Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu-individu tersebut terdiri dari
berbagai latar belakang yang akan membentuk suatu kumpulan masyarakat heterogen
yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Hal tersebut mengakibatkan terbentuknya
suatu pelapisan masyarakat atau masyarakat yang berstrata. Masyarakat merupakan suatu
kesatuan yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan
stabil. Maka, terbentuknya suatu masyarakat dapat dikatakan dengan sekumpulan
individu-individu tadi yang mempunyai gejala yang sama. Dengan hal ini didalam
kelompok sosial ini pun akan terjadi pelapisan masyarakat. Pelapisan Masyarakat berarti
jenjang status dan peranan yang relatif permanen yang terdapat dalam sistem sosial
didalam hal perbedaan hak, pengaruh, dan kekuasaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


A. Stratifikasi Sosial
1. Apa pengertian stratifikasi sosial?
2. Faktor – faktor terjadinya stratifikasi sosial?
3. Bagaimana Pembagian lapisan dalam masyarakat?
4. Sifat Stratifikasi Sosial
5. Contoh stratifikasi social

B. ELITE DAN MASSA


1. Apa pengertian elite?
2. Apa pengertian massa?
3. Pandangan terpenting elite?
4. Peranan masyarakat dan massa?
5.Peran kaum elite terhadap massa?
C. PEMBAGIAN PENDAPATAN
1. Apa definisi dari Komponen Pendapatan?
2. Apa definisi dari Perhitungan Pendapatan?
3. Berapa jenis-jenis Perhitungan Pendapatan?
4. Apa definisi dari Distribusi Pendapatan?

1
D. STRATEGI MENGATASI KESENJANGAN SOSIAL
1. Faktor apa saja yang menimbulkan kesenjangan sosial?
2. Apa saja ciri-ciri kesenjangan sosial?
3. Bagaimana cara mengatasi kesenjangan sosial?
4. Apa strategi dalam mengatasi kesenjangan sossial?

1.3 TUJUAN PENULISAN


A. Stratifikasi Sosial
1. Untuk mengetahui pengertian stratifikasi sosial
2. Agar dapat menjelaskan terjadinya stratifikasi sosial
3. Untuk mengetahui perbedaan sistem stratifikasi sosial
4. Untuk mengetahui beberapa teori tentang stratifikasi sosial
5. Agar dapat menjelaskan tentang kesamaan derajat
B. Elite dan Massa
1. Mampu mengetahui pengertian dan fungsi elite
2. Mampu mengetahui pengertian dan ciri-ciri massa
3. Mampu mengetahui sudut pandang elite
4. Mampu mengetahui peran masyarakat dan massa
5. Mampu mengetahui peran kaum elite dan massa

C. Pembagian Pendapatan
1. Mampu menjelaskan definisi dari Komponen Pendapatan
2. Mampu menjelaskan defisini dari Perhitungan Pendapatan
3. Mampu menyebutkan jenis-jenis Perhitungan Pendapatan
4. Mampu menjelaskan definisi dari Distribusi Pendapatan

D. STRATEGI MENGATASI KESENJANGAN SOSIAL


1. Mampu mengetahui apa pengertian kesenjangan sosial
2. Mampu menyebutkan ciri-ciri kesenjangan sosial
3. Mampu mengetahui faktor-faktor kesenjangan sosial
4. Mengetahui apa saja penyebab kesenjangan sosial
5. Mampu mengetahui strategi mengatasi kesenjangan sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 STRATIFIKASI SOSIAL


1). Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi berasal dari kata Stratus yang artinya lapisan (berlapis – lapis).
Sehingga Stratifikasi Sosial berarti “lapisan masyarakat”.
Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti Sistem
berlapis - lapis dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari stratum (jamaknya :
strata) yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Selama dalam masyarakat
itu ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang
dihargai, maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya
sistem yang berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai itu
mungkin berupa uang atau bendabenda yang bernilai ekonomis, mungkin berupa tanah,
kekuasaan, ilmu pengetahuan atau mungkin keturunan dari orang terhormat.
Seorang sosiolog, Pitirin A. Sorokin (1957) mengatakan bahwa sistem berlapis itu
merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Barang
siapa yang memiliki sesuatu yang berharga itu dalam jumlah yang sangat banyak, suatu
keadaan tidak semua orang bisa demikian bahkan hanya sedikit orang yang bisa, dianggap
oleh masyarakat berkedudukan tinggi atau ditempatkan pada lapisan atas masyarakat; dan
mereka yang hanya sedikit sekali atau sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga
tersebut, dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Atau
ditempatkan pada lapisan bawah masyarakat. Perbedaan kedudukan manusia dalam
masyarakatnya secara langsung menunjuk pada perbedaan pembagian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, tanggung jawab nilai-nilai sosial dan perbedaan pengaruh di antara
anggota-anggota masyarakat.
Sejak manusia mengenal adanya suatu bentuk kehidupan bersama di dalam bentuk
organisasi sosial, lapisan-lapisan masyarakat mulai timbul. Pada masyarakat dengan
kehidupan yang masih sederhana, pelapisan itu dimulai atas dasar perbedaan gender dan
usia, perbedaan antara pemimpin atau yang dianggap sebagai pemimpin dengan yang
dipimpin, atau perbedaan berdasarkan kekayaan. Seorang ahli filsafat, Aristoteles, pernah
mengatakan bahwa dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur ukuran kedudukan manusia
dalam masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang
berada di tengah-tengahnya.
Sedangkan pada masyarakat yang relatif kompleks dan maju tingkat kehidupannya,
maka semakin kompleks pula sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat itu, keadaan ini
mudah untuk dimengerti karena jumlah manusia yang semakin banyak maka kedudukan

3
(pembagian tugas-kerja), hak-hak, kewajiban, serta tanggung jawab sosial menjadi
semakin kompleks pula.
Dengan demikian, di simpulkan bahwa stratifikasi sosial adalah pembatasan hak
antarwarga dalam masyarakat ke dalam tingkatan strata yang berbeda-beda. Hal ini dapat
ditemukan dalam berbagai lapisan masyarakat diantaranya kelas sosial tinggi, sedang, dan
rendah. Perbedaan lapisan social dalam masyarakat itu dapat disebabkan oleh bermacam-
macam perbedaan, seperti kekayaan dibidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan
dan wewenang
2). Faktor - faktor Terjadinya Stratifikasi sosial
Dalam berbagai kelompok atau masyarakat, individu memiliki apa yang
dinamakan status sosial. Status sosial merupakan kedudukan seseorang dalam suatu
kelompok pergaulan hidupnya.
Status individu dalam masyarakat dilihat dari dua aspek yaitu:
a. Aspek statis (struktural)
Yaitu kedudukan dan derajat seseorang didalam suatu kelompok yang dapat dibedakan
dengan derajat atau kedudukan individu lainnya. Sebagai contoh : petani dapat dibedakan
dengan nelayan, pegawai negeri, pedagang, dan lain – lain.
b. Aspek dinamis (fungsional)
Yaitu berhubungan erat dengan peranan sosial tertentu yang berhubungan dengan
pengertian jabatan, fungsi, dan tingkah laku yang formal serta jasa yang diharapkan dari
fungsi jabatan tersebut. Sebagai contoh : Direktur perusahaan, pimpinan sekolah,
komandan batalion, camat, dan sebagainya.
Dengan kata lain, seseorang dapat menduduki lapisan tertentu disebabkan oleh beberapa
faktor seperti kekayaan, kekuasaan atau kewenangan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan.
3) Pembagian pelapisan dalam masyarakat.
Masyarakat terdiri dari berbagai latar belakang dan pelapisan sosial yang berbeda-
beda. Pelapisan sosial merupakan pemilah-milah kelompok sosial berdasarkan status,
strata, dan kemampuan individu tersebut yang terjadi secara alami didalam masyarakat.
Terjadinya pelapisan sosial berdasarkan adanya cara pandang masyarakat yang berbeda
beda dengan dilatarbelakangi oleh status sosial, strata sosial dan kemampuan ekonomi
yang berbeda-beda
Beberapa teori tentang pelapisan sosial pelapisan masyarakat dibagi menjadi beberapa
kelas:

 Kelas atas (upper class)


 Kelas bawah ( lower class)
 Kelas menengah (middle class)

4
 Kelas menengah kebawah (lower middle class)

4) Sifat Stratifikasi Sosial


Menurut Soerjono Soekanto, ada 3 sifat stratifikasi sosial. Ketiga sifat tersebut
adalah stratifikasi sosial tertutup, stratifikasi sosial terbuka, dan stratifikasi sosial
campuran
1. Stratifikasi terbuka
Stratifikasi sosial terbuka, yang memungkinkan semua orang dari semua lapisan
bisa melakukan mobilitas sosial, baik mobilitas sosial naik maupun mobilitas sosial
turun. Contoh sederhana nya seperti di dalam sebuah dunia bisnis, seorang pengusaha
bisa saja menaikkan levelnya dengan cara mendapatkan lebih banyak customer
sehingga dapat lebih menguntungkan dan membuat usahanya semakin maju dan
berkembang.
2. Stratifikasi tertutup
Stratifikasi sosial tertutup, mobilitas seseorang untuk bisa melaju dari satu
lapisan sosial tertentu ke lapisan sosial lainnya sangat terbatas. Contohnya, sistem
kasta pada masyarakat India dan Bali.

3. Stratifikasi campuran
Stratifikasi sosial campuran ini merupakan gabungan dari stratifikasi sosial
terbuka dan tertutup. Misalnya masyarakat bali dikenal sistem kasta yang tidak
memungkinkan masyarakat anggota masyarakat berpindah kedudukan sosialnya
namun disisi lain bidang ekonomi masyarakat bali tidak mengenal kasta dan bersifat
terbuka.
5) Contoh Bentuk Stratifikasi Sosial

 Perbudakan

Perbudakan merupakan bentuk paling ekstrem dari stratifikasi sosial. Dalam sistem
perbudakan, individu bisa memiliki individu lain sebagai properti. Karena statusnya
sebagai properti, penggunaan kekerasan diperbolehkan. Pemilik budak atau majikan
berada di strata atas dan memiliki hak penuh atas budak yang dimilikinya. Budak
berada di lapisan paling bawah, tidak memiliki kebebasan karena status nya dimiliki.

 Feodalisme

Sistem feodal terdiri dari tiga lapisan kelompok masyarakat dengan hak dan
kewajiban yang jelas. Lapisan tertinggi adalah kaum bangsawan, dibawahnya pemuka
agama atau pendeta,dan lapisan terendah terdiri dari selain bangsawan dan pendeta
yang disebut rakyat jelata. Kaum bangsawan memiliki semua properti dan bertugas

5
mempertahankannya, termasuk tanah. Pendeta mendoakan semua yang dimiliki oleh
bangsawan. Rakyat jelata menyediakan makanan untuk semua.

 Sistem Kasta

Sistem kasta berkaitan erat dengan falsafah dan tradisi Hindu yang lahir di India
dan Bali. Sistem kasta yang berkembang di India dan Bali berasal dari sistem yang
disebut caturwarna. Berdasarkan tradisi caturwarna, terdapat 4 kasta utama yang
dominan: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Kasta dipertahankan berdasarkan
garis keturunan keluarga. Kasta tertinggi, yaitu Brahmana memiliki koneksi dengan
dewa-dewa. Kasta merupakan sistem stratifikasi yang sifatnya tertutup.

 Kelas

Sistem kelas merupakan stratifikasi sosial yang sifatnya terbuka. Individu bisa naik
ataupun turun kelas tergantung evaluasi dari masyarakat. Karl Marx mendefinisikan
posisi individu dalam kelas tergantung pada kepemilikan faktor produksi. Ogburn dan
Nimkoff mengatakan status sosial seseorang menentukan dikelas mana ia berada. Oleh
karena sifatnya terbuka, individu bisa menempati lapisan yang tinggi bila berhasil
menaikkan status sosialnya. Status sosial ini bisa diperoleh dengan berbagai cara,
misalnya tingkat pendidikan dan kepemilikan finansial.

2.2 ELITE DAN MASSA


1) Pengertian Elite
Istilah “elite” pertama kali digunakan pada abad ketujuh belas untuk menyebut
barang-barang dagangan yang mempunyai keutamaan khusus: istilah tersebut
kemudian digunakan juga untuk menyebutkan kelompok-kelompok sosial tinggi,
seperti kesatuan-kesatuan militer yang utama atau kalangan bangsawan atas. Plato
pernah berkata, bahwa suatu komunitas harus diperintahkan oleh individu-individu
yang lebih unggul (superior). Lebih jelas dalam doktrin Kasta Brahmana yang
mengatur masyarakat Hindu kuno. Bentuk lain dari kepercayaan agama mempengaruhi
teori-teori, dalam menyatakan pengertian elite ini dalam hubungannya dengan “pilihan
Tuhan”.
Definisi elite bertitik tolak dari adaya ketidaksamaan bakat-bakat individual dalam
setiap lapisan kehidupan sosial. Lapisan sosial yang lebih tinggi dari kelompok-
kelompok tertentu, yang tidak selalu didefinisikan secara tajam, yang disebut
aristokrasi yang bersifat militer, religious dan komersial maupun plutokrasi (orang
kaya).
Dalam zaman modern, kelompok elite tidak begitu saja ditempatkan di atas seluruh
masyarakat, tetapi berhubungan erat dengan masyarakat melalui suatu sub-elite, yaitu
suatu kelompok yang lebih besar meliputi seluruh kelas menengah baru, terdiri dari

6
pegawai negeri, manajer, dan karyawan administrasi, ilmuwan, kaum terpelajar dan
intelektual. Munculnya elite baru menurut pergeseran sosiologis ataupun psikologis,
disebabkan oleh timbulnya kekuatan-kekuatan sosial yang membela kepentingan-
kepentingan baru, misalnya kepentingan ekonomis, atau teknologis dalam masyarakat.

 Fungsi Elite

Kelompok minoritas yang mempunyai nilai secara sosial ini berkembang


sejalan dengan perkembangan fungsional dalam suatu masyarakat. Pengembangan
elite sebagai suatu kelompok minor yang berpengaruh dan menentukan dalam
masyarakat tetap beranjak dari fungsi sosialnya disamping adanya pertimbangan-
pertimbangan lain sesuai dengan latar belakang sosial budaya masyarakat. Ada 2
kecenderungan yang digunakan untuk menentukan elite dalam masyrakat yaitu :
pertama, menitik beratkan pada fungsi sosial dan yang kedua, pertimbangan-
pertimbangan yang bersifat moral. Kedua kecendrungan penilaian ini menurut person
melahirkan 2 macam elite yaitu elite internal dan eksternal. Elite internal menyangkut
integrasi moral serta solidaritas sosial yang berhubungan dengan perasaan tertentu
pada saat tertentu, sopan santun dan keadaan jiwa. Sedangkan elite eksternal adalah
meliputi pencapaian tujuan dan adaptasi, berhubungan dengan problema-problema
yang memperlihatkan sifat yang keras, masyarakat lain atau masa depan tak tentu.
Golongan elite sebgai minoritas sering ditempatkan dengan beberapa
bentuk penampilan antara lain:
a) Elite menduduki poisis yang penting dan cenderung merupakan poros kehidupan
masyarakat secara keseluruhan
b) Factor utama yang menentukan kedudukan mereka adalah keunggulan dan
keberhasilan yang dilandasi oleh kemampuan baik yang bersifat fisik maupun psikis,
material maupun immateriak, merupakan heriditer maupun pencapai
c) Dalam hal tanggug jawab, mereka memiliki tanggug jawab yang lebih besar jika
dibandingkan dengan masyarakat lain.
d) Ciri-ciri lain yang merupakan konsekuensi logis dari ketiga hal diatas adalah
imbalan yang lebih besar yang di peroleh atas pekerjaan dan usahanya.
Sejalan dengan ciri-ciri (yang walaupun tidak selalu tampak secara
eksplisit) ini dan berdasarkan tata nilai dan norma yang melahirkan stratifikasi sosial
maka kita akan mengenal berbagai macam elite. Kelompok inti sosial akan melahirkan
elite sesuai dengan kecendrungan masyarakat menentukan golongan yang memiliki
fungsi sosial terbesar atau kelompok-kelompok terkemuka dalam masyarakat,
kelompok inti sosial itu mungkin para pendeta, atau pemuka agama lainnya, mungkin
para pemegang kekuasaan, militer dan lain-lain yang dapat dijadikan perantara bagi
kesejahteraan masyarakat.

7
Tujuan yang akan di capai harus terikat serta merupakan tujuan bersama
kepandaian dalam menyesuaikan diri terutama bagi elite baru dapat membantunya
secara efektif dalam mengarahkan masyarakatnya untuk mencapai tujuannya tersebut.
Berhubungan dengan fungsi yang harus dijalankan oleh elite dalam memegang
pimpinan, mereka harus dapat mengatur strategi yang tepat. Dalam hal ini, kita dapat
membedakan elite pemegang strategi secara garis besar, yaitu :
1. Elite politik ( yang berkuasa dalam mencapai suatu tujuan dan biasa disebut
sebagai elite dari segala elite )
2. Elite ekonomi, militer, diplomatik, dan cendekiawan ( yang berkuasa pada
masing-masing bidang tersebut )
3. Elite agama, filsuf, pendidik, dan pemuka agama
4. Elite yang dapat memberikan kebutuhan psikologis, seperti : artis, penulis buku (
novelis, komikus ), tokoh film, dan sebagainya.
Elite dari segala elite haruslah dapat menjalankan fungsinya dengan mengajak para
elite pemegang strategi di masing-masing bidang untuk menjalin kerja sama yang baik.
Adanya perbedaan dalam masyarakat tersebut seluruhnya merupakan tanggung jawab
para elite tersebut untuk dapat bekerjasama lain di dalam tiap lembaga kehidupan
masyarakat. Di dalam suatu masyarakat, mungkin tindak-tanduk elite merupakan
contoh, dan sangat mungkin seorang elite diharapkan dapat melakukan segala fungsi
yang multi dimensi walaupun kadang sulit untuk dilaksanakan.
2) Pengertian Massa
Massa dimaksudkan orang banyak tidak berkerumun disuatu tempat tertentu, tetapi
mengikuti kejadian dan peristiwa yang penting. Dengan masa, para oknum adalah
terpisah yang satu dari pada lain. Maka dari itu para individu tidak bertindak otomatis,
sebagai suatu jawaban atau sugesti, dan masing-masing tetap mengingat
kepentingannya. Dalam pada itu kepentingan orang banyak itu dapat bertemu dan
dalam hal demikian dilahirkan suatu pengaruh yang amat kuat. Misalnya, massa dapat
mendorong yang amat kuat kepada suatu partai politik untuk memenangkan suatu
pemilihan umum, atau dapat melumpuhkannya, yaitu tergantung kepada pendiriannya.
1. Ciri-Ciri Massa
Terhadap beberapa hal yang penting sebagian ciri-ciri yang membedakan di dalam
massa :
a.Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial,
meliputi orang-orang dari berbagai posisi kelas yang berbeda, dari jabatan kecakapan,
tingkat kemakamuran atau kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa mengenali
mereka sebagai massa misalnya orang-orang yang sedang mengikuti suatu proses
peradilan tentang pembunuhan misalnya melalui pers.

8
b.Massa merupakan kelompok yang anonim, atau lebih tepat, tersusun dari
individu-individu yang anonim.
c. Sedikit sekali interaksi atau bertukar pengalaman antara anggotaanggotanya.
d. Terdiri dari orang-orang dalam segala lapangan dan tingkatan sosial.
e. Anonim dan heterogen.
f. Tidak terdapat interaksi dan interelasi.
g. Tidak mampu bertindak secara teratur.
h. Adanya sikap yang kurang kritis, gampang percaya pada pihak lain, amat
sugestible (mudah dipengaruhi).
3) Pandangan Elite
Pandangan elite yang lebih penting adalah loyalitas rakyat kepadanya. Elite atau
pejabat lebih menampilkan diri mereka sebagai penakluk, atau bagaimana menciptakan
suatu kondisi sehingga rakyat atau massa menjadi tunduk kepadanya. Elite secara tidak
langsung bias saja berurusan dengan kepentingan rakyat, akan tetapi dibalik itu ada
maksud yang di kandungnya yaitu bagaimana mempertahankan loyalitas rakyat atau
massa. Seseorang elite bias saja memiliki ambisi yang besar kemudian berusaha merebut
loyalitas rakyat dari kaum elite lainnya. Cara-cara yang sering di lakukan oleh kaum elite
ialah megacau daerah lain agar rakyat lari ke daerah kekuasaanya.
• Elite Dalam Berbagai Dimensi
Dalam suatu kehidupan sosial yang teratur, baik dalam konteks luas maupun yang lebih
sempit, dalam kelompok heterogen maupun homogen selalu ada kecendrungan untuk
menyisikan satu golongan tersendiri sebagai satu golongan yang penting, memilki
kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang kekemuka jika dibandingkan dengan masa.
Penentuan golongan minoritas ini didasarkan pada penghargaan masyarakat terhadap
peranan yang dilancarkan dalam kehidupan masa kini serta andilnya dalam meletakan
dasar-dasra kehidupan pada masa-masa yang akan datang. Golongan minoritas yang
berada pada posisi atas yang secara fungsional dapat berkuasa dan menentukan dalam
studi sosial dikenal dengan elite. Elite adalah suatu minoritas pribadi-pribadi yang
diangkat untuk melayani suatu kolektifitas dengan cara yang bernilai sosial.
4) Peran Masyarakat dan Massa
Masyarakat dan massa memiliki sebuah peranan dalam pelapisan sosial, massa dan
masyarakat sangatlah berkaitan, Terhadap beberapa hal yang penting. berikut ini adalah
ciri-ciri yang membedakan di dalam massa :
1. Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial, meliputi
orang-orang dari berbagai posisi kelas yang berbeda, dari jabatan kecakapan, tingkat
kemakamuran atau kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa mengenali mereka sebagai

9
massa misalnya orang-orang yang sedang mengikuti suatu proses peradilan tentang
pembunuhan misalnya melalui pers.
2. Massa merupakan kelompok yang anonim, atau lebih tepat, tersusun dari individu-
individu yang anonim.
3. Sedikit sekali interaksi atau bertukar pengalaman antara anggota¬anggotanya.

 PERILAKU MASSA

Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Massa adalah


kumpulan orang banyak dalam tempat, waktu yang sama dan biasanya mempunyai tujuan
yang sama. Oleh karena itu psikologi massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan
secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan
pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior).
Dalam perilaku kolektif, seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan perubahan
sosial dalam kelompoknya, institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang
diorganisir, dan ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir
inilah yang kemudian banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement).
Perilaku kolektif yang berupa gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi
sosial itu terjadi situasi yang tidak terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan),
dan tidak stabil.
Kondisi – kondisi pembentuk perilaku massa
Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku
kolektif , diantaranya:
Structural conduciveness: beberapa struktur sosial yang memungkinkan munculnya
perilaku kolektif, seperti: pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mall, dst
Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan dlam masyarakat yang muncul secara
tersturktur. Misalnya: antar pendukng kontestan pilkada.
Generalized beliefs : berbagi interpretasi acara
Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering incidence). Misal ada pencurian, ada
kecelakaan, ada
Mobilization for actions: adanya mobilisasi massa. Misalmya : aksi buruh, rapat umum
suatu ormas, dst
Failure of Social Control – akibat agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak
berjalan dengan baik.

10
 TEORI-TEORI PERILAKU MASSA

Ada tiga teori yang digunakan untuk menjelaskan kejadian perilaku massa:
Social Contagion Theory, menyatakan bahwa orang akan mudah tertular perilaku orang
lain dalam situasi sosial maka mereka akan melakukan tindakan meniru/imitasi.
Emergence Norm Theory, menyatakan bahwa perilaku didasari oleh norma kelompok,
maka dalam perilaku kelompok ada norma sosial mereka yang akan ditonjolkannya. Bila
norma ini dipandang sesuai dengan keyakinannya, dan berseberangan dengan nilai / norma
yang berlaku maka konflik akan terjadi.
Convergency Theory, menyatakan bahwa kerumunan massa akan terjadi pada suatu
kejadian dimana ketika mereka berbagi (convergence) pemikiran dalam menginterpretasi
suatu kejadian. Orang akan mengumpul bila mereka memiliki minat yang sama dan
mereka akan terpanggil untuk berpartisipasi.
Deindivuation Theory, menyatakan bahwa ketika orang dalam kerumunan, maka mereka
akan ”menghilangkan” jati dirinya, dan kemudian menyatu ke dalam jiwa kelompok
massa.

 CARA MENYIKAPI PERILAKU MASSA

1. Memahami bentuk perilaku kolektif


2. Memahami motif perilaku kolektif
3. Perencanaan penyelesaian yang matang
4. Kesiaan mental petugas
5. Pengendalian diri yang baik
6. Keberanian dalam bersikap

5) Peran Elite Terhadap Massa


Dalam kajian ini elite didefinisikan mereka yang mempunyai pengaruh besar di
dalam massa (masyarakat). Salah satu ciri-ciri dari kaum elite adalah tidak memiliki basis
pengikut dalam satu golongan atau kelas sosial, akan tetapi berstruktur perorangan yang
dalam ilmu sosial dijelaskan sebagai struktur patron client (kawula-gusti) atau bapak anak
buah. Kaum elite dalam kenyataanya di masyarakat kita, memperhatikan persaingan antar
elite, mencari pengaruh massa dalam berbagai sector kehidupan. Seperti halnya dalam
kehidupan politik, jago-jago atau bintang-bintang politik diibaratkan sedang kontes. Di
lain pihak, rakyat-rakyat sering hanya menjadi korban dari rivalitas ini, atau karena
bagaimanapun rakyat (massa) harus mencari perlindungan dari jago-jago elite ini.

11
Namun yang lebih penting adalah, sampai dimana rakyat terlibat dalam politik,
atau aspek kehidupan lainnya dalam masyarakat.
Kekuatan politik, ekonomi, dan militer ari elite politik, pejabat sepertih patih,
bupati dan sebagainya ditentukan oleh besar atau kecilnya jumlah penduduk atau cacah
yang berada dibawah kekuasaanya. Dalam pandangan elite, rakyat (massa) tidak lain
daripada pendukung-pendukung politik, militer dan ekonomi. Dalam piagam
pengangkatan sorang pejabat teras, missal bupati, guberbur disebutkan jumlah cacah yang
mendukungnya. Rakyat inilah yang mengerjakan tanah, dan hasilnya sebagian diberikan
kepada pejabat-pejabat ini baik untuk kehidupan pribadinya maupun buat keperluan
sebagai pejabat. Strategi politik pejabat yaitu tempat tinggal rakyat dibuat menyebar, tidak
diatas tanah yang merupakan suatu kesatuan, sebab utamanya adalah supaya tidak ada
bahaya pembrontakan.
Elite sebagai minoritas yang memiliki kualifikasi tertentu yang eksistensinya
sebagai kelompok penentu dan berperan dalam masyarakat diakui secara legal oleh
masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini kita melihat elite sebagai kelompok yang
berkuasa dan kelompok penentu.
Dalam kenyataannya elite penguasa kita jumpai lebih terlibat, jangkauannya lebih
luas tetapi lebih bersifat umum, tidak spesialisasi seperti kelompok penentu. Kita
mengenal adanya kelompok penguasa merupakan golongan elite yang berasal dari kondisi
sejarah masa lampau. Kelompok elite penguasa ini tidak mendasarkan diri pada fungsi-
fungsi sosial tetapi lebih bersifat kepentinga-kepentingan birokrat. Kita bisa menjumpai
kelompok penguasa ini pada berbagai perhimpunan yang bersifat khusus. Pada kelompok
birokratis yang berfungsi sebagai pembuat kebijakan-kebijakan maupun sebagai pelaksana
dan sebagai elite pemerintah.
Kelompok elite penentu lebih banyak berperan dalam mengemban fungsi sosial.
Hal ini dapat kita buktikan dalam kekuatan-kekuatan soial yang sedang berjalan saat ini.
Disamping peranan yang telah dijelaskan secara fungsional untuk mencapai tujuan yang
telah dibahas dalam bagian “elite dalam berbagai dimensi” diatas, kita juga dapat melihat
bagai elite penentu ini berperan dalam berfungsi sosial sebagai berikut :
a. Elite penentu dapat dilihat sebagai suatu lembaga kolektif yang merupakan
pencerminan kehendak-kehendak masyarakat. Dalam hal ini elite penentuan
bertindak sebagai lembaga yang berwenang sebagai pengambilan dan penentuan,
keputusan akhir, pendukung kekuatan moral bahkan dapat menjadi proto type dari
masyarakat.
b. Sebagai lembaga politik elite penentu mempunyai peranan memajukan kehidupan
masyarakatnya dengan memberikan kerangka pemikiran konsepsional sehingga
masa dapat dengan tepat menanggapi permasalahan yang dihadapinya.
c. Elite penentu memiliki peranan moral dan solidaritas kemanusaan baik dalam
pengertian nasionalisme maupun pengertian universal. Hal ini penting sekali dalam

12
rangka penghayatan tentang identitas dan tujuan hidup bersama, dengan pola
pemikiran filosofis yang sama dan kerangka pendekatan yang sama pola.

2.3 PEMBAGIAN PENDAPATAN


1) KOMPONEN PENDAPATAN
Pada dasarnya dalam kehidupan ekonomi itu. hanya ada dua kelompok, yaitu rumah
tangga produsen dan rumah tangga konsumen. Dalam rumah tangga produsen dilakukan
proses produksi. Pemilik faktor produksi yang telah menyerahkan atau mengikutsertakan
faktor produksinya ke dalam proses produksi akan memperoleh balas jasa. Pemilik alam
(tanah) akan memperoleh sewa. Pemilik tenaga akan memperoleh upah. Pemilik modal
akan memperoleh bunga dan pengusaha (skill) akan memperoleh keuntungan.
Semua balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor produksi tersebut merupakan
pendapatan nasional. Dan besar kecilnya sangat tergantung dari peranan atau penting
tidaknya faktor produksi tersebut. Selain itu. juga dipengaruhi oleh sistem distribusi dan
redistribusi yang berlaku.
Pedagang yang melakukan jasa berupa menjual basil pertanian yang telah dibelinya,
daridesa ke kota, akan memperoleh hulas jasa berupa: keuntungan, upah Karena telah
mengangkutnya kc kota, bunga modal Karena mengikutsertakan modalnya dalam
perdagangan. Sedangkan sewa tanahnya yang berupa retribusi pasar dibayarkan kc
pemerintah. Demikian proses produksinya.

2) PERHITUNGAN PENDAPATAN
Apabila diteliti lebih lanjut, masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
besarnya upah atau sewa tanah, walaupun basil yang dapat diperolehnya letup. Namun
demikian, tingkat upah atau sewa tanah itu tidak bergerak bebas naik terns-menerus.

a. Sewa tanah
Bunga tanah atau sewa tanah adalah bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh
pemilik tanah, karena ia telah menyewakan tanahnya kepada penggarap. Pendapatan yang
diterima tersebut hanya semata-mata karena hak milik dan bukan Karena ia ikut serta
menyumbang jasanya dalam proses produksi.
David Ricardo teori perbedaan kesuburan tanah, mengemukakan bahwa sewa tanah itu
timbul karena perbedaan kesuburannya. Tanah yang subur dapat menghasilkan lebih besar
daripada tanah yang kurang subur. Demikian juga sebaliknya, tanah yang subur
memerlukan biaya produksi yang lebih murah daripada tanah yang tidak subur. Nilai jual
total hasil produksi tanah yang subur lebih besar daripada tanah yang tidak subur.
Perbedaan inilah yang menjadi sumber timbulnya sewa tanah.

13
Von Thunen mengemukakan teori perbedaan, yaitu perbedaan letak terhadap pasar. Dan
bidang tanah yang sama-sama sumbernya. Sebaiknya dekat dengan pasar sedangkan
lainnya jauh dengan pasar. Kedua bidang tanah tersebut mempunyai produktivitas
(kemampuan menghasilkan) yang sama. Tanah yang dekat pasar akan memperoleh hasil
yang lebih besar daripada tanah yang jauh pasar, karena tanah yang dekat pasar, biaya
penjualan hasil ke pasar yang harus dikeluarkan relative lebih murah daripada tanah yang
jauh pasar. Menurut Von Thunen, perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya sewa
tanah.
b. Upah
Upah adalah bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh buruh, karena
menyumbangkan tenaganya dalam proses produksi. Menurut David Ricardo, upah ini
sebagai harga dari tenaga kerja. Upah yang diterima buruh berupa uang disebut upah
nominal, sedangkan barang atau jasa yang dapat dibelinya dengan upah nominal tersebut
disebut upah riil.
Sistem pemberian upah dalam perjanjian kerja dapat berupa upah harian, upah borongan,
upah satuan, upah menurut waktu, upah dengan premi dan sebagainya. Sistem upah yang
mana yang akan dipergunakan, tergantung daripada kesepakatan antara kedua belah pihak,
yaitu pekerjadan pengusaha.
David Ricardo membagi upah menjadi dua macam, yaitu upah alamiah dan upah pasar.
Upah alamiah ialah upah yang besarnya sama dengan biaya hidup untuk menghasilkan
tenaga kerja. Upah pasar ialah upah yang terbentuk di pasar tenaga kerja dan ditentukan
oleh hokum permintaan dan penawaran. Teori upah menurut kodrat atau upah alamiah
oleh Lassalle diberi nama teori upah besi. Ia merumuskan bahwa bagi tiap-tiap Negara
berlaku hokum upah besi, upah rata-rata terbatas sama dengan biaya hidup minimum.
Sedangkan majikan mendapat keuntungan yang tidak terbatas.
Ahli-ahli agama menganjurkan tingkat upah harus direnungkan sesuai dengan etika,
karena menyangkut manusia dengan keluarganya. Jadi harus disesuaikan dengan
keperluan semua anggota dan juga tidak memberatkan majikan. Di sisi lain penentuan
upah itu sangat tidak adil, yaitu dengan diskriminasi upah. Kalau hal ini didasarkan pada
ras, warna kulit, akan sangat merugikan pada salah satu pihak. Tetapi apabila diskriminasi
ini didasarkan pada kemampuan, tingkat pendidikan, jenis kelamin masih dapat dipahami.
Bagi mereka yang mempunyai kemampuan lebih tinggi akan menuntut upah yang lebih
tinggi daripada mereka yang kemampuannya rendah.
c. Bunga modal
Sewa modal atau bunga adalah bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh
pemilik modal, karena telah meminjamkan modalnya dalam proses produksi. Modal yang
ikut serta dalam proses produksi akan memperbesar basil produksi.
Jean Babtiste Say mengemukakan teori produktivitas. Pada prinsipnya modal itu
sebenarnya membantu terlaksananya produksi dan bahkan mempertinggi basil. Jadi sewa
modal yang diserahkan kepada pemilik modal adalah bagian dari pertambahan produksi
akibat penggunaan modal.
Teori pengorbanan (Nassau William Senior) pada dasarnya membahas bahwa: modal itu
memberikan kenikmatan kepada yang mempergunakan, tetapi sebaliknya bagi pemilik

14
sudah susah payah mengumpulkannya, setelah terkumpul diserahkan kepada orang lain.
Judi dapatlah dikatakan bahwa bunga modal itu merupakan balas jasa pengorbanan.
d. Laba pengusaha
Pengusaha memperoleh balas jasa yang berupa keuntungan, Karena telah mengorganisasi
faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi. Josseph Schumpeter denngan
teori keunggulan mengemukakan bahwa pengusaha itu keunggulannya tidak sama, tetapi
yang lebih unggul adalah mereka yang berhasil menemukan kombinasi baru seperti
metode produksi baru, efisiensi dan daerah penjualan yang baru. Pengusaha yang unggul
inilah yang memperoleh laba.
Pendapat pengusaha itu diperoleh dari beberapa sumber apabila semua faktor produksi
merupakan milik pribadi. Tetapi apabila hanya sebagian saja yang merupakan hak milik,
maka balas jasa faktor produksi yang diterima oleh pengusaha hanyalah jasa dari faktor
yang dimiliki saja. Sedangkan balas jasa lainnya diserahkan kepada pemilik faktor
produksi yang dipergunakan.

3) DISTRIBUSI PENDAPATAN
Setelah dilakukan perhitungan pendapatan nasional, maka dapat diketahui kegiatan
produksidan struktur perekonomian suatu negara. Lebih lanjut akan mempermudah
perancang perekonomian negara, karena telah diketahui bahan-bahan/keterangan
mengenai situasi ekonomi baik secara makro maupun sektoral. Sektor mana yang memberi
sumbangan paling banyak dan juga golongan mana yang memperoleh bagian pendapatan
nasional yang terbanyak.
Selanjutnya dapat diketahui berapa tingkat income perkapita, dan ini menunjukkan tingkat
potensi kemakmuran rata-rata. Namun demikian, perlu disadari bahwa tingkat income
perkapita itu hanya merupakan alat ukur untuk membandingkan kemakmuran suatu negara
dengan negara lain. Jadi meskipun tingkat income perkapita tinggi belum berarti bahwa
tingkat kemakmuran itu telah merata dan dinikmati oleh semua warga negara.
Itulah sebabnya persoalan distribusi termasuk yang paling strategis dan peka dalam
masalah pendapatan nasional dan ini sering menjadi sumber kerusuhan dalam masyarakat.
Terdapat dua konsep Cara pendistribusian pendapatan nasional sesuai dengan sistem
perekonomian yang diterapkan.
Aliran liberal atau klasik menganggap, bahwa sesuai dengan teori ekonomi liberal, lalu-
lintas dan arus distribusi pendapatan nasional dengan sendirinya berlangsung dengan baik
dan adil, bila diatur oleh hukum permintaan dan penawaran secara bebas melalui pasar.
Jadi berapa jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi sebaiknya
ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran. Tetapi hal ini akan menimbulkan
ketidakadilan, Karena kedudukan buruk lebih lemah dibandingkan dengan pemilik modal,
yang akhirnya dalam tawar- menawar mengenai harga tenaga kerja juga akan memperoleh
balas jasa yang relatif sedikit.
Dari hal di atas timbulnya pemikiran bahwa pendistribusian pendapatan nasional itu perlu
campur tangan pemerintah, melalui peraturan-peraturan, upah, pajak, sewa dan
sebagainya. Pajak mobil dipergunakan untuk membangun rumah sakit, membangun

15
sekolahan dan sebagainya. Di sini, mereka yang berpenghasilan kecil akan juga ikut
merasakan/memperoleh bagian pendapatan nasional yang diatur melalui peraturan
pemerintah.

2.4STRATEGI MENGATASI KESENJANGAN SOSIAL


 Pengertian
Kesenjangan sosial adalah sebuah keadaan/kondisi yang tidak seimbang dalam
keadaan sosial masyarakat baik individu ataupun kelompok dimana terjadi
ketidakadilan antara masyarakat. Dalam kesenjangan sosial sangatlah mencolok dari
berbagai aspek. Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedakan dalam aspek
apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini.
 Ciri-ciri kesenjangan sosial
1. Kondisi dirasakan oleh orang banyak dalam suatu masyarakat.
2. Sebuah kondisi yang dirasakan oleh banyak orang dalam masyarakat tak
menyanangkan dan mengganggu norma yang ada.
3. Masyarakat menganggap kondisi/ masalah tertentu harus diperbaiki.

 Faktor- faktor terjadinya kesenjangan sosial


1. Faktor perbedaan sumber daya alam
2. Faktor kebijakan pemerintah
3. Faktor pengaruh globalisasi
4. Faktor demografi
5. Faktor letak dan kondisi geografis

 Penyebab kesenjangan sosial


1. Kemiskinan dan Pengangguran
Ditandai dengan angka kemiskinan dan pengangguran yang semakin naik
dari tahun ketahun.
2. Target pasar yang tidak tepat
Terjadi ketimpangan yang signifikan diantara masyarakat maka akan
membuat target pasar perusahaan tidak tepat arahnya dan cendrung merugikan
perusahaan karena daya beli yang tidak stabil.
3. Sulit mencari tenaga kerja yang kompeten.
Pada kenyataannya meskipun banyak pengangguran tapi masih banyak
perusahaan yang kesulitan mencari tenaga kerja yang kompeten. Kesenjangan
sosial ini menyebabkan tingkat dan kualitas masyarakat banyak dibawah rata-rata.
4. Maraknya tindak kejahatan
Tingginya tindak kriminal terjadi karena masalah ekonomi atau finansial
akibat kesenjangan sosial.

16
 STRATEGI MENGATASI KESENJANGAN SOSIAL
1. KEBIJAKAN PEMERINTAH

Adalah upaya pertama untuk mencegah dan mengendalikan dan mencegah


kesenjangan sosial. Contohnya dengan : adanya pembangunan, kebijakan mengenai sistem
pemdidikan, penyediaan lapangan kerja, upaya tindakan pada korban bencana alam.
2. SOSIALISASI

Umumnya berhubungan dengan lembaga pengendalian sosial. Hal ini secara tidak
langsung akan mengendalikan masyarakat untuk tidak melakukan tindak kriminal ataupun
tindak kejahatan. Contohnya: meningkatkan usaha menengah mikro.
3. PERBAIKAN SISTEM PERADILAN

Sistem peradilan yang diperbaiki meliputi mekanisme pelaksanaan sistem


peradilan. Contohnya: meniadakan korupsi, kolusi, nepotisme yang berujung pada
terjadinya kesenjangan sosial.

4. OPTIMSLISASI SUMBER DAYA

Kesenjangan sosial ini dapat dicegah dengan optimalisasi manusia dan sumber
daya alam dari sebuah daerah. Contohnya : meningkatkan kretivitas masyarakatnya,
meningkatkan kepercayaan diri.
5. PEMERATAAN FASILITAS PUBLIK

Untuk mencegah kesenjangan sosial dibutuhkan transportasi umum ataupun


fasilitas publik. Contohnya: sarana kesehatan, sarana transportasi.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
 Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-
kelas secara bertingkat.
 Faktor- faktor yang membentuk pelapisan sosial adalah kekayaan, kekuasaan atau
kewenangan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan.
 Sifat stratifikasi sosial tertutup yaitu membatasi perpindahan lapisan sosial
seseorang tetapi stratifikasi sosial tertutup memungkinkan seseorang berpindah
lapisan sesuai kemampuan yang dimilikinya, sedangkan stratifikasi sosial
campuran adalah gabungan dari startifikasi terbuka dan tertutup.
 Contoh bentuk stratifikasi sosial yaitu, perbudakan, feodalisme, sistem kasta, kelas.
 Elite adalah sekelompok orang yang terkemuka di bidang tertentu
 Massa adalah suatu bentuk kumpulan individu – individu, dalam kumpulan
tersebut tidak terdapat interkasi, struktur dan pada umunya berjumlah banyak
orang dan berlangsung lama
 Elite Massa adalah kumpulan banyak orang yang terkemuka di bidang tertentu
 Fungsi Elite Massa terdapat pada bidang agama, filsafat, pendidikan, politik,
ekonomi, militer, diplomatik, cendikiawan
 Pembagian pendapatan dibagi menjadi tiga yaitu, Komponen Pendapatan,
Perhitungan Pendapatan, dan Distribusi Pendapatan
 Adapun Perhitungan Pendapatan dibagi menjadi empat yaitu, sewa tanah, upah,
bunga modal, dan laba pengusaha
 Komponen Pendapatan adalah bagian dari keseluruhan hasil kerja.
 Perhitungan Pendapatan adalah keterangan dan perincian hasil kerja.
 Distribusi Pendapatan adalah pembagian hasil kerja.
 Kesenjangan sosial terjadi akibat banyaknya rakyat miskin dan pengangguran
 Memaksimalkan pendidikan
 Kita harus meminimalisasikan KKN, memberantas korupsi
 Banyaknya kemiskinan inilah menjadi tombak bagaimana kesenjangan sosial itu
terjadi

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. 2003. Jakarta: PT Asdi Mahasatya


Hartomo, dkk. MKDU Ilmu Sosial Dasar. 1990. Jakarta: Bumi Aksara

https://brainly.co.id/tugas/6373853
https://materiips.com/contoh-contoh-stratifikasi-sosial
https://blog.ruangguru.com/mengenal-sifat-dan-fungsi-stratifikasi-sosial
http://sosiologis.com/stratifikasi-sosial
http://duniapendidikan.co.id/cara-mengatasi-kesenjangan-sosial-pengertian/
http://brainly.co.id/tugas/580056

19

Anda mungkin juga menyukai