Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Disusun oleh :
Ayu Antika
Paraditha F
2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya. Sehingga pada saat ini saya bisa dan berhasil untuk
mengerjakan dan menyelesaikan tugas “Makalah: PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN
DERAJAT” . Mata kuliah Ilmu Sosial Dasar Dosen Ibu Dr. Yati, M. Pd.
Makalah ini berisikan pembahasan tentang pelapisan sosial dan kesamaan derajat. Di
makalah ini, penulis berusaha semaksimal mungkin dan sangat berharap agar pembaca mengerti,
paham dan menambah informasi tentang pelapisan sosial dan kesamaan derajat. Saya menyadari
bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya sampaikan Terimakasih kepada semua pihak. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................................................5
Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
1. Pelapian Sosial....................................................................................................................7
2. Kesamaan Derajat............................................................................................................11
BAB III..........................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................15
Kesimpulan................................................................................................................................15
Saran-Saran................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Masyarakat
terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri dari berbagai latar belakang
tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.
Dalam kelompok-kelompok sosial inilah maka akan terbentuk suatu pelapisan yang tanpa
disadari sendiri oleh masyarakat.
Sifat perhubungan antara manusia dan lingkungan masyarakat pada umunya adalah timbal balik,
artinya orang itu sebagai anggota masyarakat, mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap
masyarakat maupun terhadap pemerintah dan negara. Beberapa hak dan kewajiban penting
ditetapkan dalam undang-undang sebagai hak dan kewajiban asasi. Untuk dapat melaksanakan
hak dan kewajiban ini dengan bebas dari rasa takut perlu adanya rasa jaminan.
Lalu, apakah dilingkungan sekitarmu masih terdapat orang yang memiliki ciri khas dari masing-
masing daerah yang berbeda? Jawabannya pasti ada. Setiap daerah pasti memiliki ragam
kebudayaan yang berbeda dan memiliki ciri khas dari masing-masing daerah tersebut. Apalagi
sekarang merupakan zaman globalisasi dan memungkinkan setiap orang dapat berpindah tempat,
selain itu juga dapat memungkinkan terjadinya diferensiasi sosial diantara masyarakat.
Dalam kenyataan yang ada di dalam masyarakat perbedaan-perbedaan yang terjadi memang
secara kodrati telah ada. Perbedaan tersebut yang membuat keseimbangan dan kedinamisan
dalam hidup bermasyarakat. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada tersebut akan menyebabkan
pembagian tugas di dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perbedaan-perbedaan
dalam masyarakat tersebut ada yang bersifat vertikal maupun horizontal. Pada kesempatan ini
kami akan membahas dan memaparkan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam masyarakat
yang bersifat horizontal yang biasa disebut diferensiasi sosial.
Dalam diferensiasi sosial perbedaan-perbedaan tersebut mempunyai derajat yang sama dan
seyogyanya saling menghormati dalam perbedaan-perbedaan tersebut. Namun pada
kenyataannya perbedaan yang terjadi pada masyarakat tersebut sering menyebabkan terjadinya
konflik. Konflik-konflik tersebut dapat terjadi karena adanya diferensiasi sosial dalam hal
agama, etnik, ras, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Sehingga pada kesempatan kali ini saya
ingin mengkaji dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang terkait dengan diferensiasi
sosial pada masyarakat dengan harapan menemukan perpecahan masalah yang dapat diterapkan
dan berguna dengan baik. Oleh karena itu pada makalah ini kami mencoba mengulas sedikit
mengenai Differensiasi Sosial.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah :
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Umum
Untuk mengetahui tentang berbagai pengertian, bentuk-bentuk pelapisan sosial, kesamaan
derajat dan diferensiasi sosial dan penyebab terjadinya disorganisasi sosial.
2. Khusus
PEMBAHASAN
1. Pelapian Sosial
1. Pitirim A. Sorokin mengatakan dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” bahwa
pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis).
2. P.J. Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu
golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak
istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan.
Bentuk konkrit dari pada pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada yang membagi
pelapisan masyarakat seperti:
1. Masyarakat terdiri dari Kelas Atas (Upper Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
2. Masyarakat terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle
Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
3. Sementara itu ada pula sering kita dengar : Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle
Class), Kelas Menengah Ke Bawah (Lower Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
Para pendapat sarjana memiliki tekanan yang berbeda-beda di dalam menyampaikan teori-teori
tentang pelapisan masyarakat. seperti:
– Aristoteles membagi masyarakat berdasarkan golongan ekonominya sehingga ada yang kaya,
menengah, dan melarat.
– Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada 2 kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu, yaitu
golongan elite dan golongan non elite.
– Gaotano Mosoa, sarjana Italia, menyatakan bahwa di dalam seluruh masyarakat dari
masyarakat yang sangat kurang berkembang sampai kepada masyarakat yang paling maju dan
penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah.
– Karl Marx menjelaskan secara tidak langsung tentang pelapisan masyarakat menggunakan
istilah kelas menurut dia. Pada pokoknya ada dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas
yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya
memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
1. Ukuran Kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke
dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia
akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang
siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan
tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang
dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan
teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan
sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya
dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang
dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang
yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial
masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya
mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang
tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan
tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu
pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang
disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar
profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika
gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga
banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar
kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi tiga, yaitu:
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas
vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horizontal saja. Contoh :
– Sistem kasta.
– Rasialis.
Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit
putih.
– Feodal.
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat
bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Contoh :
– Seorang yang tidak atau kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat
dan usaha.
3. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi terbuka dan tertutup.
Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun
apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang
menduduki lapisan tertentu di bentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun
sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena
itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu
bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku.
Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini
ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada
seseorang.
Di dalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung dua sistem, yaitu:
2) Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas
( Vertikal ).
2. Kesamaan Derajat
Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungankan antara manusia dengan
lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai anggota masyarakat
memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan
Negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam perundang-undangan atau
Konstitusi. Undang-undang itu berlaku bagi semua orang tanpa terkecuali dalam arti semua
orang memiliki kesamaan derajat. Kesamaan derajat ini terwujud dalam jaminan hak yang
diberikan dalam berbagai faktor kehidupan.
Pelapisan sosial dan kesamaan derajat mempunyai hubungan, kedua hal ini berkaitan satu
sama lain. Pelapisan soasial berarti pembedaan antar kelas-kelas dalam masyarakat yaitu antara
kelas tinggi dan kelas rendah, sedangkan Kesamaan derajat adalah suatu yang membuat
bagaimana semua masyarakat ada dalam kelas yang sama tiada perbedaan kekuasaan dan
memiliki hak yang sama sebagai warga negara, sehingga tidak ada dinding pembatas antara
kalangan atas dan kalangan bawah.
Sebagai warga negara Indonesia, tidak dipungkiri adanya kesamaan derajat antar rakyaknya,
hal itu sudah tercantum jelas dalam UUD 1945 dalam pasal
1. PASAL 27
· Ayat 1, berisi mengenai kewajiban dasar dan hak asasi yang dimiliki warga negara yaitu
menjungjung tinggi hukum dan pemerintahan
· Ayat 2, berisis mengenai hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan
2. PASAL 28
ditetapkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, menyampaikan pikiran lisan dan
tulisan.
3. PASAL 29
· Ayat 2, kebebasan memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara
4. PASAL 31
Kesamaan derajat adalah sifat perhubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat
umumnya timbal balik artinya orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan
kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah negara. Dengan pasal – pasal
dan pengertian di atas, sudah jelas bahwa kita harus saling bertoleransi terhadap orang lain
khususnya warga Indonesia. Tidak ada pandangan si kaya dan si miskin, si pintar dan si bodoh,
semua di mata perundangan Indonesia adalah sama. Pastinya kita akan saling menghargai satu
sama lain, menghargai hak dan kewajiban masing dengan begitu kehidapan damai pun akan
tercipta diantara kita. Walaupun yang namaanya pelapisan sosial itu tidak dapat dihindari, kita
tetap harus bersifat dewasa dan komitmen dengan adanya kesamaan derajat di antara kita.
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian pelapisan sosial atau stratifikasi adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota
masyarakat secara vertikal (bertingkat).
1. Masyarakat terdiri dari Kelas Atas (Upper Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
2. Masyarakat terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle
Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
3. Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle Class), Kelas Menengah Ke Bawah (Lower
Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
1. Ukuran kekayaan,
Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungankan antara manusia dengan lingkungan
masyarakat umumnya timbal balik
1. Kesamaan derajat yang telah dicantumkan dalam pernyataan sedunia tentang hak-hak (asasi)
manusia atau Universitas Declaration of Human Righ (1948).
2. Persamaan derajat di Indonesia telah diatur dalam UUD 1945 dalam pasal 27, 28, 29 dan 31.
Saran-Saran
Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan Makalah kami.
Bagi para pembaca dan rekan-rekan yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin
mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca
buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul “PELAPISAN SOSIAL, KESAMAAN
DERAJAT DAN DIFERENSIASI SOSIAL”.
Jadikanlah Makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa/i berfikir aktif dan
kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ridho, Kholis, S. Ag, M.SI dkk.2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta, Kencana, Prenada
Media Group.
http://desinaya.blogspot.com/2010/04/pengertian-pelapisan-sosial-lapisan.html
http://keyrenz.wordpress.com/2009/11/22/pelapisan-sosial-masyarakat.html