Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STRATIFIKASI SOSIAL DAN DIFERENSI SOSIAL

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

Alifia/18041184039/2018A Fadilah Rahayu/18041184077

Diva Hairiannisa/18041184080 Amalia Nur/

Alifa Salma/18041184043 Ma’ruf Ali Qomaini/180411840055

Maghfirah Fajriniar/18041184004 Rismawardani Wahyu/18041184079

Nauval Daffa/18041184083 Mulkir Rukmana/18041184032

Universitas Negeri Surabaya

Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum

Prodi Ilmu Komunikasi

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Stratifikasi Sosial Dan Diferensiasi Sosial”.

Penyusunan makalah ini berguna untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Pengantar Antropologi dan Sosiologi. Makalah ini berisi penjelasan dan informasi
tentang apa itu stratifikasi sosial, jenis jenisnya, contoh kasus, unsur pembentuk
stratifikasi sosial, pengertian dari diferensiasi sosial serta macam macamnya.

Makalah ini telah kami susun sedemikian rupa secara maksimal dan dibantu
oleh berbagai pihak untuk memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu semua
kami mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
makalah ini dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak yang membaca dan menilai untuk memberikan sesuatu
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih atas segala kesempatan yang ada.
Semoga makalah ini berguna untuk menambah wawasan.

Surabaya, 27 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 3
BAB II . PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stratifikasi dan Diferensiasi ............................................. 4
2.2 Unsur-Unsur Pembentuk Stratifikasi ................................................. 5
2.3 Jenis Jenis Stratifikasi Sosial ............................................................. 6
2.4 Jenis Jenis Diferensiasi Sosial............................................................ 9
2.5 Analisis Kasus .................................................................................. 11
BAB III. PENUTUP
3.1 Simpulan .......................................................................................... 13
3.2 Rumusan Saran ................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia merupakan makhluk sosial yang pasti tidak akan terlepas dari
interaksi sosial didalam masyarakat. Dengan adanya interaksi dalam masyarakat
nantinya akan berpengaruh dalam sebuah pembentukan kelompok sosial. Didalam
kehidupan bermasyarakat, pembagian kelompok tersebut dilandasi dengan banyak
faktor yang mempengaruhinya seperti dengan penghargaan serta strata sosial
berdasarkan dari segi ilmu pengetahuan, kekayaan, kekuasaan dan lain sebagainya.
Mulai dari situlah timbul penghormatan terhadap penghargaan yang membentuk
sebuah gejala pengelompokan sosial dalam masyarakat. Yang secara umum
kelompok tersebut dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu pengelompokan secara
vertikal dan pengelompokan secara horizontal.

Secara teori, manusia dengan manusia yang lain memiliki derajat yang sama.
Namun, pada realita kehidupan tidak begitu adanya. Perbedaan lapisan masyarakat
merupakan sebuah gejala secara universal yang termasuk bagian dari sistem sosial
dalam masyarakat. Lapisan dalam masyarakat sangat berperan penting dalam
kehidupan aktivitas individu maupun kelompok dalam berorganisasi. Awalnya
lapisan masyarakat juga sudah dikenal sejak dulu saat seorang manusia mulai
mengenal adanya sistem organisasi.

Pengelompokan secara vertikal biasa disebut dengan “stratifikasi sosial” ini


merupakan sebuah pengelompokan lapisan dalam masyarakat yang mengakibatkan
sebuah perbedaan kelas-kelas sosial dan memberikan kewajiban dan hak berbeda
setiap kelasnya dalam kehidupan sosial. Biasanya stratifikasi sosial ini
membedakan masyarakat dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat yang berwujud
dalam kelas sosial tinggi, kelas sosial menengah, kelas sosial rendah.
Pengelompokan secara vertikal akan mengakibatkan banyaknya kesenjangan dalam

1
kehidupan bermasyarakat karena ada sebuah ketidakseimbangan dalam pembagian
hak dan kewajiban yang diberikan.

Kelas Sosial merupakan sebuah realitas yang sangat penting, bukan hanya
sekedar teori tetapi juga mengelompokkan mereka dalam berbagai hal. Pertama,
penghasilan atau kekayaan yang dimana ini termasuk dan merupakan sebuah
determinant yang penting dalam peran memberikan sebuah gambaran tentang latar
belakang seseorang ataupun cara hidupnya. Kedua, pendidikan atau ilmu
pengetahuan ini lebih akan melahirkan sebuah keterampilan dalam diri seseorang
dan akhirnya membentuk perubahan dalam diri seserorang untuk menjalani
kehidupannya. Ketiga, Pekerjaan ini lebih menjelaskan secara umum tentang kelas
sosial seseorang tersebut.

Selain pegelompokan secara vertikal, ada juga pengelompokan secara


horizontal. Pengelompokan masyarakat secara horizontal biasa disebut
“Diferensiasi Sosial “ merupakan sebuah pengelompokan secara merata, dimana
seseorang itu memiliki derajat yang sama dan saling menghormati terhadap
perbedaan tersebut. Dalam kelompok masyarakat juga, pasti seseorang memiliki
peran dan posisi yang berbeda beda. Posisi tersebut timbul karena terdapat unsur
dan pola yang berbeda dari satu dengan yang lain dan terlah disepakati bersama
dalam sekelompok masyarakat .

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial?
b. Sebutkan dan jelaskan unsur pembentukan dari stratifikasi sosial?
c. Apa saja jenis jenis dari stratifikasi sosial ?
d. Apa saja jenis jenis dari diferensiasi sosial ?
e. Apa dan jelaskan analasis kasus dari stratifikasi sosial dalam kehidupan
bermasyarakat?

2
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mendeskripsikan pengertian dari stratifikasi sosial dan
diferensiasi sosial itu sendiri
b. Untuk mendeskripsikan unsur-unsur pembentuk stratifikasi sosial
tersebut
c. Untuk mendeskripsikan apa saja jenis dari stratifikasi sosial dalam
masyarakat
d. Untuk mendeskripsikan apa saja jenis dari diferensi sosial dalam
masyarakat dan contohnya
e. Untuk mendeskripsikan contoh dan kasus dari stratifikasi sosial dan
penjelasan analisis kasus tersebut.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stratifikasi dan Diferensiasi

Stratifikasi sosial atau social stratification juga bisa disebut dengan


pelapisan sosial, yangmana berasal dari bahasa latin yaitu “stratum” yang berarti
tingkatan dan “socius” yang berarti masyarakat. Banyak ahli yang mengemukakan
pendapatnya terhadap pengertian dari stratifikasi sosial yaitu diantaranya :

1. Max Weber yaitu penggolongan orang-orang yang termasuk dalam


sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkhi menurut dimensi kekuasaan,
previllege, dan prestise.
2. Pitirim A Sorokin yaitu merupakan pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hirarkhi).
3. Soerjono Soekanto yaitu pembedaan posisi seseorang atau
kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.

Dari beberapa pengertian stratifikasi sosial yang dikemukakan oleh para ahli
dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial adalah penggolongan individu atau
kelompok masyarakat kedalam struktur kelas tertentu yang tersusun secara
bertingkat atau vertikal. Stratifikasi sosial dapat terbentuk karena beberapa faktor
seperti halnya kepemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis (dimensi ekonomi), ,
etnis atau ras, pendidikan formal, kekuasaan, status atas dasar keturunan, kemajuan
teknologi dan lain sebagainya.

Jika stratifikasi sosial mengelompokkan individu atau masyarakat secara


vertikal maka ada pula pengelompokan masyarakat secara horizontal yang biasa
disebut diferensiasi sosial. Diferensiasi sosial merupakan perbedaan sosial
yangmana pengelompokan individu atau kelompok menurut suku, agama,adat
istiadat, ras, bahasa, budaya, dan lain sebagainya. Stratifikasi sosial dan diferensiasi
sosial ini menimbulkan keberagaman kelompok namun tidak menutup
kemungkinan dapat menimbulkan konflik atau masalah.

4
Diferensiasi sosial merupakan pembedaan masyarakat dimana masyarakat
dikelompokan menurut suku, agama, adat istiadat, ras, klen, bahasa, budaya, dan
lain sebagainya yang bersifat horizontal. Jika stratifikasi sosial mengelompokkan
individu atau masyarakat secara vertikal maka ada pula pengelompokan masyarakat
secara horizontal yang biasa disebut diferensiasi sosial. Yang dimaksud diferensiasi
soasial bersifat horizontal atau sejajar ini adalah setara dimana tidak ada kelompok
sosial yang memiliki status atau posisi yang lebih tinggi sehingga dapat
disimpulkan memiliki kedudukan yang sama dan salah satu yang menjadi pembeda
adalah sesuatu yang telah dimilikinya sejak lahir. Pada diferensiasi sosial ditandai
dengan adanya perbedaan pada 3 ciri yaitu ciri fisik, ciri sosial, dan ciri budaya.

Stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial ini memiliki kesamaan yaitu


menimbulkan keberagaman kelompok dimana keberagaman ini dapat menjadi
penyeimbang dalam kehidupan masyarakat. Karena dengaan adanya perbedaan
atau keberagaman dapat membuat sikap toleransi tumbuh dalam diri setiap
individu. Namun dengan adanya perbedaan ini tidak menutup kemungkinan juga
dapat menimbulkan konflik atau masalah dalam kehidupan masyarakat.

2.2 Unsur Unsur Pembentuk Stratifikasi Sosial

Terdapat unsur yang mendasari terbentuknya stratifikasi sosial. Seseorang


yang mempunyai unsur unsur tersebut secara lebih banyak otomatis akan dihargai
dalam masyarakat karena kelas sosialnya yang tinggi, sebaliknya jika unsur yang
dimiliki semakin sedikit jumlahnya maka orang tersebut memiliki kelas atau status
sosial yang rendah.

Status sosial dibedakan menjadi 2 yaitu status yang bersifat objektif dan
subjektif. Status yang bersifat objektif adalah status yang disertai dengan hak dan
kewajiban yang terlepas dari individu. Sedangkan, status yang bersifat subjektif
adalah status yang berdasarkan penilaian orang lain sehingga status ini memiliki
sifat yang cenderung tidak konsisten.
Berikut ini adalah unsur-unsur terbentuknya stratifikasi sosial:

 Kekayaan [Capital]

5
Seseorang yang memiliki kekayaan yang melimpah otomatis akan memiliki
kedudukan yang tinggi. Oleh karena itu manusia selalu belomba-lomba
untuk mencari harta yang melimpah, mereka rela bekerja keras untuk
mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya..
 Kekuasaan [Power] dan Kehormatan [Privilege]
Seseorang yang memiliki kewenangan atau jabatan yang tinggi di
masyarakat juga akan mempengaruhi tingkat atau status sosial yang tinggi.
Contohnya saja seorang direktur perusahaan pasti ia akan dihormati dan
disegani oleh bawahannya karena ia mempunyai status sosial yang lebih
tinggi. Dalam sistem kasta misalnya, seorang brahmana memiliki
kedudukan yang sangat dihormati oleh lapisan masyarakatnya.
 Ilmu Pengetahuan [Knowledge]
Seseorang yang terus belajar dan mengembangkan diri sehingga ia
mempunyai ilmu pengetahuan luas dan banyak kemampuan pasti
mempunyai status sosial yang tinggi di masyarakat. Contohnya seperti
dokter, pengacara, guru, dan lain sebagainya

2.3 Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial (Pelapisan Sosial)

Stratifikasi terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan hal-hal di bawah ini:
1.Berdasarkan Sifatnya

a. Stratifikasi sosial tertutup


Stratifikasi sosial tertutup merupakan suatu kondisi dimana setiap anggota
suatu kelompok tidak dapat berpindah ke kelompok lainnya. Contohnya adalah
sistem kasta yang berlaku di India dan Bali. Keduanya sama-sama penganut agama
Hindu, jadi sistem kasta mereka dibagi menjadi empat. Yakni golongan sudra,
waisya, brahmana, dan ksatria. Atau bahkan bisa juga melalui suatu ras yang ada di
masyarakat misalnya ras kulit hitam, tidak akan mungkin bisa menjadi bagian dari
ras kulit putih

b. Stratifikasi sosial terbuka

6
Stratifikasi sosial terbukan merupakan keadaan dimana anggota
masyarakatnya mempunyai kesempatan untuk naik ke lapisan sosial yang lebih
tinggi tergantung dari usaha yang telah ia lakukan. Namun bisa juga turun ke lapisan
sosial yang rendah jika ia gagal/kurang beruntung untuk mencapainya.

c.Stratifikasi sosial campuran


Stratifikasi Sosial Campuran merupakan gabungan dari stratifikasi sosial
terbuka dan juga tertutup. Contohnya adalah kehidupan masyarakat di Bali yang
walaupun mereka mempunyai sistem kasta yang bersifat tertutup. Namun, dalam
stratifikasi ekonomi sifatnya terbuka.

2. Bentuk Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi

Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi ini dilihat berdasarkan


pendapatannya, pekerjaan dari suatu individu atau kelompok, dan juga kekayaan
yang dimilikinya. Semakin tinggi pendapatan, dan kekayaannya, serta semakin
tinggi juga jabatan dalam pekerjaannya. Maka ia bisa masuk dalam kategori kelas
atas. Biasanya kelas paling atas ini diisi oleh para pejabat, pengusaha, dokter, dan
para pekerja lainnya dengan penghasilan yang tinggi. Di urutan kedua atau
menengah ini merupakan orang dengan ekonomi yang bisa dibilang cukup, tidak
lebih dan tidak kurang pula. Di kelas menengah ini ditempati oleh golongan
karyawan, guru, buruh. Dan yang terakhir atau kelas menengah bawah merupakan
orang-orang dengan ekonomi yang rendah. Kelas bawah ini diisi oleh gelandangan,
pengemis, petani. Namun, dalam stratifikasi sosial ini, suatu individu dapat
merubah tingkatannya sesuai dengan usaha yang telah mereka lakukan. Misalnya
seorang petani ingin merubah tingkatannya menjadi kelas atas. Maka, hal yang
perlu ia lakukan adalah terus berusaha atau membuat inovasi baru agar ia bisa tetap
terus berkembang. Ia bisa saja membuat inovasi dengan cara membuat beras
pelangi dan juga membuat beras tersebut menjadi cepat matang dalam proses
masaknya. Tentunya orang-orang akan tertarik dan hal itulah yang membuat
usahanya terus berkembang.

3. Bentuk Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial

7
Bentuk stratifikasi sosial ini didasarkan pada status sosial yang dimiliki oleh
setiap individu maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Stratifikasi
sosial ini juga berhubungan dengan kedudukan seseorang di dalam masyarakat.
Bisa juga dihubungkan dengan sistem kasta, pendidikan, dan jenis pekerjaan.

Contoh bentuk stratifikasi sosial dalam bentuk kasta ialah yang terjadi di Bali.
Stratifikasi dalam bentuk kasta ini bersifat tertutup. Maksud dari tertutup ialah
status ini tidak dapat diubah karena dari lahir kodratnya memang sudah seperti itu.
Sistemnya pun bersifat keturunan. Artinya kasta ini akan terus turun temurun
kepada anak cucu dan seterusnya. Sistem kasta pada kehidupan masyarakat India
dan Bali dulunya sangat berpengaruh dengan tata cara kehidupannya. Mulai dari
tatanan sosial sampai pada masalah perkawinan. Namun sekarang masyarakat Bali
sudah tidak terlalu ketat dalam hal kasta tersebut. Begitu pula dengan kasta yang
ada di India. Jika seorang anak lahir dari golongan paling rendah (Sudra) maka
selamanya ia akan tetap dianggap sebagai Sudra. Demikian pula dengan golongan
menengah (Waisya), Brahmana (Ksatria), dan yang terakhir ialah golongan
cendikiawan (Brahmana).

4. Bentuk Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik

Status sosial berdasarkan kriteria politik ini disesuakan dengan tingkat


kekuasaan yang dimiliki oleh suatu kelompok. Semakin besar kekuasaannnya,
maka semakin tinggi pula statusnya di kehidupan bermasyarakat. Seperti contohnya
adalah Jokowi, presiden di Indonesia. Jokowi pastinya memiliki kewenangan paling
besar untuk mengatur apapun. Dan kita sebagai para rakyat yang berada di bawah
naungan Jokowi harus patuh terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh Jokowi.

2.4 Jenis-jenis Diferensiasi Sosial

1. Diferensiasi Ras

8
Diferensisasi sosial berdasarkan ras ini berarti mengelompokkan berdasarkan
ciri fisik yang nampak, bukan pada budayanya yang ada. Misalnya warna kulit,
warna rambut, bentuk rambut, bentuk hidung, bentuk muka

a. Ciri fenotipe (Ciri-ciri yang nampak)

Ciri fenotip ini terbagi menjadi dua yakni ciri kualitatif dan juga kuantitatif.
Ciri kualitatif ini mencakup warna kulit, bentuk rambut, warna mata, bentuk muka.
Sedangkan untuk ciri kuantitatif ialah gerak badan, dan tinggi badan.

b. Ciri filogenetik

Ciri Filogenetik yaitu hubungan asal usul antara ras-ras dan perkembangan.
Maksudnya adalah ciri ini dapat ditelusuri dari nenek moyangnya hingga semua
generasi keturunannya. Contohnya ialah ada keturunan Jawa, keturunan Sunda.
Adapula ciri getif yang memiliki arti dia merupakan ciri yang berdasarka pada
keturunan darah.

Deferensiasi berdasarkan ras ini dapat dibagi menjadi tiga:

•  Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai sawo matang,


rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia
Mongoloid).

•  Kaukasoid, memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut


pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus.

•  Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal
dan kelopak mata lurus.

2. Diferensiasi Etnis (Suku Bangsa)

Etnis ialah sekolompok golongan yang dianggap masih mempunyai


hubungan biologis. Biologis dalam artian disini bisa berupa ras. Namun yang
membedakannya ialah diferensiasi ini memiliki ciri paling mendasar berupa bahasa
daerah, kesenian, adat istiadat, dan ciri fisik.

9
3. Diferensiasi Agama

Dalam diferensiasi ini dilihat dari kepercayaannya. Di Indonesia sendiri


terdapat bermacam-macam agama. Seperti islam, Kristen, katolik, hindu, budha,
konghucu, dan lainnya. Namun dalam diferensiasi ini tidak ada status yang paling
tinggi ataupun rendah. Karena pada dasarnya, semua agama sama saja dan juga
diakui oleh pemerintah.

4. Diferensiasi Profesi

Diferensiasi profesi ini digolongkan berdasarkan apa profesi suatu individu


atau kelompok tersebut. Contohnya ada penggolongan profesi sebagai guru, tentara,
polisi, pns, dan lainnya. Nah dari penggolongan profesi ini sendiri dapat
memengaruhi perilaku sosialnya di lingkungan. Contohnya perilaku tukang becak
dengan TNI dalam melakukan pekerjaannya. Diferensiasi profesi juga tidak melihat
dari faktor ekonominya. Karena jika dilihat dari faktor ekonominya. Nantinya akan
timbul ketimpangan sosial.

5. Diferensiasi Jenis Kelamin

Sebenarnya, kedudukan laki-laki dan perempuan itu sama saja karena sama-
sama memiliki status, kesempatan, dan peran sosial dalam berkehidupan. Namun,
bagi beberapa daerah kedudukan perempuan ini terbilang lebih rendah daripada
status laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya agama serta norma yang membedakan.

10
2.5 Analisis Kasus

Stratifikasi sosial menjadi bahan kajian penting dalam sosiologi. Dan pada
hakikatnya, stratifikasi sosial memang selalu ada dalam kehidupan manusia.
Perbedaan-perbedaan dalam segi status dan peran menjadi latar belakang muncul
istilah stratifikasi sosial. Sebelum kita lebih jauh mengkaji suatu kasus tentang
stratifikasi sosial, ada baiknya kita mengetahui pengertian dari stratifikasi sosial.

Stratifikasi sosial berasal dari dua kata, yakni stratifikasi dan sosial. Secara
etimologis, kata stratifikasi berasal dari Bahasa latin yaitu stratum (jamaknya :
strata), yang berarti lapisan atau tingkat masyarakat. Sedangkan, kata sosial dalam
kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary, berasal dari kata social yang artinya
sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Dari pengertian tersebut, dapat kita
simpulkan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat
ke dalam kelas- kelas secara bertingkat (vertical) atas dasar kekuasaan, hak-hak
istimewa dan prestise.

Salah satu contoh stratisikasi sosial adalah struktur sosial Indonesia di zaman
Hindia Belanda. Seperti yang kita tau, Indonesia mengalami sejarah panjang
penjajahan oleh Belanda selama 350 tahun lamanya. Selama itu pula pengaruh
kebudayaan kolonial dan system sosial yang terjadi di masyarakat dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintahan kolonial Belanda. Pembagian kelas masyarakat pada
zaman kolonial dibagi menjadi tiga lapisan, yakni :

1. Lapisan atas, orang putih, masyarakat Eropa.


2. Lapisan menengah, kelompok keturunan Asia, yakni pedagang dari
China dan India
3. Lapisan bawah, masyarakat pribumi.
Pembedaan tingkatan masyarakat ini dipengaruhi oleh budaya Eropa pada
zaman itu. Dimana ada batasan tingkatan yang tegas berdasarkan ras dan warna
kulit, semakin gelap warna kulitnya akan semakin kebawah lapisan sosial
seseorang, pun sebaliknya. Anggapan bahwa ras kulit putih, lebih unggul daripada
misalnya ras-ras yang lain, muncul bersamaan dengan ekspansi kekuasaan bangsa
Eropa terhadap bangsa – bangsa lain di luar Eropa, utamanya di kawasan Asia dan
Afrika ( yang kebetulan semuanya berasal dari ras’ bukan kulit putih’ ) dan

11
dipraktikkan di banyak negara di dunia. Anggapan mengenai keunggulan ini
kemudian malah dikuatkan lagi oleh teori – teori yang ‘sok ilmiah’oleh banyak
sarjana reaksioner yang mengatakan bahwa ras yang paling murni dan unggul di
dunia adalah ras Arya. Tempat tinggal ras ini, tidak lain dan tidak bukan adalah
benua Eropa. Di Jerman, Adolf Hitler semakin menguatkan teori ‘ngawur’ ini,
bahwa bangsa Jerman, yang notabene berkulit putih, ditakdirkan untuk mengusai
dunia. Miskonsepsi terhadap ras ini lah kemudian dikenal sekarang sebagai gejala
diskriminasi ras. Di Indonesia sendiri, pembedaan kelas sosial berdasarkan ras
menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat pribumi, ditindak sebagai budak,
diperlakukan seperti bukan manusia, dipekerjakan layaknya hewan.

Di belahan bumi lain, tepatnya di Afrika Selatan, kita dikenalkan dengan


politik apartheid, yang dalam tatanannya sama seperti di Indonesia. Politik
apartheid berakhir setelah diangkatnya tokoh revolusioner Afsel kala itu, Nelson
Mandela, sebagai presiden pertamanya.

12
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah kami paparkan diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa startifikasi sosial merupakan penggolongan individu atau
kelompok masyarakat kedalam struktur kelas tertentu yang tersusun secara
bertingkat atau vertical atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise.
Sedangkan diferensiasi sosial adalah perbedaan sosial yang mana pengelompokkan
individu atau kelompok menurut suku, agama, ras, bahasa,budaya dan lain
sebagainya.

Berdasarkan jenis-jenisnya, stratifikasi dibagi menjadi 4 yakni berdasarkan


sifatnya: stratifikasi sosial tertutup, stratifikasi sosial terbuka, dan stratifikasi
campuran; berdasarkan kriteria ekonomi; berdasarkan kriteria sosial; dan
berdasarkan kriteria politik. Stratifikasi sosial tertutup merupakan kondisi setiap
anggota tidak dapat berpindah ke kelompok yang lain. Stratifikasi sosial terbuka
merupakan keadaan dimana anggota masyarakatnya mempunyai kesempatan untuk
naik ke lapisan sosial yang lebih tinggi tergantung dari usaha yang telah ia lakukan.
Stratifikasi sosial campuran merupakan gabungan dari stratifikasi sosial terbuka
dan juga tertutup. Adapun stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi yakni
dilihat berdasarkan pendapatannya, pekerjaan dari suatu individu atau kelompok,
dan juga kekakyaan yang dimilikinya. Sedangkan stratifikasi sosial berdasarkan
criteria sosial didasarkan pada status sosial yang dimiliki oleh setiap individu
maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Serta stratifikais sosial
berdasarkan criteria politik yang disesuaikan dengan tingkat kekuasaan yang
dimiliki oleh suatu kelompok.

Adapun unsur-unsur terbentuknya stratifikasi sosial yaitu kekayaan (capital),


kekuasaan (power) dan kehormatan (privilege), serta ilmu pengetahuan
(knowledge). Sedangkan jenis-jenis diferensiasi dibagi menjadi 5 antara lain
diferensiasi ras, diferensiasi etnis (suku bangsa), diferensiasi agama, diferensiasi

13
profesi dan diferensiasi jenis kelamin. Stratifikasi sosial dan difernsasi sosial ini
menimbulkan keberagaman kelompok namun tidak menutup kemungkinan dapat
menimbulkan konflik atau masalah.

3.2 Saran
Masyarakat diharapkan tidak bersifat tertutup dalam bersosialisasi dan
berpandangan hidup, namun lebih bersifat terbuka dalam melakukan gerak sosial
agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya diskriminasi yang
melibatkan individu, golongan kelompok yang lain. Dan perlu kita perhatikan
bahwa stratifikasi sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka
sifat optimis dan merasa cukup dalam hal ini sangat diperlukan. Dan juga
diferensiasi sosial jika tidak diperhatikan kemungkinan akan membawa
ketimpangan sosial dan menimbulkan konflik serta masalah yang didasarkan
dengan adanya perbedaan baik dari aspek ras, etnis, agama, profesi hingga jenis
kelamin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Syaifudin, Arif. 2015. “Macam-Macam Jenis Stratifikasi atau Pelapisan Sosial


dan Penjelasanya.” http://www.bloggerlampungtimur.com/2015/12/macam-
macam-jenis-stratifikasi-atau.html, diakses 25 Oktober 2018

Thamrin, Hasmirah. 2015. “MAKALAH STRATIFIKASI SOSIAL ,


MASYARAKAT PERKOTAAN DAN PEDESAAN.”
https://indomaterikuliah.blogspot.com/2015/03/makalah-stratifikasi-sosial-
masyarakat.html, diakses 25 Oktober 2018

Widi, Wirawan. 2016. “Makalah Diferensiasi Sosial.”


https://blog.ruangguru.com/berbagai-macam-bentuk-diferensiasi-sosial ,
diakses 26 oktober 2018

Mutiara, Elsa 2015. “Stratifikasi Sosial”.


https://www.google.co.id/amp/s/mutiaraelsa.wordpress.com/2015/04/04/strati
fikasi-sosial/amp/ , diakses 26 Oktober 2018

Eriawan, Rikky 2015. “Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial”.


http://catatanmasrikky.blogspot.com/2014/10/makalah-stratifikasi-sosial-
dan.html , diakes 25 Oktober 2018

Maumunah, Binti. “STRATIFIKASI SOSIAL DAN PERJUANGAN KELAS DALAM PERSPEKTIF


SOSIOLOGI PENDIDIKAN”. https://media.neliti.com/media/publications/68130-ID-
stratifikasi-sosial-dan-perjuangan-kelas.pdf , diakses 25 Oktober 2018

15

Anda mungkin juga menyukai