menyebabkan suatu gejala bahwa warga kota tak mungkin hidup sendirian secara
individualistis. Pasti akan dihadapkan pada persoalan-persoalan hidup yang diluar
jangkauan kemampuannya. Gejala demikian dapat menimbulkan kelompok-kelompok
kecil (small group) yang didasarkan pada pekerjaan yang sama, keahlian yang sama,
kedudukan social yang sama dan lain-lain. Yang kesemuanya dalam batasan-batasan
tertentu membentuk pembatasan-pembatasan pergaulan hidup. Misalnya seorang guru
SMA lebih banyak bergaul dengan sesama rekan-rekannya guru SMA, dari pada
pedagang kelontong misalnya. Seorang sarjana ekonomi akan lebih banyak bergaul
dengan sesama rekannya dengan latar pendidikan yang sama. Bahkan dalam lingkungan
yang lebih sempit mahasiswa dari tingkat II, akan lebih banyak mengadakan hubungan
dengan rekan-rekannya yang setingkat daripada dengan para mahasiswa tingkat lain,
walaupun mereka semuanya berasal dari fakultas yang sama.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
warga kota kota dari pada warga desa, karena sistem pembagian kerja yang tegas tersebut
di atas.
5. Pola pikir rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan
interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor
pribadi.
6. Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi
warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota, karena kota-kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar. Hal ini sering menimbulkan
pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda yang belum sepenuhnya
terwujud kepribadiannya, yakni lebih senang mengikuti pola-pola baru dalam kehidupan.
Sehubungan dengan pembedaan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, kiranya
perlu pula disinggung perihal urbanisasi. Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk
dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya
masyaarakat perkotaan. Proses urbanisasi boleh dikatakan terjadi di seluruh dunia, baik pada
negara-negara yang sudah maju industrinya, maupun yang secara relatif belum memiliki industri.
Bahwa urbanisasi mempunyai akibat-akibat yang negatif terutama dirasakan oleh negara yang
agraris seperti Indonesia ini. Hal ini terutama disebabkan karena pada umumnya produksi
pertanian sangat rendah apabila dibandingkan dengan jumlah manusia yang dipergunakan dalam
produksi tersebut dan boleh dikatakan bahwa faktor kebanyakan penduduk dalam suatu
daerah “over population” merupakan gejala yang umum di negara agraris yang secara ekonomis
masih terbelakang. Proses urbanisasi dapat terjadi dengan cepat maupun lambat, tergantung pada
keadaan masyarakat yang bersangkutan. Proses terjadi dengan menyangkut dua aspek, yaitu :
1. Perubahan masyarakat desa menjadi masyarakat kota.
2. Bertambahnya penduduk kota yang disebabkan oleh mengalirnya penduduk yang berasal
dari desa-desa (pada umumnya disebabkan karena penduduk desa merasa tertarik oleh
keadaan kota.
Sehubungan dengan proses tersebut di atas, maka ada beberapa sebab yang mengakibatkan suatu
daerah tempat tinggal mempunyai penduduk yang banyak. Dikarenakan suatu daerah itu
mempunyai daya tarik sedemikian rupa, sehingga orang-orang pendatang semakin banyak.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sebab-sebabnya adalah :
1. Daerah yang termasuk menjadi pusat pemerintahan atau menjadi ibu kota (seperti
contohnya Jakarta).
2. Tempat tersebut letaknya sangat strategis sekali untuk usaha-usaha
perdagangan/perniagaan, seperti misalnya sebuah kota pelabuhan atau sebuah kota yang
letaknya dekat pada sumber bahan-bahan mentah.
3. Timbulna industry di daerah itu, yang memproduksikan barang-barang maupun jasa-jasa.
MASYARAKAT SEBAGAI SEBUAH SISTEM
Sebagai suatu sistem, individu-individu yang terdapat di dalam masyarakat saling berhubungan
atau berinteraksi satu sama lain, misalnya dengan melakukan kerja sama guna memenuhi
kebutuhan hidup masing-masing.
a. Sistem Sosial
Sistem adalah bagian-bagian yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga
dapat berfungsi melakukan suatu kerja untuk tujuan tertentu. Sistem sosial itu sendiri adalah
suatu sistem yang terdiri dari elemenelemen sosial. Elemen tersebut terdiri atas tindakan-
tindakan sosial yang dilakukan individu-individu yang berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Dalam sistem sosial terdapat individu-individu yang berinteraksi dan bersosialisasi sehingga
tercipta hubungan-hubungan sosial. Keseluruhan hubungan sosial tersebut membentuk struktur
sosial dalam kelompok maupun masyarakat yang akhirnya akan menentukan corak masyarakat
tersebut.
b. Struktur Sosial
Struktur sosial mencakup susunan status dan peran yang terdapat di dalam satuan sosial,
ditambah nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur interaksi antarstatus dan antarperan sosial.
Di dalam struktur sosial terdapat unsurunsur sosial yang pokok, seperti kaidah-kaidah sosial,
lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial. Bagaimana
sebetulnya unsur-unsur sosial itu terbentuk, berkembang, dan dipelajari oleh individu dalam
masyarakat? Melalui proses-proses sosial semua itu dapat dilakukan. Proses sosial itu sendiri
merupakan hubungan timbal balik antara bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat dengan
memahami dan mematuhi norma-norma yang berlaku.
Masyarakat sebagai suatu sistem selalu mengalami dinamika yang mengikuti hukum sebab
akibat (kausal). Apabila ada perubahan pada salah satu unsur atau aspek, maka unsur yang lain
akan menerima konsekuensi atau akibatnya, baik yang positif maupun yang negatif. Oleh karena
itu, sosiologi melihat masyarakat atau perubahan masyarakat selalu dalam kerangka sistemik,
artinya perubahan yang terjadi di salah satu aspek akan memengaruhi faktor-faktor lain secara
menyeluruh dan berjenjang.
Menurut Charles P. Loomis, masyarakat sebagai suatu sistem sosial harus terdiri atas sembilan
unsur berikut ini:
1) Kepercayaan dan Pengetahuan
Unsur ini merupakan unsur yang paling penting dalam sistem sosial, karena perilaku anggota
dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka yakini dan apa yang mereka ketahui
tentang kebenaran, sistem religi, dan cara-cara penyembahan kepada sang pencipta alam
semesta.
2) Perasaan
Unsur ini merupakan keadaan jiwa manusia yang berkenaan dengan situasi alam sekitarnya,
termasuk di dalamnya sesama manusia. Perasaan terbentuk melalui hubungan yang
menghasilkan situasi kejiwaan tertentu yang sampai pada tingkat tertentu harus dikuasai agar
tidak terjadi ketegangan jiwa yang berlebihan.
3) Tujuan
Manusia sebagai makhluk sosial dalam setiap tindakannya mempunyai tujuan-tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan adalah hasil akhir atas suatu tindakan dan perilaku seseorang yang harus
dicapai, baik melalui perubahan maupun dengan cara mempertahankan keadaan yang sudah ada.
7) Kekuasaan
Kekuasaan adalah setiap kemampuan untuk memengaruhi pihak-pihak lain. Apabila seseorang
diakui oleh masyarakat sekitarnya, maka itulah yang disebut dengan kekuasaan.
8)Sanksi
Sanksi adalah suatu bentuk imbalan atau balasan yang diberikan kepada seseorang atas
perilakunya. Sanksi dapat berupa hadiah ( reward ) dan dapat pula berupa
hukuman (punishment). Sanksi diberikan atau ditetapkan oleh masyarakat untuk menjaga
tingkah laku anggotanya agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
9) Fasilitas (Sarana)
Fasilitas adalah semua bentuk cara, jalan, metode, dan benda-benda yang digunakan manusia
untuk menciptakan tujuan sistem sosial itu sendiri. Dengan demikian fasilitas di sini sama
dengan sumber daya material atau kebendaan maupun sumber daya imaterial yang berupa ide
atau gagasan.
Masyarakat merupakan kelompok sosial terbesar dalam suatu negara. Selain di dalam lingkungan
keluarga dan lingkungan sekolah pendidikan juga dapat berlangsung didalam lingkungan
masyarakat. Pendidikan di dalam lingkungan masyarakat tentunya berbeda dengan pendidikan
yang terjadi pada lingkungan keluarga dan sekolah.
Masyarakat sangat berperan penting dalam pengembangan pendidikan seorang anak. Oleh
karena itu hendaknya masyarakat ikut berpartisipasi dalam pendidikan anak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Antara lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat memiliki
keterikatan yang sangat kuat. Karena masyarakat merupakan pembantu pada proses pematanagn
individu sebagai anggota kelompok dalam suatu masyarakat.
Masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat dalam kesatuan negara,
kebudayaan, dan agama yang memiliki cita-cita,peraturan-peraturann dan sistem kekuasaan
tertentu. Sedangkan partisipasi masyarakat merupakan ikutsertaan masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi program pembangunan.[3]
Selama ini penyelennggaraan partisipasi masyarakat di Indonesia terbatas pada keikut sertaan
Anggota masyarakat dalam implementasi atau penerapan program-program pembangunan. Hal
ini dipahami sebagai upaya mobilisasi untuk kepentingan pemerintah dan negara. Dalam
implementasi partisipasi masyarakat, seharusnya anggota masyarakat merasa bahwa tidak hanya
menjadi objek dari kebijakan pemerintah namun harus dapat mewakili masyrakat itu sendiri
PENGERTIAN PRANATA SOSIAL
Pranata merupakan istilah sosiologi yang sering dihubungkan dengan kata sosial. Oleh
karena itu dalam pembahasan sosiologi pranata selalu disebut istilah pranata sosial. Pranata
sosial berasal dari istilah bahasa inggris intitution. Istilah-istilah lain pranata sosial
ialah lembaga dan bangunan sosial. Walaupun istilah yang digunakan berbeda-beda,
tetapi intitution menunjuk pada unsur-unsur yang mengatur perilaku anggota masyarakat.
Pranata juga bersal dari bahasa lain istituere yang berarti mendirikan. Kata bendanya
adalah institution yang berarti pendirian. Dalam bahasa
Indonesia institutiondiartikan institusi (pranata) dan institut atau lembaga. Institusi adalah sistem
norma atau aturan yang ada. Institut adalah wujud nyata dari norma-norma.
Pranata adalah seperangkat aturan yang berkisar pada kegiatan atau kebutuhan tertentu.
Pranata termasuk kebutuhan sosial. Seperangkat aturan yang terdapat dalam pranata termasuk
kebutuhan sosial yang berpedoman kebudayaan. Pranata merupakan seperangkat aturan, bersifat
abstrak. Menurut Koentjaraningrat, istilah pranata dan lembaga sering dikacaukan pengertiannya.
Sama halnya dengan istilah institution dengan istilah institute. Padahal kedua istilah itu memiliki
makna yang berbeda.
Salah satu gagasan dasar dalam rumpun ilmu-ilmu sosial, khhususnya dalam disiplin
antropologi dan sosiologi adalah tentang institusi sosial (social institution), sebagai salah satu
aspek statis dalam kehidupan masyarakat. Antropologi lebih menekankan pada aspek
kebudayaan, sedangkan sosiologi lebih menekankan pada aspek struktur dan proses sosial.
Selanjutnya pranata itu mengalami konkretisasi dalam struktur masyarakat, dalam bentuk
berbagai organisasi sosial sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan hidup secara kolektif dan
terencana.
Pranata adalah sistem pola sosial yang tersusun tapi dan bersifat permanen serta
mengandung perilaku-perilaku tertentu yang bersifat kokoh dan terpadu demi pemuasan dan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat. Pranata sosial berasal dari bahasa asing
social institutions, itulah sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang mengartikannya sebagai
lembaga kemasyarakatan, di antaranya adalah Soerjono Soekanto. Lembaga kemasyarakatan
diartikan sebagai himpunan norma dari berbagai tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan
pokok di dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata lain, pranata sosial merupakan kumpulan
norma (sistem norma) dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.
Secara umum, pranata sosial mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana bersikap dan bertingkah
laku dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan yang bersangkutan.
b. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan
c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian social
(social control), yaitu system pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.
Selain fungsi umum tersebut, pranata sosial memiliki dua fungsi besar, yaitu:
a. Fungsi manifest (nyata) adalah fungsi pranata sosial yang nyata, tampak, disadari dan
menjadi harapan sebagian besar anggota masyarakat. Misalnya dalam pranata keluarga
mempunyai fungsi reproduksi yaitu mengatur hubugnan seksual untuk dapat melahirkan
keturunan.
b. Fungsi laten (terselubung) adalah fungsi pranata sosial yang tidak tampak, tidak disadari dan
tidak diharapkan orang banyak, tetapi ada. Misalnya dalam pranata keluarga mempunyai
fungsi laten dalam pewarisan gelar atau sebagai pengendali sosial dari perilaku
menyimpang.
1. Cara (usage)
Menunjukkan pada suatu bentuk perbuatan dalam hubungan dalam individu.
Kekuatannya termasuk lemah sehingga penyimpangan dari cara tidak akan mengakibatkan
sangsi yang berat.
2. Kebiasaan (folkways)
Kekuatan mengikatnya lebih besar daripada cara (usage). Kebiasaan merupakan
perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama.
3. Tata kelakuan (mores)
Jika kebiasaan tidak hanya dianggap sebagai cara berperilaku maka disebut sebagai tata
kelakuan atau mores. Tata kelakuan merupakan suatu alat yang mengatur perbuatan anggota-
anggota masyarakat agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pentingnya tata kelakuan bagi
masyarakat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Tata kelakuan memberikan batas-batas pada kelakuan individu,
b. Tata kelakuan mengidentifikasikanindividu dengan kelompoknya,
c. Tata kelakuan menjaga solidaritas antara anggota-anggota masyarakat.
d. Adat istiadat (custom)
Suatu tata kelakuan yang kekal dan kuat integrasinya dengan pola kelakuan masyarakat
dapat meningkat kekuatannya menjadi custom atau adat istiadat, custom mempunyai sanksi yang
keras bagi anggota masyarakat jika melanggarnya. Contoh yang bisa kita dapatkan pada
kehidupan masyarakat di Indonesia adalah yang berlaku pada seluruh etnik budaya dengan
beragam cara serta sanksinya, misalnya :
a. Adat yang melarang perceraian antara suami-istri di kampung;
b. Adat istiadat dalam menjalani tahap-tahap kehidupan tertentu, perkawinan, tujuh
bulanan, dan lain-lain.
Proses institusionalisasi adalah tahapan dimana norma kemasyarakatan itu dikenal,
diakui, dan dihargai.
Norma-norma tersebut setelah melalui proses institusionalisasi atau pelembagaan
mengembang untuk seterusnya ditaati sebagai pegangan hidup sehari-hari bagi anggota
masyarakat. Proses pengembangan suatu norma tidak hanya selesai pada tahap institusionalisasi,
tapi akan berkembang terus sehingga menjadi “internalized” atau mendarah daging dalan
masyarakat.
E. Macam-Macam dan Pranata Sosial
Pranata sosial pada dasarnya adalah sistem norma yang mengatur segala tindakan
manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup bermasyarakat. Seperti yang telah
dijelaskan di depan, pranata sosial di masyarakat mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi
pranata tersebut terwujud dalam setiap macam pranata yang ada di masyarakat. Adapun macam-
macam pranata sosial yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, antara lain pranata
keluarga, pranata agama, pranata ekonomi, pranata pendidikan, dan pranata politik.
1. Pranata Keluarga
Pranata keluarga adalah bagian dari pranata sosial yang meliputi lingkungan keluarga dan
kerabat. Pembentukan watak dan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pranata keluarga
yang dialami dan diterapkannya sejak kecil. Bagi masyarakat, pranata keluarga berfungsi untuk
menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat.
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Satuan
kekerabatan dapat disebut keluarga disebabkan adanya perkawinan atau keturunan. Perkawinan
menurut Undang-Undang Perkawinan adalah suatu ikatan batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang kekal dan bahagia
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan jumlah anggotanya, keluarga dapat
dibedakan menjadi keluarga inti dan keluarga luas.
Keluarga inti atau batih (nuclear family) adalah satuan kekerabatan yang terdiri atas ayah
dan ibu (orang tua) beserta anak-anaknya dalam satu rumah. Ada juga keluarga inti yang belum
atau tidak mempunyai anak.
Keluarga luas (extended family) adalah satuan kekerabatan yang terdiri atas lebih dari
satu generasi atau lebih dari satu keluarga inti dalam satu rumah. Misalnya, keluarga yang
memiliki kakek atau nenek, paman atau bibi, keponakan, dan lain-lain yang tinggal serumah.
Keluarga dianggap sebagai satuan sosial mendasar yang akan membentuk arah pergaulan
bagi masyarakat luas. Artinya, keluarga yang serasi dan harmonis akan membentuk lingkungan
masyarakat yang harmonis pula, demikian juga sebaliknya.
b. Peran atau Fungsi Pranata Keluarga
Sebagai salah satu bentuk pranata sosial, pranata keluarga mempunyai beberapa fungsi,
Berikut ini beberapa fungsi keluarga:
- Fungsi reproduksi; keluarga merupakan sarana untuk memperoleh keturunan secara sehat,
terencana, terhormat, sesuai dengan ajaran agama, dan sah di mata hukum.
- Fungsi keagamaan; pada umumnya suatu keluarga penganut agama tertentu akan menurunkan
agama atau kepercayaannya kepada anak-anaknya. Anak-anak akan diajari cara berdoa atau
beribadah sesuai dengan keyakinan orang tuanya sejak dini. Dalam kehidupan sehari-hari
terkadang kita temui keluarga yang terdiri atas berbagai macam agama di dalamnya, akan tetapi
prosentasenya sangat kecil.
- Fungsi ekonomi; keluarga merupakan suatu wadah dalam usaha mengembangkan serta
mengatur potensi dan kemampuan ekonomi. Di masyarakat pedesaan atau pertanian, keluarga
merupakan sumber tenaga kerja, mereka bersama-sama mengelola lahan pertanian sesuai dengan
kemampuan dan tenaga masing-masing.
- Fungsi afeksi; norma afeksi ada dan diadakan oleh para orang tua untuk mewujudkan rasa
kasih sayang dan rasa cinta, sehingga dapat menjaga perasaan masing-masing anggota keluarga
agar tercipta kerukunan dan keharmonisan hubungan di dalam keluarga. Fungsi afeksi berisi
norma atau ketentuan tak tertulis mengenai bagaimana seseorang harus bersikap atau berperilaku
di dalam keluarga dan masyarakat. Norma afeksi penting ditanamkan pada anak-anak sejak dini
agar anak dapat mengenal, mematuhi, dan membiasakan diri dalam perilakunya sehari-hari.
- Fungsi sosialisasi; memberikan pemahaman tentang bagaimana seorang anggota keluarga
bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain dalam keluarga. Anak-anak telah dikenalkan
dengan kedudukan dan status tiap-tiap anggota keluarga dan kerabat lainnya. Dengan demikian,
anak secara tidak langsung telah belajar dengan orang lain dalam keluarga dan kerabat, sehingga
mereka bisa membedakan sikap dan cara bicaranya saat ber-interaksi dengan anggota keluarga
lainnya. Misalnya, sikap terhadap kakek tentu berbeda dengan sikap terhadap adik atau
keponakan.
- Fungsi penentuan status; melalui keluarga seorang anak memperoleh statusnya dalam
masyarakat, seperti nama, jenis kelamin, hak waris, tempat dan tanggal lahir, dan sebagainya.
- Fungsi pendidikan; keluarga merupakan satuan kekerabatan yang pertama kali dikenal oleh
anak, sehingga di keluargalah anak memperoleh pendidikan pertamanya dari orang tua atau
kerabat lainnya. Orang tua, dalam hal ini ayah dan ibu memiliki tanggung jawab yang sama
untuk memberikan dasar pendidikan yang baik bagi anak sebelum mereka memasuki masa
bermain di lingkungan dan sekolahnya.
- Fungsi perlindungan; keluarga merupakan tempat berlindung lahir batin bagi anak khususnya
dan bagi seluruh anggota keluarga pada umumnya. Berdasarkan fungsi ini, anak atau anggota
keluarga lain merasa aman, nyaman, dan dapat menerima curahan kasih sayang dari orang tua
atau dari sesama anggota keluarga. Mengingat arti penting pranata keluarga tersebut, maka perlu
diciptakan suasana keluarga yang harmonis sehingga dapat digunakan sebagai tempat pendidikan
anak yang pertama dan utama.
2. Pranata Agama
a. Pengertian Agama
Agama adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta mencakup pula tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan antarmanusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Jika dilihat dari
sudut pandang sosiologi, agama memiliki arti yang lebih luas, karena mencakup juga aliran
kepercayaan (animisme atau dinamisme) yang sebenarnya berbeda dengan agama.
b. Peran atau Fungsi Pranata Agama
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat penganut agama. Berbagai jenis agama dan
kepercayaan tumbuh dan berkembang di masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
diperlukan suatu pranata, yaitu norma yang mengatur hubungan antarmanusia, antara manusia
dengan alam, dan antara manusia dengan Tuhannya sehingga ketenteraman dan kedamaian batin
dapat dikembangkan.
Sebagai salah satu bentuk pranata sosial, pranata agama memiliki beberapa fungsi, yaitu
sebagai berikut:
- Fungsi ajaran atau aturan; memberi tujuan atau orientasi sehingga timbul rasa saling hormat
antarsesama manusia. Agama juga dapat menumbuhkan sikap disiplin, pengendalian diri, dan
mengembangkan rasa kepekaan sosial. Tiap-tiap ajaran agama pada dasarnya mengarah ke satu
tujuan, yaitu kebaikan.
- Fungsi hukum; memberikan aturan yang jelas terhadap tingkah laku manusia akan hal-hal
yang dianggap benar dan hal-hal yang dianggap salah.
- Fungsi sosial; sehubungan dengan fungsi hukum, aturan agama juga dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sosial manusia, yaitu sebagai dasar aturan kesusilaan dalam masyarakat,
misalnya dalam masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, perkawinan, kesenian, arsitektur
bangunan, dan lain-lain.
- Fungsi ritual; ajaran agama memiliki cara-cara ibadah khusus yang tentu saja berbeda dengan
agama lainnya. Seseorang yang telah menentukan agamanya, harus mau menjalankan ibadah
sesuai yang diperintahkan Tuhan dengan ikhlas sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam
kitab suci. Dengan mendalami dan memahami ajaran agama, seseorang akan mengetahui sanksi
yang akan diterimanya jika ia melakukan pelanggaran. Hal ini akan membuat orang melakukan
pengendalian diri agar dapat selalu menjauhi larangan-Nya dan berusaha selalu melakukan
perintah-Nya.
- Fungsi transformatif; agama dapat mendorong manusia untuk melakukan perubahan ke arah
yang lebih baik. Misalnya, dengan agama, umat manusia mampu menciptakan karyakarya seni
besar, seperti candi, masjid, dan bangunan-bangunan lainnya; penyebab timbulnya penjelajahan
samudra salah satunya didorong oleh keinginan menyebarkan agama. Pada umumnya, suatu
agama memiliki aturan yang berbeda dengan ajaran agama lain. Oleh karena itu, kita harus dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat agar tidak terjebak dalam fanatisme agama yang
berlebihan. Dengan kata lain, kita harus mampu menyeimbangkan antara hubungan vertikal kita
dengan Tuhan (melalui ajaran agama) dan hubungan horizontal kita dengan sesama manusia atau
masyarakat. Bila keadaan ini dapat kita ciptakan dan pelihara, maka akan tercipta suatu
kehidupan keagamaan yang serasi dan saling menghormati sebagaimana termuat dalam butir II
sila I Pancasila, “Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup”.
3. Pranata Ekonomi
a. Pengertian Ekonomi
Secara umum, ekonomi diartikan sebagai cabang ilmu mengenai asas-asas produksi,
distribusi, dan konsumsi barang-barang serta kekayaan (seperti halnya keuangan, perindustrian,
dan perdagangan). Dalam hal ini, ekonomi diartikan sebagai tata tindakan dalam memanfaatkan
uang, tenaga, waktu, atau barang-barang berharga lainnya.
b. Peran atau Fungsi Pranata Ekonomi
Pranata ekonomi merupakan bagian dari pranata sosial yang mengatur kegiatan ekonomi,
seperti produksi, distribusi, dan konsumsi barang/jasa yang dibutuhkan manusia.
Pranata ekonomi ada dan diadakan oleh masyarakat dalam rangka mengatur dan
membatasi perilaku ekonomi masyarakat agar dapat tercapai keteraturan dan keadilan dalam
perekonomian masyarakat. Pranata ekonomi muncul sejak adanya interaksi manusia, yaitu sejak
manusia mulai membutuhkan barang atau jasa dari manusia lain. Bentuk paling sederhana dari
pelaksanaan pranata ekonomi adalah adanya sistem barter (tukar menukar barang). Akan tetapi,
untuk kondisi saat ini, sistem barter telah jarang digunakan dan sulit untuk diterapkan. Secara
umum, peran-peran pranata ekonomi dapat dibedakan atas peran pranata ekonomi produksi,
peran pranata ekonomi distribusi, dan peran pranata ekonomi konsumsi.
c. Peran pranata ekonomi produksi
Kegiatan produksi meliputi unsur-unsur bahan dasar, modal, tenaga kerja, dan
manajemen. Pemanfaatan unsurunsur produksi tersebut harus melalui aturan yang berlaku agar
tercapai suatu keseimbangan dan keadilan sosial. Sebagai contoh, penggunaan tenaga kerja harus
memenuhi beberapa syarat, antara lain, usia pekerja, jam kerja, jam lembur, upah kerja, hak cuti,
dan sebagainya. Di dalam pemanfaatan sumber daya alam, pranata ekonomi berperan dalam
menjaga keseimbangan dalam pemanfaatannya. Aturan-aturan dibuat sedemikian rupa sehingga
para pelaku produksi dapat memanfaatkan ketersediaan sumber daya alam secara efektif dan
efisien. Beberapa aturan dalam pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia, antara lain,
dilakukan dengan cara-cara berikut ini.
a) Monopoli pemerintah; dilakukan oleh negara untuk menjamin ketersediaan suatu sumber
produksi. Pada umumnya sumber-sumber produksi tersebut sangat penting dan menyangkut hajat
hidup orang banyak, misalnya minyak, air, listrik, dan lain-lain.
b) Monopoli swasta; dilakukan oleh pihak swasta melalui perjanjian atau kontrak kerja
khusus dengan pemerintah untuk memanfaatkan suatu sumber daya alam tertentu. Contoh
monopoli swasta adalah monopoli garam, monopoli cengkih, Hak Pengusahaan Hutan, dan
lainlain.
c) Kuota; dilakukan pemerintah untuk membatasi produksi dan konsumsi terhadap suatu
barang atau sumber alam. Hal ini dimaksudkan agar produksi dan pengolahan sumber daya alam
tersebut dapat dilakukan dengan hemat atau tidak berlebihan.
d) Proteksi; dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi produk lokal dari persaingan produk
luar negeri (impor). Dalam hal ini, pemerintah memandang bahwa produk lokal akan kalah
bersaing dengan produk impor, sehingga pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk
produk impor tertentu atau bahkan melarangnya sama sekali.
d. Peran pranata ekonomi distribusi
Distribusi merupakan kegiatan menyalurkan barang hasil produksi ke konsumen untuk
dikonsumsi. Pendistribusian penting dilakukan untuk mencapai kemakmuran rakyat dengan cara
memeratakan ketercukupan kebutuhan rakyat akan barang atau jasa. Dengan adanya proses
distribusi, maka produsen dapat menjual hasil produknya dan konsumen dapat memperoleh
barang atau jasa yang dibutuhkan. Melalui distribusi pulalah, arus perdagangan dapat berjalan.
e. Peran pranata ekonomi konsumsi
Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan atau menggunakan nilai guna suatu barang atau
jasa. Penggunaan atau pemanfaatan nilai guna barang atau jasa tersebut dapat dilakukan
sekaligus ataupun secara berangsurangsur. Pemenuhan kebutuhan manusia dalam berkonsumsi
dipengaruhi oleh kemampuan manusia yang diukur melalui tingkat pendapatan atau penghasilan.
Hal yang harus diperhatikan adalah kebutuhan manusia dalam berkonsumsi tidak terbatas,
sedangkan kemampuan manusia terbatas. Oleh karena itu, manusia harus pandai-pandai
membelanja-kan uangnya sesuai dengan tingkat kebutuhan. Berdasarkan peran-peran tersebut,
dapatlah disimpulkan bahwa peran atau fungsi pokok pranata ekonomi adalah mengatur kegiatan
produksi, distribusi, dan konsumsi agar dapat berjalan dengan lancar, tertib dan dapat memberi
hasil yang maksimal dengan meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan.
4. Pranata Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran atau pelatihan. Di
Indonesia, pendidikan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendidikan sekolah (pendidikan
formal) dan pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal). Pada perkembangannya, ada
beberapa ahli sosiologi yang menambahkan satu golongan pendidikan lagi, yaitu pendidikan
yang diperoleh melalui pengalaman atau kehidupan sehari-hari (pendidikan informal).
b. Peran atau Fungsi Pranata Pendidikan
Pranata pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia agar mampu mencari
nafkah hidup saat ia dewasa kelak. Persiapan-persiapan yang dimaksud, meliputi kegiatan dalam:
- meningkatkan potensi, kreativitas, dan kemampuan diri;
- membentuk kepribadian dan pola pikir yang logis dan sistematis; serta
- mengembangkan sikap cinta tanah air.
Dengan pranata pendidikan, diharapkan hasil sosialisasi akan membentuk sikap mental
yang cocok dengan kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang.
5. Pranata Politik
a. Pengertian Politik
Politik adalah pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, meliputi segala
urusan dan tindakan atau kebijakan mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain. Di
dalam hal ini, yang dimaksud politik adalah semua usaha dan aktivitas manusia dalam rangka
memperoleh, menjalankan, dan mempertahankan kekuasaan dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan pemerintahan negara.
Pranata politik adalah serangkaian peraturan, baik tertulis ataupun tidak tertulis yang
berfungsi mengatur semua aktivitas politik dalam masyarakat atau negara. Di Indonesia, pranata
politik tersusun secara hierarki, berikut ini.
- Pancasila
- Undang-Undang Dasar 1945
- Ketetapan MPR
- Undang-UndangPeraturan Pemerintah
- Keputusan Presiden
- Keputusan Menteri
- Peraturan Daerah
Pranata-pranata tersebut diciptakan masyarakat Indonesia sesuai dengan jenjang
kewenangannya masing-masing, dan dimaksudkan untuk mengatur penyelenggaraan
pemerintahan negara.
b. Fungsi atau Peran Pranata Politik
Seperti halnya pranata sosial lainnya, pranata politik juga mempunyai peran atau fungsi.
Beberapa peran atau fungsi pranata politik, antara lain, meliputi hal-hal berikut ini.
- Pelindung dan penyaluran aspirasi/hak asasi manusia; sesuai dengan UUD’45, bahwa
masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka rakyat berhak berpolitik sejauh tetap mematuhi kaidah-
kaidah politik yang telah ditetapkan.
- Memberikan pembelajaran politik bagi masyarakat; dalam hal ini rakyat secara langsung
mulai dilibatkan dalam proses penentuan kebijakan. Rakyat ditempatkan sebagai subjek dan
bukannya objek kebijakan. Dengan cara ini, akan dapat tercapai keberhasilan pembangunan dan
meningkatkan stabilitas sosial.
- Meningkatkan kesadaran berpolitik di kalangan masyarakat; hal ini terlihat dari
meningkatnya keikutsertaan masyarakat dalam pemilu, kesadaran dalam mengawasi jalannya
pemerintahan, dan adanya tuntutan transparansi dan akuntabilitas pemerintah.
PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan seseorang atau kelompok anggota masyarakat
dari status sosial yang satu ke status sosial yang lainnya dalam suatu struktur sosial pada
masyarakat. Mobilitas sosial mempunyai kaitan yang erat dengan stratifikasi sosial atau
pelapisan sosial, mengingat mobilitas sosial merupakan gerak pindah dari suatu lapisan ke
lapisan yang lainnya, baik dari bawah ke atas maupun dari atas ke bawah.
Dalam hal ini, masyarakat dengan kelas sosial yang bersifat terbuka merupakan masyarakat yang
memiliki tingkat mobilitas sosial yang tinggi, sedangkan masyarakat yang berkelas sosial
tertutup memiliki tingkat mobilitas sosial yang rendah. Hal ini mengingat pada masyarakat
dengan kelas sosial tertutup sangat sedikit sekali, bahkan tidak memungkinkan terjadinya
perpindahan anggota dari satu lapisan ke lapisan yang lain.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan mobilitas sosial terjadi dalam konteks
diferensiasi sosial, yaitu perpindahan penduduk secara horizontal yang tidak menunjukkan
tingkatantingkatan. Dalam diferensiasi sosial akan terjadi pula mobilitas anggota kelompok,
meskipun tidak seperti yang terjadi dalam stratifikasi sosial. Misalnya perpindahan penduduk
dari desa ke kota atau yang dikenal dengan istilah urbanisasi.
Akibatnya, akan terjadi proses-proses asimilasi dan akulturasi yang selanjutnya akan membawa
pengaruh tertentu, misalnya kita sering tidak mengenal latar belakang sosial dari seorang
pendatang baru. Contohnya, dengan adanya alat transportasi dan lalu lintas mutakhir, seperti
pesawat terbang, kereta api cepat atau yang lainnya, merangsang pemikiran seseorang untuk
melakukan perpindahan secara fisik dari satu tempat ke tempat lainnya.
Mobilitas sosial horizontal ini memberi kemungkinan perubahan dalam pekerjaan dan atau
kedudukan yang tidak bersifat sebagai suatu pergeseran dalam hierarki sosial. Ciri utama
mobilitas sosial horizontal adalah lapisan sosial yang ditempati tidak mengalami perubahan.
Dalam masyarakat, kita mengenal dua bentuk mobilitas horizontal, yaitu mobilitas horizontal
intragenerasi dan mobilitas horizontal antargenerasi.
1. Mobilitas horizontal intragenerasi adalah mobilitas horizontal yang terjadi dalam diri
seseorang. Misalnya seorang dosen sebuah perguruan tinggi swasta yang ingin memperbaiki
nasibnya. Ia mencoba mengikuti serangkaian tes untuk diterima sebagai dosen di perguruan
tinggi negeri. Setelah melewati beberapa tahapan tes, akhirnya ia diterima dan menjadi dosen di
perguruan tinggi negeri.
2. Mobilitas horizontal antargenerasi adalah mobilitas horizontal yang terjadi dalam dua
generasi atau lebih. Misalnya, Sukardono adalah seorang anggota TNI dengan pangkat mayor,
yang dapat digolongkan ke dalam lapisan menengah. Sedangkan Munaf, anaknya, tidak mau
mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang anggota TNI, dan lebih memilih menjadi seorang dosen
di perguruan tinggi negeri yang berada pada lapisan menengah pula. Perubahan dari pekerjaan
sang ayah sebagai anggota TNI dengan pangkat mayor ke anaknya sebagai seorang dosen
perguruan tinggi negeri merupakan bentuk mobilitas horizontal antar generasi yang dapat kita
temui di masyarakat.
Dalam hal ini, Resita mengalami mobilitas vertikal intragenerasi naik. Selain itu juga ada
mobilitas vertikal intragenerasi turun. Contohnya adalah yang diturunkan pangkatnya atau
bahkan dikeluarkan (desersi)dari kesatuan karena menyalahgunakan kekuasaan seorang anggota
militer.
TUGAS MAKALAH
DINAMIKA MASYARAKAT
PRANATA SOSIAL
PENGERTIAN MOBAILITAS
DISUSUN OLEH
1,FRANSISKUS OVI
2,MARTHA TRI PUJI RAHAYU
3,YOFAN WAHYU