Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Dosen Pembimbing : Ibu Dr. Yati, M. Pd

Disusun oleh :

Shifa Nur Shafiyyah (0501219045)

Ayu Antika

Paraditha F

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA

2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya. Sehingga pada saat ini saya bisa dan berhasil untuk
mengerjakan dan menyelesaikan tugas “Makalah: PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN
DERAJAT” . Mata kuliah Ilmu Sosial Dasar Dosen Ibu Dr. Yati, M. Pd.
Makalah ini berisikan pembahasan tentang pelapisan sosial dan kesamaan derajat. Di
makalah ini, penulis berusaha semaksimal mungkin dan sangat berharap agar pembaca mengerti,
paham dan menambah informasi tentang pelapisan sosial dan kesamaan derajat. Saya menyadari
bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya sampaikan Terimakasih kepada semua pihak. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

Latar Belakang Masalah...............................................................................................................4

Rumusan Masalah........................................................................................................................5

Tujuan..........................................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................7

PEMBAHASAN..............................................................................................................................7

1. Pelapian Sosial....................................................................................................................7

Pengertian Pelapisan Sosial......................................................................................................7

Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial............................................................................8

Sifat Stratifikasi Sosial...........................................................................................................10

Terjadinya Pelapisan Sosial....................................................................................................11

2. Kesamaan Derajat............................................................................................................11

Pengertian Kesamaan Derajat................................................................................................12

BAB III..........................................................................................................................................15

PENUTUP.....................................................................................................................................15

Kesimpulan................................................................................................................................15

Saran-Saran................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Masyarakat
terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri dari berbagai  latar belakang
tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.
Dalam kelompok-kelompok sosial inilah maka akan terbentuk suatu pelapisan yang tanpa
disadari sendiri oleh masyarakat.

Sifat perhubungan antara manusia dan lingkungan masyarakat pada umunya adalah timbal balik,
artinya orang itu sebagai anggota masyarakat, mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap
masyarakat maupun terhadap pemerintah dan negara. Beberapa hak dan kewajiban penting
ditetapkan dalam undang-undang sebagai hak dan kewajiban asasi. Untuk dapat melaksanakan
hak dan kewajiban ini dengan bebas dari rasa takut perlu adanya rasa jaminan.

Lalu, apakah dilingkungan sekitarmu masih terdapat orang yang memiliki ciri khas dari masing-
masing daerah yang berbeda? Jawabannya pasti ada. Setiap daerah pasti memiliki ragam
kebudayaan yang berbeda dan memiliki ciri khas dari masing-masing daerah tersebut. Apalagi
sekarang merupakan zaman globalisasi dan memungkinkan setiap orang dapat berpindah tempat,
selain itu juga dapat memungkinkan terjadinya diferensiasi sosial diantara masyarakat.

Dalam kenyataan yang ada di dalam masyarakat perbedaan-perbedaan yang terjadi memang
secara kodrati telah ada. Perbedaan tersebut yang membuat keseimbangan dan kedinamisan
dalam hidup bermasyarakat. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada tersebut akan menyebabkan
pembagian tugas di dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perbedaan-perbedaan
dalam masyarakat tersebut ada yang bersifat vertikal maupun horizontal. Pada kesempatan ini
kami akan membahas dan memaparkan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam masyarakat
yang bersifat horizontal yang biasa disebut diferensiasi sosial.
Dalam diferensiasi sosial perbedaan-perbedaan tersebut mempunyai derajat yang sama dan
seyogyanya saling menghormati dalam perbedaan-perbedaan tersebut. Namun pada
kenyataannya perbedaan yang terjadi pada masyarakat tersebut sering menyebabkan terjadinya
konflik. Konflik-konflik tersebut dapat terjadi karena adanya diferensiasi sosial dalam hal
agama, etnik, ras, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Sehingga pada kesempatan kali ini saya
ingin mengkaji dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang terkait dengan diferensiasi
sosial pada masyarakat dengan harapan menemukan perpecahan masalah yang dapat diterapkan
dan berguna dengan baik. Oleh karena itu pada makalah ini kami mencoba mengulas sedikit
mengenai Differensiasi Sosial.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan pelapisan sosial itu sendiri?

2. Apa saja teori pelapisan sosial?

3. Apa saja dasar pembentukan pelapisan sosial?

4. Apa saja sifat pelapisan sosial?

5. Kapan terjadinya pelapisan sosial?

6. Apa yang dimaksud dengan kesamaan derajat?

7. Apa pengertian dari diferensiasi sosial?

8. Apa saja bentuk-bentuk dari diferensiasi sosial?

Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Umum
Untuk mengetahui tentang berbagai pengertian, bentuk-bentuk pelapisan sosial, kesamaan
derajat dan diferensiasi sosial dan penyebab terjadinya disorganisasi sosial.

2. Khusus

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pelapian Sosial

Pengertian Pelapisan Sosial

Pelapisan sosial disebut juga stratifikasi atau stratification berasal dari


kata strata atau stratum yang artinya lapisan. Karena itu social stratification sering
diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang memiliki kedudukan
(status) yang sama menurut ukuran masyarakat, dikatakan berada dalam suatu lapisan atau
stratum.

Pengertian pelapisan sosial menurut beberapa ahli, diantaranya yaitu:

1. Pitirim A. Sorokin mengatakan dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” bahwa
pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis).

2. P.J. Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu
golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak
istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan.

Beberapa Teori Tentang Pelapisan Sosial

Bentuk konkrit dari pada pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada yang membagi
pelapisan masyarakat seperti:

1. Masyarakat terdiri dari Kelas Atas (Upper Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).

2. Masyarakat terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle
Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
3. Sementara itu ada pula sering kita dengar : Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle
Class), Kelas Menengah Ke Bawah (Lower Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).

Para pendapat sarjana memiliki tekanan yang berbeda-beda di dalam menyampaikan teori-teori
tentang pelapisan masyarakat. seperti:

– Aristoteles membagi masyarakat berdasarkan golongan ekonominya sehingga ada yang kaya,
menengah, dan melarat.

– Prof.Dr.Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH.MA menyatakan  bahwa selama di dalam


masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu
yang dihargainya maka barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem
berlapis-lapis dalam masyarakat.

– Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada 2 kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu, yaitu
golongan elite dan golongan non elite.

– Gaotano Mosoa, sarjana Italia, menyatakan bahwa di dalam seluruh  masyarakat dari
masyarakat yang sangat kurang berkembang sampai kepada masyarakat yang paling maju dan
penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah.

– Karl Marx menjelaskan secara tidak langsung tentang pelapisan masyarakat menggunakan
istilah kelas menurut dia. Pada pokoknya ada dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas
yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya
memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.

Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial

Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial memiliki beberapa macam ukuran yaitu :

1. Ukuran Kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke
dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia
akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang
siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan
tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang
dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.

2. Ukuran Kekuasaan dan Wewenang

Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan
teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan
sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya
dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang
dapat mendatangkan kekayaan.

3. Ukuran Kehormatan

Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang
yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial
masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya
mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang
tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

4. Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan
tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu
pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang
disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar
profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika
gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga
banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar
kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

Sifat Stratifikasi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)

Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas
vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horizontal saja. Contoh :

– Sistem kasta.

Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.

– Rasialis.

Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit
putih.

– Feodal.

Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan atau majikan.

2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)

Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat
bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Contoh :

– Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.

– Seorang yang tidak atau kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat
dan usaha.
3. Stratifikasi Sosial Campuran

Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi terbuka dan tertutup.
Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun
apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.

Terjadinya Pelapisan Sosial

Terjadinya pelapisan sosial terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Terjadi dengan sendirinya

Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang
menduduki lapisan tertentu di bentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun
sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena
itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu
bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku.

2. Terjadi dengan sengaja

Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini
ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada
seseorang.

Di dalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung dua sistem, yaitu:

1) Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya


berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.

2) Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas
( Vertikal ).
2. Kesamaan Derajat

Pengertian Kesamaan Derajat

Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungankan antara manusia dengan
lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai anggota masyarakat
memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan
Negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam perundang-undangan atau
Konstitusi. Undang-undang itu berlaku bagi semua orang tanpa terkecuali dalam arti semua
orang memiliki kesamaan derajat. Kesamaan derajat ini terwujud dalam jaminan hak yang
diberikan dalam berbagai faktor kehidupan.

Pelapisan sosial dan kesamaan derajat mempunyai hubungan, kedua hal ini berkaitan satu
sama lain. Pelapisan soasial berarti pembedaan antar kelas-kelas dalam masyarakat yaitu antara
kelas tinggi dan kelas rendah, sedangkan Kesamaan derajat adalah suatu yang membuat
bagaimana semua masyarakat ada dalam kelas yang sama tiada perbedaan kekuasaan dan
memiliki hak yang sama sebagai warga negara, sehingga tidak ada dinding pembatas antara
kalangan atas dan kalangan bawah.

Sebagai warga negara Indonesia, tidak dipungkiri adanya kesamaan derajat antar rakyaknya,
hal itu sudah tercantum jelas dalam UUD 1945 dalam pasal

1. PASAL 27

· Ayat 1, berisi mengenai kewajiban dasar dan hak asasi yang dimiliki warga negara yaitu
menjungjung tinggi hukum dan pemerintahan

· Ayat 2, berisis mengenai hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan

2. PASAL 28

ditetapkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, menyampaikan pikiran lisan dan
tulisan.

3. PASAL 29
· Ayat 2, kebebasan memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara

4. PASAL 31

· Ayat 1 dan 2,  yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran

Kesamaan derajat adalah sifat perhubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat
umumnya timbal balik artinya orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan
kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah negara. Dengan pasal – pasal
dan pengertian di atas, sudah jelas bahwa kita harus saling bertoleransi terhadap orang lain
khususnya warga Indonesia. Tidak ada pandangan si kaya dan si miskin, si pintar dan si bodoh,
semua di mata perundangan Indonesia adalah sama. Pastinya kita akan saling menghargai satu
sama lain, menghargai hak dan kewajiban masing dengan begitu kehidapan damai pun akan
tercipta diantara kita. Walaupun yang namaanya pelapisan sosial itu tidak dapat dihindari, kita
tetap harus bersifat dewasa dan komitmen dengan adanya kesamaan derajat di antara kita.

·      Elite dan Massa


Ø Pengertian Elite
Dalam pengertian yang umum elite itu menunjuk sekelompok orang yang dalam masyarakat
menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih yang khusus dapat diartikan sekelompok orang
terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan.
Dalam cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan: “posisi di dalam masyarakat di
puncak struktur-struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi,
pemerintahan aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-pekerjaan dinas”.
Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam masyarakat
industri watak elitenya berbeda sama sekali dengan elite di dalam masyarakat primitif.Di dalam
suatu lapisan masyarakat tentu ada sekelompok kecil yang mempunyai posisi kunci ataumereka
yang memiliki pengaruh yang besar dalam mengambil berbagai kebijaksanaan. mereka itu
mungkin para pejabat tugas, ulama, guru, petani kaya, pedagang kaya, pensiunan dan lainnya
lagi.Para pemuka pendapat (opinion leader) inilah pada umumnya memegang strategi kunci dan
memiliki status tersendiri yang akhirnya merupakan elite masyarakatnya.
Fungsi Elite dalam Memegang Strategi
Pembedaan elite dalam memegang strategi secara garis besar adalah sebagai berikut :
1.    Elite politik (elite yang berkuasa dalam mencapai tujuan).
2.    Elite ekonomi, militer, diplomatik dan cendekiawan (mereka yang berkuasa atau mempunyai
pengaruh dalam bidang itu).
3.    Elite agama, filsuf, pendidik, dan pemuka masyarakat.
4.    Elite yang dapat memberikan kebutuhan psikologis, seperti : artis, penulis, tokoh film,
olahragawan dan tokoh hiburan dan sebagainya.
Elite dari segala elite dapatlah menjalankan fungsinya fungsinya dengan mengajak para elite
pemegang strategi di tiap bidangnya untuk bekerja sebaik-baiknya. Kecuali itu dimanapun juga
para elite pemegang strategi tersebut memiliki prinsip yang sama dalam menjalankan fungsi
pokok maupun fungsinya yang lain, seperti memberikan contoh tingkah laku yang baik kepada
masyarakatnya, mengkoordinir serta menciptakan yang harmonis dalam berbagai kegiatan,
fungsi pertahanan dan keamanan, meredakan konflik sosial maupun fisik dan dapat melindungi
masyarakatnya terhadap bahaya dari luar.
Ø Pengertian Massa
Istilah massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif lain yang
elementer dan spontan, yang dalam beberapa hal menyerupai crowd, tapi sayang secara
fundamental berbeda dengannya dalam hal-hal yang lain. Massa diwakili oleh orang-orang yang
berperan serta dalam perilaku massal yang sepertinya mereka yang terbangkitkan minatnya oleh
beberapa peristiwa nasional, mereka yang menyebar di berbagai tempat, mereka yang tertarik
pada suatu peristiwa pembunuhan sebagai berita dalam pers, atau mereka yang berperan serta
dalam suatu migrasi dalam arti luas.
Ciri – Ciri Massa:
Beberapa hal penting yang merupakan sebagian ciri-ciri yang membedakan di dalam massa :
1.    Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial, meliputi orang-orang
dari berbagai posisi kelas yang berbeda, dari jabatan kecakapan, tingkat kemakamuran atau
kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa mengenali mereka sebagai massa misalnya orang-
orang yang sedang mengikuti suatu proses peradilan tentang pembunuhan misalnya melalui pers.
2.    Massa merupakan kelompok yang anonim, atau lebih tepat, tersusun dari  individu-individu
yang anonim.
3.    Sedikit sekali interaksi atau bertukar pengalaman antara anggotaanggotanya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pengertian pelapisan sosial atau stratifikasi adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota
masyarakat secara vertikal (bertingkat).

Teori tentang pelapisan sosial ada tiga, yaitu:

1. Masyarakat terdiri dari Kelas Atas (Upper Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).

2. Masyarakat terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle
Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).

3. Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle Class), Kelas Menengah Ke Bawah (Lower
Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).

Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial:

1. Ukuran kekayaan,

2. Ukuran kekuasaan dan wewenang,

3. Ukuran kehormatan, dan

4. Ukuran ilmu pengetahuan.

Sifat Stratifikasi Sosial:

1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification),

2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification), dan

3. Stratifikasi Sosial Campuran.

Terjadinya Pelapisan Sosial:


1. Terjadi dengan Sendirinya, dan

2. Terjadi dengan Sengaja

Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungankan antara manusia dengan lingkungan
masyarakat umumnya timbal balik

1. Kesamaan derajat yang telah dicantumkan dalam pernyataan sedunia tentang hak-hak (asasi)
manusia atau Universitas Declaration of Human Righ (1948).

2. Persamaan derajat di Indonesia telah diatur dalam UUD 1945 dalam pasal 27, 28, 29 dan 31.

Saran-Saran

Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan Makalah kami.

Bagi para pembaca dan rekan-rekan yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin
mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca
buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul “PELAPISAN SOSIAL, KESAMAAN
DERAJAT DAN DIFERENSIASI SOSIAL”.

Jadikanlah Makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa/i berfikir aktif dan
kreatif.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta, PT RINEKA CIPTA.

Ridho, Kholis, S. Ag, M.SI dkk.2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta, Kencana, Prenada
Media Group.

http://desinaya.blogspot.com/2010/04/pengertian-pelapisan-sosial-lapisan.html

http://keyrenz.wordpress.com/2009/11/22/pelapisan-sosial-masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai