Anda di halaman 1dari 37

A.

KONSEP ANTROPOLOGI SOSIAL DAN KESEHATAN


1. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi
Sejarah Seperti halnya sosiologi , antropologi sebagai sebuah ilmu juga
mengalami tahapantahapan dalam perkembangannya. Koentjaraninggrat
menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai
berikut :

a. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)


Manusia dan kebudayaannya, sebagai bahan kajian Antropologi.
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa menjelajahi dunia. Mulai
dari Afrika mulai berlomba-lomba untuk , Amerika , Asia , hingga ke
Australia . Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal
baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka.
Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di
buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu
yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri
fisik, kebudayaan, susunan masyarakat , atau bahasa dari suku tersebut.
Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian
dikenal dengan bahan etnografi deskripsi tentangbangsa-bangsa. atau Bahan
etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa.
Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa
terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang
ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk
mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
b. FaseKedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun
menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat
pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-
lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-
bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitive yang tertinggal, dan
menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase
ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
Kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman
tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
c. Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba
membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan
Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul
berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli,
pemberontakanpemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa
Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan
kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk
kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-
bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari
kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
d. Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-
kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang
akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.Pada masa ini pula terjadi
sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II . Perang ini membawa
banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian
besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu
menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak
berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme
bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan.
Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak
masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa
yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun. Proses-proses
perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi
ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada
suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami,
Flam dan Lapp.
2. Sejarah Perkembangan Antropologi Kesehatan
a. Tahun 1849
Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun
1849 menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat
maupun yang sakit, maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum
sebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inheren
dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosial
yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat
ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa
Vichrow berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi
Kesehatan tersebut., munculnya bidang baru memerlukan lebih dari sekedar
cetusan inspirasi yang cemerlang.
b. Tahun 1953
Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan
terdapat pada tulisan yang ditulis Caudill berjudul “AppliedAnthropology in
Medicine”. Tulisan ini merupakan tourtheforce yang cemerlang , tetapi
meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan
suatu subdisiplin baru.
c. Tahun 1963
Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi
Kesehatan” dan Paul membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam
suatu artikel mengenai kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru
ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar menghargai implikasi dari
penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi.
Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah
dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical
Behaviour Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul)
dari yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan
pentingnya sistem medis bagi Antropologi.
Budaya merupakan hasil karya manusia. Budaya lahir akibat adanya
interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan.
Budaya manusia juga akan ikut berkembang dan berubah dari masa ke masa.
Hal ini terjadi  pula pada budaya kesehatan yang ada pada masyarakat. Budaya
kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan
yang pesat dan teknologi yang semakin canggih, budaya kesehatan di masa
lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang dan mendatang.
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya
kesehatan dalam masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat dahulu saat akan
melakukan persalinan minta bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan
sederhana, namun saat ini masyarakat lebih banyak yang mendatangi bidan
atau dokter kandungan dengan peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka
bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam kandungan melalui
USG. Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya informasi
kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan
membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan
kita bisa melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk
diri sendiri maupun orang lain.
3. Devinisi antropologi kesehatan
Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur
budaya nterhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan
(Solita Sarwono, 1993)
Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan
penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial
budaya.
a. Pokok perhatian Kutub Biologi :
1) Pertumbuhan dan perkembangan manusia
2) Peranan penyakit dalam evolusi manusia
3) Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)
b. Pokok perhatian kutub sosial-budaya :
1) Sistem medis tradisional (etnomedisin)
2) Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka
3) Tingkah laku sakit
4) Hubungan antara dokter dan pasien
5) Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat
kepada masyarakat tradisional.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan
adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan
sosio-budya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson,
1986; 1-3).
Antropologi kesehatan merupakan bagian dari antropologi sosial dan
kebudayaan yang mempelajari bagaimana kebudayaan dan masyarakat
mempengaruhi masalah-masalah kesehatan, pemeliharaan kesehatan dan
masalah terkait lainnya. Istilah “Antropologi Kesehatan" telah digunakan
sejak 1963 sebagai sebutan untuk hasil penelitian empiris dan teoritis
yang dilakukan oleh antropologis kedalam proses sosial dan gambaran
kebudayaan dari kesehatan, kesakitan, dan perawatan yang berhubungan
dengan kebudayaan.
Antropologi kesehatan merupakan bagian dari antropologi yang
menggambarkan pengaruh sosial, budaya, biologi, dan bahasa terhadap
kesehatan (dalam arti luas) meliputi pengalaman dan distribusi
kesakitan, pencegahan dan pengobatan penyakit, proses penyembuhan
dan hubungan sosial manajemen pengobatan serta kepentingan dan
kegunaan kebudayaan untuk sistem kesehatan yang beranekaragam.
Antropologi kesehatan mempelajari bagaimana kesehatan individu,
formasi sosial yang lebih luas dan lingkungan dipengaruhi oleh
hubungan antara manusia dan spesies lain, norma budaya dan institusi
sosial, politik mikro dan makro, dan globalisasi
4. Individu, Masyarakat dan Kebudayaan
a. Individu
Individu artinya yang tak terbagi. Individu memiliki jasmani -
rohani atau fisik-psikis yang menyatu atau utuh, memiliki keunikan tidak
ada orang yang persis sama. Individu dapat juga diartikan manusia sebagai
makhluk sosial, tunduk pada aturan atau norma sosial, menampilkan
perilaku yang mengharapkan penilaian org lain, memiliki kebutuhan
untuk berinteraksi dengan orang lain dan memiliki potensi akan
berkembang bila hidup di tengah manusia.
b. Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia di bawah tekanan
kebutuhan dan pengaruh kepercayaan ideal dan memiliki tujuan, juga
tersatukan dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan. Masarakat adalah
suatu kumpulan dari manusia dimana ada interaksi antar individu yang
dimana hubungan antar-individu terbentuk dalam satu komunikasi yang
saling ketergantungan (interdependensi), menempati wilayah ukuran kecil
maupun sangat luas, memiliki adaptasi budaya daya atau kekuatan internal
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial, memiliki
identitas Jenis masyarakat dapat dikelompokkan menjadi :
1) Masyarakat pedesaan
Ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain :
a) Warga memiliki hubungan yang lebih erat
b) Sistem kehidupan berkelompok atas dasar kekeluargaan
c) Umumnya hidup dari pertanian
d) Golongan orang tua memegang peranan penting
e) Dari sudut pemerintah, hubungan antara penguasa dan rakyat
bersifat informal
f) Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan
g) Kehidupan keagamaan lebih kental
h) Banyak berurbanisasi ke kota
2) Masyarakat perkotaan
Ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain :
a) Jumlah penduduknya tidak tentu
b) Bersifat individualistis
c) Pekerjaan lebih bervariasi, lebih tegas batasannya dan lebih sulit
mencari pekerjaan
d) Perubahan sosial terjadi secara cepat, menimbulkan konflik antara
golongan muda dg golongan orang tua
e) Interaksi lebih disebabkan faktor kepentingan daripada faktor
pribadi
f) Perhatian lebih pada penggunaan kebutuhan hidup yang dikaitkan
dengan masalah prestise
g) Kehidupan keagamaan lebih longgar
h) Banyak migran yang berasal dari daerah berakibat pengangguran,
naiknya kriminalitas, dll
3) Kebudayaan
Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan,
karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang
dijadikan miliknya dengan belajar. Wujud budaya berupa artefak atau
benda fisik, sistem tingkah laku atau tindakan berpola, sistem gagasan,
ideologis atau keyakinan.
5. Hubungan manusia dan sosial
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani,
unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seorang individu adalah
perpaduan antara faktor genotype dan fenotipe. Faktor genotype adalah
faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan
dibawa individu sejak lahir. Kepribadian adalah keseluruhan perilaku
individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi
biopsikofisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian
situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta
reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan.
Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan,
yaitu:
a. Manusia tunduk pada norma sosial, aturan
b. Perilaku manusia mengharapkan penilaian dari orang lain
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah
manusia

Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial karena: Manusia tunduk pada


aturan dan norma sosial Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari
orang lain Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
Potensi manusia akan berkembang bila berada di tengah-tengah masyarakat
Cooley memberi nama lookingglass-self untuk melihat bahwa seseorang
dipengaruhi oleh orang lain. Cooley berpendapat bahwa lookingglass-self
terbentuk melalui 3 tahap.

Pada tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan


orang lain terhadapnya. Pada tahapan berikutnya seseorang mempunya
persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya. Pada tahap
ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai
penilaian orang lain terhadapnya itu.

Menurut George Herbert Mead, pada tahap pertama, playstage, seorang


anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di
sekitarnya. Peranan orang dewasa lain dengan siapa ia sering berinteraksi.
Gamestage, seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus
dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan
oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Contoh dari Mead, ialah
keadaan sebuah pertandingan: seseorang anak yang bermain dalam suatu
pertandingan tidak hanya mengetahui apa yang diharapakan orang lain
darinya, tetapi juga apa yang diharapkan dari orang lain yang ikut bermain.

Pada tahap ketiga Sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu


mengambil peranan-peranan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat
mampu mengambil peranan generalizedothers. Individu berasal dari kata in
dan devided. Dalam bahasa inggris in salah satunya mengandung pengertian
tidak, sedangkan devide artinya terbagi. Menurut pendapat Dr. A Lysen
individu berasal dari bahasa latin individum, yang artinya tak terbagi.
Manusia lahir merupakan mahkluk individual yang makna tidak terbagi atau
tidak terpisah antara jiwa dan raga. Individu dalam tingkah laku menurut pola
pribadinya memiliki tiga kemungkinan :

a. Menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya


b. Takluk terhadap kolektif
c. Mempengaruhi masyarakat

Dalam sebuah masa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya


karena tingkalakuknya adalah hampir identik dengan tingkah laku massa
bersangkutan. Dalam hubungan ini dapat dicirikan, apabila manusia dalam
tindakan-tindakannya menjurus kepada kepentingan pribadi maka disebut
manusia sebagai makhluk individu, sebaliknya apabila tindakan-tindakannya
merupakan hubungan dengan manusia-manusia lainnya, maka manusia itu
dikatakan mahkluk sosial. Pengalaman menunjukan bahwa jika seseorang
pengabdiannya kepada diri sendiri besar, maka pengabdiannya kepada
masyarakat kecil. Sebaliknya jika seseorang pengabdianya kepada diri sendiri
kecil, maka pengabdiannya kepada masyarakat besar. Dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa yang dapat meningkatkan ciri-ciri individualitas
pada seseorang sampai ia adalah dirinya sendiri, disebut sebagai proses
individualias, atau kadang-kadang juga diberi nama proses aktualisasi diri.
Dalam perkembangannya, manusia sebagai mahkluk individu tidak
bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi yang khas dengan
corak kepribadiannya. Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi
beberapa faktor. Mengenal hal tersebut ada tiga pandangan yaitu:

a. Pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-


mata ditentukan atas dasar faktor dari dalam individu sendiri, seperti
bakat dan potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang
tuanya. Missal, jika ayahnya seniman maka sang anak akan menjadi
seniman pula.
b. Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-
mata didasarkan atas faktor lingkungan. Lingkunganlah yang akan
menentukan pertumbuhan seseorang. Pandangan ini bertolak belakang
dengan pandangan nativistik.
c. Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu
yang dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat anak
merupakan potensi yang harus disesuaikan dengan ciptakannya lingkungan
yang baik sehingga ia bisa tumbuh secara optimal. Pandangan ini
berupaya menggabungkan kedua pandangan sebelumnya.

Sebagai mahkluk individu manusia juga tidak mampu hidup sendiri,


artinya manusia juga harus hidup bermasyarakat. Adapun yang menyebabkan
manusia selalu bermasyarakat antara lain karena adanya dorongan kesatuan
biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya :

a. Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum.


b. Hasrat untuk membela diri.
c. Hasrat untuk mengadakan keturunan

Hal ini dinyatakan semenjak manusia lahir yang dinyatakan untuk


mempunyai dua keinginan pokok, yaitu:

a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.


b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
6. Akar dari Antropologi Kesehatan
a. Antropologi fisik
1) Ahli-ahli antropologi fisik, belajar dan melakukan penelitian di
sekolah-sekolah kedokteran (anatomi)
2) Ahli-ahli antropologi fisik adalah ahli antropologi kesehatan
3) Sejumlah besar ahli antropologi fisik adalah dokter Hasan dan Prasad
(1959) menyusun daftar lapangan studi antropologi kesehatan yang
meliputi :
a) Nutrisi dan pertumbuhan
b) Korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi yang luas dari
penyakit-penyakit, misal radang pada persendian tulang (arthritis),
tukak lambung (ulcer), kurang darah (anemia) dan penyakit
diabetes.
c) Underwood.
Pengaruh-pengaruh evolusi manusia serta jenis penyakit yang
berbeda-beda pada berbagai populasi yang terkena sebagai akibat
dari faktor-faktorbudaya, misal: migrasi, kolonisasi dan meluasnya
urbanisasi
d) Fiennes
Penyakit yang ditemukan dalam populasi manusia adalah suatu
konsekuensi yang khusus dari suatu cara hidup yang beradab,
dimulai dari pertanian yang menjadi dasar bagi timbulnya dan
berkembangnya pemukiman penduduk yang padat
e) Kedokteran forensik.
Suatu bidang mengenai masalah-masalah kedokteran hukum yang
mencakup identifikasi misal: umur, jenis kelamin, dan peninggalan
ras manusia yang didugamati karena unsur kejahatan serta masalah
penentuan orang tua dari seorang anak melalui tipe darah, bila
terjadi keraguan mengenai siapa yang menjadi bapaknya.
f) Dalam usaha pencegahan penyakit Penelitian mengenai penemuan
kelompok-kelompok penduduk yang memiliki risiko tinggi, yakni
orang-orang yang tubuhnya mengandung sel sabit (sickle-cell) dan
pembawa penyakit kuning (hepatitis).
B. PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

1. Pengertian Proses Sosial dan Interaksi Sosial

a. proses sosial
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat jika individu
dan kelompok sosial saling bertemu dan menetukan sistem serta bentuk-
bentuk hubungan tersebut atau apa yang terjadi apabila ada perubahan yang
menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial
dapat di artikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan
bersama atau didalam kehidupan sosial, misalnya saling mempengaruhi antara
sosial dan politik, politik dan ekonomi, ekonomi dan hukum, dan seterusnya.
Proses sosial juga dapat di artikan sebagai pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan orang perorang atau kelompok secara bersama.

b. Interaksi sosial
Secara harfiah interaksi berarti tindakan (action) yang berbalasan
antara individu atau antar kelompok. Tindakan saling mempengaruhi ini sering
kali dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol atau konsep konsep sedangkan
kata sosial bisa di artikan sebagai segala macam aspek di mana berhubungan
pada manusia serta kondisi sosial lingkungan
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis antara
individu dan invidu, individu dan kelompok, atau antara kelompok dengan
kelompok baik dalam kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian.
Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian proses
sosial dan interaksi sosial (Gunawan, 2010) :

1) Adham Nasution
Proses sosial adalah proses kelompok-kelompok dan individu-individu
saling berhubungan, yang merupakan bentuk antara aksi sosial, ialah
bentuk-bentuk yang nampak kalau kelompok-kelompok manusia atau
orang perorangan mengadakan hubungan satu sama lain. Kemudian
ditegaskan lagi, bahwa proses sosial adalah rangkaian sikap/tindakan
manusia (human actions) yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge
dan respons di dalam hubungannya satu sama lain.
2) Abu Ahmadi
Proses sosial dimaksudkan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang
dapat diamati apabila perubahan-perubahan mengganggu cara hidup yang
telah ada. Dengan konsep interaksi sosial, ia memberikan batasan proses
sosial sebagai pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di
dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan di
dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya.
3) Soerdjono Dirdjosisworo
 Proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi
kehidupan bersama. Ia kemudian memperinci pengertian rumusan ini
sebagai berikut :
a). Pengaruh timbal balik sebagai akibat hubungan timbal balik antara
individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok mengenai
berbagai aspek kehidupan manusia seperti politik, ekonomi, sosial
budaya dan keamanan.
b). Berbagai segi kehidupan tersebut adalah penerapan aspek-aspek utama
dalam kehidupan sosial yang mewarnai bahkan menentukan
perkembangan dalam kehidupan bersama.
c). Interaksi sosial sendiri diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial
timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-
orang secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang dengan kelompok-kelompok manusia.
4) Roucek dan Warren
Interaksi adalah suatu proses melalui tindak balas tiap-tiap kelompok
berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok
yang lain. Ia adalah suatu proses timbal balik, yang mana satu kelompok
dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat demikian ia
mempengaruhi tingkah laku orang lain.
5) Gillin dan Gillin
Proses-proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat
apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling
bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan
tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
2. Syarat-syarat Interaksi Sosial

a. Kontak Sosial
Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung
antara satu pihak dengan pihak yang lain. Kontak sosial secara tidak langsung
dapat terjadi karena adanya bantuan peralatan komunikasi sebagai perantara
misalnya : radio, telepon, e-mail, surat dan lain sebagainya.

b. Komunikasi Sosial
Merupakan syarat pokok lain dalam proses sosial, yang mengandung
pengertian bila suatu hubungan sosial tidak terjadi komunikasi, maka dalam
keadaan demikian tidak terjadi kontak sosial. Dengan komunikasi, maka sikap
dan pikiran disatu pihak dapat diketahui oleh pihak lain.
Pada dasarnya interaksi sosial/komunikasi sosial dapat berjalan secara
verbal dan non verbal. Untuk interaksi sosial yang non verbal dapat disebutkan
bahwa gerakan tubuh, merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan sejak
zaman manusia purba.

3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan
individu lain, atau antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan
kelompok. Bentuk-bentuk interaksi dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Proses Asosiatif
Jenis interaksi sosial yang mengarah pada persatuan dan dapat
meningkatkan hubungan solidaritas antarindividu/kelompok.klasifikasi proses
ini sebagai berikut:
1) Kerjasama
Kerjasama akan terjadi apabila orang-orang yang akan terlibat
menyadari bahwa mereka mepunyai kepentingan yang sama, pada saat
yang sama, sehingga mereka dapat mengembalikan kepentingan-
kepentingan pribadi menjadi kepentingan bersama. Pada dasarnya
kerjasama akan terjadi apabila ada keuntungan-keuntungan yang diperoleh
sebagai akibat kerjasama tadi, dibanding bekerja sendiri-sendiri. Berbagai
bentuk kerja sama sebagai berikut :
a) Koalisi
Yaitu kerja sama dua organisasi politik atau lebih untuk
mencapai tujuan yang sama dengan cara bergabung menjadi satu.
b) Kooptasi
Yaitu bentuk kerja sama yang di lakukan dengan jalan
menyepakati pimpinan yang akan di tunjuk untuk mengendalikan
jalanya organisasi atau kelompok.
c) Tawar menawar
Yaitu bentuk perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa
antara 2 pihak atau lebih.
d) Patungan
Yaitu kerja sama 2 badan usaha atau lebih untuk meraih
keuntungan dalam bidang ekonomi.
2) Akomodasi
Akomodasi terjadi bila hubungan kedua belah pihak seimbang,
masing-masing menerima nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku
atau menyelesaikan pertikaian. Bentuk- bentuk akomodasi sebagai berikut:
a) Kompromi
Yaitu persetujuan dengan dengan jalan damai untuk saling mengurangi
tuntutan.
b) Toleransi
Yaitu suatu sikap menghargai perbedaan yang ada dalam masyarakat.
c) Arbitrasi
Yaitu suatu usaha penyelesaian sengketa dengan bantuan pihak ketiga
yang di pilih oleh kedua belah pihak yang bersengketa.
d) Mediasi
Yaitu proses pengikutsertaan pihak ketiga sebagai penasihat yang
netral dalam penyelsaian suatu perselisihan.
e) Ajudikasi
Yaitu penyelesaian konflik atau perselisihan di pengadilan.
3) Alkuturasi
Proses penerimaan dan pengolahan unsure –unsure kebudayaan asing
menjadi bagian dari kebudayaan suatu kelompok tanpa menghilangkan
kepribadian atau pun cirri khas kebudayaan yang asli.
4) Asimilasi
Yaitu peleburan 2 atau lebih kebudayaan yang berbeda menjadi
satu kebudayaan tunggal yng di rasakan sebagai kebudayaan milik
bersama.
5) Amalgamasi
Yaitu meleburnya 2 kelompok budaya menjadi satu dan
melahirkan kelompok  budaya baru.
b. Disosiatif
Interaksi sosial yang mengarah pada perpecahan. Bentuk interaksi sosial
sebagai berikut :
1) Persaingan
Suatu proses sosial yang dilakukan individu atau kelompok untuk
mencari keuntungan melalui bidang bidang kehidupan tertentu.
2) Pertentangan
Suatu proses sosial ketika seorang / kelompok dengan sadar atau tidak
sadar menentang pihak lain di sertai ancaman atau kekerasan untutk
mendapat keinginan/ tujuanya.
3) Kontravensi
Usaha untuk merintangi atau menggagalkan tercapainya tujuan pihak
lain. Cara cara kontravensi berupa gangguan, fitnah, provokasi, dan
intimidasi.

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Proses Sosial dan Interaksi Sosial

a. Faktor Internal
Adapun yang menjadi dorongan dari dalam diri seseorang untuk berinteraksi
sosial meliputi hal-hal berikut :
1) Dorongan untuk meneruskan keturunan
2) Dorongan untuk memenuhi kebutuhan
3) Dorongan untuk mempertahankan kehidupan
4) Dorongan untuk berkomunikasi

b. Faktor Eksternal
1) Faktor Imitasi
Yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain,
baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya.
Imitasi pertama kali muncul di lingkungan tetangga dan lingkungan
masyarakat.
2) Faktor Sugesti
Adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang
individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti
atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.
3) Faktor Identifikasi
Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang individu untuk menjadi
sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak
hanya terjadi melalui serangkaian proses peniruan pola perilaku saja, tetapi
juga melalui proses kejiawaan yang sangat mendalam
4) Faktor Simpati
Yaitu proses kejiwaan dimana seorang individu merasa tertarik kepada
seseorang atau kelompok orang dikarenakan sikapnya, penampilannya,
wibawanya atau perbuatannya yang sedemikian rupa.
5) Faktor Motivasi
Yaitu rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu
kepada individu lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau
melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa
tanggung jawab. Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki
status yang lebih tinggi dan berwibawa.Contohnya : motivasi dari seorang
ayah kepada anaknya dan dari seorang guru kepada siswa.
6) Faktor Empati
Faktor empati mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata
perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh
yang sangat dalam (intens).
C. KELOMPOK SOSIAL MASYARAKAT

1. Pengertian Kelompok Sosial


Kelompok sosial adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan
memiliki hubungan timbal balik.

Berikut ini adalah pengertian kelompok sosial dari beberapa ahli.


a. Soerjono Soekanto
Kelompok adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup
bersama karena saling berhubungan di antara mereka secara timbal balik dan
saling mempengaruhi.
1) Horton dan Chester L. Hunt
Istilah kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan manusia yang
memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.
2) George Homans
Kelompok adalah kumpulan individu yang melakukan kegiatan,
interaksi dan memiliki perasaan untuk membentuk suatu keseluruhan yang
terorganisasi dan berhubungan secara timbal balik.
3) Hendro Puspito
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan nyata, teratur dan tetap dari
individu-individu yang melaksanakan peran-perannya secara berkaitan
guna mencapai tujuan bersama.
4) Ronald L. Warent 
Berpendapat bahwa satu kelompok sosial meliputi sejumlah manusia
yang berinteraksi dan memiliki pola interaksi yang dapat dipahami oleh
para anggotanya secara keseluruhan.
5) Mayor Polak
Kelompok sosial adalah sejumlah oarang yang saling berhubungan
dalam sebuah struktur.
6) Robert K. Merton
Mendefinisikan kelompok sebagai sekumpulan orang yang saling
berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan.

2. Ciri-ciri Kelompok Sosial


Ciri-ciri kelompok sosial tersebut adalah sebagai berikut :

Merupakan kesatuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kelompok atau kesatuan
manusia yang lain.

a. Memiliki struktur sosial


b. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya.
c. Memiliki faktor pengikat.
d. Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya.

3. Faktor pembentukan kelompok social


Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri
sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga
tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang
tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
a. Kedekatan
1). Kedekatan geografis tempat tinggal
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap
keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita
membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita
bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun
atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak
geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat,
berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan
peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan
terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi,
yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok
pertemanan.
2). Kedekatan geografis daerah asal
Ketika seseorang merantau ke suatu tempat dan bertemu dengan orang
yang sama-sama merantau dan berasal dari daerah yang sama, maka orang
tersebut merasa ada ikatan batin, meskipun semula belum saling mengenal
ketika masih di daerah asal.
b. Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan
fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi
kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki
kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat,
kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal
lain. Kesamaan kesamaan yang dimaksud antara lain :
1) Kesamaan kepentingan
Dengan adanya dasar utama adalah kesamaan kepentingan maka
kelompok sosial ini akan bekerja sama demi mencapai kepentingan yang
sama tersebut.
2) Kesamaan keturunan
Sebuah kelompok sosial yang terbentuk atas dasar persamaan
keturunan biasanya orientasinya adalah untuk menyambung tali
persaudaraan, sehingga masing-masing anggotanya akan saling
berkomitmen untuk tetap aktif dalam kelompok sosial ini untuk menjaga
tali persaudaraan agar tidak terputus.
3) Kesamaan nasib
Dengan kesamaan nasib/ pekerjaan/ profesi, maka akan terbentuk
kelompok sosial yang mewadahinya untuk meningkatkan taraf maupun
kinerja masing-masing anggotanya.

4. Tipe-tipe kelompok social


a. Klasifikasi Dhurkeim
Dhurkeim Membagi kelompok sosial menjadi dua yakni kelompok
sosial yang didasarkan pada solidaritas mekanik dan yang didasarkan kepada
solidaritas organik.

1). Solidaritas mekanik adalah ciri dari masyarakat yang masih sederhana dan
belum mengenal pembagian kerja.

2). Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang telah mengenal


pembagian kerja.

b. Klasifikasi Ferdinand Tonnies


Yaitu membedakan kelompok dalam masyarakat menjadi dua yaitu
1) Gemeinschaft
Yaitu merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi , dan exlusif,
suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir.
2) Gesselchaft.
Yaitu kehidupan publik sebagai sekumpulan orang yang secara
kebetulan hadir bersama tetapimasing-masing tetap mandiri. Gesselchaft
bersifat sementara dan semu.
c. Klasifikasi charles H.Cooley dan ellsworth farris
Menurut charles H.Cooley didalam masyarakat terdapat kelompok
primer . kelompok ini ditandai dengan pergaulan dan kerjasama tatap muka
yang intim . ruang lingkup terpenting kelompok primer adalah keluarga, teman
bermain pada masa kecil , rukun warga dan komunitas orang dewasa.
Klasifikasi kelompok juga dikemukakan oleh ellsworth farris ia
mengkritik cooley yang menurutnya hanya menjelaskan kelompok sekunder
yang formal , tidak pribadi, dan berciri kelembagaan. 
d. Klasifikasi W.G.Sumner
Sumner membagi kelompok menjadi dua yaitu in-group dan out-
group .menurut sumner dalam masyarakat primitif yang terdiri dari kelompok-
kelompok kecil dan terbesar disuatu wilayah terdapat pembagian jenis
kelompok, yaitu kelompok dalam ( in- group) dan kelompok luar (out- group).
e. Klasifikasi soerjono soekanto
Berbeda dengan dhurkeim, tonnies, colley, farris, dan sumner ,.
Soerjono soekanto membagi jenis kelompok berdasarkan enam hal yaitu:

1) Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota. Kelompok ini bisa di


klasifikasikan berdasarkan jumlah anggotanya

2) Berdasarkan kepentingan wilayah.

3) Berdasarkan derajat organisasi. Berdasarkan derajat organisasikelompok


sosial dapat berupa kelompok yang terorganisasi dengan baik sekali,
seperti negara, sampai dengan kelompok yang tak terorganisasi seperti
kerumunan.

5) Berdasarkan kesadaran terhadap jenis yang sama. Yaitu terbagi benjadi dua
yaitu: in group dan out group.

6) Berdasarkan hubungan sosial dan tujuan. Di bedakan menjadi kelompok


primer dan sekunder.

a) Kelompok primer
Yaitu  kelompok-kelompok yang saling mengenal anggotanya,
serta terdapat kerjasama yang bersifat pribadi. Syarat-syarat kelompok
primer yaitu sbb:

(1) Anggota kelompok secara fisik saling berdekatan dan terdapat


interaksi yang  intensif .
(2) Kelompok tersebut merupakan kelompok kecil, sehingga tiap
individu relatif mudah untuk berinteraksi secara langsung.
(3) Terdapat hubungan yang langgeng antar anggota yang
bersangkutan , biasanya ada hubungan darah , kekerabatan ,
ataupun pertemanan.

b) Kelompok sekunder

Adalah kelompok-kelompok yang terdiri dari banyak orang ,


hubungannya tidak harus saling mengenal secara pribadi , kurang
akrab , dan tidak begitu langgeng karna mereka berkumpul
berdasarkan kepentingan bersama.

5. Faktor dinamika kelompok sosial


Faktor yang terjadi dalam Dinamika Kelompok Sosial ini, terbagi menjadi dua
bentuk.

a. Faktor Penghambat Dinamika Kelompok


Faktor yang dapat menajdi penghabat atau pencegah dinamika kelompok
sosial, antar lain adalah sebagai berikut;
1) Terjadi isolasi.
2) Terdapat keinginan untuk mempertahankan keadaan.
3) Terdapat tradisi yang mengikat
b. Faktor Pendorong Dinamika Kelompok Sosial
Faktor pendorong yang terdapat dalam dinamika kelompok sosial, antara
lain adalah sebagai berikut;
1) Terdapat keinginan anggota kelompok untuk melakukan perubahan.
2) Terjadi pergantian anggota kelompok.
3) Terjadi konflik antaranggota kelompok.
4) Terjadi perubahan lingkungan sosial.
6. Contoh Dinamika Kelompok Sosial dalam Masyarakat
Contoh yang bisa diambil dalam dinamika kelompok sosial masyarakat,
misalnya saja dalam kehidupan sehari-hari, khususnya masyarakat Indonesia yang
banyak memberikan pandangan kepada masyarakat di Papua dengan tipikal yang
keras dan tertinggal. Keras dalam artian dalam pergaulan dan tatacara dalam
berbicaranya.

Kondisi seperti ini adalah bagian daripada dinamika dalam kelompok sosial


masyarakat. Padahal belum tentu masyarakat yang berasal dari Papua tertinggal
dan tata bicaranya keras. Pandangan ini sejatinya per;u untuk diingakan sebagai
wujud integrasi sosial dan juga wujud diskriminasi kepada kelompok-kelompok
tertentu.

Contoh lain, dalam segi agama. Sebagian golongan melihat bahwa adanya
Organisasi NU (Nahdalutul Ulama) sebagai organisasi yang membeli agama lain
daripada membela agamanya sendiri, bahkan ada sejumlah pandangan dan
perkataan bahwa “Banser (Banom NU) lebih menjaga Geraja daripada Menjaga
Masjid”. Padangan seprti ini juga bisa dikatakan sebagai dinamika kelompok
sosial yang merugikan dan dapat mengikis integrasi sosial dalam kehidupan
bermasyarakat.

D. LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT


1. Pengertian
Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial adalah perbedaan individu atau
kelompok dalam masyarakat yang menempatkan seseorang pada kelas-kelas sosial
sosial yang berbeda-beda secara hierarki dan memberikan hak serta kewajiban
yang berbeda-beda pula antara individu pada suatu lapisan sosial lainnya.
Menurut Pitirim A.Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat. Pitirim A.Sorokin
juga mengatakan bahwa lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap
dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur. Lapisan-lapisan kelas secara
bertingkat dapat di bedakan menjadi tiga unsur, yaitu kelas atas, menengah, dan
kelas bawah. Golongan yang berada dalam kelas atas adalah golongan yang
memiliki banyak uang, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan.
2. Dasar Lapisan masyarakat
Kriteria-kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan adalah:

a. Ukuran kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam
lapisan teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah, mobil
pribadi, cara berpakaian, dan sebagainya.
b. ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan paling atas.
Misalnya saja presiden, menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten,
hingga ketua RT.
c. Ukuran kehormatan        
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional
karena mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada
masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi
luhur.
d. Ukuran ilmu pengetahuan          
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat
yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu
pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial
masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya
terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang
disandang oleh seseorang. Misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor
ataupun gelar professional seperti professor.
3. Bentuk Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria
a. Bentuk Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik
Status sosial yang berdasarkan kriteria politik merupakan pengelompokkan
lapisan masyarakat yang berdasarkan atas tingkat kekuasaan yang dimiliki
oleh suatu individu atau kelompok. Semakin besar kekuasaan individu atau
kelompok tersebut, maka akan semakin tinggi pula statusnya di tengah –
tengah kehidupan masyarakat. Pengertian dasar dari kekuasaan merupakan
suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok untuk
mempengaruhi pihak lain agar mengikuti kehendak atau kemauan dari
individu atau kelompok tersebut.
Ada berbagai jenis bentuk – bentuk kekuasaan, akan tetapi dari berbagai
macam jenis kekuasaan tersebut terdapat satu pola umum yang dapat ditemui
dalam bentuk – bentuk kekuasaan. Pola tersebut merupakan sistem – sistem
kekuasaan yang selalu menyesuaikan diri dengan adat istiadat dan pola
perilaku yang ada didalam kehidupan masyarakat. Pelapisan dalam
masyarakat berdasarkan kriteria politik berarti pembedaan penduduk atau
warga menurut pembagian kuasa. Dalam stratifikasi politik menghasilkan dua
kelas yakni kelas penguasa, dan kelas yang dikuasai. Seringkali dibalik tujuan
ini para penguasa memanfaatkan pemikiran utnuk mencegah dampak masalah
sosial yang bersifat negatif dengan melakukan sistem yang bisa dikatakan
mengekang masyarakatnya.
b. Bentuk Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi dapat dilihat dari segi
pendapatannya, kekayaan dan juga pekerjaan suatu individu ataupun
kelompok. Dalam hal ini faktor yang menentukan lapisan tingkat sosial dalam
individu/ kelompok dalam suatu masyarakat didasarkan pada tingkat ekonomi
individu/ kelompok tersebut. Dengan kata lain individu/ kelompok yang
mampu memperoleh kekayaan ekonomi dalam jumlah besar biasanya akan
menduduki lapisan teratas, dan sebaliknya bagi  mereka yang tidak berhasil
dalam mengumpulkan jumlah kekayaan ekonomi seperti pada tingkatan
diatasnya akan seringkali menempati lapisan bagian bawah, dan beberapa
variasinya sebagai berikut:
1) Variasi – variasi dari potensi dan kesempatan yang berbeda – beda pada
tiap individual ataupun kelompok tertentu akan memunculkan kelas –
kelas ekonomi yang berbeda.
2) Seperti yang disebutkan sebelumnya tolak ukur ekonomi biasanya
ditentukan oleh seberapa banyak seseorang memiliki pendapatan atau
kekayaan dari individu/ kelompok tersebut.
3) Secara garis besar terdapat tiga lapisan masyarakat bila dipandang dari
sudut ekonomi, yakni kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah.
4) Masyarakat kelas atas merupakan kelompok orang – orang kaya yang
dipenuhi dengan kemewahan.
5) Masyarakat kelas menengah merupakan kelompok orang – orang yang
secara ekonomi hidup dengan berkecukupan.
6) Sedangkan masyarakat kelas bawah merupakan kelompok orang – orang
yang hidup dalam kekurangan  dari segi ekonomi.

Contoh dari bentuk stratifikasi sosial pada kehidupan sehari – hari dapat
dilihat pada lingkungan sekitar kita. Golongan masyarakat yang menduduki
lapisan atas dalam stratifikasi ekonomi, misalnya pengusaha besar, pejabat,
dan pekerja profesional yang memiliki penghasilan besar. Golongan
menengah biasanya ditempati oleh para karyawan, pekerja, dan buruh.
Sementara itu golongan yang menduduki lapisan sosial paling bawah antara
lain gelandangan, pengemis, pemulung, dan buruh tani. Stratitifikasi ekonomi
bersifat terbuka karena biasanya individu/ kelompok yang disebutkan
sebelumnya dapat mengalami perubahan dalam status ekonomi mereka.
Biasanya yang menentukan ini adalah faktor pendorong mobilitas sosial.

c. Bentuk Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial


Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial merupakan
pengelompokkan individu/ kelompok dalam masyarakat berdasarkan status
sosial yang dimiliki oleh individu/ kelompok tersebut didalam kehidupan
bermasyarakat. Status sosial merupakan kedudukan yang dimiliki oleh
seseorang dalam suatu pola interaksi sosial tertentu, dan hubungan pelapisan
sosial sebagai berikut:
1) Pelapisan sosial jenis ini berhubungan dengan status atau kedudukan
seseorang dalam masyarakat. Menurut Max Weber salah seorang
sosiologis ternama, manusia dikelompokkan dalam kelompok – kelompok
yang memiliki status berdasarkan atas ukuran kehormatan.
2) Kelompok status ini, didefinisikan olehnya sebagai suatu kelompok yang
para anggotanya memiliki gaya hidup tertentu dan juga mempunyai tingkat
penghargaan serta kehormatan sosial tertentu.
3) Pembagian pelapisan pada kriteria sosial maksudnya adalah stratifikasi,
antara lain dalam arti kasta, pendidikan, dan jenis pekerjaan.
4. Karakteristik stratifikasi social
Stratifikasi sosial lebih berkenaan mengenai adanya dua atau lebih kelompok-
kelompok bertingkat dalam suatu masyarakat tertentu, yang anggota-anggotanya
mempunyai kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise yang tidak sama pula. Inti
dari stratifikasi sosial adalah perbedaan akses golongan satu dengan akses
golongan masyarakat lain dalam memanfaatkan sumber daya. Jadi, dalam
stratifikasi sosial, tingkat kekuasaan, hak istimewa dan prestise individu
tergantung pada keanggotaannya dalam kelompok sosial, bukan pada karakteristik
personalnya.
Secara rinci, ada tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial,
yaitu:

a. Perbedaan dalam kemampuan atau kesanggupan.


b. Perbedaan dalam gaya hidup
c. Perbedaan dalam hal akses dalam memanfaatkan sumber daya.

5. Unsur-unsur lapisan masyarakat


a. Kedudukan (status), masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam
kedudukan , yaitu Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam
masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan
kemampuan. Kedudukan tersebut memperoleh karena kelahiran. Achieved
status adalah kedudukan yang di capai oleh seseorang dengan usaha-usaha
yang di sengaja. Kedudukan ini tidak diproleh atas dasar kelahiran. Akan
tetapi, bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung pada kemampuan masing-
masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap
orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu.
b. Peranan ( role ) merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukanya,
dia menjalankan suatu peranan. Peranan meliputi norma-norma yang
dihubungkan.
6. Dimensi stratifikasi sosial
1. Dimensi pemilikan kekayaan. contoh berdasarkan pemilikan sawah shg ada
wong sugih dan wong cilik
2. Dimensi distribusi sumber daya. contoh strata tuan tanah, strata petani bebas,
strata pedagang
3. Dimensi modernisasi. contoh berdasarlan gaya hidup
7. Terjadinya lapisan masyarakat
Lapisan dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses
pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama.
Selain itu faktor yang dapat menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan
sendirinya adalah kepandaian, usia, system kekerabatan, dan harta dalam batas
tertentu.
8. Sifat sistem lapisan masyarakat
Menurut Soekanto, S., dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi
system pelapisan sosial tertutup, system pelapisan terbuka dan system pelapisan
sosial campuran.
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi di mana anggota dari setiap strata
sulit mengadakan mobilitas vertical. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat
terbatas pada mobilitas horizontal saja. Contohnya, system kasta, kaum sudra
tidak bisa naik dan pindah posisi ke lapisan brahmana. Rasialis, kulit hitam
(negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan ke posisi
kulit putih. Feodal, kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.
b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar, di
mana setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik
vertical maupun horizontal. Contoh, seseorang miskin karena usahanya bisa
menjadi kaya, atau sebaliknya seorang yang tidak memiliki pendidikan akan
dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.
c. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi
tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai
kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi
buruh, ia memperoleh kedudukan rendah maka ia harus menyesuaikan diri
dengan aturan kelompok masyarakat yang ada di Jakarta.
E. NORMA-NORMA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
1. Pengertian Norma

Norma ialah suatu pedoman perilaku untuk menjalankan kehidupan bersama-


sama dalam sebuah kelompok masyarakat.Norma bisa juga diartikan sebagai
sebuah petunjuk aturan patokan perilaku yang dibenarkan dan yang pantas
dilakukan saat menjalani suatu interaksi sosial dalam kelompok masyarakat
tertentu. Perbedaan yang mendasar mengenai nilai dengan norma sosial ialah jika
norma sosial terdapat sanksi sosial(penghargaan ataupun hukuman) untuk orang
yang mematuhi atau yang melanggar norma.

Berikut Ini Merupakan Pengertian Norma menurut Para Ahli.

a. John J. Macionis
Menurut John J. Macionis menyatakan bahwa Norma ialah sebuah aturan-
aturan dan harapan-harapan masyarakat yang memandu sebuah perilaku
anggota-anggotanya.
b. Ultrecht
Menurut E. Ultrecht menyatakan bahwa Norma ialah segala himpunan sebuah
petunjuk hidup yang mengatur berbagai suatu tata tertib dalam suatu
masyarakat atau bangsa yang mana peraturan itu diwajibkan untuk ditaati oleh
setiap masyarakat, jika ada yang melanggar maka akan ada tindakan dari
pemerintah.
c. Robert Mz. Lawang
Menurut Robert Mz. Lawang Norma ialah suatu gambaran yang mengenai apa
yang diinginkan baik dan pantas sehingga menjadi sejumlah anggapan yang
baik dan perlu dihargai seharusnya.
d. Ridwan Halim
Menurut A. Ridwan Halim menyatakan bahwa Norma ialah segala peraturan
baik tertulis ataupun tidak yang pada intinya merupakan suatu peraturan yang
berlaku untuk sebagai acuan atau pedoman yang harus dipatuhi oleh setiap
individu dalam masyarakat.
e. Bagja Waluya
Menurut Bagja Waluya menyatakan bahwa Norma ialah suatu wujud konkret
dari nilai yang merupakan pedoman, yakni yang berisikan suatu keharusan bagi
individu atau masyarakat dalam berperilaku.
f. Robert P. Lamm
Menurut Robert P. Lamm menyatakan bahwa Norma ialah suatu standar dari
sebuah perilaku lurus yang dipelihara oleh setiap masyarakat.
2. Pengertian moral
Moral adalah suatu hukum perilaku yang diterapkan kepada setiap individu dalam
bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa hormat dan menghormati
antar sesama.
Agar lebih memahami apa itu moral, maka kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:
a. Maria Assumpta
Menurut Maria Assumpta, pengertian moral adalah aturan aturan (rule)
mengenai sikap (attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai
manusia.
b. Russel Swanburg
Menurut Russel Swanburg, arti moral adalah suatu pernyataan dari
pemikiran yang berhubungan dengan keantusiasan seseorang dalam bekerja
dimana hal itu dapat merangsang perilaku seseorang tersebut.
c. Elizabeth B. Hurlock
Menurut Elizabeth B. Hurlock, pengertian moral adalah suatu
kebiasaan, tata cara, dan adat dari suatu peraturan perilaku yang telah menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya dalam masyarkat.
d. Maria J. Wantah
Menurut Maria J Wantah, pengertian moral adalah sesuatu yang
berhubungan dengan kemampuan dalam menentukkan benar atau salah serta
baik atau buruknya suatu perilaku pada diri seseorang
e. Imam Sukardi
Menurut Imam Sukardi, pengertian moral adalah karakter yang
dicirikan sebagai sesuatu yang baik dalam masyarakat melalui nilai-nilai yang
diterapkan bersama.
f. Sonny Keraf
Menurut Sonny Keraf, moral adalah sesuatu yang dapat dipakai
sebagai dasar untuk menentukan tindakan seseorang yang dianggap baik atau
buruk di dalam suatu masyarakat.

3. Pengertian etika
Etika adalah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas standar moral dan penilaian.Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab.St. John dari Damaskus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika dalam studi
filsafat praktis.

Berikut ini Merupakan Pengertian Etika Menurut Para Ahli.

1. Menurut K. Bertens
Etika adalah nilai-nila dan norma-norma moral, yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur perilaku.

2. Menurut W. J. S. Poerwadarminto
Etika merupakan studi tentang prinsip-prinsip moralitas (moral).

3. Menurut Prof. DR. Franz Magnis Suseno


Etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang memberikan arah dan
pijakan dalam tindakan manusia.

4. Menurut Ramali dan Pamuncak


Etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam profesi.

5. Menurut H. A. Mustafa
Etika adalah ilmu yang menyelidiki, yang baik dan yang buruk untuk
mengamati tindakan manusia sejauh bisa diketahui oleh pikiran.

4. Macam-macam norma
a. Norma Agama
Norma agama ialah suatu peraturan sosial sifatnya mutlak dikarenakan
berasal dari Tuhan.Norma agama ini berasal dari ajaran agama dan berasal
dari kepercayaan-kepercayaan yang lainnya.

Contoh-Contoh Norma Agama

1) Melaksanakan perintah perintah Tuhan


2) Menjauhi larangan-larangan agama
3) Berbuat baik kepada sesame

b. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan ialah suatu peraturan sosial asalnya dari hati nurani
yang akan menghasilkan akhlak. Dari adanya norma kesusilaan, seseorang
bisa membedakan baik dan buruk. Pelanggaran dari norma kesusilaan
berdampak atau berakibat dari sanksi yang sifatnya akan dikucilkan secara
fisik mapun secara batin.

Contoh-Contoh Norma Kesusilaan

1) Tidak melakukan perzinaan


2) Tidak melakukan korupsi
3) Selalu enghormati orang lain terutama orang tua
4) Mempunyai sikap jujur dan adil dalam masyarakat
5) Tidak menfitnah orang lain
6) Selalu menolong orang lain
c. Norma Kesopanan
Norma kesopanan merupakan suatu peraturan sosial yang mengarah
pada suatu tingkah laku wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Yang
melanggar norma ini akan mendapatkan celaan, kritik, dan pengucilan.

Contoh-Contoh Norma Kesopanan

1) Tidak meludah disembarang tempat


2) Pada saat memberi atau menerima makanan harus dengan tangan kanan
3) Saat makan jangan sambil berbicara
4) Dalam bersikap dan bersifat rukun dengan siapa saja
d. Norma Kebiasaan
Norma kebiasaan ialah sekumpulan sebuah peraturan sosial yang
dibentuk secara sadar atau tidak yang berisi mengenai seuah petunjuk akan
perilaku secara terus-menerus yang sehingga menjadi kebiasaan individu.
Yang melanggar norma ini akan mendapatkan hukuman berupa sanksi celaan,
kritik dan pengucilan.

Contoh-Contoh Norma Kebiasaan

1) Pada saat berlibur hendaknya membawa oleh oleh


2) Selalu mencuci tangan sebelum makan
3) Selalu membaca doa sebelum melakukan sesuatu
4) Selalu menggosok gigi setelah makan
5) Selalu mandi dengan teratur
e. Norma Hukum
Norma hukum ialah suatu aturan sosial yang dibuat oleh suatu
lembaga-lembaga tertentu, seperti pemerintah yang sifatnya tegas, memaksa
untuk berperilaku sesuai dengan aturan tersebut. Pelanggaran norma hukum
ini akan mendapatkan sanksi yag berupa denda atau hukuman fisik.

Contoh-Contoh Norma Hukum

1) Kewajiban harus membayar pajak


2) Menanti dalam berlalu lintas
3) Menyeberang jalan dengan melaui jembatan penyeberangan
4) Dilarang mengganggu ketertiban umum
5) Tidak melakukan kejahatan
6) Semua norma-norma yang ada harus ditaati dan dilaksanakan
7) agar dilingkungan masyarakat menjadi tertib dan aman.
5. Arti Penting Norma
Aturan dalam masyarakat memiliki arti yang sangat penting bagi terciptanya
ketertiban dan keharmonisan masyarakat.Norma dalam masyarakat terbentuk
karena ada berbagai perbedaan individu. Sebagai mahluk individu, manusia
memiliki kepribadian, kepentingan, keinginan, tujuan hidup yang berbeda satu
dengan yang lain. Agar segala perbedaan tersebut tidak menimbulkan perpecahan,
ketidaktertiban dalam masyarakat, maka dibuatlah peraturan atau norma. Fungsi
aturan dalam masyarakat antara lain:
a. Pedoman dalam bertingkah laku. Norma memuat aturan tingkah laku
masyarakat dalam pergaulan sosial.
b. Menjaga kerukunan anggota masyarakat. Norma mengatur agar perbedaan
dalam masyarakat tidak menimbulkan kekacuan atau ketidaktertiban.
c. Sistem pengendalian sosial. Tingkah laku anggota masyarakat diawasi dan
dikendalikan oleh aturan yang berlaku.
Dalam kehidupan sosial, pastilah ada norma yang mengatur kehidupan
tersebut. Sebagai makhluk sosial, manusia lahir, berkembang, dan meninggal
dunia dalam masyarakat.Setiap individu berinteraksi dengan individu atau
kelompok lainnya.
Dalam hidup bernegara diatur dengan norma hukum yang berbeda dengan
norma-norma lainya. Persamaannya adalah norma-norma tersebut mengatur tata
tertib dalam masyarakat, sedangkan perbedaannya terletak pada sanksinya. Dalam
kehidupan bernegara, norma hukum memiliki peranan yang lebih besar karena
mengikat dan memaksa seluruh warga negara dan para penyelenggara negara.

Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah
negara hukum”.

1) Negara hukum adalah negara yang mendasarkan segala sesuatu, baik tindakan
maupun pembentukan lembaga negara pada hukum tertulis atau tidak tertulis.

2) Menurut A.V. Dicey, negara hukum mengandung tiga unsur berikut ini.

a) Supremacy of law. Dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan


sehingga seseorang warga boleh dihukum jika melanggar hukum.
b) Equality before of law. Setiap orang sama di depan hukum tanpa melihat
status dan kedudukannya, baik bagi rakyat maupun pejabat.
c) Human rights. Diakui dan dijaminnya hak-hak asasi manusia dalam
undang-undang atau keputusan pengadilan.

3) Jaminan UUD 1945 bahwa Indonesia sebagai negara hukum dapat ditemukan
dalam UUD 1945.

a) Pasal 1 ayat (3) tentang Indonesia sebagai negara hukum.


b) Pasal 27 ayat (1) tentang prinsip equality before of law dan pasal lain yang
disertai dengan kata undang-undang, seperti Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 4
ayat (1).
Sebagai negara hukum, tentu bangsa Indonesia menerapkan aturan hukum
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Hukum memiliki sifat memaksa dan mengatur. Oleh karena itu, norma hukum
lebih ditaati oleh masyarakat daripada norma lainnya. Hukum dapat memaksa
seseorang untuk menaati tata tertib yang berlaku di dalam masyarakat dan
terhadap orang yang tidak mentaatinya diberikan sanksi yang tegas. Suatu
ketentuan hukum mempunyai yaitu tugas untuk :
a) menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarakat.

b) menjamin ketertiban, ketentraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran,


kebahagiaan, dan kebenaran; serta.

c) menjaga agar tidak terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam kehidupan
masyarakat.

6. Hakikat norma-norma,
Kedudukan manusia sebagai makhluk monodualis memberikan konsekuansi
untuk berhubungan (berinteraksi) dengan sesamanya.Dalam malakukan hubungan
tersebut tentun harus ada aturan-aturan yang menjadi pedoman agar dapat berjalan
dengan baik.Norma dipandang sebagai rambu-rambu yang dipakai seseorang
dalam masyarakat. Keberadaan norma sebagai suatu aturan, digunakan agar
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menjadi tertib dan harmonis.
a. Isi dan Kegunaan Norma
Kansil (1986:82) menyatakan bahwa berdasarkan isinya norma
berwujud dalam sebuah perintah dan larangan. Perintah diartikan sebagai
kaharusan yang harus dilaksanakan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh
karena akibat-akibatnya dipandang baik.Larangan merupakan keharusan bagi
seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang
tidak baik.
Guna norma adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia
bagaimana seseorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-
perbuatan mana yang harus dijalankan dan perbuatan-perbuatan mana yang
harus dihindari.

7. Hubungan Antar Norma


Kehidupan manusia dalam bermasyarakat, selain diatur oleh hukum juga
diatur oleh norma-norma agama, kesusilaan, dan kesopanan, serta kaidah-kaidah
lainnya.Kaidah-kaidah sosial itu mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota
masyarakat di mana kaidah itu berlaku.
Hubungan antara hukum dan kaidah-kaidah social lainnya itu saling
mengisi.Artinya kaidah sosial mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat
dalam hal-hal hukum tidak mengaturnya.Selain saling mengisi, juga saling
memperkuat.Suatu kaidah hukum, misalnya “kamu tidak boleh membunuh”
diperkuat oleh kaidah sosial lainnya. Kaidah agama, kesusilaan, dan adat juga
berisi suruhan yang sama. Dengan demikian, tanpa adanya kaidah hukum pun
dalam masyarakat sudah ada larangan untuk membunuh sesamanya. Hal yang
sama juga berlaku untuk “pencurian”, “penipuan”, dan lain-lain pelanggaran
hukum.
Hubungan antara norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum yang tidak
dapat dipisahkan itu dibedakan karena masing-masing memiliki sumber yang
berlainan. Norma Agama sumbernya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.Norma kesusilaan sumbernya suara hati (insan kamil). Norma kesopanan
sumbernya keyakinan masyarakat yang bersangkutan dan norma hukum
sumbernya peraturan perundang-undangan.
F. TRANSKULTURAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
1. Pengertian Keperawatan Transkultural Nursing
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (leininger, 2002)
2. Keperawatan Transkultural
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional dan merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, bentuk
pelayanan bio-psiko-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat (Lokakarya Nasional,1983).
Keperawatan didefinisikan sebagai diagnosis dan tidakan terhadap respons
manusia pada masalah kesehatan aktual atau professional dan situasi kehidupan
(Nusing: A Social Policy Statement, 1985;NANDA,1990).
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah
yang berorientasi pada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan
pengetahuan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan
pelayanan kepada klien. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan yang
bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standar
pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat
professional secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Peran perawat adalah melaksanakan pelayanan keperawatan dalam suatu
sistem pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah yang
berlandaskan pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah, yaitu:
e. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab dalam mengelola
asuhan keperawatan.
f. Berperan aktif dalam kegiatan penelitian di bidang keperawatan dan
menggunakan hasil dari teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan atau asuhan keperawatan.
g. Berperan aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk
hidup sehat.
h. Mengembangkan diri terus menerus untuk meningkatkan kemampuan
professional.
i. Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan
etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya. Berfungsi sebagai anggota
masyarakat yang berperan aktif, reproduktif, terbuka untuk menerima
perubahan serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan perannya.

Dibawah ini peran perawat secara umum, yaitu:


1) Meyakinkan bahwa perusahaan memenuhi peraturan perundang-undangan.
2) Mengembangkan program surveillance kesehatan.
3) Melakukan konseling.
4) Melakukan koordinasi untuk kegiatan promosi kesehatan dan fitness.
5) Melakukan penilaian bahaya potensial kesehatan dan keselamatan di
tempat kerja.
6) Mengelola piñatalaksanaan akibat kerja dan pertolongan pertama pada
kecelakaan serta masalah primer di perusahaan
7) Melaksanakan evaluasi kesehatan dan kecelakaan kerja.
8) Konsultasi dengan pihak manajemen dan pihak lain yang diperlukan.
9) Mengelola pelayanan kesehatan, termasuk merencanakan,
mengembangkan dan menganalisa program, pembiayaan, staffing serta
administrasi umum.
Selain itu, peran perawat menurut konsirsium ilmu kesehatan tahun 1989,
terdiri dari:
1) Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
2) Peran perawat sebagai advokat klien
3) Peran perawat sebagai edukator
4) Peran perawat sebagai koordinator
5) Peran perawat sebagai kolaborator
6) Peran perawat sebagai konsultan
7) Peran perawat sebagai pembaruan

Anda mungkin juga menyukai