Disusun oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Beserta junjungan Nabi
besar kita Nabi Muhammad SAW, Dan para sahabat yang senantiasa dalam rahmat
dan karunia-Nya,Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan tujuan
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sosiologi.
Dalam makalah ini, membahas tentang ‘’Stratifikasi sosial dan masyarakat’’, Kami
ucapkan terima kasih kepada kerabat dekat yang sudah membantu dalam penyelesaian
tugas kelompok ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dari semua perbedaan kehidupan pada manusia,satu bentuk-bentuk
kehidupan manusia yang sangat terlihat adalah kejadian-kejadian stratifikasi
sosial.Perbedaan yang terjadi ini tidak terjadi begitu saja.
Namun melewati suatu tahapan wujud kehidupan (baik berwujud
gagasan,standar,nilai,kegiatan sosial atau material) yang akan berada pada
masyarakat dikarenakan masyarakat beranggapan wujud kehidupan tersebut
baik,benar serta bermanfaat bagi masyarakat,stratifikasi sosial selalu hidup
pada bagian manusia.akan tetapi perwujudan bisa berubah-ubah,hal tersebut
ditentukan seperti apa yang ia tempatkan.
Secara umum stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai penggolongan
masyarakat ke dalam kelas-kelas yang disusun bertingkat.Gejala
penggolongan masyarakat yang bersifat hierarki vertikal berakibat timbulnya
kelas-kelas sosial sehingga muncullah istilah kelas sosial atas (upper class),
kelas sosial menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class).
Stratifikasi sosial terjadi karena ada sesuatu yang dihargai dalam
masyarakat.Setiap masyarakat akan selalu mempunyai penghargaan tertentu
terhadap hal-hal tertentu.Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal
itu,akan menempatkan individu yang memilikinya pada kedudukan yang lebih
tinggi juga.Apabila suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan maka
mereka yang lebih banyak memiliki kekayaan materil akan menempati
kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pihak pihak lain.Oleh
karena itu gejala tersebutlah yang menimbulkan adanya lapisan sosial dalam
masyarakat,yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok
dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian dari Strafikasi sosial dan Masyarakat?
2. Apa itu Faktor faktor Stratifikasi sosial?
3. Ada berapa Bentuk Stratifikasi sosial?
4. Apa saja dampak Stratifikasi sosial?
5. Bagaimana Upaya mengatasi Stratifikasi sosial?
C. TUJUAN PENULIS
1. Mengetahui pengertian dari Stratifikasi Sosial
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Faktor faktor Stratifikasi sosial
3. Mengetahui beberapa bentuk Stratifikasi Sosial
4. Mengetahui Dampak dari Stratifikasi Sosial
5. Mengetahui bagaimana cara mengatasi Stratifikasi sosial
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Max Weber
Weber mengemukakan konsep "kelas sosial" sebagai salah satu dimensi
stratifikasi sosial. Menurutnya, kelas sosial didasarkan pada perbedaan dalam
kepemilikan sumber daya ekonomi (kekayaan), kekuasaan politik, dan status
sosial. Weber juga mengakui adanya "status" sebagai dimensi stratifikasi
sosial yang melibatkan perbedaan dalam pengakuan sosial dan penghargaan
terhadap seseorang dalam masyarakat.
2. Karl Marx
Marx mengartikan stratifikasi sosial dari perspektif konflik kelas. Bagi Marx,
masyarakat terbagi menjadi dua kelas utama, yaitu pemilik modal (kelas
borjuis) dan pekerja (kelas proletar). Menurutnya, konflik antara kelas borjuis
dan proletar merupakan karakteristik utama stratifikasi sosial dalam
masyarakat
3. Emile Durkheim
Durkheim memandang stratifikasi sosial sebagai hasil dari spesialisasi
pekerjaan dalam masyarakat modern. Menurutnya, masyarakat dibagi menjadi
berbagai tugas atau peran yang saling bergantung, dan perbedaan dalam
spesialisasi pekerjaan ini mengarah pada stratifikasi sosial.
5
4. Pierre Bourdieu:
Bourdieu mengembangkan konsep "kapital" sosial, ekonomi, dan budaya
dalam konteks stratifikasi sosial. la berpendapat bahwa individu dan
berdasarkan kuantitas dan kualitas kelompok dapat memperoleh keuntungan
atau keuntungan sosial kapital yang mereka miliki.
a. Kekayaan
Memiliki sesuatu itu sangatlah penting dalan kehidupan dan barang siapa
memiliki kekayaan (berupa kepemilikan benda-benda berharga atau aset
produksi) paling banyak ia miliki, maka ia akan berada di posisi paling atas,
kekayaan tersebut bisa kita lihat secara nyata dari bentuk rumah, tipe kendaraan
pribadi, gaya berpakaian, jenis bahan yang dipakai, kebiasaan atau cara
berbelanja, dan lain sebagainya.
b. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan seseorang dengan
sesuka hatinya. kekuasaan biasanya terlihat dari kepemilikan. Seperti orang kaya
yang banyak aset produksi dan memiliki kekuasan untuk menentukan banyak hal.
Kekuasaan juga bisa bersumber dari keturunan.
c. Kehormatan
Ukuran kehormatan ini terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan. Ukuran semacam
ini biasanya hidup pada bentuk-bentuk masyarakat yang masih tradisional, orang-
orang yang bersangkutan adalah individu yang dianggap atau pernah berjasa
besar dalam masyarakat atau orang-orang yang paling dihormati atau yang
disegani.
d. Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan ini biasanya dipakai oleh masyarakat-masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Akan tetapi ada kalanya ukuran tersebut menyebabkan akibat-
akibat yang negatif, bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan
landasan,akan tetapi gelar kesarjanaannya sudah tentu hal ini mengakibatkan
segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut, walau melalui
mekanisme yang tidak benar.
e. Keturunan
Dalam masyarakat feodal anggota masyarakat yang berasal dari keluarga raja
atau kaum bangsawan akan menempati lapisan atas. Keturunan masih berlaku di
dalam lingkup masyrakat bangsawan, yang masih memegang kekuasaan
walaupun masih bersifat simbolis.Adapun keturunan rakyat jelata berada pada
lapisan bawah.1
1
Saefullah, A. (2019). Teori-Teori Sosiologi Kelas, Stratifikasi, dan Gerakan Sosial. Prenadamedia Group.
6
C. BENTUK STRATIFIKASI SOSIAL
Bentuk stratifikasi sosial meliputi stratifikasi ekonomi stratifikasi status
sosial dan stratifikasi kekuasaan. Secara garis besar stratifikasi sosial merupakan
suatu perbedaan dalam masyarakat.2 Di mana di dalamnya terdapat 3 bentuk
stratifikasi sosial yaitu:
a. Sistem kasta
Sistem kasta ini termasuk kepada stratifikasi ekonomi yang merupakan suatu
kondisi di mana seseorang berada pada status sosial tertentu yang didasarkan
karena perbedaan ekonomi atau pada garis keturunannya. Kelompok yang
memiliki kekayaan yang lebih banyak cenderung diposisikan pada kasta tertinggi
dalam stratifikasi sosial, sementara kelompok yang kurang beruntung secara
ekonomi cenderung ditempatkan pada posisi yang lebih rendah.
b. Sistem kelas
sistem kelas ini termasuk ke dalam stratifikasi sosial yaitu terdiri atas
sekumpulan orang yang mempunyai status yang sama dengan parameter strata
dari kekayaan yang dimilikinya pendidikan pendapatan dan pekerjaan sistem
kelas dapat dikatakan sebagai stratifikasi yang terbuka. Kelompok yang memiliki
pekerjaan yang dihormati atau pendidikan yang tinggi, cenderung ditempatkan
pada posisi yang lebih tinggi dalam stratifikasi sosial. Namun Setiap orang
berhak memiliki kedudukan atau status yang yang lebih baik sesuai dengan
keinginan sendiri. 3
c. Sistem meritokrasi
sistem meritokrasi ini adalah mereka percaya bahwa strata dapat diperoleh
melalui kerja keras suatu individu atau usahaa yang dilakukannya. Bentuk dari
meritokrasi ini juga bersifat terbuka karena selama individu tersebut mau
berusaha maka individu tersebut dapat berpindah status sesuai apa yg di
kehendakinya.
2
Haris, S. (2015). Dinamika Stratifikasi Sosial di Indonesia. Rajawali Pers.
3
Suryanto, D., & Fajar, S. (2018). "Sosiologi Kelas dan Stratifikasi Sosial." Jakarta: RajaGrafindo Persada.
7
dan peluang dapat menyebabkan konflik antar kelompok, ketidakstabilan sosial,
dan bahkan kerusuhan sosial.
c. Mobilitas Sosial: Stratifikasi sosial juga dapat memengaruhi mobilitas sosial,
yaitu kemampuan individu atau kelompok untuk bergerak naik atau turun dalam
hierarki sosial. Jika stratifikasi sosial sangat kaku dan tidak memberikan
kesempatan mobilitas sosial yang adil, dapat terjadi ketidakmampuan bagi
individu atau kelompok untuk meningkatkan status sosial mereka, yang dapat
mengurangi motivasi dan harapan dalam masyarakat.
d. Pola Perilaku dan Identitas: Stratifikasi sosial dapat mempengaruhi pola perilaku
dan identitas individu atau kelompok dalam masyarakat. Individu atau kelompok
yang berada pada kelas bawah dalam stratifikasi sosial mungkin mengalami
stigmatisme, merasa kurang dihargai, atau menghadapi diskriminasi, yang dapat
mempengaruhi cara mereka berperilaku dan membentuk identitas mereka.
8
dapat membantu mengurangi kesenjangan ekonomi dan mengurangi ketimpangan
sosial. Ini dapat dilakukan melalui program pemberdayaan ekonomi, pelatihan
kerja, dan akses ke modal usaha.4
4 Widiyanto, H. (2018). Ekonomi, Pembangunan, dan Stratifikasi Sosial di Indonesia. PT Pustaka Mandiri.
9
terhadap diskriminasi sistematis oleh masyarakat Hindu. Agama menjadi
sumber kekuatan spiritual dan persatuan dalam menghadapi tantangan sosial
dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat Dalit. Namun, ada juga
kelompok-kelompok di dalam agama yang mempertahankan diskriminasi
kasta terhadap masyarakat Dalit. Beberapa organisasi agama dan lembaga
pendidikan telah didirikan untuk membantu memperjuangkan hak-hak
masyarakat Dalit dan memberikan dukungan untuk masyarakat yang
terpinggirkan.5
Tinjauan Teori:
5
Haseena ‘’The History of Dalit Culture and Their Deplorable Situation in india’’ journal historical Research Letter XXII
(2015).
10
Interpretasi teologis tentang kesetaraan manusia menunjukkan bahwa
semua manusia diciptakan sama oleh Tuhan dan memiliki hak yang sama
untuk hidup dengan martabat dan hak-hak yang sama. Oleh karena itu, sistem
stratifikasi sosial yang didasarkan pada kasta dianggap bertentangan dengan
nilai-nilai spiritualitas dan kemanusiaan. Implikasi dari interpretasi ini adalah
bahwa penghapusan sistem stratifikasi sosial menjadi tugas moral dan religius
bagi masyarakat dan pemimpin agama. Perjuangan untuk penghapusan
diskriminasi dan kesetaraan harus dilakukan oleh seluruh anggota masyarakat,
termasuk pemimpin agama, dalam mempromosikan martabat manusia dan
kesetaraan di seluruh lapisan masyarakat, termasuk masyarakat Dalit.
Salah satu teori yang sesuai untuk memahami stratifikasi kasta dan rasisme
yang dihadapi oleh masyarakat Dalit di India adalah teori konflik sosial. Teori
konflik sosial menekankan pada ketidaksetaraan sosial, konflik, dan dominasi
yang terjadi dalam masyarakat.
Dalam konteks stratifikasi kasta dan rasisme di India, teori konflik sosial
dapat menjelaskan bagaimana sistem kasta yang hierarkis dan diskriminatif
mempertahankan ketimpangan kekuasaan dan keuntungan bagi kelompok-
kelompok yang mendominasi. Sistem kasta memungkinkan kelompok yang
lebih tinggi dalam hierarki untuk mempertahankan kontrol sosial, sumber
daya, dan akses ke kesempatan yang lebih baik, sementara kelompok Dalit
menghadapi penindasan dan pembatas.
6 Setiawan, W. (2011). "Rasisme dalam Perspektif Sosial dan Hukum di Indonesia." Jakarta: Kompas.
11
2. Peninggalan Kerajaan Hindu Di Bali : Kasus Kota Karangasem
a. Yang pertama adalah puri memiliki nilai utama yaitu ruang dengan tingkat
yang paling suci atau sakral. Sebagai ruang yang paling tinggi tingkat
kesuciannya puri merupakan ruang yang paling luas pula dan terletak pada
penempatan agung yang dianggap sebagai simpang sakral dan dianggap
sebagi puast dunia. Terdapat empat puri yang tersebar di wilayang kota
Karangasem sebagai pusat kota yaitu puri Amlaraja, puri gede, puri Agung,
dan yang terakhir yitu puri kaleran. Seluaruh puri yang ada di Karangasem ini
semua terdapat pada bagian utara kota sehingga pusat dari kota karangasem ini
adalah area pusat atau area hulu.
12
b. Ruang yang kedua ini adalah geria dan jero di sebut bernilai madya yaitu
ruang yang berada diantara suci dan nista. Jero sebagai hunian bagi penggawa
atau bangsawan yang tidak memegang kekuasaan. Jero terletak disekitar puri
karena merupakan perluasan dari puri karena masih dalam bagian keluarga
raja. Di kota Karangasem sendiri terdapat tujuh jero yaitu jero kaler kauh, jero
pakuaan, jero taman, jero kawan, jero jagaraga, jero kelodan pesagi, dan jero
kelodan celuknegara. Semua jero ini terletak di dekitar puri dan yang
menempatinya adalah brahmana yang mana ia bertugas sebagai penasihat raja.
Dan jelas saja pekarangan jero ini lebih kecil dibanding puri dan untuk letak
dari geria ini terdapat delapan tersebar di sekitar puri yaitu geria pendem, geria
pidada, geria karang sidemen, geria cawu, geria punia, geria tegeh, geria
sindhu, dan geria grembeng.
c. Dan yang terakhir adalah umah yaitu ruang nista atau ruang yang paling luar
dan bernilai tidak suci. Umah berada pada pinggiran atau juga luar kota.
Hunian masyarakat ini juga membentuk kelompok-kelompok hunian sendiri
yaitu hunian yang berbentuk umah-banjar pakraman untuk masyarakat
kelompok sudra dan rumah kampung untuk masyarakat dengan golongan yang
berada diluar golongan tersebut (pendatang) terutama yang berasal dari
Lombok dan Jawa.7
Tinjauan Teori:
Teori yang Relevan mengenai stratifikasi sosial di bali ini adalah Teori
Kasta Clifford Geertz Clifford Geertz, seorang antropolog terkenal,
mengemukakan teori tentang sistem kasta di Bali. Geertz menggali bagaimana
sistem kasta di Bali memengaruhi hubungan sosial, agama, dan kehidupan
ekonomi masyarakat Bali dalam bukunya yang berjudul "Peddler and Princes:
Social Change and Economic Modernization in Two Indonesian Towns".
1. Utama Mandala
Wilayah pusat kota yang ditandai dengan keberadaan puri sebagai hunian
utama.
2. Madya mandala
Wilayah sekitar kota yang ditandai dengan keberadaan geria dan jero
sebagai hunian dengan nilai madya atau tengah.
7
I Putu Gede Suyoga, 2019. "Penggunaan istilah puri,griya,dan jero sebagai nama komplek
perumahan masa kini." Bali: sekolah tinggi desain bali. Vol 1.
13
3. Nista Mandala
Wilayah yang berada dipinggiran kota ditandai dengan umah-banjar
pakraman dan rumah-kampung.
Untuk Bali saat ini tempat tinggal berdasarkan kasta sudah tidak lagi
digunakan dilihat dari majunya zaman dan teknologi yang sudah dimana-
mana, namun untuk kasta sendiri masi ada sebagai warisan budaya dilihat dari
marga yang masi digunakan oleh masyarakat sekitar berdasarkan keturunan
yang sudah paten. Seperti halnya I Gusti (waisya), I Putu (sudra), dan Anak
Agung (brahmana) maka pemerintahan yang ada pada bali juga bukan lagi
sistem monarki melainkan demokrasi.
14
BAB III
PENUTUP
A. ANALISIS
Masyarakat Dalit di India mengalami dampak psikologis dan sosial yang signifikan
akibat diskriminasi dan marginalisasi yang mereka hadapi. Mereka sering
mengalami tekanan psikologis, depresi, dan kecemasan karena merasa tidak
dihargai oleh masyarakat lainnya. Masyarakat Dalit juga mengalami kesulitan
dalam akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan yang layak, sehingga
mereka sering hidup dalam kemiskinan dan ketidakpastian. Dampak sosialnya
termasuk rendahnya partisipasi politik dan keterbatasan dalam pengambilan
keputusan, serta sering menjadi korban kekerasan dan pelecehan. Oleh karena itu,
upaya untuk mengatasi diskriminasi dan memperjuangkan hak-hak masyarakat
Dalit perlu terus dilakukan.
15
pendidikan tentang hak asasi manusia dan kesetaraan, serta mengubah norma dan
budaya yang mendukung sistem kasta. Oleh karena itu, peran agama dalam
menghapus diskriminasi dan penghapusan stratifikasi sosial sangat penting dan
harus diperjuangkan secara terus-menerus.8
8
Riantoputra, R. (2015). Etnisitas, Agama, dan Stratifikasi Sosial di Indonesia. Prenadamedia Group.
16
B. KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
I Putu Gede Suyoga, 2019. "Penggunaan istilah puri,griya,dan jero sebagai nama komplek
perumahan masa kini." Bali: sekolah tinggi desain bali
Suryanto, D., & Fajar, S. (2018). "Sosiologi Kelas dan Stratifikasi Sosial." Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Haseena ‘’The History of Dalit Culture and Their Deplorable Situation in india’’ journal
historical Research Letter XXII (2015).
Setiawan, W. (2011). "Rasisme dalam Perspektif Sosial dan Hukum di Indonesia." Jakarta:
Kompas.
18